ii Pengaruh Musik sebagai Pengiring Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Administrasi Office Departemen Produksi PT. TIFICO, Tbk di Tangerang HALAMAN PENGESAHAN Dipertahankan di depan dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat – syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi Pada Tanggal Mengesahkan, Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Imu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Ketua Program Studi Hj. Qurotul Uyun., S.Psi.,M.Si. Dewan Penguji Tanda tangan, 1. Sus Budiharto, S.Psi., Psi. 2. Emi Zulaifah, Dra., M.Sc 3. Uly Gusniarti, S.Psi.,M.Si
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ii
Pengaruh Musik sebagai Pengiring Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan
Administrasi Office Departemen Produksi PT. TIFICO, Tbk di Tangerang
HALAMAN PENGESAHAN
Dipertahankan di depan dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi Universitas
Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat – syarat Guna
Memperoleh
Derajat Sarjana S1 Psikologi
Pada Tanggal
Mengesahkan,
Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi dan Imu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
Ketua Program Studi
Hj. Qurotul Uyun., S.Psi.,M.Si.
Dewan Penguji Tanda tangan,
1. Sus Budiharto, S.Psi., Psi.
2. Emi Zulaifah, Dra., M.Sc
3. Uly Gusniarti, S.Psi.,M.Si
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Produktivitas kerja merupakan tuntutan utama bagi perusahaan agar
kelangsungan hidup atau operasionalnya dapat terjamin. Produktivitas suatu badan
usaha dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah ataupun pusat.
Produktivitas kerja menjadi masalah nasional, karena produktivitas tenaga kerja
Indonesia masih memprihatinkan. Kualitas sumber daya manusia Indonesia dewasa
ini dibandingkan dengan kualitas sumber daya manusia di beberapa negara anggota
ASEAN nampaknya masih rendah kualitasnya, sehingga mengakibatkan
produktivitas per jam kerjanya masih rendah. Berrdasarkan data World Development
Report, Indonesia pada tahun 2002, produktifitas per pekerja per jam sebesar 1,84
US $ dan yang tertinggi adalah Singapura 35,91 US $, diikuti oleh Malaysia 4,71 US
$ dan Thailand 4,56 US $ (Soejoeti, 2005). Banyak hal yang dapat mempengaruhi
produktivitas kerja, untuk itu perusahaan harus berusaha menjamin agar faktor-faktor
yang berkaitan dengan produktivitas tenaga kerja dapat dipenuhi secara maksimal.
Banyak faktor pada suatu perusahaan yang mempengaruhi seseorang untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan jalannya perusahaan tentunya
diwarnai oleh perilaku individu yang berkepentingan. Perilaku individu yang muncul
akan sangat mempengaruhi suatu perusahaan baik secara langsung ataupun tidak
langsung, hal ini akibat adanya kemampuan individu yang berbeda-beda dalam
2
menghadapi tugasnya. Perilaku akan timbul akibat adanya pengaruh dari lingkungan
yang ada (baik internal maupun eksternal), dengan begitu individu akan
mempertimbangkan perilakunya sehingga produktivitas kerja karyawan dapat
tercapai sesuai dengan yang diinginkan.
Lazimnya, produktivitas kerja yang baik jika mengalami kestabilan atau
mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada PT. X
yang ada di Tangerang dengan Manajer Produksi tanggal 27 Februari 2007. Sejak
awal berdirinya perusahaan tingkat produktivitas kerja karyawan administrasi office
departemen produksi dikatakan cukup baik bahkan sering mengalami peningkatan.
Tetapi sejak kurun waktu 4 tahun terakhir produktivitas kerja karyawan mengalami
penurunan. Penurunan produktivitas kerja karyawan pada PT X dapat terlihat dari
hasil kerja karyawan yang meliputi penyelesaian pekerjaan sesuai dengan target yang
diberikan dan tingkat kedisiplinan yang meliputi ketepatan waktu dalam bekerja,
tidak bolos bekerja tanpa alasan yang jelas dan meninggalkan pekerjaan. Penurunan
produktivitas kerja pada PT X dikarenakan berbagai macam faktor, salah satunya
adalah lingkungan kerja yang kurang nyaman sehingga membuat para pekerja tidak
semangat dalam bekerja (manajemen PT X, 2007). Pemberian musik merupakan
salah satu desain lingkungan kerja. Selain itu menurut pihak perusahaan
produktivitas kerja karyawan menurun pada waktu pagi, siang dan menjelang pulang.
Produktivitas karyawan dapat dikatakan menurun apabila selama waktu kerja
karyawan terlihat malas, tidak bersemangat, mengantuk, pekerjaan yang dilakukan
tidak maksimal, sering absen kerja , telat datang kerja.
3
Seiring dengan berubahnya zaman, perusahaan-perusahaan pun terus
membenahi diri mempersiapkan segala konsekuensi menghadapi era globalisasi ini
untuk meningkatkan produktivitas karyawan, salah satunya memberi musik sebagai
latar yang mengiringi karyawan dalam bekerja (Munandar, 2001)
Musik merupakan suatu hasil seni budaya yang berupa unsur-unsur atau
bunyi teratur sehingga terjadi suatu harmoni yang dapat memuaskan pendengarnya.
