Top Banner

of 94

H12rak

Oct 14, 2015

Download

Documents

studi kelayakan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN GULA MERAH TEBU PADA UD JULU ATIA,

    KECAMATAN POLONGBANGKENG SELATAN, KABUPATEN TAKALAR

    Oleh

    RIDA AKZAR

    H24080002

    DEPARTEMEN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2012

  • ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN GULA MERAH TEBU PADA UD JULU ATIA,

    KECAMATAN POLONGBANGKENG SELATAN, KABUPATEN TAKALAR

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA EKONOMI

    pada Departemen Manajemen

    Fakultas Ekonomi dan Manajemen

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh :

    RIDA AKZAR

    H24080002

    DEPARTEMEN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2012

  • Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Pada UD Julu Atia, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar

    Nama : Rida Akzar

    NIM : H24080002

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing

    Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc NIP 19491210 197803 1 002

    Mengetahui :

    Ketua Departemen

    Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP 19610123 198601 1 002

    Tanggal Lulus:

  • RINGKASAN

    RIDA AKZAR. H24080002. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Pada UD Julu Atia, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Di bawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO.

    Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia karena tergolong dalam kelompok bahan pokok untuk konsumsi sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh, Indonesia mengalami kekurangan suplai gula nasional sehingga harus dilakukan impor gula untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Gula merah merupakan salah satu alterntif untuk memenuhi kebutuhan gula. Gula merah diproduksi dengan menggunakan bahan baku dari kelompok tanaman palem seperti pohon aren, lontar, nipah, dan kelapa. Namun gula merah juga dapat diproduksi dengan bahan baku tebu. Industri pengolahan gula merah dengan bahan baku tebu merupakan suatu aktivitas yang baru dikenal oleh segelintir petani di Kabupaten Takalar dengan potensi areal perkebunan tebu yang luas dan iklim yang sesuai. Industri ini merupakan salah satu industri yang berpotensi besar meraup keuntungan. Hal ini disebabkan karena proses pembuatannya yang relatif mudah, menggunakan teknologi sederhana, biaya investasinya relatif kecil dan peningkatan kebutuhan gula yang terus berkembang.

    Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis kelayakan dari pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu pada UD Julu Atia bila dilihat dari aspek finansial dan non finansial serta (2) Menganalisis sensitivitas dari kelayakan pengembangan usaha tersebut. Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder bersumber dari studi pustaka, seperti buku, literatur, jurnal, dan internet. Pengolahan data kualitatif dilakukan untuk menganalisis aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, lingkungan, serta ekonomi dan sosial. Sedangkan pengolahan data kuantitatif dilakukan pada aspek finansial dengan menghitung, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Gross B/C, Profitability Ratio (PR), Payback Period (PBP), analisis trend, serta analisis sensitivitas dengan bantuan aplikasi komputer Microsoft Excel 2007.

    Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial, usaha pengolahan gula merah tebu layak untuk dijalankan dengan nilai kriteria kelayakan sebagai berikut: NPV Rp 371.948.158; Gross B/C 1,063; Net B/C 3,44; IRR 42,37 persen, PR 3,32; dan PBP 3 tahun 1 bulan 14 hari. Hasil analisis sensitivitas adalah kenaikan harga BBM sebesar 33,33 persen tidak menyebabkan perubahan yang sangat signifikan pada nilai kelayakan. Usaha tetap layak dijalankan dengan penurunan produksi harian sebesar 13,33 dan 20 persen, penurunan rendemen tebu menjadi 7 persen dan penurunan harga jual sebesar 10 persen. Analisis switching value menghasilkan nilai penurunan produksi maksimal 21,26 persen (11,81 ton per hari), penggunaan rendemen tebu minimal 6,307 persen dan penurunan harga maksimal 19,67 persen agar NPV tetap positif.

  • Hasil analisis kelayakan non finansial, yaitu aspek pasar, usaha ini sudah mempunyai pasar yang jelas pada pasar lokal dan akan dikembangkan untuk pasar antar pulau dan ekspor. Dari aspek teknis, bahan baku tersedia di sekitar pabrik dan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Dilihat dari aspek manajemen dan hukum, usaha dipimpin oleh seorang pemilik dan dibantu oleh tenaga kerja yang terdiri dari 18 orang. Usaha ini memiliki dampak positif terhadap aspek sosial dan ekonomi yaitu dapat mengurangi tingkat pengangguran di daerah sekitar pabrik dan meningkatkan kesejahteraan petani tebu. Dilihat dari aspek lingkungan, usaha ini tidak menghasilkan sisa atau limbah yang dapat merusak lingkungan atau bisa dikatakan ramah lingkungan.

  • iii

    RIWAYAT HIDUP

    Rida Akzar dilahirkan di Pare-Pare pada tanggal 15 Juni 1989 dari

    pasangan suami istri, ayahanda Dr. Ir. Rahim Darma, M.Sc dan ibunda Haeria

    Soekarno. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis

    menempuh pendidikan formal di Sekolah Dasar Islam Athirah Makassar pada

    tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan

    ke Sekolah Menengah Pertama Islam Athirah Makassar dan lulus pada tahun 2005

    kemudian menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Atas

    Negeri 17 Makassar pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai

    mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Manajemen, Fakultas

    Ekonomi dan Manajemen melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut

    Pertanian Bogor).

    Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi

    mahasiswa dan kepanitiaan di kampus. Penulis diamanahkan sebagai Ketua

    Muda Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM

    FEM IPB) pada tahun 2009. Kemudian pada tahun 2010 dipercaya untuk menjadi

    Kepala Departemen Budaya dan Seni BEM FEM IPB 2010. Penulis juga

    tergabung sebagai staf di Direktorat Public Relation Himpunan Profesi

    Departemen Manajemen, Centre of Management (COM@), pada tahun 2011.

    Penulis juga dipercaya memegang beberapa jabatan sebagai ketua pelaksana dan

    kepala divisi pada beberapa kepanitiaan di himpunan profesi dan BEM FEM IPB.

    Pada tahun 2011 penulis mengikuti kegiatan magang di Departemen Accounting

    PT Surya Artha Nusantara Finance. Penulis pernah mengikuti berbagai kegiatan

    survey dengan bertindak sebagai surveyor di beberapa kota, yaitu Jakarta, Bogor

    dan Palu. Dalam mengaplikasikan ilmu manajemen, penulis bersama beberapa

    teman kuliah mendirikan sebuah usaha travel dengan nama NavigaTour yang

    sampai saat ini masih aktif dan bertindak sebagai Manajer Informasi dan

    Teknologi.

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

    rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dengan judul Analisis

    Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Pada UD. Julu

    Atia, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar dapat

    terselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

    menyelesaikan studi pada Program Sarjana, Departemen Manajemen, Fakultas

    Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, kritik, dan petunjuk

    yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

    Semoga Tuhan yang Maha Esa melimpahkan Anugerah dan Karunia-Nya

    kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan

    skripsi ini.

    Bogor, April 2012

    Penulis

  • v

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan baik itu

    berupa bimbingan, saran, motivasi dan semangat dari berbagai pihak. Ucapan

    terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

    1. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah

    banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam membimbing

    penulis, memberikan saran, pengarahan dan motivasi kepada penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    2. Farida Ratna Dewi, S.E, MM yang telah bersedia meluangkan waktunya

    untuk menjadi dosen penguji sidang dan memberikan bimbingan, serta saran

    dalam penulisan skripsi ini.

    3. Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM yang juga telah bersedia menjadi dosen

    penguji sidang dan memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan

    skripsi ini.

    4. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Kepala Departemen Manajemen

    Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

    5. Seluruh staf Departemen Manajemen, FEM IPB atas bantuannya selama

    penulis menempuh perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.

    6. Ayahanda Rahim Darma dan Ibunda Haeria Soekarno atas kasih sayang,

    motivasi, semangat serta doanya demi kelancaran dan kesuksesan penulis.

    7. Saudara-saudara tercinta Riri Amandaria, Risca Alfina dan Riad Azkar.

    8. Putri Utami yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

    9. Teman teman satu bimbingan skripsi Wirda, Amel, Sheila, Ratu, Mumun,

    Wita dan Nisaul atas segala bantuannya dan semangatnya.

    10. Sahabat terbaik sejak TPB Frizky, Ardi, Ray dan Risya, terima kasih atas

    kekeluargaan, keceriaan dan kebersamaannya.

    11. Teman seperjuangan dari Makassar Fadli dan Wina, terima kasih atas

    bantuannya selama di kota rantau Bogor.

  • vi

    12. Rekan-rekan Orasi khususnya Departemen Budaya dan Seni BEM FEM IPB

    2010 Ubur, Puspa, Regi, Ka Ika dan Anggi atas team worknya selama

    setahun.

    13. Teman-teman COM@, khususnya Direktorat Public Relation Arni, Risya,

    Bery, Ica, Vidi, dan Meita terima kasih atas kerja samanya selama di Himpro

    Manajemen.

    14. Sahabat sahabat NavigaTour Kak Suci, Kak Beph dan Kak Ario terima

    kasih atas kerja sama, pelajaran dan pengalaman di bisnis travel. Semoga

    bisnis travel kita terus berkembang.

    15. Keluarga besar Manajemen 45, terima kasih atas kekeluargaannya selama tiga

    tahun di Departemen Manajemen. Semoga silaturahmi dapat tetap terjaga.

