i rgrege GUIDED TEACHING DALAM MENGORGANISASIKAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN SISTEM PEREDARAN DARAH DI MAN 1 SEMARANG Skripsi disusun untuk sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi Oleh Didi Nur Jamaludin 4401406591 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
112
Embed
GUIDED TEACHING DALAM MENGORGANISASIKAN …lib.unnes.ac.id/2799/1/3485.pdf · Contoh lembar kerja siswa (LKS) kelas eksperimen pada praktikum uji ... sistem peredaran darah manusia
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
rgrege
GUIDED TEACHING DALAM MENGORGANISASIKAN KONSEP
PADA PEMBELAJARAN SISTEM PEREDARAN DARAH
DI MAN 1 SEMARANG
Skripsi
disusun untuk sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi
Oleh
Didi Nur Jamaludin
4401406591
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang
berjudul ’’Guided Teaching dalam Mengorganisasikan Konsep pada
Pembelajaran Sistem Peredaran Darah di MAN 1 Semarang’’ disusun berdasarkan
hasil penelitian saya dengan arahan dari dosen pembimbing. Sumber informasi atau
kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Skripsi ini belum pernah
diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi manapun.
Semarang Februari 2011
Didi Nur Jamaludin 4401406591
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul:
Guided Teaching dalam Mengorganisasikan Konsep pada Pembelajaran Sistem
Peredaran Darah di MAN 1 Semarang
disusun oleh:
nama : Didi Nur Jamaludin
NIM : 4401406591
telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/ Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Dr. Lisdiana, M.Si Dra. Aditya Marianti, M.Si NIP 195911191986032001 NIP 19671217 199303 2001
iv
ABSTRAK
Jamaludin, Didi Nur. 2011. Guided Teaching dalam Mengorganisasikan Konsep pada Pembelajaran Sistem Peredaran Darah di MAN 1 Semarang. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dr. Lisdiana, M.Si dan Dra. Aditya Marianti, M.Si.
Pembelajaran Biologi membutuhkan pemahaman konsep yang baik. Hasil obeservasi di MAN 1 Semarang, menunjukan ketuntasan belajar siswa klasikal pada materi sistem peredaran darah 67,5%. Pemanfaatan media pembelajaran terus diupayakan, namun hasilnya belum memuaskan, sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui efektifitas metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada pembelajaran sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang.
Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Semarang semester gasal Tahun Pelajaran 2010/ 2011 dengan pre eksperimental design tipe one shot case study. Data penelitian ini meliputi aktifitas belajar siswa, hasil belajar, tanggapan siswa dan tanggapan guru terhadap kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian diketahui bahwa rerata aktifitas belajar siswa kelas eksperimen 90,81% dan tingkat persentase ketuntasan kelas eksperimen mencapai 85%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep efektif dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar pada materi sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang. Kata Kunci: Guided Teaching, organisasi konsep, sistem peredaran darah
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt, yang telah memberikan karunia rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ’’ Guided
Teaching dalam Mengorganisasikan Konsep pada Pembelajaran Sistem Peredaran
Darah di MAN 1 Semarang’’.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, tidak terlepas dari
bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
merasa perlu menyampaikan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan studi strata 1 Pendidikan Biologi FMIPA Unnes.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian.
3. Ketua Jurusan Biologi yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran
administrasi dalam penyusunan skripsi.
4. Parmin, S.Pd, M. Pd, dosen penguji yang telah memberikan arahan, bimbingan
serta motivasi dengan penuh kesabaran.
5. Dr. Lisdiana, M. Si, dosen pembimbing I, yang telah memberikan arahan,
bimbingan serta motivasi dengan penuh kesabaran.
6. Dra. Aditya Marianti, M. Si, dosen pembimbing II serta dosen wali, yang telah
memberikan arahan, bimbingan serta motivasi dengan penuh kesabaran.
7. Drs. Syaefudin, M. Pd Kepala MAN 1 Semarang, yang telah yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
8. Drs. Budi Santoso, Drs. Sutarno dan Dra. Sih Hartini, M.Si, guru Biologi MAN
1 Semarang yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penelitian.
9. Ayahanda H. Sobirin, Ibunda Junaenah, kedua adik Muhammad Faqih Irsyad
dan Muhammad Yanuar Ibrahim yang selalu memberikan do’a, dukungan
serta motivasi dengan penuh kasih sayang yang tiada henti.
10. Sahabat-sahabatku di Biologi, mahasiswa Unnes, Hima Biologi, Familia, FMI,
UKKI, Puskomda, Pesantren Basmala Indonesia dan alumni SMA N1
Pemalang serta MTs N Pemalang yang telah memberikan inspirasi dan
semangat.
vi
11. Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan
penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan, oleh karena itu penulis
mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun bagi pembaca. Akhirnya
dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini, dapat
memberikan tambahan ilmu bagi pembaca untuk meningkatkan wawasan
pengetahuan. Syukron jazakumullah ahsanuljaza.
Semarang, Februari 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Penegasan Istilah ...................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 6
B. Hipotesis Penelitan .................................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 20
B. Populasi dan Sampel ............................................................... 20
C. Variabel Penelitian .................................................................. 20
D. Rancangan Penelitian .............................................................. 20
E. Alat dan Bahan Penelitian........................................................ 20
F. Prosedur Penelitian ................................................................. 21
G. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 27
H. Metode Analisis Data ............................................................. 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................... 30
B. Pembahasan ............................................................................. 34
viii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................. 48
B. Saran ....................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 49
3. Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen.……………………..... 30
4. Persentase ketuntasan belajar kelas eksperimen……..…………………….. 31
5. Aktifitas siswa sedang memberikan pendapat dan mendengarkan penjelas dari siswa. (b). Hasil pengorganisasian konsep atas penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.……….….… 38
6. Hasil pengorganisasian konsep dari siswa dalam kegiatan proses belajar di kelas eksperimen………………………………………………………… 42
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus…………………………………………………………….…..…… 53
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas eksperimen…….…….…. 56
3. Lembar soal post test……………………………………………………… 67
4. Kunci jawaban soal post test …………………….………………………... 70
5. Kisi-kisi soal soal post test ……………………………………………..... . 71
6. Distribusi jenjang kognitif bloom pada soal post test…………………..… 72
7. Contoh lembar kerja siswa (LKS) kelas eksperimen pada praktikum uji golongan darah……………………………………………………..……... 73
8. Dokumen foto proses belajar mengajar (PBM) di kelas eksperimen….….. 75
9. Contoh lembar jawab post test materi sistem peredaran darah……..….…. 77
10. Hasil belajar siswa kelas eksperimen………………..…………...…..…... . 78
11. Hasil mid semester gasal kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3…………………... 79
12. Contoh lembar observasi aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen…. 80
13. Rekapitulasi aktifitas belajar siswa kelas eksperimen…………………...... 81
14. Contoh lembar tanggapan siswa kelas eksperimen………………………… 89
15. Contoh lembar tanggapan guru terhadap kelas eksperimen……...…….….. 91
16. Uji validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran pada soal uji coba.….. 93
17. Uji reliabilitas pada soal uji coba materi ……………………….……….... 95
18. Uji homogenitas populasi kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 ........................... 96
19. Uji normalitas hasil belajar kelas eksperimen……………………….…..… 98
20. Surat penetapan dosen pembimbing……………………………………..... 99
21. Surat permohonan ijin observasi……………………………………….….. 100
22. Surat keterangan penelitian……………………………………………….... 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses belajar mengajar menjadi salah satu bagian yang mendapat perhatian
serius dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, karena didalamnya
mengandung kegiatan interaksi antara guru dan siswa serta komunikasi timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Guru dalam
interaksi proses belajar, perlu menanamkan suatu sikap dan nilai dalam membangun
pengetahuan dan tidak hanya sebagai pusat penyampaian materi melainkan guru
memberikan arahan dan bimbingan agar siswa dapat mandiri dalam mencari dan
membangun pemahaman materi, karena proses belajar yang baik, tidak lagi berpusat
pada guru (teacher centered learning), guru semestinya tidak hanya sebatas
memberikan pengetahuan kepada siswa melainkan berfungsi sebagai motivator
terhadap siswa, agar bisa mandiri dan semangat dalam belajar. Peran guru juga
sebagai evaluator terhadap penguasaan materi yang dipahami siswa sekaligus
memunculkan guru sebagai pembimbing terhadap siswa yang mengalami kesulitan
terhadap materi maupun memberikan bimbingan pengayaan lebih lanjut terhadap
siswa yang sudah menguasai materi, sehingga peran siswa menjadi sentral dalam
pembelajaran (student centered learning).
Melibatkan siswa dapat aktif belajar mandiri, perlu pemahaman karakteristik
suatu materi pengetahuan, salah satu karakteristik materi Biologi adalah
mempunyai obyek pembelajaran yang bersifat fakta-fakta yang memberikan
kumpulan konsep. Pada materi sistem peredaran darah, banyak dijumpai konsep-
konsep Biologi yang bersifat abstrak dan hubungan antar konsep mempunyai saling
keterkaitan.
Hasil obeservasi di MAN 1 Semarang, sesuai standar kriteria ketuntasan
minimal (KKM) pada materi sistem peredaran darah, ketuntasan belajar yang
ditetapkan secara individual > 66, siswa yang tuntas belajar secara klasikal 67,5%,
meskipun pemanfaatan media pembelajaran sudah diupayakan, namun hasilnya
belum memuaskan. Kesulitan siswa dalam memahami materi sistem peredaran
darah, dikarenakan materi tersebut ada beberapa yang bersifat abstrak dan tingkat
1
2
keaktifan siswa yang kurang dalam proses belajar mengajar, sehingga ini menjadi
kendala dalam pencapaian ketuntasan belajar (Hartini, 22 Juli 2009, Wawancara).
Oleh karena itu, pengembangan inovasi pembelajaran menjadi hal yang diperlukan
bagi guru, untuk meningkatan kualitas belajar siswa.
Upaya mengintegrasikan pemahaman konsep struktur, fungsi dan proses
sistem peredaran darah manusia yang saling berhubungan dengan realitas kehidupan
serta memiliki korelasi dengan materi Biologi lainnya, sehingga diperlukan
formulasi membangun konsep yang dapat mengaitkan hubungan antar konsep
dengan realita kehidupan. Strategi yang diharapkan dapat membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep abstrak salah satunya dengan latihan mengorganisasikan
konsep (Erman 2006). Siswa dalam kegiatan tersebut, dilatih mengidentifikasi
konsep, sehingga siswa diharapkan dapat memahami materi secara terstruktur dan
menyeluruh.
Metode pembelajaran yang dapat membantu dalam mengorganisasikan
konsep salah satunya dengan Guided Teaching, metode tersebut merupakan suatu
metode berupa pertanyaan terstruktur yang diberikan guru kepada siswa yang
dijadikan panduan dalam proses belajar mengajar. Keunggulan metode Guided
Teaching diantaranya, untuk mendiagnosa tingkat pemahaman awal siswa serta
mengetahui kesulitan siswa dalam memahami materi dan tepat untuk materi-materi
yang bersifat abstrak. Pemberian materi ajar oleh guru mengacu pada pemahaman
siswa, sehingga guru dapat memetakan pemahaman siswa. Siswa terlatih mandiri
dalam membangun pemahaman materi (membangun pengatahuan), melalui mereka
menjawab pertanyaan dari guru. Siswa semakin aktif dalam belajar, karena dalam
proses belajar mereka terpacu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru,
disamping itu juga dapat mengakomodir penerapan media pembelajaran sehingga
mudah dalam pelaksanannya, guru diberi kesempatan untuk melakukan bimbingan
dalam bentuk memberikan pertanyaan yang telah disesuaikan, dengan tujuan dari
standar kompetensi (SK) maupun kompetensi dasar (KD) materi dan siswa diberikan
kesempatan untuk interaktif mengkomunikasikan pemahaman yang dimilikinya.
Sehingga dalam proses pembelajaran tersebut siswa melakukan proses konstruksi
pemahaman materi dan guru berperan sebagai pembimbing materi sekaligus
fasilitator. Disamping itu metode Guided Teaching sebagai pendukung dalam
3
mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah manusia, dengan
demikian diharapkan siswa dapat interaktif dalam proses belajara mengajar.
Menurut Trianto (2007), siswa dapat membangun pengetahuan melalui keterlibatan
aktif dalam proses belajar mengajar, kemudian pengetahuan dibangun sedikit demi
sedikit.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru ketika menerapkan metode
Guided Teaching diantaranya saat guru membuat pertanyaan harus memperhatikan
efektifitas waktu dalam jam pelajaran, mengingat metode tersebut memerlukan
ketepatan jumlah pertanyaan dengan kemampuan siswa dalam menjawab dan siswa
harus memiliki buku ajar yang relevan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan
guru. Untuk membuktikan apakah Guided Teaching dalam mengorganisasikan
konsep, efektif pada pembelajaran materi sistem peredaran darah, maka penelitian
ini perlu dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka rumusan masalahnya,
apakah Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, efektif pada
pembelajaran sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang?
C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu
diberikan penegasan istilah, untuk memberikan gambaran yang sama terhadap
judul penelitian dan pengertian-pengertian yang terdapat dalam skripsi ini, sehingga
perlu penegasan istilah sebagai berikut.
1. Guided Teaching merupakan metode yang dilakukan dengan cara guru
menanyakan satu atau lebih pertanyaan untuk membuka pengetahuan mata
pelajaran atau mendapatkan hipotesis atau kesimpulan siswa dan kemudian
memilahnya ke dalam kategori-kategori (Silberman 2009). Dalam pelaksanaan
metode Guided Teaching, guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa,
untuk dijadikan panduan dalam proses belajar mengajar, kemudian siswa diberi
kesempatan untuk membangun pengetahuan yang ada secara mandiri maupun
4
bekerjasama, melalui mengkomunikasikan jawaban atas pertanyaan yang
diberikan oleh guru.