Musik telah lama hadir di dalam kehidupan manusia, bahkan boleh dibilang manusia
tidak dapat melepaskan diri dari musik dimanapun ia berada. Musik telah menjadi
bagian dari kehidupan manusia, yang di dalam perkembangannya tidak saja menjadi
media hiburan, tetapi musik telah mempunyai fungsi yang kompleks (Haliman &
Rosyid, 2000).
Musik mempunyai suatu kekuatan yang tidak sama dengan yang lain. Musik
hadir dalam semua lapisan masyarakat dan kultur budaya yang berbeda. Dalam dunia
industri musik dapat dipakai sebagai latar ditempat produksi agar hasil kerja menjadi
lebih optimal. Musik di dalam tempat kerja dapat mengurangi sifat membosankan
dari tenaga kerja (Prichard, 2006)
Sejak tahun 1940-an banyak perusahaan di Amerika Serikat mulai
memperdengarkan musik yang mengiringi sebagai latar belakang karyawan bekerja.
Sebagaimana halnya dengan warna, banyak yang berpendapat bahwa musik yang
mengiringi kerja dapat meningkatkan produktivitas karyawannya. Dengan musik
sebagai latarnya, pada umumnya para tenaga kerja bekerja dengan perasaan senang,
bekerja lebih keras, tidak banyak absen, dan kurang merasa lelah pada akhir kerja
hari kerja (Munandar, 2001)
4
Riset yang dilakukan oleh psikolog industri menyatakan bahwa efek musik
yang ada di dalam tempat kerja dapat mengurangi kelelahan dan dapat meningkatkan
produktivitas tenaga kerja (Oldham; dalam Prichard, 2006). Sundstrom (Prichard,
2006) meringkas hasil riset yang menguji tentang keuntungan-keuntungan musik di
dalam tempat kerja, yaitu ; musik memotivasi para pekerja. Musik menurut para
pekerja merupakan hal yang menyenangkan, dapat mengurangi kebosanan sehingga
produktivitas dapat ditingkatkan dan musik dapat meningkatkan performance yang
menimbulakan efek psikologis. Dengan mendengarkan musik dapat meningkatkan
kesehatan psikologis.
Musik memiliki pengaruh yang baik pada pekerjaan-pekerjaan yang rutin dan
monoton. Latar belakang musik di dalam tempat kerja mempunyai hal yang positif
untuk mempengaruhi perilaku dan untuk mengurangi frustrasi para tenaga kerja
(Oakes; dalam Prichard, 2006). Tapi hal itu tidak berlaku pada pekerjaan yang
majemuk dan membutuhkan konsentrasi yang tinggi pada pekerjaan, seperti tenaga
kerja yang bekerja sebagai pengendali lalu lintas udara. Pada umumnya musik yang
berjenis musik ringan yang dimainkan dengan instrumen saja (instrumentalia) yang
digunakan sebagai musik pengiring kerja (Munandar, 2001).
Schultz (Munandar, 2001) mengemukakan hasil penelitian, bahwa 80% dari
penyelia dan bukan penyelia berpendapat, musik sebagai latar belakang dalam
bekerja akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan. Dengan
lingkungan kerja yang menyenangkan, produktivitas kerja dapat meningkat. Kira-
kira 40% pekerja percaya musik dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja.
5
Sedangkan sekitar 86% berkeyakinan bahwa mereka merasa senang mendengar
musik yang mengiringi kerja mereka selama jam-jam kerja.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh musik
sebagai pengiring kerja terhadap produktivitas kerja karyawan administrasi office
departemen produksi PT. TIFICO, Tbk di Tangerang.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat yaitu :
1. Manfaat Praktis
Menambah pengetahuan bagi para mahasiswa dan pihak perusahaan
mengenai adanya pengaruh musik yang diperdengarkan di tempat kerja terhadap
produktivitas kerja karyawan.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang berarti pada
perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi industri dan organisasi dengan
cara memberi tambahan data hasil penelitian eksperimen tentang pengaruh musik
terhadap produktivitas kerja karyawan.
6
D. Keaslian Penelitian
Sejauh yang peneliti ketahui, penelitian mengenai pengaruh musik terhadap
produktivitas kerja karyawan belum ada, akan tetapi penelitian yang serupa sudah
pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2003) tentang perbedaan
produktivitas kerja karyawan antara shift kerja pagi dan shif kerja malam.
1. Keaslian topik
Pada penelitian sebelumnya yang berjudul perbedaan produktivitas kerja
karyawan antara shift kerja pagi dan shift kerja malam variabel bebas adalah shift
kerja sedangkan pada penelitian ini variabel bebasnya adalah musik sebagai
pengiring kerja.
