LAPORAN KASUS GYNECOMASTIA Oleh : Yuyun Mawaddatur Rohmah NIM. 082011101034 Disusun Untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik Madya di SMF Bedah RSUD dr. Soebandi Jember
LAPORAN KASUS
GYNECOMASTIA
Oleh :Yuyun Mawaddatur Rohmah
NIM. 082011101034
Disusun Untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik Madyadi SMF Bedah RSUD dr. Soebandi Jember
SMF BEDAH RSUD DR. SOEBANDI JEMBERFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2013
2
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA
Gynecomastia adalah pertumbuhan abnormal pada payudara pria. Hal ini
berhubungan dengan pertumbuhan jaringan payudara.
Ginekomastia merupakan perkembangan berlebih jaringan payudara pada pria
yang biasanya dialami oleh remaja pria dan pria dewasa (Brunner and
Suddarth, edisi 8, vol, 2002).
Ginekomastia adalah hipertrofi payudara dan dapat bersifat unilateral maupun
bilateral yang terjadi pada anak laki-laki selama pubertas dan pada pria
berusia di atas 50 tahun.
Ginekomastia merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu gyvec yang
berarti perempuan dan mastos yang berarti payudara, yang dapat diartikan sebagai
payudara seperti perempuan. Ginekomastia berhubungan dengan beberapa kondisi
yang menyebabkan pembesaran abnormal dari jaringan payudara pada pria.
Ginekomastia merupakan pembesaran jinak payudara laki-laki yang diakibatkan
proliferasi komponen kelenjar. Ginekomastia biasanya ditemukan secara
kebetulan saat pemeriksaan kesehatan rutin atau dapat dalam bentuk benjolan
yang terletak dibawah regio areola baik unilateral maupun bilateral yang nyeri saat
ditekan, atau pembesaran payudara yang progresif yang tidak menimbulkan rasa
sakit. Kondisi ini mungkin terjadi pada salah satu atau kedua payudara.
Fenomena ini umum terjadi pada masa puber. Setengah dari laki-laki mengalami
pembesaran pada salah satu atau kedua payudara di masa ini.
PREVALENSI
Ginekomastia merupakan kelainan bentuk jinak yang terjadi sekitar 60% dari
seluruh kelainan payudara pada laki-laki dan sekitar 85% dari kelainan benjolan pada
payudara laki-laki. Berbagai studi populasi banyak menemukan ginekomastia. Ada
tiga distribusi periode usia tersering terjadinya ginekomastia atau perubahan
3
payudara yang pada umumnya dipengaruhi hormon. Periode pertama ditemukan
saat neonatus yang terjadi sekitar 60-90% dari seluruh kelahiran akibat penyaluran
estrogen melalui plasenta. Periode kedua terjadi saat puberitas, yaitu dimulai saat
umur 10 tahun dan puncaknya antara usia 13-14 tahun. Periode ketiga ditemukan
pada orang dewasa yang terjadi antara usia 50-80 tahun. Faktor ras tidak berpengaruh
terhadap kejadian ginekomastia.
ANATOMI
Pada pria dan wanita payudara adalah sama sampai masa pubertas, sampai
estrogen dan hormon-hormon lainnya mempengaruhi perkembangan payudara pada
wanita dan pria. Payudara terdiri dari jaringan kelenjar fibrosa, dan lemak. Jaringan-
jaringan ini terpisah dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus anterior
oleh jaringan ikat. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila
mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola. putting mempunyai
perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil-kecil, apertura duktus
laktiferosa. Tuberkel-tuberkel montgomery adalah kelenjar lemak pada permukaan
areola. Jaringan kelenjar membentuk 15-25 lobus yang tersusun radier di sekitar
puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang
mengelilingi jaringan ikat (stroma) di antara lobus-lobus. Setiap lobus berbeda,
sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya.