2. Mengorganisasikan konsep merupakan strategi pembelajaran yang melatih
siswa mengorganisasi konsep yang memerlukan kemampuan memahami konsep
(Erman 2006), dalam penelitian tersebut siswa mengorganisasikan konsep
dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru (Guided Teaching)
dengan membentuk peta konsep.
3. Pembelajaran sistem peredaran darah pada penelitian ini, menggunakan metode
Guided Teaching dilengkapi dengan strategi mengorganisasikan konsep.
4. Materi sistem peredaran darah diajarkan pada kelas XI IPA semester gasal,
materi tersebut menjelaskan tentang struktur, fungsi dan proses sistem
peredaran darah serta kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta
implikasinya terhadap sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat
(salingtemas).
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas Guided Teaching
dalam mengorganisasikan konsep pada pembelajaran sistem peredaran darah di
MAN 1 Semarang.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Siswa
a. Mendorong dan memberi rangsangan kepada siswa untuk aktif dalam proses
belajar.
b. Membantu siswa dalam memahami materi sistem peredaran darah.
2. Guru
a. Mengetahui pandangan siswa terhadap pengajaran menggunakan metode
Guided Teaching dalam mengorgansiasikan konsep pada sistem peredaran
darah baik kelebihan dan kelemahannya.
b. Mendorong untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru dalam
mengadakan pembelajaran yang menarik.
5
c. Meningkatkan pengetahuan guru tentang strategi dan metode pembelajaran
yang tepat.
3. Madrasah
a. Bahan masukan tentang metode/ strategi yang kreatif dan inovatif dalam
proses belajar mengajar yang berlangsung di madrasah.
b. Mendorong madrasah untuk selalu mengevalusi tingkat keefektifan
pembelajaran.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Guided Teaching
Guided Teaching merupakan metode yang dilakukan dengan cara guru
menanyakan satu atau lebih pertanyaan untuk membuka pengetahuan mata
pelajaran atau mendapatkan hipotesis atau kesimpulan siswa dan kemudian
memilahnya ke dalam kategori-kategori. Kategori-kategori atau konsep yang
tercatat, menjadi acuan untuk diajarkan. Guided Teaching dalam pembelajaran di
perguruan tinggi disebut sebagai pengajaran terbimbing melalui dosen bertanya
kepada mahasiswa satu atau lebih pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman
mahasiswa atau untuk memperoleh hipotesis atau kesimpulan kemudian
membaginya kepada kategori, metode tersebut merupakan pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) yang berbasis pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAIKEM) serta berguna pada pengajaran konsep-
konsep abstrak (Silberman 2009, Suprijono 2007, Zaini 2002).
Pembelajaran dengan menggunakan metode Guided Teaching urutan
langkahnya sebagai berikut.
1. Menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran
dan kemampuan yang mereka miliki.
2. Memberikan waktu beberapa menit untuk memberi kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan.
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil jawaban mereka
dan catat jawaban-jawaban yang mereka sampaikan. Jika memungkinkan tulis
di papan tulis dengan mengelompokan jawaban siswa dalam kategori-kategori
yang nantinya akan disampaikan dalam pembelajaran.
4. Menyampaikan poin-poin (konsep) utama dari materi yang disampaikan guru
dengan ceramah intreraktif.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawaban mereka
dengan poin-poin (konsep) yang guru sampaikan (Suprijono 2007).
6
7
Cothran dan Kulinna (2008) berpendapat agar dapat mendorong partisipasi
siswa aktif dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara memberikan
pertanyaan serta menanggapi respon siswa secara positif, menggunakan
pengalaman terstruktur, menggunakan beberapa instrumen dan metode variatif yang
dapat melibatkan siswa lebih aktif. Hartono (2007) menyampaikan bahwa keaktifan
siswa dalam menjawab pertanyaan, memberikan pengaruh terhadap otak untuk
terlatih dalam memecahkan suatu permasalahan, sehingga keterlibatan siswa secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan daya ingat yang lebih, bila
dibandingkan siswa hanya membaca teks atau mengingat sementara Pembelajaran
konstruktivisme dapat dilakukan dengan menggunakan pengalaman dan
merefleksikan pengalaman tersebut menjadi pengetahuan yang baru (Nurohman
2008).
Ausubel (Dahar 1988, dalam Trianto 2007), berpendapat dalam membantu
siswa menanamkan pengetahuan baru dalam suatu materi, sangat diperlukan konsep-
konsep awal yang dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan
dipelajari, itulah suatu proses belajar bermakna. Jeromer Burner (Dahar 1988, dalam
Trianto 2007) dalam teori belajar penemuan (discovery learning) menyarankan agar
siswa hendaknya belajar melalui partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan
prinsisp-prinsip agar mereka memperoleh pengalaman dan dapat pula melakukan
eksperimen-eksperimen yang dapat memberikan prinsip-prinsip secara mandiri.
Soeparwoto et al. (2006) menyampaikan bahwa usia 11 tahun ke atas
merupakan tahapan formal operasional yakni pada tahap ini tiap individu dapat
mengembangkan pikiran formalnya, mereka dapat menggunakan logika, rasio dan
kemampuan abstraksinya, dengan melibatkan dalam suatu kegiatan akan
memberikan pengaruh lebih positif dari pada sekedar menonton. Kegiatan praktik
lebih baik dari pada kegiatan teori, namun demikian keduanya semestinya saling
beriringan antara penguasaan praktik dan teori.
Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dalam metode Guided
Teaching, dapat menjadi salah satu teknik efektif untuk menjadikan siswa dapat
belajar. Pertanyaan interaktif menjadi dasar semua strategi pembelajaran dan dapat
menjadi pertimbangan dalam proses pembalajaran. Anni et al. (2006) mengingatkan
guru dalam memberikan tugas, hendaknya memperhatikan jangkauan kemampuan
8
siswa dalam menyelesaikan tugas, jangan sampai menimbulkan titik balik yang
menimbulkan efek negatif dalam pembelajaran, semestinya tugas-tugas yang
diberikan, mendukung antara penguasaan materi dan tingkat perkembangannya.
Fungsi pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa, menurut Kauchak dan Eggen
(1998) sebagai berikut.
a. Menilai pemahaman yang dimiliki (assessing current understanding)
Pertanyaan interaktif menjadi strategi alat evaluasi pemahaman informal
yang dimiliki dalam topik yang dipelajari, pertanyaan guru juga dapat menjadi
sumber informasi apakah siswa mengetahui atau tidak mengetahui, bagaimana
mereka berfikir dalam suatu topik dan apakah mereka memiliki salah konsep.
Pembelajaran yang efektif dapat disimpulkan melalui pemahaman siswa yang
mengacu kepada respon atas pertanyaan yang dibuat guru.
b. Meningkatkan motivasi pembelajar (increasing learner motivation)
pertanyaan efektif dapat melatih siswa untuk berfikir penuh tantangan dan
menyikapi masalah dengan penuh percaya diri. Pertanyaan yang telah didesain
tujuanya akan memberikan kondisi efek meningkatkan motivasi pembelajar (siswa).
c. Membimbing pembelajaran baru (guided new learning)
Pertanyaan guru sebagai aturan instruksional dapat membantu siswa untuk
menghubungkan ide baru dan mengintegrasikan pembelajaran baru dengan
pemahaman yang dimiliki. Strategi pertanyaan guru untuk menjadi efektif, harus
dapat membuat siswa berfikir, sehingga harus dibuat perencanaan yang terbaik dan
dalam pelaksanannya menjadi kurang bernilai jika tidak membuat siswa berfikir.
2. Konsep dan pengorganisasian konsep
Konsep dapat diartikan sebagai suatu jaringan hubungan dalam objek,
kejadian dan lain-lain yang mempunyai ciri tetap sehingga konsep merupakan kata
kunci. Siswa dapat membentuk konsep sesuai dengan pengelompokan stimulus-
stimulus dengan cara tertentu serta pengalaman-pengalamanya masing-masing dan
berkaitan dengan konsep dapat disimpulkan bahwa definisi tentang konsep selalu
berkembang sesuai dengan persepsi personal (Rustaman et al. 2003).
Pemahaman konsep memberikan pengaruh terhadap hasil belajar (Herunata
2006) dan hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
9
setelah mengalami aktifitas belajar/ pembelajaran (Anni et al. 2006). Materi
pelajaran yang memperhatikan aspek-aspek pembentukan konsep, serta
memperhatikan aspek-aspek pembentukan konsep, serta memperhatikan hubungan
antar konsep-konsepnya sejara jelas agar proses belajar yang terjadi menjadi
bermakna bagi siswa. Hubungan antar konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran
dapat diwujudkan dalam bentuk rumus-rumus untuk memecahkan masalah, grafik,
bagan, poster, tabel dan bentuk hubungan lainnya, hal ini dapat menimbulkan belajar
penemuan terpimpin (Rustaman et al. 2003).
Kegiatan belajar konsep adalah belajar mengembangkan inferensi logika atau
membuat generlisasi logika atau membuat generalisasi fakta ke konsep dan belajar
konsep juga memberikan represantasi internal seseorang (Suprijono 2007)
(Nasution 2009). Guru dalam menjabarkan konsep materi, dikaitkan dengan
pemahaman awal siswa, melalui keaktifan dalam memberikan contoh konsep dan
melakukan penilaian terhadap kemajuan pemahaman konsep, sehingga siswa dapat
terhindar dari konsep yang keliru dan belajar konsep hendaknya dapat memperbaiki
konsep yang salah (ill defined concept) (Magliaro et al. 2005, Mulyati 2005). John et
al (2004) menyampaikan dalam mengkonstruksi konsep dapat dilakukan dengan
membaca secara komprehensip, melalui strategi: 1) mengaktifkan pengetahuan
awal, 2) membuat pertanyaan, 3) mencari informasi, 4) meringkas, 5)
mengorganisasikan grafik/ tulisan dan 6) identifikasi struktur cerita.
Pembelajaran menggunakan konsep mempunyai manfaat antara lain:
a. mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam
mengategorisasikan beberapa stimulus terbatas.
b. merupakan unsur-unsur pembangun berpikir
c. merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi
d. diperlukan untuk memecah masalah (Suprijono 2007).
Bull dan Ma (2001) berpendapat menggunakan strategi pembelajaran yang
tepat dapat menjadikan konsep yang rumit menjadi lebih mudah, dapat
menghubungkan petunjuk konsep secara jelas dan pengajaran guru yang
menjemukan menjadi pengajaran menyenangan.
10
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran konsep (Hamalik
2003), diantaranya:
1) menetapkan tujuan pembelajaran.
tujuan pembelajaran ditetapkan, untuk menjadi pedoman keberhasilan belajar
siswa setelah mempelajari konsep.
2) mengurangi atribut konsep yang komplek menjadi atribut-atribut penting
dominan.
3) menyediakan mediator verbal.
guru mempunyai peranan sebagai mediator dalam memberikan stimulus kata-
kata (verbal) dalam mendukung atribut konsep yang dimiliki siswa.
4) memberikan contoh positif dan negatif mengenai konsep.
guru memberikan contoh positif yakni sesuatu yang berisikan atribut-atribut
suatu konsep, sedangkan contoh negatif yakni sesuatu yang tidak berisikan
atribut suatu konsep.
5) guru mengkomunikasikan contoh-contoh konsep.
6) siswa mengkomunikasikan dan menguatan (reinforcemen) konsep.
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan atribut-
atrtibut konsep serta hubungan antar konsep lainnya dan memberikan penguatan
suatu konsep.
7) menilai belajar konsep
guru memberikan penyimpulan (generalisasi) terhadap siswa dalam pemahaman
konsep suatu materi.
Organisasi secara harfiah diartikan kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian
dalam perkumpulan untuk tujuan tertentu dan mengorganisasikan dapat diartikan
mengatur dan menyusun bagian-bagian sehingga seluruhnya menjadi satu kesatuan
yang teratur (Depdiknas 2003). Organisasi konsep dalam struktur materi dapat
menggambarkan hierarki suatu konsep dan hubungan antar konsep-konsep, baik
secara hubungan vertikal (konsep-konsep besar dan konsep-konsep yang lebih
kecil dari padanya) maupun hubungan horizonatal yang menggambarkan kesetaraan
tingkatannya (Rustaman et al. 2003). Mengorganisasikan konsep merupakan
strategi pembelajaran yang melatih siswa mengorganisasi konsep yang memerlukan
11
kemampuan memahami konsep. Langkah-langkah dalam mengorganisasikan konsep
dapat dirumuskan sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi konsep dalam suatu pokok bahasan.
2) Melengkapi setiap konsep yang identifikasi dengan atribut atau ciri-ciri yang
karakteristik untuk setiap konsep.
3) Mengelompokan konsep berdasarkan hubungan fungsional antara konsep-
konsep.
4) Mengurutkan konsep dalam suatu kelompok dari yang paling inklusif sampai
dengan konsep yang lebih spesifik.
5) Menghubungkan konsep-konsep yang telah diurutkan dengan mengunakan
proporsi-proporsi hingga menyerupai peta konsep (Erman 2006).
Nur (2000) dalam Trianto (2007) membagi peta konsep terdiri dari empat
jenis yaitu pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (event chain), peta konsep
siklus (cycle concept map) dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
Kemampuan pengorganisasian konsep, dapat dilakukan melalui penempatan
konsep secara herarki dengan proposi-proporsi yang menghubungkan konsep yang
berkaitan secara benar. Organisasi konsep yang baik akan sangat membantu seorang
dalam belajar bermakna, bahkan akan sangat membantu siswa dalam melakukan
analisis dan sintesis serta mengembangkan pemahamannya.