2. Keaslian Teori
Keaslian teori salah satunya dapat dinilai dari aspek dari suatu variabel
penelitian. Pada penelitian sebelumnya aspek yang digunakan dikemukakan oleh
Hadi (1988) sedangkan pada penelitian ini menggunakan aspek yang
dikemukakan Ghiselli dan Brown (Putraningrum, 2001).
3. Keaslian alat ukur
Pada penelitian sebelumnya alat ukur yang digunakan menggunakan
metode dokumentasi yang dikemukakan oleh Hadi (1988) sedangkan pada
penelitian ini menggunakan musik sebagai pengiring kerja, skala produktivitas
kerja Soejoeti (2005) berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan Ghiselli dan
7
Brown (Putraningrum, 2001), observasi dengan metode chec list dan
dokumentasi pada saat penelitian.
4. Keaslian subjek penelitian
Subjek pada penelitian tersebut adalah karyawan PT. Madu Baru PG Madukismo
Yogyakarta. Subjek berjumlah 253 orang karyawan bagian pabrikasi/produksi.
Sedangkan pada penelitian ini subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah
karywan PT. TIFICO, Tbk. di Tangerang pada bagian office departement produksi.
Subjek berjumlah 30 orang.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Produktivitas Kerja
1. Pengertian Produktivitas Kerja
Produktivitas diartikan sebagai suatu sikap mental yang selalu mempunyai
pandangan, bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari
esok lebih baik dari hari ini (Sudomo; dalam Dulhadi, 1994) dengan demikian
dapatlah dikatakan bahwa produktifitas merupakan hasil interaksi dari beraneka
ragam faktor produksi yang komplementer yang bergabung atau diikut sertakan
dalam proses produksi.
Produktivitas kerja mempunyai dua faktor utama, yaitu: korban (input) dan
hasil (output ) (Hadi; dalam Harahap, 2005). Konsep produktivitas dengan input dan
output sebagai elemen utama pertama kali dicetuskan pada tahun 1810
(Putraningrum, 2001). Inti konsepnya adalah bagaimana output akan berubah apabila
besar input akan berubah. Dengan kata lain hasil yang diperoleh ( output ) seimbang
dengan masukan (input). Produktivitas mempunyai dua dimensi (Umar, 2003).
Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian unjuk kerja
( job performance) yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan
kualitas, kuantitas, dan waktu. Dimensi yang kedua adalah efisiensi yang berkaitan
dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau
bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
9
Menurut Hezberg faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja berbeda
dengan faktor-faktor yang tidak menimbulkan ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor
yang menimbulkan kepuasan kerja dinamakan faktor motivator yang berkaitan
dengan isi pekerjaan, yang merupakan faktor intrinsik dari pekerjaan tersebut.
Faktor-faktor ini meliputi tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri,
achievement, dan pengakuan. Sedangkan faktor yang menimbulkan ketidakpuasan
berkaitan dengan faktor ekstrinsik yang dinamakan kelompok hygiene. Faktor-faktor
tersebut meliputi administrasi dan kebijakan perusahaan, penyeliaan, gaji, hubungan
antar pribadi dan kondisis kerja. Produktivitas kerja dalam penelitian ini berkaitan
dengan kondisi kerja yang termasuk dalam kelompok hygiene. Dalam hal ini jika
faktor-faktor tersebut kurang atau tidak diberikan, maka tenaga kerja akan merasa
kurang puas tetapi tidak berati tidak puas.
Ada pendapat lain yang mengatakan produktivitas adalah rasio antara hasil
kegiatan (output) dengan segala pengorbanan (biaya) untuk mewujudkan hasil
tertentu. Bayu (2005) berpendapat bahwa produktivitas adalah “ Kemampuan
memperoleh hasil yang maksimal dengan mempergunakan sarana dan prasarana
yang relatif terbatas persediaannya “.
Hadipranata (1987) berpendapat bahwa produktivitas kerja secara tekhnik,
ekonomik dan psikologik adalah rangkuman atau gabungan antara unsur efektifitas,
efisiensi, dan kepuasan kerja yang harus mengandung volume produksi, hemat
masukan, serta optimalisasi kepuasan kerja secara manusiawi.
Kusriyanto (1993) berpendapat bahwa produktivitas merupakan indikator
yang baik (peka) dalam proses perekonomian dan merupakan tolak ukur yang
10
penting bagi kemajuan ekonomi yang dicapai. Definisi produktifitas tenaga kerja
secara spesifik adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta
tenaga kerja per satuan waktu (per jam orang)
Berdasarkan uraian didepan, produktivitas kerja dalam penelitian ini adalah
hasil kerja karyawan untuk mencapai hasil yang optimal dengan memanfaatkan
sarana dan prasarana yang sudah tersedia.
2. Aspek-Aspek Produktivitas Kerja
Menurut Ghiselli dan Brown (Putraningrum, 2001) pengukuran produktivitas
kerja terdiri dari 3 aspek, yaitu :
a. Jumlah dan Mutu, terdiri dari :
1. Proses mengerjakan pekerjaan, yaitu bagaimana karyawan
mengerjakan pekerjaan sesuai dengan target yang ditentukan..