Drainase atau lobus menuju ke dalam sinus laktiferosa, yang kemudian bermuara ke
puting. Di banyak tempat jaringan ikat akan memadat membentuk pita fibrosa yang
tegak lurus terhadap substansi lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan
payudara pada kulit. Pita ini, yaitu ligamentum cooper, merupakan ligamentum
suspensorium dari payudara.
ETIOLOGI
Ginekomastia dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologinya. Ginekomastia
idiopatik terjadi sekitar 75% dari kasus. Keadaan fisiologis terjadi pada bayi baru
4
lahir dan usia dewasa saat memasuki pubertas. Pada bayi baru lahir, jaringan
payudara yang membesar berasal dari interaksi estrogen ibu melalui transplasenta.
Ginekomastia pada orang dewasa sering ditemukan saat puberitas dan sering bersifat
bilateral. Ginekomastia pada masa remaja terjadi pada 2/3 remaja. Dan bertahan sampai
beberapa bulan. Jika ginekomastia selama masa puber ini menetap maka disebut
ginekomastia esensial.
Kondisi patologik diakibatkan oleh defisiensi testosteron, peningkatan
produksi estrogen atau peningkatan konversi androgen ke estrogen. Kondisi patologik
juga didapatkan pada anorchia kengenital, klinefelter sindrom, karsinoma adrenal,
kelainan hati dan malnutrisi.
Penggunaan obat-obatan juga dapat menyebabkan ginekomastia. Obat-obat
penyebab ginekomastia dapat dikategorikan berdasarkan mekanisme kerjanya. Tipe
pertama adalah yang bekerja seperti estrogen, seperti diethylstilbestrol, digitalis, dan
juga kosmetik yang mengandung estrogen. Tipe kedua adalah obat-obat yang
meningkatkan pembentukan estrogen endogen, seperti gonadotropin. Tipe ketiga
adalah obat yang menghambat sintesis dan kerja testosteron, seperti
ketokonazole,metronidazole, dan cimetidine. Tipe terakhir adalah obat yang tidak
diketahui mekanismenya seperti captopril, antidepresan trisiklik, diazepam dan
heroin.
6
Tabel Obat-obat yang bisa mengakibatkan ginekomastia
KLASIFIKASI
PATOGENESIS
Jaringan payudara pada kedua jenis kelamin pria dan wanita secra
histologi sama saat lahir dan cenderung untuk pasif selama masa anak-anak sampai
7
pada saat puberitas. Pada kebanyakan pria, proliferasi sementara duktus dan jaringan
mesenkim sekitar terjadi saat masa pematangan seksual, yang kemudian diikuti
involusi dan atrofi duktus. Sebaliknya, duktus payudara dan jaringan periduktal pada
wanita terus membesar dan membentuk terminal acini, yang memerlukan estrogen dan
progesteron.
Karena stimulasi estrogen terhadap jaringan payudara dilawan dengan efek
androgen, ginekomastia dipertimbangkan sejak dulu akibat ketidakseimbangan antar
hormone tersebut. Masa transisi dari prepuber ke post-puber diikuti oleh peningkatan
30 kali lipat hormon testosteron dan 3 kali lipat hormon estrogen. Ketidakseimbangan
relatif antara level estrogen dan androgen menghasilkan ginekomastia. Perubahan rasio
estrogen dan androgen ditemukan pada pasien ginekomastia yang berhubungan dengan
obat-obatan, neoplasma adrenal dan testis, sindrom Klinefelter, tirotoksikosis, sirosis,
hipogonadisme, malnutrisi, dan penuaan.
Estradiol adalah hormon pertumbuhan pada payudara, yang dapat
meningkatkan proliferasi jaringan payudara. Sebagian estradiol pada pria didapat dari
konversi testosteron dan adrenal estrone. Mekanisme dasar ginekomastia adalah
penurunan produksi androgen, peningkatan produksi estrogen dan peningkatan
availabilitas prekursor estrogen untuk konversi estradiol.