Pengorganisasian konsep bagi siswa mempunyai manfaat dalam penigkatan
keaktifan pembelajaran, dengan melibatkan siswa dalam pengorganisasian konsep
dapat mengurangi kepasifan siswa dan memacu minat serta partisipasi mereka dalam
proses belajar mengajar secara bermakna. pengorganisasian konsep juga dapat
melatih siswa untuk belajar efektif dan efisien. Melalui pengorganisasian konsep,
siswa menjadi lebih proaktif dalam mengorganisasikan pengetahuan dan siswa
berusaha membangun pengetahuannya secara mandiri (Erman 2006).
Manfaat bagi guru dapat pengorganisasian konsep seperti peta konsep dapat
menjadi alat diagnosis dimana letak kesulitan siswa dalam memahami konsep pada
suatu hirarki konsep. Melalui pengorganisasian konsep, guru dapat mengetahui
konsep-konsep yang tidak atau belum dipahami siswa dengan benar, selain itu guru
juga dapat mengetahui letak terputusnya rantai pemahaman siswa dalam suatu
hirarki konsep yang saling berkaitan, dengan demikian, guru dapat merumuskan
12
tindakan yang efektif untuk membantu siswa dalam belajar bermakna (Erman dan
Wismanadi dalam Erman 2006).
Kelemahan pembelajaran dengan mengorganisasikan konsep, siswa
kesulitan memahami konsep termasuk menidentifikasi sifat-sifat atau atributnya,
sehingga mereka menjadi kesulitan dalam membuat proporsi untuk memberikan
hubungan antar konsep yang saling berkaitan, disamping itu mengorganisasikan
konsep memerlukan waktu yang relatif lama, karena siswa masih merasa kesulitan
dalam mengindetifikasi konsep. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan
kemampuan guru dalam mengarahkan siswa dalam pembelajaran atau melalui
diskusi kelompok, bahkan guru juga dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan
singkat untuk memberikan arah kepada siswa tentang suatu konsep yang belum
teridentifikasi oleh siswa, dengan cara ini siswa menjadi lebih mudah dalam
memahami suatu konsep, sehubungan dengan hal itu, siswa harus terlebih dahulu
mengetahui karakteristik setiap konsep dan hubungan saling keterkaitan antara satu
konsep dengan konsep lainnya, dengan kata lain siswa harus menguasai materi
tersebut dengan baik terlebih dahulu atau mengetahui langkah-langkah dalam
mengorganisasikan konsep. Kesulitan-kesulitan yang ada dalam pembelajaran, guru
dituntut proaktif dalam memberikan bimbingan (Erman 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan Erman (2006) di SMUN 5 and SMUN 8
Kediri pada materi kimia dengan menggunakan strategi latihan mengorganisasikan
konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep abstrak siswa. Herunata et al.
(2006) melakukan penelitian tentang pemahaman konsep elektrokimia di SMA I Al
Ma’arif Singosari dengan Learning Cycle 5 fase berbantuan bahan ajar terpadu
berbasis pendekatan makroskopis-mikroskopis, menunjukan hasil belajar yang lebih
baik. Azis dan Jair (2009) juga melakukan penelitian tentang penggunaan peta
konsep di sekolah Selangor Malaysia, pada mata pelajaran Sejarah, hasilnya
menunjukan dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar. Berdasarkan tiga
sumber penelitian tentang konsep menunjukan, bahwa pemahaman konsep materi
dapat mempengaruhi hasil belajar dan aktifitas siswa, hal tersebut tentunya
didukung oleh strategi, model, metode serta pendekatan pembelajaran yang tepat.
13
Rustaman et al. (2003) bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh
dimensi, yaitu konsep sebagai berikut:
1) atribut
konsep tersebut merupakan tanda atau ciri atau sifat-sifat dari suatu konsep
yang membedakan dengan konsep lainnya.
2) stuktur
struktur menyatakan cara tegabungnya atribut-atribut suatu konsep. berdasarkan
strukturnya konsep dapat dikelompokan sebagai berikut:
a) konjugatif adalah konsep yang menampilkan dua atau lebih sifat sehingga
memenuhi syarat.
b) disjunktif adalah konsep yang menampilkan satu dari dua atau lebih sifat-
sifat harus ada.
c) rasional adalah konsep yang menyatakan hubungan tertentu dengan atribut-
atributnya.
d) keabstrakan
konsep yang memiliki keabstrakan jika gejala konsepnya tidak dapat dilihat
dengan mata.
3) keinklusifan
bahwa setiap konsep memiliki kekhasan identitas atau karakteristik yang
berhubungan dengan konsep lainnya.
4) generalitas
bahwa konsep memiliki karakteristik umum yang berhubungan dengan konsep
lainnya.
5) ketepatan
konsep mempunyai kaitan dengan aturan-aturan yang berlaku.
6) kekuatan
Konsep yang dipelajari mengandung kekuatan materi esensial.
Usaha untuk melakukan analisis dan menetapkan bahwa konsep itu
merupakan materi esensial sedikitnya memenuhi enam kriteria konsep dari sebelas
kriteria antara lain:
a) menunjang tercapainya tujuan.
b) merupakan konsep dasar.
14
c) mengandung aplikasi tinggi
d) sebagai syarat materi berikutnya.
e) memberikan motivasi baru.
f) terkait dengan mata pelajaran lain.
g) mengandung unsur pengembangan IPTEK.
h) terkait lingkungan.
i) mudah dilaksankan untuk proses belajar mengajar (PBM).
j) menunjang kebutuhan masyarakat luas.
k) sebagai tuntunan pembangunan.
Pembelajaran menggunakan peta konsep mempunyai dua tipe. Tipe pertama,
peta konsep dibentuk melalui identifikasi konsep yang dilakukan siswa berdasarkan
topik yang diberikan guru. Tipe kedua, pembelajaran peta konsep hanya sebagai
media pembelajaran untuk melengkapi metode ceramah serta siswa hanya
dikondisikan untuk aktif mendengarkan (Aziz dan Jair 2009, Erman dan Sukirman
2002 dalam Erman 2006, Trianto 2007). Guru dapat berinisiatif untuk
menggunakan teknik pengajaran peta konsep pada semua mata pelajaran sebagai
satu cara untuk meningkatkan minat dan pencapaian hasil belajar siswa (Aziz dan
Jair 2009).
3. Pengaruh aktifitas siswa terhadap hasil belajar
Perhatian siswa terhadap materi pelajaran dalam proses belajar mengajar
sangat dituntut, karena akan mempengaruhi pencapaiaan tujuan pendidikan,
tercapainya tujuan pembelajaran manakala siswa menacapai penguasaan materi yang
diberikan dalam pertemuan kelas (Djamarah dan Zain 2002). Hasil belajar siswa
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami
aktifitas belajar (Anni et al. 2006). Proses belajar juga akan berjalan efektif jika
pengalaman, bahan-bahan dan hasil-hasil yang diharapkan sesuai dengan tingkat
kematangan dan pengalaman siswa (Rosyada 2007). Keberhasilan suatu proses
belajar mengajar memberikan acuan bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil
dan berkualitas apabila minimal 75% siswa terlibat secara aktif, baik fisik mental,
maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping itu siswa menunjukan
kegairahan belajar besar, mempunyai semangat belajar tinggi dan percaya pada diri
15
sendir, sedangkan hasil belajar belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan
perilaku yang positif, pada diri siswa minimal 75% (Mulyasa 2006).
Penelitian antara aktifitas siswa dan hasil belajar dilakukan oleh Kustanti
(2005) dalam penerapan strategi Jigsaw pada konsep sistem saraf di MTs N Parakan
Temanggung, menunjukan peningkatan yang berbanding lurus antara keaktifan
siswa dan ketuntasan belajar, yakni pada siklus I keaktifan siswa 50% dan
ketuntasan belajar 58,90%, siklus II keaktifan siswa 60,20% dan ketuntasan belajar
76,90% kemudian siklus III keaktifan siswa 87,10% dan ketuntasan belajar 89,70%,
sehubungan dengan penelitian diatas, menunjukan semakin tinggi aktifivitas siswa
dalam belajar akan mempengaruhi tingginya ketuntasan belajar. Penelitian hasil
belajar yang dipengaruhi aktifitas juga dilakukan oleh Markhamah (2007), pada
pokok bahasan lingkaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching di SMPN
15 Semarang, menunjukan peningkatan yang berbanding lurus antara keaktifan
siswa dan ketuntasan belajar, yakni pada siklus I keaktifan siswa 42,10% dan
ketuntasan belajar 71,73%, siklus II keaktifan siswa 85,55% dan ketuntasan belajar
93,80%, sehingga ada kecenderungan siswa yang aktif dalam proses belajar, akan
memperoleh hasil belajar yang baik.
Anni et al (2006) berpendapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar mengajar, bersumber dari kontribusi internal dan eksternal.
a) Kondisi internal
Kondisi internal mencakup kesehatan organ tubuh, kondisi psikis; seperti
kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial; seperti kondisi
bersosialisasi dengan lingkungan. Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal
siswa akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar, siswa yang
bermotivasi rendah akan mengalami kesulitan di dalam persiapan belajar
maupun proses belajar
b) Kondisi ekternal
Kondisi eksternal berasal dari lingkungan siswa. Beberapa faktor yang
mempepengaruhi tingkat kesulitan yang dipelajari, iklim, suasana lingkungan
dan budaya belajar malasyarakat dengan lingkungan, akan berpengaruh
terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar.
16
Belajar Biologi sebagai upaya untuk mengenali proses kehidupan nyata di
lingkungan, atau belajar Biologi dari aspek empiris (purpose in empirical avidence).
Belajar Biologi berarti upaya untuk mengenali diri sendiri sebagai makhluk (purpose
in human institution. Belajar Biologi diharapkan bermanfaat untuk peningkatan
kualitas dan kehidupan manusia dan lingkungannya (purpose in human life)
(Rustaman et al. 2003). Teori pembelajaran berbasis kognitif menekankan agar
siswa dapat menyimpan pengetahuan melalui memori jangka panjang. Jika siswa
dapat menggunakan memori jangka panjang, maka siswa dapat menghubungakan
pengetahuan secara terstruktur dan pengetahuan tersebut dapat digunakan ketika
suatu saat diperlukan (Jamudin 2002, dalam Aziz dan Jair 2009).
Motivasi mempunyai peranan yang besar dalam membuat siswa melakukan
aktifitas belajar dan dapat juga menentukan berapa banyak siswa dapat belajar dari
aktifitas yang dilakukan atau informasi yang dihadapi. Motivasi dapat berasal dari
faktor ekstrinsik berupa apresiatif lingkungan luar berupa penilaian yang diharapkan
dan faktor intrinsik dari karakteristik disiplin ilmu yang dipelajari maupaun dari
individu yang didukung oleh minat yang cukup siap (Anni et al. 2006). Siswa yang
menunjukan minat belajar, akan mempunyai keinginan untuk diajar atau belajar
mandiri dan kecenderugan anak yang siap belajar, minat mereka tetap walaupun
akan menghadapi hambatan maupun kesulitan, sehingga kesiapan belajar yang
dimilki akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan walaupun sedikit demi
sedikit dan bertahap (Soeparwoto et al. 2006).
4. Pembelajaran sistem peredaran darah
Pembelajaran dikatakan efektif jika pembelajaran dapat memberikan
pengalaman baru dan membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke
tujuan yang ingin dicapai secara optimal (Mulyasa 2006). Tujuan pembelajaran
merupakan bentuk harapan yang dikomunikasikan melalui pernyataan dengan cara
menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri pembelajar yakni pernyataan
tentang apa yang diinginkan pada diri pembelajar setelah menyelesaikan
pengalaman belajar (Rustaman et al. 2003). Maka dalam mencapai suatu arahan
tujuan pembelajaran disusunlah strategi pembelajaran yang didalamnya terdapat
metode dan model pembelajaran (Sanjaya 2006).
17
Bloom (dalam Rustaman et al. 2003) menyampaikan ada tiga ranah
pencapaian pengetahuan meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik. Penguasaan
materi pelajaran dikategorikan menggunakan jenjang kognitif Bloom meliputi enam
jenjang yaitu hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi atau
sering disebut jenjang C1, C2, C3, C4,C5 dan C6. Rincian kemampuan masing-
masing jenjang dinyatakan dalam indikator pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Indikator menurut jenjang kognitif Bloom
* Diadaptasi dari Rustaman et al. (2003)
Pengetahuan dalam ranah afektif meliputi pandangan/ pendapat (opinion)
dan sikap atau nilai (attitude, value) serta ranah psikomotor ketrampilan (skills) dan
kemampuan (ability) (Arikunto 2006). Untuk pengkuran ranah afektif dan
psikomotorik dapat dilakukan dengan metode langsung berupa observasi terhadap
siswa yang sedang memperlihatkan ketrampilan-ketrampilan yang menjadi hasil
proses belajar dan metode tidak langsung berupa tes tertulis (Rustaman et al. 2003).
Kemampuan Indikator
Hafalan Kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, posedur yang telah dipelajari.
Pemahaman Kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik, menterjamahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematika atau sebaliknya, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu (mengekstrapolasikan), mengungkapkan konsep dengan kata sendiri.
Penerapan Kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang telah dipelajari, pada situasi baru atau pada situasi kongkrit.
Analisis Kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponen, sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.
Sintesis Kemampuan untuk mengitegerasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. termasuk kedalamnya kemampuan merancanakan eksperimen, menyusun karangan (laporan artikel) cara baru untuk mengklasifikasikan objek, peristiwa dan informasi-informasi lainnya.
