Dan seandainya pohon
tinta,ditambahkan lagi tujuh lautan sesudah itu, niscaya tidak akan habis
kalimat Allah yang akan
Sembah sujudku sebagai tanda syukurku padaMu Atas kekuatan, ketabahan, dan
keberanian yang Engkau berikan kepada hamba hingga dengan penuh perjuangan
dan pengorbanan kuraih sebuah impian untuk menjadi seorang sarjana, namun ini
bukan akhir dari perjuanganku, melainkan awal dari sebuah perjalanan. Semua ini
takkan ku gapai tanpa izinMu ya Rabb...
Dengan setulus hati aku persembahkan karya kecil ini sebaga
Ayahanda Damril Dan Ibunda Yunida,
terhingga atas pengorbanan, perjuangan, cinta dan kasih sayang yang Papah dan
Ibu berikan untuk Uca selama ini. Tiada cinta yang suci selain
dan Ibu, yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan uca untuk tetap melanjutkan
studi hingga sarjana dan memperoleh gelar S.Pd. Papah maafkan uca yang yang
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan menjadi
tinta,ditambahkan lagi tujuh lautan sesudah itu, niscaya tidak akan habis
kalimat Allah yang akan dituliskan. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (QS. Lukman: 27)
Alhamdulillah ......
Sembah sujudku sebagai tanda syukurku padaMu Atas kekuatan, ketabahan, dan
keberanian yang Engkau berikan kepada hamba hingga dengan penuh perjuangan
n pengorbanan kuraih sebuah impian untuk menjadi seorang sarjana, namun ini
bukan akhir dari perjuanganku, melainkan awal dari sebuah perjalanan. Semua ini
takkan ku gapai tanpa izinMu ya Rabb...
Dengan setulus hati aku persembahkan karya kecil ini sebaga
terimakasihku untuk :
Orang tuaku tercinta. . .
Ayahanda Damril Dan Ibunda Yunida, Terima kasih yang tiada
terhingga atas pengorbanan, perjuangan, cinta dan kasih sayang yang Papah dan
Ibu berikan untuk Uca selama ini. Tiada cinta yang suci selain kasih sayang Papah
dan Ibu, yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan uca untuk tetap melanjutkan
studi hingga sarjana dan memperoleh gelar S.Pd. Papah maafkan uca yang yang
pohon di bumi menjadi pena dan lautan menjadi
tinta,ditambahkan lagi tujuh lautan sesudah itu, niscaya tidak akan habis-habisnya
dituliskan. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Sembah sujudku sebagai tanda syukurku padaMu Atas kekuatan, ketabahan, dan
keberanian yang Engkau berikan kepada hamba hingga dengan penuh perjuangan
n pengorbanan kuraih sebuah impian untuk menjadi seorang sarjana, namun ini
bukan akhir dari perjuanganku, melainkan awal dari sebuah perjalanan. Semua ini
Dengan setulus hati aku persembahkan karya kecil ini sebagai tanda
Terima kasih yang tiada
terhingga atas pengorbanan, perjuangan, cinta dan kasih sayang yang Papah dan
kasih sayang Papah
dan Ibu, yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan uca untuk tetap melanjutkan
studi hingga sarjana dan memperoleh gelar S.Pd. Papah maafkan uca yang yang
selalu lalai dan menyusahkan Papah sehingga Papah sering menjadi kesal, Pah
Uca ingin membuktikan kalau Uca bisa sukses walaupun caranya tidak sama
dengan yang telah uni Velly lalui. Pah tetap semangat melalui hari-hari mu yang
begitu melelahkan. Ca berharap umur Papah di panjangkan Allah SWT, semoga
Papah sehat selalu dan melihat Uca sukses dan membalas semua jerih payah
papah selama ini. Banyak waktu yang kita punya pah tapi tidak sekalipun kita
berbicara layaknya seorang ayah dan anaknya. Aku ingin seperti anak-anak yang
lainnya bisa dekat dengan ayahnya. Satu kata yang selalu ingin uca ucapkan untuk
papah adalah “uca sangat sayang papah”.
Dan untuk ibuku wanita paling sederhana yang kutemui seumur hidupku“i
love you mother”, sepahit apapun keadaan keluarga kita engkaulah pahlawan
kami bu, ibu yang selalu tabah menghadapi kami berempat, selalu mencari cara
agar kami tidak kekurangan, ibu aku tidak ingin engkau bekerja lagi, aku ingin ibu
dirumah mengurus rumah tangga. Aku tidak ingin ibu sakit, aku tidak ingin ibu
terlihat lebih tua dari umur ibu sebenarnya. Aku ingin ibu bahagia, doakan saja
anak mu ini mendapatkan pekerjaan yang bagus dan bisa membahagiakan ibu.
Kakak ku tercinta Velly Syafriani S.Pd engkau panutan bagi kami adik-
adik mu yang pemalas, engkau anak kesayangan kedua orang tua kita, setiap hal
yang engkau lakukan kami harus menirunya, terkadang kami bosan dengan sikap
kedua orang tua kita yang suka membandingkan engkau dengan kelakuan kami
uni. Tetapi kami sangat merindukan engkau, kami selalu menunggu kehadiranmu
saat musim liburan telah tiba. Terkadang kami sering kecewa saat liburan datang
engkau tidak datang ke rumah dan pergi ke rumah suami mu. Uni aku sangat
menyanyangi mu, terimakasih uni untuk semua dorongan dan motivasi yang telah
engkau berikan, terimakasih atas kemarahan mu yang membuat aku menjadi tegar
seperti ini. Uni aku selalu merindukanmu.
Adik ku tersayang Yazid abdullah orang yang selalu membuat ku kesal
dan malas untuk pulang ke rumah, terimaksih sudah mendoakan ku untuk sukses
dalam ujian ku yang terakhir kemaren, dan terimaksih sudah mau mengantar ku
setiap aku ingin balik ke Bukittinggi. Usi febriani adik ku yang gendut,
terimakasih ci sudah menjadi adik yang rajin mengurus dapur sehingga aku bisa
mengerjakan tugas ku dengan tenang. Cepat kurus ya ci.
Keponakan-keponakanku tercinta Lindzy Mailanna si hitam manis,
makasih ana sudah menghibur ante dalam setiap kelelahan ante menghadapi
kuliah ini. Ante sangat bersyukur mempunyai ponakan yang pintar dan lucu
seperti ana.Untuk dedek kecil Lindzy Malikha Azeera makasih ya dedek
ganteng tetap lucu dan imut ya dek, semoga nantinya dedek bisa cantik seperti
ante. Hahah
Ibuk Linda Yarni S,Ag M.Si dan Ibuk Dr. Hasnawati M.Pd
,selaku pembimbing yang telah mengarahkan penulisan skripsi ini dari
awal sampai akhir hingga menjadi sebuah persembahan kecil , semoga
alloh SWT membalasnya dengan pahala yang setimpal. Amiiin.
Untuk adik-adik kos ku yang lucu dan menggemaskan Dwi,
Icut, Ales, Ira Ante, Dila, Yati, Desi, Ilel terimakasih sudah menemani
kakak bergadang tiap malam mengerjakan skripsi, kakak berharap
persahabatan kita berlanjut sampai kita jadi nenek-nenek.
Sahabat-sahabatku Hasnaini Azizah dan Celly Anggraini,
terimakasih teman-teman sudah memberikan dorongan kepada ku untuk
mengerjakan skripsi ini, karena kalau tidak ada kalian sifat pemalas ku
mungkin akan berkembang.
Untuk Para Tea, Dewi Puspita, Pungki Syahfitri, Mella Syari,
Seila Deswita, Besri Yunanda, Apri Eza Puti, Aria Mustika, Merianis.
Terimakasih teman-teman sudah ada di kala sedih dan senang. Bersama
kalian masa perkuliahan yang 4 tahun lamanya ini tidak terasa sudah
akaan berlalu. Konflik diantara kita mengajarkan bahwa persabahatan itu
mahal, setelah sekian lama kita terpecah kita kembali lagi. Aku berharap
kita semua sukses bersama-sama. Dan untuk teman ku gotik jangan
menyerah tetap semangat gotik, semoga gotik cepat menyusul.
Untuk orang yang tidak bisa ku sebutkan namanya terimakasih
bang, selalu memberikan masukan yang positif bagi uca walau terkadang
uca tidak pernah mendengarkan nasehat abang, terimakasih bang sudah
memberikan warna-warna yang indah untuk beberapa tahun terakhir. Uca
berharap bang menemukan orang yang lebih menghargai bang dan
mencintai bang dengan tulus.
ABSTRAK
Skripsi Ini Berjudul Upaya Guru Membantu Anak Usia Dini
Untuk Menyesuaikan Diri Di Tk Tunas Harapan Solok Bio-Bio Kab.
Lima Puluh Kota, di tulis oleh Yusra Meita Nim: 2612089. Jurusan
Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut
Agama Islam Negeri Bukittinggi.
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah anak masih belum
mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Anak yang
hanya memilih teman tertentu dalam bermain dan belajar di sekolah,
mereka berteman karena orangtua mereka saling mengenal. Anak suka
mengganggu dan mencari masalah dengan anak lain. Anak masih malu
untuk mengerjakan kegiatan sekolah. Anak suka menyendiri dan tidak
bergabung dengan anak lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui upaya yang dilakukan oleh guru membantu anak usia dini
menyesuikan diri. Kegunaan penelitian ini adalah untuk menambah
pengetahuan, wawasan dan keterampilan penulis dalam melakukan
penelitian tentang anak usia dini.
Jenis penelitian ini adalah penelitian Field Research dengan
metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data
berupa kata-kata tertulis dari manusia dan perilaku yang diamati. Informan
dalam penelitian ini adalah guru di TK Tunas Harapan Solok Bio-Bio Kab.
Lima Puluh Kota sebanyak 4 orang. Teknik pengumpulan data adalah
wawancara dan observasi, sedangkan teknik keabsahan yang penulis
gunakan yaitu teknik triangulasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya guru membantu anak
usia dini untuk menyesuaikan diri di TK Tunas Harapan Solok Bio-Bio
Kab.Lima Puluh adalah dengan memberikan rasa aman kepada anak dapat
diciptakan oleh guru dengan cara mengawasi anak dalam melakukan
aktivitas yang sedang dilakukan. Karena anak masih dalam usia yang dini
sehingga butuh pengawasan dan perhatian yang lebih. Memperlakukan
anak dengan penuh kasih sayang, ditunjukkan dengan sikap yang selalu
bersahabat, memberikan motivasi, memberikan pujian terhadap sikap
positif anak. Tidak membeda-bedakan anak, dalam hal pelayanan dan
perlakuan akademik di sekolah semua anak itu sama, tetapi dalam strategi
atau pendekatan kepada anak akan berbeda-beda karena karakter dan sifat
anak tersebut berbeda. Menghindari pemberian hukuman, hukuman
bukanlah cara yang tepat bagi anak yang melakukan kesalahan cara lain
yang dapat dilakukan adalah guru dapat menasehati anak dengan penuh
kasih sayang sehingga anak tidak merasa cemas serta takut. Membantu
anak melakukan interaksi dengan anak lain melalui kegiatan permainan
kelompok, dengan ca
permainan. Setiap anak diberikan kesempatan untuk merespon teman yang
lain saat bermain sehingga anak mampu menjalin persahabatan dan
keakraban dengan temannya.
kelompok, dengan cara melibatkan semua anak dalam melakukan
permainan. Setiap anak diberikan kesempatan untuk merespon teman yang
lain saat bermain sehingga anak mampu menjalin persahabatan dan
keakraban dengan temannya.
KATA PENGANTAR
ra melibatkan semua anak dalam melakukan
permainan. Setiap anak diberikan kesempatan untuk merespon teman yang
lain saat bermain sehingga anak mampu menjalin persahabatan dan
Syukur Alhamdulillah penulis ucapan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
mencurahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “UPAYA GURU MEMBANTU ANAK USIA
DINI UNTUK MENYESUAIKAN DIRI DI TK TUNAS HARAPAN SOLOK
BIO-BIO KAB. LIMA PULUH KOTA”. Selanjutnya salawat beserta salam kita
mohonkan kepada Allah SWT semoga selalu tercurah pada junjung umat, pelita
dikala malam dan pelipur lara dikala duka yaitu Nabi Muhammad SAW.
Allahumma Shalli ‘Ala Muhammad, Wa’ala Ali Muhammad.
Tujuan dari penulisan skripsi ini yaitu untuk memenuhi salah satu syarat
dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd), dalam ilmu Bimbingan dan
Konseling di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukitinggi. Isi pokok skripsi ini
tentang usaha yang dilakukan oleh guru untuk membantu anak menyesuaikan diri.
Penulis menyadari dalam penulisan skipsi ini banyak mengalami kesulitan
dan rintangan, namun berkat kerja keras dan dorongan dari berbagai pihak penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
Teristimewa kedua orang tua tercinta, ayahanda Damril dan ibunda Yunida,
kakanda Velly Syafriani S,Pd, dan adinda Yazid Abdullah Dan Usi Febriani
beserta keluarga besar yang telah membantu penulis, baik secara moril maupun
secara materil dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini rampung dan
menjadi sebuah karya kecil.
selanjutnya penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rektor dan Wakil Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi,
yang telah memberikan fasilitas, sarana, dan segala kebutuhan
perkuliahan, sehingga penulis dapat menimba ilmu di kampus tercinta.
2. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi yang telah memberikan fasilitas,
sarana, dan segala kebutuhan perkuliahan, sehingga penulis dapat
menimba ilmu di kampus tercinta.
3. Ketua Jurusan Bimbingan Konseling Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bukitinggi yang telah memberikan fasilitas, sarana dan prasarana selama
penulis mengikuti perkuliahan.
4. Ibuk Dr. Hasnawati, M.Pd beserta Ibuk Linda Yarni, M.Si sebagai
pembimbing skripsi penulis, yang telah mengarahkan, membimbing, dan
mengoreksi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai
kaidah ilmiah yang berlaku.
5. Bapak dan Ibu Dosen bimbingan konseling IAIN Bukittinggi, yang telah
memberikan ilmu kepada penulis, sehingga penulis memperoleh ilmu yang
banyak.
6. Karyawan dan karyawati perpustakaan IAIN Bukittinggi yang telah
menyediakan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepala Sekolah TK Tunas Harapan Solok Bio-Bio, majelis guru, serta
anak didik yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk
melakukan penelitian di TK Tunas Harapan Solok Bio-Bio.
8. Rekan-rekan seperjuangan terkhusus PBK C 2012 yang telah memberikan
sumbangan pemikiran dan motivasi dalam penulisan skripsi ini sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis, penulis ucapkan
terima kasih, semoga apa yang telah diberikan itu dibalas oleh Allah SWT dengan
balasan yang setimpal. Amin.
Bukittinggi, Juli 2016
Penulis,
Yusra Meita
NIM. 2612089
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN TIM PENGUJI
SURAT PERNYATAAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1
B. Identifikasi Masalah..................................................................................12
C. BatasanMasalah........................................................................................12
D. Rumusan Masalah.....................................................................................12
E. Tujuan Dan Kegunaan penelitian..............................................................12
F. Penjelasan Judul........................................................................................13
G. Sistematika Penulisan...............................................................................15
BAB II KAJIAN TEORI
A. Guru PAUD
1. Pengertian Guru PAUD........................................................................16
2. Peran Guru PAUD................................................................................18
3. Kualifikasi Dan Kompetensi Guru PAUD...........................................24
B. Anak Usia Dini
1. Pengertian Anak Usia Dini...................................................................27
2. Karakteristik Perkembangan AUD......................................................28
C. Penyesuaian Diri
1. Pengertian Penyesuaian Diri................................................................41
2. Penyesuaian Diri AUD.........................................................................42
3. Penyesuaian Diri Anak Dan Sekolah...................................................48
D. Upaya Guru Membantu Anak Usia Dini Dalam Menyesuaikan Diri........50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...........................................................................................57
B. Lokasi Penelitian........................................................................................58
C. Informan Penelitian....................................................................................58
D. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................59
E. Teknik Pengolahan Data............................................................................61
F. Teknik Keabsahan Data.............................................................................62
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil
Penelitian................................................................................
...........64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................81
B. Saran...........................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Kisi-Kisi Penelitian
Lampiran II Pedoman Wawancara
Lampiran III Hasil Wawancara
Lampiran IV Surat Keterangan Telah Melakukan Wawancara
Lampiran V Panduan Observasi
Lampiran VI Catatan Lapangan Observasi
Lampiran VII Surat Keputusan
Lampiran VIII Surat Izin Penelitian Kampus
Lampiran IX Surat Rekomendasi Penelitian Dari KESBANGPOL
Lampiran X Surat Keterangan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang
diatur secara sistematis. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003).1
Dimana salah satu azas pendidikan adalah pendidikan sepanjang hayat
seirama dengan salah satu hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi :“
Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat ”, Yang artinya bahwa
pendidikan itu harus dikejar sepanjang masa dari manusia dilahirkan sampai ia
meninggal dunia. Maka pendidikan sangatlah penting untuk dimulai pada usia
sedini mungkin karena pada masa ini anak dalam masa keemasan nya (golden
age). Yaitu masa dimana anak cepat dalam menangkap pelajaran yang di
berikan.
1 Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan, (Kuningan:Refika Aditama,
2009) h. 1-2
Penyelenggaraan pendidikan usia dini diatur pemerintah melalui
Departemen Pendidikan Nasional telah mengamanatkan dilaksanakannya
pendidikan rakyat indonesia sejak usia dini, dan menetapkan suatu rumusan
tentang PAUD yang terdapat pada UU No.20 Tahun 2013, pasal 1 butir 13,
yaitu:
“Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut”2
Sejak berlakunya UU No. 20 Tahun 2003 tersebut maka sistem pendidikan
sekarang terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah pertama, pendidikan menengah atas dan pendidikan tinggi yang
keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistematik. Dimana PAUD
merupakan pendidikan yang pertama sebelum memasuki pendidikan dasar.
PAUD dapat dilaksanakan melalui jalur formal dan informal. Sebagaimana
dijelaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 28 bahwa:
“PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dan PAUD
dapat diselenggarakan dalam jalur pendidikan formal ( seperti taman
kanak kanak, raudhatul athfal atau bentuk lain yang sederajat) jalur
2 KDT, UU No 20 Tahun 2003 Tentang SPN(Jakarta,2007), h.27
pendidikan non formal (seperti taman penitipan anak, kelompok bermain,
atau bentuk lain yang sederajat), serta jalur pendidikan yang informal
(seperti PAUD dalam keluarga atau yang dilaksanakan oleh
lingkungan)”3.
Pendidikan anak usia dini merupakan suatu usaha dan upaya yang
dilakukan untuk memberikan pendidikan kepada anak supaya anak siap untuk
menghadapi pendidikan dasar dimana lembaga ini dilakukan dalam lingkungan
keluarga, lembaga pendidikan, ataupun masyarakat kepada anak sejak dari usia
2 sampai 6 tahun untuk memberikan anak rangsangan baik secara fisik ataupun
psikis melalui kegiatan belajar sambil bermain, karena pendidikan anak usia
dini diintegritas melalui kegiatan belajar sambil bermain sehingga anak
memperoleh rangsangan yang tepat sesuai perkembangannya.
Anak usia dini adalah mereka yang berusia 3 sampai 6 tahun menurut
Biechler dan Snowman. Mereka biasanya mengikuti program pendidikan
prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka
mengikuti program tempat penitipan anak (3 bulan-5 tahun) dan kelompok
bermain usia (3 tahun) sedangkan pada usia (4-6 tahun) biasanya mereka
mengikuti program taman kanak-kanak.4
3 KDT, UU No 20 Tahun 2003 Tentang SPN,..., h.14 4 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah(Jakarta: Rineka Cipta), h. 19
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar di
sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada
masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamen dalam
kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Salah
satu periode yang menjadi ciri dari masa usia dini adalah the golden age atau
periode keemasan. Dimana semua potensi anak berkembang cepat, beberapa
konsep yang disandingkan untuk masa anak usia dini adalah masaa eksplorasi,
masa imitasi, masa bermain.
Pada masa ini anak mengalami masa peka dan kritis, masa peka
maksudnya masa terjadinya kematangan fisik dan psikis yang siap merespon
stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Sedangkan masa kritis merupakan
masa peletakan dasar struktur perkembangan kepribadian individu, karna
perkembangan yang di peroleh pada masa ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan berikutnya hingga dewasa.
Menurut Yuliana periode emas adalah tahun-tahun berharga bagi anak
untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulus
terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif, agama dan moral.5
Sigmund freud dengan teori psikoanalisis klasik menambahkan bahwa masa
lima tahun pertama merupakan masa yang sangat menentukan perkembangan
manusia.6 Pada masa kanak-kanak mempunyai arti penting dalam pembinaan
anak dan menentukan penyesuaian diri yang sehat di masa depannya. Oleh
5 Yuliana, Home Schooling Group kurikulum Berbasis Akidah Islam (Jakarta:Al-Diina),
h.7 6 Taufik, Model-Model Konseling, (Padang: FIP UNP), h.3
sebab itu kita sebagai pendidik harus memahami cara yang paling baik untuk
memperlakukan anak dalam semua tingkat pertumbuhannya yang pertama7.
