HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN KERAMBA JARING APUNG DI WADUK SUTAMI DESA KARANGKATES, KECAMATAN SUMBERPUCUNG, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh : ATNI RACHMAWATI NIM. 135080407113007 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
123
Embed
HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN …repository.ub.ac.id/530/1/Rachmawati, Atni.pdf · halaman judul nilai ekonomi usaha perikanan keramba jaring apung di waduk sutami desa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HALAMAN JUDUL NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN KERAMBA JARING APUNG
DI WADUK SUTAMI DESA KARANGKATES, KECAMATAN SUMBERPUCUNG, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh : ATNI RACHMAWATI
NIM. 135080407113007
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
NILAI EKONOMI USAHA PERIKANAN KERAMBA JARING APUNG DI WADUK SUTAMI DESA KARANGKATES, KECAMATAN SUMBERPUCUNG, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh : ATNI RACHMAWATI
NIM. 135080407113007
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
NGESAHAN
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini
benar – merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain kecuali dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, Juli 2017
Atni Rachmawati 135080407113007
RINGKASAN
ATNI RACHMAWATI. Penelitian tentang Nilai Ekonomi Usaha Perikanan Keramba Jaring Apung Di Waduk Sutami Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur (di bawah bimbingan Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS dan Mochammad Fattah, S.Pi., M.Si)
Wilayah Indonesia memiliki perairan umum lebih dari 54 juta hektar (540 ribu Km2) dan tercatat sebagai perairan umum terluas di Asia setelah China. wilayah perairan umum menyediakan berbagai sumber daya alam yang produktif, baik sebagai sumber air baku untuk minum dan keperluan sehari – hari, sumber protein, tambang mineral dan energi, media transportasi, maupun untuk pariwisata. Perairan umum berfungsi menyangga kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya sebagai sumber utama untuk memenuhi kebutuhan air tawar. Secara asal pembentukannya, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu perairan alami dan perairan buatan, serta jenis perairan umum yang banyak terdapat di Indonesia, yaitu sungai, danau, rawa, dan air tanah (Supangat, 2006). Waduk adalah salah satu contoh perairan tawar yang menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Waduk dibuat dengan cara membendung sungai yang kemudian airnya disimpan. Air waduk digunakan untuk berbagai tujuan, seperti sumber baku air minum, pembangkit listrik tenaga air, irigasi, pencegah banjir, sebagai kegiatan perikanan, dan bahkan untuk kegiatan tirta wisata (Handayani, 2006). Pemanfaatan untuk kegiatan perikanan dapat dilakukan dengan menggunakan keramba jaring apung. Budidaya keramba jaring apung dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan produksi ikan.
Tujuan penelitian di Waduk Sutami Desa Karangkates ini adalah untuk mendeskripsikan profil waduk sutami, mendeskripsikan usaha perikanan keramba jaring apung, menganalisis kelayakan usaha pada kegiatan perikanan keramba jaring, menganalisis nilai ekonomi pemanfaatan kegiatan perikanan pada keramba jaring apung.
Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Data primer diperoleh dari hasil wawancara oleh para pembudidaya ikan nila yang menggunakan media keramba jaring apung. Data sekunder diperole dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, dan Kecamatan Sumberpucung.
Waduk Sutami (Waduk Karangkates) terletak di Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi waduk berada pada Sungai Brantas ± 14 Km di hilir Waduk Sungguruh dan ± 35 Km dari Kota Malang. Waduk ini mempunyai luas permukaan 15 Km2 dan kedalaman maksimum 31 meter. Daerah pengumpulan air pada waduk ini mencakup 2050 Km2. Volume Air yang bisa di tampung waduk Sutami ini adalah 158.562.000 m3 (tahun 2014), serta mempunyai ketinggian permukaan 297 meter. Panjang maksimumnya 100 m dan lebar maksimumnya 400 m. Debit masuk rata – rata (average inflow) adalah 55,20 m3/det.
Pembudidaya ikan keramba jaring apung lebih banyak membudidayakan Ikan Nila, karena relatif mudah dalam mendapatkan benih, lebih tahan terhadap kondisi perairan yang kurang stabil, dan pemasarannya Ikan Nila memiliki harga
vi
yang relatif menguntungkan. Lama pemeliharaan Ikan Nila adalah 6 – 8 bulan. Budidaya ikan yang dilakukan oleh pembudidaya ikan di Waduk Sutami biasanya menggunakan keramba jaring apung dengan ukuran per keramba 10 x 15 m2. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan keramba jaring apung ini di antaranya batu pemberat, tambang besar, tambang kecil, bambu, hapa, jaring, palu, dan gergaji.
Analisis investasi jangka pendek meliputi permodalan, biaya produksi, penerimaan, R/C, BEP, keuntungan (π), dan rentabilitas. Rata – rata modal tetap investasi pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai Rp.16.412.817,00, rata – rata modal lancar adalah senilai Rp.14.338.475,00, rata – rata modal kerja adalah senilai Rp.22.596.353,00, rata – rata biaya produksi adalah senilai Rp.22.628.962,00, rata – rata penerimaan adalah senilai Rp.44.806.875,00, rata – rata R/C adalah senilai 1.87,rata – rata BEP Sales adalah senilai Rp.12.405.212,00, rata – rata BEP Unit adalah senilai 639, rata – rata keuntungan adalah senilai Rp.18.812.565,00, dan rata – rata rentabilitas dari 40 responden pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai 67%.
Analisis investasi jangka panjang meliputi NPV (Net Present Value), Net B/C (Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio), IRR (Internal Rate of Return), dan PP (Payback Period). Rata – rata nilai NPV dari 40 responden pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai 113.220.308, rata – rata nilai Net B/C adalah senilai 6.90, rata – rata nilai IRR adalah senilai 106%, dan rata – rata PP (payback period) dari adalah senilai 1,2.
Nilai residual rent diperoleh dengan menghitung luas lahan keramba jaring apung, yakni 255.075 m2, maka nilai pemanfaatan kawasan Waduk Sutami di Kecamatan Sumberpucung untuk kegiatan budidaya perikanan selama satu tahun adalah senilai Rp.3.129.417.700,00.
Saran yang diberikan untuk pengembangan kawasan budidaya ikan nila dengan media keramba jaring apng di Waduk Sutami Desa Karangkates adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang khususnya bidang budidaya diharapkan melakukan pendampingan dan memfasilitasi kelompok pembudidaya ikan nila dalam pelaksanaan program intensifikasi dengan penyerapan teknologi budidaya agar peningkatan produktivitas dapat tercapai, perlu dikaji lagi tentang penggunaan input produksi secara optimal agar pengembangan usaha ikan nila dapat memberikan keuntungan maksimal, dan pengembangan lemaga ekonomi formal yang dapat membantu permodalan dan pemasaran produk ikan nila, sehingga dapat meningkatkan pengelolaan usaha lebih efisien dan menguntungkan bagi para pembudidaya ikan nila yang dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat lokal.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan menyebut nama Allah yang maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, pemilik segala ilmu dan
kekuatan yang tak terbatas, yang telah memberikan penulis kekuatan,
kesabaran, ketenangan, dan karunia selama ini sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi dengan judul “Nilai Ekonomi
Usaha Perikanan Keramba Jaring Apung Di Waduk Sutami Desa Karangkates,
Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur”
Penulisan skripsi ini tidak luput dukungan dan bantuan dari pihak – pihak
yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan doa, pikiran,
tenaga, dan inspirasi bagi penulis. Dengan ikhlas dan tulus penulis
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Orang tua saya, terutama untuk mama saya Ibu Maisaroh dan adik saya
tercinta Mya Juwita Martasari yang selalu memberikan doa dan perhatiannya
untuk saya.
2. Bapak Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS., selaku dosen pembimbing 1 yang telah
meluangkan waktu untuk menerima penulis berdiskusi dan membimbing
serta memberikan pengarahan sejak awal hingga akhir penyusunan tugas
senantiasa menerima penulis untuk berdiskusi, memberikan kritik dan saran
yang membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
baik.
viii
4. Ibu Dr. Ir. Pudji Purwanti, MP., selaku dosen wali serta ketua program studi
Agrobisnis Perikanan UB Kampus III yang selalu memberikan nasihat,
motivasi, dan semangat selama di bangku perkuliahan.
5. Bapak Moch. Sulton, S. Pi., selaku penyuluh bidang budidaya perikanan dari
Balai Penyuluhan Kecamatan Sumberpucung yang telah bersedia
memberikan arahan, kritik, dan saran selama menyelesaikan penelitian tugas
akhir.
6. Para pembudidaya ikan nila keramba jaring apung Waduk Sutami Desa
Karangkates yang telah bersedia untuk bekerja sama dengan penulis dalam
menyelesaikan penelitian tugas akhir.
7. Keluarga besar civitas akademika Universitas Brawijaya Kampus III,
terimakasih untuk segala perjuangannya demi masa depan pendidikan yang
lebih baik.
8. Amelia Hudayana dan Cynthia June Indah Widiyasari, sebgagai sahabat
sekaligus saudara yang selalu menemani di saat suka dan duka, serta
memberikan kenangan persahabatan yang mengesankan dan tak terlupakan.
9. Keluarga besar Agrobisnis Perikanan Kampus III yang setia menemani dan
memberikan canda tawa selama 4 tahun ini.
10. Rizal Hermawan Wibowo, terimakasih atas segala bentuk dukungan, nasihat,
dan omelan yang diberikan telah membantu penulis untuk tetap semangat
menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Dengan segala kekurangan yang ada, maka penulis mengharapkan masukan
serta kritikan yang dapat membangun. Namun dengan kekurangan tersebut
penulis berharap semoga karya skripsi ini menjadi amal yang dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca.
Malang, Mei 2017 Atni Rachmawati 135080407113007
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha Pengasih dan Maha
Penyayang, atas limpahan nikmat dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan
laporan skripsi yang berjudul “Nilai Ekonomi Usaha Perikanan Keramba
Jaring Apung Di Waduk Sutami Desa Karangkates, Kecamatan
Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur”. Tulisan ini memuat isi
bahasan mengenai kondisi perairan umum, profil Waduk Sutami Desa
Karangkates, analisis kelayakan usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung,
dan analisis nilai ekonomi Waduk Sutami. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
dalam hal penyusunan, oleh karena itu penulis menerima segala kritikan dan
mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Malang, Mei 2017
Atni Rachmawati 135080407113007
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................... iv
RINGKASAN .................................................................................................. v
UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................. vii
KATA PENGANTAR...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... 15
I. PENDAHULUAN ........................................... Error! Bookmark not defined. 1.1. Latar Belakang .......................................... Error! Bookmark not defined. 1.2. Rumusan Masalah .................................... Error! Bookmark not defined. 1.3. Tujuan ....................................................... Error! Bookmark not defined. 1.4. Kegunaan .................................................. Error! Bookmark not defined.
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................. Error! Bookmark not defined. 2.1. Penelitian Terdahulu ................................. Error! Bookmark not defined. 2.2. Waduk ....................................................... Error! Bookmark not defined.
2.2.1. Pengertian Waduk ......................... Error! Bookmark not defined. 2.2.2. Fungsi Waduk ................................ Error! Bookmark not defined. 2.2.3. Karakteristik Waduk ....................... Error! Bookmark not defined.
2.3. Budidaya Keramba Jaring Apung .............. Error! Bookmark not defined. 2.3.1. Teknis Keramba Jaring Apung ....... Error! Bookmark not defined.
2.4. Klasifikasi Ikan Nila ................................... Error! Bookmark not defined. 2.5. Analisis Kelayakan Usaha ......................... Error! Bookmark not defined.
2.5.1. Analisis Ekonomi ............................ Error! Bookmark not defined. 2.5.2. Analisis Kelayakan Usaha .............. Error! Bookmark not defined. 2.5.3. Analisis Sensitivitas ....................... Error! Bookmark not defined.
2.6. Analisis Perubahan Produktivitas .............. Error! Bookmark not defined.
III. METODE PENELITIAN ................................. Error! Bookmark not defined. 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .................... Error! Bookmark not defined. 3.2. Jenis Penelitian ......................................... Error! Bookmark not defined. 3.3. Teknik Pengumpulan Data ........................ Error! Bookmark not defined.
xi
3.3.1. Observasi ....................................... Error! Bookmark not defined. 3.3.2. Wawancara .................................... Error! Bookmark not defined. 3.3.3. Kuesioner ....................................... Error! Bookmark not defined. 3.3.4. Dokumentasi .................................. Error! Bookmark not defined.
3.4. Jenis dan Sumber Data ............................. Error! Bookmark not defined. 3.5. Populasi dan Sampel................................. Error! Bookmark not defined. 3.6. Analisis Data ............................................. Error! Bookmark not defined.
3.6.1. Analisis Kualitatif ............................ Error! Bookmark not defined. 3.6.2. Analisis Kuantitatif .......................... Error! Bookmark not defined.
3.7. Batasan dan Pengukuran .......................... Error! Bookmark not defined. 3.8. Kerangka Pemikiran .................................. Error! Bookmark not defined.
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .... Error! Bookmark not defined. 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Malang ....... Error! Bookmark not defined.