1. Peningkatan konsentrasi estrogen serum
Normalnya testis pria dewasa menghasilkan 15 persen estradiol dan kurang dari
5 persen estron dalam sirkulasi. Dan 85 persen estradiol dan lebih dari 95 persen estron
diproduksi di jaringan ekstragonad melalui aromatisasi prekusor. Prekusor utama dari
estradiol adalah testosterone, 95% dihasilkan oleh testis. Androstenedion, androgen
yang disekresikan oleh kelenjar adrenal, menjadi prekursor pada pembentukan estron.
Tempat ekstragrandular yang penting terhadap aromatisasi adalah jaringan adipose,
hati, dan otot. Derajat intervensi substasial antara estron dan estradiol terjadi melalui
reduktase enzim 17-kortikosteroid, yang juga mengkatalis konversi andostenedion ke
testosteron.
8
Peningkatan patologis dari konsentrasi estrogen dalam serum ditemukan pada
beberapa keadaan. Tumor sel Leydig dan neoplasma adrenokortikal feminis
mensintesis dan menghasilkan jumlah estrogen yang meningkat. Aromatisasi prekusor
estrogen yang meningkat terjadi pada sel sertoli atau tumor seksual testis, tumor sel-
germ testis terdiri dari jaringan tropoblastik, beberapa kanker nontropoblastik, dan pada
pasien obesitas, penyakit hati, hipertiodisme, feminisasi testicular, atau pada sindrom
Klinefelter, pria yang mengkonsumsi spironolakton. Peningkatan aromatisasi juga
ditemukan ditemukan pada penuaan, yang menggambarkan peningkatan lemak tubuh.
Peningkatan idiopatik pada aromatisasi ekstraglandular, biasanya berhubungan dengan
aromatase janin yang mengakibatkan produksi estrogen perifer yang masif.
Meskipun globulin pengikat hormone seksual sama-sam mengikat estrogen dan
androgen, afinitas pengikatan terhadap androgen lebih besar daripada estrogen.
Kemudian, obat-obatan seperti spironolakton dan ketokonazol, yang dapat memecah
ikatan steroid dengan globulin, memecah estrogen lebih mudah daripada endrogen pada
konsentrasi yang rendah. Situasi lain dimana level sirkulasi estrogen bebas dapat
meningkat antara lain metabolism estrogen yang menurun, sebuah mekanisme yang
menyebabkan ginekomastia pada pasien dengan sirosis. Hal ini tidak sepenuhnya benar
karena laju klearens metabolic dari estrogen normal pada pasien sirosis. Konsumsi
estrogen baik sengaja maupun sebagai obat, juga dapat memicu peningkatan dari
konsentrasi estrogen total dan bebas dan menimbulkan ginekomastia pada beberapa
pasien. Aktivasi dari reseptor estrogen pada jaringan payudara dapat terjadi pada
konsumsi obat yang memiliki struktur yang sama dengan esterogen seperti digoksin.
2. Penurunan konsentrasi androgen serum
Peningkatan rasio estrogen-androgen akan ditemukan pada pasien dengan level
estrogen yang normal atau meningkat tapi mengalami penurunan konsentrasi androgen.
Penurunan sekresi androgen biasanya ditemukan pada pria tua sebagai akibat dari
proses penuaan, pasien dengan hipogonadisme primer atau sekunder, pasien dengan
kekurangan enzim testikuler, atau pada konsumsi obat seperti spironolakton dan
9
ketokonazol yang menginhibisi biosintesis testosterone. Penurunan sekresi juga
ditemukan pada keadaan hiperesterogenik, baik pada supresi hormone LH hipofisis
yang diinduksi estrogen, yang menghasilkan supresi sekresi hormone testosterone,
maupun pada inhibisi aktivitas enzim sitokrom P-450c 17 di testis yang diiduksi
estrogen yang dibutuhkan pada biosintesis testosterone. Efek yang sama terlihat pada
stimulasi LH pada sel interstisial testis yang terjadi pada hipogonadisme primer,
gonadotropin korionik yang dihasilkan oleh tumor germ-sel testikuler dan ekstragonad
dan pada beberapa neoplasma nontropoblastik, seperti tumor paru-paru, abdomen, hati,
atau ginjal. Level gonadotropin serum yang tinggi menstimulasi aktivitas aromatase sel
interstisial dan peningkatan sekresi estradiol yang kemudian menginhibisi aktivitas
enzim sitokrom P-450c 17. Level testosterone serum juga dapat turun sebagai akibat
peningkatan aromatase testosterone ke estradiol pada beberapa kondisi berhubungan
dengan ginekomastia atau peningkatan klirens dari sirkulasi melalui aktivitas reduktase
cincin reduktase-A testosterone hepatic sebagai akibat konsumsi alcohol. Karena
androgen terikat erat dengan globulin pengikatan hormon seks, maka kondisi-kondisi
yang meningkatkan level dari protein ini dapat mengakibatkan konsentrasi androgen
bebas rendah, terutama jika kondisi tersebut juga menurunkan produksi androgen.