    16. Dg.Ronrong dan istri sebagai pemilik usaha gula merah tebu di Kabupaten

    Takalar yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan

    informasi yang dibutuhkan oleh penulis dan penyusunan skripsi ini

    17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  • vii

    DAFTAR ISI

    Halaman RINGKASAN

    RIWAYAT HIDUP ................................................................................ ii

    KATA PENGANTAR ............................................................................ iv

    UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. v

    DAFTAR ISI ........................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi

    I. PENDAHULUAN............................................................................. 1

    1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 5

    II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6

    2.1. Tebu ........................................................................................... 6 2.2. Gula Merah Tebu ....................................................................... 6 2.3. Potensi Pengembangan Gula Merah di Provinsi Sulawesi Selatan ........................................................................................ 8 2.4. Studi Kelayakan Bisnis .............................................................. 9

    2.4.1 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis......................................... 10 2.4.2 Tahap-Tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis .................... 11 2.4.3 Aspek Aspek Penilaian Bisnis ........................................ 12

    2.5. Analisis Sensitivitas ................................................................... 15 2.6. Penelitian Terdahulu .................................................................. 16

    III. METODE PENELITIAN ............................................................... 17

    3.1. Kerangka Pemikiran .................................................................. 17 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 21 3.3. Pengumpulan Data ..................................................................... 21 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 21

    3.4.1 Analisis Kriteria Investasi ................................................. 21 3.4.2 Analisis Sensitvitas ........................................................... 24

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 25

    4.1. Gambaran Umum Usaha ............................................................ 25 4.2. Awal Pengembangan Usaha ...................................................... 2 4.3. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha .................................. 28

    4.3.1 Aspek Pasar....................................................................... 28

  • viii

    4.3.2 Aspek Teknis .................................................................... 32 4.3.3 Aspek Finansial................................................................. 36 4.3.4 Aspek Manajemen dan Hukum......................................... 45 4.3.5 Aspek Sosial Ekonomi ...................................................... 48 4.3.6 Aspek Lingkungan ............................................................ 49

    4.4. Model Pemberdayaan Petani ..................................................... 50 4.4.1 Pemberdayaan Kelembagaan Kelompok Tani .................. 51

    4.5. Implikasi Manajerial .................................................................. 54

    KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 58

    1. Kesimpulan ................................................................................... 58 2. Saran ............................................................................................. 58

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 59

    LAMPIRAN..................................................................................... 61

  • ix

    DAFTAR TABEL

    No. Halaman

    1. Produksi, Impor, dan Konsumsi Gula Nasional (dalam juta ton) ...... 1 2. Perbandingan Gula Pasir dan Gula Merah ........................................ 2 3. Spesifikasi Syarat Mutu Gula Merah Tebu ....................................... 8 4. Biaya Operasional Pertahun UD Julu Atia Kapasitas 2 Ton ............. 27 5. Pendapatan UD Julu Atia Kapasitas 2 Ton ....................................... 28 6. Rencana Kebutuhan Modal ............................................................... 38 7. Ringkasan Biaya Investasi Pada Tahun Pertama Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu ............................................................................. 38 8. Ringkasan Modal Kerja Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu (per tahun) ......................................................................................... 39 9. Nilai Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu .......... 40 10. Hasil Kelayakan dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga BBM .................................................................................................. 43 11. Nilai NPV, IRR dan Net B/C Terhadap Jumlah Produksi Harian ..... 43 12. Ringkasan Rencana Anggaran Biaya (RAB)..................................... 44 13. Ringkasan Biaya Operasional Pertahun ............................................ 44 14. Ringkasan Modal dan Penerimaan .................................................... 45 15. Ringkasan Sumber Modal ................................................................. 45 16. Ringkasan Analisis Sensitivitas (Rendemen Tebu 7 %) ................... 45 17. Ringkasan Analisis Sensitivitas (Penurunan Harga Jual) .................. 45 18. Ringkasan Analisis Switching Value ................................................. 45 19. Jenis Pekerjaan dan Jumlah Karyawan .............................................. 47 20. Jenis Pekerjaan dan Upah Tenaga Kerja ........................................... 48 21. Perbandingan Pendapatan Pengolahan Gula Kristal dan Gula Merah 50 22. Rekapitulasi Hasil Studi .................................................................... 55

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    No. Halaman

    1. Diagram Alir Pembuatan Gula Merah Tebu (Utami, 2008) ................ 7 2. Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis .............................................. 12 3. Aspek-Aspek Penilaian dalam Studi Kelayakan ................................ 15 4. Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................... 16 5. Diagram Alir (Flow Chart) Penelitian................................................. 17 6. Layout Pabrik Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu .......................... 35 7. Struktur Organisasi .............................................................................. 46 8. Model Kelembagaan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu ................ 54

    \

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    No. Halaman

    1. Daftar Pertanyaan Wawancara .......................................................... 62 2. Rencana Kebutuhan Fisik Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu ...... 64 3. Index Harga Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu ........................... 66 4. Rancangan Anggaran Biaya Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu .. 68 5. Rekapitulasi Biaya Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu ................. 70 6. Penyusutan Aset Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu .................... 71 7. Tingkat Suku Bunga Pinjaman Bank ................................................. 72 8. Anuitas Pengembalian Pinjaman Modal Investasi Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu ............................................................................... 73 9. Anuitas Pengembalian Pinjaman Modal Kerja Usaha Pengolahan

    Gula Merah Tebu .............................................................................. 74 10. Pajak Bumi dan Bangunan UU. NO 28 Tahun 2009 .............................. 75 11. Analisa Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu . 76 12. Gross B/C, Net B/C, IRR Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu ....... 77 13. Profitability Ratio Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu .................. 78 14. Payback Period Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu .................... 78 15. Perhitungan Kelayakan Finansial Secara Manual ............................. 78 16. Dokumentasi ...................................................................................... 80

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia

    karena tergolong dalam kelompok bahan pokok untuk konsumsi sehari-

    hari. Pada tahun 2010, total konsumsi gula nasional baik konsumsi industri

    maupun rumah tangga sebesar 4,55 juta ton sedangkan produksi gula

    hanya 2,44 juta ton sehingga terjadi kekurangan suplai gula (Simposium

    Gula Nasional, 2012). Kekurangan suplai gula tersebut dipenuhi dengan

    melakukan impor gula. Pada Tabel 1, terlihat bahwa produksi nasional

    tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi secara keseluruhan sehingga

    pemerintah harus melakukan impor gula. Produksi yang tidak mampu

    mengimbangi konsumsi gula disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu

    penurunan areal perkebunan tebu karena lahan dikonversi untuk daerah

    perumahan dan industri, penurunan rendemen, harga gula yang terus

    menurun, dan penurunan efisiensi pabrik (Susila, 2006).

    Tabel 1. Produksi, Impor, dan Konsumsi Gula Nasional (dalam juta ton)

    Sumber: Simposium Gula Nasional (2012)

    Gula merah merupakan salah satu alternatif yang dapat memenuhi

    kebutuhan gula di Indonesia (Priyono, 2006). Gula merah diproduksi

    dengan menggunakan bahan baku dari kelompok tanaman palem seperti

    pohon aren, lontar, nipah, dan kelapa. Namun gula merah juga dapat

    diproduksi dengan bahan baku tebu menggunakan teknik pengolahan

    yang sangat sederhana dan dapat diusahakan pada skala industri rumah

    Tahun Produksi Impor Total Suplai Konsumsi Langsung

    Konsumsi Industri

    Total Permintaan

    2005 2,24 2,37 4,61 2,78 1,21 3,99

    2006 2,31 1,71 4,02 3,08 1,22 4,3

    2007 2,95 2,84 5,79 3,39 1,31 4,7

    2008 2,57 2,04 4,61 3,83 1,51 5,34

    2009 2,3 2,75 5,05 2,97 1,57 4,54

    2010 2,24 2,91 5,15 2,86 1,69 4,55

  • 2

    tangga. Gula merah tebu dihasilkan dari pengolahan nira tebu yang

    berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua (Lhestari, 2006).

    Gula merah banyak digunakan untuk konsumsi rumah tangga

    sebagai pemanis, penambah aroma dan warna. Salah satu sifat yang

    membedakan gula merah dan gula pasir adalah gula merah dapat

    menimbulkan tekstur makanan yang lebih empuk. Gula merah juga

    digunakan sebagai bahan baku pada industri kecil baik makanan maupun

    minuman seperti industri kecap dan tauco yang menggunakan gula merah

    sebagai pemanis (Soekarto dkk, 2010).

    Pola hidup masyarakat yang semakin memperhatikan nutrisi

    makanan yang dikonsumsi, gula merah akan semakin diminati sebagai

    pengganti konsumsi gula putih. Gula merah memiliki manfaat nutrisi

    yang lebih baik jika ditinjau dari segi kesehatan. Perbandingan

    kandungan dan manfaat antara gula putih dan gula merah ditunjukkan

    pada Tabel 2. Keunggulan tersebut mampu menjadi pendukung

    dikembangkannya usaha gula merah tebu (Narulita, 2008)

    Tabel 2. Perbandingan gula pasir dan gula merah Variabel Gula Pasir Gula Merah

    Rasa Manis Ya Ya Glukosa Ada Ada Galaktomanan (berfungsi untuk kesehatan)

    Tidak ada Ada

    Energi spontan (energi bisa langsung digunakan oleh tubuh)

    Tidak Ya

    Antioksidan Tidak Ya Lebih bermanfaat untuk diabetes

    Tidak Ya

    Mengandung senyawa non-gizi yg bermanfaat untuk diabetes (penelitian terbaru yang belum dipublikasikan)

    Tidak Ya

    Aroma khas nira Tidak Ya Mengandung senyawa yg bermanfaat untuk kesehatan seperti yg ada dalam kelapa muda (peneliti Depkes RI, non publikasi)

    Tidak Ya

    Sumber: www.javasugar.com/gula.htm (2007)

  • 3

    Industri gula merah tebu merupakan salah satu industri berpotensi

    meraup keuntungan besar. Hal ini disebabkan karena proses

    pembuatannya relatif mudah, alat-alat yang dibutuhkan sederhana, dan

    dapat menjadi alternatif pengolahan tebu selain diolah menjadi gula

    kristal di pabrik gula. Industri ini juga dapat dijalankan dengan mudah

    karena biaya investasi yang dibutuhkan relatif kecil sehingga dapat

    diusahakan pada skala industri kecil maupun rumah tangga. Potensi

    tersebut juga didukung oleh permintaan gula merah tebu oleh pihak

    industri sangat tinggi, misalnya di Jawa Timur dari kebutuhan sebesar

    30-40 ribu ton per tahun, petani hanya bisa memenuhi kebutuhan

    produksi sekitar 5 ribu ton (Rosdiansyah, 2012).

    Gula merah tebu juga memiliki potensi ekspor sehingga semakin

    menguntungkan industri gula merah tebu. Permintaan ekspor gula merah

    terbesar berasal dari Kanada, Amerika, Belgia, Australia, dan Eropa.

    Permintaan mencapai 500 ton per bulan sedangkan pasokan gula merah

    saat ini hanya sebesar 30 hingga 50 ton per bulan

    (www.metrotvnews.com, 2011). Di Jawa Timur telah ada industri gula

    merah tebu, milik Ahmad Rubai, yang menjadi produsen sekaligus

    eksportir tunggal untuk gula merah tebu ke Jepang sejak tahun 1995.

    Ahmad Rubai mengekspor gula merah tebu sebanyak 300 ton per tahun

    dengan omset mencapai Rp. 15 M pertahun. Jepang menggunakan gula

    merah tebu sebagai bahan baku untuk industri sirup, kecap dan kue basah

    (Astuti, 2009).

    Produksi gula merah tebu merupakan aktivitas baru yang dikenal

    oleh petani tebu di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Gula merah

    tebu di Kabupaten Takalar juga berpotensi untuk dikembangkan dengan

    melihat ketersediaan lahan, iklim yang sesuai dan juga teknik budidaya

    tebu yang telah dikenal dengan baik oleh masyarakat. Pada tahun 2010, di

    Sulawesi Selatan terdapat areal pertanaman tebu seluas 2.473 hektar,

    jumlah petani 1.559 orang dengan produksi 64.190,16 ton tebu

    sedangkan di Kabupaten Takalar sendiri terdapat perkebunan tebu seluas

    918,71 ha, jumlah petani 500 orang dengan produksi 918,71 ton (BPS

  • 4

    Sulsel, 2011). Menurut Darma (2011), masih terdapat lahan dengan luas

    252.790 hektar sawah dan juga lahan tegalan/lahan kering yang

    berpotensi untuk pengembangan tebu sebagai bahan baku gula merah di

    Sulawesi Selatan.