Oleh sebab itu penyelenggaraan pendidikan anak usia dini harus sesuai
dengan kebutuhan anak agar tercapainya perkembangan yang optimal secara
fisik dan psikis, intelektual, motorik, sosio emosional dan bahasa. Karena
tujuan PAUD secara khusus adalah mengembangkan potensi kecerdasan
spiritual, intelegtual, emosional dan sosial pada masa keemasan
pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan
menyenangkan.8
Seperti yang disebutkan di atas bahwa penyelenggaraan pendidikan anak
usia dini memperhatikan perkembangan anak, maka diperlukan peran dari guru
karena guru merupakan tenaga pengajar yang akan membimbing dan
membantu siswa dalam belajar, maka upaya guru dalam membangun dan
mengembangkan aspek perkembangan agar anak dapat menjalani
perkembangannya secara baik sangat perlu diperhatikan. Artinya peran guru
bukan hanya untuk mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga membimbing
serta mengarahkan agar mengalami perubahan tingkah laku yang sesuai dengan
perkembangannya.
Sesuai dengan Permendikas No.56 Tahun 2009 yang menjelaskan bahwa
pendidik anak usia dini adalah profesional yang bertugas merencanakan,
melaksanakan proses pembelajaran dan menilai hasil pembelajaran, serta
7 Mustafa fahmi, kesehatan mental,(jakarta:bulan bintang, 1997), h.68 8 Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik.(Jakarta:Kencana, 2011), h.25
melakukan bimbingan, pengasuhan dan perlindungan anak. Seorang pendidik
harus memberikan contoh (modeling) bagi anak karena anak pada masa
(golden age) sangat mudah untuk menirukan apa saja yang dilihat dan
didengarkannya, sehingga seorang pendidik harus berhati hati dalam bertindak
dan berbicara di depan sang anak karena kepribadian orang terdekat akan
mempengaruhi perkembangan baik sosial maupun emosional anak.
Hurlock mengemukakan bahwa hubungan antara anak dengan sikap guru
ditentukan oleh sikap guru terhadap anak dan sikap anak terhadap gurunya.
Sikap ini bergantung pada bagaimana guru dan anak mempersepsi satu sama
lain. Agar anak mempunyai persepsi yang positif, guru harus bersikap terbuka,
jujur, dan menghargai anak. Sikap guru seperti ini akan menumbuhkan rasa
aman dan percaya diri pada anak sehingga anak mampu menyesuaikan diri
dengan baik dengan lingkungan. Sejak lahir manusia telah diajarkan tentang
bagaimana dapat hidup bersama dengan orang lain, dengan kata lain di dalam
diri manusia telah ditanamkan sejak kecil bagaiman cara bersoialisasi dengan
baik.
Hubungan yang terjadi pada umumnya dimulai dengan adanya saling
menyadari keberadaan satu dengan yang lainnya dan dilanjutkan dengan
adanya kontak antar pribadi sehingga terjadinya interaksi dan penyesuaian diri
terhadap lingkungan. Penyesuaian diri anak usia dini dapat diartikan sebagai
penyesuaian sosial, yaitu kesanggupan anak untuk dapat bereaksi secara efektif
dan harmonis terhadap realitas sosial dan situasi sosialnya, bisa menjalin
hubungan sosial dan situasi sosialnya, serta bisa menjalin hubungan sosial
yang sehat. Menurut Hurlock penyesuaian diri diartikan sebagai keberhasilan
seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan
terhadap kelompok pada khususnya. Begitu juga dengan AUD, anak juga
diajarkan bagaimana ia bisa menyesuaikan diri dalam lingkungan keluarga,
sekolah dan teman sebaya.9
Penyesuaian diri pada anak usia dini (3-5 tahun) di tandai dengan adanya
inisiatif. Sedangkan perkembangan yang gagal pada diri anak ditandai dengan
adanya perasaan bersalah. Menurut erickson masa ini merupakan masa untuk
siap secara psikologis untuk menjalankan kegiatan yang dipilih sendiri. Inisiatif
bisa berkembang apabila anak pada masa ini diberi kesempatan untuk memilih
kegiatan yang berarti baginya secara bebas, mereka akan cenderung
mengembangkan pandangan yang positif yang ditandai oleh kemampuan
untuk mengambil inisiatif dan menangani secara tuntas hal-hal yang telah
dipilihnya10.
Perasaan bersalah akan muncul apabila mereka tidak diperkenankan untuk
mengambil keputusan sendiri sedikit-sedikitnya mengenai beberapa hal
penting, atau apabila pilihannya sendiri seringkali dipermalukan. Mereka akan
menahan diri untuk menetukan pendirian sendiri dan secara berangsur-angsur
mereka akan membiarkan orang lain membuat keputusan untuknya. Sikap yang
sebaiknya diambil pendidik lainnya adalah selalu memberi kesempatan pada
anak untuk beraktualisasi diri dengan berbagai percobaan yang ingin mereka
9 Hurlock, Psikologi Perkembangan.(Jakarta:Erlangga) H. 257 10 Taufik, model model konseling(padang:fip unp,2009)h.68-69
lakukan dan kalau perlu merangsang mereka untuk melakukan berbagai
percobaan.
Dalam penyesuaian diri dengan lingkungan, tidak selalu terjadi
penyesuaian yang baik. Ada kalanya anak mengalami hambatan di dalam
proses penyesuaian diri. Penyesuaian diri yang gagal di sebabkan karena
ketidakmampuan anak dalam menghadapi hambatan-hambatan dan
mengatasinya. Kegagalan-kegagalan yang terjadi akan mengakibatkan
ketegangan, rasa frustasi, perasaan bersalah serta rend ah diri yang akan
membuat anak merasa tidak nyaman bila berada di lingkungan yang baru.
Agar anak bahagia, anak harus melakukan penyesuaian pribadi maupun
sosial yang baik. Oleh karena itu anak harus diterima cukup baik oleh orang
yang berarti dalam hidupnya agar ia berbahagia. Walaupun penerimaan dan
kasih sayang berjalan bersamaan, bila kasih sayang diharapkan memperbesar
kebahagiaan anak kasih itu harus. Betapa pentingnya kasih sayang orang lain
dalam tingkat penyesuaian anak. Horn mengatakan “seseorang yang kurang
memperoleh cinta kasih di masa kanak-kanak tidak berbahagia pada masa itu
dan juga mengembangkan nilai yang menyebabkan ketidakbahagiaan
berlangsung terus dalam kehidupan selanjutnya”11.
Anak yang memiliki penyesuaian diri yang buruk disebut “maladjusted”.
Mereka sering disebut anak “anak bermasalah”. Terdapat dua macm
penyesuaian diri yang salah, mencakup perilaku perilaku yang diterima secara
11 Hurlock,psikologi perkembangan anak,,,h.258
sosial namun merupakan sumber konflik yang berkelanjutan, serius dan
mengganggu bagi anak. Salah satu penyebab utama penyesuaian buruk adalah
penolakan diri. Anak yang mempunyai sikap menolak dirinya tidak menyukai
dirinya sendiri. Sebagimana anak menolak teman bermain atau teman yang
tidak disukainya. Demikian juga mereka menolak dirinya bilamana mereka
merasa mereka tidak seperti yang diinginkannya12.
Bagi seorang anak penyesuaian diri yang baik dan ideal ditandai dengan
adanya semacam harmoni dalam, artinya mereka puas dengan dirinya.
Walaupun sewaktu-waktu ada kekecewaan dan kegagalan mereka berusaha
untuk mencapai tujuan. Jika mereka menganggap tujuan tersebut terlalu tinggi,
mereka bersedia memodifikasi tujuan agar cocok dengan kemampuan mereka.
Disamping membuat penyesuaian pribadi yang baik, anak yang baik
penyesuaiannya mempunyai harmonis dengan orang sekeliling mereka.
Anak yang mampu menerima dirinya sendiri sebagaimana mereka
menerima sebagai teman yang disukai. Bila anak cukup menyukai dirinya,
maka menunjang penerimaan sosial. Semakin banyak orang yang menyukainya
dan menerima mereka, makin senang anak dengan dirinya. Ini menunjang
penyesuaian pribadi dan sosial.
Guru anak usia dini dapat membantu anak untuk berpindah dari sifat egois
kepada berbagai kegiatan bersama. Taman kanak-kanak harus menyediakan
kesempatan yang cukup untuk pengembangan kelakuan itu melalui hubungan
12 Hurlock, psikologi perkembangan anak,,,h.266
anak dengan kelompok teman-temannya di luar pekerjaan bersama. Dan
selanjutnya ini merupakan langkah penting dari penyesuaian dengan
lingkungan13. Pendidikan maju menuntut dari guru atau pendidik untuk
mengamati perkembangan anak dan harus sesuai dengan perkembangan
tersebut. Proses pendidikan, tersimpul dalam penciptaan penyesuaian antara
makhluk kecil itu dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh lingkungannya
menurut kepentingannya dari perkembangan material dan spiritual.
Keberhasilan proses pendidikan tergantung kepada cara dan metoda yang
digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Dan ia harus
mempelajari anak yang dituntut pembentukannya, sehingga ia dapat
menentukan kurikulum yang memungkinkan mereka mendapatkan berbagai
pengetahuan, sebagai dengan metoda penyampaian yang khusus bagi anak-
anak yang masih kecil pada umumnya dan bagi setiap tahap perkembangan
khususnya. Kurikulum baru tersebut dengan berbagai macam namanya ada
metode montesory atau teori dalton, semuanya tunduk kepada aturan dasar
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan kegiatan yang dapat memberi
kesempatan bagi anak untuk nyata diri dan belajar cara menyesuaikan diri
dalam lingkungan tempat ia hidup14.
Berdasarkan hasil observasi di TK Tunas Harapan Solok Bio-Bio Kab.
Lima Puluh Kota pada tanggal 9 Februari 2016 diketahui bahwa: Terlihat anak
hanya memilih teman tertentu untuk bermain dan belajar di sekolah, mereka
13 Mustafa fahmi, penyesuaian diri (jakarta:bulan bintang)h.121 14 Mustafa fahmi, penyesuaian diri (jakarta:bulan bintang)h.121
berteman karna orangtua mereka saling mengenal. Terdapat anak yang
mengganggu dan mencari masalah dengan anak lain. Ada beberapa anak yang
masih malu untuk mengerjakan kegiatan yang disuruh, Terdapat anak yang
suka menyendiri dan tidak bergabung dengan anak lain.
Berdasarkan wawancara dengan guru TK Tunas Harapan Solok Bio-Bio
Kab. Lima Puluh Kota pada tanggal 8 Februari 2016 yaitu dengan Ibuk Desri
wahyuni menuturkan bahwa, masih terdapat anak yang lebih suka menyendiri
saja dan tidak mau bergabung dengan anak lainnya. Terdapat anak yang
bermain dengan teman yang itu itu saja, anak tersebut tidak ingin teman
tersebut bergabung dengan orang lain. Masih ada anak yang enggan dan malu
untuk mengikuti kegiatan yang diperintahkan oleh guru (seperti enggan
menggangkat tangan saat berdo’a, malu melakukan gerakan senam). Terdapat
anak yang suka mengganggu dan mencari masalah dengan anak lain (berebut
mainan atau makanan).15
Permasalahan anak ini tentu tidak boleh di biarkan begitu saja karna
penyesuaian diri pada usia anak-anak akan sangat menentukan keberhasilan
anak menyesuaiakan diri dalam tahapan perkembangan selanjutnya. Begitu
juga pengaruh dari orang sekitar seperti guru sangat penting dalam proses
penyesuaian diri anak.
Maka dari itu kenyataan yang penulis dapatkan dilapangan. Penulis
mengangkat sebuah judul penelitian yaitu: “Upaya Guru Membantu Anak
15 Wawancara Pribadi Dengan Guru, Ibuk Desri Wahyuni, Senin (8 Februari 2016)
Usia Dini Untuk Menyesuaikan Diri Di TK Tunas Harapan Solok Bio-Bio
Kab. Lima Puluh Kota”
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian permasalahan yang terungkap dalam latar belakang,
maka identifikasi masalah dalam penelitian ini yang terkait dengan fenomena
di atas adalah:
1. Anak yang hanya memilih teman tertentu untuk bermain dan belajar di
sekolah, mereka berteman karna orangtua mereka saling mengenal.
2. Anak suka mengganggu dan mencari masalah dengan anak lain.
3. Anak masih malu untuk mengerjakan kegiatan rutin sekolah
4. Anak suka menyendiri dan tidak bergabung dengan anak lain
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka dapat dibatasi masalahnya
yaitu, maka penulis menetapkan batasan masalah pada upaya guru membantu
anak usia dini untuk menyesuaikan diri di TK Tunas Harapan Solok Bio-Bio
Kab. Lima Puluh Kota.
D. Rumusan masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana upaya guru membantu anak usia dini untuk menyesuaikan diri di
TK Tunas Harapan Solok Bio-Bio Kab. Lima Puluh Kota?.
E. Tujuan dan kegunaan penelitian
Adapun tujuan dan kegunaan dari pelaksanaan penelitian yang akan
dilaksanakan di TK Tunas Harapan Solok Bio-Bio Kab. Lima Puluh Kota:
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui upaya guru
membantu anak usia dini untuk menyesuaikan diri di TK Tunas Harapan
Solok Bio-Bio Kab. Lima Puluh Kota.
2. Kegunaan Penelitian
a. Meningkatkan pemahaman guru tentang perkembangan anak usia dini.
b. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi guru dalam meningkatkan
penyesuaian diri pada anak usia dini.
c. Sebagai syarat untuk mencapai gelar S1, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah Ilmu
Keguruan IAIN Bukittinggi.
d. Menambah pengetahuan, wawasan dan keterampilan penulis dalam
melakukan penelitian.
F. Penjelasan judul
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami kata-kata yang
terdapat dalam skripsi ini, maka penulis menjelaskan judul sebagai berikut:
Upaya : Usaha, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud,
memecahkan persoalan, atau mencari jalan keluar16.
16 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2007). h .1250
Maksudnya adalah upaya guru untuk membantu
penyesuaian diri anak usia dini.
Guru : adalah pekerja profesional yang membutuhkan
keahlian hasil proses pendidikan yang dilaksanakan
oleh lembaga pendidikan keguruan17. Maksudnya
adalah tenaga pendidik yang mengajar di sekolah
bagi anak usia dini.
Penyesuaian diri : seberapa jauh kepribadian seseorang individu
berfungsi secara efisien dalam masyarakat, bagi
anak penyesuaian diri berarti merasa puas terhadap
dirinya sendiri18. Penyesuaian diri yang penulis
maksud adalah bagaimana seorang anak menerima
dirinya sendiri seperti dia menerima teman yang ia
sukai.
Anak usia dini : Periode perkembangan yang merentang dari masa
bayi hingga usia lima atau enam tahun periode ini
biasanya disebut periode pra sekolah19. Anak yang
dibahas disini yaitu anak dari umur 2 tahun sampai 6
tahun yang mengikuti pendidikan di TK Tunas
Harapan di Solok Bio-Bio Kab. Lima Puluh Kota.
17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,2008), h.15 18 Hurlock, psikologi perkembangan,..,h.257 19 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Pra Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta) h.19
Jadi, maksud dari judul penelitian ini adalah apa usaha yang dilakukan
oleh seorang propfesional yang membutuhkan keahlian hasil pendidikan dalam
memberikan sokongan kepada anak berusia 2 sampai 6 tahun yang mengikuti
pendidikan anak usia dini supaya mampu menerima dirinya sendiri dan juga
lingkungan di sekitarnya.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca, maka disini penulis membuat kerangka
pembahasan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan terdiri dari; latar belakang masalah, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penjelasan judul, sistematika penulisan.
BAB II : Landasan teoritis terdiri dari; pembahasan tentang guru, terdiri dari
sub-sub bab, yaitu pengertian guru PAUD, peran dan tanggung
jawab serta kualifikasi dan komponen guru PAUD, pembahasan
tentang anak usia dini; terdiri dari sub-sub bagian yaitu, pengertian
anak usia dini dan aspek perkembangan anak usia dini. Kemudian
pembahasan tentang penyesuaian diri; terdiri dari su-sub bab, yaitu
pengertian penyesuaian diri, bentuk-bentuk penyesuaian diri,
pentingnya penyesuaian diri dalam kehidupan, faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri. Upaya guru yang dapat dilakukan
agar dapat menyesuaikan diri
BAB III : Merupakan metodologi penelitian, terdapat jenis penelitian, lokasi
penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
pengolahan data, teknik keabsahaan data.
BAB IV: Merupakan hasil penelitian
BAB V : Merupakan penutup, terdapat kesimpulan dan saran
BAB II
LANDASAN TEORI
Guru PAUD
Pengertian guru PAUD
Pengertian guru PAUD secara bahasa adalah orang yang pekerjaannya
(profesi) adalah mengajar.20 Jadi dapat dikatakan bahwa setiap orang yang
menjadikan mengajar sebagai profesi adalah seorang guru.Menurut Hamzah
guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggungjawab dalam
mendidik, mengajar, dan membimbing anak. Dengan demikian yang disebut
guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program
pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar anak dapat
belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan
akhir dari proses pendidikan.21
Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah profesi
yang dilakukan oleh orang yang dewasa secara sadar dan bertanggungjawab
agar anak didik dapat belajar mencapai tingkat kedewasaan. Guru adalah
pekerja profesional yang membutuhkan keahlian hasil proses pendidikan yang
dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan.22 Oleh karena itu, sebagai
suatu profesi, guru merupakan suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus
dan tidak sembarangan orang. Hal ini sejalan dengan UU No 14 Tahun 2005
pasal 1 ayat 1 tentang guru dan dosen, yang berbunyi:
20Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.377 21 Hamzah, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Bumi Kencana Aksara), h.17 22 Vina Sanjaya, Strategi Pe mbelajarn, (Jakarta: Kencana,2008), h.15
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”23
Jadi sebagai pendidik guru tidak hanya mentransfer ilmu, akan tetapi
juga membimbing dan mengarahkan serta bertanggungjawab agar anak dapat
mengembangkan potensi dasar anak dapat mengembangkan potensi dasar dan
kemampuannya seoptimal mungkin sehingga mengalami perubahan tingkah
laku sebagaimana diharapkan.
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa guru juga termasuk
pendidik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal. Sejalan dengan itu
berdasarkan Permendiknas No.58 Tahun 2009 dijelaskan bahwa:
“Pendidik usia dini adalah profesional yang bertugas merencanakan,
melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran,
serta melakukan bimbingan, pengasuhan dan perlindungan anak
didik”24.
23KDT, UU No 20 Tahun Tentang Guru Dan Dosen(jakarta,2007), h.95 24 KDT, UU No 20 Tahun Tentang SPN (jakarta,2007), h,28
Dapat disimpulkan bahwa guru PAUD adalah tenaga propesional yang
tugasnya melaksanakan pembelajaran sekaligus pendidikan bagi anak dini
sesuai dengan perkembangan anak. Melaksanakan pembelajaran maksudnya
adalah tugas guru dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan mulai dari
merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran serta menilai hasil
pembelajaran.
Sedangkan melaksanakan pendidikan maksudnya adalah mendidik anak
melalui bimbingan, pengasuhan, perlindungan agar anak dapat
mengembangkan potensi dan kemampuannya ayang akan sangat bermanfaat
bagi perkembangan anak selanjutnya.
Peran Guru PAUD
Adapun peranan yang harus dilakuakan oleh guru PAUD demi
keberhasilan perkembangan anak adalah:
Peran guru dalam interaksi
Guru PAUD akan sering berinteraksi dengan anak dalam berbagai bentuk
perhatian, baik interaksi lisan maupun perbuatan. Guru harus berinisiatif
menvariasikan interaksi lisan, seperti dalam memberikan perintah dan bercakap
cakap dengan anak, atau yang bersifat interaksi nonverbal yang tepat seperti
memberi senyuman, sentuhan, pelukan, memegang, melalui kontak mata, dan
berlutut atau duduk setingkat dengan anak sehingga membawa kehangatan dan
rasa hormat25.
Peran guru dalam pengasuhan
Guru PAUD harus mengasuh anak dengan sentuhan dan kasih sayang.
Pengasuhan yang dilakukan guru akan sangat bermanfaat bagi pemenuhan
kebutuhan psikologis anak26. Kontak fisik seperti pelukan atau sentuhan
maupun perhatian dan pengajaran dengan kasih sayang sangat penting dalam
mendorong perkembangan psikologi anak.
Peran guru dalam mengatur tekanan atau stress
Guru harus dapat membantu anak untuk belajar mengatur tekanan,
menciptakan permainan dan mempelajari lingkungan aman dari tekanan,
sehingga mempermudah anak menjalani perkembangannya tanpa tekanan dan
stress27. Guru dapat memberikan rasa aman dan mendorong anak untuk
mengutarakan perasaan dan membicarakan perasaan yang dirasakan oleh anak.
Peran guru dalam memberikan fasilitas
Anak-anak membutuhkan kesempatan untuk bermain imajinatif,
mengekspresikan diri, menemukan masalah, menyelidiki jalan alternatif dan
menemukan penemuan baru untuk mempertinggi perkembangan kreatifitas.