Evaluasi Kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. contohnya ialah kemampuan memilih rumusan kesimpulan yang didukung oleh data serta menilai suatu karangan berdasarkan kriteria penilaian tertentu.
18
Pembelajaran sistem peredaran darah mengacu pada standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD) yang ditetapkan oleh Badan Nasional Standar
Pendidikan (BNSP) sebagai berikut.
a. Standar kompetensi: menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan
tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya
salingtemas.
b. Kompetensi dasar: menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses
serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah.
Materi sistem peredaran darah diajarkan pada kelas IPA XI semester I,
materi tersebut menjelaskan tentang struktur, fungsi dan proses sistem peredaran
darah serta kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya terhadap
sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat (salingtemas).
Pembelajaran menggunakan metode Guided Teaching dalam
mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah, terdiri atas empat
konsep utama.
a. Sistem peredaran darah manusia, meliuputi sub konsep darah, penggolongan
darah, alat-alat peredaran darah dan proses peredaran darah.
b. Sistem limfe.
c. Kelainan serta gangguan sistem peredaran darah dan implikasinya terhadap
sains, teknologi lingkungan dan masyarakat (salingtemas).
d. Sistem peredaran darah pada hewan avertebrata dan vertebrata.
19
Mengacu pada uraian tinjauan pustaka, dapat dibuat kerangka berfikir
sebagai berikut.
Gambar 1. Kerangka berfikir Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada meteri sistem peredaran darah.
B. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, efektif
diterapkan pada pembelajaran peredaran darah di MAN 1 Semarang.
Perlu upaya peningkatan efektifitas proses belajar mengajar (PBM)
Penerapan metode Guided Teaching, tepat untuk materi yang berifat abstrak, dapat memetakan pemahaman siswa, siswa terlatih mandiri dalam membangun pengetahuan,
mengakomodir penerapan media pembelajaran, meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa
Dikombinasikan dengan strategi mengorganisasikan konsep
Diharapkan Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, efektif pada pembelajaran materi sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang
Pembelajaran sistem peredaran darah menjadi kendala siswa dalam pencapaian KKM di MAN 1 Semarang, karena prosesnya tidak dapat diamati secara langsung,
kesulian dalam meintegrasikan antar konsep dan aktifitas belajar siswa kurang.
Diperlukan inovasi pembelajaran
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di MAN 1 Semarang, dengan alokasi waktu semester gasal
tahun pelajaran 2010/ 2011 bulan Juli-Nopember 2010
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 dan kelas XI IPA 3
dengan jumlah 80 siswa. Sampel penelitian terdiri dari satu kelas XI IPA yang
diambil secara acak (random sampling).
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Guide Teaching dalam
mengorganisasikan konsep pada sistem peredaran darah.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan aktifitas siswa.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini, merupakan penelitian pre eksperimental design tipe one shot
case study dengan rancangan random sebagai berikut.
Keterangan: X = perlakuan (treatment) O = hasil observasi setelah treatmen (Arikunto 2006)
E. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan penelitian sebagai berikut.
1. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
X O
20
21
2. Lembar observasi siswa.
3. Lembar tanggapan guru dan siswa.
4. Soal postes siswa
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yakni tahap persiapan
penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada masing-
masing tahap terdiri dari:
a. Tahap persiapan penelitian
Tahap persiapan penelitian meliputi:
1. melakukan observasi awal untuk analisis penyebab masalah.
2. pemilihan strategi dan metode pembelajaran yang akan diujikan.
aktifitas siswa dan tanggapan siswa serta lembar tanggapan guru terhadap
pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Guided Teaching dalam
mengorganisasikan konsep pada sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang.
4. Melakukan uji homogenitas pada dua sampel kelas.
5. Memilih satu sampel kelas secara acak (random) sebagai kelas eksperimen
yang diberikan treatmen pembelajaran metode Guided Teaching dalam
mengorganisasikan konsep.
6. melaksanakan uji instrumen (soal) penilaian, dengan mengujicobakan
instrtumen di kelas lain (kelas diluar sampel).
7. setelah diuji cobakan, maka hasil dari uji coba dianalisis tentang:
a) validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Sebuah tes dikatakan valid apabila
mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Untuk mengetahui
validitas item soal digunakan rumus sebagai berikut:
22
( )[ ] ( )[ ]2222 ∑∑∑∑∑∑∑
−−
−=
YYNXXN
YXXYNrXY
Keterangan: rxy = koefisien korelasi tiap item N = banyaknya subjek uji coba Σ X = jumlah skor item ΣY = jumlah skor total Σ X2 = jumlah kuadrat skor item Σ Y2 = jumlah kuadrat skor total Σ XY = jumlah perkalian skor item dan skor total Hasil rxy dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan α=5%. Jika rxy >
rtabel maka alat ukur dikatakan valid. Untuk mengukur validitas pengukuran
keterampilan kooperatif dilakukan dengan uji korelasi spearman rho. Bila hasil
korelasi menghasilkan signifikansi ≤ 0,05 maka terdapat kesesuaian yang
signifikan (Sugiyono 2007). Berikut ini hasil analisis validitas buti soal dari 30
Realibilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketepatan alat evaluasi dalam
mengukur. Analisis realibilitas bentuk tes pilihan ganda menggunakan KR-20
yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson.
−
−= ∑
2
2
11 1 S
pqS
n
nr
Keterangan: r11 = reabilitas tes secara keseluruhan p = proporsi siswa yang menjawab benar q = proporsi siswa yang menjawab salah (q =1 – p) Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item S = standar deviasi dari tes.
Kriteria reliabel tidaknya soal tes dapat dianalisis dengan cara membandingkan
r11 dengan harga rtabel yang sesuai pada tabel harga produk moment maka
23
dikatakan soal yang diujikan reliabel. Harga r11 yang diperoleh diinterpretasikan
dengan derajat reabilitas pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3 Interval reliabilias (r11)
* Diadaptasi dari Arikunto (2006)
Hasil analisis uji reliabilitas soal diperoleh r11 = 0, 50, kemudian dibandingkan
dengan nilai r tabel pada α = 5% dengan n= 38 diperoleh r tabel = 0,32,
sehingga nilai r11 > nilai rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen
tersebut reliabel. Nilai r11 diinterpretasikan dengan derajat reabilitas pada
interval 0,4-0,6 dikategorikan cukup reliabel.
c) daya pembeda
Keterangan: DP = daya pembeda JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 4 Interval daya pembeda
Interval DP Kriteria 0,00≤ DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali
* Diadaptasi dari Arikunto (2006).
Interval r11 Kriteria 0,00 < r11 < 0,20 sangat rendah 0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah 0,40 < r11≤ 0,60 Cukup 0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi 0,80 < r11< 0,10 sangat tinggi
DP PBPA JB
BB
JA
BA −= − =
24
Berikut ini hasil analisis daya beda uji coba soal pada tabel 5, dibawah ini.
e) memilih item soal yang sudah diuji berdasarkan analsisis yang dilakukan.
Berdasarkan analsisis valisitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran.
Soal yang digunakan penelitian ini adalah beberapa soal dalam kategori valid,
dengan memperhatikan reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran dari mulai
mudah sedang dan sulit, adapun soal yang digunakan dan tidak digunakan pada
tabel 8 dibawah ini.
Interval P Kriteria
0,00≤ P ≤ 0,30 Sukar 0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
0,70 < P ≤ 1,00 Mudah
JS
BP =
25
Tabel 8 Soal yang digunakan untuk postes materi sistem peredaran darah
Kriteria Nomor Butir Soal
Digunakan Tidak digunakan
Pilihan
Ganda
2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13, 15, 16, 17, 19, 20, 22,
23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30.
1, 6, 14, 18,21
Jumlah 25 soal 5 soal
Soal yang digunakan untuk postes, ada beberapa soal yang belum valid. Hal
tersebut tetap digunakan untuk tes dengan memperhatikan jumlah soal yang
valid lebih dominan ada 68 % dan dari beberapa soal sebagian sudah mewakili
ketercapaian indikator pembelajaran.
b. Tahap pelaksanaan penelitian
Memberikan treatmen pada satu kelas sebagai kelas eksperimen dengan
menggunakan metode Guide Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada
materi sistem peredaran darah selama 6 pertemuan (12 jam pelajaran), masing-
masing terdiri atas 4 pertemuan berupa terori, 1 pertemuan berupa praktikum dan 1
pertemuan berupa postes. Urutan langkah pembelajaran di kelas eksperimen
dengan menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep
sebagai berikut:
1) membagi siswa menjadi dalam kelompok kecil yang masing-masing kelompok
terdiri dari 2 orang.
2) memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran dan
kemampuan yang mereka miliki.
3) memberikan waktu beberapa menit untuk memberi kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan dengan mengorganisasikan konsep seperti
membentuk peta konsep.
4) memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil jawaban pada
siswa pada buku catatan dan dari beberapa siswa diminta mengkomunikasikan
baik langsung meupun tertulis didepan siswa.
5) memberikan penilaian terhadap jawaban siswa
26
6) menyampaikan poin-poin (konsep) utama dari materi yang disampaikan guru
dengan ceramah intreraktif.
7) memberi kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawaban mereka
dengan poin-poin (konsep) yang guru sampaikan.
8) Setelah pembelajaran selesai, siswa diberi kesempatan memberi tanggapan dan
atau pertanyaan kemudian guru memberikan evaluasi dan penguatan terhadap
pemahaman konsep materi.
Evaluasi proses belajar mengajar (PBM) melalui pengambilan data kelas
eksperimen dengan postes, aktifitas siswa dievaluasi melalui lembar observasi
selama PBM berlangsung, serta tanggapan siswa dan tangggapan guru. Untuk lebih
mempermudah alur prosedur peneletian, dijelaskan dengan skema pada gambar 2
dibawah ini.
random sampling
Gambar 2. Skema prosedur penelitian
Populasi (Kelas XI IPA terdiri dari dua kelas dengan jumlah 80 siswa)
Proses belajar mengajar dengan metode Guide Teaching dalam mengorgonisasikan konsep pada
materi sistem peredaran darah
pengambilan data meliputi: 1. hasil belajar 2. aktifitas siswa 3. tanggapan guru serta siswa
Analisis data meliputi: 1. hasil belajar dengan uji t-test 2. aktifitas siswa dengan deskriptif persentatif 3. tanggapan guru serta siswa dengan deskriptif kualitatif
Kelas Eksperimen (Kelas XI IPA 2 diberi treatmen)
27
G. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa.
2. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. hasil belajar siswa.
b. aktifitas siwa selama pembelajaran.
c. tanggapan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
d. tanggapan guru selama proses pembelajaran.
3. Cara pengambilan data
a. data hasil belajar siswa diambil melalui postes.
b. data tentang aktifitas siswa selama proses pembelajaran diambil dengan
mengunakan lembar observasi aktifitas siswa
c. data tentang tanggapan siswa selama proses pembelajaran diambil dengan
lembar angket.
d. data tentang tanggapan guru diambil dengan lembar angket.
H. Metode Analisis Data
1. Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kelas mempunyai varians
yang sama atau tidak. Jika kelas mempunyai varians yang sama maka kelompok
tersebut dikatakan homogen.
Untuk menguji homogenitas k buah (k ≥ 2) maka digunakan uji bartlett.
Hipotesis statistik yang diuji adalah :
Ho:
Ha : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku.
Berdasarkan uji homogenitas diperoleh uji chi kuadrat diperoleh chi
hitung=13,10 dan untuk α = 5% dan dk = 1 harga chi tabel = 7,19. Nilai x2 hitung
< nilai chi tabel, sehingga Ho diterima. Maka kelas kelas XI IPA 2 dan kelas
XI IPA 3 dalam keadaan homogen (sama), sehingga dapat dilakukan
pemilihan secara random sampling.
2. Uji normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa
berdistribusi normal atau tidak pada kelas eksperimen. Untuk menghitung
normalitas hasil belajar siswa digunakan rumus chi kuadrat, sebagai berikut:
Keterangan: k = jumlah kelas interval O = frekuensi hasil pengamatan E = frekuensi yang diharapkan
Berdasarkan hasil uji normalitas untuk kelas eksperimen diperoleh X2 hitung
=34,05, untuk α = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh X² tabel = 7,81.
Sehingga nilai X2 hitung > nilai X2 tabel, maka Ho ditolak. Hasil post test pada
kelas eksperimen berdistribusi tidak normal (Sudjana 2002).
3. Ketuntasan klasikal
Ketuntasan klasikal diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut;
Ketuntasan klasikal = jumlah siswa yang tuntas x 100% jumlah siswa keseluruhan
Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 2010 di MAN 1 Semarang
pada materi sistem peredaran darah manusia, ketuntasan belajar individual yang
ditetapkan > 68.
( )∑
=
−=k
i I
II
E
EOx
1
22
29
4. Aktifitas siswa individual
Data aktifitas siswa selama selama pembelajaran diperoleh melalui lembar
observasi dengan skala likert. Rentangan skor (rating scale) yang digunakan
adalah 1-4. Apabila dibagi menjadi 4 kategori sebagai berikut:
Skor 16 – 20 = Sangat aktif
Skor 11 – 15 = Aktif
Skor 6 – 10 = Kurang aktif
Skor 1 – 5 = Tidak aktif
5. Aktifitas siswa klasikal
Aktifitas siswa klasikal dibuat dalam bentuk persentasi, melalui rumus berikut:
aktifitas siswa klasikal = jumlah aktifitas siswa individual x 100% jumlah siswa seluruhnya
Jenis aktifitas siswa klasikal terdiri dari siswa sangat aktif, aktif, kurang aktif
dan tidak aktif. Persentase tingkat aktifitas siswa diperoleh dari data aktifitas
siswa individual meliputi siswa sangat aktif dan aktif.