    UD Julu Atia yang dimiliki Pak Syamsuddin Dg.Ronrong adalah

    usaha pengolahan gula merah tebu dengan lokasi pabrik di Kecamatan

    Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Usaha ini dirintis

    pendiriannya pada tahun 2010 dan mulai beroperasi pada tahun 2011.

    Pada awal pendiriannya, kapasitas produksi hariannya adalah 2 ton tebu

    per hari. Gula merah yang dihasilkan dipasarkan ke pasar lokal dengan

    permintaan tiga kali lipat dibandingkan kapasitas produksi harian.

    Berdasarkan pengalaman tersebut, pemilik berkehendak untuk

    membangun pabrik baru dengan kapasitas 15 ton tebu per hari untuk

    memenuhi permintaan lokal. Produk juga akan dipasarkan ke pasar

    nasional (antar pulau) dan akan dikembangkan ke pasar ekspor. Untuk

    melakukan pengembangan usaha, perlu dikaji kelayakan pengembangan

    usaha tersebut berdasarkan aspek finansial dan nonfinansialnya. Oleh

    karena itu perlu dilakukan penelitian dengan judul Analisis Kelayakan

    Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu Pada UD Julu Atia,

    Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka

    perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana kelayakan dari usaha pengolahan gula merah tebu UD Julu

    Atia bila dilihat dari aspek finansial dan non finansial yaitu meliputi

    aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial,

    aspek teknis, dan aspek lingkungan?

    2. Bagaimana sensitivitas dari kelayakan usaha pengolahan gula merah

    tebu UD Julu Atia terhadap perubahan yang terjadi berkaitan

    pelaksanaan bisnis?

  • 5

    1.3. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Menganalisis kelayakan dari usaha pengolahan gula merah UD Julu

    Atia bila dilihat dari aspek finansial dan non finansial yaitu meliputi

    aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial,

    aspek teknis, dan aspek lingkungan.

    2. Menganalisis sensitivitas dari kelayakan usaha pengolahan gula merah

    tebu UD Julu Atia terhadap perubahan yang terjadi menyangkut

    pelaksanaan bisnis.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

    1. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menambah

    ilmu pengetahuan di bidang studi kelayakan bisnis terhadap komoditas

    pertanian di Indonesia.

    2. Bagi pengusaha gula merah dapat memberikan informasi mengenai

    kelayakan dari aspek kelayakan finansial dan non finansial dalam

    pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu.

    3. Bagi investor dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan

    untuk melakukan investasi pada usaha pengembangan gula merah

    tebu.

    1.5. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini berfokus menganalisis kelayakan usaha pengolahan

    gula merah tebu UD Julu Atia di Kabupaten Takalar dengan melihat aspek

    finansial dan non finansial yaitu aspek pasar, aspek manajemen dan

    hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek teknis, dan aspek lingkungan.

    Penelitian ini juga akan menganalisis sensitivitas usaha pengolahan gula

    merah tebu terhadap perubahan yang berkaitan dengan pelaksanaan bisnis.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tebu

    Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku pembuatan

    gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim

    tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak

    ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun

    (http://id.wikipedia.org/wiki/Tebu, 2011). Pada saat ini tanaman tebu telah

    dimanfaatkan secara optimal menjadi produk-produk yang memiliki nilai

    tambah yang tinggi. Di Indonesia, pemanfaatan tertinggi bagian tanaman

    tebu adalah pada bagian batangnya, karena batang tebu mengandung nira

    yang memiliki kadar gula yang tinggi untuk selanjuntnya diproses menjadi

    beberapa jenis gula diantaranya gula kristal, gula merah dan gula semut

    (Lhestari, 2006).

    2.2. Gula Merah Tebu

    Menurut Dachlan (1984), gula merah tebu merupakan hasil olahan

    dari nira dengan cara menguapkan airnya kemudian dicetak. Gula merah

    berbentuk padat dan berwarna cokelat kemerahan sampai dengan coklat

    tua. Sedangkan gula merah tebu menurut SNI 01-6237-2000 adalah gula

    yang dihasilkan dari pengolahan sari tebu (Saccharum officinarum)

    melalui pemasakan dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan

    makanan yang diperbolehkan dan berwarna kecokelatan (Lhestari, 2006).

    Gula merah tebu diproduksi secara tradisional di beberapa daerah

    di Indonesia seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Barat.

    Pembuatan gula merah dilakukan secara sederhana di daerah pedesaan

    dengan teknologi sederhana. Tahap awal dari proses pembuatan gula

    merah adalah persiapan nira. Nira dihasilkan dari pemerasan tebu dengan

    menggunakan mesin peras. Nira kemudian disaring dengan menggunakan

    kain penyaring untuk menyaring kotoran seperti potongan ranting, daun

    kering dan serangga. Nira yang telah disaring dimasukkan ke dalam wajan

    pemasakan untuk dipanaskan pada suhu sekitar 1100C sambil dilakukan

  • 7

    pengadukan. Nira yang sudah mengental kemudian diangkat dan

    dimasukkan ke dalam wadah untuk didinginkan sebelum dicetak menjadi

    gula merah (Santoso, 1993).

    Mutu gula merah tebu terutama berasal dari rasa dan juga

    penampilannya yang meliputi bentuk, warna, kekerasan dan

    kekeringannya. Gula merah yang berwarna lebih cerah dan agak keras

    lebih disukai serta memiliki harga jual yang lebih tinggi (Narulita, 2008).

    Batang Tebu

    Penggilingan

    Nira

    Bagase

    Penjernihan dengan pemanasan awal 700C

    Nira Jernih

    Larutan Kapur

    Pemanasan 100-1100C

    Penggumpalan

    Pencetakan

    Gula Merah Tebu

    Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Gula Merah Tebu (Utami, 2008)

  • 8

    Berdasarkan spesifikasi yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi

    Nasional Indonesia dalam SNI 01-6237-2000, syarat mutu gula merah tebu

    dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini :

    Tabel 3. Spesikasi Syarat Mutu Gula Merah Tebu No Jenis Uji Satuan Persyaratan

    Mutu I Mutu II 1 Keadaan

    Bau Rasa Warna

    Penampakan

    - - - -

    Khas Khas Coklat muda sampai tua Tidak berjamur

    Khas Khas Coklat muda sampai tua Tidak berjamur

    2 Bagian yang tidak larut dalam air, b/b

    % Maksimal 1,0 Maksimal 5,0

    3 Air, b/b % Maksimal 8,0 Maksimal 10,0 4 Gula (dihitung

    sebagai sukrosa), b/b

    % Minimal 65 Minimal 60

    5 Gula pereduksi (dihitung sebagai glukosa), b/b

    % Maksimal 11 Maksimal 14

    6 Bahan tambahan makanan pengawet Residu Benzoat

    mg/kg mg/kg

    Maksimal 20 Maksimal 200

    Maksimal 20 Maksimal 200

    7 Cemaran logam Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Timah (Sn) Raksa (Hg)

    mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg

    Maksimal 2,0 Maksimal 2,0 Maksimal 40,0 Maksimal 40,0 Maksimal 0,03

    Maksimal 2,0 Maksimal 2,0 Maksimal 40,0 Maksimal 40,0 Maksimal 0,03

    8 Cemaran Arsen mg/kg Maksimal 0,1 Maksimal 0,1 Sumber : Badan Standardisasi Nasional (2000)

    2.3. Potensi Pengembangan Gula Merah Tebu di Provinsi Sulawesi Selatan

    Pengembangan gula merah tebu harus didukung oleh ketersediaan

    lahan dan kesesuaian iklim untuk menjamin ketersediaan bahan baku tebu.

    Terdapat lahan dengan luas 252.790 hektar yang sangat baik untuk

    pengembangan tebu. Potensi produksi tebu pada lahan yang baik (tersedia

    air) sekitar 140 ton per hektar. Apabila produktivitas tebu adalah 90 ton/ha

  • 9

    pada lahan dengan luas cukup 10.000 ha dari potensi lahan sawah yang

    ada, maka produksi gula yang dapat dicapai sekitar 900 ribu ton per tahun

    jika petani mengolahnya menjadi gula merah. Hal ini akan berbeda jika

    diolah menjadi gula kristal karena hasilnya yang diperoleh hanya sekitar

    750 ribu ton gula kristal. Produksi tersebut masih kategori rendah,

    mengingat rendemen yang digunakan hanya 7,5 persen. Rendemen tebu

    masih dapat lebih tinggi bila tebu diolah oleh petani menjadi gula merah

    kemudian diolah menjadi gula pasir (Darma,2011).

    2.4. Studi Kelayakan Bisnis

    Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), studi kelayakan bisnis adalah

    suatu kegiatan yang menganalisis secara mendalam mengenai suatu usaha

    atau bisnis yang sedang dijalankan untuk menentukan layak atau tidak

    usaha tersebut dijalankan. Sedangkan menurut Umar (2009), studi

    kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak

    hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat

    dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapian keuntungan yang

    maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.

    Studi kelayakan bisnis sangat diperlukan dalam proses

    pengambilan keputusan investasi karena dapat memberikan gambaran

    mengenai prospek tingkat manfaat diterima dari bisnis yang akan

    dijalankan. Menurut Umar (2009), dalam studi kelayakan bisnis terdapat

    beberapa pihak yang membutuhkan laporan studi kelayakan bisnis, yaitu:

    a. Pihak Investor

    Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk memberikan masukan bagi

    investor dalam membuat keputusan investasi. Calon investor akan

    mempelajari laporan studi kelayakan bisnis yang telah dibuat karena

    calon investor memeliki kepentingan langsung terhadap keuntungan

    yang diperoleh dari modal yang telah ditanamkan.

    b. Pihak Kreditor

    Pihak kreditor memerlukan laporan studi kelayakan bisnis digunakan

    untuk melakukan penilaian sebelum memutuskan untuk memberikan

    kredit.

  • 10

    c. Pihak Manajemen Perusahaan

    Laporan studi kelayakan bisnis berguna bagi manajemen perushaan

    untuk merealisasikan ide proyek yang bermuara pada keuntungan

    perusahaan. Pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan itu,

    misalnya dalam hal pendanaan yaitu berapa alokasi dari modal sendiri,

    rencana pendanaan dari investor dan kreditor.

    d. Pihak Pemerintah dan Masyarakat

    Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakan-

    kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimanapun

    pemerintah dapat secara langsung maupun tidak langsung

    mempengaruhi kebijakan perusahaan.

    e. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi

    Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat

    yang didapatkan dan biaya yang ditimbulkan oleh proyek terhadap

    perekonomian nasional.

