ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN GULA MERAH TEBU PADA UD JULU ATIA,
KECAMATAN POLONGBANGKENG SELATAN, KABUPATEN TAKALAR
Oleh
RIDA AKZAR
H24080002
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN GULA MERAH TEBU PADA UD JULU ATIA,
KECAMATAN POLONGBANGKENG SELATAN, KABUPATEN TAKALAR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
RIDA AKZAR
H24080002
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Pada UD Julu Atia, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar
Nama : Rida Akzar
NIM : H24080002
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc NIP 19491210 197803 1 002
Mengetahui :
Ketua Departemen
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus:
RINGKASAN
RIDA AKZAR. H24080002. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Pada UD Julu Atia, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Di bawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO.
Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia karena tergolong dalam kelompok bahan pokok untuk konsumsi sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh, Indonesia mengalami kekurangan suplai gula nasional sehingga harus dilakukan impor gula untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Gula merah merupakan salah satu alterntif untuk memenuhi kebutuhan gula. Gula merah diproduksi dengan menggunakan bahan baku dari kelompok tanaman palem seperti pohon aren, lontar, nipah, dan kelapa. Namun gula merah juga dapat diproduksi dengan bahan baku tebu. Industri pengolahan gula merah dengan bahan baku tebu merupakan suatu aktivitas yang baru dikenal oleh segelintir petani di Kabupaten Takalar dengan potensi areal perkebunan tebu yang luas dan iklim yang sesuai. Industri ini merupakan salah satu industri yang berpotensi besar meraup keuntungan. Hal ini disebabkan karena proses pembuatannya yang relatif mudah, menggunakan teknologi sederhana, biaya investasinya relatif kecil dan peningkatan kebutuhan gula yang terus berkembang.
Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis kelayakan dari pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu pada UD Julu Atia bila dilihat dari aspek finansial dan non finansial serta (2) Menganalisis sensitivitas dari kelayakan pengembangan usaha tersebut. Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder bersumber dari studi pustaka, seperti buku, literatur, jurnal, dan internet. Pengolahan data kualitatif dilakukan untuk menganalisis aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, lingkungan, serta ekonomi dan sosial. Sedangkan pengolahan data kuantitatif dilakukan pada aspek finansial dengan menghitung, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Gross B/C, Profitability Ratio (PR), Payback Period (PBP), analisis trend, serta analisis sensitivitas dengan bantuan aplikasi komputer Microsoft Excel 2007.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial, usaha pengolahan gula merah tebu layak untuk dijalankan dengan nilai kriteria kelayakan sebagai berikut: NPV Rp 371.948.158; Gross B/C 1,063; Net B/C 3,44; IRR 42,37 persen, PR 3,32; dan PBP 3 tahun 1 bulan 14 hari. Hasil analisis sensitivitas adalah kenaikan harga BBM sebesar 33,33 persen tidak menyebabkan perubahan yang sangat signifikan pada nilai kelayakan. Usaha tetap layak dijalankan dengan penurunan produksi harian sebesar 13,33 dan 20 persen, penurunan rendemen tebu menjadi 7 persen dan penurunan harga jual sebesar 10 persen. Analisis switching value menghasilkan nilai penurunan produksi maksimal 21,26 persen (11,81 ton per hari), penggunaan rendemen tebu minimal 6,307 persen dan penurunan harga maksimal 19,67 persen agar NPV tetap positif.
Hasil analisis kelayakan non finansial, yaitu aspek pasar, usaha ini sudah mempunyai pasar yang jelas pada pasar lokal dan akan dikembangkan untuk pasar antar pulau dan ekspor. Dari aspek teknis, bahan baku tersedia di sekitar pabrik dan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Dilihat dari aspek manajemen dan hukum, usaha dipimpin oleh seorang pemilik dan dibantu oleh tenaga kerja yang terdiri dari 18 orang. Usaha ini memiliki dampak positif terhadap aspek sosial dan ekonomi yaitu dapat mengurangi tingkat pengangguran di daerah sekitar pabrik dan meningkatkan kesejahteraan petani tebu. Dilihat dari aspek lingkungan, usaha ini tidak menghasilkan sisa atau limbah yang dapat merusak lingkungan atau bisa dikatakan ramah lingkungan.
iii
RIWAYAT HIDUP
Rida Akzar dilahirkan di Pare-Pare pada tanggal 15 Juni 1989 dari
pasangan suami istri, ayahanda Dr. Ir. Rahim Darma, M.Sc dan ibunda Haeria
Soekarno. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis
menempuh pendidikan formal di Sekolah Dasar Islam Athirah Makassar pada
tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan
ke Sekolah Menengah Pertama Islam Athirah Makassar dan lulus pada tahun 2005
kemudian menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Atas
Negeri 17 Makassar pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai
mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut
Pertanian Bogor).
Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi
mahasiswa dan kepanitiaan di kampus. Penulis diamanahkan sebagai Ketua
Muda Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM
FEM IPB) pada tahun 2009. Kemudian pada tahun 2010 dipercaya untuk menjadi
Kepala Departemen Budaya dan Seni BEM FEM IPB 2010. Penulis juga
tergabung sebagai staf di Direktorat Public Relation Himpunan Profesi
Departemen Manajemen, Centre of Management (COM@), pada tahun 2011.
Penulis juga dipercaya memegang beberapa jabatan sebagai ketua pelaksana dan
kepala divisi pada beberapa kepanitiaan di himpunan profesi dan BEM FEM IPB.
Pada tahun 2011 penulis mengikuti kegiatan magang di Departemen Accounting
PT Surya Artha Nusantara Finance. Penulis pernah mengikuti berbagai kegiatan
survey dengan bertindak sebagai surveyor di beberapa kota, yaitu Jakarta, Bogor
dan Palu. Dalam mengaplikasikan ilmu manajemen, penulis bersama beberapa
teman kuliah mendirikan sebuah usaha travel dengan nama NavigaTour yang
sampai saat ini masih aktif dan bertindak sebagai Manajer Informasi dan
Teknologi.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dengan judul Analisis
Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Pada UD. Julu
Atia, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar dapat
terselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada Program Sarjana, Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, kritik, dan petunjuk
yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Semoga Tuhan yang Maha Esa melimpahkan Anugerah dan Karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
Bogor, April 2012
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan baik itu
berupa bimbingan, saran, motivasi dan semangat dari berbagai pihak. Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam membimbing
penulis, memberikan saran, pengarahan dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Farida Ratna Dewi, S.E, MM yang telah bersedia meluangkan waktunya
untuk menjadi dosen penguji sidang dan memberikan bimbingan, serta saran
dalam penulisan skripsi ini.
3. Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM yang juga telah bersedia menjadi dosen
penguji sidang dan memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan
skripsi ini.
4. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Kepala Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
5. Seluruh staf Departemen Manajemen, FEM IPB atas bantuannya selama
penulis menempuh perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Ayahanda Rahim Darma dan Ibunda Haeria Soekarno atas kasih sayang,
motivasi, semangat serta doanya demi kelancaran dan kesuksesan penulis.
7. Saudara-saudara tercinta Riri Amandaria, Risca Alfina dan Riad Azkar.
8. Putri Utami yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.
9. Teman teman satu bimbingan skripsi Wirda, Amel, Sheila, Ratu, Mumun,
Wita dan Nisaul atas segala bantuannya dan semangatnya.
10. Sahabat terbaik sejak TPB Frizky, Ardi, Ray dan Risya, terima kasih atas
kekeluargaan, keceriaan dan kebersamaannya.
11. Teman seperjuangan dari Makassar Fadli dan Wina, terima kasih atas
bantuannya selama di kota rantau Bogor.
vi
12. Rekan-rekan Orasi khususnya Departemen Budaya dan Seni BEM FEM IPB
2010 Ubur, Puspa, Regi, Ka Ika dan Anggi atas team worknya selama
setahun.
13. Teman-teman COM@, khususnya Direktorat Public Relation Arni, Risya,
Bery, Ica, Vidi, dan Meita terima kasih atas kerja samanya selama di Himpro
Manajemen.
14. Sahabat sahabat NavigaTour Kak Suci, Kak Beph dan Kak Ario terima
kasih atas kerja sama, pelajaran dan pengalaman di bisnis travel. Semoga
bisnis travel kita terus berkembang.
15. Keluarga besar Manajemen 45, terima kasih atas kekeluargaannya selama tiga
tahun di Departemen Manajemen. Semoga silaturahmi dapat tetap terjaga.