3. Masalah reseptor androgen
Defek pada struktur dan fungsi dari reseptor androgen, yang ada pada pasien
dengan sindrom insensitivitas androgen komplit atau parsial, atau pelepasan androgen
dari reseptor androgen payudara oleh obat seperti spironolakton, cyproterone asetat,
flutamide, atau cimetidine mengakibatkan efek yang tidak diinginkan pada jaringan
payudara.
4. Hipersensitivitas pada jaringan payudara
Ginekomastia terjadi jika jaringan payudara pada pria memiliki sensitivitas
yang meningkat pada estrogen. Meskipun, peningkatan aktivitas aromatase ditemukan
pada pasien ginekomastia. Aromatase androgen ke estrogen dalam jaringan payudara
10
merupakan penyebab dari ginekomastia idiopatik. Ginekomastia yang terjadi pada
neonatus biasanya diikuti pada masa pubertas yang mendukung bahwa jaringan
glanduler payudara lebih sensitif terhadap stimulasi estrogen pada beberapa pria
dibandingkan pria lainnya.
Hormon utama pada laki-laki adalah testosteron, yang dihasilkan testis . Pada
wanita hormon utama adalah estrogen, yang dikeluarkan oleh ovarium. Kedua
hormon tersebut masing-masing diproduksi oleh kedua kelenjar. Estrogen juga
diproduksi di testis dan sejumlah testosteron juga diproduksi di ovarium.
Ginekomastia terjadi karena ketidakseimbangan antara estrogen (yang menstimuli
jaringan payudara) dan androgen (yang menghambat stimulus).
Gambar 1. Proses terbentuknya estrogen yang menyebabkan ginekomastia
11
DIAGNOSIS
Langkah pertama dalam evaluasi klinik adalah menetapkan bahwa benjolan
ini adalah ginekomastia. Keadaan yang paling sulit dibedakan dengan ginekomastia
adalah pembesaran jaringan lemak subareolar payudara tanpa proliferasi kelenjar
(psuedoginekomastia).
Pasien dengan pseudoginekomastia memiliki badan obesitas menyeluruh dan
tidak mengeluhkan nyeri. Dan sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan
payudara. Pemeriksaan yang baik dengan meletakkan tangan pasien dibelakang
kepala sambil pasien baring. Pemeriksa meletakkan ibu jari pada sisi yang satu dan
jari kedua diletakkan pada sisi lain lalu memeriksa dengan seksama. Pada pasien
ginekomastia akan didapatkan benjolan yang kenyal dan berbatas tegas dan berada
di tengah dan puting susu serta mudah dipalpasi. Sedangkan pada
pseudoginekomastia tidak ada hambatan saat kedua jari dipertemukan.
12
Gambar 2. Cara pemeriksaan fisis dalam mendiagnosis ginekomastia
Biasanya ginekomastia terjadi asimetrik. Ginekomastia unilateral biasanya
menandakan adanya pertumbuhan ginekomastia bilateral. Meskipun kelainan seperti
neurofibroma, limpangioma, hematoma, lipoma, dan kista dermoid dapat
mengakibatkan pembesaran unilateral, namun yang paling harus dibedakan ialah
dengan karsinoma payudara yang terjadi pada pria kurang dari 1%. Kanker payudara
pada pria biasanya massanya unilateral, keras, terfiksasi pada jaringan dibawahnya,
adanya dimpling, retraksi atau crusting puting susu, keluarnya cairan dari puting susu,
atau adanya limfadenopati aksilla.