25 Ade Dwi Utami Dkk, Modul PLPG Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta, 2013),h.9 26 Ade Dwi Utami Dkk, Modul PLPG Pendidikan Anak Usia Dini,..., h. 9
27 Ade Dwi Utami Dkk, Modul PLPG Pendidikan Anak Usia Dini,..., h.9
Untuk itu guru perlu memfasilitasi dengan memberikan berbagai kegiatan dan
lingkungan belajar yang fleksibel serta berbagai sumber belajar28. Kesempatan
yang diberikan dapat mendorong timbulnya ekspresi diri anak.
Guru dapat memberikan dorongan pada anak untuk memilih aktivitasnya
sendiri, menemukan berbagai hal alternatif dan untuk menciptakan objek atau
ide baru yang memudahkan perkembangan kemampuan berfikir dan
penanganan masalah pada anak.
Peran guru dalam perencanaan
Para guru perlu merencanakan kebutuhan anak-anak untuk aktivitas
mereka, perhatian, stimulus, dan kesuksesan melalui keterpaduan kegiatan di
dalam kelas dan melalui implementasi desain kegiatan yang terencana29. Guru
juga merencanakan kegiatan rutin beserta peralihannya. Anak-anak harus dapat
berpindah secara efektif dari satu area ke area yang lain secara aman, tidak
terburu-buru dalam kelompok maupun individual sampai mereka telah siap.
Guru dapat mempersiapkan aktivitas dan menciptakan suasana yang dapat
menstimulasi anak dan membantu mereka memilih aktivitas alternatif yang
tergantung pada perubahan kondisi, perbedaan ketertarikan pada anak dan
situasi yang luar biasa.
Peran guru dalam pengayaan
28 Ade Dwi Utami Dkk, Modul PLPG Pendidikan Anak Usia Dini,..., h.10 29 Ade Dwi Utami Dkk, Modul PLPG Pendidikan Anak Usia Dini,...,h.10
Aspek lain dari peranan guru adalah memperkaya lingkungan belajar anak.
Guru harus menyediakan kesempatan belajar anak pada perkembangan yang
tepat. Hal yang dapat dilakukan guru yaitu30:
1) Guru menyiapkan lingkungan belajar untuk anak yang meliputi
eksplorasi aktif dan interaksi dengan orang dewasa, anak lain dan dengan
benda.
2) Anak-anak memilih sendiri aktivitas mereka dari berbagai macam area
belajar yang disediakan oleh guru, meliputi bermain peran, balok, sains,
matematika, permainan puzzle, membaca, mencatat, seni dan musik.
3) anak-anak diharapkan menjadi aktif secara fisik dan mental. Anak-anak
memilih diantara kegiatan yang telah dirancang oleh guru atau dari
inisiatif anak secara spontan.
4) Anak-anak bekerja secara individual atau dalam kelompok kecil atau
kelompok informal dalam waktu yang lebih banyak.
5) Anak-anak disediakan aktivitas belajar secara kongkret dengan barang-
barang dan orang-orang yang sesuai untuk pengalaman hidup mereka.
6) Guru bergerak diantara kelompok-kelompok dan individu untuk
memudahkan keterlibatan anak dengan barang-barang dan aktivitas-
aktivitas mereka dengan bertanya, memberikan saran atau menambahkan
barang-barang yang lebih kompleks atau ide-ide untuk suatu situasi.
30 Ade Dwi Utami Dkk, Modul PLPG Pendidikan Anak Usia Dini,...,h.11
7) Guru menerima bahwa ada lebih dari satu jawaban yang benar. Guru
mengakui bahwa anak-anak belajar dari pemecahan masalah dirinya
secara langsung dalam pengalaman-pengalamannya.
Peran guru dalam menangani masalah
Guru dapat membantu anak menyelesaikan masalahnya baik masalah yang
berhubungan dengan proses belajar, ataupun maslah yang terjadi dalam
hubungan sosialnya. Guru dapat memahami kebutuhan anak, penyebab
timbulnya masalah pada anak dan mencari alternatif pemecahan masalah. Guru
juga dapat bekerja sama dengan orang tua dalam membantu menangani
masalah anak secara efektif.
Peran guru dalam pembelajaran
Dalam pembelajaran, guru PAUD membantu anak yang sedang tumbuh dan
berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahui anak dengan
memberikan informasi dan pengetahuan yang bermanfaat bagi anak dalam
perkembangannya31. Pembelajaran yang diberikan harus dapat meransang anak
agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya agar dapat berkembang
seoptimal mungkin.
Peran guru dalam bimbingan dan pemeliharaan
Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh guru atau petugas
lainnya kepada anak didik dalam rangka memperhatikan kemungkinan adanya
hambatan atau kesulitan yang di hadapi oleh anak dalam rangka mencapai
perkembangan yang optimal, sedangkan pemeliharaan adalah suatu kegiatan
31 Ade Dwi Utami Dkk, Modul PLPG Pendidikan Anak Usia Dini,...,h.12
yang dilakukan dengan sadar untuk mempengaruhi pertumbuhan fisik dan
perkembangan mental anak dengan cara tertentu untuk mencapai hasil
tertentu32.
Adapun tanggung jawab guru PAUD adalah sebagai berikut:
1) Menunjukkan perhatian kepada anak
2) Memiliki kepekaan terhadap individu anak
3) Mengembangkan hubungan yang alamiah dengan anak
4) Menggunakan otoritas orang dewasa secara bijaksana dalam membantu
pertumbuhan anak
5) Merancang kegiatan yang bermakna bagi anak
6) Mengenalkan displin sebagai suatu pengalaman belajar bagi anak dalam
menemukan kesalahan sebagi peluang potensi pembelajaran
7) Mengakui adanya kompetensi dalam diri anak
8) Mengorganisasi kurukulum yang berlandaskan pada perkembangan
kebiasaan yang tepat.
9) Bekerja sama dengan orangtua dalam tanggungjawab terhadap
perkembangan anak.
10) Memiliki dedikasi yang tinggi sebagai propesional dalam bidang
pendidikan anak.
11) Mampu menyuarakan kebutuhan anak pada orang tua, pihak sekolah,
pengelola dan masyarakat serta pembuat kebijakan.
12) Mengakui adanya kompetensi pada diri anaknya33.
32 Ade Dwi Utami Dkk, Modul PLPG Pendidikan Anak Usia Dini,...,h.12
Melihat peranan dan tanggung jawab tersebut, terbuktilah bahwa menjadi guru
PAUD bukanlah sekedar pekerjaan mengasuh atau menjaga anak, namun guru
PAUD adalah pekerjaan propesional yang memerlukan kesungguhan dan
loyalitas dalam pelaksanaanya.
Menjadi guru PAUD tidak bisa dilakukan sekedarnya saja, namun harus
mampu menyampaikan pembelajaran dan berinteraksi dengan anak secara
baik, membimbing anak agar tidak mengalami hambatan dalam
perkembangannya, mengupayakan pemecahan masalah yang tepat bagi anak
serta mengembangkan potensi yang dimilikinya agar anak dapat berkembang
secara optimal.
Oleh sebab itu, guru PAUD perlu mengarahkan segenap tenaga dan
mencurahkan banyak waktunya untuk meningkatkan kemampuannya demi
keberhasilan anak didik.
Kualifikasi dan kompetensi guru PAUD
Sebagai pekerja profesional, menjadi guru PAUD tidak bisa dilakukan
oleh sembarang orang saja, oleh sebab itu pemerintah mengeluarkan
Permendiknas No.58 Tahun 2009 dan menetapkan kualifikasi untuk guru
33 Ade Dwi Utami Dkk, Modul PLPG Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta, 2013),h.14
PAUD. Kualifikasi merupakan pendidikan khusus untuk memperoleh
keahlian.34 Adapun kualifikasi akademik bagi guru PAUD adalah:
Memiliki ijazah D-II PGTK dari perguruan tinggi terakreditasi, atau
Memiliki ijazah minimal sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat dan
memiliki sertifikat pelatihan/ pendidikan/ kursus PAUD yang
terakreditasi.
Selain itu guru PAUD dalam menjalankan tugas dan peranannya juga
dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi. Kompetensi merupakan perilaku
rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.
Dengan demikian, suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau
unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan (rasional) dalam upaya
mencapai suatu tujuan.35 Adapun standar kompetensi guru PAUD menurut
Permendiknas No.58 Tahun 2009 diantaranya yaitu:
a. Kompetensi kepribadian
Kompetensi ini adalah salah satu kemampuan personal yang harus dimiliki
oleh guru dengn cara mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi anak dan berakhlak mulia. 36adapun
kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru PAUD yaitu:
1) Bersikap dan berperilaku sesuai dengan kebutuhan psikologis anak.
34 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ... h. 603 35 Wina, Sanjaya, Strategi Pembelajaran, ... , h.18 36 Kusnandar, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses
Dalam Azasi Guru,(Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2007), h.75
2) Bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma agama, budaya dan
keyakinan anak.
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang memiliki budi pekerti luhur.
b. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki guru yang
berhubungan dengan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum dan substansi
keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktural dan
metologi keilmuannya.37 Adapun kompetensi profesional yang harus dimiliki
guru PAUD yaitu:
1) Memahami tahapan perkembangan anak.
2) Memahami pertumbuhan dan perkembangan anak.
3) Memahami pemberian rangsangan pendidikan, pengasuhan dan
perlindungan.
4) Membangun kerjasama dengan orang tua dalam pendidikan,
pengasuhan dan perlindungan anak.
c. Potensi akademik
Kompetensi ini merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran anak, mulai dari perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
37 Kusnandar, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses
Dalam Azasi Guru, h.76
evaluasi hasil belajar dan pengembangan anak untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.38Adapun kompetensi pedagogik yang harus
dimiliki guru PAUD yaitu:
1) Merencanakan kegiatan program pendidikan, pengasuhan dan
perlindungan.
2) Melaksanakan proses pendidikan, pengasuhan dan perlindungan.
3) Melaksanakan penilaian terhadap proses dan hasil pendidikan,
pengasuhan dan perlindungan.
d. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dengan anak, tenaga pendidikan, orang tua atau wali
anak dan masyarakat sekitar.39Adapun kompetensi sosial yang harus dimiliki
guru PAUD yaitu:
Beradaptasi dengan lingkungan.
Berkomunikasi secara efektif.
Oleh sebab itu pendidikan untuk anak usia dini tidak boleh dilakukan
oleh sembarangan orang, ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru dalam mendidik anak usia dini. Pendidik usia dini juga tidak
terlepas dari tanggung jawab yang harus diembannya.
38 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, ... , h.19 39 Kunandar, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses
Sertifikasi Guru, ... , h. 76
Anak Usia Dini
Pengertian anak usia dini
Anak usia dini menurut NAEYC (National Association for The Education
of Young Children) adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun,
yang tercakup dalam program pendidikan di Taman Penitipan Anak, penitipan
anak pada keluarga, pendidikan prasekolah baik itu swasta ataupun negeri, TK,
dan SD40. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar
di sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia.
Pada masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamen dalam
kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya.
Salah satu periode yang menjadi ciri dari masa usia dini adalah the golden
age atau periode keemasan. Dimana semua potensi anak berkembang cepat,
beberapa konsep yang disandingkan untuk masa anak usia dini adalah masa
eksplorasi, masa imitasi, masa bermain.Konsep tersebut diperkuat oleh fakta
yang ditemukan oleh ahli-ahli neurologi yang menyatakan bahwa pada saat
lahir otak bayi 100 sampai 200 miliar neuron atau sel syaraf yang siap
melakukan sambungan antarsel. Sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia
telah terjadi ketika usia 4 tahun, 80% telah terjadi ketika usia 8 tahun dan
mencapai titik kulminasi 100% ketika berusia 8 sampai 18 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa betapa meruginya suatu keluarga, masyarakat, dan bangsa
mengabaikan masa-masa penting yang berlangsung pada anak usia dini41.
40 Trianto, desain pengembangan pembelajaran tematik bagi anak usia dini tk dan anak
kelas awal(jakarta: kencana,2011) h, 6 41 Trianto, desain pengembangan pembelajaran tematik bagi anak usia dini tk dan anak
kelas awal(jakarta: kencana,2011) h, 6-7
Anak usia dini adalah mereka yang berusia 3 sampai 6 tahun menurut
Biechler dan Snowman. Mereka biasanya mengikuti program pendidikan
prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka
mengikuti program tempat penitipan anak (3 bulan-5 tahun) dan kelompok
bermain usia (3 tahun) sedangkan pada usia (4-6 tahun) biasanya mereka
mengikuti program taman kanak-kanak.42
karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan fisik
Pertumbuhan selama awal masa kanak-kanak berlangsung lambat
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan bayi. Awal masa kanak-kanak
merupakan masa pertumbuhan yang relatif seimbang meskipun terdapat
perbedaan musim, bulan juli sampai pertengahan desember merupakan saat
terbaik untuk peningkatan berat badan dan april sampai pertengahan untuk
peningkatan tinggi tubuh. Perkembangan fisik pada awal masa kanak-kanak
dalam segi pertambahan tinggi badan setiap tahunnya rata-rata tiga inci. Pada
usia tiga tahun anak rata-rata 46,8 inci. Pertambahan berat badan anak setiap
tahunnya tiga sampai lima pon. Pada usia enam tahun berat anak harus kurang
lebih tujuh kali berat pada waktu lahir. Anak perempuan rata-rata beratnya 48,5
pon dan anak laki-laki 49 pon.
Perbandingan tubuh sangat berubah wajah tetap kecil tetapi dagu tampak lebih
jelas dan leher memanjang. Gumpalan pada bagian-bagian tubuh berangsur-
angsur berkurang dan tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang
42 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah(Jakarta: Rineka Cipta), h. 19
rata, dan bahu yang lebih luas dan lebih persegi. Lengan dan kaki lebih panjang
dan lebih lurus, tangan dan kaki tumbuh lebih besar. Perbedaan dalam postur
tubuh untuk pertama kali tampak jelas dalam awal kanak-kanak. Ada yang
posturnya gemuk lembek ada yang kuat berotot, dan ada yang relatif kurus.
Tingkat pengerasan otot bervariasi, otot menjadi lebih besar, kuat dan lebih
berat, sehingga anak menjadi tampak lebih kurus meskipun beratnya
bertambah. Anak-anak bertubuh endomorfik lebih banyak jaringan lemaknya
dari pada jaringan otot, mesomorfik mempunyai jaringan otot lebih banyak
daripada jaringan lemak dan yang bertubuh ektomorfik mempunyai otot-otot
yang kecil dan sedikit jaringan lemak.
Dalam masa kanak-kanak, kebiasaan fisiologis yang dasarnya sudah
diletakkan pada masa bayi menjadi semakin baik. Tidak perlu lagi disediakan
makanan khusus dan anak belajar makan pada waktu-waktu tertentu. Jumlah
tidur yang dibutuhkan sehari-hari berbeda, bergantung pada berbagai faktor
tertentu seperti banyaknya kegiatan yang dilakukan pada siang hari. Anak-anak
usia tiga tahun tidur sekitar 12 jam perhari. Tahun-tahun berikutnya jumlah
tidur berkurang 1 jam dari tahun sebelumnya.
Pada masa kanak-kanak, anak laki-laki harus mempelajari keterampilan
bermain yang secara budaya sesuai dengan kelompok anak laki-laki dan
dilarang untuk menguasai keterampilan yang lebih dianggap lebih sesuai untuk
anak perempuan. Keterampilan dalam makan dan berpakaian sendiri yang
dimulai pada masa bayi disempurnakan dalam masa kanak-kanak. Kemajuan
terbesar dalam keterampilan berpakaian umumnya antar usia 1,5 dan 3,5 tahun.
Menyisir rambut,mandi,dan mengikat tali.
Perkembangan kognitif
Sesuai dengan teori kognitif piaget, maka perkembangan kognitif pada masa
awal kanak-kanak dinamakan tahap proaperasional, yang berlangsung dari usia
2 samapai 7 tahun. Pada tahap ini, konsep yang stabil dibentuk, penalaran
mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta
terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis.
Pada usia 2-4 tahun (symbolic thought) anak mengembangkan kemampuan
untuk menggambarkan atau membayangkan secara mental objek yang tidak
ada. Kemunculan pemikiran simbolis pada subtahap propesional ini dianggap
sebagai pencapaian kognitif yang paling penting melalui pemikiran simbolis,
anak-anak prasekolah dapat mengorganisir dan memproses apa yang mereka
ketahui. Anak akan dapat dengan mudah mengingat kembali dan
membandingkan objek-objek dan pengalaman yang telah diperolehnya jika
mempunyai nama dan konsep yang dapat menggambarkan karakteristiknya.
Simbol juga membantu anak mengkomunikasikan pada orang lain tentang apa
yang mereka ketahui, sekalipun dalam situsi yang jauh berbeda dengan
pengalaman sendiri.
Perkembangan bahasa
Seiring dengan kemunculan pemikiran simbolis, anak-anak mengalami
perkembangan bahasa yang pesat. Perkembangan bahasa yang cepat ini
dianggap sebagai hasil perkembangan simbolisasi. Dengan demikian pada
masa kanak-kanak telah mengalami sejumlah nama-nama berbagai benda di
sekitarnya serta melihat hubungan fungsional antara benda-benda tersebut.
Di samping itu, pada masa ini penguasaan kosa kata anak meningkat pesat.
Anak menciptakan kalimat yang makin panjang dan makin bagus,
menunjukkan panjang pengucapan rata-rata majemuk. Sekali kali ia
menggunakan kata perangai, akhirnya timbul anak kalimat. Schaerlaekens
membedakan perkembangan bahasa masa awal kanak-kanak ini atas tiga, yaitu
periode kalimat satu kata, kalimat dua kata dari 1-2,5 tahun, dan periode
kalimat tiga kata dengan bertambahnya diferensiasi pada kelompok kata dan
kecakapan verbal43.
Sementara anak tumbuh dan berkembang, produk bahasa mereka meningkat
dalam kuantitas, keluasan dan kerumitannya. Anak usia dini biasanya telah
mampu mengembangkan keterampilan bicara dengan berbagai cara, antara lain
dengan bertanya melakukan dialog dan menyanyi. Sejak anak berusia dua
tahun anak memiliki minat yang kuat untuk menyebut nama benda. Minat
tersebut akan terus berlangsung dan meningkat yang sekaligus akan menambah
pembendaharaan kata yang telah dimiliki. Dengan menggunakan kata-kata
untuk menyebut benda-benda atau menjelaskan peristiwa, akan membantu
anak membentuk gagasan yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain44.
43 Desmita, psikologi perkembangan,(bandung: pt rosdakarya remaja, 2005) h. 139 44 Soemiarti patmonodewo, pendidikan anak prasekolah,..h. 28
Selama masa awal kanak-kanak, anak memiliki keinginan yang kuat untuk
belajar berbicara, disebabkan karena belajar berbicara merupakan sarana pokok
dalam sosialisasi. Anak-anak yang lebih mudah berkomunikasi dengan teman
sebaya akan labih mudah mengadakan kontak sosial dan diterima oleh
kelompok. Kedua, belajar berbicara merupakan sarana untuk memperoleh
kemandirian. Anak-anak yang tidak dapat mengemukakan keinginan dan
kebutuhannya, atau yang tidak dapat berusaha agar dimengerti oranglain
cenderung diperlakukan seperti bayi dan tidak berhasil memperoleh
kemandirian yang diinginkan.
Untuk meningkatkan komunikasi, anak-anak harus menguasai dua tugas
yang merupakan unsur penting dalam belajar berbicara. Pertama mereka harus
meningkatkan kemampuan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain dan
kedua, mereka harus meningkatkan kemampuan bicaranya sehingga dapat
dimengerti orang lain. Para orang tua atau pengasuh biasanya lebih
menekankan pada belajar berbicara sehingga tugas meningkatkan pengertian
secara tidak langsung dilakukan sendiri karena adanya keinginan yang kuat
untuk berkomunikasi sebagai sarana untuk kegiatan sosial.
Anak-anak sulit belajar mengucapkan bunyi tertentu dan kombinasi bunyi,
seperti huruf mati z,w,d,s, dan g dan kombinasi huruf mati st,sr,dr, dan fl.
Mendengarkan radio dan televisi dapat membantu belajar mengucapkan kata-
kata dengan benar. Kosa kata anak-anak meningkat pesat ketika ia belajar kata-
kata baru dan arti-arti baru untuk kata-kata lama. Dalam menambah kosa kata
anak-anak muda belajar kata-kata yang umum seperti”baik” dan “buruk”, dan
“memberi” dan “menerima” dan juga banyak kata-kata dengan penggunaan
khusus seperti bilangan dan nama-nama warna.
Kalimat yang biasanya terdiri dari tiga atau empat kata sudah mulai disusun
oleh anak usia dua tahun dan biasanya oleh anak usia tiga tahun. Kalimat ini
banyak yang tidak lengkap, terutama terdiri dari kata benda dan kurang kata
kerja, kata depan dan kata penghubungsesudah usia tiga tahun, anak
membentuk kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata. Isi
pembicaraan anak mulanya bersifat egosentris terutama berbicara tentang
dirinya sendiri, erkisar pada minat, keluarga, dan miliknya. Menjelang akhir
awal masa kanak-kanak mulailah pembicaraan yang bersifat sosial dan anak
berbicara tentang orang lain disamping dirinya sendiri. Namun banyak dari
pembicaraan sosial dan anak berbicara tentang orang lain dan di samping
dirinya sendiri.