16. Dg.Ronrong dan istri sebagai pemilik usaha gula merah tebu di Kabupaten
Takalar yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh penulis dan penyusunan skripsi ini
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
vii
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi
I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
2.1. Tebu ........................................................................................... 6 2.2. Gula Merah Tebu ....................................................................... 6 2.3. Potensi Pengembangan Gula Merah di Provinsi Sulawesi Selatan ........................................................................................ 8 2.4. Studi Kelayakan Bisnis .............................................................. 9
2.4.1 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis......................................... 10 2.4.2 Tahap-Tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis .................... 11 2.4.3 Aspek Aspek Penilaian Bisnis ........................................ 12
2.5. Analisis Sensitivitas ................................................................... 15 2.6. Penelitian Terdahulu .................................................................. 16
III. METODE PENELITIAN ............................................................... 17
3.1. Kerangka Pemikiran .................................................................. 17 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 21 3.3. Pengumpulan Data ..................................................................... 21 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 21
3.4.1 Analisis Kriteria Investasi ................................................. 21 3.4.2 Analisis Sensitvitas ........................................................... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 25
4.1. Gambaran Umum Usaha ............................................................ 25 4.2. Awal Pengembangan Usaha ...................................................... 2 4.3. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha .................................. 28
4.3.1 Aspek Pasar....................................................................... 28
viii
4.3.2 Aspek Teknis .................................................................... 32 4.3.3 Aspek Finansial................................................................. 36 4.3.4 Aspek Manajemen dan Hukum......................................... 45 4.3.5 Aspek Sosial Ekonomi ...................................................... 48 4.3.6 Aspek Lingkungan ............................................................ 49
4.4. Model Pemberdayaan Petani ..................................................... 50 4.4.1 Pemberdayaan Kelembagaan Kelompok Tani .................. 51
4.5. Implikasi Manajerial .................................................................. 54
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 58
1. Kesimpulan ................................................................................... 58 2. Saran ............................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 59
LAMPIRAN..................................................................................... 61
ix
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Produksi, Impor, dan Konsumsi Gula Nasional (dalam juta ton) ...... 1 2. Perbandingan Gula Pasir dan Gula Merah ........................................ 2 3. Spesifikasi Syarat Mutu Gula Merah Tebu ....................................... 8 4. Biaya Operasional Pertahun UD Julu Atia Kapasitas 2 Ton ............. 27 5. Pendapatan UD Julu Atia Kapasitas 2 Ton ....................................... 28 6. Rencana Kebutuhan Modal ............................................................... 38 7. Ringkasan Biaya Investasi Pada Tahun Pertama Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu ............................................................................. 38 8. Ringkasan Modal Kerja Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu (per tahun) ......................................................................................... 39 9. Nilai Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu .......... 40 10. Hasil Kelayakan dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga BBM .................................................................................................. 43 11. Nilai NPV, IRR dan Net B/C Terhadap Jumlah Produksi Harian ..... 43 12. Ringkasan Rencana Anggaran Biaya (RAB)..................................... 44 13. Ringkasan Biaya Operasional Pertahun ............................................ 44 14. Ringkasan Modal dan Penerimaan .................................................... 45 15. Ringkasan Sumber Modal ................................................................. 45 16. Ringkasan Analisis Sensitivitas (Rendemen Tebu 7 %) ................... 45 17. Ringkasan Analisis Sensitivitas (Penurunan Harga Jual) .................. 45 18. Ringkasan Analisis Switching Value ................................................. 45 19. Jenis Pekerjaan dan Jumlah Karyawan .............................................. 47 20. Jenis Pekerjaan dan Upah Tenaga Kerja ........................................... 48 21. Perbandingan Pendapatan Pengolahan Gula Kristal dan Gula Merah 50 22. Rekapitulasi Hasil Studi .................................................................... 55
x
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Diagram Alir Pembuatan Gula Merah Tebu (Utami, 2008) ................ 7 2. Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis .............................................. 12 3. Aspek-Aspek Penilaian dalam Studi Kelayakan ................................ 15 4. Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................... 16 5. Diagram Alir (Flow Chart) Penelitian................................................. 17 6. Layout Pabrik Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu .......................... 35 7. Struktur Organisasi .............................................................................. 46 8. Model Kelembagaan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu ................ 54
\
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Daftar Pertanyaan Wawancara .......................................................... 62 2. Rencana Kebutuhan Fisik Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu ...... 64 3. Index Harga Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu ........................... 66 4. Rancangan Anggaran Biaya Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu .. 68 5. Rekapitulasi Biaya Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu ................. 70 6. Penyusutan Aset Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu .................... 71 7. Tingkat Suku Bunga Pinjaman Bank ................................................. 72 8. Anuitas Pengembalian Pinjaman Modal Investasi Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu ............................................................................... 73 9. Anuitas Pengembalian Pinjaman Modal Kerja Usaha Pengolahan
Gula Merah Tebu .............................................................................. 74 10. Pajak Bumi dan Bangunan UU. NO 28 Tahun 2009 .............................. 75 11. Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu . 76 12. Gross B/C, Net B/C, IRR Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu ....... 77 13. Profitability Ratio Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu .................. 78 14. Payback Period Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu .................... 78 15. Perhitungan Kelayakan Finansial Secara Manual ............................. 78 16. Dokumentasi ...................................................................................... 80
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia
karena tergolong dalam kelompok bahan pokok untuk konsumsi sehari-
hari. Pada tahun 2010, total konsumsi gula nasional baik konsumsi industri
maupun rumah tangga sebesar 4,55 juta ton sedangkan produksi gula
hanya 2,44 juta ton sehingga terjadi kekurangan suplai gula (Simposium
Gula Nasional, 2012). Kekurangan suplai gula tersebut dipenuhi dengan
melakukan impor gula. Pada Tabel 1, terlihat bahwa produksi nasional
tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi secara keseluruhan sehingga
pemerintah harus melakukan impor gula. Produksi yang tidak mampu
mengimbangi konsumsi gula disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu
penurunan areal perkebunan tebu karena lahan dikonversi untuk daerah
perumahan dan industri, penurunan rendemen, harga gula yang terus
menurun, dan penurunan efisiensi pabrik (Susila, 2006).
Tabel 1. Produksi, Impor, dan Konsumsi Gula Nasional (dalam juta ton)
Sumber: Simposium Gula Nasional (2012)
Gula merah merupakan salah satu alternatif yang dapat memenuhi
kebutuhan gula di Indonesia (Priyono, 2006). Gula merah diproduksi
dengan menggunakan bahan baku dari kelompok tanaman palem seperti
pohon aren, lontar, nipah, dan kelapa. Namun gula merah juga dapat
diproduksi dengan bahan baku tebu menggunakan teknik pengolahan
yang sangat sederhana dan dapat diusahakan pada skala industri rumah
Tahun Produksi Impor Total Suplai Konsumsi Langsung
Konsumsi Industri
Total Permintaan
2005 2,24 2,37 4,61 2,78 1,21 3,99
2006 2,31 1,71 4,02 3,08 1,22 4,3
2007 2,95 2,84 5,79 3,39 1,31 4,7
2008 2,57 2,04 4,61 3,83 1,51 5,34
2009 2,3 2,75 5,05 2,97 1,57 4,54
2010 2,24 2,91 5,15 2,86 1,69 4,55
2
tangga. Gula merah tebu dihasilkan dari pengolahan nira tebu yang
berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua (Lhestari, 2006).
Gula merah banyak digunakan untuk konsumsi rumah tangga
sebagai pemanis, penambah aroma dan warna. Salah satu sifat yang
membedakan gula merah dan gula pasir adalah gula merah dapat
menimbulkan tekstur makanan yang lebih empuk. Gula merah juga
digunakan sebagai bahan baku pada industri kecil baik makanan maupun
minuman seperti industri kecap dan tauco yang menggunakan gula merah
sebagai pemanis (Soekarto dkk, 2010).
Pola hidup masyarakat yang semakin memperhatikan nutrisi
makanan yang dikonsumsi, gula merah akan semakin diminati sebagai
pengganti konsumsi gula putih. Gula merah memiliki manfaat nutrisi
yang lebih baik jika ditinjau dari segi kesehatan. Perbandingan
kandungan dan manfaat antara gula putih dan gula merah ditunjukkan
pada Tabel 2. Keunggulan tersebut mampu menjadi pendukung
dikembangkannya usaha gula merah tebu (Narulita, 2008)
Tabel 2. Perbandingan gula pasir dan gula merah Variabel Gula Pasir Gula Merah
Rasa Manis Ya Ya Glukosa Ada Ada Galaktomanan (berfungsi untuk kesehatan)
Tidak ada Ada
Energi spontan (energi bisa langsung digunakan oleh tubuh)
Tidak Ya
Antioksidan Tidak Ya Lebih bermanfaat untuk diabetes
Tidak Ya
Mengandung senyawa non-gizi yg bermanfaat untuk diabetes (penelitian terbaru yang belum dipublikasikan)
Tidak Ya
Aroma khas nira Tidak Ya Mengandung senyawa yg bermanfaat untuk kesehatan seperti yg ada dalam kelapa muda (peneliti Depkes RI, non publikasi)
Tidak Ya
Sumber: www.javasugar.com/gula.htm (2007)
3
Industri gula merah tebu merupakan salah satu industri berpotensi
meraup keuntungan besar. Hal ini disebabkan karena proses
pembuatannya relatif mudah, alat-alat yang dibutuhkan sederhana, dan
dapat menjadi alternatif pengolahan tebu selain diolah menjadi gula
kristal di pabrik gula. Industri ini juga dapat dijalankan dengan mudah
karena biaya investasi yang dibutuhkan relatif kecil sehingga dapat
diusahakan pada skala industri kecil maupun rumah tangga. Potensi
tersebut juga didukung oleh permintaan gula merah tebu oleh pihak
industri sangat tinggi, misalnya di Jawa Timur dari kebutuhan sebesar
30-40 ribu ton per tahun, petani hanya bisa memenuhi kebutuhan
produksi sekitar 5 ribu ton (Rosdiansyah, 2012).
Gula merah tebu juga memiliki potensi ekspor sehingga semakin
menguntungkan industri gula merah tebu. Permintaan ekspor gula merah
terbesar berasal dari Kanada, Amerika, Belgia, Australia, dan Eropa.
Permintaan mencapai 500 ton per bulan sedangkan pasokan gula merah
saat ini hanya sebesar 30 hingga 50 ton per bulan
(www.metrotvnews.com, 2011). Di Jawa Timur telah ada industri gula
merah tebu, milik Ahmad Rubai, yang menjadi produsen sekaligus
eksportir tunggal untuk gula merah tebu ke Jepang sejak tahun 1995.
Ahmad Rubai mengekspor gula merah tebu sebanyak 300 ton per tahun
dengan omset mencapai Rp. 15 M pertahun. Jepang menggunakan gula
merah tebu sebagai bahan baku untuk industri sirup, kecap dan kue basah
(Astuti, 2009).
Produksi gula merah tebu merupakan aktivitas baru yang dikenal
oleh petani tebu di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Gula merah
tebu di Kabupaten Takalar juga berpotensi untuk dikembangkan dengan
melihat ketersediaan lahan, iklim yang sesuai dan juga teknik budidaya
tebu yang telah dikenal dengan baik oleh masyarakat. Pada tahun 2010, di
Sulawesi Selatan terdapat areal pertanaman tebu seluas 2.473 hektar,
jumlah petani 1.559 orang dengan produksi 64.190,16 ton tebu
sedangkan di Kabupaten Takalar sendiri terdapat perkebunan tebu seluas
918,71 ha, jumlah petani 500 orang dengan produksi 918,71 ton (BPS
4
Sulsel, 2011). Menurut Darma (2011), masih terdapat lahan dengan luas
252.790 hektar sawah dan juga lahan tegalan/lahan kering yang
berpotensi untuk pengembangan tebu sebagai bahan baku gula merah di
Sulawesi Selatan.