4.1.1. Letak dan Keadaan Alam ............... Error! Bookmark not defined. 4.1.2. Penduduk dan Ketenagakerjaan .... Error! Bookmark not defined.
4.2. Gambaran Umum Kecamatan Sumberpucung ........ Error! Bookmark not defined.
4.2.1. Letak dan Luas Wilayah ................. Error! Bookmark not defined. 4.2.2. Penduduk ....................................... Error! Bookmark not defined. 4.2.3. Sarana dan Prasarana ................... Error! Bookmark not defined.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................ Error! Bookmark not defined. 5.1. Profil Waduk Sutami .................................. Error! Bookmark not defined. 5.2. Pengelolaan Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA)............ Error! Bookmark not defined.
5.2.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Pembudidaya Ikan Nila............ Error! Bookmark not defined.
5.3. Kelayakan Usaha Waduk Sutami .............. Error! Bookmark not defined. 5.3.1. Jangka Pendek .............................. Error! Bookmark not defined. 5.3.2. Jangka Panjang ............................. Error! Bookmark not defined.
5.4. Analisis Nilai Ekonomi Keramba Jaring Apung ....... Error! Bookmark not defined.
4.5.1. Nilai Panen .................................... Error! Bookmark not defined. 4.5.2. Analisis Residual Rent ................... Error! Bookmark not defined.
5.4. Implikasi Nilai Ekonomi Waduk Sutami ...... Error! Bookmark not defined.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................ Error! Bookmark not defined. 6.1. Kesimpulan ............................................... Error! Bookmark not defined. 6.2. Saran ........................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN .......................................................... Error! Bookmark not defined.
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ikan Nila Jantan dan Betina (Oreochromis niloticus)Error! Bookmark not
defined.
2. Teknik Simple Random Sampling (Sugiyono, 2001)Error! Bookmark not
defined.
3. Kerangka Berpikir ............................................. Error! Bookmark not defined.
4. Grafik Modal Tetap Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 .............................. Error! Bookmark not defined.
5. Grafik Modal Lancar Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 .............................. Error! Bookmark not defined.
6. Grafik Modal Kerja Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 .............................. Error! Bookmark not defined.
7. Grafik Biaya Produksi Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 .............................. Error! Bookmark not defined.
8. Grafik Penerimaan (Total Revenue) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 .......... Error! Bookmark not defined.
9. Grafik R/C Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 .......................................... Error! Bookmark not defined.
10. Grafik BEP Sales Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 ............................ Error! Bookmark not defined.
11. Grafik BEP Unit Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 ........................................ Error! Bookmark not defined.
12. Grafik Keuntungan (π) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 ............................ Error! Bookmark not defined.
13. Grafik Rentabilitas Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 ............................ Error! Bookmark not defined.
14. Grafik NPV (Net Present Value) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung pada Waduk Sutami Tahun 2017 ........ Error! Bookmark not defined.
xiv
15. Grafik Net B/C (Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami Tahun 2017 ............ Error! Bookmark not defined.
16. Grafik IRR (Internal Rate of Return) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami Tahun 2017 ............. Error! Bookmark not defined.
17. Grafik PP (payback Period) Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami Tahun 2017 ............................ Error! Bookmark not defined.
18. Keramba Jaring Apung untuk Budidaya Ikan NilaError! Bookmark not defined.
19. Keramba Jaring Apung untuk Budidaya Ikan NilaError! Bookmark not defined.
20. Perahu Pembudidaya Ikan Nila di KJA ........... Error! Bookmark not defined.
21. Gubuk sebagai tempat penyimpanan pakan dan peralatanError! Bookmark not defined.
24. Pakan Campuran (Roti Kadaluarsa) ............... Error! Bookmark not defined.
25. Obat Boster .................................................... Error! Bookmark not defined.
26. Persiapan Panen ............................................ Error! Bookmark not defined.
27. Panen ............................................................. Error! Bookmark not defined.
28. Menunggu tengkulak untuk menjual hasil panenError! Bookmark not defined.
29. Menunggu tengkulak untuk menjual hasil panenError! Bookmark not defined.
30. Wawancara di rumah salah satu pembudidaya ikan nilaError! Bookmark not defined.
31. Wawancara dengan para pembudidaya ikan nilaError! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Gambar Lokasi Penelitian ................................. Error! Bookmark not defined.
2. Modal Tetap Investasi Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami .................................................. Error! Bookmark not defined.
3. Modal Lancar Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung Waduk Sutami ......................................................................... Error! Bookmark not defined.
4. Modal Kerja Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami ......................................................................... Error! Bookmark not defined.
5. Perhitungan Biaya Produksi Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami Tahun 2017 .............................. Error! Bookmark not defined.
6. Jangka Pendek Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami Tahun 2017 .......................................... Error! Bookmark not defined.
7. Jangka Panjang Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami Tahun 2017 .......................................... Error! Bookmark not defined.
8. Hasil Perhitungan Nilai Residual Rent Menggunakan Program SPSS ..... Error!
Bookmark not defined.
9. Kegiatan Penelitian di Waduk Sutami Desa KarangkatesError! Bookmark not
defined.
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jenis Input Tetap dan Variabel yang Digunakan pada Budidaya Keramba Jaring Apung .................................................... Error! Bookmark not defined.
2. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin, dan Ratio Jenis Kelamin di Kabupaten Malang Tahun 2015 ...... Error! Bookmark not defined.
3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Malang Tahun 2015 ......................................... Error! Bookmark not defined.
4. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kabupaten Malang Tahun 2015Error! Bookmark not defined.
5. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin ................................ Error! Bookmark not defined.
6. Pola Penggunaan Lahan di Kecamatan Sumberpucung Tahun 2014 ...... Error! Bookmark not defined.
7. Komposisi Penduduk Kecamatan Sumberpucung Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 ...................................................... Error! Bookmark not defined.
8. Sarana Transportasi di Kecamatan Sumberpucung Tahun 2014 ............. Error! Bookmark not defined.
9. Jumlah Lokasi dan Luas Area Parkir Per Desa di Kecamatan Sumberpucung Tahun 2014 ...................................................... Error! Bookmark not defined.
10. Sarana Komunikasi di Kecamatan Sumberpucung Tahun 2014 ............ Error! Bookmark not defined.
11. Produksi Budidaya Ikan Menurut Jenis Kegiatan Budidaya Tahun 2014 - 2015 ............................................................... Error! Bookmark not defined.
12. Perkembangan Areal Perikanan Menurut Tempat Pemeliharaan di Kabupaten Malang pada Tahun 2011 - 2016 .. Error! Bookmark not defined.
13. Perkembangan Jumlah Rumah Tangga Produksi Perikanan Menurut Tempat Pemeliharaan di Kabupaten Malang Tahun 2011 - 2016Error! Bookmark not defined.
14. Jumlah Produksi Ikan per Komoditas di Kabupaten Malang Tahun 2015Error! Bookmark not defined.
17
15. Kelompok Umur Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami ............................................................ Error! Bookmark not defined.
16. Tingkat Pendidikan Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami ............................................................ Error! Bookmark not defined.
17. Status Usaha Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami ............................................................ Error! Bookmark not defined.
18. Pengalaman Usaha Pembudidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung di Waduk Sutami ............................................................ Error! Bookmark not defined.
19. Interval pada Modal Tetap .............................. Error! Bookmark not defined.
20. Interval pada Modal Lancar ............................. Error! Bookmark not defined.
21. Interval pada Modal Kerja ............................... Error! Bookmark not defined.
22. Interval pada Biaya Produksi .......................... Error! Bookmark not defined.
23. Interval pada Penerimaan (Total Revenue) ..... Error! Bookmark not defined.
24. Interval pada R/C ............................................ Error! Bookmark not defined.
25. Interval pada BEP Sales ................................. Error! Bookmark not defined.
26. Interval pada BEP Unit .................................... Error! Bookmark not defined.
27. Interval pada Keuntungan ............................... Error! Bookmark not defined.
28. Interval pada Rentabilitas................................ Error! Bookmark not defined.
29. Interval pada Nilai NPV ................................... Error! Bookmark not defined.
30. Interval pada Nilai Net B/C .............................. Error! Bookmark not defined.
31. Interval pada Nilai IRR .................................... Error! Bookmark not defined.
32. Interval pada Nilai PP (Payback Periode) ....... Error! Bookmark not defined.
33. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Waduk Sutami untuk Kepentingan Budidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung per Tahun ........... Error! Bookmark not defined.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas
wilayah laut yang dapat dikelola senilai 5,8 juta Km2 yang memiliki
keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat besar.
Potensi lestari sumber daya ikan di perairan laut Indonesia senilai 6,5 juta ton per
tahun, dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan senilai 5,2 juta ton/tahun
(Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
KEP.45/MEN/2011). Besarnya potensi perikanan tangkap di perairan umum yang
memiliki total luas sekitar 54 juta Ha, yang meliputi danau, waduk, sungai, rawa,
dan genangan air lainnya, diperkirakan mencapai 0,9 juta ton ikan/tahun
(Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.15/MEN/2012). Sementara,
untuk perikanan budidaya, potensi yang dimilikinya adalah a) perikanan budidaya
air laut seluas 8,3 juta Ha (yang terdiri dari 20% untuk budidaya ikan, 10% untuk
budidaya kerang, 60% untuk budidaya rumput laut, dan 10% untuk lainnya), b)
perikanan budidaya air payau atau tambak seluas 1,3 juta Ha, dan c) perikanan
budidaya air tawar seluas 2,2 juta Ha (yang terdiri dari kolam seluas 526,40 ribu
Ha, perairan umum (danau, waduk, sungai dan rawa) seluas 158,2 ribu Ha, dan
sawah untuk mina padi seluas 1,55 juta Ha) (Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No.PER.15/MEN/2012).
Wilayah Indonesia memiliki perairan umum lebih dari 54 juta hektar (540
ribu Km2) dan tercatat sebagai perairan umum terluas di Asia setelah China.
Menurut Haryani (2001), wilayah perairan umum menyediakan berbagai sumber
daya alam yang produktif, baik sebagai sumber air baku untuk minum dan
keperluan sehari – hari, sumber protein, tambang mineral dan energi, media
2
transportasi, maupun untuk pariwisata. Oleh karena itu, perairan umum
merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya
di masa kini dan masa mendatang. Pemanfaatan sumber daya perairan umum
bersifat multisector, sehingga bila terjadi dampak dari kegiatan sektor tertentu,
akan memberikan gangguan terhadap sektor lainnya. Oleh karena itu,
pemanfaatan sumber daya perairan umum membutuhkan pendekatan
pengelolaan terpadu berbasis ekologis, mengingat sangat beragamnya kondisi
dan pemanfaatan yang ada. Dengan pengelolaan yang terpadu diharapkan
pemanfaatannya akan berjalan secara berkelanjutan.
Perairan umum identik dengan perairan yang berada di wilayah daratan.
Perairan umum adalah bagian permukaan atau daratan bumi yang secara
permanen ataupun berkala tertutup oleh massa air dan terbentuk secara alami
dan/atau buatan, baik yang berair tawar, payau, ataupun air laut yang bersifat
umum. Status kepemilikan perairan umum dikuasai oleh negara dan tidak dimiliki
secara perorangan (Supangat, 2006).
Perairan umum berfungsi menyangga kehidupan manusia maupun
makhluk hidup lainnya sebagai sumber utama untuk memenuhi kebutuhan air
tawar. Pemanfaatannya juga dilakukan secara bersama oleh berbagai sektor
dengan tujuan dan kepentingannya masing – masing. Oleh karena itu, perlu
dilakukan tindakan pemeliharaan yang seimbang, sehingga pemanfaatannya
dapat dilakukan secara terus – menerus atau berkelanjutan. Pembentukan
perairan umum dapat terjadi secara alami maupun buatan. Perairan alami terjadi
tanpa ada campur tangan manusia dan memiliki karakteristik masing – masing.
Sementara perairan umum buatan terjadi akibat adanya campur tangan manusia.
Mengklarifikasi perairan umum berdasarkan morfologi, hidrologi, ekologi,
dan asal pembentukannya, sebagai berikut : 1) Secara morfologi atau bentuk,
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu perairan memanjang dan perairan melebar ; 2)
3
Secara hidrologi, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu perairan (lotic) dan perairan
tergenang (lentic) ; 3) Secara ekologi, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
lingkungan perairan mengalir (lotic environment) dan lingkungan perairan
tergenang (lentic environment) ; dan 4) Secara asal pembentukannya,
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu perairan alami dan perairan buatan, serta jenis
perairan umum yang banyak terdapat di Indonesia, yaitu sungai, danau, rawa,
dan air tanah (Supangat, 2006).
Waduk adalah salah satu contoh perairan umum tawar yang menunjang
kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Waduk
dibuat dengan cara membendung sungai yang kemudian airnya disimpan.
Waduk cenderung menerima masukan air secara terus menerus dari sungai
yang mengalirinya. Air waduk digunakan untuk berbagai tujuan, seperti sumber
baku air minum, pembangkit listrik tenaga air, irigasi, pencegah banjir, sebagai
kegiatan perikanan, dan bahkan untuk kegiatan tirta wisata (Handayani, 2006).