    2.4.1 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis

    Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), studi kelayakan bisnis

    dilakukan agar proyek yang dijalankan tidak akan sia-sia atau

    dengan kata lain tidak membuang waktu, tenaga, pikiran secara

    cuma-cuma serta tidak menimbulkan masalah yang tidak perlu di

    masa yang akan datang. Terdapat lima tujuan perlunya menyusun

    studi kelayakan bisnis suatu proyek sebelum dijalankan, yaitu:

    a. Menghindari risiko kerugian karena di masa yang akan datang

    semacam kondisi ketidakpastian. Studi kelayakan bisnis dapat

    meminimalkan risiko yang tidak kita inginkan terjadi.

    b. Memudahkan perencanaan, baik itu meliputi jumlah dana yang

    diperlukan, kapan usaha atau proyek akan dijalankan, dimana

    lokasi proyek akan dibangun, siapa yang akan

    melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya, dan berapa

    besar keuntungan yang akan diperoleh.

  • 11

    c. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan karena telah disusun

    berbagai rencana yang akan sangat memudahkan pelaksanaan

    bisnis.

    d. Memudahkan pengawasan karena pelaksanaan proyek akan

    didasarkan pada perencanaan yang telah disusun. Pengawasan

    perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng dari

    rencana yang telah disusun.

    e. Memudahkan pengendalian sehingga apabila terjadi

    penyimpangan akan mudah terdeteksi. Tujuan pengendalian

    adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang

    melenceng ke perencanaan sesungguhnya sehingga pada

    akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai.

    2.4.2 Tahap-Tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis

    Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), tahapan dalam melakukan

    studi kelayakan bisnis perlu dilakukan secara benar agar tujuan yang

    telah ditetapkan dapat tercapai. Tahapan dalam studi kelayakan

    dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan studi kelayakan dan

    keakuratan penilaian. Tahapan dalam melakukan studi kelayakan

    yang umum dilakukan adalah:

    a. Pengumpulan data dan informasi

    Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap

    mungkin, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

    Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber-sumber

    yang dapat dipercaya, misalnya Biro Pusat Statistika (BPS),

    Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bank Indonesia

    (BI) dan sebagianya.

    b. Melakukan pengolahan data

    Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, maka

    langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan

    informasi tersebut. Pengolahan data dilakukan secara benar dan

    akurat dengan menggunakan metode-metode dan ukuran yang

    telah lazim digunakan dalam bisnis.

  • 12

    c. Analisis Data

    Analisis data dilakukan dalam rangka menentukan kriteria

    kelayakan dari suatu aspek. Kelayakan bisnis ditentukan

    dengan kriteria-kriteria yang telah memenuhi syarat sesuai

    kriteria yang layak digunakan.

    d. Mengambil keputusan

    Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan telah

    diperoleh hasil pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah

    mengambil keputusan terhadap hasil tersebut.

    e. Memberikan rekomendasi

    Tahap terakhir adalah memberikan rekomendasi kepada pihak-

    pihak tertentu terhadap laporan studi yang telah disusun. Dalam

    memberikan rekomendasi, diberikan juga saran-saran jika

    memang masih dibutuhkan.

    2.4.3 Aspek Aspek Penilaian Bisnis

    Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

    melakukan studi kelayakan bisnis. Masing-masing aspek saling

    berkaitan dan tidak berdiri sendiri (Kasmir dan Jakfar, 2009). Aspek

    yang perlu diperhatikan terbagi dalam dua kelompok, yaitu aspek

    finansial (keuangan) dan non finansial. Aspek non finansial terdiri

    Gambar 2. Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis

    Pengumpulan data

    Pengolahan data

    Analisis data

    Mengambil keputusan

    Direkomendasikan Dijalankan

    Dibatalkan

    tidak layak

  • 13

    dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek

    sosial ekonomi, dan aspek lingkungan (Nurmalina dkk, 2010).

    1. Aspek Pasar Pengkajian aspek pasar bertujuan untuk menguji serta menilai

    sejauh mana pasar dari produk tersebut mampu mempengaruhi

    pengembangan usaha tersebut. Dalam pembahasannya, terdapat

    beberapa faktor yang perlu dinilai, yaitu kecenderungan permintaan

    produk tersebut dari tahun ke tahun, seberapa besar market share

    yang tersedia di masa yang akan datang dan seberapa besar market

    share yang ditargetkan untuk diraih serta faktor yang mempengaruhi

    permintaan (Ibrahim, 2003). Aspek pasar menempati prioritas

    pertama dalam studi kelayakan bisnis. Kegiatan bisnis diharapkan

    dapat berjalan dengan baik dan produk mendapat tempat di pasaran

    serta dapat menghasilkan penjualan yang memadai dan

    menguntungkan (Nurmalina dkk, 2010).

    Dalam aspek pasar juga dirumuskan strategi pemasaran yang

    akan dijalankan untuk menangkap peluang pasar yang ada. Dalam hal

    ini, strategi tersebut dirumuskan melalui proses riset pemasaran, baik

    terjun lansung ke lapangan maupun dengan mengumpulkan data dari

    berbagai sumber yang dijalankan untuk menentukan besarnya pasar

    nyata dan potensi pasar yang ada (Kasmir dan Jakfar, 2009).

    2. Aspek Finansial Penilaian dalam aspek finansial dilakukan melalui penentuan

    satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak dari

    keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha. Terdapat tiga

    kegiatan utama dalam penilaian aspek finansial, yaitu: membuat rekap

    dari penerimaan, rekap biaya yang dikeluarkan, dan menguji apakah

    aliran kas masuk yang dihasilkan layak berdasarkan kriteria

    kelayakan yang ada (Sofyan, 2003). Metode penilaian yang akan

    digunakan adalah menghitung Net Present Value, Gross B/C Ratio,

    Net B/C Ratio, Internal Rate of Return, Profitability Ratio dan

    Payback Period.

  • 14

    3. Aspek Teknis

    Menurut Nurmalina dkk (2010), aspek teknis merupakan aspek

    yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan

    pengoperasiannya setelah bisnis selesai dibangun. Berdasarkan

    analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya

    investasi termasuk biaya eksploitasinya. Dalam aspek ini akan diteliti

    mengenai lokasi usaha, gedung, mesin, peralatan serta layout pabrik

    (Kasmir dan Jakfar, 2009).

    4. Aspek Manajemen dan Hukum Terdapat dua macam studi yang perlu dilakukan alam aspek

    manajemen, yaitu manajemen saat pembangunan proyek bisnis dan

    manajemen saat bisnis dioperasionalkan secara rutin. Di dalam

    pembangunan proyek bisnis, telaah manajemennya antara lain

    menyusun rencana kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana

    mengordinasikannya, dan mengawasi pelaksanaan proyek dengan

    sebaik-baiknya (Umar, 2009). Menurut (Kasmir dan Jakfar, 2009),

    aspek hukum (operasional) meliputi masalah kelengkapan dan

    keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha

    sampai izin-izin yang dimiliki.

    5. Aspek Sosial dan Ekonomi Menurut Nurmalina dkk (2010), dalam aspek sosial dan

    ekonomi, yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai

    dampak sosial dan ekonomi terhadap masyarakat. Dalam aspek sosial,

    yang dipelajari adalah penambahan dan pemerataan kesempatan

    kerja. Dari aspek ekonomi yang dipelajari adalah apakah bisnis

    tersebut dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan

    masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak dan

    menambah kegiatan ekonomi.

    6. Aspek Lingkungan

    Kajian mengenai aspek lingkungan dilakukan dengan tujuan

    untuk mengetahui dampak yang akan yang akan ditimbulkan dari

    pendirian usaha tesebut terhadap lingkungan sekitar. Kesalahan

  • 15

    penilaian dalam aspek lingkungan akan berdampak negatif di

    kemudian hari, baik bagi pelaku usaha maupun bagi lingkungan

    (Sofyan, 2003). Aspek ini sangat penting karena akan menentukan

    juga kelangsungan jalannya bisnis tersebut.

    2.5. Analisis Sensitivitas

    Menurut Sinaga (2009), analisis sensitivitas digunakan untuk

    mengetahui alternatif kemungkinan hasil studi kelayakan yang diperoleh

    sehubungan dengan dilakukannya berbagai kemungkinan perubahan atas

    salah satu atau beberapa komponen yang menyangkut pelaksanaan bisnis.

    Perubahan atas komponen dapat disebabkan oleh cost overrun, perubahan

    harga, waktu pelaksanaan, dan perubahan internal rate of return (IRR)

    atau return on investment (ROI). Tujuan utama dilakukannya analisis

    sensitivitas tersebut adalah untuk memperbaiki desain dan atau

    pelaksanaan bisnis sehingga dapat meningkatkan IRR dan untuk

    mengurangi resiko kerugian, dengan cara melakukan tindakan-tindakan

    Gambar 3.Aspek-Aspek Penilaian dalam Studi Kelayakan

    Aspek Penilaian

    Aspek Teknis

    Aspek Manajemen dan Hukum

    Aspek Sosial dan Ekonomi

    Aspek Lingkungan

    Aspek Pasar

    Hasil Studi

    Aspek Finansial

  • 16

    pencegahan yang dianggap perlu pada saat pelaksanaan pembangunan

    proyek.

    2.6. Penelitian Terdahulu

    Pada penelitian Rahmawati (2011) yang mengevaluasi kelayakan

    usaha pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm di Kecamatan

    Ciampea Bogor, hasil penelitian yang diperoleh adalah usaha tersebut

    layak untuk dijalankan. Dilihat dari aspek pemasaran, usaha pembenihan

    ikan patin mempunyai permintaan yang tinggi baik dari pelanggan di

    daerah Bogor maupun di daerah sekitar Jawa Barat. Sedangkan dari aspek

    finansial, usaha pembenihan ikan patin ini layak secara finansial. Kriteria

    kelayakan investasi menghasilkan NPV usaha bernilai Rp.153.983.555,00,

    IRR 51 persen, BCR 2,95, PBP adalah 2,34 tahun dan BEP

    Rp.310.083.025,00 serta BEP Quantity sebesar 1.946.422.

    Dalam penelitian Utami (2008) tentang pengembangan usaha gula

    merah tebu di Kabupaten Rembang, menyatakan bahwa usaha gula merah

    tebu layak untuk dikembangkan dengan kedua kondisi, yaitu kondisi yang

    dilakukan saat ini (tanpa pengembangan) dan kondisi penerapan

    pengembangan. Nilai kriteria kelayakan untuk masing-masing industri

    sebagai berikut NPV sebesar Rp 257.968.831,00 dan Rp 854.471.865,00;

    IRR sebesar 40,60 %. dan 51,12 %; Net B/C sebesar 1,97 dan 3,34; BEP

    sebesar Rp. 195.968.791,00 atau 59.384 Kg/tahun dan Rp 158.721.400,00

    atau 45.349 Kg/tahun; PBP sebesar 2,96 dan 1,89 tahun. Namun jika

    ditinjau dari indikator NPV, kondisi pengembangan usaha dengan

    menerapkan alternatif yang ada memiliki nilai NPV jauh lebih besar

    dibandingkan nilai NPV kondisi usaha tanpa pengembangan. Sehingga

    pilihan terbaik untuk mengembangkan usaha gula merah tebu adalah

    penerapan alternatif pengembangan yang ada, yang didukung pula oleh

    kriteria investasi lainnya.