Dengan bertambah besarnya kelompok main, pembiacaraan anak-anak lebih
bersifat sosial dan tidak lagi egosentris. Ia tidak lagi terlalu kritis, tidak banyak
mengajukan pertanyaan dan lebih banyak mengajukan pertanyaan yang lebih
banyak memberi perintah. Awal masa kanak-kanak terkenal dengan masa
tukang ngobrol, karena sesekali anak-anak dapat berbicara dengan mudah, ia
tidak putus-putusnya berbicara. Sebaliknya, ada anak-anak lain yang relatif
diam, yang tergolong diam.
Perkembangan emosi
Anak yang lebih muda mengalami hampir semua jenis emosi yang secara
normal dialami oleh orang dewasa. Namun, rangsangan yang membangkitkan
emosi dan cara anak mengungkapkan emosi sangat berbeda. Emosi yang
ditampilkan pada masa kanaka-kanak yaitu amarah penyebab amarah yang
paling umum adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya
keinginan dan serangan yang hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa
amarah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis, berteriak,
menggertak, menendang, melompat-lompat atau memukul.
Pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang kurang
menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut, seperti
cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio dan televisi dan film-film dengan
unsur yang menakutkan. Pala mulanya reaksi anak terhadap rasa takut adalah
panik, kemudian menjadi lebih khusus seperti lari, menghindar dan
bersembunyi, menangis dan menghindari situasi yang menakutkan.
Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang
tua beralih kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik yang baru
lahir. Anak yang lebih mudah dapat mengungkapkan kecemburuannya secara
terbuka atau menunjukkannya dengan kembali berperilaku sakit atau menjadi
nakal. Perilaku ini semua bertujuan untuk menarik perhatian. Anak memiliki
rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya juga mengenai tubuhnya
sendiri atau tubuh orang lain. Reaksi pertama, adalah dalam bentuk
penjelajahan sensomotorik, kemudian sebagai akibat dari tekanan sosila dan
hukuman, ia bereaksi da bertanya.
Anak-anak sendiri iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki
orang lain iri hati ini di ungkapkan dalam bermacam-macam cara, yang
paling umum adalah mengeluh tentang barangnya sendiri, dengan
mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang seperti yang dimiliki orang
lain atau dengan mengambil benda yang mebuatnya iri hati. Anak-anak
merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba
tidak diharapkan, bencana ringan yang membodohi orang lain dan berhasil
melakukan tugas yang dianggap sulit. Anak mengungkapkan kegembiraannya
dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat atau
memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia.
Anak-anak merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu yng dicintainya
atau yang dianggap penting bagi dirinya, apakah itu binatang, benda mati.
Secara khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan
dengan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya, termasuk makan.
Anak-anak belajar mencintai orang, binatang atau benda yang
menyenangkannya. Ia mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah
besar tetapi ketika masih kecil anak akan menyatakannya secara fisik dengan
memeluk, menepuk, dan mencium objek kasih sayangnya.
Perkembangan sosial
salah satu tugas perkembangan awal masa kanak-kanak yang penting adalah
memperoleh latihan dan pengalaman pendahuluan yang diperlukan untuk
menjadi anggota “kelompok” dalam akhir masa kanak-kanak. Jadi pada awal
masa kanak-kanak sering disebut sebagai masa prakelompok. Dasar untuk
sosilalisasi diletakkan dengan meningkatnya hubungan antara anak dengan
teman-temannya dari tahun ke tahun. Anak tidak hanya lebih banyak bermain
dengan anak-anak lain tetapi juga lebih banyak berbicara.
Jenis hubungan sosial lebih penting daripada jumlahnya. Kalau anak
menyenangi hubungan dengan orang lain meskipun hanya kadang-kadang
saja, maka sikap terhadap kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada
hubungan sosial yang sering tetapi sifat hubungannya kurang baik. Anak
yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada benda akan lebih
mengembangkan kecakapan sosial sehingga mereka lebih populer daripada
anak yang interaksi sosialnya terbatas.
Manfaat yang diperoleh anak dengan diberikannya kesempatan untuk
berhubungan sosial akan sangat mempengaruhi oleh tingkat kesenangan
hubungan sosial sebelumnya. Pada usia dua dan tiga tahun, anak
menunjukkan minat yang nyata untuk melihat anak-anak lain dan berusaha
mengadakan kontak sosial dengan mereka. Ini dikenal sebagai bermain
sejajar, yaitu bermain sendiri-sendiri, tidak bermain dengan anak-anak lain.
Kalaupun terjadi kontak, makan kontak ini cenderung bersifat prkelahian,
bukan kerja sama. Bermain sejajar merupakan bentuk kegiatan sosial yang
pertama-tama dilakukan dengan teman-teman sebaya.
Perkembangan berikutnya adalah bermain asosiatif, dimana anak terlibat
dalam kegiatan yang menyerupai kegiatan meningkatnya kontak sosial, anak
terlibat dalam bermain kooperatif, dimana ia menjadi anggota kelompok dan
saling berinteraksi. Sekalipun anak sudah bermain dengan anak lain, ia masih
sering berperan sebagai penonton, mengamati anak lain bermain dengannya.
Dari pengalaman mengamati ini, anak muda belia belajar bagaimana anak
lain mengadakaan kontak sosial dan bagaimana anak lain mengadakaan
kontak sosial dan bagaimana perilakunya dalam berbagai situasi sosial.
Kalau pada saat anak berusia empat tahun telah mempunyai pengalaman
sosialisasi pendahuluan, biasanya ia mengerti dasar-dasar permainan
kelompok, sadar akan pendapat orang lain dan berusaha memperoleh
perhatian dengan cara berlagak, dan menonjolkan diri. Dalam tahun-tahun
selanjutnya ia memperhalus perilaku sosialnya dan mempelajari pola perilaku
baru yang lebih dapat diterima teman-temannya.
Perilaku sosial anak pada masa kanak-kanak ini diantaranya meniru agar
sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang yang sangat ia
kagumi. Persaingan yaitu keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan
orang-orang lain sudah tampak pada usia empat tahun. Ia dimulai di rumah
dan kemudian berkembang dalam bermain dengan anak di luar rumah. Pada
akhir tahun ketiga bermain kooperatif dan kegiatan kelompok mulai
berkembang dan meningkat dalam frekuensi maupun lamanya berlangsung,
bersamaan dengan meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak
lain.
Rasa simpati kadang-kadang timbul sebelum usia tiga tahun. Semakin
banyak kontak bermain, semakin cepat simpati akan berkembang. Seperti
halnya simpati, empati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan emosi
orang lain tetapi di samping itu juga membutuhkan kemampuan untuk
membayangkan diri sendiri di tempat ora ng lain. Relatif hanya sedikit anak
yang dapat melakukan hal ini sampai awal masa kanak-kanak akhir.
Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak dukungan dari teman-teman
menjadi lebih penting daripada persetujuan orang-orang dewasa. Anak
beranggapan bahwa perilaku nakal dan perilaku mengganggu merupakan cara
untuk memperoleh dukungan dari teman-teman sebaya.
Dari pengalaman bersama orang lain, anak mengetahui bahwa salah satu
cara untuk memperoleh persetujuan sosial adalah dengan membagi mainan
untuk anak lain. Lambat laun sifat mementingkan diri sendiri berubah
menjadi sifat murah hati. Dalam semua tahapan usia, teman-teman terbagi
dalam tiga kelompok. Pembagian peranannya dalam sosialisasi anak
dijelaskan tiga bagian yaitu yang pertama rekan, adalah orang yang
memuaskan kebutuhan akan teman dengan berada dalam lingkungan yang
sama diman ia dapat dilihat dan didengar. Tidak terdapat interaksi antar
individu dan rekan. Dalam setiap tahap, rekan bisa saja laki-laki atau
perempuan dan dari segala umur. Kedua. Teman bermain, orang dengan siapa
individu terlibat dalam kegiatan yang menyenangkan. Usia dan jenis kelamin
secara keseluruhan. Usia dan jenis kelamin secara keseluruhan tidak
sepenting seperti minat dan keterampilan yang sama dengan yang dimiliki
individu. Anak lebih menyukai teman bermain yang sejenis. Ketiga, teman
baik bukan hanya teman bermain yang cocok tetapi juga seseorang pada siapa
individu dapat berkomunikasi dengan bertukar pendapat dan saling dapat
dipercaya dan dengan meminta atau memberi nasehat.
Berikut ini ada beberapa karakteristik umum yang dimiliki oleh anak usia
dini menurut soemiarti patmonodewo:
Memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar.
Anak usia dini sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada masa
bayi rasa ingin tahu ini ditunjukkan dengan meraih benda yang ada dalam
jangkauannya kemudian memasukkannya ke mulutnya. Pada usia 3-4 tahun
anak sering membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin
tahunya. Anak juga mula gemar bertanya meski dalam bahasa yang masih
sangat sederhana45.
Merupakan pribadi yang unik
Meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangan anak usia
dini, setiap anak memiliki kekhasan tersendiri dalam hal bakat, minat, gaya
belajar, dan sebagainya. Keunikan ini berasal dari faktor genetis dan juga
lingkungan. Untuk itu pendidik perlu menerapkan pendekatan individual
dalam menangani anak usia dini46.
Suka berfantasi dan berimajinasi
Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan pertolongan
tanggapan yang sudah ada. Imajinasi adalah kemampuan anak untuk
menciptakan obyek atau kejadian tanpa didukung data yang nyata.
Anak usia dini sangat suka membayangkan dan mengembangkan berbagai hal
jauh melampaui kondisi nyata. Bahkan terkadang mereka dapat menciptakan
45 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Pra Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.32
46 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Pra Sekolah,.., h.32
adanya teman imajiner. Teman imajiner itu bisa berupa orang, benda, atau
pun hewan47.
Masa paling potensial untuk belajar
Masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau usia emas. Karena
pada rentang usia itu anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat di berbagai aspek. Pendidik perlu memberikan berbagai stimulasi
yang tepat agar masa peka ini tidak terlewatkan begitu saja. Tetapi
mengisinya dengan hal-hal yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang
anak.
Menunjukkan sikap egosentris
Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya
sendiri. Anak cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal itu
terlihat dari perilaku anak yang masih suka berebut mainan, menangis atau
merengek sampai keinginannya terpenuhi. Seorang pendidik harus
mengetahui apa saja karakteristik yang dimiliki anak usia dini supaya dalam
memberikan pengajaran yang tepat dan sesuai bagi anak, sehingga potensi
anak baik secara fisik maupun psikis dapat berkembang secara optimal.
Penyesuaian Diri
Pengertian Penyesuaian Diri
47 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Pra Sekolah,...,h. 33
Mustafa Fahmi mendefinisikan penyesuaian diri sebagai suatu proses
dinamika yang berlangsung terus menerus dengan mengubah prilakunya untuk
mendapatkan hubungan yang lebih antara diri dan lingkungannya.48Gerungan
memberikan definisi tentang penyesuaian diri yang berarti mengubah diri
sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan atau keinginan diri.49
Dalam proses dinamika, interaksi individu dengan lingkungan tidak hanya
dalam bentuk kegiatan-kegiatan luar saja atau kegiatan jasmaniah saja tetapi
juga kegiatan yang bersifat rohaniah seperti berpikir. Karena pada hakikatnya
berpikir adalah proses interaksi dengan lingkungan, hanya saja kegiatan itu
tidak nampak karena berpikir merupakan kegiatan yang bersifat rohaniah.
Dari beberapa pengertian penyesuaian diri di atas dapat diartikan sebagai
sebuah usaha atau cara strategis yang dilalui oleh individu untuk
mempertahankan eksistensinya dalam membina hubungan yang serasi dan
harmonis dengan orang lain ataupun dengan lingkungannya. Penyesuaian diri
dengan orang lain diartikan dengan interaksi dengan orang lain, dimana
diharapkan adanya saling mengerti, memahami orang lain, mampu mengatasi
atau menangani tekanan atau kecemasan, mampu mengekspresikan perasaan
atau pendapat.
Dalam berinteraksi, kepribadian dan kemampuan untuk saling
menyesuaikan diri dengan orang lain merupakan kemampuan untuk
48 Mustafa Fahmi, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h. 45
49 W.A. Gerungan , Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Eresco, 1987), cet. 10, h. 57
menyesuaikan diri terhadap pribadi serta kebiasaan orang lain. Seperti
kemampuan untuk menyelesaikan konflik dan perbedaan pendapat yang
umumnya terjadi secara normal dan alami dalam suatu hubungan. Keberhasilan
dalam proses penyesuaian diri terletak pada kemampuan untuk saling
menyesuaikan sudut pandang antara individu, karena ketidak sesuaian sudut
pandang akan membuat permasalahan, akibatnya akan mengalami gangguan
dalam penyesuaian diri. Maka untuk mencapai penyesuaian yang baik harus
memiliki kemampuan untuk saling memberi dan menerima secara terbuka.
Penyesuaian Diri Anak Usia Dini
Dalam tahun-tahun pertama masa kanak-kanak bentuk penyesuaian belum
begitu berkembang sehingga belum sedemikian berkembang sehingga belum
memungkinkan anak selalu untuk berhasil dalam bergaul dengan teman
temannya. Pada masa inilah pola perilaku sosial dibentuk, dalam penelitian
longitudinal bahwa anak yang pada usia 2,5 tahun bersikap ramah dan aktif
secara sosial akan terus seperti itu sampai usia 7,5 tahun50. Istilah
“penyesuaian” mengacu pada seberapa jauhnya kepribadian seorang individu
berfungsi secara efisien dalam masyarakat. Terdapat pola perilaku tertentu
yang secara karakteristik dikaitkan dengan anak yang berpenyesuaian baik dan
pola yang dikaitkan dengan mereka yang berpenyesuaian buruk. Anak yang
berpenyesuaian baik memiliki semacam harmoni dalam, artinya mereka merasa
puas dengan dirinya. Walaupun sewaktu-waktu ada kekecewaan dan kegagalan
yang mereka berusaha terus untuk mencapai tujuan. Jika mereka menganggap
50 Hurlock, psikologi perkembangan(edisi kelima),,, h.119
tujuan tersebut terlalu tinggi, mereka bersedia memodifikasi tujuan agar cocok
dengan kemampuan mereka.
Disamping membuat penyesuaian pribadi yang baik, anak yang baik
penyesuaiannya mempunyai hubungan harmonis dengan orang sekeliling
mereka. anak yang dapat menyesuaikan diri ditandai dengan menerima dirinya
sebagaimana mereka menerima sebagai teman orang lain yang disukai. Bila
anak cukup menyukai dirinya, maka menunjang penerimaan sosial. Semakin
banyak orang yang menyukai dan menerima mereka, semakin senang anak
akan dirinya dan semakin kuat menerima dirinya. Ini menunjang penyesuaian
pribadi dan sosial yang baik.
Pada saat-saat tertentu dalam hidup, penerimaan diri mudah bagi anak, pada
saat lain hal itu hampir tak mungkin. Sebagai contoh, mudah bagi bayi
menerima diri karena orang yang berarti dalam hidupnya menunjukkan kasih
sayang dan perhatian padanya. Tetapi dengan bertambahnya usia, kecaman,
bentakan, kerutan alis, dan tempelengan sering menggantikan pernyataan kasih
sayang bayi. Akibatnya, anak kecil mulai kurang menerima dirinya dan lebih
menolak dirinya. Titik terendah dalam hubungan keluarga dan sosial,
sebagaimana diterangkan sebelumnya, terjadi pada masa puber. Demikian pula
penerimaan diri mencapai titik terendah. Dengan bertambahnya usia evaluasi
diri anak kurang menguntungkan daripada sebelumnya akibat sikap sosial yang
negatif.
Evaluasi diri yang kurang menguntungkan ini sebagian disebabkan oleh
cara anak diperlakukan orang yang berarti baginya dan sebagian dari
kesenjangan antara kepribadian yang didambakan yang didasarkan atas
pendapat orang lain. Karena pentingnya penerimaan diri untuk penyesuaian
pribadi dan sosial yang baik, telah diupayakan untuk menemukan apa yang
dilakukan untuk melawan kemerosotan penerimaan diri yang umum terjadi
pada anak dengan pertambahan usia.
Agar anak bahagia, anak harus melakukan penyesuaian pribadi maupun
sosial yang baik. Oleh karena itu anak harus diterima cukup baik oleh orang
yang berarti dalam hidupnya agar ia berbahagia. Walaupun penerimaan dan
kasih sayang berjalan bersamaan, bila kasih sayang diharapkan memperbesar
kebahagiaan anak kasih itu harus. Betapa pentingnya kasih sayang orang lain
dalam tingkat penyesuaian anak. Horn mengatakan “seseorang yang kurang
memperoleh cinta kasih di masa kanak-kanak tidak berbahagia pada masa itu
dan juga mengembangkan nilai yang menyebabkan ketidakbahagiaan
berlangsung terus dalam kehidupan selanjutnya51.
Terdapat dua kondisi penting untuk mencapai penyesuaian baik yang
esensial untuk kebahagiaan. Pertama ialah bimbingan untuk membantu anak
belajar menjadi realistis tentang dirinya dan kemampuannya. Sikap realitas ini
akan menghilangkan kecenderungan menggunakan mekanisme defensif yang
akan memperburuk penyesuaian pribadi maupun sosial. Anak yang realitas
tentang dirinya tidak mengharapkan sesuatu yang melebihi kemampuannya.
51 Hurlock,psikologi perkembangan anak,,,h.258
Akibatnya mereka tidak perlu mencari-cari alasan untuk membenarkan
kegagalan atau ketidaksempurnaan.
Kondisi kedua untuk mencapai tingkat penyesuaian yang membawa
kebahagiaan pada masa kanak-kanak adalah bimbingan dalam belajar
sebagaimana bersikap dengan cara yang akan membantu penerimaan sosial dan
kasih sayang orang lain. Anak cepat menyadari bahwa dalam kehidupan sosial
mereka harus memenuhi pola yang disetujui secara sosial oleh kelompok bila
mereka ingin diterima sebagai anggota kelompok. Jika meraka
mengembangkan konsep diri atau pola perilaku yang tidak mengntungkan
penerimaan sosial, kesempatan mereka kecil untuk diterima sebagai anggota
kelompok. Karena itulah dalam pola penyesuaian yang akan memenuhi pola
yang disetujui kelompok.
Anak yang memiliki penyesuaian diri yang buruk disebut “maladjusted”.
Mereka sering disebut anak “anak bermasalah”. Terdapat dua macam
penyesuaian diri yang salah, pertama mencakup perilaku perilaku yang
diterima secara sosial namun merupakan sumber konflik yang berkelanjutan,
serius dan mengganggu bagi anak. Salah satu penyebab utama penyesuaian
buruk adalah penolakan diri. Anak yang mempunyai sikap menolak dirinya
tidak menyukai dirinya sendiri. Sebagimana anak menolak teman bermain atau
teman yang tidak disukainya. Demikian juga mereka menolak dirinya bilamana
mereka merasa mereka tidak seperti yang diinginkannya52.
52 Hurlock, psikologi perkembangan anak,,,h.266
Kedua penerimaan yang tumbuh dari rasa tidak puas yang terjadi bila anak
membandingkan dirinya dengan teman sebaya atau bila orang tua dan guru
membandingkan mereka secara merugikan dengan saudara kandung atau teman
sekelas. Anak yang menolak diri tidak dapat mengharapkan melakukan
penyesuaian pribadi dan sosial yang baik. Tidak seorangpun orang yang
berpenyesuaian diri yang buruk dapat untuk berbahagia. Itulah sebabnya
penyesuaian buruk merupakan bahaya yang serius di masa kanak-kanak. Untuk
menjadi orang yang berpenyesuaian baik, semua anak harus mempunyai masa
kanak-kanak yang cukup bahagia karena masa kanak-kanak merupakan adalah
saat diletakkan landasan untuk kehidupan kelak.
Dalam periode prasekolah, anak dituntut untuk mampu menyesuaikan diri
dengan berbagai orang dari berbagai tatanan, yaitu keluarga, sekolah dan teman
sebaya. Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan
tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku
di dalam masyarakat dimana anak berada. Reaksi mereka terhadap rasa dingin,
bosan, atau lapar berupa tangisan, yang sulit dibedakan.
Pada usia 2 tahun anak mencoba memantapkan identitas dirinya yang selalu
ingin menunjukkan kemauan dan kemampuannya dengan pernyataan”inilah
saya, saya bisa”. Tidak jarang pada masa itu anak dianggap keras kepala. Pada
usia 3 tahun mereka memantapkan hubungannya dengan anggota keluarga dan
orang di luar keluarga. Mereka mulai mengembangkan siasat apa yang
diinginkan dan melakukan identifikasi mengenai peran jenis kelamin.
Kemampuan sosialisasi anak adalah hasil dari belajar, bukan sekedar
kematangan saja. Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan dan
kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak.
Perkembangan sosialisasi yang optimal diperoleh dari respon yang diberikan
oleh tatanan kelas pada masa awal anak masuk sekolah. Yang berupa tatanan
sosial yang sehat dan sasaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan konsepdiri yang positif. Keterampilan sosial dan kesiapan
untuk belajar secara formal. Sementara kegiatan bermain juga mempunyai
fungsi dalam mengembangkan aspek sosial anak53.