13
Gambar 3. Ginekomatia asimetris
Setelah diagnosis ginekomastia dapat dibuat, beberapa etiologi lain dapat
diketahui melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan rasa sakit
pada payudara. Riwayat penggunaan obat-obatan dan juga riwayat kelainan hati dan
ginjal menjadi hal penting dalam menetapkan etiologi. Riwayat penurunan berat
badan, takikardi, gemetar, diaporesis, dan hiperdefekasi dapat membantu ke arah
hipertirod. Pada pemeriksaan fisis dilakukan palpasi pada payudara untuk membedakan
dengan pembesaran akibat jaringan lemak. Pemeriksaan palpasi pada testis juga perlu
dilakukan untuk menilai apakah ada rasa sakit atau tidak. Gejala-gejala dan
hipogonadisme juga perlu di periksa, seperti penurunan libido, impotensi, penurunan
kekuatan, dan juga atrofi testis. Pemeriksaan yang teliti terutama untuk massa di
abdomen, dapat membantu dalam menemulcan kanker adrenocortical.
Mammografi atau FNA sangat membantu dalam membedakan kanker atau
ginekomastia, meskipun biopsy bedah harus dilakukan jika kedua prosedur sebelumnya
tidak menunjukkan adanya proses keganasan. Pada pasien dengan kemungkinan
neoplasma testikular dapat dilakukan USG testis.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan kadar serum
14
hormon-hormon tertentu untuk dapat menentukan etiologi, seperti pemeriksaan
gonadotropin korionik serum (hCG), testosterone, estradiol dan LH. Algoritma
pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4. Interpretasi level hormon serum
PENATALAKSANAAN
Penanganan ginekomastia dilakukan berdasarkan penyebabnya. Secara umum tidak
ada pengobatan bagi ginekomastia fisiologis. Tujuan utama pengobatan adalah untuk
15
mengurangi kesakitan dan menghindari komplikasi. Penanganan ginekomastia meliputi tiga
hal yaitu observasi, medikamentosa dan operasi.
1. Observasi
Observasi dilakukan pada pasien-pasien yang mendapatkan terapi obat-obatan yang
bisa menyebabkan ginekomastia. Penggunaan obat-obatan tersebut dihentikan dan pasien
dievaluasi setelah 1 bulan. Jika ginekomastia terjadi akibat obat-obatan, maka penghentian
konsumsi obat-obatan tersebut akan menyebabkan berkurangnya rasa sakit pada payudara.
Penggantian obat yang menyebabkan ginekomastia dengan obat lainnya dapat
dilakukan. Sebagai contoh, ketika hendak memberikan obat calcium channel blocker
pada orang tua, penggunaan nifedipine lebih berpotensi timbulnya ginekomastia,
dibandingkan dengan verapamil dan juga diltiazem. Keadaan yang sama juga
terjadi pada penggunaan histamin reseptor atau parietal cell proton-pump.
Penggunaan obat cimetidine lebih memiliki resiko dibandingkan ranitide dan
juga omeprazole. Observasi juga dapat dilakukan pada keadaan fisiologis, termasuk
pasien usia puberitas dan memiliki pemeriksaan fisik dan testis yang normal. Pasien
tersebut dievaluasi selam 6 bulan.
2. Medikamentosa
Identifikasi kelainan penyebab ginekomastia dapat membantu meringankan
pembesaran payudara. Obat-obat yang dapat digunakan sebagai berikut:
- clomiphene (anti estrogen) dapat diberikan dengan dosis 50-100 mg setiap hari
selama 6 bulan. Efek samping obat ini dapat mengakibatkan gangguan
penglihatan, muntah dan bintik merah.