Pemanfaatan untuk kegiatan perikanan dapat dilakukan dengan
menggunakan keramba jaring apung. Budidaya keramba jaring apung dapat
memberikan dampak positif dalam meningkatkan produksi ikan atau
meningkatkan produktivitas perairan dan meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat setempat dengan adanya lapangan pekerjaan baru,
namun keramba jaring apung juga dampak berdampak negatif bagi lingkungan
perairan waduk apabila tidak dikelola dengan baik (Siagian, 2014).
Waduk Sutami merupakan bendungan yang menciptakan suatu waduk
karena tertahannya aliran Sungai Brantas. Waduk Sutami dikelola oleh Perum
Jasa Tirta I terletak di Jalan Raya Blitar – Malang, Desa Karangkates,
Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dengan
luas 2050 Km2. Waduk Sutami berfungsi sebagai sumber Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA), sumber irigasi, sebagai kegiatan perikanan, dan tirta wisata.
4
Pemanfaatan Waduk Sutami merupakan salah satu faktor yang dapat
menunjang peningkatan pendapatan pada sub sektor perikanan. Pembangunan
sub sektor perikanan mempunyai beberapa tujuan, yaitu untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya
perikanan secara luas dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
nilai tambah hasil perikanan.
1.2. Rumusan Masalah
Perairan waduk dibangun karena sangat penting dan perlu untuk
dikembangkan untuk sumber daya hayati pengganti dari lahan daratan yang
digenangi. Perairan waduk biasanya dikembangkan dan dilaksanakan dalam
bentuk perikanan budidaya yang umum diterapkan adalah teknologi dalam
keramba jaring apung. Usaha budidaya tersebut banyak dilakukan oleh
masyarakat yang berlokasi di sekitar Waduk Sutami dan menjadi salah satu
sumber untuk meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Kawasan Waduk Sutami yang telah dikembangkan untuk kepentingan
perikanan. Dengan demikian tujuan utama dari pengembangan fungsi waduk
untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat setempat serta dapat
memberikan kemampuan yang lebih dalam menjaga dan meningkatkan
pengelolaan sumber daya perairan waduk yang disebabkan oleh kepentingan
masyarakat setempat yang lebih dahulu telah tertanam pada sumber daya
perairan waduk.
Untuk mengetahui besarnya nilai manfaat ekonomi dari kegiatan
perikanan di sekitar Waduk Sutami, perlu adanya penelitian yang dapat
mengetahui nilai ekonomi tersebut dan dapat dikemukakan dalam rumusan
permasalahan sebagai berikut :
5
1) Bagaimana profil Waduk Sutami?
2) Bagaimana pengelolaan usaha perikanan budidaya keramba jaring apung
di Waduk Sutami?
3) Berapa nilai kelayakan usaha pada kegiatan perikanan keramba jaring
apung Waduk Sutami?
4) Berapa nilai ekonomi pemanfaatan kegiatan perikanan keramba jaring
apung Waduk Sutami?
1.3. Tujuan
Penelitian di Waduk Sutami Desa Karangkates ini bertujuan untuk :
1) Mendeskripsikan profil Waduk Sutami ;
2) Mendeskripsikan pengelolaan usaha perikanan keramba jaring apung ;
3) Menganalisis kelayakan usaha pada kegiatan perikanan keramba jaring ;
4) Menganalisis nilai ekonomi pemanfaatan kegiatan perikanan pada
keramba jaring apung.
1.4. Kegunaan
Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat memberikan manfaat, antara lain :
1) Pemerintah Daerah dapat menjadikan bahan pertimbangan untuk
menentukan kebijakan dalam penetapan kegiatan dan pengembangan
potensi sumber daya dengan melihat manfaat ekologi dan ekonomi.
Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menambah
pendapatan asli daerah.
2) Pelaku budidaya perikanan di Waduk Sutami dapat mengetahui
kelayakan usaha dan nilai ekonomi keramba jaring apung. Sehingga
dapat lebih dikembangkan dan digunakan secara berkelanjutan.
6
3) Lembaga Akademisi dapat mengembangkan riset nilai ekonomi di zona
lainnya pada waduk di daerah Jawa Timur, agar dapat mengetahui total
nilai ekonomi keseluruhan waduk.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan penulis sebagai bahan
pertimbangan dalam penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang
digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Berikut merupakan
penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang
dilakukan penulis.
Luas Waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri diperkirakan sekitar
± 8.800 Ha. Jenis ikan yang dibudidayakan di Waduk Gajah Mungkur yaitu Ikan
Nila Merah (Oreochromis niloticus), sedangkan komoditi penangkapan yang
dominan yaitu Ikan Patin (Pangasius pangasius), Ikan Tawes (Puntius
gonionotus), dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Potensi perikanan budidaya
keramba jaring apung (KJA) dan penangkapan yang ada di Waduk Gajah
Mungkur yaitu budidaya KJA dengan jumlah KJA keseluruhan 913 unit dan
penangkapan dengan jumlah nelayan senilai 1.266 orang. Rata – rata produksi
senilai 2.400 ton/tahun. Dari hasil perhitungan nilai ekonomi Waduk Gajah
Mungkur yang dimanfaatkan untuk usaha perikanan, diperoleh nilai ekonomi
senilai Rp.30.364.631/Ha dengan luas keseluruhan waduk senilai 8.800 Ha,
sehingga diperoleh nilai ekonomi keseluruhan senilai Rp.267.208.753.423 /
tahun. Dengan mengetahui nilai ekonomi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
waduk memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar terhadap kehidupan
masyarakat (Dwi Sofiati, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi dari pemanfaatan
Waduk Jatiluhur untuk perikanan dan pariwisata. Kegiatan perikanan diukur
dengan usaha budidaya keramba jaring apung melalui analisis perubahan
8
produktivitas dengan pendekatan residual rent, sedangkan kegiatan pariwisata
diukur dengan surplus konsumen melalui metode biaya perjalanan rata – rata
dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan individu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa total nilai ekonomi pemanfaatan Waduk Jatiluhur untuk
kepentingan aktivitas perikanan budidaya keramba jaring apung dan aktivitas
tirta wisata dalam setahun senilai Rp.193.950.403.826,20. Total nilai ekonomi
tersebut terdiri dari atas pemanfaatan Waduk Jatiluhur untuk kegiatan perikanan
budidaya keramba jaring apung senilai 99,89% atau senilai
Rp..193.744.882.532,77 per tahun dan nilai ekonomi dari pemanfaatan Waduk
Jatiluhur untuk kegiatan wisata tirta senilai Rp.205.521.293,43 per tahun atau
senilai 0,11% (Wijaya, 2006).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa nilai ekonomi Waduk
Cirata untuk perikanan dan wisata tirta, serta mengetahui kelayakan usaha
perikanan KJA. Hasil penelitian menunjukkan nilai ekonomi dari kegiatan
perikanan senilai Rp.141.015.369.497,95 (99,711 %) per tahun dan nilai ekonomi
wisata tirta senilai Rp.408.043.590,60 (0,289 %) per tahun, sehingga diperoleh
nilai ekonomi total Waduk Cirata untuk perikanan dan wisata tirta senilai
Rp.141.423.413.088,55 (100 %). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
usaha perikanan KJA layak dilakukan dan memberikan manfaat bagi masyarakat
(Aksomo, 2007).
Proses pembangunan di Kabupaten Jayapura mengakibatkan tekanan
terhadap keberadaan dan kelestarian Danau Sentani, yang dilakukan oleh
masyarakat, maupun pemerintah. Masalah tersebut meliputi pencemaran air,
limbah rumah tangga, dan industri, listrik untuk menangkap ikan, membuang zat-
zat berwarna ke danau. Aktivitas itu menyebabkan kerusakan fisik, biologi,
ekosistem serta biodiversitas yang terdapat di dalamnya. Danau Sentani terletak
di Kabupaten Jayapura dengan luas 9.360 ha, yang memiliki kekayaan alam
9
yang sangat besar, dan sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi aset
sekaligus sumber pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah. Adapun
peran Danau sentani berfungsi sebagai budidaya perikanan, perikanan tangkap,
sumber air bersih, pariwisata, dan transportasi penyebrangan. Tujuan penelitian
tersebut adalah menyediakan informasi tentang nilai Ekonomi Danau Sentani
sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pemanfaatan Danau Sentani dan
untuk peningkatan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup serta pembangunan
berkelanjutan. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan harga pasar,
pendekatan biaya perjalan dan pendekatan contingen valuation method. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Nilai ekonomi Danau Sentani sebagai budidaya
perikanan mencapai Rp.7.507.500.000. Nilai ekonomi Danau Sentani sebagai
produsen ikan tangkap Rp.27.256.250.000/tahun. Nilai ekonomi Danau Sentani
sebagai sumber air minum masyarakat sebesar Rp.13.305.500.000. Sedangkan
sebagai obyek wisata alam mencapai Rp.790.759.200/tahun, ditambah dengan
pelaksanaan Festival Danau Sentani sebesar Rp.1.750.000.000. Nilai ekonomi
Danau Sentani sebagai transportasi yakni Rp.569.921.500/tahun. Nilai ekonomi
total Danau Sentani sebesar Rp.51.179.921.700/tahun (Halomoan Hutajulu,
2002).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang
padat. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, kebutuhan
akan sumberdaya energi akan semakin meningkat. Salah satu energi yang
dibutuhkan seiring dengan pertumbuhan penduduk yaitu listrik. PLTA Cirata
merupakan salah satu pembangkit listrik di Jawa Barat yang menggunakan
energi air dari Waduk Cirata yang bersumber dari aliran sungai Citarum, terletak
di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru, Plered, Purwakarta, Jawa Barat.
Waduk Cirata merupakan sumber yang penting bagi PLTA Cirata untuk
menghasilkan energi. Waduk Cirata yang memiliki luas 6.334 hektar tersebut
10
sangat potensial untuk budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung
(KJA). Adanya faktor penarik berupa keuntungan yang besar dari kegiatan
budidaya ikan dengan sistem KJA di Waduk Cirata memicu terjadinya
peningkatan jumlah KJA yang setiap tahunnya semakin tidak terkendali. Tercatat
pada tahun 2011 terdapat 53.031 unit KJA di Waduk Cirata yang telah melebihi
batas normal sebesar 12.000 unit KJA. Jumlah KJA di Waduk Cirata yang kini
tak terkendali serta pemberian pakan yang intensif pada KJA kurang tepat
karena akan menyebabkan banyaknya pakan yang tidak termakan oleh ikan
sehingga mengakibatkan sedimentasi pada Waduk Cirata. Biaya yang akan
dikeluarkan oleh pihak PT. Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Cirata
(PT. PJB UP Cirata) dan Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) untuk
mengeluarkan sedimen limbah KJA bukan merupakan jumlah yang kecil, namun
mencapai milyaran rupiah yang merupakan kerugian besar bagi pihak PT. PJB
UP Cirata dan BPWC. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan
finansial usaha KJA di Waduk Cirata, menentukan biaya yang harus dikeluarkan
pihak PT. PJB UP Cirata dan BPWC untuk melakukan pengeluaran sedimen
limbah KJA dan biaya yang harus dikeluarkan oleh petani pemilik KJA per unit,
menganalisis pengaruh pembayaran biaya untuk mengeluarkan sedimen limbah
dari pemilik usaha KJA di Waduk Cirata kepada pihak PT. PJB UP Cirata dan
BPWC terhadap kelayakan usaha KJA di Waduk Cirata. Pengolahan data pada
penelitian ini menggunakan Metode Analisis Biaya dan Manfaat (Cost and
Benefit Analysis) dengan menggunakan komputer melalui program Microsoft
Excel. Usaha keramba jaring apung di Waduk Cirata merupakan usaha yang
layak untuk diusahakan setelah dilakukan analisis biaya dan manfaat terhadap
usaha tersebut dengan nilai NPV sebesar Rp 53.594.849,00 per unit, nilai BC
rasio sebesar 2,66 , nilai IRR sebesar 64,86 persen, dan payback period selama
1 tahun 8,5 bulan. Besar biaya yang ditanggung pihak PT. PJB UP Cirata dan
11
BPWC untuk melakukan pengeluaran sedimen limbah keramba jaring apung
dengan metode flushing yaitu sebesar Rp 28.240.066.960,00 yang dihitung
berdasarkan hilangnya air waduk yang digunakan untuk menggelontorkan
sedimen yang seharusnya dapat digunakan untuk menggerakkan turbin yang
dapat menghasilkan energi listrik. Besar biaya yang harus dibayarkan pemilik
usaha keramba jaring apung di Waduk Cirata kepada pihak PT. PJB UP Cirata
dan BPWC untuk mengganti dana penggelontorkan sedimen limbah budidaya
ikan usaha KJA tersebut adalah sebesar Rp 21,62 per kg dari ikan yang
diproduksi petani setiap tahun atau sebesar Rp 266.271,92 per periode.
Kelayakan usaha keramba jaring apung di Waduk Cirata setelah dilakukan
penambahan biaya flushing sebesar Rp 21,62 per kg pada komponen arus
pengeluaran maka usaha tersebut masih layak untuk dilaksanakan dengan nilai
NPV sebesar Rp 51.285.263,00 nilai B/C Rasio sebesar 2,61, nilai IRR sebesar
62,47%, dan payback period selama 1 tahun 9 bulan (Yunisa, 2013).