2. Kualitas dalam melakukan pekerjaan, yaitu bagaimana hasil pekerjaaan
yang dilakukan karyawan memiliki hasil yang memuaskan.
3. Kemampuan dan kecermatan kerja yang dimiliki karyawan, yaitu
kemampuan karyawan dan kecermataan karyawan dalam melakukan
suatu pekerjaan.
b. Lama Kerja, terdiri dari :
1. Kemampuan karyawan menyesuaikan diri dengan kondisi kondisi
kerja di perusahaan.
2. Kemampuan karyawan bekerja sama dengan siapa saja yang berada di
perusahaan
11
c. Lama melakukan pekerjaan, terdiri dari :
1. Waktu yang dibutuhkan karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan,
yaitu waktu yang dibutuhkan karyawan dalam melakukan suatu
pekerjaan dan menyelesaikan pekerjaan tersebut.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Menurut hasil pengamatan, faktor-faktor keinginan para pekerja bukan hanya
imbalan yang besar saja, tetapi ada faktor-faktor lain yang lebih penting dari itu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan menurut
(Suma’mur, 1982) adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan, pada umumnya seseorang mempunyai pendidikan yang lebih
tinggi akan mempunyai produktifitas kerja yang baik. Dengan demikian, pendidikan
merupakan syarat yang penting dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
b. Motivasi, pimpinan perusahaan perlu mengetahui dan memahami motivasi
kerja dari setiap karyawan. Dengan mengetahui motivasi itu, maka pimpinan dapat
membimbing dan mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik.
c. Disiplin Kerja, adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok yang
senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau memenuhi segala peraturan yang telah
ditentukan. Disiplin kerja mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi.
Kedisiplinan dapat dibina melalui latihan-latihan antara lain bekerja menghargai
waktu dan biaya yang akan memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas
kerja karyawan.
12
d. Keterampilan, keterampilan banyak pengaruhnya terhadap produktivitas
kerja karyawan. Keterampilan karyawan dalam perusahaan dapat ditingkatkan
melalui kursus-kursus, latihan,dll.
e. Sikap Etika Kerja, sikap seseorang atau kelompok orang dalam membina
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang di dalam kelompok itu sendiri maupun
dengan kelompok lain, dan etika dalam hubungan kerja sangat penting artinya karena
dengan tercapainya hubungan yang selaras dan serasi dan seimbang antara perilaku
dalam proses produksi akan meningkatkan produktivitas kerja.
f. Gizi dan Kesehatan, daya tahan tubuh seseorang biasanya dipengaruhi oleh
gizi dan makanan yang dikonsumsinya setiap hari. Gizi yang baik akan
mempengaruhi kesehatan karyawan, dan semua itu akan berpengaruh terhadap
produktivitas kerja karyawan.
g. Tingkat Penghasilan, penghasilan yang cukup berdasarkan prestasi kerja
karyawan karena semakin tinggi prestasi karyawan akan makin besar upah yang
diterima. Dengan penghasilan yang cukup, akan memberikan semangat kerja bagi
tiap karyawan untuk memacu prestasi sehingga produktivitas kerja karyawan akan
tercapai.
h. Lingkungan Kerja, lingkungan kerja dari karyawan di sini termasuk
hubungan antar karyawan, hubungan dengan pimpinan, suhu serta lingkungan kerja,
musik, penerangan dan sebagainya. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan
perhatian dari perusahaan karena sering karyawan enggan bekerja karena tidak ada
kekompakan dalam kelompok kerja atau ruang kerja yang tidak menyenangkan, hal
ini akan mengganggu kerja karyawan
13
i. Teknologi, dengan adanya kemajuan teknologi meliputi peralatan yang
semakin otomatis dan canggih, yang bisa mendukung tingkat produksi dan
mempermudah manusia dalam melaksanakan pekerjaan.
j. Sarana Produksi, faktor-faktor produksi harus saling memadai dan saling
mendukung dalam proses produksi.
k. Jaminan Sosial, perhatian dan pelayanan perusahaan kepada setiap
karyawan, menunjang kesehatan dan keselamatan. Dengan harapan agar karyawan
semakin bergairah dan mempunyai semangat untuk bekerja.
l. Manajemen, dengan adanya manajemen yang baik, maka karyawan akan
terorganisasi dengan baik pula. Dengan demikian, produktivitas kerja karyawan akan
tercapai.
m. Kesempatan Berprestasi, setiap orang dapat mengembangkan potensi
yang ada dalam dirinya, dengan diberikan kesempatan berprestasi, maka karyawan
akan meningkatkan produktivitasnya.