UD Julu Atia yang dimiliki Pak Syamsuddin Dg.Ronrong adalah
usaha pengolahan gula merah tebu dengan lokasi pabrik di Kecamatan
Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Usaha ini dirintis
pendiriannya pada tahun 2010 dan mulai beroperasi pada tahun 2011.
Pada awal pendiriannya, kapasitas produksi hariannya adalah 2 ton tebu
per hari. Gula merah yang dihasilkan dipasarkan ke pasar lokal dengan
permintaan tiga kali lipat dibandingkan kapasitas produksi harian.
Berdasarkan pengalaman tersebut, pemilik berkehendak untuk
membangun pabrik baru dengan kapasitas 15 ton tebu per hari untuk
memenuhi permintaan lokal. Produk juga akan dipasarkan ke pasar
nasional (antar pulau) dan akan dikembangkan ke pasar ekspor. Untuk
melakukan pengembangan usaha, perlu dikaji kelayakan pengembangan
usaha tersebut berdasarkan aspek finansial dan nonfinansialnya. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian dengan judul Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Pada UD Julu Atia,
Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan dari usaha pengolahan gula merah tebu UD Julu
Atia bila dilihat dari aspek finansial dan non finansial yaitu meliputi
aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial,
aspek teknis, dan aspek lingkungan?
2. Bagaimana sensitivitas dari kelayakan usaha pengolahan gula merah
tebu UD Julu Atia terhadap perubahan yang terjadi berkaitan
pelaksanaan bisnis?
5
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis kelayakan dari usaha pengolahan gula merah UD Julu
Atia bila dilihat dari aspek finansial dan non finansial yaitu meliputi
aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial,
aspek teknis, dan aspek lingkungan.
2. Menganalisis sensitivitas dari kelayakan usaha pengolahan gula merah
tebu UD Julu Atia terhadap perubahan yang terjadi menyangkut
pelaksanaan bisnis.
1.4. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menambah
ilmu pengetahuan di bidang studi kelayakan bisnis terhadap komoditas
pertanian di Indonesia.
2. Bagi pengusaha gula merah dapat memberikan informasi mengenai
kelayakan dari aspek kelayakan finansial dan non finansial dalam
pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu.
3. Bagi investor dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan
untuk melakukan investasi pada usaha pengembangan gula merah
tebu.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berfokus menganalisis kelayakan usaha pengolahan
gula merah tebu UD Julu Atia di Kabupaten Takalar dengan melihat aspek
finansial dan non finansial yaitu aspek pasar, aspek manajemen dan
hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek teknis, dan aspek lingkungan.
Penelitian ini juga akan menganalisis sensitivitas usaha pengolahan gula
merah tebu terhadap perubahan yang berkaitan dengan pelaksanaan bisnis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tebu
Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku pembuatan
gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim
tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak
ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tebu, 2011). Pada saat ini tanaman tebu telah
dimanfaatkan secara optimal menjadi produk-produk yang memiliki nilai
tambah yang tinggi. Di Indonesia, pemanfaatan tertinggi bagian tanaman
tebu adalah pada bagian batangnya, karena batang tebu mengandung nira
yang memiliki kadar gula yang tinggi untuk selanjuntnya diproses menjadi
beberapa jenis gula diantaranya gula kristal, gula merah dan gula semut
(Lhestari, 2006).
2.2. Gula Merah Tebu
Menurut Dachlan (1984), gula merah tebu merupakan hasil olahan
dari nira dengan cara menguapkan airnya kemudian dicetak. Gula merah
berbentuk padat dan berwarna cokelat kemerahan sampai dengan coklat
tua. Sedangkan gula merah tebu menurut SNI 01-6237-2000 adalah gula
yang dihasilkan dari pengolahan sari tebu (Saccharum officinarum)
melalui pemasakan dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan
makanan yang diperbolehkan dan berwarna kecokelatan (Lhestari, 2006).
Gula merah tebu diproduksi secara tradisional di beberapa daerah
di Indonesia seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Barat.
Pembuatan gula merah dilakukan secara sederhana di daerah pedesaan
dengan teknologi sederhana. Tahap awal dari proses pembuatan gula
merah adalah persiapan nira. Nira dihasilkan dari pemerasan tebu dengan
menggunakan mesin peras. Nira kemudian disaring dengan menggunakan
kain penyaring untuk menyaring kotoran seperti potongan ranting, daun
kering dan serangga. Nira yang telah disaring dimasukkan ke dalam wajan
pemasakan untuk dipanaskan pada suhu sekitar 1100C sambil dilakukan
7
pengadukan. Nira yang sudah mengental kemudian diangkat dan
dimasukkan ke dalam wadah untuk didinginkan sebelum dicetak menjadi
gula merah (Santoso, 1993).
Mutu gula merah tebu terutama berasal dari rasa dan juga
penampilannya yang meliputi bentuk, warna, kekerasan dan
kekeringannya. Gula merah yang berwarna lebih cerah dan agak keras
lebih disukai serta memiliki harga jual yang lebih tinggi (Narulita, 2008).
Batang Tebu
Penggilingan
Nira
Bagase
Penjernihan dengan pemanasan awal 700C
Nira Jernih
Larutan Kapur
Pemanasan 100-1100C
Penggumpalan
Pencetakan
Gula Merah Tebu
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Gula Merah Tebu (Utami, 2008)
8
Berdasarkan spesifikasi yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi
Nasional Indonesia dalam SNI 01-6237-2000, syarat mutu gula merah tebu
dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3. Spesikasi Syarat Mutu Gula Merah Tebu No Jenis Uji Satuan Persyaratan
Mutu I Mutu II 1 Keadaan
Bau Rasa Warna
Penampakan
- - - -
Khas Khas Coklat muda sampai tua Tidak berjamur
Khas Khas Coklat muda sampai tua Tidak berjamur
2 Bagian yang tidak larut dalam air, b/b
% Maksimal 1,0 Maksimal 5,0
3 Air, b/b % Maksimal 8,0 Maksimal 10,0 4 Gula (dihitung
sebagai sukrosa), b/b
% Minimal 65 Minimal 60
5 Gula pereduksi (dihitung sebagai glukosa), b/b
% Maksimal 11 Maksimal 14
6 Bahan tambahan makanan pengawet Residu Benzoat
mg/kg mg/kg
Maksimal 20 Maksimal 200
Maksimal 20 Maksimal 200
7 Cemaran logam Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Timah (Sn) Raksa (Hg)
mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg
Maksimal 2,0 Maksimal 2,0 Maksimal 40,0 Maksimal 40,0 Maksimal 0,03
Maksimal 2,0 Maksimal 2,0 Maksimal 40,0 Maksimal 40,0 Maksimal 0,03
8 Cemaran Arsen mg/kg Maksimal 0,1 Maksimal 0,1 Sumber : Badan Standardisasi Nasional (2000)
2.3. Potensi Pengembangan Gula Merah Tebu di Provinsi Sulawesi Selatan
Pengembangan gula merah tebu harus didukung oleh ketersediaan
lahan dan kesesuaian iklim untuk menjamin ketersediaan bahan baku tebu.
Terdapat lahan dengan luas 252.790 hektar yang sangat baik untuk
pengembangan tebu. Potensi produksi tebu pada lahan yang baik (tersedia
air) sekitar 140 ton per hektar. Apabila produktivitas tebu adalah 90 ton/ha
9
pada lahan dengan luas cukup 10.000 ha dari potensi lahan sawah yang
ada, maka produksi gula yang dapat dicapai sekitar 900 ribu ton per tahun
jika petani mengolahnya menjadi gula merah. Hal ini akan berbeda jika
diolah menjadi gula kristal karena hasilnya yang diperoleh hanya sekitar
750 ribu ton gula kristal. Produksi tersebut masih kategori rendah,
mengingat rendemen yang digunakan hanya 7,5 persen. Rendemen tebu
masih dapat lebih tinggi bila tebu diolah oleh petani menjadi gula merah
kemudian diolah menjadi gula pasir (Darma,2011).
2.4. Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), studi kelayakan bisnis adalah
suatu kegiatan yang menganalisis secara mendalam mengenai suatu usaha
atau bisnis yang sedang dijalankan untuk menentukan layak atau tidak
usaha tersebut dijalankan. Sedangkan menurut Umar (2009), studi
kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak
hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat
dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapian keuntungan yang
maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.
Studi kelayakan bisnis sangat diperlukan dalam proses
pengambilan keputusan investasi karena dapat memberikan gambaran
mengenai prospek tingkat manfaat diterima dari bisnis yang akan
dijalankan. Menurut Umar (2009), dalam studi kelayakan bisnis terdapat
beberapa pihak yang membutuhkan laporan studi kelayakan bisnis, yaitu:
a. Pihak Investor
Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk memberikan masukan bagi
investor dalam membuat keputusan investasi. Calon investor akan
mempelajari laporan studi kelayakan bisnis yang telah dibuat karena
calon investor memeliki kepentingan langsung terhadap keuntungan
yang diperoleh dari modal yang telah ditanamkan.
b. Pihak Kreditor
Pihak kreditor memerlukan laporan studi kelayakan bisnis digunakan
untuk melakukan penilaian sebelum memutuskan untuk memberikan
kredit.
10
c. Pihak Manajemen Perusahaan
Laporan studi kelayakan bisnis berguna bagi manajemen perushaan
untuk merealisasikan ide proyek yang bermuara pada keuntungan
perusahaan. Pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan itu,
misalnya dalam hal pendanaan yaitu berapa alokasi dari modal sendiri,
rencana pendanaan dari investor dan kreditor.
d. Pihak Pemerintah dan Masyarakat
Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakan-
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimanapun
pemerintah dapat secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kebijakan perusahaan.
e. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi
Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat
yang didapatkan dan biaya yang ditimbulkan oleh proyek terhadap
perekonomian nasional.