6. Analisis efektifitas pembelajaran
Pembelajaran dikatakan efektif jika hasil pembelajaran pada kelas eksperimen
minimal 75% siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan
minimal 75% telah mencapai ketuntasan belajar > 68.
7. Data tanggapan guru dan siswa dalam pembelajaran sistem peredarah darah
manusia dengan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep di
MAN 1 Semarang diolah secara deskriptif kualitatif.
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini meliputi aktifitas siswa, hasil belajar, tanggapan siswa
dan guru terhadap pembelajaran yang diterapkan.
1. Aktifitas belajar siswa kelas eksperimen
Hasil aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen, diperoleh melalui lembar
observasi selama 5 kali pertemuan, pada tabel 9 berikut.
Tabel 9 Aktifitas belajar siswa pada kelas eksperimen.
Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen dibuat dalam bentuk grafik,
pada gambar 3 dibawah ini.
Gambar 3. Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen.
No Kriteria aktifitas pembelajaran
Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen pada pembelajaran ke
1 2 3 4 5
1 Sangat aktif 30% 32,5% 12,82% 17,95% 25%
2 Aktif 62,5% 67,5% 53,75% 79,44% 72,5%
3 Kurang aktif 7,50% 0% 33,33% 2,56% 2,5%
4 Tidak aktif 0% 0% 0% 0% 0%
Persentase siswa sangat aktif dan aktif
92,5% 100% 66,57% 97,49% 97,5%
Jumlah siswa 40 40 39 39 40
Persentase rata-rata siswa aktif dan sangat aktif = 90,81 %
30
31
2. Hasil belajar siswa kelas eksperimen
Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen, diperoleh melalui postes pada tabel
10 berikut.
Tabel 10 Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen NO Komponen Hasil belajar 1 Jumlah Siswa 40 2 Nilai Tertinggi 88 3 Nilai Terendah 28 4 Range nilai 60 5 Rata-Rata 71, 82 6 Persentasi Ketuntasan 85%
* Data selengkapnya pada lampiran 10.
Persentase aktifitas belajar siswa kelas eksperimen dibuat dalam bentuk grafik,
pada gambar 4 dibawah ini.
Gambar 4. Persentase ketuntasan belajar kelas eksperimen.
32
3. Tanggapan siswa kelas eksperimen
Tanggapan siswa terhadap pembelajaran metode Guided Teaching (GT) dalam
mengorganisasikan konsep di kelas eksperimen melalui lembar angket dari 21
siswa sebagai responden, diperoleh data pada tabel 11 berikut.
Tabel 11 Hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran di kelas eksperimen.
No Pertanyaan responden
Persentase jawaban Ya Tidak Abstein
1
Metode Guided Teaching (GT) dalam mengorganisasikan konsep membantu dalam memahami materi/konsep
100% 0% 0%
2
Metode GT dalam mengorganisasikan konsep membantu menghubungkan antar sub materi peredaran darah atau materi Biologi lainnya
95,42% 4,58% 0%
3 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan semangat belajar
85,72% 14,28% 0%
4 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan keaktifan belajar
100% 0% 0%
5 Ada manfaat pembelajaran dengan metode GT dalam mengorganisasikan konsep
100% 0% 0%
6 Ada kendala pembelajaran dengan metode GT dalam mengorganisasikan konsep
42,86% 57,14% 0%
33
4. Tanggapan guru pada kelas eksperimen
Tanggapan guru terhadap pembelajaran Guided Teaching (GT) dalam
mengorganisasikan konsep di kelas eksperimen melalui lembar angket.,
diperoleh data pada tabel 12 berikut.
Tabel 12 Hasil angket tanggapan guru terhadap pembelajaran di kelas eksperimen.
No Pertanyaan responden
Jawaban
Ya Tidak Abstein
1 Metode Guided Teaching (GT) dalam mengorganisasikan konsep sesuai dengan RPP
V - -
2 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep membantu dalam pemahaman siswa
V - -
3 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan semangat belajar
V
- -
4 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan keaktifan belajar
V
- -
5 Ada kendala pembelajaran dengan metode GT dalam mengorganisasikan konsep
-
V -
6 Metode GT dalam mengorganisasikan konsep dapat diterapkan pada materi yang lain
V
-
-
34
B. Pembahasan
Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan metode
Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. Pembelajaran sistem
peredaran darah dilaksanakan selama 6 kali pertemuan, masing-masing
pembelajaran terdiri dari 4 kali pertemuan untuk teori, 1 kali untuk praktikum dan 1
kali pertemuan untuk tes. Data yang akan dibahas meliputi aktifitas belajar siswa,
hasil belajar, tanggapan siswa dan tanggapan guru terhadap kegiatan pembelajaran.
Selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan aktifitas belajar siswa
melalui lembar observasi skala likert dengan kriteria sangat aktif, aktif, kurang aktif
dan tidak aktif. Pada kelas eksperimen keaktifan belajar siswa dari pembelajaran
pertama sampai dengan pembelajaran kelima menunjukan tingkat keaktifan belajar
siswa yang fluktuatif.
Pertemuan pertama dan kedua menunjukan tingkat persentasi keaktifan
tinggi dalam kategori sangat aktif dan aktif bila dibandingkan dengan pertemuan
ketiga. Hal tersebut dikarenakan banyak siswa aktif melakukan studi pustaka,
mencatat materi/konsep, berdiskusi, bertanya, dan berpendapat baik kepada guru
maupun antar siswa bahkan pertemuan kedua mengalami peningkatan aktifitas
belajar siswa. Pertemuan ketiga mengalami penurunan, hal itu dikarenakan guru
pada pertemuan tersebut belum optimal dalam memberikan bimbingan dalam
memberikan kesempatan diskusi, berpendapat, bertanya maupun membantu dalam
mengorganisasikan konsep.
Siswa pada pertemuan keempat mengalami peningkatan, karena kegiatan
pembelajaran berupa praktikum yang ditunjang dengan metode Guided Teaching
dalam mengorganisasikan konsep yang memberikan pertanyaan kepada siswa,
sehingga menjadi stimulus untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan praktikum.
Pertemuan kelima mengalami kenaikan tingkat aktifitas belajar siswa sangat aktif
dikarenakan mereka terlibat aktif melakukan studi pustaka, mencatat materi/konsep,
berdiskusi, bertanya, dan berpendapat baik kepada guru maupun antar siswa.
Adapun untuk persentase siswa kategori aktif pada pertemuan keempat dan
pertemuan kelima mengalami penurunan dikarenakan ada perubahan persentase
siswa sangat aktif pada pertemuan kelima mengalami peningkatan.
35
Kegiatan praktikum uji golongan darah dengan metode Guided Teaching
dalam mengorganisasikan konsep, telah memberikan motivasi siswa untuk belajar
yang ditandai dengan peningkatan aktifitas diskusi, bertanya, berpendapat dan
mentelaah studi pustaka. Pembelajaran melalui kegiatan praktikum sebagai upaya
untuk memadukan pemahaman materi dengan studi kasus golongan darah di tiap
individu siswa, sehingga belajar Biologi tidak sebatas bersumber pada buku (the
biology in books) melainkan upaya untuk mengenali proses kehidupan nyata di
lingkungan, atau belajar Biologi dari aspek empiris (purpose in empirical avidence).
Belajar Biologi berarti upaya untuk mengenali diri sendiri sebagai makhluk (purpose
in human institution). Belajar Biologi diharapkan bermanfaat untuk peningkatan
kualitas dan kehidupan manusia dan lingkungannya (purpose in human life)
(Rustaman et al. 2003).
Aktifitas belajar siswa yang kurang aktif terjadi pada pada pembelajaran
pertama, disebabkan sebagian siswa belum bisa mengikuti pembelajaran secara
maksimal, dengan menggunakan metode Guided Teaching dalam
mengorganisasikan konsep. Pertemuan kedua aktifitas belajar siswa lebih aktif bila
dibandingkan dengan pertemua pertama, hal tersebut disebabkan mereka sudah
memahami metode yang diterapkan. Berdasarkan hasil tanggapan siswa juga
berpendapat bahwa penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan
konsep dapat meningkatkan keaktifan siswa maupun semangat dalam proses belajar
mengajar.
Pertemuan ketiga aktifitas siswa kurang aktif mengalami peningkatan,
disebabkan oleh kondisi internal baik dalam hal belum optimalnya kesiapan siswa
dalam menerima materi maupun kesemangatan dalam mengikuti pembelajaran dan
faktor eksternal lainnya termasuk belum optimalnya guru dalam memberikan
pembelajaran, sehingga terjadi penurunan aktifitas siswa dalam hal pengkajian studi
pustaka, pencatatan konsep, diskusi, bertanya maupun berpendapat, kemudian
pertemuan keempat dan kelima aktifitas siswa kurang aktif mengalami penurunan,
hal itu dikarenakan pembelajaran berupa praktikum menjadikan semangat untuk
belajar lebih aktif ditunjang dengan pertanyaan yang diberikan guru pada Guided
Teaching memberikan sikap proaktif dalam mengkonstruksi jawaban dengan
organisasi konsep yang dimiliki siswa melalui kajian buku referensi, diskusi,
36
bertanya maupun berpendapat, kesemangatan tersebut memberikan pengaruh pada
pertemuan terakhir.
Siswa yang belum menunjukan keaktifan belajar yang lebih baik,
dipengaruhi oleh kesemangatan belajar kurang. Hal tersebut ditunjukan hasil
tanggapan siswa 14,28% (tabel 11) kesemangatan belajar kurang pada pembelajaran
menggunakan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.
Kesemangatan dalam mengikuti proses belajar mengajar bersumber dari faktor
internal dan eksternal dari diri siswa. Anni et al. (2006) berpendapat faktor-faktor
yang mempengaruhi proses belajar mengajar, bersumber dari kontribusi internal
dan eksternal.
1. kondisi internal
Kondisi internal mencakup kesehatan organ tubuh, kondisi psikis; seperti
kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial; seperti kondisi bersosialisasi
dengan lingkungan. Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal siswa akan
berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar, siswa yang bermotivasi
rendah akan mengalami kesulitan di dalam persiapan belajar maupun proses
belajar.
2. kondisi ekternal
Kondisi eksternal berasal dari lingkungan siswa. Beberapa faktor yang
mempepengaruhi tingkat kesulitan yang dipelajari, iklim, suasana lingkungan dan
budaya belajar malasyarakat dengan lingkungan, akan berpengaruh terhadap
kesiapan, proses dan hasil belajar.
Tanggapan siswa secara umum mengemukakan bahwa penggunaan metode
Guided Teaching dalam mengorganisasikan dapat meningkatkan kesemangatan dan
keaktifan siswa dalam belajar. Kesemangatan dan keaktifan di pengaruhi oleh
motivasi siswa dalam belajar. Anni et al. (2006) menyampaikan tentang motivasi,
bahwa motivasi mempunyai peranan yang besar dalam membuat siswa melakukan
aktifitas belajar dan dapat juga menentukan berapa banyak siswa dapat belajar dari
aktifitas yang dilakukan atau informasi yang dihadapi. Motivasi dapat berasal dari
faktor ekstrinsik berupa apresiatif lingkungan luar berupa penilaian yang diharapkan
dan faktor intrinsik dari karakteristik disiplin ilmu yang dipelajari maupaun dari
individu yang didukung oleh minat yang cukup siap. Motivasi yang kuat dapat
37
ditunjukan dengan kesungguhan siswa dalam belajar, Soeparwoto et al (2006)
menegaskan siswa yang menunjukan minat belajar, akan mempunyai keinginan
mereka tetap walaupun akan menghadapi hambatan maupun kesulitan, sehingga
kesiapan belajar yang dimilki akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan
walaupun sedikit demi sedikit dan bertahap
Partisipasi siswa aktif dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan serta menanggapi respon siswa secara positif,
menggunakan pengalaman terstruktur, menggunakan beberapa instrumen dan
metode variatif yang dapat melibatkan siswa lebih aktif (Cothran dan Kulinna
2008). Pembelajaran konsep juga memberikan represantasi internal seseorang
(Nasution 2009). Keaktifan siswa dalam belajar, sebagai upaya untuk meningkatkan
perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan. Siswa dapat belajar, aktif, inovatif
kreatif dan menyenangan menjadi harapan dalam proses belajar mengajar. Menurut
Djamarah dan Zain (2002) menuturkan, dalam proses belajar mengajar perhatian
siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Perhatian siswa
akan mempengaruhi pencapaiaan tujuan pendidikan, tercapainya tujuan
pembelajaran manakala siswa menacapai penguasaan materi yang diberikan dalam
pertemuan kelas.
Pengaruh metode pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan
metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep, aktifitas siswa lebih
banyak aktif mengerjakan jawaban soal yang diberikan guru melalui referensi studi
pustaka, telah memberikan peluang siswa lebih aktif mandiri, baik dalam
mengindentifikasikan konsep maupun diskusi untuk menyelesaikan jawaban atas
pertanyaan yang diberikan oleh guru serta mendengarkan penjelasan guru maupun
siswa, dari proses belajar tersebut telah memberikan penguatan pemahaman yang
lebih. Trianto (2007) menuturkan pemahaman materi yang diperoleh hanya dengan
sikap perhatian saja tanpa adanya proses pengulangan, proses masuknya informasi
lebih bersifat jangka pendek, sehingga usaha yang dilakukan siswa dalam
memahami materi agar dapat tersimpan dalam memori jangka pajang, mereka harus
ada usaha mandiri melalui proses pengulangan materi secara terus menerus. Berikut
ini dokumentasi aktifitas belajar siswa menggunakan metode Guided Teaching
dalam mengorganisasikan konsep pada gambar 5 dibawah ini.