2.2. Waduk
2.2.1. Pengertian Waduk
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 Pasal 1 Tahun 2010 tentang
Bendungan, bahwa bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah,
urukan batu, beton, dan atau pasangan batu yang dibangun selain untuk
menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan
menampung limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga
terbentuk waduk. Bendungan atau waduk merupakan wadah buatan yang
terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan.
Menurut Peraturan Menteri Nomor 72/PRT/1997, bendungan adalah
setiap bangunan penahan air buatan, jenis urugan atau jenis lainnya yang
12
menampung air atau dapat menampung air, termasuk pondasi, bukit/tebing
tumpuan, serta bangunan pelengkap dan peralatannya, termasuk juga
bendungan limbah galian, tetapi tidak termasuk bendung dan tanggul.
Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu : danau alami dan danau buatan. Danau alami merupakan danau yang
terbentuk sebagai akibat dari kegiatan alamiah, misalnya bencana alam,
kegiatan vulkanik dan kegiatan tektonik, contohnya seperti rawa, danau, dan
sungai. Sedangkan danau buatan adalah danau yang dibentuk dengan sengaja
oleh kegiatan manusia dengan tujuan – tujuan tertentu dengan jalan membuat
bendungan pada daerah dataran rendah, contohnya seperti kanal, waduk, dan
empang (Odum, 1993).
Waduk didefinisikan sebagai perairan menggenang atau badan air yang
memiliki ceruk, saluran masuk (inlet), saluran pengeluaran (outlet) dan
berhubungan langsung dengan sungai utama yang mengairinya. Waduk
umumnya memiliki kedalaman 16 sampai 23 kaki (5 – 7 m). Waduk merupakan
badan air tergenang (lentik) yang dibuat dengan cara membendung sungai,
umumnya berbentuk memanjang mengikuti bentuk awal dasar sungai (Perdana
2006).
Tujuan utama waduk digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik,
namun peruntukannya terlepas dari kerangka dasar kebijakan pemerintah dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat sehari- hari, karena itu tujuan dibuatnya waduk
adalah :
1) Pemenuhan kebutuhan berbagai air baku, di antaranya untuk memenuhi
keperluan sehari- hari yakni kebutuhan Domestic Municipal and
Industry (DMI) atau rumah tangga, kota dan industri (RKI).
2) Pengendali banjir.
13
3) Irigasi teknis, dalam upaya mendukung pencapaian swasembada beras
menuju swasembada pangan.
4) Konservasi air.
5) Pembangkit tenaga listrik.
6) Aktivitas perikanan.
7) Pariwisata dan olahraga.
2.2.2. Fungsi Waduk
Menurut Perdana (2006) berdasarkan fungsinya, waduk diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu :
1) Waduk eka guna (single purpose) Waduk eka guna adalah waduk yang
dioperasikan untuk memenuhi satu kebutuhan saja, misalnya untuk
kebutuhan air irigasi, air baku atau PLTA. Pengoperasian waduk eka
guna lebih mudah dibandingkan dengan waduk multi guna dikarenakan
tidak adanya konflik kepentingan di dalam. Pada waduk eka guna
pengoperasian yang dilakukan hanya mempertimbangkan pemenuhan
satu kebutuhan ;
2) Waduk multi guna (multi purpose) Waduk multi guna adalah waduk yang
berfungsi untuk memenuhi berbagai kebutuhan, misalnya waduk untuk
memenuhi kebutuhan air, irigasi, air baku dan PLTA. Kombinasi dari
berbagai kebutuhan ini dimaksudkan untuk dapat mengoptimalkan fungsi
waduk dan meningkatkan kelayakan pembangunan suatu waduk.
2.2.3. Karakteristik Waduk
Waduk dicirikan dengan arus yang sangat lambat (0,001 – 0,01 m/s) atau
tidak ada arus sama sekali. Arus air waduk dapat bergerak ke berbagai arah.
Perairan waduk atau danau umumnya memiliki stratifikasi kualitas air secara
vertikal. Stratifikasi ini terjadi karena perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan
suhu pada kolom air. Stratifikasi tersebut tergantung pada kedalaman air dan
14
musim. Zonasi perairan 10 tergenang dibagi menjadi dua, yaitu zonasi bentik dan
zonasi kolom air. Zonasi bentik (zonasi dasar) terdiri atas supra – litoral, litoral,
sub – litoral, dan profundal. Zonasi kolom air terdiri atas zonasi limnetik,
tropogenik, kompensasi, dan tropolitik (Effendi, 2003). Beberapa karakteristik
fisik suatu waduk di antaranya adalah panjang, kedalaman, luas, dan volume.
Berdasarkan kedalamannya waduk dibedakan menjadi waduk dangkal dengan
kedalaman kurang dari 7 meter, waduk sedang, dan waduk dalam (Perdana,
2006).
Di waduk yang dalam, perairan di permukaan dan di dasar bisa jadi akan
sangat berbeda secara fisik, kimia, dan biologi. Permukaan waduk dipengaruhi
oleh angin dan temperaturnya hangat karena matahari. Terdapat banyak
organisme yang hidup di permukaan karena didukung oleh intensitas cahaya
yang cukup dan temperatur yang hangat. Semakin banyak organisme yang
hidup, maka semakin banyak kegiatan fotosintesis, respirasi, makan, dan tumbuh
yang menyebabkan meningkatnya produktivitas waduk. Bagian dasar waduk
hanya mendapatkan sedikit cahaya atau tidak mendapat cahaya sama sekali,
sehingga air menjadi lebih dingin. Di bagian dasar juga terjadi dekomposisi biota
air yang mati, dan tidak terdapat pengadukan oleh angin. Sebaliknya waduk yang
dangkal memiliki perairan yang lebih homogen, mulai dari permukaan hingga
dasar waduk. Air waduk teraduk dengan baik oleh angin, dan perbedaan
temperatur dan oksigen terlarut tidak jauh berbeda seiring dengan kedalaman.
Cahaya matahari mampu mencapai dasar waduk, sehingga fotosintesis dan
pertumbuhan organisme waduk dapat berlangsung di seluruh bagian waduk
(Azmeri, 2008).
15
2.3. Budidaya Keramba Jaring Apung
Keramba jaring apung adalah sistem teknologi budidaya air berupa jaring
yang mengapung (floating net cage) dengan bantuan pelampung. Sistem ini
terdiri dari beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring, pelampung, jalan
inspeksi, rumah jaga dan jangkar (Krisanti, 2006).
Keramba jaring apung adalah wadah pemeliharaan ikan terbuat dari
jaring yang di bentuk segi empat atau silindris ada diapungkan dalam air
permukaan menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu, atau besi,
serta sistem penjangkaran. Lokasi yang dipilih bagi usaha pemeliharaan ikan
dalam KJA relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah dijangkau. Ikan yang
dipelihara bervariasi mulai dari berbagai jenis kakap, sampai baronang, bahkan
tebster. KJA ini juga merupakan proses yang luwes untuk mengubah nelayan
kecil tradisional menjadi pengusaha agribisnis perikanan (Samadi, 2010).
Jenis ikan yang akan dibudidayakan dalam kantong/ keramba jaring
terapung harus bernilai ekonomis tinggi agar daya serap pasar bisa dipenuhi,
selain itu, benih jenis ikan sewaktu – waktu mudah didapat di sekitar lokasi
usaha. Hal ini dimaksudkan agar kontinuitas usaha nantinya dapat ditunjang.
Faktor paling penting adalah kesanggupan jenis ikan itu sendiri untuk dapat
hidup dan tumbuh dengan baik di perairan budidaya keramba jaring apung
(Rochdianto, 2005).
Ada beberapa jenis ikan yang dapat dipilih untuk KJA yaitu ikan Karper
(Cyprinus carpio), ikan Nila Merah (Oreochromis sp), ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus), ikan Jambal (Pangasius pangasius), ikan Gurami (Osphronemus
gouramy), ikan Tawes (Puntius gonionotus), dan ikan hias (Rochdianto, 2005).
2.3.1. Teknis Keramba Jaring Apung
Analisis aspek teknis dilakukan secara deskriptif. Aspek teknis ini meliputi
pemilihan lokasi, persiapan keramba jaring apung, penggunaan input, luas
16
produksi dan rencana produksi, layout lahan lokasi serta pemilihan jenis
teknologi dan equipment (Perdana, 2008). Berikut adalah aspek teknis dari
keramba jaring apung :
1. Pemilihan Lokasi
Lokasi kegiatan usaha budidaya pembesaran ikan nila dan lele pada KJA
di daerah penelitian dipilih berdasarkan pada ketersediaan lahan waduk yang
memadai, yaitu :
a. Sumber air waduk berasal dari aliran sungai sehingga sirkulasi air dalam
kondisi baik.
b. Waduk memiliki kedalaman lebih dari lima meter sesuai dengan
persyaratan minimal kedalaman untuk kegiatan budidaya pada KJA.
c. Waduk tersebut terletak di dataran rendah sehingga peluang terjadinya
up welling (umbalan) sangat kecil dibanding dengan waduk yang terletak
di dataran tinggi. Up welling merupakan gejala alam yang mengakibatkan
arus balik dari dasar waduk yang dapat mengapungkan lumpur ke
permukaan perairan, biasanya terjadi pada pergantian musim dari musim
kemarau ke hujan.
d. Batas maksimum pemanfaatan waduk yang ditetapkan senilai 10% dari
luas total areal waduk. Penetapan batas maksimum pemanfaatan waduk
untuk kegiatan budidaya ikan bertujuan agar ekosistem perairan tetap
lestari dalam jangka panjang.
e. Waduk tersebut merupakan salah satu perairan umum yang dapat
dimanfaatkan oleh setiap orang.
2. Persiapan Keramba Jaring Apung
Konstruksi keramba jaring apung terdiri dari kerangka jaring, pelampung
dan kantong atau jaring pemeliharaan ikan.
17
a. Kerangka jaring apung menggunakan bambu dan kayu kasau (kaso) yang
memiliki daya tahan selama dua tahun. Kerangka bambu berfungsi untuk
menggantungkan kantong jaring dan sebagai tempat pijakan di atas
keramba jaring apung. Kerangka kayu digunakan untuk menjepit
pelampung agar tidak terlepas.
b. Pelampung yang digunakan terdiri dari drum plastik. Penggunaan
pelampung bertujuan agar kantong jaring dapat terapung di permukaan
air.
c. Kantong atau jaring digunakan untuk wadah pemeliharaan ikan. Bahan
jaring yang digunakan harus memenuhi syarat kuat dan tahan lama.
Bahan jaring yang digunakan biasanya terbuat dari net nylon atau
polyethylene.
3. Persiapan Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang digunakan pada kegiatan usaha budidaya di keramba
jaring apung terdiri dari input tetap dan variabel. Berikut jenis input tetap dan
variabel :
18
Tabel 1. Jenis Input Tetap dan Variabel yang Digunakan pada Budidaya Keramba Jaring Apung
No. Input
1. Input Tetap : a. Bahan jaring b. Drum plastik c. Bambu d. Kayu Kaso e. Paku f. Tambang g. Bandul/pemberat h. Jangkar i. Rumah jaga j. Plastik bag k. Serok l. Ember dan baskom plastik m. Perahu
2. Input Variabel : a. Benih ikan nila dan lele b. Pakan c. Tenaga kerja d. Obat – obatan
4. Kegiatan Budidaya
Kegiatan budidaya merupakan kegiatan pemeliharaan untuk
memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan (growth), serta meningkatkan mutu
biota akuatik sehingga diperoleh keuntungan (Effendi 2004). Kegiatan budidaya
ikan di daerah penelitian merupakan teknik pembesaran ikan nila dan lele
dengan menggunakan teknik keramba jaring apung. Tahapan kegiatan
pembesaran ikan yaitu tahap persiapan, penebaran benih, pemberian pakan,
pengendalian penyakit, panen dan penanganan pasca panen. Berikut adalah
kegiatan pembesaran ikan dengan keramba jaring apung :
a) Persiapan
Tahap persiapan pembesaran ikan nila dan lele, yaitu pengadaan sarana
dan prasarana atau input dan penyusunan konstruksi KJA. Penentuan lokasi
tempat peletakan KJA dipilih perairan yang memiliki kedalaman lebih dari lima
meter dan tidak ditempatkan dekat dengan pintu air.