  • 17

    III. METODE PENELITIAN

    3.1. Kerangka Pemikiran

    Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi

    kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi

    rumah tangga maupun industri untuk memenuhi kebutuhannya.

    Pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu di Kabupaten Takalar

    diharapkan dapat memenuhi kebutuhan permintaan gula di Indonesia yang

    saat ini terus mengalami peningkatan. Kondisi saat ini menggambarkan

    bahwa kapasitas produksi yang tidak dapat mencukupi kebutuhan gula

    sehingga dilakukan impor gula.

    Pengembangan komoditas tebu memberikan pilihan bagi petani

    untuk menjual hasil panennya ke pabrik gula atau mengolahnya sendiri

    menjadi gula merah. Dengan teknologi pemerasan dan pemasakan dengan

    tungku hemat energi, petani dapat mengolah sendiri tebu menjadi gula

    merah. Pengembangan usaha ini dihadapkan pada pilihan petani, namun

    yang menentukan adalah pendapatan bersih yang akan diperoleh petani.

    Kondisi usaha gula merah tebu di Kabupaten Takalar saat ini merupakan

    suatu usaha baru dengan permintaan produk yang tinggi, terdapat kebun

    tebu yang hanya diperuntukkan sebagai bahan baku pabrik gula dan

    terdapat lahan luas yang potensial untuk ditanami tebu sebagai bahan baku

    pembuatan gula merah serta terdapat teknologi yang sederhana.

    UD Julu Atia yang dimiliki Pak Syamsuddin Dg.Ronrong adalah

    usaha pengolahan gula merah tebu dengan pabrik yang berlokasi di

    Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Pada awal

    pendiriannya, kapasitas produksi hariannya adalah 2 ton tebu per hari.

    Gula merah yang dihasilkan dipasarkan ke pasar lokal dengan permintaan

    tiga kali lipat dibandingkan kapasitas produksi harian. Berdasarkan

    pengalaman tersebut, pemilik berkehendak untuk membangun pabrik baru

    dengan kapasitas 15 ton tebu perhari untuk memenuhi permintaan lokal

    dan akan dikembangkan ke pasar antarpulau dan ekspor.

  • 18

    Untuk mengembangkan suatu bisnis perlu dilakukan berbagai

    perencanaan yang matang terlebih dahulu. Agar rencana pengembangan

    usaha pengolahan gula merah tebu UD Julu Atia, perlu dilakukan analisis

    studi kelayakan pengembangan usaha. Studi kelayakan pengembangan

    usaha akan menganalisis kelayakan pengembangan usahanya yang ditinjau

    dari aspek finansial maupun non finansial. Dari hasil analisis ini akan

    diberikan rekomendasi apakah rencana pengembangan usaha tersebut

    layak untuk dijalankan atau tidak. Jika layak maka rencana pengembangan

    akan diimplementasikan, tetapi jika tidak layak rencana pengembangan

    akan dievaluasi baik itu dari aspek finansial maupun non finansialnya.

  • 19

    Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian

    UD Julu Atia

    Evaluasi

    Layak Tidak Layak

    Implementasi

    Aspek finansial: - Kriteria investasi (NPV,

    IRR, Gross B/C. Net B/C, PBP, PR)

    - Analisis sensitivitas

    Aspek non finansial: - Aspek pasar - Aspek teknis - Aspek manajemen hukum - Aspek ekonomi dan sosial - Aspek lingkungan

    Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu

    Identifikasi kondisi yang ada: - Kekurangan suplai gula - Gula merah sebagai alternatif pemenuhan

    kebutuhan konsumsi gula - Terdapat potensi lahan - Permintaan pasar lokal dan antar pulau

    belum dapat dipenuhi - Potensi ekspor

    Kondisi Existing: Pabrik Kapasitas Kecil (2 ton tebu per hari)

    Pengembangan Usaha dengan Pembangunan Pabrik Kapasitas Besar (15 ton tebu per hari)

    Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu

  • 19

    Gambar 5. Diagram Alir (Flow Chart) Penelitian

    Data/informasi aktual: Biaya

    produksi Biaya

    investasi Harga jual Modal Usaha Biaya lain-

    lain Profil usaha

    Proses: Identifikasi Aspek

    Non finansial Analsis Kelayakan

    Aspek Finansial Analisis Sensitivitas

    Outcome Rekomendasi

    langkah-langkah strategik bagi

    pengusaha tebu untuk rencana pengembangan

    usaha yang layak untuk di dijalankan

    Lingkungan: Kebijakan Pemerintah Iklim

    Feedback

    Impact Peningkatan produksi gula merah tebu berbasis petani

    Peningkatan investasi pada industri gula merah tebu

    Mengurangi impor gula Mencukupi permintaan gula masyarakat

    Hasil yang diharapkan: Kelayakan aspek

    non finansial Kelayakan aspek

    finansial Tingkat

    sensitivitas bisnis

    Parameter Kontrol: NPV > 0 Gross B/C > 1 Net B/C > 1 IRR discount

    rate PR >1 PBP < periode

    maksimum

    Kondisi Saat Ini: Permintaan gula

    meningkat Terdapat lahan

    potensial Harga gula

    cenderung meningkat

    Terdapat teknologi pengolahan

    Gula merah sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan gula

    Wawancara Observasi

    Studi Literatur

    Faktor-faktor berpengaruh yang tidak dapat dikendalikan:

    Kondisi Ekonomi Kebijakan Pemerintah Iklim Permintaan

    Faktor-faktor berpengaruh yang dapat dikendalikan:

    Harga Produk Manajemen Teknik Produksi

    20

  • 21

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada UD Julu Atia yang terletak di Desa

    Patene, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi

    Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-

    Maret 2012. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa

    UD Julu Atia adalah perusahaan yang pertama mengusahakan pengolahan

    gula merah dari tebu di Sulawesi Selatan dengan didukung ketersediaan

    bahan baku, skala produksi, teknologi produksi yang sudah dikuasai oleh

    pemilik dan pemasaran yang cukup besar.

    3.3. Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini, data yang digunakan berupa data primer dan

    sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

    sumbernya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh tidak

    secara langsung dari sumbernya. Data primer yang dibutuhkan diperoleh

    secara langsung dari pengusaha gula merah tebu melalui kegiatan

    wawancara dan observasi secara langsung di lapangan. Sedangkan data

    sekunder bersumber dari studi pustaka, seperti buku, literatur, jurnal dan,

    internet.

    3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

    Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan secara kualitatif

    dan kuantitatif. Pengolahan data kualitatif digunakan untuk menganalisis

    aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial,

    aspek teknis, dan aspek lingkungan. Sedangkan pengolahan data

    kuantitatif dilakukan pada aspek finansial dengan menghitung, Net Present

    Value (NPV), Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Internal Rate of Return

    (IRR), Profitability Ratio (PR), dan Payback Period (PBP), dan analisis

    sensitivitas dengan bantuan aplikasi komputer Microsoft Excel 2007. Hasil

    dari pengolahan data ini diinterpretasikan secara deskriptif untuk

    menggambarkan kelayakan usaha dari bisnis tersebut.

  • 22

    3.4.1 Analisis Kriteria Investasi

    1. Net Present Value (NPV)

    Menurut Nurmalina dkk (2010), kelayakan suatu bisnis dinilai

    dari total manfaat yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan.

    Bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari nol ( NPV > 0) yang

    berarti bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. NPV atau

    nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value

    manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value

    dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Rumus NPV dapat

    dinyatakan sebagai berikut:

    NPV =

    ......................................................... (1)

    Keterangan :

    Bt = manfaat pada tahun t

    Ct = biaya pada tahun t

    t = tahun kegiatan bisnis (t= 0,1,2,3,, n)

    i = diskon rate (%)

    2. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

    Menurut Nurmalina dkk (2010), Gross B/C ratio merupakan

    kriteria kelayakan lain yang biasanya digunakan dalam analisis bisnis.

    Perhitungan Gross B/C menggunakan nilai kotor baik dari manfaat

    maupun biaya. Kriteria ini akan menggambarkan pengaruh dari adanya

    tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima. Suatu

    bisnis dikatakan layak apabila nilai Gross B/C lebih dari 1 (Gross B/C

    > 1). Secara matematis rumus dari Gross B/C adalah sebagai berikut:

    Gross B/C =

    .................................................... (2)

    Keterangan:

    Bt = manfaat pada tahun t

    Ct = biaya pada tahun t

    n = umur bisnis

    i = diskon rate (%)

  • 23

    3. Net Benefit Cost ratio (Net B/C)

    Menurut Ibrahim (2003), Net B/C adalah rasio antara nilai net

    benefit yang diskontokan positif dan dengan nilai net benefit yang

    didiskontokan negatif. Suatu bisnis dikatakan layak jika Net B/C lebih

    besar dari satu (Net B/C>1). Rumus dari Net B/C adalah sebagai

    berikut:

    Net B/C =

    ....................................................... (3)

    Keterangan:

    Bt = manfaat pada tahun t

    Ct = biaya pada tahun t

    t = tahun

    i = diskon rate (%)

    4. Internal Rate of Return (IRR)

    Menurut Nurmalina dkk (2010) IRR adalah tingkat discount rate

    yang menghasilkan NPV sama dengan nol (NVP=0). Sebuah bisnis

    dikatakan layak apabila IRR lebih besar dari opportunity cost of

    capital. Berikut rumusan untuk IRR :

    IRR = +

    ( ....................................... (4)

    Keterangan:

    i1 = Diskon rate yang menghasilkan NPV positif

    i2 = Diskon rate yang menghasilkan NPV negatif

    NPV1 = NPV positif

    NPV2 = NPV negatif.

    5. Profitability Ratio (PR) Menurut Ibrahim (2003), profitability ratio adalah perbandingan

    antara manfaat dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibandingkan

    dengan jumlah investasi dimana nilainya sudah didiskontokan

    Rumus:

    (5)

  • 24

    Keterangan:

    Bi = Total benefit

    Omi = Total Biaya Operasi dan Pemeliharaan

    Ii = Total Investasi

    6. Payback Periode

    Menurut Nurmalina dkk (2010), metode ini mengukur kecepatan

    pengembalian investasi. Semakin cepat Payback Period yang dimiliki

    oleh suatu bisnis maka semakin baik bisnis tersebut untuk dijalankan.