38
Gambar 5. (a). Aktifitas siswa sedang memberikan pendapat dan mendengarkan
penjelasan dari siswa. (b). Hasil pengorganisasian konsep atas penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.
Kriteria siswa yang tidak aktif, pada kelas eksperimen tidak ada, dikarenakan
siswa secara umum melakukan aktifitas belajar minimal memperoleh skor 6 dalam
aktifitas belajarnya, sehingga interpretasi aktifitasnya terendah kategori kurang aktif.
Tanggapam guru juga menunjukan penggunaaan metode Guided Teaching dalam
mengorganisasikan membantu siswa dalam meningkatkan keaktifan dan
kesemangatan belajar. pembelajaran dengan metode tersebut rata-rata keaktifan
siswa klasikal, menunjukan keaktifan siswa kelas eksperimen 90,81% (tabel 9).
Dari keaktifan siswa belajar pada kelas eksperimen, pembelajaran dengan metode
Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep termasuk kategori pembelajaran
efektif, karena lebih dari 75% telah menjadikan siswa aktif dalam belajar.
Mulyasa (2006) berpendapat bahwa keberhasilan suatu proses belajar
mengajar memberikan acuan bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila minimal 75% siswa terlibat secara aktif, baik fisik mental,
maupun sosial dalam proses pembelajaran. Pertanyaan yang diberiakan guru dalam
metode Guided Teaching dapat menjadi salah satu teknik efektif untuk menjadikan
siswa untuk belajar, sesuai dengan tanggapan guru berasal dari lembar angket yang
diberikan kepada guru, sebagai respon timbal balik terhadap pembelajaran. Bahwa
pelaksanaan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada
materi sistem peredaran darah dapat membantu pemahaman siswa, meningkatkan
(a) (b)
39
semangat belajar siswa tentang konsep, meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal
tersebut menunjukan kesesuaian dalam aktifitas belajar siswa.
Aktifitas belajar siswa memberikan pengaruh besar terhadap penguasaan
pemahaman materi. Penelitian antara aktifitas siswa dan hasil belajar dilakukan
oleh Kustanti (2005) dalam penerapan strategi Jigsaw pada konsep sistem saraf di
MTs N Parakan Temanggung, menunjukan peningkatan yang berbanding lurus
antara keaktifan siswa dan ketuntasan belajar. Penelitian hasil belajar terhadap
aktifitas juga dilakukan oleh Markhamah (2007), pada pokok bahasan lingkaran
dengan model pembelajaran Quantum Teaching di SMP N 15 Semarang,
menunjukan peningkatan yang berbanding lurus antara keaktifan siswa dan
ketuntasan belajar. Sehingga data tersebut menunjukan adanya hubungan korelasi
antara aktifitas belajar dengan ketuntasan belajar.
Hasil belajar menjadi alat untuk mengetahui pencapaian siswa dalam
menguasai materi yang menjadi tujuan pembelajaran sekaligus menjadi indikator
efektif atau tidaknya suatu strategi, metode maupun pendekatan pembelajaran.
Pada penelitian ini untuk mengetahui tingkat keefektifan metode Guided Teaching
dalam mengorganisasikan konsep, maka dilakukan postes sebagai alat ukur
efektifitas pembelajaran. Anni et al. (2006) berpendapat hasil belajar siswa sebagai
indikator merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktifitas
belajar.
Keberhasilan pembelajaran yang diterapkan di MAN 1 Semarang diukur
melalui ketuntasan penguasaan materi, yang ditandai melalui tes dengan perolehan
nilai > 68, diharapkan dalam suatu kelas minimal 75% siswanya tuntas dalam
penguasaan materi. Berdasarkan hasil postes pada kelas eksperimen menunjukan
tingkat persentase ketuntasan kelas eksperimen mencapai 85% (tabel 10).
Ketuntasan belajar siswa di kelas eksperimen menunjukan peningkatan yang lebih
baik jika dibandingkan dengan hasil nilai ujian mid sebelumnya baik di kelas XI
IPA 2 sebagai kelas eksperimen maupun di kelas XI IPA 3, sehingga hipotesis
penelitian menunjukan bahwa Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep
diterapkan efektif pada pembelajaran sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang
dan mengacu pada pendapat Mulyasa (2006) pembelajaran dikatakan berhasil
40
apabila terjadi perubahan perilaku yang positif, pada diri siswa minimal 75% yang
ditandai dengan ketuntasan hasil belajar siswa.
Pembelajaran dengan menggunakan organisasi konsep diteliti oleh Erman
(2006) di SMUN 5 and SMUN 8 Kediri pada materi kimia dengan menggunakan
strategi latihan mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep
abstrak siswa. Herunata et al. (2006) melakukan penelitian tentang pemahaman
konsep elektrokimia di SMA I Al Ma’arif Singosari dengan Learning Cycle 5 fase
berbantuan bahan ajar terpadu berbasis pendekatan makroskopis-mikroskopis,
menunjukan hasil belajar yang lebih baik. Azis dan Jair (2009) juga melakukan
penelitian tentang penggunaan peta konsep di sekolah Selangor Malaysia, pada
mata pelajaran Sejarah, hasilnya menunjukan dapat meningkatkan pencapaian hasil
belajar. Berdasarkan tiga sumber penelitian tentang konsep menunjukan, bahwa
pemahaman konsep materi dapat mempengaruhi hasil belajar dan aktifitas siswa, hal
tersebut tentunya didukung oleh strategi, model, metode serta pendekatan
pembelajaran yang tepat.
Metode Guided Teaching dalam mengorganisisikan konsep, telah
mendorong keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, memberikan pengaruh
terhadap otak untuk terlatih dalam memecahkan suatu permasalahan, sehingga
keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan daya
ingat yang lebih, bila dibandingkan siswa hanya membaca teks atau mengingat
sementara (Hartono 2007). Melalui metode tersebut, siswa merefleksikan
pengalaman pembelajaran menjadi pengetahuan yang baru. Trianto (2007)
menyampaikan sebagai upaya dalam memasukan pemahaman materi kedalam
memori jangka panjang, maka dapat dilakukan dengan cara latihan pengulangan
organisasi informasi. Tingkat pemrosesan informasi, semakin banyak proses mental
yang harus dilakukan terhadap stimulus, maka semakin banyak mengingat stimulus.
Ausubel (Dahar 1988, dalam Trianto 2007), berpendapat dalam membantu
siswa menanamkan pengetahuan baru dalam suatu materi, sangat diperlukan konsep-
konsep awal yang dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan
dipelajari, itulah suatu proses belajar bermakna. Jeromer Burner (Dahar 1988, dalam
Trianto 2007) dalam teori belajar penemuan (discovery learning) menyarankan agar
siswa hendaknya belajar melalui partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan
41
prinsisp-prinsip agar mereka memperoleh pengalaman dan dapat pula melakukan
eksperimen-eksperimen yang dapat memberikan prinsip-prinsip secara mandiri.
John et al (2004) menyampaikan dalam mengkonstruksi konsep dapat dilakukan
dengan membaca secara komprehensip, melalui strategi: 1) mengaktifkan
pengetahuan awal, 2) membuat pertanyaan, 3) mencari informasi, 4) meringkas, 5)
mengorganisasikan grafik/ tulisan dan 6) identifikasi struktur cerita.
Hasil tanggapan siswa terhadap pembelajaran Guided Teaching dalam
mengorganisisikan konsep, berpendapat metode tersebut membantu dalam hal;
pemahaman materi, menghubungkan antar materi, meningkatkan motivasi serta
meningkatkan aktifitasnya. Melalui kegiatan belajar konsep ada beberapa
manfaatyang diperoleh siswa sebagai berikut:
1. mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam
mengategorisasikan beberapa stimulus terbatas.
2. merupakan unsur-unsur pembangun berpikir
3. merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi
4. diperlukan untuk memecah masalah (Suprijono 2007).
Bull dan Ma (2001) berpendapat penggunaan strategi pembelajaran yang
tepat dapat menjadikan konsep yang rumit menjadi lebih mudah, dapat
menghubungkan petunjuk konsep secara jelas dan pengajaran guru yang
menjemukan menjadi pengajaran menyenangan. Aziz dan Jair (2009) mengatakan
bahwa guru dapat berinisiatif untuk menggunakan teknik pengajaran peta konsep
pada semua mata pelajaran sebagai satu cara untuk meningkatkan minat dan
pencapaian hasil belajar siswa, senada dengan hal tersebut, guru menyampaikan
bahwa pembelajaran menggunakan metode Guided Teaching dalam
mengorganisasikan konsep dapat diterapkan dalam pembelajaran pada materi yang
lain.
Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru pada penerapan metode Guided
Teaching dalam mengorganisasikan konsep, dapat menjadi salah satu teknik efektif
untuk menjadikan siswa dapat belajar. Pertanyaan interaktif menjadi dasar semua
strategi pembelajaran dan dapat menjadi pertimbangan dalam proses pembelajaran.
Fungsi pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa, menurut Kauchak dan Eggen
(1998) diantaranya sebagai berikut.
42
a) Menilai pemahaman yang dimiliki (assessing current understanding)
Pertanyaan interaktif menjadi strategi alat evaluasi pemahaman informal
yang dimiliki dalam topik yang dipelajari, pertanyaan guru juga dapat menjadi
sumber informasi apakah siswa mengetahui atau tidak mengetahui, bagaimana
mereka berfikir dalam suatu topik dan apakah mereka memiliki salah konsep.
Pembelajaran yang efektif dapat disimpulkan melalui pemahaman siswa yang
mengacu kepada respon atas pertanyaan yang dibuat guru. Berikut ini studi kasus
pada proses belajar mengajar dalam menggunakan metode Guided Teaching dalam
pengorganisasian konsep yang dilakukan siswa pada kelas eksperimen pada
gambar 6 dibawah ini.
Gambar 6. Hasil pengorganisasian konsep dari siswa dalam
kegiatan proses belajar di kelas eksperimen
Berdasarkan gambar diatas menunjukan pengorganisasian konsep yang
dilakukan oleh siswa dalam materi komponen darah. Pembagian komponen darah
dengan model jaringan (network tree) dari konsep general ke konsep spesifik (Nur
2000, dalam Trianto 2007), namun ada beberapa konsep yang menjadi kesulitan
siswa dalam memahaminya. Terlihat pada gambar, konsep berupa bentuk dan
fungsi antara sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit) terjadi
kekeliruan. Pada gambar tampak bentuk antara sel eritrosit dan sel leukosit tampak
sama berupa bikonkaf dan bentuknyapun belum jelas karakteristiknya. Penjelasan
konsep sel eritrosit berentuk bikonkaf tanpa inti pada mamalia harus jelas dan begitu
juga dengan konsep pada jenis sel leukosit yang berinti dengan bentuk granula
(granulosit) berupa basofil, eosinofil maupun neutrofil serta sel leukosit yang tidak
43
bergranula (agranulosit) berupa monosit dan limfosit. Siswa mengalami kesulitatan
untuk memahami konsep materi tersebut dan siswa kesulitan menghubungkan antar
satu kesatuan konsep dalam komponen darah pada sistem peredaran darah.
Siswa yang mengalami kendala pembelajaran dengan menggunakan metode
Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran
darah, tanggapannya cukup tinggi berkisar 42,86% (tebel 11). Kesulitan mereka
umumnya dalam mengidentifikasikan konsep ataupun memahami suatu konsep pada
materi, dari tanggapan siswa menunjukan beberapa siswa mengalami kesulitan
dalam menghubungkan konsep yang satu dengan yang lain, hal tersebut memberikan
peran bagi guru sangat besar dan harus lebih proaktif dalam membimbing konsep
dan memberikan contoh konsep yang benar kepada siswa. Penggunaan metode pada
kelas eksperimen secara umum 95,42% (tabel 11) siswa berpendapat dapat
membantu menghubungkan antar sub materi peredaran darah atau materi Biologi
lainnya.
Erman (2006) menuturkan kesulitan yang dialami siswa dalam
pengorganisasian konsep seringkali siswa belum bisa mengindentifikasi konsep
dalam suatu kalimat sampai paragrap. Kekurangan tersebut dapat diatasi dengan
kemampuan guru dalam mengarahkan siswa dalam pembelajaran atau melalui
diskusi kelompok, bahkan guru juga dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan
singkat untuk memberikan arah kepada siswa tentang suatu konsep yang belum
teridentifikasi oleh siswa, dengan cara demikian siswa menjadi lebih mudah dalam
memahami suatu konsep.
Peran guru dalam menerapkan metode Guided Teaching dalam
mengorganisasikan konsep memiliki peran yang besar sebagai evaluator terhadap
konsep yang dimiliki siswa. Dari evaluasi tersebut guru dapat memberikan
bimbingan dan penguatan akan konsep-konsep yang benar, dengan cara demikian
siswa bisa lebih memberikan pesan lebih kuat dalam memorinya, karena
pemahaman yang mereka miliki berdasarkan, pada konsep yang mereka pahami
secara mandiri. Hal tersebut dapat memberikan manfaat sikap mandiri, kritis dan
menstimulus untuk terbukanya diskusi ilmiah, dari tanggapan siswa menguatkan
bahwa penggunaan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep
44
pada sistem peredaran darah, dapat membantu menghubungkan antar sub materi
sistem peredaran darah atau dengan materi Biologi lainnya.
