Top Banner

of 113

H09sam

Jul 07, 2015

Download

Documents

Allow Forester
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN

SYLVIA AMANDA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG KAWASAN WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG

DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, September 2009

Sylvia Amanda H44051863

RINGKASANSYLVIA AMANDA. Analisis Willingness To Pay Pengunjung Obyek Wisata Danau Situgede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan NUVA Danau Situgede merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Kondisi alam yang masih asri dengan pemandangan hutan karet yang menyegarkan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk datang berkunjung. Namun seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia di kawasan wisata Danau Situgede menjadikan kualitas lingkungan Danau Situgede semakin menurun. Hal ini terlihat dari kondisi lingkungan yang kotor, terjadinya pecemaran air oleh sampah hingga terjadinya pendangkalan pada situ akibat penumpukan sampah. Oleh karena itu upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede perlu dilakukan, namun pelaksanaan upaya tersebut masih terkendala oleh permasalahan dana. Sehingga kesediaan membayar pengunjung Danau Situgede dalam upaya pelestarian lingkungan perlu diketahui. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa karakteristik pengunjung obyek wisata Danau Situgede dijelaskan berdasarkan beberapa kriteria, diantaranya sebagian besar pengunjung berjenis kelamin laki-laki, berusia antara 17 23 tahun dan memiliki status belum menikah serta tidak memiliki tanggungan. Mayoritas pengunjung Danau Situgede telah menjalani pendidikan formal selama 12 tahun serta merupakan pelajar dan mahasiswa. Tingkat pendapatan pengunjung berada pada kisaran Rp 150.000,00 Rp 1.312.500,00 dengan domisili yang relatif dekat dengan obyek wisata Danau Situgede. Persepsi responden terhadap obyek wisata Danau Situgede dikelompokan menjadi dua yaitu persepsi terhadap kualitas lingkungan serta terhadap pelayanan dan atribut-atribut wisata. Sebagian besar responden menyatakan kondisi lingkungan Danau Situgede secara keseluruhan baik, namun kebersihan lingkungannya masih kurang baik dan terjadi pencemaran pada air. Selain itu, sebagian besar responden pun menyatakan bahwa mudah untuk mencapai lokasi wisata, merupakan obyek wisata yang aman, memiliki petugas yang ramah, serta mudah untuk mendapatkan informasi tentang obyek wisata. Namun, penyediaan fasilitas rekreasi dan fasilitas umum dirasa masih kurang memadai. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 81 persen responden yang merupakan pengunjung Danau Situgede bersedia untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung Danau Situgede adalah faktor tingkat usia, tingkat pendidikan, dan pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat dan kerusakan danau yang diketahui melalui analisis regresi logit. Melalui Pendekatan CVM diketahui nilai rata-rata WTP pengunjung Danau Situgede yaitu sebesar Rp 3.588,24 dengan nilai total WTP (TWTP) sebesar Rp 2.342.000,00. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor tingkat pendapatan, pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat dan kerusakan danau, serta faktor biaya kunjungan.

Kata Kunci : Willingness To Pay, Danau Situgede, Upaya Pelestarian Lingkungan

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN

Sylvia Amanda H44052863

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Judul Nama NRP

: Analisis Willingness To Pay Pengunjung Obyek Wisata Danau Situgede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan : Sylvia Amanda : H44052863

Disetujui,

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS NIP. 19580507 198601 1 001

Nuva, SP, M.Sc

Diketahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003

Tanggal Lulus :

KATA PENGANTARPuji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Willingness To Pay Pengunjung Kawasan Wisata Danau Situgede Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Tujuan dari penelitian dalam skripsi ini adalah mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi dan persepsi pengunjung Danau Situgede, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede, menilai besarnya nilai Willingness To Pay (WTP) dari pengunjung Danau Situgede terhadap upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP tersebut. Bersama ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukan.

RIWAYAT HIDUPPenulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 Maret 1987. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Ir. Asim Suwarna Budi dan R.E. Ratna Tjintawangsih. Penulis memulai pendidikan di TK Negeri Pembina Yogyakarta pada tahun 1991, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Pengadilan 1 Kota Bogor. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Kota Bogor dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Kota Bogor. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) dan selanjutnya diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai pilihan mayor pertama. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan yaitu sebagai Staf Departemen Kebijakan Daerah Kabinet Pembaharu BEM KM IPB 2005/ 2006, Staf Departemen Kebijakan Kampus Kabinet IPB Bersatu BEM KM IPB 2006/ 2007, Sekretaris Menteri Departemen Budaya, Olahraga dan Seni Kabinet Totalitas Perjuangan BEM KM IPB 2007/ 2008, dan terakhir sebagai Sekretaris Kabinet IPB Gemilang BEM KM IPB 2008/ 2009.

UCAPAN TERIMAKASIHTerimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Willingness To Pay Pengunjung Obyek Wisata Danau Situgede dalam Upaya pelestarian Lingkungan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membatu dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan banyak ilmu serta wawasan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen penguji utama dan Bapak Novindra, SP selaku dosen penguji wakil departemen. 4. Bapak H. M. Suganda selaku Ketua Tim Pengelola Wisata Danau Situgede dan jajarannya. Seluruh pihak Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor yang telah banyak membantu dalam pengambilan data dan penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Ir. Asim Suwarna Budi dan Ibu RE. Ratna Tjintawangsih, orangtua yang selalu memberikan kekuatan, dukungan, baik moril dan materi serta limpahan doa yang tak pernah putus kepada penulis. 6. Keluarga penulis, ADong, Teh Ami, APong, Teh Wulan dan Keya atas semangat dan dukungan serta doa yang telah diberikan kepada penulis. 7. Sahabat terbaikku, M. Ubit M. Adam, S.Pi atas segala waktu yang telah diberikan untuk mendengarkan segala keluh kesah penulis. 8. Afid Ihsanul Khotami, S.Pi a.k.a Mamen BOS yang unik atas segala wawasan yang banyak disampaikan, kebersamaan dan pengertian yang telah diberikan kepada penulis, thanks for everything. 9. Presiden Mahasiswa 2008-2009, Suranto Wahyu Widodo atas segala pengertiannya. Maaf atas segala keterbatasan dalam menjalankan amanahmu.

10.

Teman-teman ESL 42, khususnya Midun, Gareth, Cici, Mia, Nye, Merry, Mila, Mpe, dan Titut atas segala keceriaan, kebersamaan dan kekompakkan kita selama tiga tahun lebih. Rekan Seperjuanganku Agung Ramadhan, Semangat!

11.

Teman dan Saudara seperjuangan di BEM KM Kabinet Totalitas Perjuangan, Kak Gema, AFahmi, Teh Cici, Mba Eka, ADani, Kak Igoy, Kak Rudy, Kak Cumi, Mba Melput, dan lainya yang tidak dapat disebutkan. Departemen terbaikku, Departemen BOS, Mas Afid, AUbit, Rian, Vina, Yuni, Dian, Indah, Idham, Zul, Novan, Yudi, dan Cikun. Were the best team i ever had.

12.

Teman-teman Kabinet IPB Gemilang, Bowo, Murnie, Rian, Vabi, Vina, Irul, Lisma, Zizah, Panji, Ika, Ahsan, Adnan, Indri, Rusdi, Ratna P, Widi, Ratna S, Laela, Amel, Rifah, Nurdi, Yuda, Willy, Vica dan Yogie. Terimakasih atas kegemilangan yang telah kalian berikan.

13.

Seluruh Pimpinan dan Staf BEM KM IPB Kabinet Pembaharu, Kabinet IPB Bersatu, Kabinet Totalitas Perjuagan dan Kabinet IPB Gemilang.

14.

Semua pihak yang telah membantu dalam proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

berbagai pihak yang memerlukan.

Bogor, September 2009

Penulis

DAFTAR ISIHalaman RINGKASAN ............................................................................................ RIWAYAT HIDUP .................................................................................. KATA PENGANTAR .............................................................................. DAFTAR TABEL ..................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1.2. Perumusan Masalah.................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian...................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian.................................................................... 1.5. Batasan Penelitian .................................................................... 1.6. Hipotesis Penelitian .................................................................. II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 2.1. Danau ....................................................................................... 2.2. Rekreasi dan Pariwisata ........................................................... 2.3. Contingent Valuation Method .................................................. 2.3.1. Konsep Contingent Valuation Method ....................... 2.3.2. Kelebihan Contingent Valuation Method .................. 2.3.3. Kelemahan Contingent Valuation Method ................. 2.3.4. Tahap-tahap Contingent Valuation Method ............... 2.3.5. Organisasi dalam Pengoperasian Contingent Valuation Method ....................................................... 2.4. Penelitian Terdahulu ................................................................ III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................. IV. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 4.1. Lokasi Penelitian ...................................................................... 4.2. Waktu Penelitian ...................................................................... 4.3. Metode Penelitian ..................................................................... 4.4. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 4.5. Metode Pengambilan Sampel ................................................... 4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data..................................... 4.6.1. Analisis Karakteristik dan Persepsi Pengunjung ....... 4.6.2. Analisis Kesediaan Membayar................................... 4.6.3. Analisis Nilai WTP dari Pengunjung Situgede .......... 4.6.4. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Besarnya Nilai WTP Pengunjung Danau Situgede .... 4.7. Pengujian Parameter ................................................................. i ii iii ix x xi 1 1 4 6 7 7 8 9 9 10 12 12 13 13 16 20 21 24 27 27 27 28 28 30 30 31 31 34 38 39 vi

4.7.1. Odds Ratio.................................................................. 4.7.2. Likelihood Ratio ......................................................... 4.7.3. Uji Wald ..................................................................... 4.7.4. Koefisien Determinasi (R2) ........................................ 4.7.5. Uji Statistik T ............................................................. 4.7.6. Uji Statistik F ............................................................. 4.7.7. Uji Kenormalan ......................................................... 4.7.8. Uji Multikolinear........................................................ 4.7.9. Uji Heteroskedastisitas ............................................... V. KEADAAN UMUM .......................................................................... 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 5.2. Kondisi Lingkungan ................................................................. VI. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN PERSEPSI RESPONDEN OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE ............... 6.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden ................................ 6.1.1. Jenis Kelamin ............................................................. 6.1.2. Tingkat Usia ............................................................... 6.1.3. Status Pernikahan ....................................................... 6.1.4. Jumlah Tanggungan ................................................... 6.1.5. Tingkat Pendidikan .................................................... 6.1.6. Jenis Pekerjaan ........................................................... 6.1.7. Tingkat Pendapatan .................................................... 6.1.8. Domisili...................................................................... 6.2. Persepsi Responden terhadap Wisata Danau Situgede ............ 6.2.1. Persepsi terhadap Kualitas Lingkungan Danau Situgede ...................................................................... 6.2.2. Persepsi terhadap Pelayanan dan Atribut Wisata Danau Situgede .......................................................... VII. ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY) PENGUNJUNG DANAU SITUGEDE ................................ 7.1. Deskripsi Skenario .................................................................. 7.2. Analisis Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) Pengunjung Danau Situgede .................................................... 7.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar................................................................................. VIII. ANALISIS NILAI WILLINGNES TO PAY PENGUNJUNG DANAU SITUGEDE ....................................................................... 8.1. Analisis Nilai Willingness To Pay (WTP) dengan Pendekatan Contingent Valuation Method .................................................. 8.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP ......... IX. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 9.1. Kesimpulan.............................................................................. 9.2. Saran ........................................................................................