Penyesuaian diri pada anak usia dini (3-5 tahun) di tandai dengan adanya
inisiatif. Sedangkan perkembangan yang gagal pada diri anak ditandai dengan
adanya perasaan bersalah. Menurut Erickson masa ini merupakan masa untuk
siap secara psikologis untuk menjalankan kegiatan yang dipilih sendiri. Inisiatif
bisa berkembang apabila anak pada masa ini diberi kesempatan untuk memilih
kegiatan yang berarti baginya secara bebas, mereka akan cenderung
mengembangkan pandangan yang positif yang ditandai oleh kemampuan
untuk mengambil inisiatif dan menangani secara tuntas hal-hal yang telah
dipilihnya54.
Perasaan bersalah akan muncul apabila mereka tidak diperkenankan untuk
mengambil keputusan sendiri sedikit-sedikitnya mengenai beberapa hal
penting, atau apabila pilihannya sendiri seringkali dipermalukan. Mereka akan
53 Soemiarti patmonodewo, pendidikan anak prasekolah,,,h.28 54 Taufik, model model konseling(padang:fip unp,2009)h.68-69
menahan diri untuk menetukan pendirian sendiri dan secara berangsur-angsur
mereka akan membiarkan orang lain membuat keputusan untuknya. Sikap yang
sebaiknya diambil pendidik lainnya adalah selalu memberi kesempatan pada
anak untuk beraktualisasi diri dengan berbagai percobaan yang ingin mereka
lakukan dan kalau perlu merangsang mereka untuk melakukan berbagai
percobaan55.
Penyesuaian Diri Anak Dan Sekolah
Sikap akhlaki dan sosial sebagai salah satu pokok dari penyesuaian diri adalah
hasil pendidikan yang terjadi dalam lingkup kelompok-kelompok anak di
sekolah. Walaupun demikian permulaan dan dasar-dasar dari penyesuaian itu
mulai dari rumah. Dalam hal ini kita ingat sebuah peribahasa yang populer
mengatakan bahwa “anak datang ke sekolah membawa rumahnya”. Yang
berarti bahwa rumah mempunyai peranan pokok dalam menegakkan tiang-
tiang pertama, dalam proses pembentukan sikap, moral, serta keterampilan
dalam proses penyesuaian diri.
Taman kanak-kanak memainkan peranan penting dalam pembentukan
kejiwaan anak dan proses penanaman sikap dan kaidah-kaidah ahlak dan
sosial, seperti menghargai hak orang lain dan keharusan meninggalkan
keinginan pribadi atau mengubahnya, agar sejalan dengan kehidupan
kelompok.
Anak pada umur masuk taman kanak-kanak antara tiga dan empat tahun
dikebanyakan negara menampakkan sifat, bahwa mereka masih dalam tingkat
55 Taufik, model-model konseling(padang:fip unp)h.68-69
memusatkan segala sesuatu kepada dirinya dan hampir selalu tunduk kepada
dorongan-dorongan pribadinya, sedangkan sisi sosial dari sikapnya
berhubungan dengan oran dewasa. Mungkin guru taman kanak-kanak dapat
membantu anak untuk berpindah dari sifat egois kepada berbagai kegiatan
bersama. Taman kanak-kanak harus menyediakan kesempatan yang cukup
untuk pengembangan kelakuan itu melalui hubungan anak dengan kelompok
teman-temannya di luar pekerjaan bersama. Dan selanjutnya ini merupakan
langkah penting dari penyesuaian dengan lingkungan56.
Pendidikan maju menuntut dari guru atau pendidik untuk mengamati
perkembangan anak dan harus sesuai dengan perkembangan tersebut. Proses
pendidikan, tersimpul dalam penciptaan penyesuaian antara makhluk kecil itu
dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh lingkungannya menurut
kepentingannya dari perkembangan material dan spiritual. Keberhasilan proses
pendidikan tergantung kepada cara dan metoda yang digunakan oleh pendidik
dalam penyesuaian tersebut. Dan ia harus mempelajari anak yang dituntut
pembentukannya, sehingga ia dapat menentukan kurikulum yang
memungkinkan mereka mendapatkan berbagai pengetahuan, sebagai dengan
metoda penyampaian yang khusus bagi anak-anak yang masih kecil pada
umumnya dan bagi setiap tahap perkembangan khususnya.
Kurikulum baru tersebut dengan berbagai macam namanya ada metode
montesory atau teori dalton, semuanya tunduk kepada aturan dasar yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan kegiatan yang dapat memberi
56 Mustafa fahmi, penyesuaian diri (jakarta:bulan bintang)h.121
kesempatan bagi anak untuk nyata diri dan belajar cara menyesuaikan diri
dalam lingkungan tempat ia hidup.
Upaya Guru Membantu Penyesuaian Diri Pada Anak Usia Dini
Kita tahu bahwa tahun-tahun pertama dari masa kanak-kanak mempunyai
arti penting dalam pembinaan anak dan penyesuaian diri yang sehat di masa
depannya. Oleh karena itu kita sebagai pendidik harus memahami cara yang
paling baik untuk memperlakukan anak dalam semua tingkat pertumbuhannya
yang pertama. Lingkungan dimana anak dibesarkan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhannya. Jika lingkungan tersebut membantu dalam
pemenuhan biologis dan kejiwaan anak, hal itu sangat mempengaruhi
perilakunya secara menonjol, yaitu pada tanda kegembiraan dan cara
penyesuaian dirinya. Menurut mustafa fahmi Beberapa cara yang dapat
dilakukan oleh pendidik dalam membantu anak usia dini untuk menyesuaikan
dirinya adalah:
Memberikan rasa aman kepada anak
Anak akan merasa aman, jika ada orang dewasa yang dikenalnya. Guru
sebagai tenaga pengajar dan orang tua bagi anak selama berada di sekolah
harus memberikan rasa kenyamanan bagi anak sebagaimana yang didapatkan
anak dirumah. Sehingga anak tidak merasa takut dan canggung saat berada
disekolah dan mampu berinteraksi dengan warga sekolah lainnya57. Rasa
aman terhadap anak dapat diciptakan oleh guru dengan cara mengawasi anak
dalam melalukan aktivitas yang sedang dilakukan, supaya apabila anak
57 Mustafa fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat,...,h,87
mengalami kesulitan saat bermain guru langsung cepat tanggap. Misalnya
anak terjatuh saat bemain, guru dapat langsung membantu anak untuk berdiri
atau saat bermain anak terjatuh dan mengalami luka yang parah maka guru
bisa melarikan anak segera ke rumah sakit. Itulah beberapa cara yang dapat
dilakukan oleh guru supaya anak merasa dirinya aman saat berada disekolah.
Memperlakukan anak dengan penuh kasih sayang
Perasaan anak bahwa ia disayangi oleh lingkungannya pada umumnya
adalah sangat penting bagi pertumbuhannya, bukan hanya dari segi emosi
saja, akan tetapi juga dari segi biologi dan mental juga. Telah banyak
penelitian membuktikan bahwa anak yang disayangi adalah anak yang
bahagia. Akan tetapi rasa sayang itu hendaknya sungguh timbul dari hati,
bukan hanya sekedar lahirnya saja yang dipaksakan dari luar. Semakin
mantap rasa kasih sayang yang didapatkan anak dari lingkungan maka
semakin terbantulah penyesuaian anak dengan lingkungan58. Kasih sayang
yang dimaksudkan disini adalah bagaimana cara seorang guru memperlalukan
anak seperti anaknya sendiri dengan cara selalu berkata lemah lembut kepada
anak, menerima anak dengan penuh kehangatan, apabila anak melakukan hal
yang baik atau tindakan positif guru memberikan pujian dan senyuman,
dengan cara tersebut anak merasa dirinya dikasihi dan disayangi oleh
lingkungan.
58 Mustafa fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat,...,h,87
Tidak membeda-bedakan anak
Guru sebagai orang tua anak di sekolah tidak boleh membedakan antara
anak satu dengan yang lain dalam hal yang mereka rasa mengurangkan harga
dirinya, memberi nama atau gelar-gelar yang lucu, atau memuji temen-
temannya serta menyebutkan kebaikan mereka, misalnya guru berkata :” si a
anak yang pintar, sedang kamu anak yang pemalas”. Anak akan merasa
minder dan rendah diri apabila guru berkata demikian59. Guru harus
memberikan perlakuan yang adil kepada anak, baik pada anak yang cepat
dalam perkembangannya atau yang agak lambat. Guru harus mengganggap
anak itu sama, mereka adalah pribadi yang baru berkembang dan berada pada
usia keemasan yang sangant menentukan perkembangan anak di masa depan.
Jadi guru harus berhati-hati dalam bertindak terhadap anak, misalnya terjadi
suatu pertengkaran antara anak saat bermain guru tidak boleh memihak salah
satu anak tapi guru merangkul keduanya sehingga mereka kembali menjadi
damai. Anak adalah pribadi yang memiliki keunikan tertentu dalam dirinya
sehingga guru harus memahami dan menghargai setiap keunikan anak.
Menghindari hukuman
Ancaman dan hukuman serta peringatan dalam berbagai tingkatannya akan
menetap dalam pikiran anak. Misalnya anak melakukan kesalahan karena
bertengkar atau mengganggu anak lain di sekolah, guru tidak boleh
memberikan hukuman kepada anak sebab hukuman hanya akan menjadi
59 Mustafa fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat,...,h,88
sumber kecemasan, ketakutan, dan rasa tidak aman60. Hukuman bukanlah
cara yang tepat bagi anak yang melakukan kesalahan cara lain yang dapat
dilakukan adalah guru dapat menegur anak dengan cara yang penuh kasih
sayang sehingga anak tidak merasa cemas serta takut.
Apabila kesalahan yang dilakukan anak karena bertengkar dengan anak
lain guru dapat mengajarkan anak bagaimana cara meminta maaf. Guru tidak
boleh memarahi anak karna kemarahan yang dilontarkan oleh guru hanya
akan membuat anak menjadi takut pada guru bukan pada kesalahan yang
dilakukannya. Maka dari itu guru dapat memberikan penjelasan kepada anak
bahwa perbuatan yang dilakukannya sangat dilarang dan tidak boleh
dilakukan. Selain beberapa poin yang di sampaikan di atas Janice juga
menyampaikan bahwa peran guru sangatlah istimewa dalam membantu anak-
anak usia dini dalam pengembangan kemampuan sosial dan penyesuaian diri
demi penerimaan lingkungan sekolah dan teman sebaya61.
Guru sebagai seorang yang mendidik dan mengajarkan anak di sekolah
dapat menciptakan suasana yang dapat mendukung kemampuan interaksi
sosial anak melalui berbagai permaian sosial seperti pemainan asosiatif dan
kooperatif dengan permainan yang dilakukan dapat memacu hubungan dan
kerjasama antar anak. Kondisi yang dapat diciptakan oleh guru menciptakan
penyesuaian diri melalui permainan sebagai berikut:
60 Mustafa fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat,...,h,87 61 Janice, Observasi Perkembangan Anak Usia Dini,(jakarta: kencana:2003) ,h. 136
1. Melakukan permainan dalam kelompok
Permainan kelompok sangat menunjang terjadinya interaksi sosial pada anak,
apalagi permainan bersama dalam kelompok. Anak dibagi oleh guru atas
beberapa kelompok dimana kegiatan yang dilakukan anak adalah
menggalang hubungan dengan anak lain untuk mebicarakan, merencanakan,
dan melaksanakan kegiatan bermain62. Dengan adanya permaianan dalam
kelompok maka anak akan semakin mudah untuk mengenal teman yang lain
dan menjalin persahabatan sehingga terciptalah suatu kenyamanan dalam
interaksi sosialnya dan anak mampu menyesuaikan diri dengan baik.
2. Menyediakan fasilitas dan sarana yang mendukung permainan.
Penataan fisik ruangan kelas baik di dalam dan di luar ruangan. Penataan
ruangan termasuk seluruh aksesoris yang digunakan seperti: bentuk dan
ukuran ruang, pola pemasangan lantai, bahan dan ukuran, warna, jumlah
dan berbagai mainan yang digunakan63. Ruang yang digunakan untuk
pembelajaran harus bisa menarik dan mengundang anak untuk bermain.
Segala sesuatu dan setiap tempat harus mengandung unsur pendidikan.
Ruangan belajar yang digunakan hendaknya luas dan memberikan ruang
gerak bagi anak dalam kegiatan berkelompok. Kegiatan berkelompok
biasanya di lakukan dengan cara membagi anak menjadi 2-3 kelompok.
62 Moeslichatoen,metode mengajar di taman kanak-kanak,(jakarta: rineka
cipta,1998),h.37 63 Janice, Observasi Perkembangan Anak Usia Dini,...,h. 136
3. Membantu anak-anak memulai kontak dengan anak lain.
Saat anak-anak meninggalkan keluarga mereka dan pergi ke sekolah, mereka
harus berhubungan dengan orang-orang baru di sekitar mereka, terutama
teman sebaya mereka. Para guru bisa membantu anak berteman dengan anak
lain dengan cara guru mencatat dan mengamati mana anak yang diterima oleh
kelompok dan mana yang dikucilkan oleh kelompok, perhatikan anak yang
sering mengacau dan agresif lisan atau fisik. Setelah ditentukan, guru
memutuskan apakah anak itu harus menyelesaikan sendiri masalah
pertemanan mereka atau guru yang harus membantu mereka64.
4. Membantu anak-anak mendapatkan akses ke permainan.
Di dalam kelas tidak semua anak ikut bermain ada anak pengamat, anak
pemalu, anak baru dan ada yang ingin bergabung tapi tidak mengetahui
caranya. Beberapa anak mencoba tetapi ditolak disinilah anak membutuhkan
guru untuk memulai permainan. Guru dapat membantu mereka dengan
melatihkan kemampuan komunikasi pada anak-anak yang tidak diterima
dalam permainan kelompok sehingga anak dapat berinteraksi dengan anak
lain dan melakukan penyesuaian65.
5. Membantu anak-anak belajar menyelesaikan konflik
Permainan kelompok tidak hanya mengajarkan anak-anak kemampuan sosial
memperoleh dan mempertahankan peran dalam permainan, tetapi juga
memberi anak kesempatan belajar bergaul bersama. Berbagai konflik sering
64 Janice, Observasi Perkembangan Anak Usia Dini,...,h. 136
65 Janice, Observasi Perkembangan Anak Usia Dini,...,h. 136
muncul di ruang kelas. Anak- anak harus mampu menyelesaikan
ketidakcocokan tersebut dalam cara yang positif, tugas guru adalah
membantu mereka mempelajari berbagai penyelesaian66. Itulah beberapa
tahapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam membantu anak supaya bisa
menyesuaiakan diri dengan baik, sehingga tidak ditemui lagi anak yang
mengucilkan dirinya, ataupun anak yang sibuk dengan dirinya sendiri.
66 Janice, Observasi Perkembangan Anak Usia Dini,..., h. 137
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalah yang akan diteliti maka jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif (field research) merupakan suatu bentuk penelitian yang
paling dasar, ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena
yang ada.67 Jadi, pada penelitian ini penulis akan mendeskripsikan fenomena
yang terjadi di TK Tunas Harapan Solok Bio-Bio Kab. Lima Puluh Kota.
Pendekatan penelitian yang penulis lakukan adalah pendekatan dengan
metode kualitatif yaitu penelitian yang di tujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,
persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.68
Maksudnya adalah penelitian yang di tujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis upaya yang dilakukan oleh guru dalam membantu anak usia dini
menyesuaikan diri. Jadi dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan atau
mendeskripsikan bagaimana fenomena yang terjadi di lapangan mengenai
upaya guru membantu anak usia dini menyesuaikan diri TK Tunas Harapan
Solok Bio-Bio Kab. Lima Puluh Kota.
67 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitan pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 72 68 Nana , Metode Penelitan pendidikan, h. 60
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Tunas Harapan Solok Bio-Bio Kec. Harau
Kab. Lima Puluh Kota, Payakumbuh. Alasan penulis menetapkan lokasi ini
sebagai tempat penelitian karena disinilah penulis pernah bersekolah tapi tidak
sampai tamat disebabkan penulis tidak mampu untuk menyesuikan diri dengan
teman-teman yang baru dikenal, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan
penelitian di sekolah ini.
C. Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, orang-orang yang menjadi sumber data disebut
informan69. Informasi adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberi
informasi tentang situasi dan kondisi, ia memiliki banyak pengalaman tentang
latar belakang penelitian, ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim
penelitian, walaupun bersifat informal70.
Adapun yang menjadi informasi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Informan kunci adalah orang yang dijadikan sumber informan utama
dalam penelitian, dalam hal ini yang menjadi sumber informasi utama
yaitu semua guru yang mengajar TK Tunas Harapan Solok Bio-Bio Kab.
Lima Puluh Kota yang berjumlah 4 orang.
69 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, ... , h.285 70 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian , (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), h.310
2. Informan pendukung adalah informan tambahan, informan ini ada setelah
adanya informan kunci, yang menjadi informan pendukung adalah
seluruh anak yang menjadi peserta didik TK Tunas Harapan Solok Bio-
Bio Kab. Lima Puluh Kota yang berjumlah 30 orang beserta orangtua.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data secara lengkap dan tepat, maka dalam
penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung.71 Dengan demikian observasi
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk melihat dan
mengamati suatu kegiatan yang terjadi di lapangan sehingga diperoleh
data yang diperlukan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini penulis akan melakukan pengamatan langsung
untuk memperoleh gambaran mengenai upaya guru untuk membantu
anak menyesuaikan diri di TK Tunas Harapan solok Bio-Bio. Dalam
pelaksanaanya , penulis menggunakan pedoman observasi agar aspek
atau komponen yang diamati lebih jelas dan terarah. Adapun cara
pengumpulan data observasi dilakukan dengan membuat catatan
lapangan.
71 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, ... , h. 220
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.72 Wawancara dilakukan oleh peneliti
dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan di jawab
secara lisan pula oleh informan untuk memperoleh data atau informasi
secara lebih luas dan mendalam.
Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang
lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi
dan fenomena yang terjadi. Dalam penelitian ini penulis melakukan
wawancara terbuka, yaitu wawancara yang dilakukan peneliti dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dibatasi jawabannya,
artinya pertanyaan yang mengundang jawaban terbuka.73 Jadi, informan
diberi kebebasan untuk menjawab pertanyaan yang penulis ajukan.
Dalam pelaksanaanya, penulis melakukan wawancara terstruktur
dengan memakai pedoman wawancara supaya wawancara yang
dilakukan tidak melenceng dari pedoman wawancara yang ada sehingga
pedoman wawancara berfungsi sebagai pengendali agar wawancara yang
dilakukan terarah.74 Adapun cara pencatatan data wawancara dilakukan
72 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2009), h. 317 73 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif. Analisis Data. (Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada, 2012), h.51 74 Kholid Narbuko Dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Pt Bumi Aksara, 1997) Cet. Ke-1, h. 95
dengan pencatatan secara tertulis bersamaan dengan daftar pertanyaan
wawancara.
Jadi, penulis akan melakukan wawancara terhadap guru dengan
menggunakan pedoman wawancara dalam bentuk pertanyaan terbuka
untuk mengetahui upaya guru membantu anak usia dini untuk
menyesuaikan diri di TK Tunas Harapan Solok Bio-Bio Kab. Lima Puluh
Kota.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pekerjaan mengumpul, menyusun, dan
menjabarkan dokumen dari segala macam jenis dalam seluruh lapangan
aktivitas manusia75. Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai
kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu. Dokumentasi yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah berupa foto.
E. Teknik pengolahan Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis yang
di peroleh dari hasil wawancara, observasi, dan bahan-bahan lain sehingga
mudah dipahami dan semuanya dapat diinformasikan kepada orang lain,
analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain.76 Jadi, analisis data yang akan dilakukan yaitu:
75 Nana sudjana, penelitian dan penilaian pendidikan,( bandung: sinar baru, 1989), cet ke-1 h. 197 76 Sugiyono, metode penelitian pendidikan, ... , h. 332
1. Menelaah dan menyusun seluruh data yang diperoleh dari hasil
observasi dan wawancara.
2. Merangkum data pada hal-hal yang penting dan menyusunnya ke
dalam suatu pola.
3. Membuat kesimpulan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam
melaksanakan analisis data ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Pada
awalnya menghimpun sumber data kemudian mencatat sumber data yang
sudah dikumpulkan, selanjutnya membahas masalah secara mendalam dengan
menginterpretasikan pandangan ahli agar pemasalahan tersebut bisa
terpecahkan dan terakhir merumuskan kesimpulan sehingga munculnya teori-
teori baru.
F. Teknik Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi
data. Triangulasi data adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu.77 Dengan demikian, terdapat triangulasi
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam
penelitian ini, penulis melakukan triangulasi sumber dengan empat orang yang
berbeda, yaitu terhadap empat orang guru yang mengajar di TK Tunas Harapan
Solok Bio-Bio Kab. Lima Puluh Kota.
77Sugiyono, metode penelitian pendidikan,, h. 372
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam
penelitian ini, penulis melakukan triangulasi teknik dengan teknik yang
berbeda, yaitu data hasil wawancara dicek dengan observasi.