Magliaro et al. (2005) berpendapat guru dalam menjabarkan konsep materi,
perlu dikaitkan dengan pemahaman awal siswa, melalui keaktifan dalam
memberikan contoh konsep dan melakukan penilaian terhadap kemajuan
pemahaman konsep. Sehingga siswa dapat terhindar dari konsep yang keliru
Menurut Mulyati (2005) belajar konsep hendaknya dapat memperbaiki konsep yang
salah (ill defined concept). Teori pembelajaran berbasis kognitif menekankan agar
siswa dapat menyimpan pengetahuan melalui memori jangka panjang. Jika siswa
dapat menggunakan memori jangka panjang, maka siswa dapat menghubungakan
pengetahuan secara terstruktur dan pengetahuan tersebut dapat digunakan ketika
suatu saat diperlukan (Jamudin 2002, dalam Aziz dan Jair 2009).
Pembelajaran menggunakan metode Guided Teaching dalam
mengorganisasikan konsep pada sistem peredaran darah sudah tepat diterapkan
pada siswa jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau setara dengan Madrasah
Aliyah (MA). Soeparwoto et al. (2006) menyampaikan bahwa usia 11 tahun ke atas
merupakan tahapan formal operasional yakni pada tahap ini tiap individu dapat
mengembangkan pikiran formalnya, mereka dapat menggunakan logika, rasio dan
kemampuan abstraksinya, dengan melibatkan dalam suatu kegiatan akan
memberikan pengaruh lebih positif dari pada sekedar menonton. Kegiatan praktik
lebih baik dari pada kegiatan teori, namun demikian keduanya semestinya saling
beriringan antara penguasaan praktik dan teori.
b). Meningkatkan motivasi pembelajar (increasing learner motivation)
Pertanyaan efektif dapat melatih siswa untuk berfikir penuh tantangan dan
menyikapi masalah dengan penuh percaya diri. Pertanyaan yang telah didesain
tujuannya akan memberikan kondisi efek meningkatkan motivasi siswa. Disamping
itu, pertanyaan yang diberikan oleh guru, menjadikan siswa dapat mengukur tingkat
penguasaan materi secara mandiri, sehingga mereka dapat mendiagnosa kesulitan
materi, sekaligus dapat mengatur strategi fokus materi yang harus dipelajari secara
mendalam, begitu juga dengan pembelajaran menggunakan metode Guided
Teaching dalam mengorganisasikan konsep dapat meningkatkan motivasi siswa
untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.
45
c). Membimbing pembelajaran baru (guided new learning)
Pertanyaan guru sebagai aturan instruksional dapat membantu siswa untuk
menghubungkan ide baru dan mengintegrasikan pembelajaran baru dengan
pemahaman yang dimiliki. Pertanyaan pada metode Guided Teaching dalam
mengorgaisasikan konsep memberikan pengaruh terhadap penguasaan materi lebih
bersifat berkesan, karena dibangun atas pengetahuan lama yang dimiliki siswa dan
diperbaharuhi dengan pengetahuan baru. Strategi pertanyaan guru untuk menjadi
efektif, harus dapat membuat siswa berfikir, sehingga harus dibuat perencanaan
yang terbaik dan dalam pelaksanannya menjadi kurang bernilai jika tidak membuat
siswa berfikir.
Guru dan siswa berpendapat ada manfaat penggunaan metode Guided
Teaching dengan mengorganisasikan konsep pada materi sistem peredaran darah
diantaranya dalam peningkatan pemahaman materi, aktifitas belajar dan motivasi
belajar. Erman (2006) berpendapat melibatkan siswa dalam pengorganisasian
konsep dapat mengurangi kepasifan siswa dan memacu minat serta partisipasi
mereka dalam proses belajar mengajar secara bermakna. Pengorganisasian konsep
juga dapat melatih siswa untuk belajar efektif dan efisien. Melalui pengorganisasian
konsep, siswa menjadi lebih proaktif dalam mengorganisasikan pengetahuan dan
siswa berusaha mengkonstruk pengetahuannya.
Manfaat pengorganisasian konsep, bagi guru dapat menjadi alat diagnosis
letak kesulitan siswa dalam memahami konsep pada suatu hirarki konsep. Melalui
pengorganisasian konsep, guru dapat mengetahui konsep-konsep yang tidak atau
belum dipahami siswa dengan benar, selain itu guru juga dapat mengetahui letak
terputusnya rantai pemahaman siswa dalam suatu hirarki konsep yang saling
berkaitan. Dengan demikian, guru dapat merumuskan tindakan yang efektif untuk
membantu siswa dalam belajar bermakna (Erman dan Wismana dalam Erman
(2006). Anni et al. (2006) mengingatkan bahwa guru dalam memberikan tugas
hendaknya memperhatikan jangkauan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
tugas, jangan sampai menimbulkan titik balik yang menimbulkan efek negatif dalam
46
pembelajaran, semestinya tugas-tugas yang diberikan, mendukung antara
penguasaan materi dan tingkat perkembangannya.
Erman (2006) berpendapat dalam pembelajaran mengorganisasikan konsep,
siswa harus terlebih dahulu mengetahui karakteristik setiap konsep dan hubungan
saling keterkaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya, dengan kata lain siswa
harus menguasai materi tersebut dengan baik terlebih dahulu atau mengetahui
langkah-langkah dalam mengorganisasikan konsep. Kesulitan-kesulitan yang ada
dalam pembelajaran, guru dituntut proaktif dalam memberikan bimbingan, namun
demikian penerapan metode tersebut sebetulnya lebih mudah dalam pelaksanaannya
karena guru memberikan materi sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki siswa,
sehingga ini lebih efisien dan efektif, senada dengan itu, guru juga berpendapat
tentang metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep bahwa
penerapannya lebih mudah, karena guru memberikan materi sesuai dengan
kebutuhan yang dikehendaki siswa, sehingga ini lebih efisien dan efektif.
Penggunaan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep,
jika dibandingkan peta konsep, sebetulnya kedua metode tersebut mempunyai
kesamaan dalam pembentukan identifikasi konsep, namun ada beberapa perbedaan.
Pembelajaran metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep,
identifikasi konsep dilakukan oleh siswa, berdasarkan pertanyaan yang diberikan
guru untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa. Pembelajaran
menggunakan peta konsep mempunyai dua tipe. Tipe pertama, peta konsep
dibentuk melalui identifikasi konsep yang dilakukan siswa berdasarkan topik yang
diberikan guru. Tipe kedua, pembelajaran peta konsep hanya sebagai media
pembelajaran untuk melengkapi metode ceramah serta siswa hanya dikondisikan
untuk aktif mendengarkan (Aziz dan Jair 2009, Erman dan Sukirman 2002 dalam
Erman 2006), sehingga dapat dikatakan bahwa metode Guided Teaching dalam
mengorganisasikan konsep merupakan pengembangan dari metode peta konsep.
Hasil tanggapan guru maupun siswa terhadap penggunaan metode Guided
Teaching dalam mengorganisasikan konsep pada pembelajaran sistem peredaran
darah, berpendapat metode tersebut dapat diterapkan pada materi Biologi yang lain
ataupun materi pelajaran selain Biologi. Silberman (2009) metode Guided Teaching
sangat tepat diterapkan pada materi khususnya yang bersifat abstrak. Hal itu perlu
47
diupayakan, mengingat metode tersebut inovatif serta efektif dalam meningkatkan
pemahaman siswa yang ditunjukan dengan hasil belajar dan aktifitas siswa, oleh
karenanya dalam rangka peningkatan kualitas proses belajar mengajar metode
tersebut sangat tepat dikombinasikan dengan metode, strategi ataupun model
pembelajaran lainnya.
48
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan metode bahwa melalui penerapan metode Guided Teaching dalam
mengorganisasikan konsep, efektif dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dan
ketuntasan hasil belajar pada materi sistem peredaran darah di MAN 1 Semarang.
B. Saran
Penerapan metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep,
pada penelitian yang lain, perlu persiapan lebih optimal dalam penerapan metode
tersebut antara kesesuaian alokasi waktu pembelajaran dan ketepatan soal yang
diberikan kepeda siswa sesuai dengan referensi yang dimilikinya. Penerapan metode
tersebut disarankan tidak dalam pembelajaran pada frekuensi yang lama, hal itu
untuk menghindari kejenuhan siswa, sehingga metode Guided Teaching dalam
mengorganisasikan konsep, dapat menjadi inovasi dan kolaborasi pembelajaran
yang efektif.
48
49
DAFTAR PUSTAKA
Anni, C.T. Rifa’i RC, A. Purwanto, E. Purnomo, D. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.
Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: PT
Bumi Aksara. ________________. 2008. Penilitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Aziz, Z & Jair N. 2009. Penggunaan peta konsep untuk meningkatkan pencapaian
mata pelajaran sejarah bagi pelajar tingkatan dua (the use of concept maps in improving achievement in the subject of history for form two students). Jurnal Pendidikan Malaysia. 34 (1): 3–15. On line at. http://www.pdfchaser.com. [diakses 21 Januari 2011].
(BNSP) Badan Nasional Standar Pendidikan. 2007. Silabus untuk SMA/ MA.
Jakarta: Badan Nasional Standar Pendidikan. Bu ll, S & Ma, Y. 2001. Raising learner awareness of language learning strategies in
situations of limited resources. Interactive Learning Environments 9 (2): 171-200. On line at. http://www.ingentanconnect.com. [diakses 27 Mei 2009].
Cothran, D.J. & Kulinna P.H. 2008. Teachers' knowledge about and use ofteaching models. Education Periodicals 65 (3): 122. On line at. http://www.findarticles.com. [diakses 27 Mei 2009].
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djamarah, S.B & Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Erman. 2006. Latihan mengorganisasi konsep untuk meningkatkan kemampuan
siswa berpikir konkrit memahami konsep abstrak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 13, ( 1):45-53
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. ______________2007. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: PT Bumi Aksara. Hartono, J. 2007. Filosofi, Pendekatan dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus
untuk Dosen dan Mahasiswa. Yogyakarta: Andi.
49
50
Herunata, O. Laurent. Sulistina,O. 2006. Upaya pemahaman konsep elektrokimia di SMA I Al Ma’arif Singosari dengan learning cycle 5 (LC-5E) fase berbantuan bahan ajar terpadu berbasis pendekatan makroskopis-mikroskopis. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 13, (1): 86-96.
John T. Guthrie, Allan W, Pedro B, Kathleen C. Perencevich, Ana T, Marcia H.
Davis, Nicole T. Scafiddi, Stephen T. 2004. Increasing Reading Comprehension and Engagement Through Concept-Oriented Reading Instruction. Journal of Educational Psychology, 96 (3): 403–423. On line at. http://www.cori.umd.edu. [diakses Januari 2011].
Kauchak, D.P & Eggen, P. 1998. Learning Teaching Reseach-Based Methode.
United States of America (USA): A Viacom Company. Kustanti, E.H. 2005. Penerapan Strategi Jigsaw untuk Meningkatkan Keaktifan dan
Hasil Belajar Siswa Kelas II MTs N Parakan Temanggung pada Konsep Sistem Saraf. Skripsi. Semarang: Unnes
Nasution S. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Bumi Aksara. Nurohman, S. 2008. Peningkatan thinking skills melalui pembelajaran IPA berbasis
konstruktivisme di sekolah alam. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 11 (1): 121-136.
Magliaro, S.G. Lockee, B.B. Burton, J.K. 2005. direct instruction revisited: a key
model for instructional technology. Education Periodicals. 53 (4): 41. On line at. http://www.pdfchaser.com. [diakses 27 Mei 2009].
Markhamah. S. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model
Pembelajaran Quantum Teaching pada Pokok Bahasan Lingkaran Siswa Kelas VIII A Semester II SMP N 15 Semarang. Skripsi. Semarang: Unnes.
Mulyasa, E. 2006. Kurukulum yang Disempurnakan pengembangan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakata: Andi. Rustaman, N.Y. Dirdjosoemarto, S.Yudianto. S. A. Achmad, Y. Subekti, R.
Rochintaniawati, D. Nurjhani, K. M. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurs. Pendidikan Biologi FMIPA UPI.
Rosyada, D. 2007. Paradigma Pendidikan Demokrasi sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Silberman, M. 2009. Acive Learning 101 Strategi Pembelajarn Aktif. Bandung:
Pustaka Insan Mandiri.
51
Soeparwoto. Hendriyani, R. Litfiah. 2006. Psikologi Perkembangan. Semarang: Unnes press.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suprijono, A. 2007. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Zaini, H. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: IAIN
Sunan Kalijaga.
52
LAMPIRAN-LAMPIRAN
53
SILABUS KEGIATAN PEMBELAJARAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Tingkat Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri I Semarang Mata Pelajaran : Biologi Kelas /Semester : XI (sebelas) IPA / I Standar kompetensi : 3. menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu , kelainan/penyakit yang
mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas Alokasi waktu : 12 x 45 menit
Kompetensi Dasar
Indikator Pembelajaran Materi Pembelajaran Kegiatan
Pembelajaran Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
3.1 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah
a. Menjelaskan hubungan antara berbagai komponen darah dan fungsinya.
b. Membuat skema proses pembekuan darah.
c. Menjelaskan hubungan struktur jantung dan fungsinya.
d. Menjelaskan
• Komponen penyusun sistem peredaran darah manusia: 1. Darah 2. Jantung 3. Pembuluh darah
• Jantung, pembuluh darah dan peredaran darah.
• Penggolongan darah
• Studi membaca untuk mengidentifikasi konsep sistem peredaran darah.