39 39 40 41 41 42 43 43 44 45 45 47 50 50 50 51 51 52 53 53 54 55 56 56 60 67 67 68 69 74 74 79 83 83 84

vii

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ LAMPIRAN ...............................................................................................

86 89

viii

DAFTAR TABELNomor 1. 2. 3. 4. Tingkat Kunjungan wisatawan pada objek wisata Kota Bogor... Daftar Kebutuhan Data, Jenis Data, dan Sumbernya............ Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden . Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Membayar dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Danau Situgede. Distribusi Nilai WTP Responden Pengunjung Danau Situgede... Total WTP Responden Danau Situgede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan... Hasil Analisis Nilai WTP Responden Danau Situgede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Halaman 2 29 54

70 75 78 79

5. 6. 7.

ix

DAFTAR GAMBARNomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Diagram Alur Kerangka Berpikir .................................................. Obyek Wisata Danau Situgede....................................................... Pencemaran Air Danau oleh Sampah ............................................ Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin........... Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia.. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan.. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan......... Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan.. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan... Karakteristik Responden Berdasarkan Domisili. Persepsi Responden terhadap Kondisi Lingkungan Obyek Wisata. Persepsi Responden terhadap Kebersihan Lingkungan.. Persepsi Responden terhadap Pencemaran Air Danau Situgede... Persepsi Responden berdasarkan Pengetahuan mengenai Manfaat dan Kerusakan Danau serta Pentingnya Upaya Pelestarian Lingkungan Danau Situgede........ Persepsi Responden terhadap Kemudahan Mencapai Lokasi Wisata. Persepsi Responden terhadap Penyediaan Fasilitas Rekreasi. Persepsi Responden terhadap Penyediaan Fasilitas Umum....... Persepsi Responden terhadap Keamanan Obyek Wisata....... Persepsi Responden terhadap Keramahan Petugas Obyek Wisata. Persepsi Responden terhadap Kemudahan Mendapat Informasi mengenai Obyek Wisata........................ Persentase Kesediaan Membayar Pengunjung Danau Situgede Kurva WTP dengan Variabel Tingkat Pendidikan. Kurva WTP dengan Variabel Biaya Kunjungan. Halaman 26 46 49 50 51 52 52 54 55 55 57 58 59

60 61 62 63 64 65 66 68 76 77

15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.

x

DAFTAR LAMPIRANNomor 1. 2. 3. 4. 5. Peta Lokasi Penelitian (Danau Situgede, Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)... Kuesioner Penelitian .............................................................. Data Jumlah Pengunjung Danau Situgede Triwulan I tahun 2009........ Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter............................ Hasil Regresi Berganda dengan Metode Enter..................... Halaman 90 91 95 96 98

xi

I. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Kota Bogor merupakan salah satu kota tujuan rekreasi dan wisata di

Indonesia yang banyak diminati para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara karena memiliki banyak obyek wisata yang unik dan menarik. Tingkat kunjungan wisatawan di Kota Bogor pada tahun 2003 mencapai 1.571.465 orang yang terdiri dari 1.529.572 wisatawan nusantara dan 41.893 wisatawan mancanegara1. Kota Bogor merupakan salah satu kota penyangga ibukota negara sehingga kebanyakan dari masyarakat Jakarta dan sekitarnya menjadikan Kota Bogor sebagai salah satu alternatif lokasi kunjungan rekreasi dan wisata. Namun, akses yang mudah dijangkau bukan merupakan satu-satunya faktor yang menjadikan Bogor sebagai pilihan lokasi wisata. Jenis wisata yang ditawarkan maupun kondisi alam dan lingkungan obyek wisata juga

mempengaruhi preferensi wisatawan untuk mengunjungi berbagai obyek wisata di Kota Bogor. Menurut Wahab (1992), terdapat dua faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan pada suatu obyek wisata, yang pertama adalah faktor irrasional (dorongan bawah sadar) yang meliputi lingkup pergaulan dan ikatan keluarga, tingkah laku prestise, pengaguman pribadi, perasaan-perasaan keagamaan, hubungan masyarakat dan promosi pariwisata, iklan dan penyebaran serta kondisi ekonomi (pendapatan dan biaya). Sedangkan faktor yang kedua

1

http://www.kotabogor.go.id/index. 2007. Profil Investasi Bidang Pariwisata Kota Bogor. 1 Maret 2009.

merupakan faktor rasional, meliputi sumber-sumber wisata, fasilitas wisata, kondisi lingkungan, susunan kependudukan, situasi politik dan keadaan geografis. Berdasarkan data yang diperoleh dari Pemerintah Kota Bogor, obyek wisata yang terdapat di Kota Bogor antara lain Istana Bogor, Kebun Raya Bogor, Museum Etno Botani, Museum Zoologi, Museum Tanah, Plaza Kapten Muslihat, Situgede, Prasasti Batutulis, Museum PETA, Museum Perjuangan, Rancamaya, Gedung Bakorwil, Gedung Balaikota, Masjid Raya, Masjid Empang, Gereja Katedhral, Kelenteng Hok Tek Bio, Makam Raden Saleh dan Stasiun Bogor. Beberapa obyek wisata tersebut merupakan obyek wisata unggulan, hal ini terlihat dari data tingkat kunjungan wisatawan tahun 2001 ke obyek-obyek tersebut yang relatif lebih tinggi dari tingkat kunjungan ke obyek-obyek wisata lainnya, sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tingkat Kunjungan Wisatawan Pada Obyek Wisata Kota Bogor Tahun 2001 No. Obyek Wisata Tingkat Kunjungan (Orang) 1 Kebun Raya 1.337.208 2 Istana Bogor 58.731 3 Museum Zoologi 51.748 4 Museum Etnobotani 8.345 5 Prasasti Batu tulis 1.294 6 Situgede 1.631 7 Taman Topi (Plaza Kapten Muslihat) 156.394 8 Museum Tanah 698 9 Museum PETA 10.399 10 Museum Perjuangan 1.315Sumber : Pemerintah Kota Bogor (2007)

Saat ini, salah satu obyek wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut adalah Danau Situgede. Danau Situgede merupakan suatu danau kecil yang terletak di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat dengan luas kawasan sekitar 6 hektar. Danau yang dikelola oleh masyarakat ini

2

memiliki berbagai macam fungsi dan manfaat, khususnya bagi masyarakat sekitar, seperti sebagai obyek wisata, serta untuk irigasi pertanian dan perkebunan. Kondisi alam yang tenang dan asri dengan pemandangan hutan karet yang menyegarkan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk datang berkunjung, baik untuk sekedar melepas lelah ataupun sengaja berkumpul bersama keluarga. Kondisi tersebut ditunjang dengan fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola (masyarakat) seperti adanya permainan bebek-bebekan dan perahu dayung. Fasilitas tersebut memungkinkan para pengunjung untuk dapat menikmati wisata air dengan berkeliling ditengah danau menggunakan perahu bebek-bebekan atau perahu dayung. Tingkat kunjungan masyarakat yang cukup baik menjadi salah satu insentif bagi Pemerintah Kota Bogor untuk melakukan sebuah pengembangan. Melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dan Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kota Bogor, Pemerintah Kota Bogor mengajukan perencanaan pengelolaan kawasan ini kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2006 lalu2, sehingga kawasan Danau Situgede dapat dijadikan salah satu obyek wisata unggulan di Kota Bogor. Meningkatnya aktivitas di kawasan Danau Situgede, secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan Danau Situgede. Sifat barang publik yang melekat pada obyek wisata Danau Situgede menyebabkan hampir seluruh masyarakat tidak terlalu peduli akan dampak yang timbul dari aktivitasnya. Hal ini dikarenakan tidak adanya ketersaingan serta tidak adanya larangan untuk memanfaatkan sumberdaya tersebut yang merupakan sifat2

http://www.bogoronline.com/index.php?ar_id=143&catid=11. 2007. Situgede, Salah Satu Potensi Wisata Alam Kota Bogor. 1 Maret 2009.

3

dasar dari barang publik (Fauzi, 2004). Kondisi lingkungan Danau Situgede yang menurun, seperti lingkungan yang kotor, terjadinya pendangkalan pada danau yang menyebabkan air danau meluap ke permukaan daratan apabila turun hujan, serta kondisi fasilitas penunjang yang buruk dapat mengancam keberlanjutan Situgede di masa yang akan datang sehingga pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat sekitar danau. Menurut Haeruman (1999), keberadaan waduk dan danau (situ) sangat penting dalam menciptakan keseimbangan ekologis dan tata air. Dari sudut ekologi, waduk dan danau merupakan suatu ekosistem yang terdiri dari unsur air, kehidupan akuatik dan daratan yang dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya muka air. Selain itu, kehadiran waduk dan danau dapat mempengaruhi iklim mikro dan keseimbangan ekosistem sekitarnya. Oleh karena itu, kawasan sekitar danau termasuk Danau Situgede merupakan kawasan yang memiliki fungsi dan manfaat penting untuk tetap dipertahankan kelestariannya. Berdasarkan hal tersebut maka partisipasi dan peran masyarakat serta pengunjung sangat diperlukan dalam melestarikan obyek wisata Danau Situgede.