Wartini (2003) memandang produktivitas dari sudut potensial pribadi
seseorang dengan mengatakan bahwa orang yang produktif adalah orang yang dapat
memberikan sumbangan yang positif dan berarti bagi lingkungan kerjanya dan
mampu mewujudkan sesuatu yang berguna bagi dirinya, penuh ide yang kreatif,
berwawasan jauh kedepan dan senantiasa berupaya mencapai tujuan secara efektif
dan efisien.
14
B. Musik Pengiring Kerja
1. Pengertian Musik Pengiring Kerja
Istilah musik memiliki pengertian yang berbeda sejak zaman Yunani Kuno
hinga kini. Ada yang mendefinisikan “…art combining sounds of voice(s) or
instrument(s) to achive beauty of form and expression of emotion…” (Seykjes;
dalam Rachmawati, 2005).
Musik merupakan suatu hasil seni budaya yang berupa unsur-unsur atau
bunyi yang teratur sehingga terjadi suatu harmoni yang dapat memuaskan
pendengarnya. Musik adalah hal yang paling nyata dan senantiasa hadir dalam
kehidupan. Musik merupakan bagian paling penting dalam budaya suatu masyarakat.
Musik digunakan untuk mengekspresikan perasaan ataupun pemikiran. Musik juga
digunakan dalam acara resmi ataupun sekadar untuk relaksasi.
Sedangkan dalam World Book Encyclopedia (Rachmawati, 2005) disebutkan
bahwa :
“ Musik adalah suar atau bunyi-bunyian yang diatur menjadi sesuatu yang
menraik dan menyenagkan. Dengan kata lain musik dikenal sebagai sesuatu yang
terdiri atas nada dan ritme yang mengalun secara teratur”.
Khan (2002) mengemukakan bahwa musik adalah harmoni nada-nada yang
bisa didengar. Musik untuk mengiringi para karyawan yang sedang bekerja disebut
musik pengiring kerja (Nasution, 1998). Musik dalam kerja diharapkan dapat
meningkatkan kegairahan dan kesegaran. Musik pengiring kerja dapat berefek
stimulus dan meningkatkan pelaksanaan kerja, khususnya pada pekerjaan yang
15
monoton (Nasution, 1998). Hadi (Soejoeti, 2005) menyatakan bahwa salah satu
faktor yang harus diperhatikan dalam lingkungan kerja fisik adalah adanya musik
pengiring kerja.
Musik pengiring kerja adalah musik yang diberikan untuk mengiringi para
karyawan dalam melakukan pekerjaannya (Sumihardi, 2000). Grandjean (Sumihardi,
2000) menyatakan bahwa penggunaan musik di tempat kerja dapat mengurangi
beban kerja dan nyanyian yang ada dapat menghidupkan suasana kerja. Suara musik
juga dapat berpengaruh pada kinerja karyawan (Hadi; Soejoeti, 2005). Suma’mur
(Sumihardi , 2000) menyatakan bahwa sesuai dengan norma ergonomi, maka musik
pengiring kerja harus tersedia di tempat kerja.
Musik pengiring kerja pada umumnya dapat diterima secara merata oleh para
karyawan (Beckett; Soejoeti, 2005). Hal itu menujukan bahwa musik telah dapat
membantu menciptakan suasana kerja yang lebih menyenangkan di perusahaan-
perusahaan atau pabrik-pabrik (Hadi; Soejoeti, 2005). Musik di tempat kerja dapat
membantu menciptakan atmosfer yang menyenangkan, yang secara tidak langsung
dapat menggairahkan kerja (Maurits; Soejoeti, 2005).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa musik
pengiring kerja adalah suara atau bunyi–bunyian yang mengalun secara teratur
menjadi nada-nada, irama dan melodi yang harmoni yang menarik dan
menyenangkan bagi pendengarnya yang secara tidak langsung dapat menggairahkan
kerja.
16
2. Aspek-aspek Musik
Menurut Mahmud (Rachmawati, 2005), unsur pokok musik adalah irama,
melodi dan harmoni. Musik itu sendiri adalah paduan seimbang dari semua unsur
tersebut. Mahmud mengatakan irama adalah denyut jantung suatu musik yang
menyimpan daya kekuatan serta dapat menggerakkan pikiran dan perasaan,
sedangkan harmoni adalah bingkai komposisi yang menopang melodi serta memberi
sifat dan warna tertentu pada musik.
Aspek-aspek tersebut, yaitu :
a) Irama
Menurut Plato (Prier; Rachmawati, 2005), “irama adalah suatu ketertiban
terhadap gerakan melodi dan harmoni atau suatu ketertiban terhadap tinggi
rendahnya nada-nada.” Sedangkan menurut Aristoxanos (Prier; Rachmawati, 2005),
irama adalah susunan waktu. Dalam Ensiklopedia Musik (1992: 243; Rachmawati,
2005), irama dinyatakan sebagai ritme yang mencakup wiwaksa etnis atau wilayah
suku dan bangsa, yang didalamnya terkandung melodi dan harmoni. Irama selalu
ada, diperdengarkan dan diungkapkan dalam kehidupan keseharian.