Triangula waktu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data hasil observasi atau wawancara dalam waktu dan situasi yang
berbeda. Dalam penelitian ini, triangulasi dilakukan dengan melihat kesesuaian
data yang diperoleh dari waktu ke waktu tidak mengalami perubahan atau
tetap.
Dalam metode kualitatif, melalui teknik pengumpulan data secara
triangulasi atau gabungan, maka kepastian datan lebih terjamin, selain itu
dengan metode kualitatif, data yang diperoleh diuji kredibilitasnya,dan
penelitian berakhir setelah data itu jenuh, maka kepastian data akan diperoleh.
Peneliti menguji setiap sumber informasi dan bukti-bukti temuan untuk
mendukung sebuah tema. Hal ini menjamin bahwa penelitian akan menjadi
akurat karena informasi berasal dari berbagai sumber informasi, individu, atau
proses. Dalam era ini, penelitian terdorong untuk mengembangan suatu laporan
yang akurat dan kredibel.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Upaya Guru Membantu Anak Usia Dini Untuk Menyesuaikan Diri
Temuan peneliti tentang upaya yang dilakukan oleh guru
membantu anak usia dini untuk menyesuaikan diri, sebagai berikut:
1. Memberikan Rasa Aman Kepada Anak
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan guru tentang menciptakan
rasa aman saat anak bermain, Ibuk Isma menyatakan bahwa:
“Menciptakan rasa aman dan nyaman bagi anak dapat dilakukan dengan cara mengawasi anak saat bermain, apalagi permainan tersebut baru bagi anak”78
Tidak berbeda dengan pendapat Ibuk Isma Ibuk Tati mengatakan bahwa:
“Mengingat anak masih usia dini tentunya pengawasan dan perhatian kita sangat membantu mereka dalam bermain bersama temannya, semisalnya anak mengalami suatu kecelakaan saat bermain saya tentunya akan segera melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasinya, dan selalu memberikan rasa aman dan motivasi agar anak tidak merasa trauma atau merasa takut, apabila kecelakan di sekolah yang dialami anak serius maka itu adalah tangguang jawab sekolah”79.
Wawancara selanjutnya dengan Ibuk Winda, beliau menyatakan bahwa:
“Anak akan merasa aman jika selalu diawasi saat bermain, ini dikarenakan saat permainan berlangsung bisa saja pertengkaran terjadi, jadi harus mengawasi anak supaya tidak berebut mainan untuk menghindari pertengkaran diantara anak80”.
Sedangkan menurut Ibuk Ides81 :
78 Wawancara dengan Ibuk Ismawati, selasa (19 juli 2016) 79 Wawancara dengan Ibuk Tati, sabtu (23 juli2016) 80 Wawancara dengan Ibuk Winda, jum’at (22 juli 2016) 81 Wawancara dengan Ibuk Ides, senin (18 juli 2016)
“Rasa aman dapat diciptakan dengan cara memperhatikan anak saat anak bermain, apabila anak mengalami kecelakan misalnya terjatuh saat bermain paling diberi obat merah, handsaplas atau kain kasa yang ada disekolah, tetapi kalau lukanya terlalu besar kita bawa kerumah sakit,dengan adanya perhatian dari guru anak merasa terlindungi”. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru maka dapat
disimpulkan bahwa memberikan rasa aman terhadap anak dapat diciptakan
oleh guru dengan cara mengawasi anak dalam melalukan aktivitas yang sedang
dilakukan. Karena anak masih dalam usia yang dini sehingga butuh
pengawasan dan perhatian yang lebih. Supaya apabila anak mengalami
kesulitan saat bermain guru langsung cepat tanggap dan memberikan tindakan
yang tepat sehingga anak merasa aman dan tidak merasa trauma atau takut.
Misalnya anak terjatuh saat bemain, guru dapat langsung membantu anak
untuk berdiri atau saat bermain anak terjatuh dan mengalami luka maka guru
dapat memberikan pertolongan pertama dan apabila parah maka guru bisa
melarikan anak segera ke rumah sakit karna anak yang mengalami kecelakaan
di sekolah adalah sepenuhnya tanggung jawab sekolah. Itulah beberapa cara
yang dapat dilakukan oleh guru supaya anak merasa dirinya aman saat berada
disekolah.
Selanjutnya berdasarkan observasi yang penulis lakukan, pada tanggal 18
juli 2016 pada hari senin, di lapangan pada pukul 08.50 semua guru melakukan
pengawasan terhadap anak baik saat belajar atau bermain. Saat belajar guru
mengawasi anak supaya mengerjakan tugas yang diberikan, dan saat bermain
guru juga ikut serta ke lapangan bermain untuk mengawasi anak supaya tidak
terjatuh dan berebut mainan. Guru akan cepat merangkul anak yang suka
cemas dan takut. Misalnya saja anak yang bernama ringga sangat takut untuk
permisi ke kamar mandi karna dia ingin buang air, guru langsung
merangkulnya dan membawa anak ke kamar mandi.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan
bahwa upaya guru membantu anak untuk menyesuaikan diri dengan melakukan
pengawasan sesuai dengan teori. Anak akan merasa aman, jika ada orang
dewasa yang dikenalnya. Guru sebagai tenaga pengajar dan orang tua bagi
anak selama berada di sekolah harus memberikan rasa kenyamanan bagi anak
sebagaimana yang didapatkan anak dirumah. Sehingga anak tidak merasa takut
dan canggung saat berada disekolah dan mampu berinteraksi dengan warga
sekolah lainnya82.
2. Memperlakukan Anak Dengan Penuh Kasih Sayang
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan guru terkait dengan
memperlakukan anak dengan penuh kasih sayang, Ibuk Tati menyatakan bahwa:
“ Kasih sayang kepada anak dapat ditunjukkan dengan sikap yang selalu bersahabat, memberikan motivasi, memberikan pujian terhadap sikap positif anak. Selalu berkomunikasi dengan anak, memperhatikan kondisi dan situasi anak, terkadang ada hal yang perlu penegasan, namun itu tentunya sesuai dengan psikologis anak, dengan menunjukkan kesabaran serta kehangatan menghadapi anak juga termasuk rasa kasih sayang kepada anak sehingga anak akan betah dan aman serta nyaman dengan setiap permainan”.
Wawancara selanjutnya dengan Ibuk Winda ia menyatakan bahwa
kasih sayang dapat diciptakan:
“Dengan cara memperhatikan dan mengawasi anak bermain dan belajar,selalu menggunakan perkataan yang lemah lembut kepada anak mengusahakan agar
82 Mustafa fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat,...,h,87
tidak membentak apabila anak tersebut nakal serta menerima anak dengan kehangatan”
Sedangkan Ibuk Ides menuturkan bahwa:
“Ketika anak datang ke sekolah anak di beri pujian dan sanjungan seperti ‘sepatunya bagus ya, ikat rambutnya baru ya’ atau saat anak sedang membuat gambar ‘sekarang sudah pintar ya’,usahakan untuk selalu berkata lemah lembut tapi tidak pada setiap kondisi kita harus berlemah lembut, misalnya saat anak bermain di luar sedang bel masuk sudah berbunyi kita harus berteriak, kita juga harus memahami anak itu satu persatu karena anak memiliki kepribadian yang berbeda beda jadi cara berkomunikasi anak yang satu berdeda dengan yang lainnya”.
Ibuk Isma juga menjelaskan bahwa:
“Kasih sayang dapat kita tunjukkan dengan cara memberikan perhatian kepada
anak baik berupa pujian atau dengan sentuhan, bisa saja kita mengelus-elus punggung anak saat anak merasa tidak nyaman atau takut, anak akan merasa ia terlindungi dan disayangi”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan menunjukkan sikap yang kasih
sayang kepada anak dapat dilakukan dengan sikap yang selalu bersahabat,
memberikan motivasi, memberikan pujian terhadap sikap positif anak. Selalu
berkomunikasi dengan anak, memperhatikan kondisi dan situasi anak, terkadang
ada hal yang perlu penegasan, namun itu tentunya sesuai dengan psikologis anak,
dan dengan menunjukkan kesabaran serta kehangatan menghadapi anak. Selalu
berkata lemah lembut kepada anak, menerima anak dengan penuh kehangatan,
bisa juga dengan cara memberikan sentuhan secara fisik misalnya mengelus
punggung anak merangkul anak saat anak merasa takut dan tidak nyaman dengan
cara tersebut anak merasa dirinya dikasihi dan disayangi oleh lingkungan.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada tanggal 18 juli 2016 hari senin
di ruangan tkb saat perkenalan murid , setiap tindakan yang dilakukan sangat
penuh dengan kasih sayang. Guru berkata lemah lembut kepada anak, guru
memberikan pujian bagi anak yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Menerima anak dengan penuh kehangatan, tetapi ada salah satu guru yang ditakuti
oleh anak di sekolah karena suara Ibuk itu besar dan nada suaranya selalu
meninggi, pada hari ini siswa dipersilahkan untuk memperkenalkan diri di depan
kelas, zizi, ringga, ikhlas, cinta, keci dan walid malu malu untuk berdiri.
Kemudian guru menghampiri anak tersebut dan menuntunnya ke depan kelas guru
juga merangkul anak dengan penuh kasih sayang dan kehangatan dengan
mengelus-ngelus punggung sang anak agar tidak takut lagi.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan bahwa
upaya yang dilakukan oleh guru membantu anak untuk menyesuaikan diri dengan
memberikan kasih sayang sudah sesuai dengan teori. Namun masih ada salah
seorang guru yang masih belum melaksanakannya. Perasaan anak bahwa ia
disayangi oleh lingkungannya pada umumnya adalah sangat penting bagi
pertumbuhannya, bukan hanya dari segi emosi saja, akan tetapi juga dari segi
biologi dan mental juga. Telah banyak penelitian membuktikan bahwa anak yang
disayangi adalah anak yang bahagia. Akan tetapi rasa sayang itu hendaknya
sungguh timbul dari hati, bukan hanya sekedar lahirnya saja yang dipaksakan dari
luar. Semakin mantap rasa kasih sayang yang didapatkan anak dari lingkungan
maka semakin terbantulah penyesuaian anak dengan lingkungan83.
83 Mustafa fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat,...,h,87
3. Tidak Membeda-Bedakan Anak
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru tentang menganggap
semua anak itu sama. Ibuk Tati menjelaskan bahwa:
“Dalam perlakuan atau pelayanan pendidikan kita tidak boleh membedakan setiap anak, namun dalam pendekatan dan strategi tentu setiap anak harus dikenali dulu watak dan sifatnya”.
Wawancara selanjutnya dengan buk Isma, beliau menyatakan bahwa:
“Dilihat dari karakter tidak ada anak yang sama, mereka berbeda satu sama
lain maka berbeda pula cara menghadapinya, tetapi dalam hal pelayanan akademik mereka semua sama”
Sedangkan menurut Ibuk Ides, ia menuturkan:
“Di sekolah semua anak itu sama, apakah orangtuanya petani, pejabat atau anak
guru pun status mereka sama, yang membedakan mereka adalah sifat mereka dan cara menghadapinya dalam belajar”
Tidak jauh berbeda dengan keterangan di atas, Ibuk Winda juga menambahkan
bahwa:
“Semua anak itu sama dalam hal pelayanan akademik sekolah”
Guru harus memberikan perlakuan yang adil kepada anak, baik
pada anak yang cepat dalam perkembangannya atau yang agak lambat.
Guru harus mengganggap anak itu sama, mereka adalah pribadi yang baru
berkembang dan berada pada usia keemasan yang sangat menentukan
perkembangan anak di masa depan. Dalam hal pelayanan dan perlakuan
akademik di sekolah semua anak itu sama, tetapi dalam strategi atau
pendekatan kepada anak akan berbeda-beda karena karakter anak tersebut
berbeda. Guru harus berhati-hati dalam bertindak terhadap anak, misalnya
terjadi suatu pertengkaran antar anak saat bermain guru tidak boleh
memihak salah satu anak tapi guru merangkul keduanya sehingga mereka
kembali menjadi damai. Anak adalah pribadi yang memiliki keunikan
tertentu dalam dirinya sehingga guru harus memahami dan menghargai
setiap keunikan anak.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis laksanakan, diketahui
bahwa guru tidak pernah membeda-bedakan anak. Baik dalam hal kasih
sayang, perhatian, dan, pelayanan terhadap anak. Semua anak di
perlakukan sama baik kepada anak yang merupakan keponakan bagi guru,
atau anak guru itu sendiri. Guru tidak memberikan hak keistimewaan bagi
anaknya yang juga bersekolah di sana. Sehingga anak merasa dirinya
diterima apa adanya dan mendapatkan hak yang sama di sekolah, ini
penulis ketahui saat masuk ke dalam kelas yang dibina Ibuk Winda, pada
tanggal 20 juli 2016 yaitu pada hari rabu di ruangan TKb dimana Ibuk
Winda merupakan orang tua dari azim siswa di TK Tunas harapan ini.
Ibuk Winda tidak pernah membeda-bedakan antara anaknya dengan siswa
lain, baik saat bermain atau belajar. Bahkan Ibuk Winda lebih suka
mengajar anak selain azim, dan menyerahkan azim kepada Ibuk Ides.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas, dapat
disimpulkan bahwa upaya guru membantu anak untuk menyesuaikan diri
dengan tidak membeda-bedakan anak adalah sesuai dengan teori. Guru
sebagai orang tua anak di sekolah tidak boleh membedakan antara anak
satu dengan yang lain dalam hal yang mereka rasa mengurangkan harga
dirinya, memberi nama atau gelar-gelar yang lucu, atau memuji temen-
temannya serta menyebutkan kebaikan mereka, misalnya guru berkata :” si
a anak yang pintar, sedang kamu anak yang pemalas”. Anak akan merasa
minder dan rendah diri apabila guru berkata demikian84.
4. Menghindari Pemberian Hukuman
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru tentang
menghilangkan pemberian hukuman atas kesalahan yang dilakukan anak
Ibuk Tati menuturkan bahwa:
“Apabila anak melakukan kesalahaan pertama saya mendekati anak dengan memberikan rasa tenang dulu, kemudian apabila kondisi memungkinkan saya akan menasehati anak dan membimbing untuk melakukan tindakan yang tepat. Saya pernah menegur dan membentak anak sesuai kondisi anak dan sebatas ketegasan sesuai psikologis anak. Dan setiap kesalahan yang dilakukan anak saya selalu dan memotivasi anak untuk meminta maaf”.
Ibuk Isma menuturkan:
“Jika anak melakukan suatu tindakan kesalahan jelaskan kepada anak bahwa tindakannya itu salah, serta memberikan penjelasan dan pengertian kalau tindakannya itu mengganggu dan tidak disukai orang di sekitarnya”.
Ibuk Winda menjelaskan:
“Tindakan yang dapat dilakukan apabila anak melakukan kesalahan yaitu dengan cara menasehatinya dengan cara yang lemah lembut untuk mengurangi kesalahannya. Berikan penjelasan bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan yang tidak baik. Serta selalu mengajarkan anak-anak untuk meminta maaf dan memberi tahu kalau kita sesama manusia harus saling memanfaatkan”.
Hukuman bukanlah cara yang tepat bagi anak yang melakukan kesalahan cara
lain yang dapat dilakukan adalah guru dapat menegur anak dengan cara yang
penuh kasih sayang sehingga anak tidak merasa cemas serta takut. Kesimpulan
84 Mustafa fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat,...,h,88
dari wawancara di atas adalah Apabila kesalahan yang dilakukan anak karena
bertengkar dengan anak lain guru dapat mengajarkan anak bagaimana cara
meminta maaf. Guru tidak boleh memarahi anak karena kemarahan yang
dilontarkan oleh guru hanya akan membuat anak menjadi takut pada guru bukan
pada kesalahan yang dilakukannya. Maka dari itu guru dapat memberikan
penjelasan kepada anak bahwa perbuatan yang dilakukannya sangat dilarang dan
tidak boleh dilakukan. Menasehati anak itu harus dengan lemah lembut supaya
anak tidak mengulangi kesalahannya.
Selanjutnya berdasarkan hasil observasi penulis saat mengamati Ibuk Ides pada
tanggal 19 juli 2016 di ruangan TKb pada pukul 08.30 yaitu hari selasa, guru tidak
pernah memberikan hukuman kepada anak, seperti anak yang mencoret dinding
yang dilakukan guru adalah menegurnya. Sedangkan anak yang suka mengganggu
teman dan berkelahi dengan teman, guru mendamaikan mereka dan mengajarkan
untuk saling meminta maaf.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan bahwa
membantu anak menyesuaikan diri dengan cara tidak memberikan hukuman
adalah sesuai dengan teori. Ancaman dan hukuman serta peringatan dalam
berbagai tingkatannya akan menetap dalam pikiran anak. Misalnya anak
melakukan kesalahan karena bertengkar atau mengganggu anak lain di sekolah,
guru tidak boleh memberikan hukuman kepada anak sebab hukuman hanya akan
menjadi sumber kecemasan, ketakutan, dan rasa tidak aman85.
85 Mustafa fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat,...,h,87
5. Membantu Anak Melakukan Interaksi Melalui Permainan Kelompok
Berdasarkan wawancara denga Ibuk Tati:
“Saya selalu berusaha melibatkan semua anak dalam melakukan permainan dan memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk mengajak teman bermain”.
Wawancara selanjutnya dengan Ibuk Isma, beliau menuturkan:
“Permainan sangat cocok untuk membantu anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan adanya permainan anak berbaur, dan mulai berkomuniksai dengan anak lain”
Sedangkan menurut Ibuk Ides, ia menyatakan bahwa:
“ Anak dapat berinteraksi bila diberikan kesempatan untuk merespon teman yang
lain saat belajar, misalnya saja saat menggambar anak bisa menjalin hubungan dengan anak lain ketika memakai pensil warna secara bergantian
Wawancara selanjutnya dengan Ibuk Winda, ia menuturkan bahwa:
“Dengan mengadakan permainan kelompok anak dapat berinteraksi dengan teman
yang belum dikenalnya” Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa cara yang dapat
dilakukan supaya anak mampu untuk berinteraksi dengan temannya adalah
dengan cara selalu berusaha melibatkan semua anak dalam melakukan
permainan. Setiap anak diberikan kesempatan untuk merespon teman yang
lain saat belajar sehingga anak mampu menjalin persahabatan dan
keakraban dengan temannya
Wawancara tentang permainan yang mendukung terjadinya
interaksi antara anak, Ibuk Tati menyampaikan bahwa:
“Banyak jenis permainan kelompok yang membantunya untuk berinteraksi, seperti salah satunya dalam permainan membangun atau menyusun balok, atau
permainan fisik seperti kambing harimau, namun fasilitas yang mendukung permainan tersebut belum lengkap. Untuk memulai interaksi dengan anak lain saya berusaha menciptakan suatu permainan yang mengembangkan kemampuan berkomunikasi anak seperti: permainan mencari teman permainan menyusun kata atau huruf”.
Selanjutnya wawancara dengan Ibuk Isma, beliau menuturkan bahwa:
“Permainan yang cocok untuk proses interaksi pada anak adalah bermain pada area
memasak, balok, pasir dan air, area drama, bermain di luar, dll. Untuk mendukung permainan tersebut sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai”
Sedangkan menurut Ibuk Ides, ia menuturkan bahwa:
“Permainan yang mendukung interaksi anak di sekolah bisa berupa permainan bola,
main ayunan melalui permainan itu anak dapat berkenalan satu sama lainnya”.
Ibuk Winda juga menambahkan bahwa:
“Permainan kelompok seperti permainan bola kaki, bermain kejar kejaran, dan petak umpet sangat membantu anak dalam berinteraksi”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tentang
permainan yang mendukung terjadinya interaksi antara anak adalah
permainan yang melibatkan banyak anak dalam permainan tersebut.
Seperti salah satunya dalam permainan membangun atau menyusun balok,
atau permainan fisik seperti kambing harimau, namun fasilitas yang
mendukung permainan tersebut belum lengkap. Untuk memulai interaksi
dengan anak lain saya berusaha menciptakan suatu permainan yang
mengembangkan kemampuan berkomunikasi anak seperti, permainan
mencari teman permainan menyusun kata atau huruf”.
Dari hasil observasi yang penulis dilakukan, setiap hari guru
mengajarkan anak untuk melakukan permainan yang bermanfaat dan
mendidik obsrvasi dilakukan pada hari selasa, 19 juli 2016 di ruangan Tka
kelas yang dibina oleh Ibuk Nurtati. Salah satu permainan yang
mendukung interaksi antara anak yaitu permainan “tangkap teman” yang
diajarkan. Anak di suruh untuk berdiri dan membentuk lingkaran.
Kemudian mereka berputar sambil bernyanyi, ketika lagu yang di
nyanyikan berbunyi “tangkap teman” maka anak-anak diharuskan untuk
menangkap teman yang ada di sebelah atau didepannya. Anak-anak
menjadi ceria dan tidak canggung lagi untuk mulai interaksi dengan
teman-temannya.
Wawancara selanjutnya terkait dengan cara yang lakukan supaya
anak mendapatkan teman bermain.
Ibuk Tati menyatakan bahwa:
“Mengajak dan memotivasi anak yang sulit bergaul untuk dapat bermain dengan temannya atau meminta anak yang mudah bergaul untuk mengajak anak tersebut bermain”
Wawancara selanjutnya dengan Ibuk Isma:
“Agar anak mau memulai kontak atau interaksi maka setiap anak diperkenalkan di
depan kelas supaya saling mengenal satu sama lain”.