1.2.

Perumusan Masalah Danau Situgede merupakan salah satu sumberdaya alam yang

menghasilkan jasa lingkungan, khususnya jasa wisata yang menawarkan keindahan alam, ketenangan dan kenyamanan. Keindahan alam dan lingkungan Situgede menjadi potensi dan daya tarik utama wisata pada kawasan ini. Banyak masyarakat berkunjung untuk sekedar melepas penat ataupun berkunjung untuk

4

berkumpul bersama keluarga menikmati indahnya pemandangan danau dengan hamparan hutan karet yang asri. Tingkat kunjungan wisata yang semakin baik pada kawasan Danau Situgede menjadi salah satu pendorong perekonomian daerah, khususnya bagi masyarakat sekitar, terlebih pengelolaan wisata Danau Situgede saat ini masih dilakukan oleh masyarakat sekitar. Namun tanpa adanya pengelolaan yang baik, peningkatan aktivitas manusia di kawasan Danau Situgede akan menyebabkan dampak yang tidak baik bagi keberlanjutan fungsi dan manfaat danau, khususnya sabagai obyek wisata. Sampai saat ini, tingkat kerusakan danau yang terdapat di Bogor cukup tinggi, dengan berkurangnya luas danau yang pada awalnya seluas 506,9 Ha menjadi 392,15 Ha atau telah terjadi pengurangan sebanyak 22,64 persen, dengan 71,29 persen dalam kondisi rusak dan 18,81 persen menjadi daratan3. Sifat barang publik yang melekat pada barang dan jasa lingkungan seperti Danau Situgede dapat menjadi ancaman tersendiri bagi kondisi serta keadaan alam dan lingkungannya. Hal ini dikarenakan, umumnya pengguna barang dan jasa lingkungan hanya ingin memanfaatkannya saja, tanpa peduli akan kelestariannya. Persepsi masyarakat akan barang dan jasa lingkungan tidak memiliki nilai riil yang dapat dikuantifikasi atau dinilai dalam nilai moneter (uang) juga menyebabkan kebanyakan masyarakat tidak peduli dengan kelestarian lingkungan. Upaya pelestarian lingkungan pada kawasan wisata Danau Situgede harus mulai dilakukan sejak saat ini sebelum kondisi lingkungannya semakin3

http://www.inawater.org/index.php?option=com_content&view=article&id=55:kondisi-situ-dibogor-depok-dan-jakarta-indonesia&catid=31:toolbox-psdat-kai&Itemid=70. 2009. Kondisi Situ di Bogor, Depok dan Jakarta Indonesia. 9 Maret 2009.

5

memburuk. Pelaksanaan upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dengan jumlah pemasukan yang tidak terlalu besar pihak pengelola membutuhkan tambahan dana untuk melaksanakan upaya pelestarian tersebut. Partisipasi dari seluruh pihak terlebih dari pengunjung yang merupakan konsumen jasa wisata Danau Situgede sangat diharapkan. Oleh karena itu kesediaan membayar dari pengunjung Danau Situgede perlu diketahui agar kedepannya pengelolaan Danau Situgede dapat lebih baik lagi. Berdasarkan uraian diatas, beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. 2. 3. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi pengunjung Danau Situgede? Bagaimana persepsi pengunjung terhadap Danau Situgede ? Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk membayar (Willingness To Pay) dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede ? 4. Berapa besarnya nilai Willingness To Pay (WTP) dari pengunjung Danau Situgede terhadap upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede ? 5. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dari pengunjung Danau Situgede?

1.3.

Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah : 1. 2. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi pengunjung Danau Situgede. Mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap Danau Situgede.

6

3.

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk membayar (Willingness To Pay) dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede.

4.

Menilai besarnya nilai Willingness To Pay (WTP) dari pengunjung Danau Situgede terhadap upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede.

5.

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP dari pengunjung Danau Situgede.

1.4.

Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1.

Memberikan informasi mengenai kesediaan membayar (WTP) dan besarnya nilai WTP pengunjung wisata Danau Situgede dalam rangka upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede.

2.

Diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola dan para pengambil kebijakan dalam rangka pengembangan obyek wisata Danau Situgede yang berkelanjutan.

1.5.

Batasan Penelitian Batasan dalam penelitian ini meliputi beberapa hal, diantaranya adalah :

1.

Wilayah penelitian ini adalah kawasan wisata Danau Situgede, Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.

2.

Obyek penelitian ini adalah orang-orang yang mengunjungi kawasan Danau Situgede yang selanjutnya disebut sebagai responden.

7

3.

Responden tersebut merupakan individu-individu yang berusia diatas 17 tahun.

4.

WTP merupakan sejumlah uang yang ingin diberikan seseorang untuk memperoleh peningkatan kondisi lingkungan sehingga terciptanya kelestarian lingkungan kawasan wisata Danau Situgede.

5.

CVM merupakan suatu metode survei untuk mengetahui WTP pengunjung dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede.

1.6.

Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, dapat dikembangkan

hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Jenis kelamin, umur, status pernikahan, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat pengetahuan tentang manfaat dan kerudakan danau, domisili, biaya untuk melakukan kunjungan ke Danau Situgede, dan frekuensi kunjungan berpengaruh terhadap kesediaan

pengunjung membayar dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede. 2. Besarnya nilai WTP pengunjung Danau Situgede dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, status pernikahan, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat pengetahuan tentang manfaat dan kerusakan danau, domisili, biaya untuk melakukan kunjungan ke Danau Situgede, dan frekuensi kunjungan.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Danau Danau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) didefinisikan sebagai

suatu genangan air yang amat luas, dikelilingi oleh daratan. Menurut Johan (1996) situ, danau atau lembah topografi merupakan bentukan alam atau buatan manusia yang dapat berfungsi sebagai daerah penampung atau peresap air, baik air dari mata air alami (aliran bawah tanah) maupun langsung dari curah hujan. Definisi lain dalam batasan ekologi adalah perairan tergenang yang merupakan daerah penampungan air yang terbentuk secara alamiah (natural) ataupun buatan manusia (artificial) yang merupakan sumber air baku bagi berbagai kepentingan kehidupan manusia, dimana air yang ditampung pada umunya berasal dari air hujan (run off), sungai, atau saluran pembuangan dan mata air (Natasaputra, 2000). Fungsi-fungsi spesifik danau dan lingkungannya antara lain sebagai sumber resapan air bagi kestabilan lapisan-lapisan air dibawah tanah dan air sungai, pengendali banjir secara alamiah, tempat kehidupan bagi spesies hewan dan tumbuhan, sumber kehidupan dan penghidupan bagi manusia dan hewan peliharaannya, pembentuk kondisi udara (iklim) di sekitarnya, penunjang kehidupan lingkungannya, dan sarana perhubungan air (Sudaryono, 1998 dalam Supriadi, 2008). Sedangkan menurut Aboejoewono (1999), ditinjau dari segi ekologis maupun ekonomi danau/ situ memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai sumber bagi kehidupan, pengatur tata air dan pemasok air tanah, pengendali banjir, pengatur iklim mikro, habitat berbagai jenis flora dan fauna, budidaya perikanan, serta sebagai lokasi kegiatan pariwisata dan rekreasi.

Beberapa permasalahan yang menjadi ancaman kelestarian danau/ situ di wilayah Jabotabek yang dikemukakan oleh Suryadiputra (1998) dalam Majid (2008) antara lain : 1) konversi lahan, dimana banyak situ dan empang berubah menjadi perumahan; 2) pendangkalan akibat endapan lumpur dari erosi tanah dan sampah domestik sehingga tidak cukup lagi menampung air hujan yang berakhir dengan terjadinya banjir; 3) pencemaran oleh limbah sehingga terjadi eutrofikasi yang berakibat pada pendangakalan. Permasalahan tersebut semakin diperburuk dengan semakin lemahnya pengawasan serta mudahnya pejabat menerbitkan perizinan yang menyebabkan jumlah dan luas situ semakin mengecil.

2.2.

Rekreasi dan Pariwisata Rekreasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) didefinisikan

sebagai sebuah penyegaran kembali badan dan pikiran, sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan dan piknik. Rekreasi adalah kegiatan yang menyenangkan yang dimaksudkan untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani manusia, kegiatan-kegiatannya dapat berupa olahraga, membaca, mengerjakan hobi (Soekadijo, 2000). Menurut Calwson and Knetsch (1975) dalam Sari (2007), rekreasi dibedakan kedalam dua golongan yaitu rekreasi pada tempat tertutup (indoor recreation) dan rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), yaitu rekreasi yang dilakukan di tempat-tempat yang tanpa dibatasi suatu bangunan atau rekreasi yang dilakukan di luar bangunan. Manfaat dari kegiatan rekreasi adalah menambah pengalaman seseorang yang berhubungan dengan emosi inpirasi yang didapat setelah melakukan kegiatan rekreasi.

10

Ciri-ciri rekreasi menurut Pangemanan (1993) dalam Sari (2007) adalah: 1. Aktivitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu. Semua kegiatan manusia yang dilakukan dalam waktu luang dapat dijadikan sebagai aktivitas rekreasi, bergantung dari pandangan terhadap kegiatan tersebut. 2. Rekreasi bersifat luwes, artinya rekreasi tidak dibatasi oleh tempat, dapat berupa rekreasi dalam ruangan (indoor recreation) atau rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation) tergantung macam dan bentuk kegiatan yang dilakukan. 3. 4. Rekreasi dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang. Rekreasi bersifat universal, tidak terbatas oleh umur, bangsa, jenis kelamin, pangkat dan kedudukan sosial. Sedangkan pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk kegiatan bersenang-senang atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam4. Definisi pariwisata dalam wikipedia yaitu suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini5. Menurut Wahab (1992) pariwisata adalah salah satu dari industri baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan.

4

http://www.manggaraibarat.com/index.php?option=com_content&task=view&id=17&Itemid=1. 2007. Sekilas Tentang Pariwisata dan Ekowisata. 8 Maret 2009. 5 http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata. 2009. Pariwisata. 8 Maret 2009.

11

2.3.