19
b) Penebaran Benih
Benih ikan nila/lele ditebar di jaring atas dan jaring bawah. Ikan nila /lele
yang dipelihara tidak diberikan pakan secara langsung. Benih ikan diperoleh dari
luar daerah dan juga dari balai benih ikan serta pembenihan yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar.
c) Pemberian Pakan
Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
kegiatan budidaya ikan, karena pembesaran ikan pada KJA bergantung pada
pemberian pakan tambahan. Pakan yang digunakan berupa pakan buatan/pellet
memiliki sifat terapung sehingga memudahkan dalam melakukan pengawasan
terhadap perkembangan ikan.
d) Pengendalian Penyakit
Serangan penyakit pada ikan di daerah penelitian jarang terjadi, hal ini
disebabkan kondisi kualitas air waduk masih cukup baik. Penyakit yang 97
pernah terjadi pada ikan ditandai kulit luka memerah dan sisik pada luka terlepas
diakibatkan oleh bakteri Aeromonas hydrophiladan.
e) Panen dan Penanganan Pasca Panen
Panen ikan dilakukan pada pagi hari untuk menjaga kondisi ikan tetap
segar. Ikan yang akan dipanen dipuasakan selama satu hari dengan tujuan agar
pada saat pendistribusian ikan tidak banyak mengeluarkan kotoran yang dapat
menyebabkan racun. Panen ikan dilakukan dengan cara mengangkat jaring
sehingga dapat mempermudah penangkapan ikan, kemudian dilakukan
penimbangan.
20
2.4. Klasifikasi Ikan Nila
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang berasal dari
Sungai Nil di Benua Afrika. Secara umum, ikan nila mempunyai bentuk tubuh
panjang dan ramping dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol,
dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus di bagian
tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak
garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik dan sirip anak mempunyai
jari – jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggung dan sirip
dadanya berwarna hitam. Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu – abu
atau hitam (Khairuman dan Amri, 2008).
Ikan nila memiliki lima buah sirip, yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip
dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor
(caudal fin). Sirip punggungnya memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga
bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan perut yang berukuran kecil.
Sirip anus hanya satu buah dan berbentuk agak panjang. Sedangkan sirip
ekornya berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Arie, 2007).
Klasifikasi ikan nila menurut Kordi (2004) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichilidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis nilotica
21
Gambar 1. Ikan Nila Jantan dan Betina (Oreochromis niloticus) Sumber : Suyanto, 2003
2.5. Analisis Kelayakan Usaha
2.5.1. Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi adalah analisis yang digunakan untuk menghitung
manfaat dan biaya proyek dari pihak masyarakat atau pemerintah sebagai pihak
yang berkepentingan dalam proyek. Sedangkan analisis finansiil adalah analisis
yang digunakan untuk menghitung manfaat dan biaya proyek dari segi individu
atau swasta sebagai pihak yang berkepentingan dalam proyek (Gittenger, 1986
dalam Aksomo, 2007). Menurut Kadariah, Karlina dan Gray, 1978 dalam
Aksomo, 2007, dalam analisis ekonomi yang diperhatikan ialah hasil total, atau
produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai
dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian sebagai keseluruhan tanpa
melihat siapa yang menyediakan sumber – sumber tersebut dan siapa dalam
masyarakat yang menerima hasil dari pada proyek tersebut. Hasil itu disebut the
social returns atau the economic returns dari proyek. Ada beberapa unsur yang
22
berbeda penilaiannya dalam analisis finansiil dan analisis ekonomi (Kadariah,
1978 dalam Aksomo, 2007) :
1) Harga
Analisis ekonomi selalu menggunakan harga bayangan (shadow prices atau
accounting price), yaitu harga yang menggambarkan nilai sosial dan ekonomi
yang sesungguhnya, sedangkan dalam analisis finansiil harga yang digunakan
adalah harga pasar.
2) Pembayaran Transfer
a. Pajak. Dalam analisis ekonomi, pajak tidak dianggap sebagai biaya dalam
proyek. Pajak merupakan bagian dari hasil netto proyek yang diserahkan
kepada masyarakat.
b. Subsidi. Subsidi merupakan suatu pembayaran transfer dari masyarakat
kepada proyek. Dalam analisis finansiil subsidi mengurangi biaya proyek.
Jadi menambah manfaat bagi proyek, sedangkan dalam analisis ekonomi
subsidi merupakan transfer yang dikeluarkan pemerintah yang
dibebankan kepada masyarakat.
c. Bunga. Dalam analisis ekonomi bunga modal tidak dipisahkan atau
dikurangkan dari hasil bruto. Dalam analisis Finansiil dibedakan antara
lain :
1) Bunga yang dibayarkan kepada orang – orang dari
luar yang meminjamkan uangnya kepada proyek.
Bunga ini dianggap biaya (Cost).
2) Bunga atas modal proyek (inputed or paid to entity)
tidak dianggap sebagai biaya, karena bunga
merupakan bagian dari “financial return” yang
diterima oleh modal proyek.
23
2.5.2. Analisis Kelayakan Usaha
Aspek finansial dapat disebut sebagai aspek keuangan. Aspek keuangan
atau finansial adalah aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan
secara keseluruhan dan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk
diteliti kelayakannya (Primyastanto, 2011). Layak atau tidak layak suatu usaha
yang dijalankan dapat ditentukan setelah menelaah semua faktor produksi yang
dijalankan. Selisih antara alokasi sumber daya yang digunakan dengan hasil
penjualan disebut sebagai keuntungan atau hasil pengembalian investasi. Jika
keuntungan atau hasil pengembalian investasi lebih besar maka usaha tersebut
layak untuk dijalankan (Johan, 2011).
Aspek finansial membahas tentang bagaimana menghitung kebutuhan
terkait dana untuk modal aktiva tetap, maupun dana untuk modal kerja. Sumber
dana yang digunakan dalam kegiatan tersebut juga dibahas. Sumber dana dapat
berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman. Apabila menggunakan modal
pinjaman, bisa dengan pinjaman jangka panjang atau jangka pendek (Husnan
dan Suwarsono, 2008).
1) Analisa Jangka Pendek
Analisa investasi jangka pendek meliputi permodalan, biaya produksi,
penerimaan, R/C, BEP, keuntungan (π), dan rentabilitas.
a. Permodalan (Modal Usaha)
Modal jika dilihat dari bentuknya disebut modal aktif sedangkan menurut
asalnya disebut modal pasif. Berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam
perusahaan, modal aktif dibedakan lagi menjadi menjadi dua, yaitu modal kerja
dan modal tetap. Modal kerja itu akan mengalami proses perputaran dalam
jangka waktu yang panjang (Riyanto, 1995). Untuk menentukan apakah suatu
24
aktiva itu dapat dilihat dari fungsi dari aktiva tersebut dalam perusahan yang
bersangkutan. Modal tetap itu bukanlah tidak habis terpakai melainkan
menghabiskannya dalam waktu yang lama, sedangkan modal pasif dibedakan
menjadi dua yakni, modal sendiri da modal asing (Primyastanto, 2009).
b. Biaya Produksi
Biaya produksi meliputi biaya tetap (fix cost) dan biaya variabel (variable
cost). Biaya tetap (fix cost) adalah jumlah biaya yang tetap dibayar perusahaan
berapapun outputnya. Misalnya penyusutan, sewa gedung, dan lain – lain.
Sedangkan biaya variabel (variable cost) adalah jumlah biaya yang berubah –
ubah menurut tinggi rendahnya output yang diproduksikan. Misalnya ongkos
untuk bahan mentah, upah, ongkos angkut, dan lain – lain (Riniwati, 2005 dalam
Primyastanto, 2009). Biaya total (total cost) adalah pengeluaran total usaha yang
didefinisikan sebagai semua nilai masukkan yang habis terpakai atau dikeluarkan
didalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga (Primyastanto dan
Istikharoh, 2006).
Keterangan :
TC : Total Cost (Biaya Total)
FC : Fix Cost (Biaya Tetap)
VC : Variable Cost (Biaya Variabel)
c. Penerimaan
Penerimaan atau total revenue (TR) adalah pendapatan kotor usaha yang
didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu
(Primyastanto dan Istikharoh, 2006). Penerimaan atau total revenue adalah
penerimaan produsen dari penjualan output nya. Penerimaan diperoleh dari hasil
kali antara harga satuan dan jumlah output (Rosyidi, 2005).
25
Penerimaan dapat diartikan sebagai nilai uang yang diterima dari
penjualan, di[eroleh dari perkalian antara produk yang dihasilkan (Q) dengan
harga penjualan (P). Beberapa orang menyebutkan bahwa penerimaan
merupakan pendapatan yang belum dikurangi biaya (Pangemanan dan
Kapantow, 2011). Penerimaan atau total revenue rumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
TR : Total Revenue (penerimaan)
P : Harga Produk
Q : Jumlah Produk
d. Revenue Cost Ratio (R/C)
Analisis Revenue Cost Ratio (R/C Rasio) merupakan alat analisis untuk
melihat keuntungan relatif suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang
dipakai dalam kegiatan tersebut (Ngamel, 2012). R/C Ratio (Revenue Cost Ratio)
merupakan efisiensi usaha perbandingan antara penerimaan dan biaya
(Soekartawi, 1995).
Analisis R/C merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan relatif
suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan
tersebut. Suatu usaha dikatakan layal bila R/C > 1. Hal ini menggambarkan
semakin tinggi R/C, maka tingkat keuntungan suatu usaha akan semakin tinggi
(Effendi dan Oktariza, 2006). Revenue Cost Ratio yaitu perbandingan antara
total penerimaan dengan total biaya. RC Ratio merupakan perhitungan untuk
mengetahui perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan
(Primyastanto, 2011). Rumus R/C adalah sebagai berikut :
26
Keterangan :
TR : Penerimaan Total (Total Revenue)
TC : Biaya Produksi (Total Cost)
R/C mempunyai 3 kriteria yang digunakan sebagai berikut :
R/C > 1 usaha dikatakan layak dan menguntungkan.
R/C < 1 usaha dikatakan tidak layak dan tidak menguntungkan.
R/C = 1 usaha dikatakan impas (tidak untung dan tidak rugi).
e. Break Event Point (BEP)
Analisis BEP (Break Event Point) merupakan alat analisis untuk
mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha mencapai titik
impas (Ngamel, 2012). Break Event Point atau titik impas merupakan keadaan di
mana suatu usaha mengalami kerugian. BEP merupakan teknik analisa yang
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, volume kegiatan, dan
keuntungan. Dalam perencanaan keuntungan analisa Break Event Point
merupakan profit planning approach yang mendasarkan pada hubungan antara
biaya (cost) dengan penghasilan penjualan (revenue) (Primyastanto, 2011).
Untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha
mencapai titik impas, maka digunakan formula sebagai berikut:
a) BEP Sales
Keterangan :
FC : Biaya Tetap (Fix Cost)
VC : Biaya Variabel (Variable Cost)
S : Volume Penjualan
27
b) BEP Unit
Keterangan :
FC : Biaya Tetap (Fix Cost)
P : Harga (Price)
V/s : Biaya Variabel per Unit
f. Keuntungan (π)
Keuntungan usaha atau pendapatan bersih adalah besarnya penerimaan
setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi baik
tetap maupun tidak tetap (Primyastanto dan Istikharo, 2006). Keuntungan adalah
jumlah total penerimaan setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk
proses produksi baik proses produksi tetap maupun tidak tetap (Ghozali, 2004).
Keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan dan total biaya
yang digunakan.. Keuntungan usaha adalah besarnya permintaan setelah
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan proses produksi baik biaya tetap
maupun biaya tidak tetap (Rizka, 2003). Rumus keuntungan sebagai berikut :
Keterangan :
π : Biaya Tetap (Fix Cost)
TR : Total Revenue (Penerimaan)
TC : Total Cost (Biaya Total)
g. Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan dengan modal yang bekerja
didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Rentabilitas merupakan suatu
usaha menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
28
menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain rentabilitas suatu perusahaan
menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut (Primyastanto, 2011).
Menurut Bambang (2001), rentabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan dalam menganalisis laba selama periode tertentu atau merupakan
suatu perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang dihasilkan dari
laba tersebut. Rumus rentabilitas sebagai berikut :
Keterangan :
L : Laba yang diperoleh selama periode tertentu
M : Modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba
2) Analisa Jangka Panjang
Penilaian investasi jangka panjang memiliki merode yang digunakan,
yaitu NPV (Net Present Value), Net B/C (Profitability Index atau Benefit and Cost
Rasio), IRR (Internal Rate of Return), dan PP (Payback Period) (Husnan dan
Suwarsono, 2000).
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari
arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Net Present Value didefinisikan
sebagai nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan
pengeluaran awal. Apabila nilai hasil perhitungan positif maka usaha investasi
bisa dilanjutkan (Keown, 2004).
NPV merupakan selisih antara Present Value dari manfaat (benefit) dan
Present Value dari biaya (cost). Apabila NPV = 0, maka proyek tersebut
mengembalikan dana sama persis dengan Social Opportunity Cost of Capital.
Jika NPV < 0, maka proyek ditolak, artinya ada penggunaan lain yang lebih
29
menguntungkan untuk sumber – sumber yang diperlukan proyek. Sebaliknya jika
NPV > 0 suatu proyek layak dilaksanakan (Primyastanto, 2011). Rumus yang
digunakan untuk menghitung nilai NPV, yaitu :
Keterangan :
Bt : Benefit pada tahun t
Ct : Cost pada tahun t
n : Umur ekonomis suatu proyek
i : Tingkat suku bunga yang berlaku
Menghitung nilai NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan.
Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu :
a) NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat
pengembalian sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi
normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung maupun rugi.
b) NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
c) NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan, atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan
sebaiknya tidak dilaksanakan.
b. Net Benefit- Cost Ratio (Net B/ C)
Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio merupakan metode
menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan – penerimaan kas
bersih di masa datang dengan nilai sekarang investasi. Kalau profitability index
(IP) – nya > 1, maka proyek dikatakan menguntungkan, tetapi kalau kurang dari
satu maka dikatakan tidak menguntungkan. Sebagaimana metode NPV, maka
30
metode ini perlu menentukan dulu tingkat bunga yang akan digunakan (Husnan
dan Suwarsono, 2000 dalam Primyastanto, 2011).
Net benefif cost ratio merupakan perbandingan antara jumlah present
value yang positif (sebagai pembilang) dengan prezent value yang negatif
(sebagai penyebut) atau perbandingan antara biaya dengan keuntungan. Jika
NPV pada proyek sama dengan nol, maka hasil dari Net B/C bisa lebih dari satu,
sehingga bisa dikatakan layak dan menguntungkan, namun apabila nilai Net B/C
kurang dari satu maka proyek tersebut masih belum layak untuk dijalankan
(Primyastanto, 2011). Adapun rumus Net B/C adalah :
Menghitung nilai Net B/C memiliki indikator sebagai berikut :
Net B/C > 1 berarti proyek (usaha) layak dikerjakan (layak dilanjutkan)
Net B/C <1 berarti proyek (usaha tidaklayak untuk dilanjutkan
Net B/C = 1 berarti cash in flows = cash out flows (BEP)
c. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah menghitung tingkat bunga yang
menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan –
penerimaan kas bersih di masa – masa mendatang. Apabila tingkat bunga ini
lebih besar dari pada tingkat bunga relevan (tingkat keuntungan yang
disyaratkan), maka investasi dikatakan menguntungkan, namun apabila lebih
kecil dikatakan merugikan (Husnan dan Suwarsono, 2000 dalam Primyastanto,
2011).
Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present
value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang
diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan
31
Net Present value (NPV) sama dengan nol (Evan, 2008). Berikut bentuk
penulisan fungsi sebagai berikut :
Keterangan :
Values : Diisi dengan range yang menunjukkan suatu aliran kas, baik aliran kas
keluar (investasi) maupun aliran kas masuk.
Guess : Tingkat suku bunga yang diisyaratkan, jika diabaikan, dianggap
sebesar 10%.
IRR dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Husanan dan
Suwarsono, 1999) :
Keterangan :
i’ : Tingkat suku bunga pada interpolasi pertama (lebih kecil)
i” : Tingkat suku bunga pada interpolasi kedua (lebih besar)
NPV’ : Nilai NPV pada discount rate pertama (positif)
NPV” : Nilai NPV pada discount rate kedua (negatif)
d. Payback Period (PP)
Payback Period merupakan metode yang mencoba mengukur seberapa
cepat investasi bisa kembali. Karena nilai satuan hasilnya bukan persentasi,
tetapi satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). Apabila payback period ini
lebih pendek daripada yang disyaratkan, maka proyek dikatakan
menguntungkan. Sedangkan jika lebih lama, maka proyek ditolak (Husnan dan
Suwarsono, 2000 dalam Primyastanto, 2011).
Metode ini mengukur seberapa cepat suatu investasi bisa kembali, maka
dasar yang digunakan adalah aliran kas, bukan laba : untuk itu kita hitung dulu
aliran kas dari proyek tersebut. Problem utama dari metode ini adalah sulitnya
32
menentukan periode payback maksimum yang diisyaratkan, untuk digunakan
sebagai angka pembanding. Secara normatif, memang tidak ada pedoman yang
bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya yang
dipergunakan adalah payback umunya dari perusahaan – perusahaan yang
sejenis (Primyastanto, 2011).
Model perhitungan yang digunakan dalam menghitung masa
pengembalian modal investasi, yaitu (Kasmir dan Jakfar, 2003) :
2.5.3. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan
yang berubah dari hasil suatu analisis. Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk
melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi,
apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan di
dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis ini perlu dilakukan karena dalam
berinvestasi perhitungan didasarkan pada proyek – proyek yang mengandung
ketidak pastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang
(Gittenger, 1986 dalam Aksomo, 2007).
Menurut Gittinger (1986) dalam Aksomo (2007), suatu variasi pada
analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Pada analisis
sensitivitas secara langsung memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut
dapat dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting pada
analisis proyek dan kemudian dapat menentukan pengaruh perubahan tersebut
terhadap daya tarik proyek. Dalam penelitian ini, analisis kepekaan digunakan
apabila terjadi perubahan pada kenaikan harga input atau bahan baku,
penurunan volume produksi dan penurunan harga jual output.
33
2.6. Analisis Perubahan Produktivitas
Perubahan lingkungan akan mengarah kepada perubahan produktivitas
dan biaya produksi, sehingga menyebabkan perubahan harga dan tingkat output
yang dapat dilihat dan dinilai dari perubahan – perubahan tersebut. Kualitas
lingkungan dilihat sebagai faktor produksi. Nilai surplus yang didapat dari
penggunaan metode ini merupakan nilai manfaat langsung yang diturunkan dari
pemanfaatan output yang didapat dari alam. produktivitas tergantung pada
pemanfaatan hasil langsung yang didapat dari lingkungan dengan asumsi
ekonomi yang terpengaruh tidak mengkompensasi untuk mengubah produktivitas
dan kegiatan, dampak lingkungan serta perubahan output tidak mempengaruhi
harga pasar. Nilai manfaat langsung juga dapat diinterpretasikan sebagai
perkiraan dari fungsi nilai pemanfaatan tidak langsung (Wijaya, 2006). Berikut
beberapa metode yang terkait dengan perhitungan nilai yang beragam dalam
tingkat estimasi suplai atau fungsi produksi dari sistem alami output (Wijaya,
2006) :
1) Model Present Value per hektar lahan – Pendekatan Pendapatan
Perhitungan terhadap nilai manfaat dari produksi biologi didapat dari
perhitungan terhadap habitatnya. Dengan memisahkan nilai produksi lahan
per hektar dapat mendukung dalam menghitung manfaat biologi produksi—
per hektar dari habitatnya pendekatan ini mengabaikan biaya dari buruh dan
sumber daya manusia lainnya sebagai faktor produksi. Perhitungan
produktivitas ekonomi tersebut menjadi dasar dalam menghitung manfaat
ekosistem alami dari input populasinya.
2) Pendekatan Residual Rent
34
Residual rent didefinisikan sebagai selisih antara biaya faktor produksi yang
digunakan dalam suatu pemanfaatan sumber daya dengan nilai total dari
hasil panen usaha tersebut. Residual rent dapat juga dipandang sebagai
kontribusi dari ekosistem alami atau faktor pendapatan, guna memperoleh
nilai ekonomi dari suatu pemanfaatan sumber daya.
3) Pendekatan Produktivitas Marjinal
Pendekatan ini digunakan untuk menghitung perubahan kecil dalam
produktivitas akibat perubahan yang terjadi pada habitatnya. Teknik ini dapat
menghasilkan determinasi dari fungsi produksi bioekonomi yang didapat dari
determinasi produktivitas marjinal. Data – data yang signifikan dibutuhkan
dalam menghitung produktivitas yang bervariasi. Untuk perubahan
produktivitas lahan yang lebih sempit lagi pendekatan produktivitas marjinal
tidak menghitung perubahan dalam kesejahteraan.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Waduk Sutami yang terletak Desa
Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017.
3.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis kuantitatif dan
analisis kualitatif. Data dan informasi kuantitatif diolah dengan menggunakan
program microsoft excel yang kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi yang
bertujuan untuk mengklarifikasikan serta memudahkan dalam menganalisis data.
Jenis penelitian kuantitatif lebih menekankan pada data penelitian berupa
angka – angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2011). Sedangkan
penelitian kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa
interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu (Usman dan Akbar, 2006).
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Teknik yang di gunakan dalam
pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara,
kuesioner, dan dokumentasi.
36
3.3.1. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang
terpenting adalah proses – proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2011).
Observasi dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan pengamatan
dan pencatatan secara langsung aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan
perikanan keramba jaring apung budidaya ikan nila dan lele di Waduk Sutami.
3.3.2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk mengemukakan permasalahan yang
harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal – hal dari responden
yang mendalam dan jumlah respondennya sedikit / kecil (Sugiyono, 2011).
Menurut Sugiyono (2011), macam – macam wawancara adalah :
1) Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data.
Apabila penelitian telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan – pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatat.
2) Wawancara tak berstruktur
Wawancara yang bebas di mana tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara hanya berupa garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Untuk memperoleh informasi yang lebih
dalam tentang responden maka penelitian dapat menggunakan wawancara tidak
terstruktur.
37
Sehingga dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang lebih
mendalam maka dilakukan wawancara, baik wawancara terstruktur maupun tidak
terstruktur. Sehingga peneliti dapat memperoleh data yang lebih akurat.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara langsung kepada responden
atau narasumber untuk memperoleh data kualitatif dan kuantitatif yang
berhubungan dengan kegiatan perikanan keramba jaring apung budidaya ikan
nila di Waduk Sutami.
3.3.3. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang
akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu,
kuesioner cocok digunakan apabila jumlah responden cukup besar dan tersebar
di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan
tertutup atau terbuka dapat di berikan kepada responden secara langsung atau
di kirim melalui pos, atau internet (Sugiyono, 2011).
Penelitian dalam mengumpulkan data secara kuesioner dengan cara
memberikan kuesioner yang terbuka yang telah dipersiapkan oleh peneliti
kepada obyek yang diteliti, selanjutnya obyek akan memberikan jawaban sesuai
dengan kondisi yang mereka alami.
3.3.4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan proses pekerjaan mencatat atau merekam
suatu peristiwa dan obyek atau aktivitas yang dianggap berharga dan penting.
Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data di mana peneliti menyelidiki benda
– benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan – peraturan, dan lain
sebagainya (Arikunto, 2002).
38
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya – karya monumental dari seorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life
histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film,
dan lain – lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013).
Dokumentasi penelitian ini menggunakan buku, jurnal, foto, serta internet
untuk menunjang penelitian ini yang di anggap berharga untuk di masukkan ke
dalam metode. Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan yaitu data – data
pembukuan, buletin, dan laporan tahunan dari Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Malang, serta artikel – artikel dari internet.
3.4. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya Mardiana (2013). Hal ini
juga diungkapkan oleh (Kartini, H. 2013), bahwasanya data primer merupakan
sumber data langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Bisa juga
berupa opini baik secara individual atau kelompok. Bisa juga berupa
terhadap suatu benda, dan objek lainnya.
Data primer diperoleh dari tempat objek penelitian yang dilakukan dengan
melakukan observasi dan wawancara kepada responden. Data primer yang
dibutuhkan adalah :
39
1) Karakteristik pembudidaya ikan nilai Waduk Sutami yang meliputi usia,
tingkat pendidikan, status usaha, dan pengalaman usaha.
2) Biaya operasional serta investasi pembudidaya ikan nila di Waduk Sutami
dalam satu tahun.
b. Data Sekunder
Data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen hasil
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di lokasi tersebut (Mardiana, 2013).
Data sekunder diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Malang,
DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan) Kabupaten Malang, Kantor Kecamatan
Sumberpucung, Kantor Kelurahan Karangkates, jurnal, artikel, dan literatur yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
3.5. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan gabungan dari seluruh elemen yang terbentuk
peristiwa, hal, atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi pusat
perhatian peneliti, karena dipandang sebagai semesta penelitian (Ferdinand,
2006). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sujarweni dan Endrayanto, 2012).
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Dengan demikian sampel adalah sebagian dari populasi yang
karakteristiknya hendak diselidiki, dan bisa mewakili keseluruhan populasinya
sehingga jumlahnya lebih sedikit dari populasi (Sugiyono, 2011).
Pengambilan sampel pemanfaatan Waduk Sutami untuk perikanan
budidaya dilakukan dengan cara simple random sampling (sederhana), yaitu
teknik pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa
40
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2001). Simple
random sampling merupakan teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung
dilakukan pada unit sampling. Setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang
terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk
mewakili populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogen. Teknik ini dapat dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam
suatu populasi tidak terlalu besar. Misal, populasi terdiri dari 500 orang
mahasiswa program S1 (unit sampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak
150 orang dari populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara undian,
ordinal, maupun tabel bilangan random (Margono, 2004).
Gambar 1. Teknik Simple Random Sampling (Sugiyono, 2011)
Pengambilan sampling dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
slovin yaitu (Umar, 2003) :
Keterangan :
N = Ukuran sampel.
N = Jumlah populasi.
E = Persentase kelonggaran ketelitian yang ditoleransi (10 – 20%).
Dalam rumus slovin ada ketentuan sebagai berikut :
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar.
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil.
41
Jadi rentang sampel yang dapat diambil dar teknik slovin adalah antara 10 – 20%
dari populasi penelitian (Umar, 2003).
Jumlah populasi pembudidaya keramba jaring apung budidaya ikan nila
adalah sebanyak 318 orang, sehingga persentase kelonggaran yang digunakan
adalah 15% dan hasil perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian.