- Tamoxifen (antagonis estrogen) dapat diberikan dengan dosis 10-20 mg dua kali
sehari selama 3 bulan. Efek samping obat ini dapat mengganggu epigastrium dan mual.
- Danazol, obat testosteron sintetik, yang menghambat sekresi LH dan FSH dan
menurunkan sintesis estrogen di testis. Dierikan dengan dosis 200 mg dua kali
sehari. Efek samping obat ini adalah akne, penambahan berat badan, retensi
16
cairan, mual, dan hasil fungsi hati yang abnoprmal.
- Testolactone (inhitor aromatisasai), diberikan 450 mg sehari selama 6 bulan. Efek
samping obat ini adalah mual, muntah, udem.
3. Operatif
Pengobatan dengan bedah bertujuan mengembalikan bentuk normal payudara
dan memperbaiki kalainan payudara, puting dan areola. Pengobatan operatif
dilakukan jika respon obat-obatan tidak mencukupi. Pembedahan yang bersifat
kuratif dapat dilakukan pada tumor yang menyerang penghasil estrogen atau hCG.
Ada 2 jenis operasi yang dapat dilakaukan yaitu Surgical resection (subcutaneous
mastectomy) dan Liposuctio-assisted mastectomy.
Surgical Resection (Subkutaneus Mastektomi)
Ada beberapa jenis irisan pada eksisi payudara laki-laki. Jenis irisan yang
sering dilakukan adalah dengan insisi intra-areolar atau Webster incision. Insisi
Webster dibuat sepanjang lingkaran areola bagian bawah dan dengan panjang
irisan yang bervariasi tergantung dari areola pasien. Insisi lain yang digunakan
adalah insisi tranversal yang melewati papilla mamae. Insisi ini memiliki bukaan
yang terbatas. Triple-V incision memiliki bukaan yang paling besar namun jarang
digunakan saat sekarang. Sebelum operasi, dokter bedah harus menetukan garis insisi
dan memperkirakan kedalaman jaringan lemak dan jaringan payudara yang akan
dikeluarkan. Selain itu ada teknik Letterman dan juga teknik yang digunakan jika
ginekomastia bersifat masif.
17
Gambar 5. (a) Webster incision, (b) Webster incision yang diperlebar kearah
medial dan lateral, (c) Transverse incision, (d) Triple-V incision, (e) Teknik yang
paling sering digunakan untuk reseksi kulit dan transposisi putting susu (Letterman
Technique), (f) Teknik yang digunakan pada ginekomastia massif
Liposuctio-assisted mastectomy
Liposuctio-assisted mastectomy merupakan salah satu jenis operasi untuk
pseudognikomastia. Insisi dibuat sekitar 1 cm diatas areola., lalu jaringan kelenjar
dan parenkim disedot keluar. Diperkenalkan pertama kali pada tahun 1980an. Sekarang
digunakan ultrasonic liposuction yang meningkatkan hasil koreksi payudara.
Komplikasi pascaoperasi ini lebih kecil dibandingkan dengan operasi open mastektomi.
a b c
d e
f
18
Gambar 6. Sebelum dan setelah operasi Liposuctio-assisted mastectomy
PROGNOSIS
Prognosis dari ginekomastia baik untuk semua etiologi. Suatu studi
menunjukkan 90% pasien ginekomastia fisiologis membaik dalam 2 tahun.
pasien ginekomastia akibat keadaan patologik dapat membaik dengan terapi obat
dan pembedahan.
BAB 2. LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Saudara H
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
19
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Griya Putri Kencana A6/10 Jember
No. Rekam Medik : 11.59.82
Tgl. MRS : 8 Mei 2013
Tgl. KRS : 10 Mei 2013
Rabo , 8 Mei 201 3, jam 11. 3 0 WIB (H 0 MRS)
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Benjolan pada payudara kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
• Pasien datang ke Poli Bedah RSD dr.Soebandi dengan keluhan terdapat
benjolan pada dada tepatnya pada payudara sebelah kanan pasien, benjolan
dirasakan sejak kurang lebih tiga minggu yang lalu. Terasa nyeri jika
dipegang. Payudara dirasakan semakin membesar. nanah (-), darah (-). Pasien
mengatakan tidak ada gangguan penurunan libido, impotensi, penurunan
kekuatan, dan juga atrofi testis.