Contingent Valuation Method Contingent Valuation Method merupakan salah satu metode dalam

penilaian ekonomi terhadap barang dan jasa lingkungan. Menurut Yakin (1997), Contingent Valuation Method merupakan metode yang populer digunakan saat ini, karena CVM dapat mengukur nilai penggunaan (use value) dan nilai non pengguna (non-use value) dengan baik. 2.3.1. Konsep Contingent Valuation Method Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode teknik survei untuk menanyakan kepada penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan (Yakin, 1997). Menurut Fauzi (2004) pendekatan CVM pertama kali dikenalkan oleh Davis (1963) dalam penelitian mengenai perilaku perburuan di Miami.

Pendekatan ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama, dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan. Kedua, dengan teknik survei. Adapun tujuan dari CVM adalah untuk mengetahui keinginan membayar (Willingness To Pay atau WTP) dari masyarakat, serta mengetahui keinginan menerima (Willingness To Accept atau WTA) kerusakan suatu lingkungan (Fauzi, 2004). Menurut Syakya (2005) Willingness To Pay (WTP) adalah metode yang bertujuan untuk mengetahui pada level berapa seseorang mampu membayar biaya perbaikan lingkungan apabila ingin lingkungan menjadi baik.

12

2.3.2. Kelebihan Contingent Valuation Method Menurut Hanley dan Spash (1993) kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh pendekatan CVM dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu lingkungan yaitu sebagai berikut : 1. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal penting, yaitu seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat, dan dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan. 2. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan di sekitar masyarakat. 3. Dibandingkan dengan teknik penilaian lingkungan lainnya, CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna. Dengan CVM, seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung. 4. Meskipun teknik dalam CVM membutuhkan analis yang kompeten, namun hasil penelitian dari penelitian menggunkan metode ini tidak sulit untuk dianalisis dan dijabarkan. 2.3.3. Kelemahan Contingent Valuation Method Menurut Fauzi (2004), meskipun CVM diakui sebagai pendekatan yang cukup baik untuk mengukur WTP, namun terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya. Kelemahan yang utama dari pendekatan ini adalah timbulnya bias. Sumber-sumber bias terutama ditimbulkan oleh dua hal, yaitu bias yang timbul dari strategi yang keliru dan bias yang ditimbulkan oleh rancangan penelitian (design bias).

13

Sedangkan menurut Hanley dan Spash (1993) beberapa bias yang akan timbul dalam pelaksanaan CVM adalah sebagai berikut : 1. Bias Strategi Responden akan cenderung memberikan nilai WTP yang relatif lebih kecil karena beranggapan bahwa akan ada responden lain yang membayar upaya peningkatan kualitas lingkungan dengan nilai yang lebih tinggi. Terdapat beberapa langkah untuk meminimalkan bias stategi yang terjadi yang dikemukakan Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993), yaitu: a. Menghilangkan seluruh pencilan. b. Penekanan adanya penjaminan pembayaran oleh responden lain. c. Menyembunyikan nilai tawaran responden lain. d. Membuat perubahan lingkungan berdasarkan pada nilai tawaran. Sedangkan menurut Hoehn dan Randall (1987) dalam Hanley dan Spash (1993) bias strategi dapat dihilangkan dengan menggunakan format referendum (jawaban ya atau tidak) terhadap nilai WTP yang terlalu tinggi. 2. Bias Rancangan Rancangan studi CVM mencakup cara informasi yang disajikan, urutan informasi yang diberikan, format pertanyaan dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan kepada respoden. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi responden dalam rancangan survei adalah :

14

a. Pemilihan jenis tawaran Jenis tawaran yang diberikan dapat mempengaruhi nilai rata-rata tawaran. Contohnya penelitian mengenai perlindungan hutan rimba, jenis tawaran yang diberikan dalam bentuk karcis masuk kawasan akan menghasilkan nilai WTP yang lebih rendah dibandingkan janis tawaran dalam bentuk trust fund. Hal tersebut dikarenakan responden merasa tidak senang jika mereka harus membayar saat mereka melakukan rekreasi atau karena kebijakan karcis masuk merupakan kebijakan fiskal yang tidak populer di masyarakat. b. Bias titik awal Titik awal pada nilai yang ditawarkan kepada respoden dapat mempengaruhi nilai tawaran itu sendiri, terlebih pada metode bidding game. Hal tersebut dikarenakan responden yang kurang sabar (ingin cepat selesai) atau karena titik awal yang mengemukakan besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan selera responden (disukai responden karena responden tidak memiliki pengalaman tentang nilai perdagangan benda lingkungan yang dipermasalahkan). c. Sifat informasi yang ditawarkan Dalam sebuah pasar hipotesis, responden mengkombinasikan informasi benda lingkungan yang diberikan kepadanya dan bagaimana pasar akan bekerja. Tanggapan responden dapat dipengaruhi oleh pasar hipotesis maupun komoditi spesifik yang diinformasikan pada saat survei.

15

3.

Bias yang Berhubungan dengan Kondisi Kejiwaan Responden Bias yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan responden terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan, dan waktunya yang dapat dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam periode waktu tertentu.

4.

Kesalahan Pasar Hipotetik Kesalahan pada pasar hipotetik terjadi apabila fakta yang ditanyakan kepada responden di dalam pasar hipotetik membuat tanggapan responden berbeda dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP yang dihasilkan menjadi berbeda dengan nilai yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan studi CVM tidak berhadapan dengan perdagangan aktual, melainkan suatu perdagangan atau pasar yang murni hipotetik yang didapatkan dari pertemuan antara kondisi psikologi dan sosiologi perilaku. Terjadinya bias pasar hipotetik bergantung pada : a. Bagaimana pertanyaan disampaikan ketika melaksanakan survei. b. Seberapa realistik responden merasakan pasar hipotetik akan terjadi. c. Bagaimana format WTP yang digunakan.

2.3.4. Tahap-tahap Contingent Valuation Method Beberapa tahap dalam penerapan analisis CVM menurut Hanley dan Spash (1993), yaitu : 1. Membuat Pasar Hipotetik Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang/ jasa lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang/ jasa

16

lingkungan tersebut. Pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuesioner sehingga responden dapat memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, dalam kuesioner perlu pula dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan masyarakat untuk membayar. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Penawaran besarnya nilai WTP dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, perantara telepon, atau dengan menggunkan surat. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai WTP, yaitu : a. Bidding Game, yaitu metode tawar-menawar dimana responden

ditawarkan sebuah nilai tawaran yang dimulai dari nilai terkecil hingga nilai terbesar hingga mencapai nilai WTP maksimum yang sanggup dibayarkan oleh responden. b. Closed-ended Referendum, yaitu metode dengan memberikan sebuah nilai tawaran tunggal kepada responden, baik responden setuju ataupun responden tidak setuju dengan nilai tersebut. c. Payment Card, yaitu suatu nilai tawaran disajikan dalam bentuk kisaran nilai yang dituangkan dalam sebuah kartu yang mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran responden terhadap barang/ jasa publik yang diberikan. d. Open-ended Question, yaitu suatu metode pertanyaan terbuka tentang WTP maksimum yang sanggup mereka berikan dengan tidak adanya nilai tawaran sebelumnya. Namun, dengan menggunkan metode ini biasanya

17

responden mengalami kesulitan untuk menjawab, khusunya bagi yang belum memiliki pengalaman sebelumnya mengenai nilai perdagangan komoditas yang dipertanyakan. 3. Memperkirakan Nilai Tengah dan Nilai Rata-Rata WTP Setelah data-data nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai tengah (median) dan/ atau nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Perhitungan nilai penawaran menggunakan nilai rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu lebih baik menggunakan nilai tengah agar tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran. 4. Memperkirakan Kurva WTP Kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan. Selain itu, kurva WTP dapat pula digunakan untuk menguji sensitivitas jumlah WTP terhadap variasi perubahan mutu lingkungan. Contoh variabel bebas yang

mempengaruhi nilai WTP antara lain adalah tingkat pendapatan (Y), tingkat pendidikan (E), tingkat pengetahuan (K), tingkat umur (A), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas lingkungan (Q). Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat berkorelasi linear dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut :

18

WTPi = f(Yi, Ei, Ki, Ai, Qi) dimana i = responden ke-i. 5. Menjumlahkan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran

dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Keputusan dalam penjumlahan data ditentukan oleh : a. Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru tersebut. b. Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N, meskipun akan timbul kebiasan, sebagai contoh adanya tingkat pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel telah dimasukkan ke dalam kurva penawaran, estimasi rata-rata populasi , dapat diturunkan dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N. c. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Hal ini bergantung pada pola CVM yang akan digunakan. Pada setiap kasus dari aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang, masyarakat dikonfontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana adanya implikasi discounting.

19

6.

Evaluasi Penggunaan CVM Pada tahap ini dilakukan penilaian sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Apakah hasil survei memiliki protest bid yang terlalu tinggi. Apakah responden memahami dan mengerti benar tentang pasar hipotetik yang disampaikan. Seberapa pengalaman responden terhadap barang/ jasa lingkungan yang dipertanyakan. Seberapa baik pasar hipotetik yang dibangun dapat mencakup seluruh aspek barang/ jasa lingkungan. Asumsi apakah yang diperlukan untuk menghasilkan nilai tengah dan menggambarkan nilai tawaran (bid) agregat. Seberapa baik cakupan permasalahan dikaitkan dengan CVM yang ditangani. Bagaimana gambaran nilai tawaran dibandingkan dengan nilai tawaran yang dihasilkan pada studi yang lain.

2.3.5. Organisasi dalam Pengoperasian Contingent Valuation Method Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam organisasi pengoperasian CVM menurut Hanley dan Spash (1993) sebagai berikut: 1. 2. Pasar hipotetik yang digunakan harus memiliki kredibilitas dan realitas. Alat pembayaran yang digunakan dan atau ukuran kesejahteraan (WTP) sebaiknya tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang terkait di masyarakat. 3. Responden sebaiknya memiliki informasi yang cukup mengenai barang publik yang dimaksud dalam kuesioner dan alat pembayaran untuk penawaran mereka. 4. Jika memungkinkan, ukuran WTP sebaiknya dicari, karena responden sering kesulitan dengan penentuan nilai nominal yang ingin mereka berikan.

20

5.