2.4.1 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), studi kelayakan bisnis
dilakukan agar proyek yang dijalankan tidak akan sia-sia atau
dengan kata lain tidak membuang waktu, tenaga, pikiran secara
cuma-cuma serta tidak menimbulkan masalah yang tidak perlu di
masa yang akan datang. Terdapat lima tujuan perlunya menyusun
studi kelayakan bisnis suatu proyek sebelum dijalankan, yaitu:
a. Menghindari risiko kerugian karena di masa yang akan datang
semacam kondisi ketidakpastian. Studi kelayakan bisnis dapat
meminimalkan risiko yang tidak kita inginkan terjadi.
b. Memudahkan perencanaan, baik itu meliputi jumlah dana yang
diperlukan, kapan usaha atau proyek akan dijalankan, dimana
lokasi proyek akan dibangun, siapa yang akan
melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya, dan berapa
besar keuntungan yang akan diperoleh.
11
c. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan karena telah disusun
berbagai rencana yang akan sangat memudahkan pelaksanaan
bisnis.
d. Memudahkan pengawasan karena pelaksanaan proyek akan
didasarkan pada perencanaan yang telah disusun. Pengawasan
perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng dari
rencana yang telah disusun.
e. Memudahkan pengendalian sehingga apabila terjadi
penyimpangan akan mudah terdeteksi. Tujuan pengendalian
adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang
melenceng ke perencanaan sesungguhnya sehingga pada
akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai.
2.4.2 Tahap-Tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), tahapan dalam melakukan
studi kelayakan bisnis perlu dilakukan secara benar agar tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai. Tahapan dalam studi kelayakan
dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan studi kelayakan dan
keakuratan penilaian. Tahapan dalam melakukan studi kelayakan
yang umum dilakukan adalah:
a. Pengumpulan data dan informasi
Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap
mungkin, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber-sumber
yang dapat dipercaya, misalnya Biro Pusat Statistika (BPS),
Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bank Indonesia
(BI) dan sebagianya.
b. Melakukan pengolahan data
Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan
informasi tersebut. Pengolahan data dilakukan secara benar dan
akurat dengan menggunakan metode-metode dan ukuran yang
telah lazim digunakan dalam bisnis.
12
c. Analisis Data
Analisis data dilakukan dalam rangka menentukan kriteria
kelayakan dari suatu aspek. Kelayakan bisnis ditentukan
dengan kriteria-kriteria yang telah memenuhi syarat sesuai
kriteria yang layak digunakan.
d. Mengambil keputusan
Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan telah
diperoleh hasil pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah
mengambil keputusan terhadap hasil tersebut.
e. Memberikan rekomendasi
Tahap terakhir adalah memberikan rekomendasi kepada pihak-
pihak tertentu terhadap laporan studi yang telah disusun. Dalam
memberikan rekomendasi, diberikan juga saran-saran jika
memang masih dibutuhkan.
2.4.3 Aspek Aspek Penilaian Bisnis
Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
melakukan studi kelayakan bisnis. Masing-masing aspek saling
berkaitan dan tidak berdiri sendiri (Kasmir dan Jakfar, 2009). Aspek
yang perlu diperhatikan terbagi dalam dua kelompok, yaitu aspek
finansial (keuangan) dan non finansial. Aspek non finansial terdiri
Gambar 2. Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisis data
Mengambil keputusan
Direkomendasikan Dijalankan
Dibatalkan
tidak layak
13
dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek
sosial ekonomi, dan aspek lingkungan (Nurmalina dkk, 2010).
1. Aspek Pasar Pengkajian aspek pasar bertujuan untuk menguji serta menilai
sejauh mana pasar dari produk tersebut mampu mempengaruhi
pengembangan usaha tersebut. Dalam pembahasannya, terdapat
beberapa faktor yang perlu dinilai, yaitu kecenderungan permintaan
produk tersebut dari tahun ke tahun, seberapa besar market share
yang tersedia di masa yang akan datang dan seberapa besar market
share yang ditargetkan untuk diraih serta faktor yang mempengaruhi
permintaan (Ibrahim, 2003). Aspek pasar menempati prioritas
pertama dalam studi kelayakan bisnis. Kegiatan bisnis diharapkan
dapat berjalan dengan baik dan produk mendapat tempat di pasaran
serta dapat menghasilkan penjualan yang memadai dan
menguntungkan (Nurmalina dkk, 2010).
Dalam aspek pasar juga dirumuskan strategi pemasaran yang
akan dijalankan untuk menangkap peluang pasar yang ada. Dalam hal
ini, strategi tersebut dirumuskan melalui proses riset pemasaran, baik
terjun lansung ke lapangan maupun dengan mengumpulkan data dari
berbagai sumber yang dijalankan untuk menentukan besarnya pasar
nyata dan potensi pasar yang ada (Kasmir dan Jakfar, 2009).
2. Aspek Finansial Penilaian dalam aspek finansial dilakukan melalui penentuan
satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak dari
keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha. Terdapat tiga
kegiatan utama dalam penilaian aspek finansial, yaitu: membuat rekap
dari penerimaan, rekap biaya yang dikeluarkan, dan menguji apakah
aliran kas masuk yang dihasilkan layak berdasarkan kriteria
kelayakan yang ada (Sofyan, 2003). Metode penilaian yang akan
digunakan adalah menghitung Net Present Value, Gross B/C Ratio,
Net B/C Ratio, Internal Rate of Return, Profitability Ratio dan
Payback Period.
14
3. Aspek Teknis
Menurut Nurmalina dkk (2010), aspek teknis merupakan aspek
yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan
pengoperasiannya setelah bisnis selesai dibangun. Berdasarkan
analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya
investasi termasuk biaya eksploitasinya. Dalam aspek ini akan diteliti
mengenai lokasi usaha, gedung, mesin, peralatan serta layout pabrik
(Kasmir dan Jakfar, 2009).
4. Aspek Manajemen dan Hukum Terdapat dua macam studi yang perlu dilakukan alam aspek
manajemen, yaitu manajemen saat pembangunan proyek bisnis dan
manajemen saat bisnis dioperasionalkan secara rutin. Di dalam
pembangunan proyek bisnis, telaah manajemennya antara lain
menyusun rencana kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana
mengordinasikannya, dan mengawasi pelaksanaan proyek dengan
sebaik-baiknya (Umar, 2009). Menurut (Kasmir dan Jakfar, 2009),
aspek hukum (operasional) meliputi masalah kelengkapan dan
keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha
sampai izin-izin yang dimiliki.
5. Aspek Sosial dan Ekonomi Menurut Nurmalina dkk (2010), dalam aspek sosial dan
ekonomi, yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai
dampak sosial dan ekonomi terhadap masyarakat. Dalam aspek sosial,
yang dipelajari adalah penambahan dan pemerataan kesempatan
kerja. Dari aspek ekonomi yang dipelajari adalah apakah bisnis
tersebut dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan
masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak dan
menambah kegiatan ekonomi.
6. Aspek Lingkungan
Kajian mengenai aspek lingkungan dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui dampak yang akan yang akan ditimbulkan dari
pendirian usaha tesebut terhadap lingkungan sekitar. Kesalahan
15
penilaian dalam aspek lingkungan akan berdampak negatif di
kemudian hari, baik bagi pelaku usaha maupun bagi lingkungan
(Sofyan, 2003). Aspek ini sangat penting karena akan menentukan
juga kelangsungan jalannya bisnis tersebut.
2.5. Analisis Sensitivitas
Menurut Sinaga (2009), analisis sensitivitas digunakan untuk
mengetahui alternatif kemungkinan hasil studi kelayakan yang diperoleh
sehubungan dengan dilakukannya berbagai kemungkinan perubahan atas
salah satu atau beberapa komponen yang menyangkut pelaksanaan bisnis.
Perubahan atas komponen dapat disebabkan oleh cost overrun, perubahan
harga, waktu pelaksanaan, dan perubahan internal rate of return (IRR)
atau return on investment (ROI). Tujuan utama dilakukannya analisis
sensitivitas tersebut adalah untuk memperbaiki desain dan atau
pelaksanaan bisnis sehingga dapat meningkatkan IRR dan untuk
mengurangi resiko kerugian, dengan cara melakukan tindakan-tindakan
Gambar 3.Aspek-Aspek Penilaian dalam Studi Kelayakan
Aspek Penilaian
Aspek Teknis
Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek Sosial dan Ekonomi
Aspek Lingkungan
Aspek Pasar
Hasil Studi
Aspek Finansial
16
pencegahan yang dianggap perlu pada saat pelaksanaan pembangunan
proyek.
2.6. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian Rahmawati (2011) yang mengevaluasi kelayakan
usaha pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm di Kecamatan
Ciampea Bogor, hasil penelitian yang diperoleh adalah usaha tersebut
layak untuk dijalankan. Dilihat dari aspek pemasaran, usaha pembenihan
ikan patin mempunyai permintaan yang tinggi baik dari pelanggan di
daerah Bogor maupun di daerah sekitar Jawa Barat. Sedangkan dari aspek
finansial, usaha pembenihan ikan patin ini layak secara finansial. Kriteria
kelayakan investasi menghasilkan NPV usaha bernilai Rp.153.983.555,00,
IRR 51 persen, BCR 2,95, PBP adalah 2,34 tahun dan BEP
Rp.310.083.025,00 serta BEP Quantity sebesar 1.946.422.
Dalam penelitian Utami (2008) tentang pengembangan usaha gula
merah tebu di Kabupaten Rembang, menyatakan bahwa usaha gula merah
tebu layak untuk dikembangkan dengan kedua kondisi, yaitu kondisi yang
dilakukan saat ini (tanpa pengembangan) dan kondisi penerapan
pengembangan. Nilai kriteria kelayakan untuk masing-masing industri
sebagai berikut NPV sebesar Rp 257.968.831,00 dan Rp 854.471.865,00;
IRR sebesar 40,60 %. dan 51,12 %; Net B/C sebesar 1,97 dan 3,34; BEP
sebesar Rp. 195.968.791,00 atau 59.384 Kg/tahun dan Rp 158.721.400,00
atau 45.349 Kg/tahun; PBP sebesar 2,96 dan 1,89 tahun. Namun jika
ditinjau dari indikator NPV, kondisi pengembangan usaha dengan
menerapkan alternatif yang ada memiliki nilai NPV jauh lebih besar
dibandingkan nilai NPV kondisi usaha tanpa pengembangan. Sehingga
pilihan terbaik untuk mengembangkan usaha gula merah tebu adalah
penerapan alternatif pengembangan yang ada, yang didukung pula oleh
kriteria investasi lainnya.