Riwavat Penyakit Dahulu : -
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien.
Riwayat Pengobatan :
Pasien tidak pernah mencari upaya pengobatan
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Cukup Kesadaran: Compos mentis
VS : TD : 120/70 mmHg RR : 20 x/menit
N : 80 x/menit tº : 36,5ºC
20
Status generalis:
Kulit :
Dalam batas normal
Kepala:
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : tidak ada secret/bau/perdarahan
Telinga : tidak ada secret/bau/perdarahan
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat.
Leher:
Dalam batas normal
Thoraks:
Cor:
I: ictus cordis tidak tampak
P: ictus cordis teraba normal di ICS V MCL Sinistra
P: batas jantung ICS IV Parasternal dekstra sampai ICS V MCL sinistra
A: S1S2 tunggal, extrasistol -, gallop -, murmur -
Pulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi, tidak ada ketertinggalan gerak
P: Fremitus raba normal
P: Sonor
A: Vesikuler +/+, Ronkhi -/- Wheezing -/-
Abdomen:
I: flat, DC -, DS -
A: bising usus (+) normal
P: tympani
P: soepel, nyeri (-)
Ekstremitas:
21
Akral hangat + + Oedem - -
+ + - -
Status Lokalis:
Regio Mammae Dekstra:
Inspeksi: terdapat benjolan, padat kenyal, diameter 1 cm x 1 cm, batas kurang
jelas dan mobile, pus (-), darah(-),
Palpasi: nyeri (+)
Hasil Pemeriksaan FNA tanggal 05 April 2013
Makroskopis : benjolan di subareola mamma dextra, padat kenyal, diameter 1 cm x 1
cm, batas kurang jelas dan mobile.
22
Mikroskopis : didapatkan beberapa kelompok sel epitelyang kecil-kecil monoton,
sedikit sel-sel bipolar jinak dan potongan-potongan stroma yang miksomatik
Tidak terdapat sel ganas
Diagnosa patologi : gynecomastia
ICD morfologi : N.62/-
ASSESMENT
Gynecomastia
PLANNING
Diagnostik : -
Terapetik :
- Pro Subcutan Mastectomy
Edukasi : MRS, informed consent, puasa pre op.
23
Laporan Operasi (08 Mei 2013)
Nama : Saudara H
Umur : 20 tahun
Alamat : Griya Putri Kencana A6/10 Jember
No. Rekam Medik : 11.59.82
dr. Bedah : dr. Adi Nugroho, Sp.B
dr. Anestesi : dr. Wiwiek, Sp. An
24
Macam operasi : Besar
Sifat : Elektif
Uraian Pembedahan:
• Informed consent (+)
• Menggunakan general anestesi
• Teknik:
1. Desinfeksi lapangan operasi dan mempersempit lapangan operasi dengan doek
steril
2. Insisi periareolar bawah
3. Didapatkan massa kenyal bulat putih diameter 1,5 cm lakukan eksisi
4. Rawat perdarahan pasanga drain,
• Terapi post-operasi:
Injeksi ceftriaxon 3x1 gr
Injeksi antrain 3x1 ampul
Sadar baik mss diet bebas
Kamis 09 Mei 2013, jam 0 5 . 00 WIB (H 2 MRS , H1 post OP)
SUBJEKTIF :-
OBJEKTIF :
KU : Cukup Kesadaran: Compos mentis
VS : TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/menit
N : 80 x/menit tº : 36,2ºC
Status generalis:
K/L : -/-/-/-
Thorak: C : S1S2 tunggal, E/G/M : -/-/-
P : Simetris, retraksi -, ketertinggalan gerak -, vesikuler +/+, Rh
-/-, Wh -/-
25