Jika memungkinkan, ukuran WTP sebaiknya dicari, karena responden sering kesulitan dengan penentuan nilai nominal yang ingin mereka berikan

6.

Ukuran contoh yang cukup besar sebaiknya dipilih untuk mempermudah perolehan selang kepercayaan dan reabilitas.

7.

Pengujian kebiasaan, sebaiknya dilakukan dan pengadopsian strategi untuk memperkecil bias strategi secara khusus.

8. 9.

Penawaran sanggahan sebaiknya diidentifikasi. Diperlukan pengetahuan dengan pasti jika contoh memiliki karakteristik yang sama dengan populasi, dan penyesuaian diperlukan.

10. Tanda parameter sebaiknya dilihat kembali untuk melihat apabila mereka setuju dengan harapan yang tepat.

2.4.

Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pengukuran nilai atau manfaat ekonomi barang dan

jasa lingkungan dalam bentuk moneter/ uang sudah cukup banyak dilakukan sebelumnya. Kebanyakan penelitian-penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, seperti Metode Kontingensi, Metode Biaya Perjalanan, dan Metode Biaya Hedonik. Walaupun demikian penelitian tentang nilai ekonomi terhadap barang dan jasa lingkungan masih perlu dilakukan karena penelitian mengenai nilai ekonomi barang dan jasa lingkungan akan memberikan hasil yang berbeda untuk waktu dan tempat yang berbeda serta variabel-variabel tidak bebas yang digunakan berbeda. Beberapa penelitian dengan menggunakan Metode Kontingensi telah dilakukan oleh Syakya (2005), Fitriani (2008), Wijaya

21

(2008) dan Majid (2008) yang hampir seluruhnya mengukur kesediaan membayar atau Willingness To Pay. Penelitian yang dilakukan oleh Majid (2008) mengenai Analisis Willingness To Pay (WTP) pengunjung sebagai dasar penetapan retribusi/ tarif masuk dalam upaya pelestarian lingkungan pada kawasan Situ Babakan menunjukkan bahwa 86 persen responden bersedia untuk membayar retribusi dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan. Dari penelitian ini pun diketahui bahwa besarnya nilai WTP yang dapat dijadikan acuan dalam penetapan retribusi sebasar Rp 2.104,65 per orang. Sedangkan penelitian tentang penilaian manfaat keberadaan kawasan ekowisata yang dilakukan oleh Wijaya (2008) pada objek wisata Situ dan Candi Cangkuang hanya memperoleh 40 persen responden yang bersedia untuk

membayar. Hal tersebut dikarenakan kawasan objek wisata Situ dan Candi Cangkuang masih kurang menarik karena tidak optimalnya sarana dan prasarana yang dimiliki. Hasil penelitaian yang telah dilakukan oleh Fitriani (2008) mengenai faktor-faktor yamg mempengaruhi frekuensi kunjungan ke agrowisata Taman Wisata Mekarsari (TWM) dengan Metode Kontingensi menunjukkan tingkat pendapatan, biaya perjalanan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, lama mengetahui keberadaan TWM, jumlah tanggungan keluarga, hari kunjungan, waktu yang dihabiskan di lokasi, kesediaan membayar dan waktu tempuh merupakan faktorfaktor sosial ekonomi dan lingkungan yang berpengaruh. Nilai manfaat TWM yang diperoleh pada penelitian ini sebesar Rp 8.681.092.500,- yang didapatkan

22

dari jumlah total kesediaan membayar seluruh pengunjung, dengan rata-rata kesediaan membayar sebesar Rp 23.000,- per orang. Penelitian mengenai analisis WTP pada objek wisata Pantai Lampuuk di Nangroe Aceh Darussalam yang dilakukan oleh Syakya (2005) diperoleh bahwa besarnya nilai WTP pengunjung rata-rata adalah sebesar Rp 1.719,203 dengan kesediaan membayar retribusi sebesar 92 persen dan sisanya sebesar 8 persen tidak bersedia membayar untuk pengelolaan dan pengembangan objek wisata tersebut, dengan alasan merupakan peran pemerintah dan juga persepsi tentang pantai merupakan barang publik yang dapat dinikmati oleh siapapun. Penelitian yang dilakukan oleh Buckley, et al (2008) di Irlandia dengan judul Recreational Demand For Farm Commonage In Ireland: A Contingent Valuation Assesment mengukur besarnya WTP pengunjung terhadap akses publik dan pengembangan trek pada lahan pertanian bersama yang digunakan sebagai sarana rekreasi berjalan kaki pada area dataran tinggi dan dataran rendah di Irlandia Barat dengan menggunakan CVM. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa 54 persen dari sampel pada dataran rendah dan 44 persen pada dataran tinggi memberikan WTP yang positif terhadap scenario implementation yang ditawarkan. Dari penelitian tersebut diketahui pula bahwa permintaan akan skenario yang ditawarkan pada dataran rendah memiliki preferensi yang lebih baik, hal ini tercermin dari median WTP yang diperoleh sebesar 12.22 jika dibandingkan dengan 9.08 yang merupakan median WTP pada area dataran tinggi.

23

III. KERANGKA PEMIKIRANDanau Situgede merupakan sebuah danau kecil yang terletak di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Kondisi alam yang tenang dan asri dengan pemandangan hutan karet yang menyegarkan menjadikan kawasan Danau Situgede sebagai salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi oleh masyarakat. Tingkat kunjungan yang cukup baik dan terus mengalami peningkatan pada obyek wisata ini merupakan suatu kondisi yang baik bagi kegiatan wisata tersebut, namun di sisi lain hal tersebut justru dapat menimbulkan suatu kekhawatiran akan kelestarian lingkungannya. Rencana pengembangan dan promosi Danau Situgede sebagai salah satu objek wisata di Kota Bogor pun dapat memberikan dampak yang kurang baik apabila pengelolaan yang dilakukan tidak mengedepankan asas keberlanjutan (sustainability). Sifat barang publik yang melekat pada Danau Situgede juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan kawasan Danau Situgede itu sendiri. Sifat non excludable dan non rivalry dalam pemanfaatan sumberdaya, menjadikan setiap orang dapat memanfaatkan Danau Situgede sebagai objek wisata tanpa batasan apapun. Berdasarkan pantauan di lapangan, saat ini kondisi kualitas lingkungan Danau Situgede mulai mengalami penurunan, seperti banyaknya sampah yang berserakan membuat lingkungan menjadi kotor, serta terjadinya pendangkalan pada danau. Upaya pelestarian lingkungan pada kawasan Danau Situgede harus mulai dilakukan sejak saat ini sebelum kondisi lingkungannya semakin memburuk. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede.

Pelaksanaan upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dengan jumlah pemasukan yang tidak terlalu besar, pihak pengelola membutuhkan tambahan dana untuk melaksanakan upaya pelestarian tersebut. Partisipasi dari seluruh pihak terlebih dari pengunjung yang merupakan konsumen jasa wisata Danau Situgede sangat diharapkan. Untuk itu kesediaan pengunjung untuk membayar sejumlah uang yang selanjutkan akan dimanfaatkan untuk pelestarian lingkungan kawasan wisata Danau Situgede perlu diketahui. Diharapkan dengan diketahuinya kesediaan membayar (WTP) dan besarnya nilai WTP pengunjung wisata Danau Situgede upaya pelestarian lingkungan dapat dilakukan sehingga keberlanjutan wisata Danau Situgede dapat tetap terjaga. Secara ringkas kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.

25

Danau Situgede

Rekreasi dan Wisata Pemanfaatan Sumberdaya Alam Danau Situgede

Pengelolaan oleh masyarakat Dijadikan Kawasan Wisata (Rencana Dinas Pariwisata Kota Bogor)

Berpotensi terjadi kerusakan lingkungan

Biaya Pelaksanaan Kegiatan Pelestarian

Mengidentifikasi karakteristik pengunjung Danau Situgede

Mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap Danau Situgede

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan/ ketidaksediaan membayar (WTP) dari pengunjung terhadap upaya pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede

Penilaian besarnya WTP pengunjung terhadap pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung terhadap pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede

CVM

Regresi Berganda

Regresi Logit Analisis Deskriptif

Besarnya Willingness To Pay (WTP)

Upaya Pelestarian Lingkungan Wisata Danau Situgede Sumber : Penulis (2009) Keterangan : : Metode

Gambar 1. Diagram Alur Kerangka Berfikir

26

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1.

Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Danau Situgede, Kelurahan Situgede,

Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor dengan luas lahan sebesar 6 Ha. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) karena Danau Situgede memiliki potensi wisata dan telah menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi oleh masyarakat. Selain itu, lokasi penelitian yang dipilih dekat dengan kampus Institut Pertanian Bogor dirasa layak untuk diteliti, karena peneliti berkeinginan menerapkan ilmu yang telah dipelajari agar dapat bermanfaat bagi daerah sekitar kampus. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2.

Waktu Penelitian Pelaksanaan pra penelitian dimulai dari pengamatan permasalahan di

lapangan, perumusan permasalahan, pengembangan kerangka pemikiran hingga penyusunan proposal penelitian dilaksanakan selama empat bulan, yaitu dimulai pada Bulan Maret hingga pertengahan Bulan Juni 2009. Sedangkan penelitian (pengambilan data) dilaksanakan selama kurang lebih dua minggu, yaitu pada minggu keempat Bulan Juni sampai dengan minggu pertama Bulan Juli 2009. Selanjutnya, pengolahan dan analisis data serta penyusunan skripsi dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan, yaitu pada minggu pertama Bulan Juli sampai dengan minggu kedua Bulan September 2009.

4.3.

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survei dengan menggunakan kuesioner. Menurut Jogianto (2008), metode survei atau lebih lengkapnya self administered survey merupakan suatu metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertannyaan-pertanyaan kepada responden. Dalam metode survei kuesioner digunakan sebagai instrumen penelitian. Kuesioner merupakan lembaran yang berisi beberapa pertanyaan dengan struktur yang baku (Prasetyo dan Jannah, 2005).

4.4.

Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data

sekunder. Data primer yang digunakan diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden melalui kuesioner seperti yang disajikan pada Lampiran 2. Data tersebut meliputi respon dari responden terhadap keinginan membayar responden dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa instansi yang terkait dengan pengelolaan Danau Situgede, seperti Tim Pengelola Wisata Danau Situgede, dan Kelurahan Situgede. Selain dari instansi terkait, data-data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang relevan dengan topik penelitian ini. Kebutuhan data, jenis data dan sumbernya disajikan dalam Tabel 2, yaitu :

28

Tabel 2. Daftar Kebutuhan Data, Jenis Data, dan Sumbernya No. 1. Tujuan Penelitian Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi pengujung Danau Situgede. Data yang Dibutuhkan 1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Status pernikahan 4. Tingkat pendidikan 5. Jenis pekerjaan 6. Tingkat pendapatan 7. Jumlah tanggungan 8. Domisili Persepsi terhadap kualitas dan pelayanan serta atribut-atribut wisata Danau Situgede Sumber Data Data primer Teknik Pengumpulan Data Kuesioner

2.

3.

Mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap Danau Situgede. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede.

Data primer

Kuesioner

4.

5.

1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Status pernikahan 4. Tingkat pendidikan 5. Tingkat pendapatan 6. Jumlah tanggungan 7. Domisili 8. Pengetahuan tentang manfaat situ atau danau 9. Frekuensi kunjungan 10. Biaya Perjalanan Menilai besarnya Besarnya dana yang nilai Willingness To bersedia pengunjung Pay (WTP) dari bayarkan pengunjung Danau Situgede terhadap upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede. Menganalisis 1. Jenis kelamin faktor-faktor yang 2. Usia mempengaruhi nilai 3. Status pernikahan WTP dari 4. Tingkat pendidikan pengunjung Danau 5. Tingkat pendapatan Situgede. 6. Jumlah tanggungan 7. Domisili 8. Pengetahuan tentang manfaat situ atau danau 9. Frekuensi kunjungan 10. Biaya Perjalanan

Data primer

Kuesioner

Data primer

Kuesioner

Data primer

Kuesioner

Sumber : Penulis (2009)

29

4.5.

Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode Non-probability sampling yaitu Haphazard sampling atau accidental atau convenience. Metode tersebut merupakan suatu metode pengambilan sampel secara nyaman yang dilakukan dengan memilih sampel bebas, sekehendak perisetnya, dimana responden yang mudah ditemui/ dijangkau akan dijadikan sebagai sampel dengan tetap mempertahankan kelayakan dan ketepatan sampel yang dipilih (Jogianto, 2008). Responden yang dipilih pada penelitian ini merupakan responden yang berusia 17 tahun ke atas yang bersedia untuk mengikuti proses wawancara. Berdasarkan data jumlah pengunjung Danau Situgede pada Triwulan I (Bulan Januari Maret) tahun 2009 (Lampiran 3) yaitu 650 orang pengunjung, maka jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 42 orang. Penetapan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kaidah pengambilan sampel secara statistika yaitu minimal sebanyak 30 data/ sampel dimana data tersebut mendekati sebaran normal.

4.6.

Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan

kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program SPSS 15.0 for Windows dan Microsoft Office Excell.

30

4.6.1. Analisis Karakteristik dan Persepsi Pengunjung Karakteristik sosial ekonomi pengunjung Danau Situgede dianalisis dan diidentifikasi secara deskriptif. Karakteristik-karakteristik tersebut akan menjadi gambaran faktor-faktor yang akan berpengaruh terhadap kesediaan membayar dari pengunjung dalam rangka upaya pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede. Sama halnya dengan karakteristik pengunjung, persepsi pengunjung mengenai kondisi Danau Situgede pun dianalisis secara deskriptif. Persepsi yang akan dianalisis terkait dengan kondisi alam dan lingkungan Danau Situgede serta kondisi prasarana dan sarana yang menunjang kegiatan wisata di Danau Situgede. 4.6.2. Analisis Kesediaan Membayar Analisis kesediaan pengunjung untuk membayar dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logit. Menurut Pujianti (2008), regresi logistik terdiri dari regresi logistik biner dan regresi logistik multinomial. Regresi logistik biner digunakan saat variabel dependen merupakan variabel dikotomus (kategorik dengan 2 macam kategori), sedangkan Regresi Logistik Multinomial digunakan saat variabel dependen adalah variabel kategorik dengan lebih dari 2 kategori. Regresi Logistik tidak memodelkan secara langsung variabel dependen (Y) dengan variabel independent (X), melainkan melalui transformasi variabel dependen ke variabel logit yang merupakan natural log dari odds rasio. Transformasi tersebut diformulasikan sebagai persamaan:

31

dimana Li sering disebut sebagai indeks model logistik, yang nilainya sama dengan ln

Pi Pi ; dan 1 Pi 1 Pi

adalah odd, yaitu nilai rasio kemungkinan

terjadinya suatu peristiwa dengan kemungkinan tidak terjadinya peristiwa. Parameter model estimasi logit harus diestimasi dengan metode maximum likelihood (ML). Dalam penelitian ini regresi logit digunakan untuk menganalisis peluang kejadian kesediaan pengunjung untuk membayar dengan model logistiknya sebagai berikut : Li = 0 + 1JKi + 2UMi + 3SPi + 4TPi + 5PDi + 6JTi + 7PMi + 8FKi + 9DMi + 10BKi + i dimana : Li = Peluang responden bersedia untuk membayar (bernilai 1 untuk setuju dan bernilai 0 untuk tidak setuju) 0 1,, 8 JK UM SP = Intersep = Koefisien Regresi = Jenis Kelamin (bernilai 1 untuk pria dan 0 untuk wanita) = Tingkat Usia (tahun) = Status Pernikahan (bernilai 1 untuk belum menikah dan 0 untuk sudah menikah) TP PD = Tingkat Pendidikan (tahun) = Rata-rata pendapatan per bulan (dummy bernilai 1 untuk pendapatan Rp 150.000 Rp 1.312.500 dan yang lain bernilai 0, dummy 2 bernilai 1 untuk Rp 1.312.501 Rp 2.475.000 dan yang lain bernilai 0, dummy 3 bernilai 1 untuk Rp 2.475.000 Rp 3.637.500

32

dan yang lain bernilai 0, dummy 4 bernilai 1 untuk Rp 3.637.50 Rp 4.800.000 dan yang lain bernilai 0, dummy 5 bernilai 1 untuk Rp4.800.001-Rp5.962.500 dan yang lain bernilai 0, serta dummy 6 bernilai 1 untuk Rp 5.962.500 Rp 7.125.000 dan yang lain bernilai 0) JT PM = Jumlah Tanggungan (orang) = Pemahaman dan pengetahuan tentang manfaat serta kerusakan danau (bernilai 1 untuk tahu dan bernilai 0 untuk tidak tahu) FK = Frekuensi Kunjungan (dummy 1 bernilai 1 untuk 1 kali dan yang lain bernilai 0, dummy bernilai 1 untuk 2 kali dan yang lain bernilai 0, dummy bernilai 1 untuk 3 kali dan yang lain bernilai 0, dummy bernilai 1 untuk 4 kali dan yang lain bernilai 0, dummy bernilai 1 untuk 5 kali dan yang lain bernilai 0, serta dummy bernilai 1 untuk lebih dari 5 kali dan yang lain bernilai 0) DM = Domisili (bernilai 1 untuk jauh (biaya > Rp 5000) dan bernilai 0 untuk dekat (biaya Rp 5000)) BK = Biaya Kunjungan (dummy 1 untuk biaya kunjungan Rp 0 bernilai 1 dan yang lain bernilai 0, dummy 2 untuk Rp 1.000 Rp 25.833 bernilai 1 dan yang lain bernilai 0, dummy 3 untuk Rp 25.834 - Rp 50.666, dummy 4 untuk Rp 50.667- Rp 75.499, dummy 5 untuk Rp 75.500 Rp 100.333 bernilai 1 dan yang lain bernilai 0, serta dummy 6 untuk Rp 100334 - Rp 125167 bernilai 1 dan yang lain bernilai 0) i = Responden Ke-1 (i = 1, 2, ...., n)

33

= Galat atau Error Variabel jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan, jumlah tanggungan, pengetahuan tentang manfaat situ, frekuensi kunjungan, domisili, dan biaya kunjungan diduga merupakan variabel yang berpengaruh terhadap kesediaan membayar dalam upaya pelestarian lingkungan. Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan teori-teori yang ada dan penelitian terdahulu. 4.6.3. Analisis Nilai WTP Pengunjung Danau Situgede Nilai WTP dari pengunjung Danau Situgede dianalisis dengan menggunakan pendekatan CVM, tahap-tahap yang akan dilakukan : 1. Membuat Pasar Hipotetik Dalam penelitian ini pasar hipotetik akan dibentuk atas dasar terjadinya penurunan kualitas lingkungan Danau Situgede sebagai objek wisata alam. Dalam upaya perbaikan dan pelestarian lingkungan Danau Situgede diperlukan anggaran agar upaya pelestarian tersebut dapat dilaksanakan. Salah satu sumber dana yang dapat digunakan dalam upaya tersebut adalah dengan adanya penarikan retribusi. Selanjutnya, pasar hipotetik akan dituangkan dalam bentuk skenario sebagai berikut : SKENARIO Situgede merupakan suatu danau kecil yang terletak di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat dengan luas sekitar 6 hektar. Danau yang dikelola oleh masyarakat ini memiliki berbagai macam fungsi dan manfaat, khususnya bagi masyarakat sekitar, seperti sebagai objek wisata, dan sebagai irigasi pertanian dan perkebunan. Saat ini kondisi lingkungan Danau Situgede telah