Ibuk Ides juga menambahkan bahwa:
“Dapat dilakukan dengan cara membagi anak dalam beberapa kelompok kecil, dimana kelompok tersebut diacak dan di ubah setiap harinya”
Sedangkan menurut Ibuk Winda:
“Dengan cara membimbing anak yang kurang mampu untuk melakukan kontak
sampai ia merasa percaya diri untuk memulai pertemanan” Dari wawancara di atas tentang cara yang dapat dilakukan supaya
anak mendapatkan teman dalam bermain adalah mengajak dan memotivasi
anak yang sulit bergaul untuk dapat bermain dengan temannya atau
meminta anak yang mudah bergaul untuk mengajak anak tersebut bermain.
Dapat juga dilakukan dengan cara membagi anak dalam beberapa
kelompok kecil, dimana kelompok tersebut diacak dan di ubah setiap
harinnya. agar anak mau memulai kontak atau interaksi maka setiap anak
diperkenalkan di depan kelas supaya saling mengenal satu sama lain.
Dari hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 18 juli
2016 hari selasa di ruangan kelas TKb, supaya anak mendapatkan teman
dalam permainan adalah dengan memperkenalkan anak itu terlebih dahulu,
setiap anak diminta untuk berdiri di depan kelas untuk memperkenalkan
dirinya, siapa nama lengkap, nama panggilan, dan asalnya. Dengan
demikian anak akan mengetahui siapa teman-temannya di sekolah. Dan
anak tidak takut atau ragu lagi saat menyapa atau mengajak temannya
bermain.
Wawancara selanjutnya tentang anak suka diam dan menyendiri
tindakan apa yang dilakukan guru, Ibuk Tati menuturkan bahwa:
“Akan mengajak anak itu bercerita dan menanyakan kenapa dia suka diam atau menyendiri, terkadang anak tersebut mengalami suatu masalah di rumah atau di lingkungannya”.
Sedangkan Ibuk Isma menuturkan bahwa:
“Jika anak banyak diam dan suka menyendiri maka tindakan yang saya lakukan
adalah mengajak anak tersebut”.
Wawancara selanjutnya dengan Ibuk Ides, ia menyatakan bahwa:
“Terkadang juga di jumpai anak yang diam kita akan menyuruh anak tersebut bergabung dengan anak lain tetapi kalau anak suka menyendiri dikarenakaan
beberapa faktor misalnya temannya jahil, nakal, suka mencubit, akhirnya anak itu memilih menyendiri”
Wawancara selanjutnya dengan Ibuk Winda:
“Dengan cara mendekati anak tersebut dan mendampingi anak supaya mau
bergabung dalam permainan yang sedang dilakukan”
Dari wawancara yang dilakukan dengan guru tentang anak yang
banyak berdiam diri dan menyendiri adalah dengan cara mendekati anak
tersebut dan mendampingi anak supaya mau bergabung dalam permainan
yang sedang dilakukan. Atau dengan cara bercerita dan menanyakan
kenapa dia suka diam atau menyendiri, terkadang anak tersebut mengalami
suatu masalah di rumah atau di lingkungannya.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 21 juli 2016 di ruangan
TKa, anak yang suka diam dan menyendiri yang dilakukan oleh guru
adalah, mengajak anak tersebut untuk bermain dan mendampingi anak
tersebut ini terjadi pada iklas murid binaan ibuk tati. Guru akan manemani
anak tersebut untuk membimbingnya dengan penuh kesabaran sampai
anak tersebut mau melakukannya sendiri. Dan bagi anak yang suka
menyendiri guru berusaha untuk mendekatinya dan memberikan dorongan
supaya anak tersebut mau bermain.
Wawancara agar anak mau mempertahankan peran dalam
permainan dan tidak bosan, Wawancara dengan Ibuk Tati, beliau
menuturkan bahwa:
“Terlibat dalam permainan dan berusaha memotivasi serta menciptakan suasana yang menyenangkan anak”.
Wawancara selanjutnya dengan Ibuk Isma, beliau menyatakan bahwa:
“Agar anak tidak bosan dalam permainan yang sedang dijalankannya, permainan
yang disuguhkan kepada anak selalu berbeda setiap harinya, misalnya hari ini permainan drama besoknya permainan menyusun lego, begitu seterusnya”
Sedangkan menurut Ibuk Ides, ia menuturkan bahwa:
“Dalam bermain itu terkadang anak mudah bosan dalam bermain dan suka merebut
mainan anak lain maka dari itu alat permainan itu di bagi rata atau dipakai bergantian sehingga tidak terjadi perkelahian”
Tidak jauh berdeba dengan pendapat di atas Ibuk Winda menambahkan
bahwa:
“Dengan cara mengadakan permainan yang membuat anak gembira dan senang akan membuat anak menjadi tidak mudah bosan”
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru maka
dapat di simpulkan bahwa supaya anak mempertahankan perannya dalam
permainan dan tidak bosan bermain adalah guru terlibat dalam permainan
tersebut, sehingga anak menjadi aktif untuk bermain. Selain itu guru juga
dapat mengakalinya dengan membagi permainan itu sama rata, atau
menerapkan permainan yang berbeda setiap harinya. Berdasarkan
observasi yang penulis lakukan hari rabu tanggal 20 juli 2016 di ruangan
kelas Ibuk Isma, diketahui bahwa anak yang mudah bosan dalam belajar di
karenakan oleh pemainan yang di ajarkan guru itu-itu saja. Maka dari itu
guru mensiasatinya dengan cara melakukan permainan yang berbeda
setiap harinya.
Apabila terjadi pertengkaran saat permainan berlangsung apa yang
Ibuk lakukan Wawancara dengan Ibuk Tati, beliau menyatakan bahwa:
“Menemukan sebab pertengkaran dan memberikan nasehat kepada anak serta meminta mereka saling memanfaatkan dengan mengaitkan/memasukkan unsur agama”
Wawancara selanjutnya dengan Ibuk Isma:
“Kita harus memberikan pengertian tentang apa yang dipertengkarkan anak
tersebut”
Ibuk Ides juga menuturkan bahwa:
“Kadang perkelahian tidak terelakkan juga ada anak yang jahil ingin mainan temannya sampai anak tersebut menangis, anak itu akan di nasehati tentang kesalahannya.
Sedangkan Ibuk Winda munuturkan bahwa:
“Mencari tahu asal muasal pertengkarannya dan menyuruh anak untuk bermaaf-
maafan”
Dari hasil wawancara yang dilakukan tentang pertengkaraan yang
terjadi saat anak bermain dapat disimpulkan sebagai berikut pertengkaran
terjadi pasti ada sebabnya, guru harus mencari tau asal muasal
pertengkaran tersebut dan menasehati bahwa perbuatannya itu salah. Kita
juga bisa mengaitkan pertengkaran itu dengan unsur agama sehingga anak
menjadi sadar dan bermaaf-maafan.
Dari hasil observasi yang penulis lakukan 19 juli 2016 hari selasa
di ruangan kelas Ibuk Tati, diketahui bahwa menganggu teman, mencubit
teman, atau menjambak rambut teman bisa saja terjadi saat berada di
sekolah. Ada salah seorang siswa yang suka menjambak rambut temannya
sampai ia menangis dan tidak mau lagi berada di kelas yang sama.
Tindakan yang dilakukan guru adalah mencari asal muasal pertengkaran
tersebut, kenapa sang anak mengganggu temannya. Lalu setelah diketahui
penyebabnya kedua anak itu dinasehati dan di ajarka untuk meminta maaf.
Wawancara tentang bagaimana mengajari atau menuntun anak
untuk menyelesaikan permasalahan,
Wawancara dengan Ibuk Tati, beliau menuturkan bahwa:
“Iya, dengan cara begitu berarti kita berusaha menawarkan sikap-bijaksana dalam diri anak” Sedangkan menurut Ibuk Isma, beliau menyatakan bahwa:
“ Anak di bimbing untuk meminta maaf dan untuk memaafkan supaya tidak terjadi pertengkaran lagi di masa yang akan datang dan anak menjadi mandiri”
Selanjutnya Ibuk Ides menyatakan bahwa:
“ Biasanya anak itu dibantu untuk menyelesaikan masalahnya dengan dibimbing oleh guru”
Sedangkan menurut Ibuk Winda, ia menyatakan bahwa:
“ Sudah menjadi kewajiban bagi guru mengajaarkan hal yang baik bagi anaknya di sekolah, supaya anak nanti mampu menyelesaikan masalahnya sendi tanpa bergantung lagi pada guru”
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru tentang
membimbing atau mengajari anak untuk menyelesaikan masalahnya
adalah sebagai berikut bahwa sudah kewajiban bagi guru untuk
membimbing anaknya dalam kebaikan, terutama bagi perkembangan anak
pada tahapan selanjutnya sehingga anak menjadi mandiri dan bijak
menghadapi segala masalah yang dihadapinya.
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa guru membantu anak menyesuaikan sudah sesuai
dengan teori. Guru sebagai seorang yang mendidik dan mengajarkan anak
di sekolah dapat menciptakan suasana yang dapat mendukung kemampuan
interaksi sosial anak melalui berbagai permaian sosial seperti pemainan
asosiatif dan kooperatif dengan permainan yang dilakukan dapat memacu
hubungan dan kerjasama antar anak86.
86 Mustafa fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat,...,h,87
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari deskripsi dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Memberikan rasa aman kepada anak dapat ditunjukkan dengan cara selalu
mengawasi anak baik saat belajar ataupun dalam bermain.
Memperlakukan anak dengan penuh kasih sayang ditunjukkan dengan sikap yang
selalu bersahabat, memberikan motivasi, memberikan pujian terhadap sikap
positif anak.
Tidak membeda-bedakan anak dalam hal pelayanan dan perlakuan akademik di
sekolah sebab semua anak itu sama.
Hukuman bukanlah cara yang tepat bagi anak yang melakukan kesalahan
melainkan dengan cara menasehati anak dengan penuh kasih sayang.
Membantu anak melakukan interaksi dengan anak lain melalui kegiatan
permainan kelompok adalah dengan selalu berusaha melibatkan semua anak
dalam melakukan permainan.
B. SARAN
Setelah penulis melakukan penelitian tentang upaya guru membantu anak usia
dini untuk menyesuaikan diri , maka berikut ini saran dan harapan penulis kepada:
1. Guru
a. Guru diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang tugas
perkembangan anak usia dini.
b. Guru diharapkan dapat mengidentifikasi karakter anak usia dini.
c. Guru diharapkan mampu membimbing anak dalam menyesuaikan diri di
sekolah.
2. Kepala sekolah
Diharapkan kepada kepala sekolah untuk melengkapi sarana dan prasarana
yang mendukung perkembangan anak seperti wahana permainan dan ruangan
belajar yang nyaman. Karena sarana dan prasarana merupakan hal sangat
mendukung terlaksanya proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
A Sahertian, Piet.1994.Dimensi Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Ade Dwi Utami Dkk.2013.Modul Plpg Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta.
Desmita.2005.Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Depdiknas.2007.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Emzir.2012.Metodologi Penelitian Kualitatif. Analisis Data. Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada.
Fahmi, Mustafa.1977. Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat. Jakarta: Bulan Bintang.
Hadiyanto.2000. Manajemen Peserta Didik. Padang: Unp Press.
Hamzah.Profesi Keguruan.Jakarta: PT Bumi Kencana Aksara.
Hurlock.1980, Psikologi Perkembangan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.
, Perkembangan (Jilid Dua).Jakarta: Erlangga
J. Beaty, Janice.2013.Observasi Perkembangan Anak Usia Dini(Edisi Ke Tujuh).Jakarta: Kencana.
KDT.2007. UU No 20 Tahun 2003 Tentang SPN.Jakarta.
Kusnandar.2007.Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada.
Moeslichatoen.1998.Metode mengajar di taman kanak-kanak.jakarta: rineka cipta.
Narbuko, Kholid Dan Ahmadi, Abu.1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Pt Bumi Aksara, Cet. Ke-1.
Patmonodewo, Soemiarti.2008.Pendidikan Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
R. S. Satmoko.1995.Psikologi Tentang Penyesuaian Dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: Ikip Semarang Press.
Sanjaya, Wina.2008. Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana.
Saondi, Ondi.2009.Etika Profesi Keguruan. Kuningan:Refika Aditama.
Sri Rumini Dan Siti Sundari.2004.Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.Cet Ke. 1.
Sugiyono.2009.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto1980.Manajemen Pengajaran. Jakarta: Aneka Cipta.
Sujanto, Agus.1998.Psikologi Perkembangan. Jakarta: Pt Rineka Cipta.
Syaodih Sukmadinata, Nana.2009.Metode Penelitanpendidikan. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.
Taufik.2009.Model-Model Konseling. Padang: Fip Unp
Trianto.2011.Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta:Kencana.
Usman Effendi Dan Juhaya S. Praja.1984.Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa.
W.A. Gerungan Dipl1.987.Psikologi Sosial, Bandung: Pt. Eresco. Cet. 10.
Yuliana.2013. Home Scooling Group Usia Dini Berbasis Aqidah Islam.Jakarta:Al-Dinii
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Ismawati
Jabatan : Guru
Hari/Tanggal : Selasa, 19 Juli 2016
1. Saat anak bermain adakah ibuk mengawasi anak-anak?
“iya, karena anak dalam permainannya perlu pengawasan apalagi kalau alat
bermainnya baru bagi anak”
2. Saat anak bermain anak merasa takut dan cemas apa tindakan yang ibuk
lakukan?
“apabila anak merasa cemas dan takut saat bermain, misalnya anak takut
salah dan dia menangis maka saya akan merangkul anak tersebut
kemudian mendampinginya sampai anak tersebut tenang kembali ”
3. Saat anak bermain dan mengalami kecelakaan yang serius seperti luka-luka dan
berdarah apa ibuk membawa anak tersebut kerumah sakit?
“apabila anak mengalami cidera akan dilakukan pertolongan pertama dan
berlanjut. Kalau tidak menimbulkan cidera cukup memberi pengertian
dan menasehati anak untuk berhati-hati”
4. Bagaimana cara ibuk menunjukkan kasih sayang kepada anak?
“kasih sayang kepada anak dapat kita tunjukkan dengan cara memberikan
perhatian kepada anak baik berupa pujian atau sentuhan, bisa saja kita
mengelus-elus punggung anak saat anak merasa tidak nyaman atau takut,
sehingga anak menjadi disayangi dan nyaman”
5. Bagaimana cara ibuk berkomunikasi dengan anak? Apakah ibuk selalu berkata
lemah lembut kepada anak?
“saya selalu berusaha untuk bertutur kata lemah lembut kepada anak”
6. Bagaimana cara yang ibuk lakukan supaya sabar menghadapi anak?
“supaya saya sabar menghadapi anak-anak saya selalu berusaha menekankan
dalam hati bahwa anak yang saya ajar di sekolah sama dengan anak saya
yang di rumah, jadi saya menganggap mereka sebagai anak sendiri ”
7. Apakah ibuk memperlakukan anak dengan menerimanya dengan penuh
kehangatan?
“iya, anak-anak membutuhkan kehangatangan. Maka dari itu saya selalu
berusaha untuk membina hubungan yang akrab dan hangat dengan
anak”
8. Apabila anak melakukan kegiatan secara positif, apa yang ibuk lakukan?
“memuji tindakan yang dilakukan anak, dan mendorong anak tersebut untuk
mempertahankan kemampuannya”
9. Adakah ibuk berlaku adil pada seluruh anak?
“alhamdulillah saya sudah berlaku adil kepada seluruh anak”
10. Adakah ibuk menganggap setiap anak itu sama?
“tidak, sebab setiap anak itu memiliki karakter dan keunikan yang berbeda
jadi cara menghadapinya juga berbeda”
11. Apakah ibuk pernah memihak atau mengistimewakan salah seorang anak?
“Tidak”
12. Bagaimana cara ibuk menghargai setiap keunikan yang dimiliki anak?
“dengan mensuport keunikan yang dimiliki anak secara positif”
13. Bagaimana tindakan yang ibuk lakukan apabila anak melakukan kesalahan?
“menjelaskan kepada anak kalau tindakannya salah”
14. Apakah ibuk menegur anak apabila melakukan kesalahan di sekolah?
“iya, serta memberikan penjelasan dan pengertian kalau tindakannya
tersebut salah”
15. Apakah ibuk pernah membentak anak saat anak melakukan suatu kesalahan?
“tidak pernah”
16. Apabila anak melakukan kesalahan apakah ibuk berusaha memberikan
penjelasan atas tindakan yang dilakukan anak?
“iya, harus dijelaskan supaya anak tidak mengulangi perbuatan yang sama
untuk kedua kalinya ”
17. Atas kesalahan yang dilakukan anak, apakah ibuk mengajari anak untuk
meminta maaf?
“iya, anak diajarkan untuk rendah hati dan selalu berhubungan baik dengan
teman-temannya, jadi apabila anak salah akan diajarkan bagaimana cara
meminta maaf”
18. Bagaimana cara ibuk agar anak dapat berinteraksi dengan teman sebaya?
“memperkenalkan teman kepada anak dan mengajaknya bermain
bersama”
19. Menurut ibuk permainan kelompok seperti apa yang dapat mebantu anak
berinteraksi dengan anak lain?
“bermain pada area memasak, balok, pasir dan air, area darama dan
bermain diluar”
20. Apakah di sekolah disediakan fasilitas dan sarana yang mendukung
terciptanya permainan yang mengacu interaksi sosial diantara anak?
“Ada namun belum memadai”
21. Bagaimana cara ibuk membantu anak supaya mau memulai kontak dengan
anak lainnya?
“dengan cara memperkenalkan anak di depan kelas secara bergantian,
sehingga anak mengetahui siapa saja teman-temannya dan mudah untuk
memulai untuk berteman”
22. Bagaimana cara yang ibuk lakukan supaya anak mendapatkan teman
bermain?
“dengan adanya perkenalan anak menjadi tau bagaimana sikap dan sifat
teman-temannya”
23. Apa yang ibuk lakukan apabila anak suka diam dan menyendiri dan tidak
bergabung dalam kegiatan yang dilakukan?
“jika anak banyak diam dan suka menyendiri maka tindakan yang saya
lakukan adalah mengajak anak tersebut dengan penuh kasih sayang”
24. Bagaimana cara yang ibuk lakukan agar anak mempertahankan peran dan
tidak mudah bosan dalam permainan yang sedang dilakukan anak?
“permainan yang disuguhkan pada anak selalu berbeda setiap harinya,
misalnya hari ini permainan drama besoknya permainan menyusun lego,
begitu seterusnya”
25. Apabila terjadi pertengkaran dalam permaianan yang sedang berlangsung apa
yang ibuk lakukakan?
“kita harus memberikan pengertian tentang apa yang di pertengkarkan anak
tersebut”
26. Apabila terjadi pertengkaran dalam permainan apakah ibuk mengajarkan atau
menuntun anak untuk menyelesaikannya?
“anak dibimbing untuk meminta maaf dan untuk memaafkan supaya tidak
terjadi pertengkaran lagi di masa yang akan datang dan anak menjadi
mandiri”
PEDOMAN WAWANCARA
Nama :Nurtati, S,Pd
Jabatan :Kepala Sekolah
Hari/Tanggal : Sabtu, 23 Juli 2016
27. Saat anak bermain adakah ibuk mengawasi anak-anak?
“Ada, mengingat mereka masih usia dini tentunya pengawasan dan perhatian
kita sangat membantu dalam bermain bersama temannya”
28. Saat anak bermain anak merasa cemas atau takut apa tindakan yang ibuk
lakukan?
“saya tentunya akan segera melakukan tindakan yang tepat untuk
mengatasinya, dan selalu memberikan rasa aman dan motivasi”
29. Saat anak bermain dan mengalami kecelakaan yang serius seperti luka-
luka dan berdarah apa ibuk membawa anak tersebut kerumah sakit?
“Tentu, karena selama mereka berada di sekolah merekalah bertanggung
jawab sekolah sepenuhnya”
30. Bagaimana cara ibuk menunjukkan kasih sayang kepada anak?
“menunjukkan sikap yang bersahabat, memberikan motivasi, memberikan
pujian terhadap sikap positif anak”
31. Bagaimana cara ibuk berkomunikasi dengan anak? Apakah ibuk selalu
berkata lemah lembut kepada anak?
“dalam hal berkomunikasi dengan anak, saya selalu memperhatikan kondisi
dan situasi anak, terkadang ada hal yang perlu penegasan namun itu
tentunya sesuai dengan psikologis anak”
32. Bagaimana cara yang ibuk lakukan supaya sabar menghadapi anak?
“pertama saya memandang tugas ini adalah ibadah dan mencari ridho
allah,kemudian saya selalu memandang secara pedagogik, bahwa anak itu
unik dan menyenangkan”
33. Apakah ibuk memperlakukan anak dengan menerimanya dengan penuh
kehangatan?