    Berikut adalah rumusan dari Payback Periode:

    PBP = N IK M B

    x 1 tahun .................................. (6)

    3.4.2 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui kepekaan

    suatu bisnis terhadap perubahan beberapa variabel komponen. Analisis

    sensitivitas dilakukan dengan mengubah besarnya variabel-variabel

    yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam

    kombinasi dengan suatu persentase yang diprediksi. Dengan demikian

    analisis sensitivitas dapat membantu manajemen sehubungan dengan

    keputusan yang akan diambil berdasarkan evaluasi akhir hasil

    perhitungan studi kelayakan pengembangan yang dilakukan, yaitu

    untuk menentukan apakah rencana pengembangan disetujui atau ditolak

    (Nurmalina dkk, 2010). Variabel yang menjadi komponen sensitivitas

    dalam penelitian ini adalah harga bahan bakar minyak, jumlah produksi,

    rendemen tebu yang digunakan sebagai bahan baku dan penurunan

    harga jual gula merah tebu.

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum Usaha

    UD Julu Atia adalah usaha pengolahan gula merah tebu yang

    terletak di Desa Patene, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten

    Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Takalar merupakan salah

    satu lokasi Pabrik Gula PTPN XIV dengan areal perkebunan tebu dan

    tebu rakyat berada di Kabupaten Takalar, Kabupaten Gowa, dan

    Kabupaten Jeneponto. Dua pabrik gula (PG) lainnya milik PTPN XIV

    yaitu PG Arasoe dan PG Camming berada di Kabupaten Bone. Luas areal

    tanaman tebu yang diusahakan oleh PTPN XIV adalah 11.372 hektar dan

    diusahakan oleh rakyat 2.646 hektar. Kabupaten Takalar sebagai lokasi

    Pabrik Gula Takalar berada di antara Kabupaten Gowa dan Kabupaten

    Jeneponto pada poros jalan Kota Makassar ( ibu kota provinsi Sulawesi

    Selatan) dengan Kabupaten Jeneponto.

    UD Julu Atia yang dimiliki oleh Pak Syam ini dirintis pendiriannya

    di Kabupaten Takalar pada tahun 2010 dan mulai beroperasi pada tahun

    2011. Usaha ini diawali dari ajakan Ibu Dr. Ir. A. Majda A. Zain, MS,

    Rektor Universitas Islam Makassar (UIM) dan sekaligus sebagai istri

    Wakil Gubernur Sulawesi Selatan (Ir. Agus Arifin Numang, MS.)

    dengan membawa pengusaha gula merah tebu ke Puncak Lawang,

    Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, untuk melihat pengolahan

    gula merah tebu secara tradisional yang sudah dikembangkan sebelum

    kemerdekaan. Setelah dari Sumatera Barat, kunjungan dilanjutkan lagi ke

    Kecamatan Slumbung, Kabupaten Kediri sebagai salah satu sentra

    produksi gula merah tebu di Provinsi Jawa Timur. Pada kesempatan

    tersebut Pak Syam bertemu dengan salah satu eksportir gula merah tebu,

    H. Rubai, yang sudah mengekspor gula merah ke Jepang sejak tahun 1995

    tetapi sudah mengusahakan gula merah tebu sejak tahun 1976. Melihat

    keberhasilan dari H. Rubai, Pak Syam kemudian bertekad untuk mengolah

    gula merah tebu di Takalar. Obsesi ini beralasan mengingat bahwa Pak

  • 26

    Syam sudah mengusahakan budi daya tebu sejak 2000, dan memahami

    betul prospek budi daya tebu dan pengolahan gula merah tebu.

    Visi yang diusung oleh Pak Syam untuk mendirikan UD Julu Atia

    ini adalah Sebagai pemasok dan eksportir gula merah tebu terbesar di

    Sulawesi Selatan. Visi tersebut ditetapkan bukan tanpa dasar, Pak Syam

    termasuk kelompok tani dan petani maju. Beliau pernah mendatangkan

    bibit jenis varietas baru senilai Rp 93 juta yang didatangkan dari Pasuruan,

    Jawa Timur, dan saat ini banyak digunakan oleh petani tebu di Sulawesi

    Selatan. Dari bibit tersebut Pak Syam pernah mencapai panen sebanyak

    500 ton tebu dari 3 hektar lahan. Pak Syam juga memiliki tanaman tebu

    yang sudah mencapai ratoon 7 dengan produksi 70 ton/hektar. Kemudahan

    dan produksi yang tinggi dari budi daya tebu membuat pak Syam sangat

    yakin bahwa usaha pengolahan gula merah tebu memiliki prospek yang

    menjanjikan.

    Misi Pak Syam sebagai pemilik UD Julu Atia ini adalah:

    a. Menghasilkan gula merah tebu yang memenuhi standar ekspor.

    b. Membangun jaringan produksi dengan petani tebu.

    c. Menjadikan Sulawesi Selatan sebagai salah satu lumbung gula merah

    tebu di Indonesia.

    Misi yang dirumuskan diwujudkan dengan memperbaiki kualitas

    tebu yang dapat dilakukan melalui kegiatan budi daya dan teknik

    pengolahan yang tepat. Namun kualitas tebu lebih banyak ditentukan oleh

    teknis pengolahan yang dapat dikendalikan, sementara teknis budi daya

    tebu tidak terlalu megalami pengaruh dari perubahan alam atau iklim.

    Budi daya tebu di Kabupaten Takalar dan beberapa kabupaten di

    Sulawesi Selatan bukan hal yang baru, sehingga untuk meningkatkan

    produksi dapat dilakukan dengan mudah dengan membangun jaringan

    kerja sama dengan petani tebu baik dalam betuk kerja sama dalam

    pengolahan gula merah tebu maupun dalam pemasaran produk. Potensi

    luas areal lahan kering dan sawah yang tidak berpengairan yang cukup

    luas, budaya masyarakat bertanam tebu, dan karakter masyarakat

  • 27

    Sulawesi Selatan yang cepat berkembang, memungkinkan Sulawesi

    Selatan berpotensi menjadi lumbung gula di Indonesia.

    4.2. Awal Pengembangan Usaha

    Sebelum memulai rencana bisnis pengembangan (business plan)

    usaha pengolahan gula merah tebu, terlebih dahulu dilakukan analisis

    usaha yang pertama dikembangkan sebagai suatu proses pembelajaran dan

    sarana pengembangan jaringan bisnis. Pabrik dibangun di samping rumah

    tempat tinggal Pak Syam dengan kapasitas produksi rata-rata 2 ton tebu

    per hari. Pada awal usahanya, Pak Syam hanya bertindak sebagai

    pengolah tebu. Tebu berasal dari petani tebu dan penjualannya juga

    diserahkan kepada petani sehingga Pak Syam hanya menerima upah

    pengolahan (upah giling). Dengan mempekerjakan empat orang tenaga

    kerja. Usaha pengolahan gula merah tebu dapat memberikan pendapatan

    bersih sekitar Rp 27,93 juta per tahun dengan nilai investasi sekitar Rp 22

    juta (tidak termasuk bangunan) untuk periode investasi selama sepuluh

    tahun.

    Tabel 4. Biaya Operasional Pertahun UD Julu Atia Kapasitas 2 Ton

    No Uraian (Rp) Nilai (Rp) Penyusutan (Rp)

    Biaya/tahun (Rp)

    1 Mesin peras 8.000.000 800.000 800.000

    2 Motor penggerak 8.000.000 800.000 800.000

    3 Tungku 6.000.000 600.000 600.000

    5 Perlengkapan 1.000.000 1.000.000

    6 Pemeliharaan 1.000.000 1.000.000

    7 Tenaga Kerja 25.200.000

    8 Bahan Bakar 2.430.000

    9 Oli 720.000

    Total 32.550.000

  • 28

    Tabel 5. Pendapatan Pertahun UD Julu Atia Kapasitas 2 Ton

    No. Uraian Nilai (Rp)

    1 Pendapatan Rp 60.480.000

    2 Biaya Operasional Rp 32.550.000

    Pendapatan Bersih Rp 27.930.000

    Dengan menggunakan sistem bagi hasil 65-35, yaitu 65 persen

    untuk pemilik tebu 35 persen untuk pabrik pengolahan sebagai jasa

    penggilingan, dimana tebu diantar hingga pabrik pengolahan sehingga

    biaya tebang dan biaya angkut ditanggung oleh pemilik tebu (petani).

    Harga jual gula merah tebu yang berlaku adalah Rp 6.000/kg. Pabrik kecil

    ini dapat dioperasikan selama tujuh bulan (210 hari) masa giling atau

    setara dengan areal tebu seluas 6-7 hektar bila digunakan dua shift

    pekerjaan.

    4.3. Aspek Aspek Analisis Kelayakan Usaha

    Analisis kelayakan pengembangan usaha gula merah tebu ini dikaji

    menurut aspek aspek-aspek yang terdapat dalam analisis kelayakan usaha.

    Aspek kelayakan usaha tersebut adalah aspek finansial, aspek pasar, aspek

    manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek teknis dan aspek

    lingkungan.

    4.3.1 Aspek Pasar

    Dalam aspek pasar, yang dikaji adalah potensi pasar dari produk

    yang akan dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari potensi pasar dan

    kebijakan terhadap bauran pemasaran yang dilakukan.

    1. Potensi Pasar Pasar yang menjadi sasaran UD Julu Atia milik Pak Syam ini

    adalah pasar lokal, antar pulau dan akan dikembangkan ke pasar ekspor.

    Setelah menjalankan usaha gula merah dengan mesin skala kecil, kapasitas

    2 ton tebu per hari, pasar yang dilayani selama ini adalah pasar lokal.

    Berdasarkan pengalaman selama setahun, permintaan lokal sangat tinggi

    dengan kisaran tiga kali lipat dari kapasitas produksi. Produk gula merah

  • 29

    yang dihasilkan langsung terjual pada hari produksi dengan harga Rp

    8.000/kg, sementara prediksinya hanya Rp 5.000-7.000/kg.

    Permintaan lain yang belum dapat dipenuhi adalah permintaan dari

    Jayapura sebanyak 20 ton per bulan dan Kalimantan Timur 15 ton per

    bulan. Surabaya sudah meminta 3.000 ton untuk satu tahun. Pengalaman

    ini menggambarkan prospek pasar gula merah sangat tinggi. Harga gula

    merah dari palm berkisar antara Rp 10.000-15.000/kg. Dengan

    membandingkan harga gula merah tebu dan gula merah dari palm dimana

    perbedaannya cukup besar, dapat dikatakan bahwa gula merah tebu

    memiliki prospek pasar yang besar dan menjanjikan. Selain itu, proses

    pembuatan gula merah tebu sangat mudah dibandingkan dengan proses

    pembuatan gula palem.