34

mengalami penurunan, seperti lingkungannya yang kotor, terjadinya pendangkalan pada situ, serta kondisi fasilitas penunjang yang buruk. Kondisi tersebut dapat mengancam keberlanjutan keberadaan Danau Situgede di masa yang akan datang. Selain itu, fungsi dan manfaat situ sebagai penunjang kehidupan manusia, khususnya masyarakat sekitar pun menjadi suatu kekhawatiran. Oleh karena itu, pihak pengelola berencana akan melakukan suatu upaya perbaikan dan pelestarian lingkungan Danau Situgede. Namun, hal tersebut memerlukan partisipasi aktif dari para pengunjung Danau Situgede dengan adanya penarikan retribusi. Selanjutnya dana tersebut akan dialokasikan sebagai dana operasional yang digunakan untuk biaya pengerukan situ yang sudah mengalami pendangkalan, pengeluaran gaji karyawan sebagai petugas kebersihan agar dapat memantau kebersihan lingkungan Danau Situgede, serta pengeluaran untuk pengadaan prasarana dan sarana yang mendukung aktivitas rekreasi di Danau Situgede. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Untuk mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode dichotomous choice (model referendum), yaitu menawarkan kepada responden jumlah uang tertentu dan menanyakan apakah responden bersedia membayar atau tidak sejumlah uang tersebut dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede. Besarnya tawaran nilai WTP yang diajukan kepada responden dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan acuan nilai/ harga tiket masuk pada obyek wisata sejenis. Metode ini memberikan kemudahan kepada responden dalam memahami maksud dan tujuan dari penelitian. Selain itu, dengan menggunakan metode ini responden

35

yang cenderung bersedia membayar dan responden yang cenderung tidak bersedia membayar akan lebih mudah diklasifikasi. 3. Memperkirakan Nilai Rata-rata WTP WTPi dapat diduga dengan menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan Rataan WTP dihitung dengan rumus :n

Wi EWTPi 1

n

dimana : EWTP Wi n i 4. = Dugaan rataan WTP = Nilai WTP ke-i = Jumlah responden = Responden ke-i yang bersedia membayar ( i = 1, 2,..., n)

Memperkirakan Kurva WTP Pendugaan kurva WTP dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : WTP = f (JK, UM, SP, TP, PD, JT, PM, FK, DM, BK) dimana : WTP = Nilai WTP responden (Rp) JK UM SP TP PD = Jenis Kelamin = Tingkat Usia (tahun) = Status Pernikahan = Tingkat Pendidikan (tahun) = Rata-rata pendapatan per tahun (Rp)

36

JT PM FK DM BK 5.

= Jumlah Tanggungan (orang) = Pemahaman dan pengetahuan tentang manfaat serta kerusakan danau = Frekuensi Kunjungan = Domisili = Biaya Kunjungan (Rp)

Menjumlahkan Data Setelah menduga nilai tengah WTP maka selanjutnya diduga nilai total WTP dari masyarakat dengan menggunakan rumus :n

TWTPi 1

WTPi

ni P N

dimana : TWTP WTPi ni N P i 6. = Total WTP = WTP individu sampel ke-i = Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP = Jumlah sampel = Jumlah Populasi = Responden ke-i yang bersedia membayar ( i = 1, 2, ..., n )

Evaluasi Penggunaan CVM Pada tahap ini dilakukan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil diaplikasikan. Evaluasi penggunaan CVM dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien determinasi (R2) dari analisis regresi. Dengan melihat besarnya nilai R2 tingkat reabilitas dari penggunaan CVM dapat terlihat.

37

4.6.4. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Pengunjung Danau Situgede Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besarnya nilai WTP pengunjung Danau Situgede dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda. Persamaan regresi besarnya nilai WTP dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : WTP = 0 + 1JKi + 2UMi + 3SPi + 4TPi + 5PDi + 6JTi + 7PMi + 8FKi + 9DMi + 10BKi + i dimana : WTP 0 1,, 8 JK UM SP TP PD JT PM FK DM BK i = Nilai WTP responden (Rp) = Intersep = Koefisien Regresi = Jenis Kelamin = Tingkat Usia (tahun) = Status Pernikahan = Tingkat Pendidikan (tahun) = Rata-rata pendapatan per tahun (Rp) = Jumlah Tanggungan (orang) = Pemahaman dan pengetahuan tentang manfaat serta kerusakan danau = Frekuensi Kunjungan = Domisili = Biaya Kunjungan (Rp) = Responden Ke-1 (i = 1, 2, ...., n) = Galat atau Error

38

Variabel-variabel tersebut diduga mempengaruhi nilai WTP responden dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede.

4.7.

Pengujian Parameter

4.7.1. Odds Ratio Menurut Firdaus dan Afendi (2005) dalam Minha (2008), Odds merupakan rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari variabel respon. Dalam hubungan antar variabel kategori terdapat ukuran asosiasi atau ukuran keeratan hubungan antar variabel kategori. Salah satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh dari analisis regresi logit adalah odds ratio. Sehingga odds ratio dapat dikatakan sebagai suatu interpretasi dari peluang. Koefisien yang bertanda positif menunjukkan nilai odds ratio yang lebih besar dari satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa peluang kejadian sukses lebih besar dari peluang kejadian tidak sukses, yaitu peluang responden bersedia membayar dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan Danau Situgede lebih besar dari peluang responden tidak bersedia membayar. Sedangkan koefisien yang bertanda negatif mengindikasikan bahwa peluang kejadian tidak sukses lebih besar dari peluang kejadian sukses. 4.7.2. Likelihood Ratio Likelihood Ratio merupakan suatu rasio kemungkinan maksimum yang digunakan untuk menguji peranan variabel penjelas secara serentak (Hosmer dan Lemeshow, 1989 dalam Yavanica, 2009). Statistik Uji G merupakan uji statistik yang dapat menunjukkan nilai dari Likelihood Ratio. Rumus umum untuk uji G adalah :

39

G

2 ln

lo li

dimana : l0 = nilai likehood tanpa variabel penjelas li = nilai likehood model penuh Pengujian terhadap hipotesis pada uji G adalah sebagai berikut : H0 : 1 = 2 == 0 H1 : minimal ada satu i tidak sama dengan nol, dimana i =1,2,, n Statistik G akan mengikuti sebaran 2 dengan derajat bebas . Kriteria keputusan yang diambil adalah jika G > 2 p (), maka hipotesis nol (H0) ditolak. Uji G juga dapat digunakan untuk memeriksa apakah nilai yang diduga dengan peubah di dalam model lebih baik jika dibandingkan dengan model tereduksi (Hosmer dan Lemeshow, 1989 dalam Yavanica, 2009). Berdasarkan hasil estimasi model logit dengan menggunkan software SPSS for Windows, nilai Chi-Square yang merupakan rasio kemungkinan maksimum atau Likelihood Ratio dapat dilihat pada tabel Omnibus Tests of Model Coefficients. 4.7.3. Uji Wald Uji Wald digunakan untuk uji nyata parsial bagi masing-masing koefisien variabel. Dalam pengujian hipotesis, apabila koefisien dari variabel penjelas sama dengan nol, hal tersebut menunjukkan bahwa variabel penjelas tidak berpengaruh pada variabel respon. Menurut Hosmer dan Lemeshow (1989) dalam Yavanica (2009), statistik uji wald dapat didefinisikan sebagai berikut : ^ j Wj = ^ ^ SE (j)

40

dimana : Wj ^ j = Uji Wald = Penduga j

^ j SE(^) = Penduga galat baku dari j Uji Wald melakukan pengujian terhadap hipotesis : H0 H1 : j = 0 : j 0, dimana j = 1, 2, , n

Uji Wald mengikuti sebaran normal baku dengan kaidah keputusan menolak H0 jika w > Z/2. 4.7.4. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi merupakan suatu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengukur ketepatan/ kecocokan suatu garis regresi serta dapat pula digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas (x) terhadap variasi variabel (Y) dari suatu persamaan regresi (Firdaus, 2004). Dalam Hanley dan Spash (1993), Mitchell dan Carson (1989) merekomendasikan 15% atau 0,15 sebagai batas minimum dari R2 yang realibel. Apabila nilai R2 yang diperoleh lebih kecil dari 0,15 maka penggunaan CVM ini tidak realibel, sedangkan nilai R2 yang tinggi atau lebih besar dari 0,15 menunjukkan tingkat reabilitas yang baik dalam penggunaan CVM. 4.7.5. Uji Statistik t Uji statistik t merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing variabel bebas (Xi) berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya (Yi). Adapun prosedur pengujian yang dikemukakan oleh Ramanathan (1997) adalah sebagai berikut :

41

H0 : 1 = 0 atau variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi) H0 : 1 0 atau variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi) i - 0 t hit (n-k) = s i Jika thit (n-k)

< t/2, maka H0 diterima, artinya variabel berarti variabel (Xi) tidakhit (n-k)

berpengaruh nyata terhadap (Yi). Namun, jika t

> t/2, maka H0 ditolak,

artinya variabel (Xi) berpengaruh nyata terhadap (Yi). 4.7.6. Uji Statistik F Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (Xi) secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya (Yi). Menurut Ramanathan (1997) prosedur pengujiannya antara lain : H0 = 1 = 2 = 3 = .... = = 0 H1 = 1 = 2 = 3 = .... = 0 JKK / (k-1) F hit = JKG / k (n-1) dimana : JKK JKG n k = Jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom = Jumlah kuadrat galat = Jumlah sampel = Jumlah peubah

42

Jika Fhit < Ftabel, maka H0 diterima yang berarti variabel (Xi) secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap (Yi). Tetapi, jika Fhit > Ftabel, maka H0 ditolak yang berarti variabel (Xi) secara serentak berpengaruh nyata terhadap (Yi). 4.7.7. Uji Kenormalan Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data atau observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Data atau observasi dalam penelitiaan ini jumlahnya lebih dari 30, oleh karena itu data telah mendekati sebaran normal sehingga diketahui bahwa statistik t dapat dikatakan sah. Namun, untuk meyakini data mendekati sebaran normal perlu dilakukan sebuah uji. Salah satu uji yang dapat dilakukan adalah uji Kolmogorov Smirnor. Hasil uji Kolmogorov Smirnor dapat dilihat pada hasil analisis regresi berganda yaitu pada tabel One Sample Kolmogorov Smirnov Test. 4.7.8. Uji Multikolinear Multikolinear merupakan salah satu masalah yang sering timbul dalam Ordinary Least Square (OLS), yaitu terjadinya hubungan korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas. Menurut Koutsoyianniss dalam Majid (2008), deteksi adanya multikolinear dapat dilakukan dengan membandingkan besarnya nilai koefisian determinasi (R2) dengan koefisien determinasi parsialnya antar dua peubah bebas (r2). Multikolinear dapat dianggap tidak bermasalah apabila koefisien determinasi parsial antar dua peubah bebas tidak melebihi nilai koefisien determinansi atau koefisien korelasi berganda antar semua peubah secara simultan. Namun, akan menjadi masalah apabila koefisien determinasi parsial

43

antar dua peubah bebas melebihi atau sama dengan nilai koefisien determinansi atau koefisien korelasi berganda antar semua peubah secara simultan. Secara matematis dapat dituliskan dalam pertidaksamaan berikut : r2xj, xj > R2 x1, x2, ...., xk Masalah multikolinear dapat diketahui dengan melihat langsung melalui output regresi berganda, dengan melihat nilai VIF, dimana jika nilai VIF > 10 maka terdapat masalah multikolinear.