Maka untuk mengetahui sampel penelitian, dengan perhitungan sebagai berikut :
Berdasarkan perhitungan di atas sampel yang menjadi responden dalam
penelitian ini adalah senilai 40 responden atau sekitar 15% dari seluruh total
pembudidaya keramba jaring apung budidaya ikan nila. Sampel yang diambil
menggunakan teknik simple random sampling, di mana peneliti dapat
menentukan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling.
3.6. Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data merupakan
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi
data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel
yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan
(Sugiyono, 2011).
3.6.1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah menganalisis, menggambarkan, dan meringkas
dari berbagai suatu kondisi, dan situasi dari berbagai data yang telah
dikumpulkan berupa hasil dari wawancara atau pengamatan mengenai masalah
42
yang di teliti di lapangan (Wirartha, 2006). Analisa kualitatif dilakukan dalam
situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan bersifat kualitatif.
Metode kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang
mengutamakan penghayatan. Metode kualitatif berusaha memahami dan
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi
tertentu (Usman dan Akbar, 2006).
Berikut adalah analisa data kualitatif :
a. Karakteristik Waduk Sutami
Analisa yang digunakan dengan mengumpulkan data sekunder tentang
karakteristik waduk dan potensi perikanan di Waduk Sutami, Kabupaten Malang.
Dengan melakukan wawancara terhadap responden yang mempunyai peran
dalam memanfaatkan waduk, yaitu pembudidaya keramba jaring apung serta
mengambil dokumentasi kondisi lapang.
b. Pengelolaan Waduk untuk Perikanan
Analisa yang digunakan yaitu melibatkan pembudidaya ikan nila Waduk
Sutami, yaitu masyarakat yang melakukan kegiatan budidaya keramba jaring
apung (KJA) di area Waduk Sutami dan menjadikannya sebagai sumber
pendapatan utama.
3.6.2. Analisis Kuantitatif
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini
sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk
penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan
pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah / scientific, karena
telah memenuhi kaidah – kaidah ilmiah, yaitu konkret, empiris, obyektif, terukur,
Rational, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena
dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.
43
Metode ini disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka – angka dan
analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2011).
Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Analisis Nilai Ekonomi Keramba Jaring Apung
Suatu kegiatan dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari perhitungan
dengan menggunakan analisis biaya dan manfaat. Perhitungan ini sesuai untuk
mengukur pengaruh dari produktivitas dengan atau tanpa kegiatan. Pendekatan
ini memiliki beberapa metode yang berkaitan dalam dasar penetapan untuk nilai
output. Nilai ekonomi untuk perubahan produktivitas diukur dengan
menggunakan shadow prices yang dikalkulasikan dengan observasi harga pasar
(Wijaya, 2006).
Nilai ekonomi Waduk Sutami yang diukur dengan menggunakan analisis
perubahan produktivitas dapat dilakukan dengan tiga pilihan pendekatan, yaitu
model present value per hektar lahan, residual rent dan pendekatan produktivitas
marginal. Penelitian ini menggunakan pendekatan residual rent untuk
menghitung nilai ekonomi dari kegiatan perikanan keramba jaring apung (Wijaya,
2006).
Residual rent didefinisikan sebagai selisih antara biaya dari faktor
produksi yang digunakan dalam suatu pemanfaatan sumber daya dengan nilai
total hasil panen usaha tersebut. Residual rent dapat juga dipandang sebagai
kontribusi dari ekosistem alami atau faktor pendapatan guna memperoleh nilai
ekonomi total dari suatu pemanfaatan sumber daya (Wijaya, 2006). Pendugaan
jumlah nilai ekonomi dari pemanfaatan sumber daya yang dilihat dari nilai
residual rent berupa fungsi berikut (Wijaya, 2006) :
44
Keterangan :
Y = Nilai Residual Rent (Rp)
X = Luas lahan (m2)
Persamaan dalam menduga atau mengestimasi nilai residual rent yang
didapatkan dari hasil regresi antara nilai residual rent dengan jumlah keramba
adalah sebagai berikut (Wijaya, 2006) :
Keterangan :
Y = Nilai Residual Rent (Rp)
X = Luas lahan (m2)
α = Intersep
β = Koefisien Regresi
ε = Faktor Kesalahan
Perhitungan regresi linier sederhana digunakan untuk menganalisis atau
mengestimasi nilai residual rent secara keseluruhan. Dalam hal ini tidak
dilakukan perhitungan terhadap nilai daya dukung optimal lingkungan terhadap
jumlah keramba dan nilai residual rent.
2) Analisis Finansiil Keramba Jaring Apung
1. Analisa Jangka Pendek
Analisa investasi jangka pendek meliputi permodalan, biaya produksi,
penerimaan, R/C, BEP, keuntungan (π), dan rentabilitas.
a. Permodalan (Modal Usaha)
Modal jika dilihat dari bentuknya disebut modal aktif sedangkan menurut
asalnya disebut modal pasif. Berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam
perusahaan, modal aktif dibedakan lagi menjadi menjadi dua, yaitu modal kerja
dan modal tetap. Modal kerja itu akan mengalami proses perputaran dalam
jangka waktu yang panjang (Riyanto, 1995). Untuk menentukan apakah suatu
45
aktiva itu dapat dilihat dari fungsi dari aktiva tersebut dalam perusahan yang
bersangkutan. Modal tetap itu bukanlah tidak habis terpakai melainkan
menghabiskannya dalam waktu yang lama, sedangkan modal pasif dibedakan
menjadi dua yakni, modal sendiri da modal asing (Primyastanto, 2009).
b. Biaya Produksi
Rumus biaya produksi adalah sebagai berikut (Rosyidi, 2005) :
Keterangan :
TC : Total Cost (Biaya Total)
FC : Fix Cost (Biaya Tetap)
VC : Variable Cost (Biaya Variabel)
c. Penerimaan
Rumus dari penerimaan adalah sebagai berikut (Rosyidi, 2005) :
Keterangan :
TR : Total Revenue (penerimaan)
P : Harga Produk
Q : Jumlah Produk
d. Revenue Cost Ratio (R/C)
Rumus R/C adalah sebagai berikut (Ngamel, 2012):
46
Keterangan :
TR : Penerimaan Total (Total Revenue)
TC : Biaya Produksi (Total Cost)
R/C mempunyai 3 kriteria yang digunakan sebagai berikut :
R/C > 1 usaha dikatakan layak dan menguntungkan.
R/C < 1 usaha dikatakan tidak layak dan tidak menguntungkan.
R/C = 1 usaha dikatakan impas (tidak untung dan tidak rugi).
e. Break Event Point (BEP)
BEP dapat diketahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu
usaha mencapai titik impas dengan menggunakan formula sebagai berikut
(Primyastanto, 2011) :
a) BEP Sales
Keterangan :
FC : Biaya Tetap (Fix Cost)
VC : Biaya Variabel (Variable Cost)
S : Volume Penjualan
b) BEP Unit
Keterangan :
FC : Biaya Tetap (Fix Cost)
P : Harga (Price)
V/s : Biaya Variabel per Unit
f. Keuntungan (π)
Rumus keuntungan sebagai berikut (Primyastanto, 2011) :
47
Keterangan :
π : Biaya Tetap (Fix Cost)
TR : Total Revenue (Penerimaan)
TC : Total Cost (Biaya Total)
g. Rentabilitas
Rumus rentabilitas sebagai berikut (Primyastanto, 2011) :
Keterangan :
L : Laba yang diperoleh selama periode tertentu
M : Modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba
2. Analisa Jangka Panjang
Penilaian investasi jangka panjang memiliki merode yang digunakan,
yaitu NPV (Net Present Value), Net B/C (Profitability Index atau Benefit and Cost
Rasio), IRR (Internal Rate of Return), dan PP (Payback Period) (Husnan dan
Suwarsono, 2000).
a. Net Present Value (NPV)
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai NPV, yaitu :
Keterangan :
Bt : Benefit pada tahun t
Ct : Cost pada tahun t
n : Umur ekonomis suatu proyek
i : Tingkat suku bunga yang berlaku
48
Menghitung nilai NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan.
Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu :
a) NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat
pengembalian sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi
normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung maupun rugi.
b) NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
c) NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan, atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan
sebaiknya tidak dilaksanakan.
b. Net Benefit- Cost Ratio (Net B/ C)
Adapun rumus Net B/C adalah :
Menghitung nilai Net B/C memiliki indikator sebagai berikut :
Net B/C > 1 berarti proyek (usaha) layak dikerjakan (layak dilanjutkan)
Net B/C <1 berarti proyek (usaha tidaklayak untuk dilanjutkan
Net B/C = 1 berarti cash in flows = cash out flows (BEP)
c. Internal Rate of Return (IRR)
Berikut bentuk penulisan fungsi IRR sebagai berikut :
Keterangan :
Values : Diisi dengan range yang menunjukkan suatu aliran kas, baik aliran kas
keluar (investasi) maupun aliran kas masuk.
Guess : Tingkat suku bunga yang diisyaratkan, jika diabaikan, dianggap
sebesar 10%.
49
IRR dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Husanan dan
Suwarsono, 1999) :
Keterangan :
i’ : Tingkat suku bunga pada interpolasi pertama (lebih kecil)
i” : Tingkat suku bunga pada interpolasi kedua (lebih besar)
NPV’ : Nilai NPV pada discount rate pertama (positif)
NPV” : Nilai NPV pada discount rate kedua (negatif)
d. Payback Period (PP)
Model perhitungan yang digunakan dalam menghitung masa
pengembalian modal investasi, yaitu (Kasmir dan Jakfar, 2003) :
1) Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas juga dilakukan karena dalam analisis kegiatan
investasi, perhitungan didasarkan pada usaha-usaha yang mengandung
ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang
(Gittinger 1986). Ada 4 hal yang perlu diperhatikan menurut Kadariah et al (1978)
:
1) Terdapatnya “cost overrup”, umpamanya kenaikan dalam biaya konstruksi.
2) Perubahan dalam perbandingan harga terhadap tingkat harga umum.
3) Mundurnya waktu implementasi
4) Kesalahan dalam perkiraan hasil per hektar (yield).
Analisis sensitivitas pada kegiatan KJA dilakukan terhadap kenaikan
harga pakan hingga menghasilkan NPV negatif. Analisis sensitivitas dilakukan
menggunakan metode switching value, yaitu dengan cara memilih secara
50
langsung sejumlah nilai harga, kemudian nilai tersebut digunakan dalam
perubahan terhadap variabel input.
3.7. Batasan dan Pengukuran
1. Nilai ekonomi adalah nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan sumber daya
alam (waduk) secara langsung untuk kepentingan perikanan KJA dan
aktivitas wisata tirta yang dinyatakan dalam Rupiah.
2. Kelayakan usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat
yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha.
3. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada waktu usaha belum
mendapatkan hasil atau biaya yang digunakan untuk penggantian barang
yang diinvestasikan yang dinyatakan dalam Rupiah.
4. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung kepada jumlah
produksi yang dihasilkan yang dinyatakan dengan Rupiah.
5. Biaya tetap adalah biaya yang rutin dikeluarkan setiap tahun dan tidak
terpengaruh pada hasil produksi yang dinyatakan dalam Rupiah.
6. Nilai panen adalah besarnya produksi ikan yang dihasilkan oleh KJA
dengan satuan Kg.
7. Biaya faktor produksi adalah biaya total dari pemanfaatan sumber daya
untuk suatu usaha sejak mulai usaha sampai panen yang dinyatakan
dalam Rupiah.
8. Penerimaan adalah jumlah produksi yang dihasilkan dikalikan dengan
harga dalam 1 tahun yang dinyatakan dalam Rupiah.
9. Nilai sisa adalah nilai dari investasi yang tidak habis terpakai selama
umur proyek.
51
10. Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan dengan biaya total
selama satu tahun, dinyatakan dalam Rupiah.
11. NPV adalah penerimaan bersih yang diterima sekarang untuk proyek
yang dilakukan di masa yang akan datang pada tingkat diskonto tertentu.
12. Net B/C adalah perbandingan antara total nilai sekarang dari penerimaan
bersih yang bersifat positif dengan total nilai sekarang dari penerimaan
bersih yang negatif.
13. Sensitivitas adalah tindakan menganalisis kembali untuk mengetahui
sampai sejauh mana dapat diadakan penyesuaian sehubungan dengan
perubahan harga yang terjadi baik harga input maupun output.