Abdomen: I: flat
A: bising usus (+) normal
P: tympani, pekak hepar (+)
P: soepel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas:
Akral hangat + + Oedem - -
+ + - -
Regio Mammae Dekstra:
Inspeksi: drain (+), darah (+) prod : 5cc
Palpasi: nyeri (-)
ASSESMENT :
Gynecomastia post subcutan mastectomy H1
PLANNING :
Terapetik :
- Injeksi Ceftriaxone 2x1g
- Injeksi Antrain 3x1 amp
Hasil Laboratorium (9 April 2013):
Hematologi
Hb : 12,8,0 gr/dl (13,4-17,1 gr/dL)
Lekosit : 6,8 x 109 /L (4,3- 10,3x 109/L)
Hematokrit : 37,1,0 % (38-42%)
Trombosit : 288 x 109 /L (150-450 x 109/L)
LED : 51/86 mm/jam (0-15 mm/jam)
Hitung jenis : 2/-/-/77/16/5 (0-4/0-1/3-5/54-62/25-33/3-5)
PPT penderita : 10,6
Kontrol : 11,1 (Beda dengan kontrol< 2 detik)
26
APTT penderita : 29,6
Kontrol : 29,3 (Beda dengan kontrol< 7 detik)
Faal Hati
SGOT : 10 u/L (10-35 u/L)
SGPT : 11 u/L (9-43 u/L)
Faal Ginjal
Serum Kreatinin : 1,0 mg/dL (0,6-1,3 mg/dl)
BUN : 11 mg/dL (6-20 mg/dl)
Urea : 23 (10-50 mg/dl)
Kadar gula darah
BSN : 104 mg/dL (<120 mg/dL)
Jumat 10 Mei 2013 (H3 MRS, H2 post OP)
SUBJEKTIF: -
OBJEKTIF:
KU: cukup Kesadaran: Composmentis
VS : TD : 120/70 mmHg RR : 20 x/menit
N : 76 x/menit tº : 36,5ºC
Status generalis:
K/L : -/-/-/-
Thorak: C : S1S2 tunggal, E/G/M : -/-/-
P : Simetris, retraksi -, ketertinggalan gerak -, vesikuler +/+,
Rh -/-, Wh -/-
Abdomen: I: flat
A: bising usus (+) normal
P: tympani, pekak hepar (+)
P: soepel, nyeri tekan (-) regio inguinal dekstra, defans
muskular (-)
27
Ekstremitas:
Akral hangat + + Oedem - -
+ + - -
Regio Mammae Dekstra:
Inspeksi: drain (+), darah (+) prod : 5cc
Palpasi: nyeri (-)
ASSESMENT :
Gynecomastia post subcutan mastectomy H2
PLANNING :
Terapetik :
- Injeksi Ceftriaxone 2x1g
- Injeksi Antrain 3x1 amp
Pasien KRS
DAFTAR PUSTAKA
1. Ansstas, George. Gynecomastia. Medscape Reference. 2013.
2. Clinical Policy Bulletin : Breast Reduction and Gynecomastia Surgery. American
Medical Association. 2008
3. Gynecomastia. American Society of the American Society of Plastic Surgeons.
2004
28
4. Gynecomastia Treatments. United Health Care. 2012
5. Johnson, Ruth; Murad, Hasan. Gynecomastia : Pathophysiology, Evaluation and
Management. Mayo Foundation for Medical Education and Research.
6. Male Gynecomastia Surgery. Utilization Management Policy. 2010
7. MedlinePlus. Gynecomastia. US national Library of medicine NIH National
Institute of Health. 2011
8. Perlstein, David. Gynecomastia facts. MedicineNet. 2012
9. Polakoff, David. Guidelines for Medical Necessity Determination for Mastectomy
for Gynecomastia. 2012.
10. Raunstein, Glenn. Gynecomastia. The New England Journal of Medicine.
England. 2007.
11. Surgical Treatments of Gynecomastia. Medical Necessity Guidelines. 2011
12. Swerdloff, Ronald; Jason. Gynecomastia : Etiology, Diagnosis and Treatment.
2011