17
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi
rumah tangga maupun industri untuk memenuhi kebutuhannya.
Pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu di Kabupaten Takalar
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan permintaan gula di Indonesia yang
saat ini terus mengalami peningkatan. Kondisi saat ini menggambarkan
bahwa kapasitas produksi yang tidak dapat mencukupi kebutuhan gula
sehingga dilakukan impor gula.
Pengembangan komoditas tebu memberikan pilihan bagi petani
untuk menjual hasil panennya ke pabrik gula atau mengolahnya sendiri
menjadi gula merah. Dengan teknologi pemerasan dan pemasakan dengan
tungku hemat energi, petani dapat mengolah sendiri tebu menjadi gula
merah. Pengembangan usaha ini dihadapkan pada pilihan petani, namun
yang menentukan adalah pendapatan bersih yang akan diperoleh petani.
Kondisi usaha gula merah tebu di Kabupaten Takalar saat ini merupakan
suatu usaha baru dengan permintaan produk yang tinggi, terdapat kebun
tebu yang hanya diperuntukkan sebagai bahan baku pabrik gula dan
terdapat lahan luas yang potensial untuk ditanami tebu sebagai bahan baku
pembuatan gula merah serta terdapat teknologi yang sederhana.
UD Julu Atia yang dimiliki Pak Syamsuddin Dg.Ronrong adalah
usaha pengolahan gula merah tebu dengan pabrik yang berlokasi di
Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Pada awal
pendiriannya, kapasitas produksi hariannya adalah 2 ton tebu per hari.
Gula merah yang dihasilkan dipasarkan ke pasar lokal dengan permintaan
tiga kali lipat dibandingkan kapasitas produksi harian. Berdasarkan
pengalaman tersebut, pemilik berkehendak untuk membangun pabrik baru
dengan kapasitas 15 ton tebu perhari untuk memenuhi permintaan lokal
dan akan dikembangkan ke pasar antarpulau dan ekspor.
18
Untuk mengembangkan suatu bisnis perlu dilakukan berbagai
perencanaan yang matang terlebih dahulu. Agar rencana pengembangan
usaha pengolahan gula merah tebu UD Julu Atia, perlu dilakukan analisis
studi kelayakan pengembangan usaha. Studi kelayakan pengembangan
usaha akan menganalisis kelayakan pengembangan usahanya yang ditinjau
dari aspek finansial maupun non finansial. Dari hasil analisis ini akan
diberikan rekomendasi apakah rencana pengembangan usaha tersebut
layak untuk dijalankan atau tidak. Jika layak maka rencana pengembangan
akan diimplementasikan, tetapi jika tidak layak rencana pengembangan
akan dievaluasi baik itu dari aspek finansial maupun non finansialnya.
19
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian
UD Julu Atia
Evaluasi
Layak Tidak Layak
Implementasi
Aspek finansial: - Kriteria investasi (NPV,
IRR, Gross B/C. Net B/C, PBP, PR)
- Analisis sensitivitas
Aspek non finansial: - Aspek pasar - Aspek teknis - Aspek manajemen hukum - Aspek ekonomi dan sosial - Aspek lingkungan
Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu
Identifikasi kondisi yang ada: - Kekurangan suplai gula - Gula merah sebagai alternatif pemenuhan
kebutuhan konsumsi gula - Terdapat potensi lahan - Permintaan pasar lokal dan antar pulau
belum dapat dipenuhi - Potensi ekspor
Kondisi Existing: Pabrik Kapasitas Kecil (2 ton tebu per hari)
Pengembangan Usaha dengan Pembangunan Pabrik Kapasitas Besar (15 ton tebu per hari)
Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu
19
Gambar 5. Diagram Alir (Flow Chart) Penelitian
Data/informasi aktual: Biaya
produksi Biaya
investasi Harga jual Modal Usaha Biaya lain-
lain Profil usaha
Proses: Identifikasi Aspek
Non finansial Analsis Kelayakan
Aspek Finansial Analisis Sensitivitas
Outcome Rekomendasi
langkah-langkah strategik bagi
pengusaha tebu untuk rencana pengembangan
usaha yang layak untuk di dijalankan
Lingkungan: Kebijakan Pemerintah Iklim
Feedback
Impact Peningkatan produksi gula merah tebu berbasis petani
Peningkatan investasi pada industri gula merah tebu
Mengurangi impor gula Mencukupi permintaan gula masyarakat
Hasil yang diharapkan: Kelayakan aspek
non finansial Kelayakan aspek
finansial Tingkat
sensitivitas bisnis
Parameter Kontrol: NPV > 0 Gross B/C > 1 Net B/C > 1 IRR discount
rate PR >1 PBP < periode
maksimum
Kondisi Saat Ini: Permintaan gula
meningkat Terdapat lahan
potensial Harga gula
cenderung meningkat
Terdapat teknologi pengolahan
Gula merah sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan gula
Wawancara Observasi
Studi Literatur
Faktor-faktor berpengaruh yang tidak dapat dikendalikan:
Kondisi Ekonomi Kebijakan Pemerintah Iklim Permintaan
Faktor-faktor berpengaruh yang dapat dikendalikan:
Harga Produk Manajemen Teknik Produksi
20
21
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada UD Julu Atia yang terletak di Desa
Patene, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi
Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-
Maret 2012. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa
UD Julu Atia adalah perusahaan yang pertama mengusahakan pengolahan
gula merah dari tebu di Sulawesi Selatan dengan didukung ketersediaan
bahan baku, skala produksi, teknologi produksi yang sudah dikuasai oleh
pemilik dan pemasaran yang cukup besar.
3.3. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan berupa data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh tidak
secara langsung dari sumbernya. Data primer yang dibutuhkan diperoleh
secara langsung dari pengusaha gula merah tebu melalui kegiatan
wawancara dan observasi secara langsung di lapangan. Sedangkan data
sekunder bersumber dari studi pustaka, seperti buku, literatur, jurnal dan,
internet.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif. Pengolahan data kualitatif digunakan untuk menganalisis
aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial,
aspek teknis, dan aspek lingkungan. Sedangkan pengolahan data
kuantitatif dilakukan pada aspek finansial dengan menghitung, Net Present
Value (NPV), Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Internal Rate of Return
(IRR), Profitability Ratio (PR), dan Payback Period (PBP), dan analisis
sensitivitas dengan bantuan aplikasi komputer Microsoft Excel 2007. Hasil
dari pengolahan data ini diinterpretasikan secara deskriptif untuk
menggambarkan kelayakan usaha dari bisnis tersebut.
22
3.4.1 Analisis Kriteria Investasi
1. Net Present Value (NPV)
Menurut Nurmalina dkk (2010), kelayakan suatu bisnis dinilai
dari total manfaat yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan.
Bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari nol ( NPV > 0) yang
berarti bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. NPV atau
nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value
manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value
dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Rumus NPV dapat
dinyatakan sebagai berikut:
NPV =
......................................................... (1)
Keterangan :
Bt = manfaat pada tahun t
Ct = biaya pada tahun t
t = tahun kegiatan bisnis (t= 0,1,2,3,, n)
i = diskon rate (%)
2. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Menurut Nurmalina dkk (2010), Gross B/C ratio merupakan
kriteria kelayakan lain yang biasanya digunakan dalam analisis bisnis.
Perhitungan Gross B/C menggunakan nilai kotor baik dari manfaat
maupun biaya. Kriteria ini akan menggambarkan pengaruh dari adanya
tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima. Suatu
bisnis dikatakan layak apabila nilai Gross B/C lebih dari 1 (Gross B/C
> 1). Secara matematis rumus dari Gross B/C adalah sebagai berikut:
Gross B/C =
.................................................... (2)
Keterangan:
Bt = manfaat pada tahun t
Ct = biaya pada tahun t
n = umur bisnis
i = diskon rate (%)
23
3. Net Benefit Cost ratio (Net B/C)
Menurut Ibrahim (2003), Net B/C adalah rasio antara nilai net
benefit yang diskontokan positif dan dengan nilai net benefit yang
didiskontokan negatif. Suatu bisnis dikatakan layak jika Net B/C lebih
besar dari satu (Net B/C>1). Rumus dari Net B/C adalah sebagai
berikut:
Net B/C =
....................................................... (3)
Keterangan:
Bt = manfaat pada tahun t
Ct = biaya pada tahun t
t = tahun
i = diskon rate (%)
4. Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Nurmalina dkk (2010) IRR adalah tingkat discount rate
yang menghasilkan NPV sama dengan nol (NVP=0). Sebuah bisnis
dikatakan layak apabila IRR lebih besar dari opportunity cost of
capital. Berikut rumusan untuk IRR :
IRR = +
( ....................................... (4)
Keterangan:
i1 = Diskon rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = Diskon rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negatif.
5. Profitability Ratio (PR) Menurut Ibrahim (2003), profitability ratio adalah perbandingan
antara manfaat dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibandingkan
dengan jumlah investasi dimana nilainya sudah didiskontokan
Rumus:
(5)
24
Keterangan:
Bi = Total benefit
Omi = Total Biaya Operasi dan Pemeliharaan
Ii = Total Investasi
6. Payback Periode
Menurut Nurmalina dkk (2010), metode ini mengukur kecepatan
pengembalian investasi. Semakin cepat Payback Period yang dimiliki
oleh suatu bisnis maka semakin baik bisnis tersebut untuk dijalankan.