3.8. Kerangka Pemikiran
Waduk Sutami memiliki potensi dan nilai manfaat yang besar untuk
perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan waduk
dapat berupa aktivitas perikanan keramba jaring apung dan kegiatan rekreasi
wisata tirta. Aktivitas perikanan sistem keramba jaring apung bertujuan untuk
meningkatkan produksi untuk mendapatkan keuntungan maksimum, pencapaian
tujuan produksi didukung oleh kemampuan pembudidaya dalam mengelola input
tetap berupa investasi peralatan dan sewa lahan, serta input variabel berupa
benih, pakan, dan lainnya yang merupakan faktor penting untuk dapat mencapai
tujuan. Pemanfaatan dan pengembangan kawasan Waduk Sutami untuk
kegiatan perikanan memerlukan nilai ekonomi untuk mengukur seberapa besar
nilai manfaat yang dihasilkan. Nilai ekonomi kegiatan perikanan diperoleh
menggunakan pendekatan produktivitas (residual rent), pendekatan tersebut
merupakan hubungan antara biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang
diperoleh pembudidaya, analisis ekonomi dilakukan untuk mengetahui layak
52
tidaknya kegiatan ini dilaksanakan, ukuran yang dihasilkan analisis ekonomi
Nilai dari hasil pemanfaatan sumberdaya yang lebih optimal, yaitu
perlunya peningkatan dalam penggunaan input produksi untuk kegiatan usaha
budidaya ikan nila keramba jaring apung. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
cara meningkatkan pengetahuan pembudidaya ikan nila keramba jaring apung
mengenai teknis produksi usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung. Oleh
karena itu, peran dari Dinas Kelautan dan Perikanan khususnya unit sektor
budidaya diperlukan untuk campur tangan. Semakin optimal tingkat pemanfaatan
sumberdaya Waduk Sutami untuk kegiatan usaha budidaya ikan nila keramba
jaring apung, maka akan semakin besar dampak ekonomi yang dihasilkan dari
kegiatan usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung yang akan berpengaruh
98
terhadap perekonomian masyarakat di Waduk Sutami Kecamatan
Sumberpucung.
5.4. Implikasi Nilai Ekonomi Waduk Sutami
Berdasarkan hasil dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa keberadaan usaha budidaya ikan nila dengan media keramba jaring
apung di Waduk Sutami memberikan dampak ekonomi terhadap pendapatan
masyarakat lokal serta menimbulkan sumber – sumber pendapatan baru.
Dengan adanya usaha budidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di
Waduk Sutami, mata pencaharian masyarakat tidak lagi terbatas pada petani
sawah. Akibatnya di daerah sekitar Waduk Sutami muncul pusat ekonomi atau
unit usaha yang melibatkan banyak tenaga kerja serta investasi dari
pembudidaya ikan nila itu sendiri. Secara positif menumbuhkan dan menciptakan
lapangan kerja melalui kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa
yang dibutuhkan selama proses pra produksi hingga pasca panen.
Dalam rangka menghasilkan nilai pemanfaatan sumberdaya yang lebih
optimal diperlukan adanya adopsi teknologi untuk kegiatan budidaya. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pengetahuan pembudidaya
mengenai teknis budidaya ikan nila, seperti konstruksi keramba jaring apung,
pemilihan benih, dan pemberian pakan tambahan. Pada bagian ini, peran serta
pemerintah daerah khususnya unit sektor budidaya menggunakan keramba
jaring apung diperlukan. Semakin optimal tingkat pemanfaatan atau kontribusi
sumberdaya Waduk Sutami untuk kegiatan budidaya ikan nila, maka akan
semakin besar dampak ekonomi yang dihasilkan kegiatan budidaya ikan nila
yang akan berpengaruh terhadap perekonomian di Kecamatan Sumberpucung.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan atas permasalahan dalam penelitian
yang telah dijelaskan sebelumnya,, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan
oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Waduk Sutami (Waduk Karangkates) terletak di Desa Karangkates,
Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Lokasi waduk berada pada Sungai Brantas ± 14 Km di hilir Waduk
Sungguruh dan ± 35 Km dari Kota Malang. Waduk ini mempunyai luas
permukaan 15 Km2 dan kedalaman maksimum 31 meter. Daerah
pengumpulan air pada waduk ini mencakup 2050 Km2. Volume Air yang
bisa di tampung waduk Sutami ini adalah 158.562.000 m3 (tahun 2014),
serta mempunyai ketinggian permukaan 297 meter. Panjang
maksimumnya 100 m dan lebar maksimumnya 400 m. Debit masuk rata
– rata (average inflow) adalah 55,20 m3/det.
2. Pembudidaya ikan keramba jaring apung lebih banyak membudidayakan
Ikan Nila, karena relatif mudah dalam mendapatkan benih, lebih tahan
terhadap kondisi perairan yang kurang stabil, dan pemasarannya Ikan
Nila memiliki harga yang relatif menguntungkan. Lama pemeliharaan Ikan
Nila adalah 6 – 8 bulan. Budidaya ikan yang dilakukan oleh pembudidaya
ikan di Waduk Sutami biasanya menggunakan keramba jaring apung
dengan ukuran per keramba 10 x 15 m2. Alat dan bahan yang digunakan
dalam pembuatan keramba jaring apung ini di antaranya batu pemberat,
tambang besar, tambang kecil, bambu, hapa, jaring, palu, dan gergaji.
100
3. Analisis Kelayakan Usaha :
a. Analisis investasi jangka pendek meliputi permodalan, biaya
produksi, penerimaan, R/C, BEP, keuntungan (π), dan rentabilitas.
Rata – rata modal tetap investasi pembudidaya ikan nila dengan
media keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai
Rp.16.412.817,00, rata – rata modal lancar adalah senilai
Rp.14.338.475,00, rata – rata modal kerja adalah senilai
Rp.22.596.353,00, rata – rata biaya produksi adalah senilai
Rp.22.628.962,00, rata – rata penerimaan adalah senilai
Rp.44.806.875,00, rata – rata R/C adalah senilai 1.87,rata – rata
BEP Sales adalah senilai Rp.12.405.212,00, rata – rata BEP Unit
adalah senilai 639, rata – rata keuntungan adalah senilai
Rp.18.812.565,00, dan rata – rata rentabilitas dari 40 responden
pembudidaya ikan nila dengan media keramba jaring apung di
Waduk Sutami adalah senilai 67%.
b. Analisis investasi jangka panjang meliputi NPV (Net Present
Value), Net B/C (Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio),
IRR (Internal Rate of Return), dan PP (Payback Period). Rata –
rata nilai NPV dari 40 responden pembudidaya ikan nila dengan
media keramba jaring apung di Waduk Sutami adalah senilai
113.220.308, rata – rata nilai Net B/C adalah senilai 6.90, rata –
rata nilai IRR adalah senilai 106%, dan rata – rata PP (payback
period) dari adalah senilai 1,2.
4. Nilai residual rent diperoleh dengan menghitung total luas lahan seluruh
pembudidaya ikan nila keramba jaring apung, yakni 255.075 m2, maka
nilai pemanfaatan kawasan Waduk Sutami di Kecamatan Sumberpucung
101
untuk kegiatan budidaya perikanan selama satu tahun adalah senilai
Rp.3.129.417.700,00.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan
sebelumnya, saran dapat disampaikan dalam rangka pengembangan kawasan
budidaya ikan nila menggunakan keramba jaring apung di Waduk Sutami Desa
Karangkates, Kecamatan Sumberpucung guna meningkatkan perekonomian
masyarakat lokal adalah :
1. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang khususnya bidang
budidaya diharapkan melakukan pendampingan dan memfasilitasi
kelompok pembudidaya ikan nila dalam pelaksanaan program
intensifikasi dengan penyerapan teknologi budidaya agar dapat
mempertimbangkan daya dukung dari Waduk Sutami.
2. Pengembangan lembaga ekonomi formal yang dapat membantu
permodalan dan pemasaran produk ikan nila, sehingga dapat
meningkatkan pengelolaan usaha lebih efisien dan menguntungkan bagi
para pembudidaya ikan nila yang dampaknya dapat dirasakan oleh
masyarakat lokal.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor – faktor
keberhasilan usaha budidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk
Sutami dengan melihat besarnya daya dukung optimal Waduk Sutami
dari hasil penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agustono.1996. Nilai Ekonomi Hutan Mangrove Bagi Masyarakat (Studi Kasus di Muara Cimanuk, Indramayu). [Thesis]. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Amri, K., dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Arie, U. 2007. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Jakarta : Penebar Swadaya.
Aksomo, Rudi. 2007. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Waduk Cirata Untuk Perikanan dan Wisata Tirta di Kabupaten CIanjur, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Ed Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
Azmeri. 2008. Pemodelan Trade – Off Pengoperasian Waduk Kaskade Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus: Waduk Kaskade Saguling, Cirata, dan Djuanda). [Disertasi]. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Dharma, Surya. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional.
Dwi Sofiati, Nuddin Harahab, Pudji Purwanti. (2011). Nilai Ekonomi Pemanfaatan Waduk Gajah Mungkur Untuk Perikanan Di Kabupaten Wonogiri. Jawa Tengah. sepk.ub.ac.id/berita444.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Percetakan Kanisius.
Effendi, Irzal. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Effendi, Irzal, dan Oktariza. 2005. Permodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan untuk Analisis Kebijakan. Gramedia : Jakarta.
Fandeli, Chafid. 2001. Dasar – dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberty. Yogyakarta.
Fauzi, A. 2001. Prinsip – prinsip Penelitian Sosial Ekonomi Panduan Singkat. Bogor : IPB. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. 28 halaman.
Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Haryani, G.S. (2001). Menuju Pemanfaatan sumber daya Perairan Darat Berkesinambungan : Permasalahan dan Solusinya. Bogor : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok – pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor : Ghalia Indonesia.
Hermawan, Asep. 2005. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT. Grasindo.
Husnan, S dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN : Yogyakarta.
Kadariah, Karlina L, dan Gray C. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI
Kamelia. 2000. Analisis Permintaan Rekreasi di Taman Akuarium Air Tawar. Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertahanan Nasional. 2010. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010 tentang Bendungan. Jakarta : Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertahanan Nasional.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. Kep. 45/MEN/2011 tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Jakarta : Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. PER.15/MEN/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010 – 2014. Jakarta : Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 1997. Peraturan Menteri No. 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan. Jakarta : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Kordi, K. M. Ghufran. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Krisanti. 2006. Permasalahan dan Strategi Pengelolaan Perairan Waduk : Contoh Kasus Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta.
Ngamel, Kartika Anna. 2012. Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Luat dan Nilai Tambah Tepung Karaginan di Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal Sains Terapan Edisi II Vol-2 (1) : 68 – 83.
Nisa, C. 2006. Analisis Ekonomi Usaha budidaya Udang Galah Pada kelompok Tani ”Mitra Gemah Ripah” di Desa SituJaya, Kecamatan Karangpanitan, Kabupaten Garut. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
104
Odum, E.P. 1993. Dasar- dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahyono Samingan. Gadjah mada University PresS. Yogyakarta.
Oka, A. Yoeti. 2008. Ekonomi Pariwisata : Introduksi, Informasi, dan Implementasi. Jakarta : Kompas.
Perdana, Ari. 2006. Pola Hubungan Antara Tata Guna Lahan dengan Erosi di Daerah Tangkapan dan Nitrat dalam Waduk Berdasarkan Perhitungan Limpasan Hujan. Tugas Akhir TL – ITB. Bandung.
Perdana, Haris. 2008. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di KJA Waduk Cikoncang Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertania. Institut Pertanian Bogor.
Prihatman, K. 2000. Budidaya Ikan Lele (Clarias sp). Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Bappenas.
Primyastanto, Mimit, dan Istikharoh, N. 2006. Potensi dan Peluang Bisnis Usaha Unggulan Ikan Gurami dan Nila. Bahtera Perss : Malang.
Primyastanto, M. 2009. Buku Ajar Evaluasi Proyek Usaha edisi 2009/2010. Laboratorium Terpadu Sosial Ekonomi Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.
Primyastanto, Mimit. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan (Sebagai Aplikasi dari Teori Studi Kelayakan Usaha Perikanan). Malang : UB Press.
Riyanto, B. 1995. Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE : Yogyakarta.
Rochdianto, A. 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper (Cyprinus carpio Linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan , Bali. Skripsi S1 FE, Universitas Tabanan.
Samadi, Budi. 2010. Pembesaran Ikan Dalam Keramba Jaring Apung. Jakarta : Pustaka Mina.
Saparinto, Cahyo. 2009. Budidaya Ikan di Kolam Terpal. Bogor : Penebar Swadaya.
Sarono, W. E., dan Asmoro, Widhi. 2007. Evaluasi Kinerja Waduk Wadaslintang. Undergraduate Thesis. Fakultas Teknik : Universitas Diponegoro.
Siagian, Madju. 2014. Pengelolaan Waduk yang Berkelanjutan dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas Perairan. Riau : Universitas Riau.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2000. Produksi Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus X c. Fuscus). Kelas Benih Sebar. 01-6484.4.
Sugiyono. 2001. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Afabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Afabeta.
Sujarweni, V., dan Poly, Endrayanto. 2012. Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
105
Supangat, Agus. (2006). Manajemen Sumber Daya Perikanan. Jakarta : Universitas Terbuka.
Suyanto. 2003. Pembenihan dengan Pembesaran Nila. Jakarta : Penebar Swadaya.
Suyanto, R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tjahjono, Primyastanto. 2005. Pemanfaatan Ikan Rucah untuk Pakan pada Usaha Ikan Mas Koki (Carassius auratus) di Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung. Malang : Jurnal Mitra Akademika Vol. X, No. 2:10 – 15.
Umar, Husein. 2002. Metodologi Penelitian. Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Umar, Husein. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
Wijaya, I. 2006. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Waduk Jatiluhur Untuk Perikanan dan Wisata Tirta di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Wiratha, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta : C.V Andi Offset.