4.7.9. Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas maka dilakukan uji heteroskedastisitas seperti yang disarankan oleh Goldfeld dan Quandt dalam Ramanathan (1997). Langkahlangkah pengujian heteroskedastisitas dengan uji white heteroskedastisitas sebagai berikut : H0 : tidak ada heteroskedastisitas H1 : ada masalah heteroskedastisitas Tolak H0 jika obs* R2 > 2 df-2 atau probability obs* R2 < Gejala heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan melihat dari plot grafik hubungan antar residual dengan fits-nya. Jika pada gambar ternyata residual menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau ragam error sama.

44

V. KEADAAN UMUM

5.1.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Danau Situgede merupakan sebuah danau yang terletak di Kelurahan

Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Danau yang menjadi daya tarik utama wisata alam ini merupakan danau yang terbentuk secara alami. Lokasi Danau Situgede yang berada sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Bogor dapat dijangkau dengan mudah. Akses jalan yang baik dan adanya angkutan umum yang melewati Danau Situgede pun mempermudah masyarakat untuk datang berekreasi dan berwisata. Danau dengan bentuk senjata tradisional masyarakat Jawa Barat ini (kujang) memiliki luas danau kurang lebih 5,3 hektar. Kawasan wisata Danau Situgede secara keseluruhan memiliki luas sekitar 6 hektar dengan pemandangan hutan karet yang asri milik Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi (Puslithut), Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan Kota Bogor menambah kesejukan obyek wisata. Kawasan wisata Danau Situgede meliputi Danau Situgede itu sendiri serta kawasan hutan karet yang merupakan hutan penelitian Puslithut, Departemen Kehutanan Kota Bogor. Hutan penelitian Puslithut tersebut merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keindahan alam Danau Situgede. Aliran air Danau Situgede bermuara di Situ Burung, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Berikut merupakan gambar Obyek Wisata Danau Situgede yang ditampilkan pada Gambar 2.

Sumber : Data Primer (2009)

Gambar 2. Obyek Wisata Danau Situgede Obyek wisata Danau Situgede memiliki dua spot utama untuk melakukan aktivitas rekreasi, yaitu spot kantor Kelurahan Situgede dan spot hutan penelitian Puslithut. Bagi pengunjung yang datang untuk melakukan wisata air yaitu mengelilingi Danau Situgede dengan menggunakan bebek-bebekan ataupun perahu dayung dapat memilih spot kantor Kelurahan Situgede agar lebih mudah dan cepat mengakses fasilitas penunjangnya. Sedangkan bagi pengunjung yang mengharapkan ketenangan, keasrian dan kesegaran maka dapat memilih spot hutan penelitian Puslithut. Pada spot ini pengunjung dapat berkumpul bersama keluarga untuk makan bersama atau sekedar melepas penat karena merupakan areal berkumpul yang nyaman. Selain itu, pada spot hutan penelitian Puslithut pengunjung dapat mengakses penangkaran kijang milik Departemen Kehutanan. Warung tenda juga tersedia pada spot tersebut, terdapat delapan buah warung tenda yang telah 46

mendapatkan ijin pendirian dari Puslithut, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan Kota Bogor dengan nomor surat S.1774/ VIII/ P3HKA 3/ 2007. Pembatasan jumlah warung tenda merupakan salah satu bentuk penataan dan pengelolaan terhadap estetika serta ekosistem alam dan lingkungan yang terdapat pada hutan penelitian Puslithut. Pengelolaan wisata Danau Situgede dilakukan oleh Tim Pengelola wisata Danau Situgede yang diberikan wewenang secara penuh oleh pihak Kelurahan Situgede dengan perangkat tim sebagai berikut : 1) Ketua, 2) Sekretaris, 3) Bendahara, 4) Seksi Humas, 5) Seksi Wisata dan Ekonomi, 6) Seksi Penataan Lingkungan dan Kebersihan, dan 7) Seksi Keamanan dan Ketertiban. Tim Pengelola wisata Danau Situgede tidak secara langsung menangani pengelolaan wisata Danau Situgede, khususnya pengelolaan bebek-bebekan dan perahu dayung. Namun, pengelolaan tersebut diserahkan kepada setiap rukun warga yang ada di Kelurahan Situgede secara bergantian setiap minggunya. Fasilitas yang tersedia pada obyek wisata Danau situgede, baik fasilitas rekreasi maupun fasilitas umum relatif masih kurang memadai. Fasilitas yang tersedia saat ini pun kondisinya sangat minim dan sudah saatnya dilakukan perbaikan. Jumlah fasilitas bebek-bebekan sebanyak lima buah dan satu buah perahu dayung tidak dapat menampung jumlah pengunjung yang ingin menggunakan pada saat tingkat kunjungan sangat tinggi, misalnya setiap akhir minggu sehingga banyak pengunjung harus mengantri lama. Fasilitas umum, seperti toilet dan mushola pun masih sangat minim penyediaannya, padahal fasilitas tersebut merupakan fasilitas umum minimal yang harus dimiliki setiap obyek wisata. 47

Kondisi tersebut jelas bukan keinginan pihak pengelola. Keterbatasan dana menjadi kendala dalam pengembangan obyek wisata ini. Dana pemasukan yang ada dari penyewaan bebek-bebekan dan biaya parkir yang diterima pihak pengelola yang sebelumnya telah dibagi kepada pihak rukun warga dan kelurahan bukan dana yang cukup untuk melakukan perbaikan, terlebih untuk melakukan sebuah pengembangan wisata.

5.2.

Kondisi Lingkungan Secara umum kondisi lingkungan Danau Situgede merupakan potensi dan

aset alam yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat, tentu saja tanpa melupakan kewajiban pelestarian lingkungan demi terciptanya keberlanjutan. Kondisi lingkungan kawasan wisata Danau Situgede saat ini telah terjadi penurunan kualitas lingkungan, dilihat dari sisi kebersihan lingkungan, serta terjadinya pendangkalan danau akibat penumpukan sampah di dasar danau. Kondisi lingkungan obyek wisata Danau Situgede realitf kotor akibat banyak sampah berserakan. Hal tersebut dikarenakan minimnya sarana dan tenaga kebersihan yang ada. Minimnya sarana jelas terkait oleh minimnya dana yang ada. Pola hidup dan tingkah laku pengunjung yang belum sadar akan kebersihan juga menjadi faktor yang menyebabkan buruknya kebersihan lingkungan obyek wisata. Sampah memang merupakan masalah yang sepertinya biasa dihadapi, namun akan menjadi masalah yang luar biasa dampaknya. Air Danau Situgede pun kebanyakan tercemar oleh sampah, baik sampah yang diakibatkan oleh pengunjung ataupun sampah yang terbawa dari aliran air dari sungai yang mengisi 48

Danau Situgede. Sampah yang mencemari danau, saat ini telah menumpuk di dasar danau dan akibatnya terjadi pendakalan danau oleh sampah. Hal ini, terbukti saat terjadi hujan deras, luasan Danau Situgede sudah tidak mampu menampung air hujan sehingga menyebabkan air danau meluap ke daratan. Hal tersebut jelas merupakan indikasi telah terjadi pendangkalan pada Danau Situgede. Berikut merupakan pencemaran air oleh sampah yang terjadi pada Danau Situgede yang terlihat pada Gambar 3.

Sumber : Data Primer (2009)

Gambar 3. Pencemaran Air Danau oleh Sampah

49

VI. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN PERSEPSI RESPONDEN OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE6.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Karakteristik sosial ekonomi responden pada penelitian ini yang merupakan pengunjung Danau Situgede dijelaskan berdasarkan kriteria tertentu, seperti dijelaskan dibawah ini. 6.1.1. Jenis Kelamin Pada umumnya pengunjung yang datang ke kawasan wisata Danau Situgede merupakan rombongan, baik rombongan keluarga maupun rombongan lainnya. Berdasarkan hasil pengambilan responden sebanyak 42 orang diketahui bahwa 62 persen atau sebesar 26 orang berjenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebesar 38 persen (16 orang) berjenis kelamin perempuan. Perbandingan persentase jenis kelamin responden disajikan pada Gambar 4.

Sumber : Data Primer, Diolah (2009)

Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Persentase tersebut tidak menunjukkan bahwa pengunjung yang datang ke Danau Situgede mayoritas berjenis kelamin laki-laki, melainkan bahwa pemimpin

dan pengambil keputusan dalam sebuah keluarga pada umumnya adalah laki-laki sehingga dalam penelitian ini kepala keluarga (laki-laki) sangat berperan dalam pengambilan keputusan dalam menjawab pertanyaan yang dilakukan pada saat survei. 6.1.2. Tingkat Usia Tingkat usia responden cukup bervariasi dengan distribusi usia antara 17 tahun sampai 51 tahun. Sebanyak 49 persen responden atau sebayak 21 orang berada pada kisaran usia 17 23 tahun. Sedangkan, sebanyak 5 persen responden berusia 45 51 tahun. Perbandingan persentase tingkat usia responden dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber : Data Primer, Diolah (2009)

Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia 6.1.3. Status Pernikahan Pada penelitian ini sebagian besar responden yaitu sebanyak 64 persen atau 27 orang memiliki status pernikahan belum menikah. Sedangkan sisanya, sebesar 36 persen responden sudah menikah. Perbandingan persentase status pernikahan responden Danau Situgede ditampilkan pada Gambar 6. 51

Sumber : Data Primer, Diolah (2009)

Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan 6.1.4. Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan yang dimaksudkan pada penelitian ini mencakup keluarga inti (anak dan istri/suami) serta tambahan tanggungan bukan keluarga inti yang tinggal dirumah responden maupun tidak tetapi kebutuhannya dibiayai responden. Persentase jumlah tanggungan res