Berikut adalah rumusan dari Payback Periode:
PBP = N IK M B
x 1 tahun .................................. (6)
3.4.2 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui kepekaan
suatu bisnis terhadap perubahan beberapa variabel komponen. Analisis
sensitivitas dilakukan dengan mengubah besarnya variabel-variabel
yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam
kombinasi dengan suatu persentase yang diprediksi. Dengan demikian
analisis sensitivitas dapat membantu manajemen sehubungan dengan
keputusan yang akan diambil berdasarkan evaluasi akhir hasil
perhitungan studi kelayakan pengembangan yang dilakukan, yaitu
untuk menentukan apakah rencana pengembangan disetujui atau ditolak
(Nurmalina dkk, 2010). Variabel yang menjadi komponen sensitivitas
dalam penelitian ini adalah harga bahan bakar minyak, jumlah produksi,
rendemen tebu yang digunakan sebagai bahan baku dan penurunan
harga jual gula merah tebu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Usaha
UD Julu Atia adalah usaha pengolahan gula merah tebu yang
terletak di Desa Patene, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Takalar merupakan salah
satu lokasi Pabrik Gula PTPN XIV dengan areal perkebunan tebu dan
tebu rakyat berada di Kabupaten Takalar, Kabupaten Gowa, dan
Kabupaten Jeneponto. Dua pabrik gula (PG) lainnya milik PTPN XIV
yaitu PG Arasoe dan PG Camming berada di Kabupaten Bone. Luas areal
tanaman tebu yang diusahakan oleh PTPN XIV adalah 11.372 hektar dan
diusahakan oleh rakyat 2.646 hektar. Kabupaten Takalar sebagai lokasi
Pabrik Gula Takalar berada di antara Kabupaten Gowa dan Kabupaten
Jeneponto pada poros jalan Kota Makassar ( ibu kota provinsi Sulawesi
Selatan) dengan Kabupaten Jeneponto.
UD Julu Atia yang dimiliki oleh Pak Syam ini dirintis pendiriannya
di Kabupaten Takalar pada tahun 2010 dan mulai beroperasi pada tahun
2011. Usaha ini diawali dari ajakan Ibu Dr. Ir. A. Majda A. Zain, MS,
Rektor Universitas Islam Makassar (UIM) dan sekaligus sebagai istri
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan (Ir. Agus Arifin Numang, MS.)
dengan membawa pengusaha gula merah tebu ke Puncak Lawang,
Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, untuk melihat pengolahan
gula merah tebu secara tradisional yang sudah dikembangkan sebelum
kemerdekaan. Setelah dari Sumatera Barat, kunjungan dilanjutkan lagi ke
Kecamatan Slumbung, Kabupaten Kediri sebagai salah satu sentra
produksi gula merah tebu di Provinsi Jawa Timur. Pada kesempatan
tersebut Pak Syam bertemu dengan salah satu eksportir gula merah tebu,
H. Rubai, yang sudah mengekspor gula merah ke Jepang sejak tahun 1995
tetapi sudah mengusahakan gula merah tebu sejak tahun 1976. Melihat
keberhasilan dari H. Rubai, Pak Syam kemudian bertekad untuk mengolah
gula merah tebu di Takalar. Obsesi ini beralasan mengingat bahwa Pak
26
Syam sudah mengusahakan budi daya tebu sejak 2000, dan memahami
betul prospek budi daya tebu dan pengolahan gula merah tebu.
Visi yang diusung oleh Pak Syam untuk mendirikan UD Julu Atia
ini adalah Sebagai pemasok dan eksportir gula merah tebu terbesar di
Sulawesi Selatan. Visi tersebut ditetapkan bukan tanpa dasar, Pak Syam
termasuk kelompok tani dan petani maju. Beliau pernah mendatangkan
bibit jenis varietas baru senilai Rp 93 juta yang didatangkan dari Pasuruan,
Jawa Timur, dan saat ini banyak digunakan oleh petani tebu di Sulawesi
Selatan. Dari bibit tersebut Pak Syam pernah mencapai panen sebanyak
500 ton tebu dari 3 hektar lahan. Pak Syam juga memiliki tanaman tebu
yang sudah mencapai ratoon 7 dengan produksi 70 ton/hektar. Kemudahan
dan produksi yang tinggi dari budi daya tebu membuat pak Syam sangat
yakin bahwa usaha pengolahan gula merah tebu memiliki prospek yang
menjanjikan.
Misi Pak Syam sebagai pemilik UD Julu Atia ini adalah:
a. Menghasilkan gula merah tebu yang memenuhi standar ekspor.
b. Membangun jaringan produksi dengan petani tebu.
c. Menjadikan Sulawesi Selatan sebagai salah satu lumbung gula merah
tebu di Indonesia.
Misi yang dirumuskan diwujudkan dengan memperbaiki kualitas
tebu yang dapat dilakukan melalui kegiatan budi daya dan teknik
pengolahan yang tepat. Namun kualitas tebu lebih banyak ditentukan oleh
teknis pengolahan yang dapat dikendalikan, sementara teknis budi daya
tebu tidak terlalu megalami pengaruh dari perubahan alam atau iklim.
Budi daya tebu di Kabupaten Takalar dan beberapa kabupaten di
Sulawesi Selatan bukan hal yang baru, sehingga untuk meningkatkan
produksi dapat dilakukan dengan mudah dengan membangun jaringan
kerja sama dengan petani tebu baik dalam betuk kerja sama dalam
pengolahan gula merah tebu maupun dalam pemasaran produk. Potensi
luas areal lahan kering dan sawah yang tidak berpengairan yang cukup
luas, budaya masyarakat bertanam tebu, dan karakter masyarakat
27
Sulawesi Selatan yang cepat berkembang, memungkinkan Sulawesi
Selatan berpotensi menjadi lumbung gula di Indonesia.
4.2. Awal Pengembangan Usaha
Sebelum memulai rencana bisnis pengembangan (business plan)
usaha pengolahan gula merah tebu, terlebih dahulu dilakukan analisis
usaha yang pertama dikembangkan sebagai suatu proses pembelajaran dan
sarana pengembangan jaringan bisnis. Pabrik dibangun di samping rumah
tempat tinggal Pak Syam dengan kapasitas produksi rata-rata 2 ton tebu
per hari. Pada awal usahanya, Pak Syam hanya bertindak sebagai
pengolah tebu. Tebu berasal dari petani tebu dan penjualannya juga
diserahkan kepada petani sehingga Pak Syam hanya menerima upah
pengolahan (upah giling). Dengan mempekerjakan empat orang tenaga
kerja. Usaha pengolahan gula merah tebu dapat memberikan pendapatan
bersih sekitar Rp 27,93 juta per tahun dengan nilai investasi sekitar Rp 22
juta (tidak termasuk bangunan) untuk periode investasi selama sepuluh
tahun.
Tabel 4. Biaya Operasional Pertahun UD Julu Atia Kapasitas 2 Ton
No Uraian (Rp) Nilai (Rp) Penyusutan (Rp)
Biaya/tahun (Rp)
1 Mesin peras 8.000.000 800.000 800.000
2 Motor penggerak 8.000.000 800.000 800.000
3 Tungku 6.000.000 600.000 600.000
5 Perlengkapan 1.000.000 1.000.000
6 Pemeliharaan 1.000.000 1.000.000
7 Tenaga Kerja 25.200.000
8 Bahan Bakar 2.430.000
9 Oli 720.000
Total 32.550.000
28
Tabel 5. Pendapatan Pertahun UD Julu Atia Kapasitas 2 Ton
No. Uraian Nilai (Rp)
1 Pendapatan Rp 60.480.000
2 Biaya Operasional Rp 32.550.000
Pendapatan Bersih Rp 27.930.000
Dengan menggunakan sistem bagi hasil 65-35, yaitu 65 persen
untuk pemilik tebu 35 persen untuk pabrik pengolahan sebagai jasa
penggilingan, dimana tebu diantar hingga pabrik pengolahan sehingga
biaya tebang dan biaya angkut ditanggung oleh pemilik tebu (petani).
Harga jual gula merah tebu yang berlaku adalah Rp 6.000/kg. Pabrik kecil
ini dapat dioperasikan selama tujuh bulan (210 hari) masa giling atau
setara dengan areal tebu seluas 6-7 hektar bila digunakan dua shift
pekerjaan.
4.3. Aspek Aspek Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan pengembangan usaha gula merah tebu ini dikaji
menurut aspek aspek-aspek yang terdapat dalam analisis kelayakan usaha.
Aspek kelayakan usaha tersebut adalah aspek finansial, aspek pasar, aspek
manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek teknis dan aspek
lingkungan.
4.3.1 Aspek Pasar
Dalam aspek pasar, yang dikaji adalah potensi pasar dari produk
yang akan dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari potensi pasar dan
kebijakan terhadap bauran pemasaran yang dilakukan.
1. Potensi Pasar Pasar yang menjadi sasaran UD Julu Atia milik Pak Syam ini
adalah pasar lokal, antar pulau dan akan dikembangkan ke pasar ekspor.
Setelah menjalankan usaha gula merah dengan mesin skala kecil, kapasitas
2 ton tebu per hari, pasar yang dilayani selama ini adalah pasar lokal.
Berdasarkan pengalaman selama setahun, permintaan lokal sangat tinggi
dengan kisaran tiga kali lipat dari kapasitas produksi. Produk gula merah
29
yang dihasilkan langsung terjual pada hari produksi dengan harga Rp
8.000/kg, sementara prediksinya hanya Rp 5.000-7.000/kg.
Permintaan lain yang belum dapat dipenuhi adalah permintaan dari
Jayapura sebanyak 20 ton per bulan dan Kalimantan Timur 15 ton per
bulan. Surabaya sudah meminta 3.000 ton untuk satu tahun. Pengalaman
ini menggambarkan prospek pasar gula merah sangat tinggi. Harga gula
merah dari palm berkisar antara Rp 10.000-15.000/kg. Dengan
membandingkan harga gula merah tebu dan gula merah dari palm dimana
perbedaannya cukup besar, dapat dikatakan bahwa gula merah tebu
memiliki prospek pasar yang besar dan menjanjikan. Selain itu, proses
pembuatan gula merah tebu sangat mudah dibandingkan dengan proses
pembuatan gula palem.
Pengembangan pemasaran produk ke pasar ekspor didasarkan pada
permintaan ekpor gula merah tebu. Misalnya Koperasi Serba Usaha
Jatirogo, Nanggulan, Kulonprogo, Yogyakarta, mendapat order ekspor gula
merah hingga 500 ton per bulan yang hanya dapat dipenuhi sebesar 30
hingga 50 ton per bulan Permintaan ekspor yang belum dapat terpenuhi
adalah permintaan dari Kanada, Amerika, Belgia, Australia, dan Eropa
(www.metrotvnews.com, 2011). Kelompok Tani Sariwangi di Banyumas
juga hanya dapat memenuhi permintaan gula merah tebu dari Jepang
sebesar 10 persen. Dari permintaan sebesar 500 ton perbulan, hanya 50 ton
permintaan yang dapat dipenuhi (Sanjaya, 2011).