    Pengembangan pemasaran produk ke pasar ekspor didasarkan pada

    permintaan ekpor gula merah tebu. Misalnya Koperasi Serba Usaha

    Jatirogo, Nanggulan, Kulonprogo, Yogyakarta, mendapat order ekspor gula

    merah hingga 500 ton per bulan yang hanya dapat dipenuhi sebesar 30

    hingga 50 ton per bulan Permintaan ekspor yang belum dapat terpenuhi

    adalah permintaan dari Kanada, Amerika, Belgia, Australia, dan Eropa

    (www.metrotvnews.com, 2011). Kelompok Tani Sariwangi di Banyumas

    juga hanya dapat memenuhi permintaan gula merah tebu dari Jepang

    sebesar 10 persen. Dari permintaan sebesar 500 ton perbulan, hanya 50 ton

    permintaan yang dapat dipenuhi (Sanjaya, 2011).

    Berdasarkan potensi pasar gula merah tebu baik dari pasar lokal,

    antar pulau, maupun pasar ekspor, Pak Syam sangat yakin bahwa produk

    yang akan diproduksi akan terserap oleh pasar, baik untuk memenuhi

    permintaan pasar lokal, antar pulau dan pasar ekspor.

    2. Bauran Pemasaran

    Pengembangan pemasaran gula merah tebu dapat dilakukan dengan

    menggunakan kumpulan dari variabel-variabel pemasaran yang dapat

    dikendalikan yang digunakan oleh suatu badan usaha untuk mencapai

    tujuan pemasaran yaitu variabel product (produk), price (harga), place

    (tempat), dan promotion (promosi). Sebagian dari strategi ini sudah

  • 30

    dilaksanakan oleh Pak Syam selama ini seperti produk gula padat dua

    kategori warna, pasar lokal dan antar pulau, dan promosi. Strategi harga

    belum dilakukan karena produksi masih sedikit.

    a. Product (Produk)

    Produk berupa gula merah tebu yang dipasarkan harus

    memiliki bentuk dan kualitas produk yang baik untuk memenuhi

    kebutuhan dan memberikan kepuasan terhadap konsumen. Produk

    tersebut berkaitan dengan bentuk, warna dan kualitas. Varietas tebu

    yang cocok untuk dijadikan bahan baku gula merah adalah varietas

    PS864, PSJT, BL, dan Cenning. Kualitas gula merah sangat

    dipengaruhi oleh bahan baku, kegiatan pascapanen, dan kegiatan

    pengolahan. Tebu sangat dipengaruhi oleh iklim, umur tanam, dan

    varietas. Umur sangat berkaitan dengan rendemen gula, sehingga

    pengetahuan petani mengenai teknik bertanam sangat penting.

    Kualitas gula merah berkaitan dengan perilaku penyimpanan,

    warna, dan kebersihan. Semakin lama daya simpan gula merah

    semakin tinggi kualitasnya. Warna gula merah sangat relatif,

    berkaitan dengan preferensi konsumen. Untuk konsumen di Sulawesi

    Selatan, warna merah kekuning-kekuningan lebih disenangi,

    sebaliknya warna hitam merah lebih disenangi di Papua dan

    Kalimantan Timur.

    Gula merah tebu dapat diproduksi dengan tiga bentuk produk,

    yaitu bentuk padat/batu, serbuk, dan cair. Bentuk produk yang

    dihasilkan UD Julu Atia berbentuk balok dan padat dengan berat

    sekitar 0,5 kg. Jenis produk padat dibuat dalam dua jenis yaitu warna

    kehitam-hitaman dan warna merah kekuning-kekuningan. Warna

    merah kekuning-kuningan diproduksi untuk pasar lokal, sedangkan

    warna merah gelap atau kehitaman untuk pasar Jayapura dan

    Kalimantan Timur. Sementara untuk pasar pulau Jawa, belum

    ditentukan jenisnya.

    Bentuk produk lain yang sudah dapat diproduksi adalah gula

    serbuk atau dikenal sebagai gula semut (bentuknya seperti semut yang

  • 31

    berkumpul/bergerombol), namun belum dipasarkan karena kapasitas

    produksi atau skala produksi yang dilakukan selama ini masih yang

    kecil. Produk gula semut akan diproduksi pada tahun giling 2012,

    walaupun masih dalam jumlah kecil untuk mendeteksi permintaan

    pasar, baik harga maupun kualitas. Gula cair belum ada perencanaan,

    walaupun permintaan sudah ada, yaitu oleh industri kecap, namun

    metode pembuataannya masih sedang dipelajari oleh Pak Syam.

    b. Place (Tempat)

    Place (tempat) berkaitan dengan keputusan penentuan lokasi

    penjualan dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan barang

    kepada konsumen. Pemilihan tempat penjualan gula merah tebu

    adalah penjualan di pasar-pasar lokal, antar pulau dan pada

    pengembangannya akan diekspor. Pasar yang sudah dilayani selama

    setahun didominasi pasar lokal, Kabupaten Takalar, Kabupaten

    Gowa, Kabupaten Jeneponto, dan Kota Makassar. Pak Syam sendiri

    sudah membuka kontrak kerja sama dengan salah satu pedagang besar

    gula merah di Surabaya dengan kontrak 3000 ton. Pasar ini akan

    dipenuhi melalui kerjsama dengan produsen gula merah tebu di

    Sulawesi Selatan yang juga dibina oleh Pak Syam bersama

    Univeristas Islam Makassar.

    c. Price (Harga)

    Berdasarkan pengalaman selama setahun, permintaan lokal

    sangat tinggi dengan kisaran tiga kali lipat dari kapasitas produksi.

    Produk gula merah yang dihasilkan langsung terjual setelah gula

    merah dihasilkan dengan harga Rp 8.000/kg, sementara prediksi Rp

    5.000-7.000/kg. Sedangkan harga gula merah dari jenis palm (aren,

    lontar, dan kelapa) adalah Rp 10.000-15.000/kg. Perbandingan harga

    ini menunjukkan bahwa gula merah tebu memiliki posisi pasar yang

    sangat kompetitif. Harga diperkirakan akan semakin kompetitif yaitu

    sekitar Rp 5.000-Rp 6.000/kg apabila industri gula merah tebu terus

    berkembang. Harga ini juga layak dijadikan sebagai bahan baku gula

  • 32

    kristal. Gula merah tebu dijadikan bahan baku pada beberapa pabrik

    gula di Jawa Timur. Hal ini juga pernah terjadi pengrajin gula merah

    tradisional di Kabupaten Wajo yang dijual ke Pabrik Gula Bone

    (PTPN XIV) pada tahun 1980an

    d. Promotion (Promosi) Selama tahun 2011, gula merah tebu Pak Syam sudah

    dipasarkan setiap ada pameran produk hasil pertanian yang

    dilakukan oleh Dinas Perkebunan Kabupaten Takalar dan Provinsi

    Sulawesi Selatan. Gula merah tebu dijual dengan harga Rp 14.000-

    15.000/kg atau Rp 7.000-8.000/batang, dimana setiap satu kilogram

    terdiri dari dua batang.

    4.3.2 Aspek Teknis Analisis dalam aspek teknis usaha gula merah tebu mencakup

    lokasi usaha, peralatan produksi dan proses produksi. Berikut ini hasil

    analisis pada tiap kriteria aspek teknis.

    1. Lokasi Usaha

    UD Julu Atia berlokasi di Desa Patene, Kecamatan Polongbangkeng

    Selatan, Kabupaten Takalar. Lokasi usaha gula merah tebu memiliki

    sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan usaha. Tebu sebagai

    bahan baku utamanya banyak tersedia di sekitar pabrik sehingga tidak

    memerlukan biaya transportasi yang tinggi. Petani dapat dengan mudah

    mendistribusikan tebunya ke pabrik. Akses transportasi yang mudah untuk

    memasarkan hasil produksi ke pasar lokal maupun pasar antar pulau.

    2. Peralatan

    Peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan gula merah tebu

    adalah:

    a. Parang, golok, atau pisau besar. Alat ini digunakan untuk mengikis

    permukaan kulit, dan membuang mata batang tebu.

    b. Mesin pemeras batang tebu. Alat ini digunakan untuk mengekstrak

    nira tebu dari batang tebu dengan cara pemerasan. Bagian utama

    dari mesin ini berupa tiga silinder penggiling sehingga batang tebu

  • 33

    tertekan dan tertarik oleh putaran silinder-silinder tersebut.

    Tekanan tersebut akan memeras batang tebu sehingga

    mengeluarkan cairan nira. Mesin ini merupakan pengembangan

    dari alat pemeras tebu tradisional (disebut kilangan tebu) yang

    silindernya terbuat dari kayu dan diputar oleh sapi atau kerbau.

    c. Wajan besar, dengan ukuran 45 inci yang terbuat dari plat baja

    dengan ketebalan 12 mm dan kedalaman sekitar 20 cm, sehingga

    proses penguapan lebih cepat dengan suhu konstan. Alat ini

    digunakan untuk memanaskan nira tebu sampai kental.

    d. Pengaduk. Alat ini digunakan untuk mengaduk nira yang sedang

    dipanaskan agar proses penguapan cepat terjadi sehingga nira tebu

    lebih cepat mengental. Pada proses ini juga, busa nira/gula dibuang

    karena tidak dapat mengental. Busa nira/gula yang dikenal gula

    dengan sebutan tetes di pabrik gula

    e. Penyaring. Alat ini digunakan untuk menyaring cairan tebu yang

    akan dipanaskan, dan sedang dipanaskan. Pada proses ini

    penyaringan ini berfungsi menghilangkan kotoran yang dapat

    merusak kondisi proses pemasakan dan kualitas gula.

    f. Cetakan. Alat ini digunakan untuk mencetak nira tebu yang

    mengental dari proses pemasakan. Hal yang diperhatikan dalam

    pencetakan adalah suhu agar bentuk gula yang dihasilkan sesuai

    dengan bentuk cetakan.

    g. Tungku. Alat ini digunakan sebagai tempat berpijak wajan yang

    dibuat dari batu merah, semen, dan tanah liat.

    3. Proses Pembuatan Gula Merah

    Nira tebu adalah cairan yang diekstraksi dari batang tanaman tebu.