b) Melodi
Dalam Ensiklopedia Musik (1995: 28; Rachmawati, 2005) melodi ialah naik
turunnya nilai nada. Suatu musik dikatakan utuh jika melodi berpadu dengan
irama, tempo dan bentuk-bentuk lain dari musik. Didalam melodi terkandung:
Jangkauan atau pola yang pasti akan tinggi rendahnya nada
Selingan tinggi nada yang disimak melalui sedikit atau banyaknya
interval
17
Pengaturan nada
c) Harmoni
Menurut Ensiklopedia Musik (1992: 196; Rachmawati, 2005) yang dimaksud
harmoni adalah cita rasa umum dan asasi dari bebunyian musik. Di era ini,
harmoni terkait dengan konsep akord sebagai sebuah struktur musik. Musik
dikatakan harmoni jika ia berhasil memadukan dua jenis musik atau lebih
menjadi bunyi-bunyian yang indah dan enak didengar. Bahkan Aristoxenos
(Prier; Rachmawati, 2005) menyatakan adanya kesamaan antara harmoni
jiwa dengan harmoni musik.
3. Teori Musik
a. Teori Generatif ( Lerdahl dan Jackendoff )
Menurut teori Lerdahl dan Jackendoff (Rachmawati, 2005), dimaksudkan
untuk “ memberikan idiom musik bagi pengalaman pendengar” sebagai
penggabungan dari psikolinguistik dan teori Scenkeriann. Dalam teori ini terdapat
uraian persepsi atas karakter musik tonal seperti segmentasi, periodik, dan tingkat
perbedaan dalam komponen musik.
b. Teori kognitif mengenai emosi
Teori dari Mandler (Rachmawati, 2005), mengatakan terjadinya peningkatan
dalam kognisi merupakan prasyarat terjadinya pengalaman emosi
c. Teori Berlyne
Teori dari Berlyne (Rachmawati, 2005) mengatakan bahwa bila kita
mendengar musik, ada beberapa faktor yang dapat dihitung, seperti kompleksitas,
18
keakraban, dan kesenangan baru yang diperoleh dari musiknya. Musik dikatakan
akrab bila musik tersebut dialami sebagai sesuatu yang menimbulkan perasaan
menyenagkan atau nyaman. Bagi Berlyne dan Mandler, pengalaman merasakan
getaran adalah faktor terpenting dalam pengalaman musik. Semakin kompleks musik
yang didengar maka terdengar akan semakin mengalami getaran karena secara tidak
disadari dia akan mencari aktifasi yang tetap pada setiap tahapan tertentu.
4. Manfaat Musik
Manfaat utama dari musik adalah membuat pikiran menjadi lebih tenang dan
nyaman sehinga dapat melakukan segala sesuatu dengan lebih baik dan
menyenangkan.
Menurut Sundstrom (Prichard, 2006) meringkas hasil riset yang menguji
tentang keuntungan-keuntungan musik di dalam tempat kerja, yaitu :
a. Musik memotivasi para pekerja. Musik menurut para pekerja merupakan hal
yang menyenangkan, dapat mengurangi kebosanan sehingga produktivitas
dapat ditingkatkan. Ada beberpa bukti bahwa musik dapat menurunkan
kesalahan dalam manufacturing.
b. Musik dapat meningkatkan performance yang menimbulakan efek psikologis.
Dengan mendengarkan musik dapat meningkatkan kesehatan psikologis.
19
C. Musik Sebagai Pengiring Kerja Dan Produktivitas Kerja Karyawan
Produktivitas kerja karyawan pada suatu perusahaan di pengaruhi oleh
banyak hal, salah satunya adalah lingkungan kerja karyawan. Pada umumnya setiap
perusahaan selalu ingin meningkatkan produktivitas kerja untuk menunjukan bahwa
perusahaan tersebut berkembang. Salah satunya dengan memberi lingkungan kerja
yang menyenangkan salah satunya dengan memberikan musik sebagai pengiring
kerja pada karyawan, karena musik sangat mempengaruhi mutu dan kualitas output
dari perusahaan ( Oborne; Soejoeti, 2005 ).
Musik merupakan salah satu stimulus yang membuat seseorang berespon.
Stimulus tersebut diterima oleh telinga yang kemudian dilanjutkan ke otak. Di otak,
stimulus ini kemudian di kenali dan dipilah-pilih dan kemudian menghasilkan reaksi
tertentu. Reaksi tersebut dapat berupa ketenangan dan relaksasi. Orang yang bekerja
dengan keadaan tenang dan rileks dapat meningkatkan gairah dan produktivitas
kerja.
Seashore (Rachmawati, 2005) menunjukan bahwa aktivitas musikal
melibatkan banyak aspek psikologis. Perbedaan tinggi-rendah nada, contohnya,
mempengaruhi persepsi terhadap rangsang pendengaran yang merujuk pada
penafsiran makna yang berbeda. Nada yang tinggi cenderung dipersepsi sebagai
sesuatu yang mengandung emosi yang lebih kuat dibandingkan nada yang rendah.