Berdasarkan potensi pasar gula merah tebu baik dari pasar lokal,
antar pulau, maupun pasar ekspor, Pak Syam sangat yakin bahwa produk
yang akan diproduksi akan terserap oleh pasar, baik untuk memenuhi
permintaan pasar lokal, antar pulau dan pasar ekspor.
2. Bauran Pemasaran
Pengembangan pemasaran gula merah tebu dapat dilakukan dengan
menggunakan kumpulan dari variabel-variabel pemasaran yang dapat
dikendalikan yang digunakan oleh suatu badan usaha untuk mencapai
tujuan pemasaran yaitu variabel product (produk), price (harga), place
(tempat), dan promotion (promosi). Sebagian dari strategi ini sudah
30
dilaksanakan oleh Pak Syam selama ini seperti produk gula padat dua
kategori warna, pasar lokal dan antar pulau, dan promosi. Strategi harga
belum dilakukan karena produksi masih sedikit.
a. Product (Produk)
Produk berupa gula merah tebu yang dipasarkan harus
memiliki bentuk dan kualitas produk yang baik untuk memenuhi
kebutuhan dan memberikan kepuasan terhadap konsumen. Produk
tersebut berkaitan dengan bentuk, warna dan kualitas. Varietas tebu
yang cocok untuk dijadikan bahan baku gula merah adalah varietas
PS864, PSJT, BL, dan Cenning. Kualitas gula merah sangat
dipengaruhi oleh bahan baku, kegiatan pascapanen, dan kegiatan
pengolahan. Tebu sangat dipengaruhi oleh iklim, umur tanam, dan
varietas. Umur sangat berkaitan dengan rendemen gula, sehingga
pengetahuan petani mengenai teknik bertanam sangat penting.
Kualitas gula merah berkaitan dengan perilaku penyimpanan,
warna, dan kebersihan. Semakin lama daya simpan gula merah
semakin tinggi kualitasnya. Warna gula merah sangat relatif,
berkaitan dengan preferensi konsumen. Untuk konsumen di Sulawesi
Selatan, warna merah kekuning-kekuningan lebih disenangi,
sebaliknya warna hitam merah lebih disenangi di Papua dan
Kalimantan Timur.
Gula merah tebu dapat diproduksi dengan tiga bentuk produk,
yaitu bentuk padat/batu, serbuk, dan cair. Bentuk produk yang
dihasilkan UD Julu Atia berbentuk balok dan padat dengan berat
sekitar 0,5 kg. Jenis produk padat dibuat dalam dua jenis yaitu warna
kehitam-hitaman dan warna merah kekuning-kekuningan. Warna
merah kekuning-kuningan diproduksi untuk pasar lokal, sedangkan
warna merah gelap atau kehitaman untuk pasar Jayapura dan
Kalimantan Timur. Sementara untuk pasar pulau Jawa, belum
ditentukan jenisnya.
Bentuk produk lain yang sudah dapat diproduksi adalah gula
serbuk atau dikenal sebagai gula semut (bentuknya seperti semut yang
31
berkumpul/bergerombol), namun belum dipasarkan karena kapasitas
produksi atau skala produksi yang dilakukan selama ini masih yang
kecil. Produk gula semut akan diproduksi pada tahun giling 2012,
walaupun masih dalam jumlah kecil untuk mendeteksi permintaan
pasar, baik harga maupun kualitas. Gula cair belum ada perencanaan,
walaupun permintaan sudah ada, yaitu oleh industri kecap, namun
metode pembuataannya masih sedang dipelajari oleh Pak Syam.
b. Place (Tempat)
Place (tempat) berkaitan dengan keputusan penentuan lokasi
penjualan dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan barang
kepada konsumen. Pemilihan tempat penjualan gula merah tebu
adalah penjualan di pasar-pasar lokal, antar pulau dan pada
pengembangannya akan diekspor. Pasar yang sudah dilayani selama
setahun didominasi pasar lokal, Kabupaten Takalar, Kabupaten
Gowa, Kabupaten Jeneponto, dan Kota Makassar. Pak Syam sendiri
sudah membuka kontrak kerja sama dengan salah satu pedagang besar
gula merah di Surabaya dengan kontrak 3000 ton. Pasar ini akan
dipenuhi melalui kerjsama dengan produsen gula merah tebu di
Sulawesi Selatan yang juga dibina oleh Pak Syam bersama
Univeristas Islam Makassar.
c. Price (Harga)
Berdasarkan pengalaman selama setahun, permintaan lokal
sangat tinggi dengan kisaran tiga kali lipat dari kapasitas produksi.
Produk gula merah yang dihasilkan langsung terjual setelah gula
merah dihasilkan dengan harga Rp 8.000/kg, sementara prediksi Rp
5.000-7.000/kg. Sedangkan harga gula merah dari jenis palm (aren,
lontar, dan kelapa) adalah Rp 10.000-15.000/kg. Perbandingan harga
ini menunjukkan bahwa gula merah tebu memiliki posisi pasar yang
sangat kompetitif. Harga diperkirakan akan semakin kompetitif yaitu
sekitar Rp 5.000-Rp 6.000/kg apabila industri gula merah tebu terus
berkembang. Harga ini juga layak dijadikan sebagai bahan baku gula
32
kristal. Gula merah tebu dijadikan bahan baku pada beberapa pabrik
gula di Jawa Timur. Hal ini juga pernah terjadi pengrajin gula merah
tradisional di Kabupaten Wajo yang dijual ke Pabrik Gula Bone
(PTPN XIV) pada tahun 1980an
d. Promotion (Promosi) Selama tahun 2011, gula merah tebu Pak Syam sudah
dipasarkan setiap ada pameran produk hasil pertanian yang
dilakukan oleh Dinas Perkebunan Kabupaten Takalar dan Provinsi
Sulawesi Selatan. Gula merah tebu dijual dengan harga Rp 14.000-
15.000/kg atau Rp 7.000-8.000/batang, dimana setiap satu kilogram
terdiri dari dua batang.
4.3.2 Aspek Teknis Analisis dalam aspek teknis usaha gula merah tebu mencakup
lokasi usaha, peralatan produksi dan proses produksi. Berikut ini hasil
analisis pada tiap kriteria aspek teknis.
1. Lokasi Usaha
UD Julu Atia berlokasi di Desa Patene, Kecamatan Polongbangkeng
Selatan, Kabupaten Takalar. Lokasi usaha gula merah tebu memiliki
sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan usaha. Tebu sebagai
bahan baku utamanya banyak tersedia di sekitar pabrik sehingga tidak
memerlukan biaya transportasi yang tinggi. Petani dapat dengan mudah
mendistribusikan tebunya ke pabrik. Akses transportasi yang mudah untuk
memasarkan hasil produksi ke pasar lokal maupun pasar antar pulau.
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan gula merah tebu
adalah:
a. Parang, golok, atau pisau besar. Alat ini digunakan untuk mengikis
permukaan kulit, dan membuang mata batang tebu.
b. Mesin pemeras batang tebu. Alat ini digunakan untuk mengekstrak
nira tebu dari batang tebu dengan cara pemerasan. Bagian utama
dari mesin ini berupa tiga silinder penggiling sehingga batang tebu
33
tertekan dan tertarik oleh putaran silinder-silinder tersebut.
Tekanan tersebut akan memeras batang tebu sehingga
mengeluarkan cairan nira. Mesin ini merupakan pengembangan
dari alat pemeras tebu tradisional (disebut kilangan tebu) yang
silindernya terbuat dari kayu dan diputar oleh sapi atau kerbau.
c. Wajan besar, dengan ukuran 45 inci yang terbuat dari plat baja
dengan ketebalan 12 mm dan kedalaman sekitar 20 cm, sehingga
proses penguapan lebih cepat dengan suhu konstan. Alat ini
digunakan untuk memanaskan nira tebu sampai kental.
d. Pengaduk. Alat ini digunakan untuk mengaduk nira yang sedang
dipanaskan agar proses penguapan cepat terjadi sehingga nira tebu
lebih cepat mengental. Pada proses ini juga, busa nira/gula dibuang
karena tidak dapat mengental. Busa nira/gula yang dikenal gula
dengan sebutan tetes di pabrik gula
e. Penyaring. Alat ini digunakan untuk menyaring cairan tebu yang
akan dipanaskan, dan sedang dipanaskan. Pada proses ini
penyaringan ini berfungsi menghilangkan kotoran yang dapat
merusak kondisi proses pemasakan dan kualitas gula.
f. Cetakan. Alat ini digunakan untuk mencetak nira tebu yang
mengental dari proses pemasakan. Hal yang diperhatikan dalam
pencetakan adalah suhu agar bentuk gula yang dihasilkan sesuai
dengan bentuk cetakan.
g. Tungku. Alat ini digunakan sebagai tempat berpijak wajan yang
dibuat dari batu merah, semen, dan tanah liat.
3. Proses Pembuatan Gula Merah
Nira tebu adalah cairan yang diekstraksi dari batang tanaman tebu.