    Cairan ini mengandung gula antara 10-20 % (b/v). Meknisme pengolahan

    nira tebu menjadi gula merah tebu atau saka tidak berbeda jauh dengan

    proses pembuatan gula merah lainnya. Tahapan-tahapan dalam pemasakan

    gula merah tebu adalah:

  • 34

    a. Persiapan Tebu

    Tebu yang akan digiling adalah tebu yang dibawa oleh petani dari

    kebun tebu miliknya yang segera diangkut ke pabrik pengolahan

    setelah ditebang. Pengangkutan setelah penebangan tidak melebihi

    dari lima jam untuk menjaga kualitas gula merah. Tebu dibongkar

    pada halaman penumpukan yang berdampingan dengan mesin

    pengolahan. Tebu yang akan digiling terlebih dahulu dibersihkan

    daun dan kotoran yang melekat.

    b. Pemerasan Tebu

    Tebu diperas dengan menggunakan mesin pemeras dengan

    kapasitas 20 ton tebu per hari yang digerakkan dengan mesin Yanmar

    Diesel 22 HP. Tebu yang bersih dimasukkan ke mesin pemeras dengan

    cara memegang batang tebu 2-3 batang. Nira yang dihasilkan dialirkan

    ke bak penampungan, sementara ampas tebu diangin-anginkan dan

    selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar. Ampas tebu digunakan

    sebagai bahan bakar, namun apabila terjadi kekurangan akan ditambah

    dengan sekam padi.

    c. Penyaringan

    Penyaringan dilakukan untuk memisahkan ampas tebu yang

    ikut masuk bercampur dengan nira tebu. Penyaringan dilakukan

    secara bertahap dengan ukuran lubang saringan yang berbeda. Setelah

    diperoleh nira tebu, nira dipompa naik ke bak penampungan. Sebelum

    dimasak di atas wajan pemasakan, dilakukan penyaringan dua kali

    untuk memisahkan kotoran yang halus. Selain itu, pada proses

    pemasakan juga dilakukan penyaringan sekaligus membuang busa nira

    yang muncul.

    d. Pemasakan

    Nira tebu yang sudah disaring dimasukkan ke dalam wajan yang

    berada di atas tungku pemasakan. Pemasakan adalah pemisahan air

    dan gula melalui proses penguapan. Pemanasan dilakukan dengan

    menggunakan ampas tebu sebagai bahan bakarnya. Apabila rendemen

    tebu tinggi, ampas tebu cukup bahkan berlebih untuk memasak nira

  • 35

    menjadi gula merah, namun bila rendemen gula rendah berarti

    kandungan brisk nya rendah sehingga membutuhkan waktu pemasakan

    yang lebih lama. Pada kondisi ini, ampas tebu tidak cukup, sehingga

    ditambah dengan sekam padi.

    Pada proses pemasakan, nira selalu diaduk untuk mempercepat

    proses penguapan, menyaring kotoran yang terbentuk akibat

    pemanasan. Busa dan kotoran yang mengapung selama pemasakan

    dibuang. Setelah cairan nira mengental yaitu air gula tinggal sekitar

    1/5 atau 1/6 dari volume nira sebelumnya atau sudah berbentuk sirup

    berarti gula sudah masak dan siap untuk dicetak.

    4. Pencetakan Gula merah kental kemudian dituang ke wadah lain untuk proses

    pendinginan. Setelah itu, dipindahkan ke wadah lebih kecil (ukuran 1,5-2

    liter) yang dapat diangkat dengan sebelah tangan dan diaduk hingga

    hampir dingin, lalu dituang ke wadah cetakan. Gula yang ada di cetakan

    ditunggu hingga keras dan kering secara sempurna dikeluarkan dari

    cetakan.

    5. Pengemasan Pengemasan dilakukan agar daya simpan produk gula merah dapat

    bertahan lama dan sekaligus penampilannya lebih baik. Pengemasan

    dilakukan dengan menggunakan plastik lembut yang melekat dengan

    mudah.

    Gambar 6. Layout Pabrik Usaha Gula Merah Tebu

  • 36

    4.3.3 Aspek Finansial Preferensi masyarakat akan berkembang seiring dengan waktu,

    mengingat bahwa gula merah tebu diproduksi tanpa menggunakan

    bahan tambahan kimia dan akan dikembangkan menjadi produk

    organik. Masyarakat sudah menyadari pentingnya produk organik, baik

    terhadap kesehatan maupun terhadap lingkungan. Gula merah tebu

    sangat mudah dikembangkan apabila kebun tebu diintegrasikan dengan

    ternak sapi. Budi daya tebu mudah dikembangkan karena sekali

    penanaman dapat dipanen lima hingga sepuluh tahun dengan

    pemeliharaan yang tidak intensif dibandingkan dengan komoditas

    pangan lainnya seperti padi, kacang-kacangan, sayuran, jagung.

    Analisis kelayakan usaha gula merah tebu ini menggunakan

    beberapa asumsi, yaitu sebagai berikut:

    a. Periode usaha yang direncanakan adalah sepuluh tahun telah

    disepakati dengan pihak pemilik usaha.

    b. Usaha dimulai pada Januari 2011 (tahun nol) dan berakhir pada

    Desember 2021.

    c. Investasi dimulai pada tahun ke-0 (2011) dan pabrik mulai

    berproduksi pada tahun ke-1 (2012).

    d. Hari kerja dalam satu tahun adalah 180 hari.

    e. Target produksi 15 ton per hari.

    f. Bahan baku yang digunakan adalah tebu dengan rendemen 8%.

    g. Penentuan harga bahan baku tebu didasarkan pada persentase 65%

    untuk petani tebu dan 35% untuk pemilik pabrik.

    h. Harga jual gula merah tebu Rp 5.000/kg tetap disetiap tahun.

    i. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah suku bunga pinjaman

    rata-rata bank yaitu sebesar 11,67 persen.

    j. Sumber modal adalah modal sendiri dan pinjaman ke bank.

    k. Petani yang akan menjual tebunya ke pabrik akan langsung datang

    membawa tebunya ke lokasi pabrik sehingga pemilik tidak

    memerlukan biaya transportasi untuk mengangkut bahan baku ke

    lokasi pabrik.

  • 37

    l. Nilai sisa dihitung dengan asumsi pada akhir periode usaha nilai

    sisanya sebesar 10 persen dari nilai belinya.

    m. Pajak bumi dan bangunan dikenakan disetiap tahun sebagai biaya

    tetap dengan tarif 0.2% dari Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)

    berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009.

    n. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif

    berdasarkan Undang-Undang No.36 tahun 2008, yaitu:

    1. Untuk lapisan penghasilan kena pajak sampai dengan Rp

    50.000.000, tarif pajaknya 5%.

    2. Untuk lapisan penghasilan kena pajak diantara Rp 50.000.000

    sampai dengan Rp 250.000.000 , tarif pajaknya 15%.

    3. Untuk lapisan penghasilan kena pajak diatas Rp 250.000.000

    hingga Rp 500.000.000 , tarif pajaknya 25%.

    4. Untuk lapisan penghasilan kena pajak diatas Rp 500.000.000

    tarif pajaknya 30%.

    o. Analisis sensitivitas dilakukan dengan tiga perubahan, yaitu:

    1. Terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) solar

    2. Terjadi penurunan kapasitas produksi

    3. Terjadi perubahan rendemen pada bahan baku tebu yang

    digunakan.

    1. Kebutuhan Modal Modal merupakan keseluruhan biaya yang diperlukan untuk

    memulai dan menjalankan suatu usaha. Komponen modal terdiri dari biaya

    investasi yang dibutuhkan pada tahun ke-0 dan biaya modal kerja pada

    tahun ke-1 ketika perusahaan sudah mulai berproduksi. Kebutuhan modal

    pada usaha gula merah tebu ini sebesar Rp 452.137.000. Sumber modal

    diperoleh dari modal sendiri dengan persentase 33,6 persen dan

    meminjam kepada bank dengan persentase 66,4 persen. Pinjaman modal

    yang diajukan kepada bank sebesar Rp300.000.000 dengan alokasi modal

    investasi sebesar Rp 227.488.000 dan modal kerja sebesar Rp 72.512.000.

    Pengembalian pinjaman kepada bank dilakukan dengan metode anuitas

    yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9.

  • 38

    Tabel 6. Rencana Kebutuhan Modal Rencana Kebutuhan Modal Pada Tahun ke Nol Rp 452.137.000

    Sumber Permodalan a. Modal Sendiri

    33,6% Rp 152.137.000

    b. Pinjaman Bank

    66,4% Rp 300.000.000

    Alokasi Dana Pinjaman

    a. Modal Investasi

    Periode Pinjaman 5 tahun

    Rp 227.488.000

    b. Modal Kerja Periode Pinjaman 2 tahun

    Rp 72.512.000

    Suku Bunga Pinjaman Rata-Rata Bank 11,67%

    2. Investasi dan Pengembangan Kegiatan investasi yang dilakukan dalam usaha pengembangan gula

    merah tebu ini berupa pembelian lahan pabrik, pembangunan pabrik dan

    gudang penyimpanan. Investasi juga dilakukan dengan melakukan

    pembelian peralatan meliputi pembelian tungku, wajan baja, mesin

    penggerak, mesin pemeras, mesin pemutar untuk gula semut, satu set

    penampung nira tebu dan timbangan serta perlengkapan lainnya yang akan

    digunakan dalam proses produksi.

    Total biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp 379.625.000.

    biaya investasi usaha dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini. Biaya

    investasi tertinggi adalah biaya pembangunan pabrik sebesar Rp

    125.000.000 dengan persentase 32,93 persen.

    Tabel 7. Ringkasan Biaya Investasi Pada Tahun Pertama Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu

    Jenis Jumlah (Rupiah) Persentase Lahan 50.000.000 13.17%

    Bangunan Pabrik 125.000.000 32.93% Gudang 75.000.000 19.76% Tungku 20.000.000 5.27%

    Wajan Baja 13.500.000 3.56% Mesin Penggerak 23.000.000 6.06% Mesin Pemeras 60.000.000 15.81% Mesin Pemutar 5.000.000 1.32%

    1 Set Penampung Nira Tebu

    2.500.000 0.66%

    Timbangan 2.500.000 0.66% Biaya

    Perlengkapan 3.125.000 0.82%

  • 39

    3. Modal Kerja UD Julu Atia dikelola oleh pemilik secara langsung dan dibantu

    oleh beberapa karyawan yang berasal dari daerah sekitar pabrik. Karyawan

    bertanggung jawab atas kegiatan produksi harian yang dilakukan di pabrik

    sehingga diperlukan deskripsi pekerjaan yang jelas untuk karyawan.

    Modal kerja dalam usaha pengolahan gula merah tebu ini terdiri

    dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang

    dikeluarkan setiap tahun dan tidak tergantung pada jumlah produksinya.

    Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada

    jumlah produksi. Biaya tetap dalam usaha pengolahan gula merah tebu ini

    adalah biaya perawatan, biaya telepon, listrik, pajak bumi dan bangunan,

    serta oli mesin. Biaya variabel terdiri dari upah karyawan, pembelian

    bahan baku berupa tebu, packaging gula merah tebu dan bahan bakar

    (solar). Sebagian besar biaya variabel dikeluarkan untuk biaya produksi

    yaitu biaya pembelian bahan baku. Bahan baku berupa tebu memiliki

    pengeluaran dengan persentase sebesar 75,9 persen. Nilai pembelian

    bahan baku tebu juga tergantung dari rendemen tebu yang akan digunakan.

    Semakin tinggi rendemennya, maka akan semakin tinggi juga biaya yang

    harus dikeluarkan untuk pembelian bahan baku tebu. Pada Tabel 8

    disajikan biaya yang termasuk dalam modal kerja selama masa giling 180

    hari dan kapasitas produksi harian sebesar 15 ton per hari.

    Tabel 8. Ringkas