Contoh lain, tempo yang cepat lebih menggugah semangat dibandingkan tempo yang
lambat. Berdasarkan barbagai penelitian menunjukan bahwa musik tertentu dapat
mengahasilkan mood yang menunjang produktivitas manusia.
20
Suyatno (1985) mengutip dari hasil penelitian dari Kerr yang menanyakan
666 pekerja tentang tanggapan mereka terhadap musik di pabrik-pabrik Amerika.
Para pekerja yang bertugas menggulung kumparan, menghendaki agar
diperdengarkan musik selama jam-jam kerja secara terus-menerus tanpa henti. Jika
musik tidak diperdengarkan secara sambung-menyambung seluruh hari kerja, maka
sebagian besar dari pekerja menghendaki distribusi musik secara merata sebanyak
10-16 kali.
Selain itu Suyatno (1985) berpendapat bahwa musik pengiring kerja harus
dipandu oleh pertimbangan sebagai berikut :
1. Musik dalam bekerja harus menciptakan suasana akustik yang menghasilkan
efek menguntungkan pada pikiran.
2. Musik akan bernilai sekali pada pekerja tangan pada pekerjaan repetitif dan
pekerjaan lain yang hanya memerlukan sedikit kegiatan mental.
3. Musik tidak akan bernilai tinggi jika ada suara atau bunyi lain yang cukup
keras.
4. Musik bernada meriah diperdengarkan secara singkat pada awal hari,
permulaan kerja, untuk membangkitkan gairah, diperdengarkan juga pada
akhir hari, dan empat kali masing-masing selama setengah jam
diperdengarkan musik ringan di tengah hari.
5. Tempo musik jangan terlalu lambat (slow) tetapi juga jangan terlalu cepat.
Irama yang lambat bisa menidurkan sedang irama yang cepat bisa
mengganggu dan menciptakan ketergesaan.
21
Menurut Sundstrom (Prichard, 2006) meringkas hasil riset yang menguji
tentang keuntungan-keuntungan musik di dalam tempat kerja, yaitu :
1. Musik memotivasi para pekerja. Musik menurut para pekerja merupakan hal
yang menyenangkan, dapat mengurangi kebosanan sehingga produktivitas
dapat ditingkatkan. Ada beberpa bukti bahwa musik dapat menurunkan
kesalahan dalam manufacturing.
2. Musik dapat meningkatkan performance yang menimbulkan efek psikologis.
Dengan mendengarkan musik dapat meningkatkan kesehatan psikologis.
Satu metode untuk membangkitkan semangat dan meningkatkan kinerja dan
motivasi karyawan adalah pemberian musik selama bekerja (Aamodt; Soejoeti,
2005). Dasar pemikirannya adalah musik dapat mengurangi kebosanan kerja para
karyawan dan membuat mereka tetap perhatian pada pekerjaanya.
Menurut Wiggins (Sumihardi, 2000), memanipulasi lingkungan kerja, yaitu
dengan memberikan stimulus berupa musik pengiring kerja terhadap kondisi kerja,
menyebabkan karyawan melalui organ penginderaanya merasakan stimulus yang
diberikan sebagai sesuatu yang menyenangkan, sehingga karyawan merasa nyaman
dan bersemangat dalam melakukan pekerjaannya, yang akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas kerja.
Dengan demikian berdasarkan uraian diatas, maka dengan menggunakan
musik sebagai pengiring kerja, diharapkan dapat membuat produktivitas kaerja
karyawan semakin meningkat pada suatu perusahaan.
22
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan produktivitas kerja pada
karyawan yang mendapat perlakuan berupa musik sebagai pengiring kerja
dibandingkan dengan karyawan tidak mendapatkan perlakuan. Karyawan yang
mendapat perlakuan berupa musik sebagai pengiring kerja mengalami peningkatan
produktivitas kerja dibandingkan dengan karyawan yang tidak mendapat perlakuan.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Tergantung : Produktivitas Kerja Karyawan
2. Variabel Bebas : Musik Pengiring Kerja
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Produktivitas Kerja Karyawan
Produktivitas kerja dalam penelitian ini adalah hasil kerja karyawan untuk
mencapai hasil yang optimal dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah
tersedia. Produktifitas kerja karyawan dapat dilihat dari kualitas, kuantitas, dan
waktu yang digunakan. Untuk memudahkan pengukuran produktifitas kerja maka
dibagi 2 jenis pekerjaan; pertama, pekerjaan produksi yang hasilnya dilihat dari
pengujian hasil (quality control ) sehingga standar yang objektif dapat dibuat secara
kuantitatif; dan kedua, pekerjaan non produksi hasilnya diperoleh melalui penilaian
atasan, teman, dan diri sendiri. Pengukuran non produksi ini biasa disebut dengan
skala penilaian (Maier; Putraningrum, 2001).