Cairan ini mengandung gula antara 10-20 % (b/v). Meknisme pengolahan
nira tebu menjadi gula merah tebu atau saka tidak berbeda jauh dengan
proses pembuatan gula merah lainnya. Tahapan-tahapan dalam pemasakan
gula merah tebu adalah:
34
a. Persiapan Tebu
Tebu yang akan digiling adalah tebu yang dibawa oleh petani dari
kebun tebu miliknya yang segera diangkut ke pabrik pengolahan
setelah ditebang. Pengangkutan setelah penebangan tidak melebihi
dari lima jam untuk menjaga kualitas gula merah. Tebu dibongkar
pada halaman penumpukan yang berdampingan dengan mesin
pengolahan. Tebu yang akan digiling terlebih dahulu dibersihkan
daun dan kotoran yang melekat.
b. Pemerasan Tebu
Tebu diperas dengan menggunakan mesin pemeras dengan
kapasitas 20 ton tebu per hari yang digerakkan dengan mesin Yanmar
Diesel 22 HP. Tebu yang bersih dimasukkan ke mesin pemeras dengan
cara memegang batang tebu 2-3 batang. Nira yang dihasilkan dialirkan
ke bak penampungan, sementara ampas tebu diangin-anginkan dan
selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar. Ampas tebu digunakan
sebagai bahan bakar, namun apabila terjadi kekurangan akan ditambah
dengan sekam padi.
c. Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk memisahkan ampas tebu yang
ikut masuk bercampur dengan nira tebu. Penyaringan dilakukan
secara bertahap dengan ukuran lubang saringan yang berbeda. Setelah
diperoleh nira tebu, nira dipompa naik ke bak penampungan. Sebelum
dimasak di atas wajan pemasakan, dilakukan penyaringan dua kali
untuk memisahkan kotoran yang halus. Selain itu, pada proses
pemasakan juga dilakukan penyaringan sekaligus membuang busa nira
yang muncul.
d. Pemasakan
Nira tebu yang sudah disaring dimasukkan ke dalam wajan yang
berada di atas tungku pemasakan. Pemasakan adalah pemisahan air
dan gula melalui proses penguapan. Pemanasan dilakukan dengan
menggunakan ampas tebu sebagai bahan bakarnya. Apabila rendemen
tebu tinggi, ampas tebu cukup bahkan berlebih untuk memasak nira
35
menjadi gula merah, namun bila rendemen gula rendah berarti
kandungan brisk nya rendah sehingga membutuhkan waktu pemasakan
yang lebih lama. Pada kondisi ini, ampas tebu tidak cukup, sehingga
ditambah dengan sekam padi.
Pada proses pemasakan, nira selalu diaduk untuk mempercepat
proses penguapan, menyaring kotoran yang terbentuk akibat
pemanasan. Busa dan kotoran yang mengapung selama pemasakan
dibuang. Setelah cairan nira mengental yaitu air gula tinggal sekitar
1/5 atau 1/6 dari volume nira sebelumnya atau sudah berbentuk sirup
berarti gula sudah masak dan siap untuk dicetak.
4. Pencetakan Gula merah kental kemudian dituang ke wadah lain untuk proses
pendinginan. Setelah itu, dipindahkan ke wadah lebih kecil (ukuran 1,5-2
liter) yang dapat diangkat dengan sebelah tangan dan diaduk hingga
hampir dingin, lalu dituang ke wadah cetakan. Gula yang ada di cetakan
ditunggu hingga keras dan kering secara sempurna dikeluarkan dari
cetakan.
5. Pengemasan Pengemasan dilakukan agar daya simpan produk gula merah dapat
bertahan lama dan sekaligus penampilannya lebih baik. Pengemasan
dilakukan dengan menggunakan plastik lembut yang melekat dengan
mudah.
Gambar 6. Layout Pabrik Usaha Gula Merah Tebu
36
4.3.3 Aspek Finansial Preferensi masyarakat akan berkembang seiring dengan waktu,
mengingat bahwa gula merah tebu diproduksi tanpa menggunakan
bahan tambahan kimia dan akan dikembangkan menjadi produk
organik. Masyarakat sudah menyadari pentingnya produk organik, baik
terhadap kesehatan maupun terhadap lingkungan. Gula merah tebu
sangat mudah dikembangkan apabila kebun tebu diintegrasikan dengan
ternak sapi. Budi daya tebu mudah dikembangkan karena sekali
penanaman dapat dipanen lima hingga sepuluh tahun dengan
pemeliharaan yang tidak intensif dibandingkan dengan komoditas
pangan lainnya seperti padi, kacang-kacangan, sayuran, jagung.
Analisis kelayakan usaha gula merah tebu ini menggunakan
beberapa asumsi, yaitu sebagai berikut:
a. Periode usaha yang direncanakan adalah sepuluh tahun telah
disepakati dengan pihak pemilik usaha.
b. Usaha dimulai pada Januari 2011 (tahun nol) dan berakhir pada
Desember 2021.
c. Investasi dimulai pada tahun ke-0 (2011) dan pabrik mulai
berproduksi pada tahun ke-1 (2012).
d. Hari kerja dalam satu tahun adalah 180 hari.
e. Target produksi 15 ton per hari.
f. Bahan baku yang digunakan adalah tebu dengan rendemen 8%.
g. Penentuan harga bahan baku tebu didasarkan pada persentase 65%
untuk petani tebu dan 35% untuk pemilik pabrik.
h. Harga jual gula merah tebu Rp 5.000/kg tetap disetiap tahun.
i. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah suku bunga pinjaman
rata-rata bank yaitu sebesar 11,67 persen.
j. Sumber modal adalah modal sendiri dan pinjaman ke bank.
k. Petani yang akan menjual tebunya ke pabrik akan langsung datang
membawa tebunya ke lokasi pabrik sehingga pemilik tidak
memerlukan biaya transportasi untuk mengangkut bahan baku ke
lokasi pabrik.
37
l. Nilai sisa dihitung dengan asumsi pada akhir periode usaha nilai
sisanya sebesar 10 persen dari nilai belinya.
m. Pajak bumi dan bangunan dikenakan disetiap tahun sebagai biaya
tetap dengan tarif 0.2% dari Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009.
n. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif
berdasarkan Undang-Undang No.36 tahun 2008, yaitu:
1. Untuk lapisan penghasilan kena pajak sampai dengan Rp
50.000.000, tarif pajaknya 5%.
2. Untuk lapisan penghasilan kena pajak diantara Rp 50.000.000
sampai dengan Rp 250.000.000 , tarif pajaknya 15%.
3. Untuk lapisan penghasilan kena pajak diatas Rp 250.000.000
hingga Rp 500.000.000 , tarif pajaknya 25%.
4. Untuk lapisan penghasilan kena pajak diatas Rp 500.000.000
tarif pajaknya 30%.
o. Analisis sensitivitas dilakukan dengan tiga perubahan, yaitu:
1. Terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) solar
2. Terjadi penurunan kapasitas produksi
3. Terjadi perubahan rendemen pada bahan baku tebu yang
digunakan.
1. Kebutuhan Modal Modal merupakan keseluruhan biaya yang diperlukan untuk
memulai dan menjalankan suatu usaha. Komponen modal terdiri dari biaya
investasi yang dibutuhkan pada tahun ke-0 dan biaya modal kerja pada
tahun ke-1 ketika perusahaan sudah mulai berproduksi. Kebutuhan modal
pada usaha gula merah tebu ini sebesar Rp 452.137.000. Sumber modal
diperoleh dari modal sendiri dengan persentase 33,6 persen dan
meminjam kepada bank dengan persentase 66,4 persen. Pinjaman modal
yang diajukan kepada bank sebesar Rp300.000.000 dengan alokasi modal
investasi sebesar Rp 227.488.000 dan modal kerja sebesar Rp 72.512.000.
Pengembalian pinjaman kepada bank dilakukan dengan metode anuitas
yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9.
38
Tabel 6. Rencana Kebutuhan Modal Rencana Kebutuhan Modal Pada Tahun ke Nol Rp 452.137.000
Sumber Permodalan a. Modal Sendiri
33,6% Rp 152.137.000
b. Pinjaman Bank
66,4% Rp 300.000.000
Alokasi Dana Pinjaman
a. Modal Investasi
Periode Pinjaman 5 tahun
Rp 227.488.000
b. Modal Kerja Periode Pinjaman 2 tahun
Rp 72.512.000
Suku Bunga Pinjaman Rata-Rata Bank 11,67%
2. Investasi dan Pengembangan Kegiatan investasi yang dilakukan dalam usaha pengembangan gula
merah tebu ini berupa pembelian lahan pabrik, pembangunan pabrik dan
gudang penyimpanan. Investasi juga dilakukan dengan melakukan
pembelian peralatan meliputi pembelian tungku, wajan baja, mesin
penggerak, mesin pemeras, mesin pemutar untuk gula semut, satu set
penampung nira tebu dan timbangan serta perlengkapan lainnya yang akan
digunakan dalam proses produksi.
Total biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp 379.625.000.
biaya investasi usaha dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini. Biaya
investasi tertinggi adalah biaya pembangunan pabrik sebesar Rp
125.000.000 dengan persentase 32,93 persen.
Tabel 7. Ringkasan Biaya Investasi Pada Tahun Pertama Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu
Jenis Jumlah (Rupiah) Persentase Lahan 50.000.000 13.17%
Bangunan Pabrik 125.000.000 32.93% Gudang 75.000.000 19.76% Tungku 20.000.000 5.27%
Wajan Baja 13.500.000 3.56% Mesin Penggerak 23.000.000 6.06% Mesin Pemeras 60.000.000 15.81% Mesin Pemutar 5.000.000 1.32%
1 Set Penampung Nira Tebu
2.500.000 0.66%
Timbangan 2.500.000 0.66% Biaya
Perlengkapan 3.125.000 0.82%
39
3. Modal Kerja UD Julu Atia dikelola oleh pemilik secara langsung dan dibantu
oleh beberapa karyawan yang berasal dari daerah sekitar pabrik. Karyawan
bertanggung jawab atas kegiatan produksi harian yang dilakukan di pabrik
sehingga diperlukan deskripsi pekerjaan yang jelas untuk karyawan.
Modal kerja dalam usaha pengolahan gula merah tebu ini terdiri
dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang
dikeluarkan setiap tahun dan tidak tergantung pada jumlah produksinya.
Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada
jumlah produksi. Biaya tetap dalam usaha pengolahan gula merah tebu ini
adalah biaya perawatan, biaya telepon, listrik, pajak bumi dan bangunan,
serta oli mesin. Biaya variabel terdiri dari upah karyawan, pembelian
bahan baku berupa tebu, packaging gula merah tebu dan bahan bakar
(solar). Sebagian besar biaya variabel dikeluarkan untuk biaya produksi
yaitu biaya pembelian bahan baku. Bahan baku berupa tebu memiliki
pengeluaran dengan persentase sebesar 75,9 persen. Nilai pembelian
bahan baku tebu juga tergantung dari rendemen tebu yang akan digunakan.
Semakin tinggi rendemennya, maka akan semakin tinggi juga biaya yang
harus dikeluarkan untuk pembelian bahan baku tebu. Pada Tabel 8
disajikan biaya yang termasuk dalam modal kerja selama masa giling 180
hari dan kapasitas produksi harian sebesar 15 ton per hari.
Tabel 8. Ringkas