“dengan kehangatan dan kasih sayang anak akan merasa aman dan nyaman
dalam melakukan setiap permainan”
34. Apabila anak melakukan kegiatan secara positif, apa yang ibuk lakukan?
“Saya selalu memberikan pujian bahkan berupa hadiah”
35. Adakah ibuk berlaku adil pada seluruh anak?
“inshaa allah saya sudah adil”
36. Adakah ibuk menganggap setiap anak itu sama?
“dalam perlakukan atau pelayanan pendidikan tidak boleh membedakan
setiap anak, namun dalam pendekatan dan strategi tentu setiap anak
harus dikenali dulu watak dan karakternya”
37. Apakah ibuk pernah memihak atau mengistimewakan salah seorang anak?
“Tidak pernah”
38. Bagaimana cara ibuk menghargai setiap keunikan yang dimiliki anak?
“saya senantiasa menerima keunikan anak dan berusaha menemukan strategi
dan langkah-langkah yang tepat dalam menghadapinya”
39. Bagaimana tindakan yang ibuk lakukan apabila anak melakukan kesalahan?
“pertama saya akan mendekati anak dan memberikan rasa tenang dulu,
kemudian apabila kondisi memungkinkan saya akan menasehati anak
membimbing untuk tindakan yang tepat”
40. Apakah ibuk menegur anak apabila melakukan kesalahan di sekolah?
“iya, sesuai kondisi anak”
41. Apakah ibuk pernah membentak anak saat anak melakukan suatu kesalahan?
“pernah, namun sebatas ketegasan sesuai dengan psikologis anak”
42. Apabila anak melakukan kesalahan apakah ibuk berusaha memberikan
penjelasan atas tindakan yang dilakukan anak?
“iya saya selalu berusaha memberikan penjelasan kepada anak tentang
tindakan yang tidak baik dan mengaitkan dengan unsur agama”
43. Atas kesalahan yang dilakukan anak, apakah ibuk mengajari anak untuk
meminta maaf?
“selalu, dan memotivasi, serta memberikan alasan”
44. Bagaimana cara ibuk agar anak dapat berinteraksi dengan teman sebaya?
“selalu berusaha melibatkan semua anak dalam melakukan permainan
dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengajak teman
bermain”
45. Menurut ibuk permainan kelompok seperti apa yang dapat mebantu anak
berinteraksi dengan anak lain?
“banyak jenis permainan yang membantunya untuk berinteraksi,
seperti salah satunya, dalam permainan membangun atau menyusun
balok, atau permainan fisik seperti kambing dan harimau”
46. Apakah di sekolah disediakan fasilitas dan sarana yang mendukung
terciptanya permainan yang mengacu interaksi sosial diantara anak?
“Ada namun belum lengkap”
47. Bagaimana cara ibuk membantu anak supaya mau memulai kontak dengan
anak lainnya?
“berusaha menciptakan suatu permainan yang mengembangkan kemampuan
berkomunikasi anak, seperti permainan mencari teman atau permainan
menyusun kata atau huruf”
48. Bagaimana cara yang ibuk lakukan supaya anak mendapatkan teman
bermain?
“mengajak anak dan memotivasi anak yang sulit bergaul untuk dapat
bermain dengan temannya/meminta anak yang mudah bergaul untuk
mengajak anak tersebut bermain”
49. Apa yang ibuk lakukan apabila anak suka diam dan menyendiri dan tidak
bergabung dalam kegiatan yang dilakukan?
“akan mengajak anak bicara dan menanyakan kepada dia kenapa suka diam
atau menyendiri, terkadang anak tersebut mengalami suatu maslah
dirumah atau lingkungannya”
50. Bagaimana cara yang ibuk lakukan agar anak mempertahankan peran dan
tidak mudah bosan dalam permainan yang sedang dilakukan anak?
“terlibat dalam permainan dan berusaha memotivasi serta menciptakan
suasana yang menyenangkan anak”
51. Apabila terjadi pertengkaran dalam permaianan yang sedang berlangsung apa
yang ibuk lakukakan?
“saya akan menemukan sebab pertengkaran dan memberikan nasehat kepada
anak serta meminta mereka untuk saling memaafkan dengan mengatakan
atau memasukkan unsur agama”
52. Apabila terjadi pertengkaran dalam permainan apakah ibuk mengajarkan atau
menuntun anak untuk menyelesaikannya?
“dengan cara begitu berarti kita telah berusaha menanamkan sikap bijaksana
dalam diri anak”
PEDOMAN WAWANCARA
Nama :Winda Yulia S,Pd
Jabatan :guru
Hari/Tanggal : Jum’at, 22 Juli 2016
53. Saat anak bermain adakah ibuk mengawasi anak-anak?
“Ada, setiap guru selalu mengawasi anak bermain agar anak tidak berkelahi,
berebutan mainan karena sarana dan prasarana yang belum lengkap dan
mencukupi”
54. Saat anak bermain anak merasa cemas dan takut apa tindakan yang ibuk
lakukan?
“tindakan yang saya lakukan apabila anak merasa takut atau cemas adalah
berusaha untuk berada sedekat mungkin dengan anak itu dan
menenangkannya”
55. Saat anak bermain dan mengalami kecelakaan yang serius seperti luka-
luka dan berdarah apa ibuk membawa anak tersebut kerumah sakit?
“iya, tetapi kalau luka anak tidak terlalu parah tindakan pertama yang
dilakukan adalah membawa anak ke uks sekolah”
56. Bagaimana cara ibuk menunjukkan kasih sayang kepada anak?
“dengan cara memperhatikan dan mengawasi anak saat bermain atau
belajar”
57. Bagaimana cara ibuk berkomunikasi dengan anak? Apakah ibuk selalu
berkata lemah lembut kepada anak?
“selalu menggunakan perkataan yang lemah lembut kepada anak”
58. Bagaimana cara yang ibuk lakukan supaya sabar menghadapi anak?
“dengan mengusahakan tidak membentak anak apabila anak nakal”
59. Apakah ibuk memperlakukan anak dengan menerimanya dengan penuh
kehangatan?
“iya suasana di sekolah harus hangat supaya anak merasa seperti di rumah
sendiri”
60. Apabila anak melakukan kegiatan secara positif, apa yang ibuk lakukan?
“mendukung dan mendampingi anak untuk memajukan kegiatan yang anak
sukai agar anak senang”
61. Adakah ibuk berlaku adil pada seluruh anak?
“iya, saya selalu berusaha adil”
62. Adakah ibuk menganggap setiap anak itu sama?
“iya, saya menganggap semua anak itu sama, sama-sama membutuhkan
perhatian dukungan dan kasih sayang”
63. Apakah ibuk pernah memihak atau mengistimewakan salah seorang anak?
“Tidak, karena semua anak itu sama apabila nampak oleh anak guru
mengistimewakan salah satu anak ini nantinya akan menjadi kurangnya
semangant anak, karena anak menganggap gutu tidak memperhatikannya
dan hanya anak itu saja yang diperhatikan”
64. Bagaimana cara ibuk menghargai setiap keunikan yang dimiliki anak?
“menghargai kelebihan dan kekurangan anak”
65. Bagaimana tindakan yang ibuk lakukan apabila anak melakukan kesalahan?
“dengan cara menasehatinya secara lemah lembut dan mengajari anak untuk
tidak mengulangi perbuatannya”
66. Apakah ibuk menegur anak apabila melakukan kesalahan di sekolah?
“iya, teguran saya berikan apabila anak sudah dilarang untuk melakukan
suatu tindakan tetapi ia tetap mengulanginya”
67. Apakah ibuk pernah membentak anak saat anak melakukan suatu kesalahan?
“tidak”
68. Apabila anak melakukan kesalahan apakah ibuk berusaha memberikan
penjelasan atas tindakan yang dilakukan anak?
“iya, usaha yang dilakukan adalaah memberi penjelasan bahwa apa yang
dilakukannnya adalah perbuatan yang tidak baik”
69. Atas kesalahan yang dilakukan anak, apakah ibuk mengajari anak untuk
meminta maaf?
“iya, guru selalu mengajarkan anak-anak untuk meminta maaf”
70. Bagaimana cara ibuk agar anak dapat berinteraksi dengan teman sebaya?
“dengan mengadakan permainan kelompok yang dapat membuat anak
dapat berinteraksi dengan temannya seperti permainan bola kaki, kejar-
kejaran, main petak umpet”
71. Menurut ibuk permainan kelompok seperti apa yang dapat mebantu anak
berinteraksi dengan anak lain?
“ya dengan permainan yang sudah saya katakan tadi permainan
tersebut merupakan permainan kelompok yang beranggotakan 5-10
orang sehingga anak diharuskan untuk berada didalam kelompok yang
sudah ditentukan dan menjalin kerja sama dengan anggota yang lain”
72. Apakah di sekolah disediakan fasilitas dan sarana yang mendukung
terciptanya permainan yang mengacu interaksi sosial diantara anak?
“Ada namun belum lengkap”
73. Bagaimana cara ibuk membantu anak supaya mau memulai kontak dengan
anak lainnya?
“pertama-tama mendampingi anak, apabila suasana sudah semakin akrab
anak akan memulai kontak dengan sendirinya”
74. Bagaimana cara yang ibuk lakukan supaya anak mendapatkan teman
bermain?
“bisa dengan permainan kelompok dan bisa juga dengan memasangkan anak
(berpasang-pasangan) misalnya permainan memasak anak dipasangkan
berdua-berdua”
75. Apa yang ibuk lakukan apabila anak suka diam dan menyendiri dan tidak
bergabung dalam kegiatan yang dilakukan?
“saya akan mendekati anak, dan bertanya kenapa diam saja, apabila anak
diam karena malu maka saya akan mendampinginya”
76. Bagaimana cara yang ibuk lakukan agar anak mempertahankan peran dan
tidak mudah bosan dalam permainan yang sedang dilakukan anak?
“dengan cara mengadakan permainan yang membuat anak menjadi tidak
bosan, misalnya dengan membuat permainan yang memang sangat di
sukai atau digemari anak”
77. Apabila terjadi pertengkaran dalam permaianan yang sedang berlangsung apa
yang ibuk lakukakan?
“mencari tahu asal mula pertengkarannya dan menyuruh anak untuk saling
bermaaf-maafan”
78. Apabila terjadi pertengkaran dalam permainan apakah ibuk mengajarkan atau
menuntun anak untuk menyelesaikannya?
“iya, supaya nantinya apabila terjadi permasalahan yang sama. Anak tau
harus bagimana”
PEDOMAN WAWANCARA
Nama :Desri Wahyuni S.Pd
Jabatan :Guru
Hari/Tanggal : senin, 18 Juli 2016
79. Saat anak bermain adakah ibuk mengawasi anak-anak?
“iya, tentu saja anak-anak harus diawasi baik dalam bermain atau dalam
belajar supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan”
80. Saat anak bermain anak merasa cemas dan takut apa tindakan yang ibuk
lakukan?
“di sekolah guru harus menciptakan rasa aman dan nyaman pada anak,
sehingga anak tidak merasa cemas atau takut. Namun apabila anak
merasa cemas dan takut guru pasti akan bertanya pada anak tersebut,
tentang apa yang ditakutinya”
81. Saat anak bermain dan mengalami kecelakaan yang serius seperti luka-
luka dan berdarah apa ibuk membawa anak tersebut kerumah sakit?
“kalau lukanya tidak terlalu parah palingan kita akan memberikan
pertolongan pertama pada anak, seperti membawa ke ruangan UKS lalu
memberi obat merah dan handsaplas”
82. Bagaimana cara ibuk menunjukkan kasih sayang kepada anak?
“ketika anak baru datang ke sekolah, saya akan menyapa anak dengan penuh
kasih sayang dan memberikan pujian kepada anak apabila anak rapi
datang ke sekolah”
83. Bagaimana cara ibuk berkomunikasi dengan anak? Apakah ibuk selalu
berkata lemah lembut kepada anak?
“kalau misalnya guru dekat dengan anak tentu saja kita berkata lemah
lembut, tetapi saata anak jauh di lapangan tidak mungkin lembut lagi
karena tidak akan terdengar”
84. Bagaimana cara yang ibuk lakukan supaya sabar menghadapi anak?
“kita sebagai seorang guru harus selalu sabar terhadap setiap tindakan yang
dilakukan anak”
85. Apakah ibuk memperlakukan anak dengan menerimanya dengan penuh
kehangatan?
“iya, karena apabila anak tidak merasa nyaman, anak tidak akan mau lagi
dataang ke sekolah”
86. Apabila anak melakukan kegiatan secara positif, apa yang ibuk lakukan?
“dengan memberika puji-pujian kepada anak, misalnya sekarang kamu sudah
pintar ya”
87. Adakah ibuk berlaku adil pada seluruh anak?
“iya kita harus selalu adil kepada anak, karena anak akan merasa sedih
apabila di beda-bedakan”
88. Adakah ibuk menganggap setiap anak itu sama?
“kami tidak pernah membeda-bedakan anak semua anak sama saja, baik itu
anak petani, anak pejabat, anak guru, anak wali nagari . tidak ada
perlakuan istimewa menurut status sosial orangtua”
89. Apakah ibuk pernah memihak atau mengistimewakan salah seorang anak?
“mengistimewakan anak tentunya tidak, tetapi bila ada salah satu anak
menonjol pada bidang menyanyi atau menggambar maka anak tersebut
dilatih lagi supaya apabila ada lomba anak tersebut bisa mewakili
sekolah”
90. Bagaimana cara ibuk menghargai setiap keunikan yang dimiliki anak?
“tergantung keunikan anak itu sendiri, ada yang suka main lari-larian, ada
yang suka menulis, ada yang suka menggambar, jadi kita harus paham
apa yang di suka dan mendorongnya”
91. Bagaimana tindakan yang ibuk lakukan apabila anak melakukan kesalahan?
“misalnya nak mencoret dinding atau mencolek teman, kita tidak boleh bilang
dia nakal, tapi dijelaskan bahwa pekerjaannya itu salah dan menyuruh
anak tersebut minta maaf”
92. Apakah ibuk menegur anak apabila melakukan kesalahan di sekolah?
“kesalahan anak itu kan berbeda-beda, ada yang langsung menendang teman,
atau main tangan, apabila kesalahan anak sudah fatal maka anak akan
ditegur”
93. Apakah ibuk pernah membentak anak saat anak melakukan suatu kesalahan?
“tidak pernah”
94. Apabila anak melakukan kesalahan apakah ibuk berusaha memberikan
penjelasan atas tindakan yang dilakukan anak?
“iya, misalnya anak yang menendang temannya, akan diberi penjelasan
apabila kita menendang teman sakit tidak nak, nanti jika temannya
membalas pasti bertengkar nak,”
95. Atas kesalahan yang dilakukan anak, apakah ibuk mengajari anak untuk
meminta maaf?
“ya pasti, siapa yang memulai bertengkar disuruh meminta maaf, tetapi
terkadang anak yang menangis yang meminta maaf kepada temannya
supaya dia tidak mengganggu lagi”
96. Bagaimana cara ibuk agar anak dapat berinteraksi dengan teman sebaya?
“menyuruhnya untuk berkenalan dengan teman”
97. Menurut ibuk permainan kelompok seperti apa yang dapat mebantu anak
berinteraksi dengan anak lain?
“permainan bola bisa, ayunan seperti yang kita punya disana anak bisa
berkenalan dan tertib saat bermain”
98. Apakah di sekolah disediakan fasilitas dan sarana yang mendukung
terciptanya permainan yang mengacu interaksi sosial diantara anak?
“alhamdulillah, sekarang sudah lebih baik sekarang ada ayunan, tangga
majemuk dll”
99. Bagaimana cara ibuk membantu anak supaya mau memulai kontak dengan
anak lainnya?
“dengan memulai permainan dengan anak lain yang belum dikenal di
lingkungan rumahnya”
100. Bagaimana cara yang ibuk lakukan supaya anak mendapatkan teman
bermain?
“mengenalkan anak saat anak bermain”
101. Apa yang ibuk lakukan apabila anak suka diam dan menyendiri dan tidak
bergabung dalam kegiatan yang dilakukan?
“anak menyendiri di karenakan beberapa faktor, misalnya temannya jahil
atau suka mencubit jadi, dia itu tidak suka di cubit, ada juga anaak yang
memilih bermain sendiri seperti anak yang suka menggambar atau main
masakan”
102. Bagaimana cara yang ibuk lakukan agar anak mempertahankan peran dan
tidak mudah bosan dalam permainan yang sedang dilakukan anak?
“kalau anak laki-laki permainannya bermain bola menyusun balok, anak
perempuan main memasak-masak, jadi anak memang menyukai
permainan tersebut sehingga anak senang bermain ”
103. Apabila terjadi pertengkaran dalam permaianan yang sedang berlangsung apa
yang ibuk lakukan?
“misalnya dalam bermain masih istirahat anak berebutan mainan kita suruh
anak untuk bergantian bermain, sehingga anak tidak bertengkar lagi.
Atau menyuruh salah satu anak untuk berpisah satu bermain di luar yang
satunya di dalam”
104. Apabila terjadi pertengkaran dalam permainan apakah ibuk mengajarkan atau
menuntun anak untuk menyelesaikannya?
“iya pasti, karena apabila sempat terjadi pertengkaran pada anak saya akan
mengajari anak untuk minta maaf”
Catatan Lapangan Observasi
Hari, Tanggal : Selasa, 19 Juli 2016
Tempat : Ruangan Tka
Waktu :09.00
Guru :Nurtati Spd
Komponen yang diamati : Membantu anak memulai permainan
Membantu anak menyelesaikan konflik
Catatan :
Pada hari ini siswa dibimbing oleh ibuk tati di ruangan tka, terlihat anak
masih ragu dan canggung untuk mendekati anak lainnya. Maka dari itu buk tati
mengajarkan suatu permainan yaitu “tangkap teman” dalam permainan tersebut
anak-anak disuruh untuk berdiri dan membentuk lingkaran sambil bernyanyi.
Kemudian di beri aba-aba tanggkap teman disebelahnya, anak-anak merasa
senang dan terjalin suasana yang akrab.
Pada hari ini sempat terjadi pekelahian antara cinta dan iklas, iklas
merupakan anak yang agak aktif dari yang lain. Iklas suka usil pada anak
perempuan, salah satunya adalah cinta, iklas menjambak rambut cinta sehingga
cinta merasa kesakitan dan menangis. Guru langsung menghampiri cinta dan
menenangkanya, setelah diketahui penyebabnya cinta dan iklas dipertemukan dan
guru membantu menyelesaikan konflik tersebut.
Catatan Lapangan Observasi
Hari, tanggal : Rabu, 20 Juli 2016
Tempat : Ruangan Tkb
Waktu :08.00
Guru :Winda Yulia,Spd
Komponen yang diamati : tidak membeda-bedakan anak
Catatan :
Ibuk winda merupakan orangtua dari azim siswa di tk tunas
harapan ini, ibuk winda tidak pernah membeda-bedakan antara anak nya
dengan siswa lain, baik saat belajar atau bermain, atau pemberian fasilitas
kepada anak. Saat belajar buk winda tidak terpaku pada perkembangan
anaknya. Bahkan buk winda lebih suka mengajar anak selain azim, dan
menyerahkan azim kepada ibuk ides.
Catatan Lapangan Observasi
Hari, tanggal : selasa, 19 Juli 2016
Tempat : Ruangan Tkb
Waktu : 08.30
Guru : Desri Wahyuni, Spd
Komponen yang diamati : memberikan pujian kepada anak,
menegur anak saat melakukan kesalahan
Catatan :
Tugas yang diberikan ibuk ides pada hari ini yaitu membuat lingkaran.
Alat-alat seperti buku gambar, pencil, pensil warna dibagikan sama banyak pada
setiap anak. Ada anak yang cepat tanggapnya mengerjakan tugas yang diberikan,
ada pula anak yang sedikit lambat. Buk ides memang sabar menghadapi anak
tersebut, dan bagi anak yang cepat menyelesaikannya beliau selalu memberikan
pujian “sudah pintar anak ibuk ya”.
Pada saat itu ada anak yang memainkan pencil warna, dia memukul-
mukulkan pencil-pensil tersebut pada buku dan lantai sehingga banyak yang
patah, ibuk ides tidak langsung marah beliau, menasehati anak tersebut sampai
anak tersebut mengerti bahwa tindakannya itu merugikan teman-temannya.
Catatan lapangan observasi
Hari, tanggal : senin, 18 juli 2016
Tempat : Ruangan Tkb
Waktu :08.50
Guru :ismawati
Komponen yang diamati :Merangkul anak saat merasa cemas
Mengawasi anak saat bermaina
Catatan :
Pada hari ini seluruh siswa memperkenalkan dirinya satu persatu di depan
kelas. Beberapa siswa takut dan cemas untuk berdiri di depan kelas, yaitu zizi
ringga ikhlas zivi cinta keci dan walid. Kemudian guru menghampiri anak
tersebut dan menuntunnya ke depan kelas guru juga merangkul anak dengan
penuh kehangantan dan mengeus-ngelus punggung sang anak supaya anak tidak
takut lagi.
Buk isma selalu mengawasi anak saat bermain terutama bagi anak yang
bermain ayunan dan naik tangga, karna permainan tersebut cukup
mengkhawatirkan, ibuk isma selalu menerapkan disiplin pada anak misalnya
melalui bermain. Anak-anak disuruh untuk antri, setiap anak mendapatkan
kesempatan main selama 3 menit, buk isma menyuruh anak yang sedang bermain
untuk perhitung sampai waktunya habis.