Maier (Putraningrum, 2001) mengatakan bahwa produktivitas kerja dapat di
ukur dari penilaian yang dilakukan oleh karyawan itu sendiri atau dapat dikatakan
pengukuran produktivitas kerja dalam penelitian ini bukan dari output yang
sesungguhnya tetapi dari faktor persepsi karyawan terhadap produktivitas kerjanya.
24
Pengukuran dalam pekerjaan nonproduksi ini biasa disebut skala penilaian (Maier;
Putraningrum, 2001). Pengukuran produktivitas kerja dalam penelitian ini
menggunakan skala yang telah digunakan sebelumnya dari Soejoeti (2005)
berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Ghiselli dan Brown (Putraningrum,
2001).
Aspek-aspek produktivitas kerja yang digunakan dalam skala ini meliputi :
a) Jumlah dan Mutu, terdiri dari :
1. Proses mengerjakan pekerjaan, yaitu bagaimana karyawan
mengerjakan pekerjaan sesuai dengan target yang ditentukan..
2. Kualitas dalam melakukan pekerjaan, yaitu bagaimana hasil pekerjaaan
yang dilakukan karyawan memiliki hasil yang memuaskan.
3. Kemampuan dan kecermatan kerja yang dimiliki karyawan, yaitu
kemampuan karyawan dan kecermataan karyawan dalam melakukan
suatu pekerjaan.
b) Lama Kerja, terdiri dari :
1. Kemampuan karyawan menyesuaikan diri dengan kondisi kondisi
kerja di perusahaan.
2. Kemampuan karyawan bekerja sama dengan siapa saja yang berada di
perusahaan
c) Lama melakukan pekerjaan, terdiri dari :
1. Waktu yang dibutuhkan karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan,
yaitu waktu yang dibutuhkan karyawan dalam melakukan suatu
pekerjaan dan menyelesaikan pekerjaan tersebut.
25
Semakin tinggi skor yang diperoleh semakin baik tingkat produktivitas kerja
karyawan. Semakin rendah skor yang diperoleh semakin rendah produktivitas kerja
karyawan
2. Musik Pengiring Kerja
Musik pengiring kerja adalah suara atau bunyi–bunyian yang mengalun
secara teratur menjadi nada-nada, irama dan melodi yang harmoni yang menarik dan
menyenangkan bagi pendengarnya yang secara tidak langsung dapat menggairahkan
kerja. Suara musik juga dapat berpengaruh pada kinerja karyawan (Hadi; Soejoeti,
2005). Suma’mur (Sumihardi , 2000) menyatakan bahwa sesuai dengan norma
ergonomi, maka musik pengiring kerja harus tersedia di tempat kerja. Musik
pengiring kerja pada umumnya dapat diterima secara merata oleh para karyawan
(Beckett; Soejoeti, 2005). Hal itu menujukan bahwa musik telah dapat membantu
menciptakan suasana kerja yang lebih menyenangkan di perusahaan-perusahaan atau
pabrik-pabrik (Hadi; Soejoeti, 2005). Musik di tempat kerja dapat membantu
menciptakan atmosfer yang menyenangkan, yang secara tidak langsung dapat
menggairahkan kerja (Maurits; Soejoeti, 2005).
Musik adalah salah satu metode yang digunakan sebagai pengiring kerja guna
membantu karyawan untuk meningkatkan produktifitas kerja. Metode pemberian
musik sebagai pengiring kerja pada penelitian ini mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB,
dilaksanakan selama 1 bulan pada jam kerja. Munandar (2001) menyatakan bahwa
jenis musik apa yang paling baik untuk diperdengarkan belum dapat disepakati
26
melalui penelitian. Untuk memilih jenis musik yang cocok diputar di tempat kerja
digunakan beberapa patokan sederhana ( www.google.com ) yaitu :
a. Mulai pukul 08.00 – 12.00, dimana diperlukan kinerja yang mantap dan
vitalitas yang tinggi maka digunakan lagu jazz ringan dan yang terpenting
tidak ada syairnya (instrumental).
b. Setelah jam istirahat sekitar pukul 13.00 – 13.30 WIB, karena siklus tubuh
kita saat itu tidak akan menerima suatu paksaan untuk bekerja terus secara
optimal maka lagu yang diputar musik klasik (instrumental).
c. Pukul 13.30 – 15.00 WIB, diputar musik dengan irama yang cukup cepat agar
suasana kerja kembali meningkat, tetap dengan lagu instrumental.
d. Pukul 15.00 – 16.00, dimana beban pekerjaan sudah banyak terselesaikan,
maka digunakan lagu yang sama seperti pada saat awal kerja, seperti musik
jazz. Hal tersebut akan memberikan suasana tenang.
C. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini berjumlah 30 orang. Dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu: kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, masing-masing berjumlah 15
orang. Karakteristik subjek penelitian yang dipakai pada penelitian ini antara lain:
1. Karyawan yang telah menjadi karyawan tetap (bukan honorer) pada PT.
TIFICO, Tbk.
2. Bekerja pada bagian administrasi office departemen produksi.