• Guided Teaching Mengorganisasikan konsep
• Menguji golongan darah
1. Postes
2. aktifitas siswa
Instrumen penilaian:
1. Soal postes
12x45 menit
1. Biologi untuk SMA kelas XI.
2. Biologi untuk SMA kelas XI Semester 1
3. Darah
Lampiran 1. Silabus
54
hubungan struktur pembuluh darah dan fungsinya.
e. Menjelaskan proses peredaran darah manusia.
f. Menentukan golongan darah
g. Menjelaskan sistem limfe
h. Mendiskripsikan hubungan sistem peredaran darah dan sistem limfe
i. Mendiskripsikan gangguan/penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia serta implikasinya terhadp Sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat.
j. Mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan invertebrata.
k. Mendiskripsikan
• Sistem limfe. • Gangguan/
penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia.
• Teknologi pada sistem peredaran darah.
• Sistem peredaran darah hewan invertebrata dan vertebrata.
2. Lembar observasi siswa
3. Lembar tanggapan Siswa dan guru
55
Semarang, September 2010
Mengetahui, Kepala MAN I Semarang Guru Biologi, Peneliti,
Drs. Syaefudin, M. Pd Drs. Budi Santoso Didi Nur Jamaludin NIP 19651015 199203 1 003 NIP 195906231985008 NIM 4401406591
sistem peredaran darah pada hewan vertebrata.
56
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN
Sekolah : MAN 1 Semarang Mata Pelajaran : Biologi Kelas/ Semester : XI IPA/ I Standar Kompetensi : 3.Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan
tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya saling temas.
Kompetensi Dasar : 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah.
Indikator : 1. Menjelaskan hubungan antara berbagai komponen darah dan fungsinya. 2. Membuat skema proses pembekuan darah.
Alokasi Waktu : 2X 45 menit (pertemuan ke 1)
A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara berbagai komponen darah dan
fungsinya 2. Siswa dapat menjelaskan skema proses pembekuan darah.
B. Materi Pembelajaran Komponen sistem peredaran darah
C. Metode Pembelajaran Metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.
D. Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (15menit)
1. Guru membuka pelajaran 2. Guru memberikan motivasi dan apersepsi tentang darah. 3. Guru memberikan penjelasan penerapan metode Guided Teaching dalam
mengorganisasikan konsep. b. Kegiatan Inti (65 menit)
1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. a. Jelaskan dengan skema pembagian darah (beri keterangan gambar
struktur dan fungsinya masing-masing? b. Jelaskan dengan skema/ bagan mekanisme penggumpalan darah? c. Jelaskan penggolongan darah dengan kolom?
2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. 3. Siswa menyampaikan hasil jawaban pertanyaan dengan konsep utama
membentuk peta konsep (mengorganisasikan konsep). 4. Guru menyampaikan konsep utama materi dalam mengorganisasikan
konsep. 5. Siswa diberi kesempatan untuk membandingkan hasil jawaban siswa /
dengan konsep utama yang guru sampaikan. 6. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.
c. Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru membimbing siswa memberikan kesimpulan materi. 2. Guru menutup pelajaran.
Lampiran 2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas eksperimen
57
E. Sumber Belajar 1. Biologi untuk SMA kelas XI. Hal 80-101. 2. Biologi untuk SMA kelas XI Semester 1. Hal 127-157
F. Penilaian Penilaian dilakukan pada pertemuan ke enam dengan jenis tagihan postes dan bentuk instrumen pilihan ganda.
Semarang, September 2010
Guru Biologi Peneliti, Drs. Budi Santoso Didi Nur Jamaludin NIP 195906231985008 NIM 4401406591
Mengetahui, Kepala MAN I Semarang
Drs. Syaefudin, M.Pd. NIP 19651015 199203 1 003
58
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN
Sekolah : MAN 1 Semarang Mata Pelajaran : Biologi Kelas/ Semester : XI IPA/ I Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan
hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya saling temas.
Kompetensi Dasar : 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah.
Indikator : 1.Menjelaska hubungan bagian-bagian jantung dan fungsinya. 2. Menjelaskan hubungan struktur pembuluh darah dan fungsinya. 3. Menggambarkan proses peredaran darah manusia.
Alokasi Waktu : 2X 45 menit (pertemuan ke 2)
A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan hubungan bagian-bagian jantung dan fungsinya. 2. Siswa dapat menjelaskan hubungan struktur pembuluh darah dan fungsinya. 3. Siswa dapat menjelaskan proses peredaran darah manusia.
B. Materi Pembelajaran Jantung, pembuluh darah dan peredaran darah.
C. Metode Pembelajaran Metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.
D. Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (15menit)
1. Guru membuka pelajaran 2. Guru memberikan motivasi dan apersepsi peran jantung. 3. Siswa duduk berkelompok 2 orang.
b. Kegiatan Inti (65 menit) 1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa.
a. Gambarkan struktur jantung beserta fungsinya? b. Jelaskan jenis pembagian pembuluh darah dalam bentuk skema? c. Jelaskan dengan skema proses peredaran darah?
2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. 3. Siswa menyampaikan hasil jawaban pertanyaan dengan konsep utama
membentuk peta konsep (mengorganisasikan konsep). 4. Guru menyampaikan konsep utama materi dalam mengorganisasikan
konsep. 5. Siswa diberi kesempatan untuk membandingkan hasil jawaban siswa
dengan konsep utama yang guru sampaikan. 6. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.
c. Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru membimbing siswa memberikan kesimpulan materi 2. Guru menutup pelajaran 3.
59
E. Sumber Belajar 1. Biologi untuk SMA kelas XI. Hal 80-101. 2. Biologi untuk SMA kelas XI Semester 1. Hal 127-157
F. Penilaian Penilaian dilakukan pada pertemuan ke enam dengan jenis tagihan postes dan bentuk instrumen pilihan ganda.
Semarang, 10 September 2010 Guru Biologi Peneliti, Drs. Budi Santoso Didi Nur Jamaludin NIP 195906231985008 NIM 4401406591
NIM 4401406591
Mengetahui, Kepala MAN I Semarang
Drs. Syaefudin, M.Pd. NIP 19651015 199203 1 003
60
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN
Sekolah : MAN 1 Semarang Mata Pelajaran : Biologi Kelas/ Semester : XI IPA/ I Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan
hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya saling temas.
Kompetensi Dasar : 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah
Indikator : 1. Siswa dapat menjelaskan sistem limfe 2. Mendiskripsikan hubungan sistem peredaran darah dan
sistem limfe 3. Menjelaskan gangguan/penyakit yang terjadi pada
sistem peredaran darah manusia serta implikasinya terhadap sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
Alokasi Waktu : 2X 45 menit (pertemuan ke 3)
A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan sistem limfe 2. Siswa dapat mendiskripsikan hubungan sistem peredaran darah dan sistem
limfe 3. Siswa dapat menjelaskan gangguan/penyakit yang terjadi pada sistem
peredaran darah manusia serta implikasinya terhadap sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
B. Materi Pembelajaran a. Sistem limfe. b. Gangguan/ penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah c. Penerapan teknologi pada sistem peredaran darah.
C. Metode Pembelajaran Metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep.
D. Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
1. Guru membuka pelajaran 2. Guru memberikan motivasi dan apersepsi tentang kelainanan sistem
peredaran darah. 3. Siswa duduk berkelompok 2 orang
b. Kegiatan Inti (70 menit) 1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa.
a. Deskripsikan hubungan peran sistem limfe dan sistem peredaran darah?
b. Jelaskan dengan skematis sistem peredaran sistem limfe? c. Jelaskan organ penghasil kelenjar limfe? d. Jelaskan contoh gangguan/penyakit sistem peredaran darah hubungan
keterkaitan sains lingkungan, teknologi dan masyarakat pada sistem peredaran darah?
61
Contoh:
2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. 3. Siswa menyampaikan hasil jawaban pertanyaan dengan konsep utama
membentuk peta konsep (mengorganisasikan konsep). 4. Guru menyampaikan konsep utama materi dalam mengorganisasikan
konsep. 5. Siswa diberi kesempatan untuk membandingkan hasil jawaban siswa
dengan konsep utama yang guru sampaikan. 6. Guru memberikan kesempatan bertanya dan berpendapat kepada siswa.
c. Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru membimbing siswa memberikan kesimpulan materi dan
memberikan motivasi 2. Guru menutup pelajaran
E. Sumber Belajar 1. Biologi untuk SMA kelas XI. Hal 80-101. 2. Biologi untuk SMA kelas XI Semester 1. Hal 127-157
F. Penilaian Penilaian dilakukan pada pertemuan ke enam dengan jenis tagihan postes dan bentuk instrumen pilihan ganda.
Semarang, September 2010 Guru Biologi Peneliti, Drs. Budi Santoso Didi Nur Jamaludin NIP 195906231985008 NIM 4401406591
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN
Sekolah : MAN 1 Semarang Mata Pelajaran : Biologi Kelas/ Semester : XI IPA/ I Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan
hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya saling temas.
Kompetensi Dasar : 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah
Indikator : Menentukan golongan darah Alokasi Waktu : 2X 45 menit (pertemuan ke 4)
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengetahui cara menentukan golongan darah B. Materi Pembelajaran
Praktikum penentuan golongan darah C. Metode Pembelajaran
1. Metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. 2. Praktikum
D. Langkah-langkah Pembelajaran b. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
1. Guru membuka pelajaran. 2. Guru memberikan motivasi dan mengingatkan materi sebelumnya. 3. Siswa duduk berkelompok (4-5 orang)
c. Kegiatan Inti (35 menit) 1. Guru menjelaskan petunjuk praktikum uji golongan darah. 2. Guru meminta tiap kelompok melakukan uji golongan darah. 3. Siswa melakukan praktikum uji golongan darah. 4. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa. 5. Tiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil praktikumnya. 6. Guru menyampaikan konsep utama materi dalam mengorganisasikan
konsep. 7. Guru membuka kesempatan bertanya kepada siswa.
d. Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru memberikan motivasi. 2. Guru menutup pelajaran.
E. Sumber Belajar 1 Biologi untuk SMA kelas XI. Hal 186-196 2 Biologi untuk SMA kelas XI Semester 2. Hal 117-126. 3 Darah.
F. Penilaian Penilaian dilakukan pada pertemuan ke enam dengan jenis tagihan postes dan bentuk instrumen pilihan ganda
63
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRAKTIKUM UJI GOLONGAN DARAH
MAN 1 SEMARANG Nama Kelompok : Anggota Kelompok : 1…………. dst 1. Tujuan Praktikum
1. Siswa mengetahui cara penentuan golongan darah 2. Siswa mengetahui golongan darah probandus.
2. Alat dan Bahan Alat: Bahan: 1. blood shet 1. alkohol 70% 2. plat tetes/ gelas benda 2. darah 3. tisue 3. Serum anti A, serum anti B 4. kertas label
3. Cara Kerja 1. ambil darah probandus bagaian jari manis atau tengah bagian kiri pada
tangan kiri dalam keadaan steril dengan menggunakan blood shet 2. teteskan darah yang telah diambil pada plat tetes ± 1 tetes, sebanyak tiga
tempat. 3. teteskan serum anti A (kode A), serum anti B (kode B) dan serum anti AB
(kode C) ± 1 tetes pada plat tetes yang ada darahnya. 4. amati ada dan tidak adanya aglutinasi/ penggumpalan
4. Data Pengamatan Nama Probandus:……………………..
Jenis S Serum Darah Probandus
Keterangan A
(1 tetes serum Anti A) B
(1 tetes serum Anti B) C
(1 tetes serum anti AB)
Darah
Keterangan: + = ada aglutinasi (menggumpal) - = tidak ada aglutinasi
5. Pertanyaan Jelaskan mengapa terjadi aglutinasi/tidak aglutinasi pada darah probandus? ..........................................................................................................................................................................................................................................................
1. Plus (+) anti A menggumpal dan plus anti B tidak menggumpal, maka golongan darah A
2. Plus anti A tidak menggumpal dan plus anti B menggumpal, maka golongan darah B
3. Plus anti A menggumpal dan plus anti B menggumpal, maka golongan darah AB
4. Plus anti A tidak menggumpal dan plus anti B tidak menggumpal, maka golongan darah O
Semarang, September 2010 Guru Biologi Peneliti, Drs. Budi Santoso Didi Nur Jamaludin NIP 195906231985008 NIM 4401406591
Mengetahui, Kepala MAN I Semarang
Drs. Syaefudin, M.Pd.
NIP 19651015 199203 1 003
65
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN
Sekolah : MAN 1 Semarang Mata Pelajaran : Biologi Kelas/ Semester : XI IPA/ I Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan
hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya saling temas.
Kompetensi Dasar : 3.2 menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah
Indikator : 1. Mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan invertebrata.
2. Mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan vertebrata.
Alokasi Waktu : 2X 45 menit (pertemuan ke 5) A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan invertebrata.
2. Siswa dapat mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan vertebrata. B. Materi Pembelajaran
Sistem peredaran darah hewan invertebrata dan vertebrata. C. Metde Pembelajaran
Metode Guided Teaching dalam mengorganisasikan konsep. D. Langkah-langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit) 1. Guru membuka pelajaran. 2. Guru memberikan apersepsi tentang contoh peredaran darah pada hewan
invertebrata. 3. Siswa duduk berkelompok 2 orang.
b. Kegiatan Inti (70 menit) 1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa.
a. Jelaskan ciri khas struktur jantung pada hewan avertebrata (serangga, cacing) dan vertebrata?
2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. 3. Siswa menyampaikan hasil jawaban pertanyaan dengan konsep utama
membentuk peta konsep (mengorganisasikan konsep). 4. Guru menyampaikan konsep utama materi dalam mengorganisasikan
konsep. 5. Siswa diberi kesempatan untuk membandingkan hasil jawaban siswa
dengan konsep utama yang guru sampaikan. 6. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.
c. Kegiatan Penutup (10 menit) 1. Guru membimbing siswa memberikan kesimpulan materi. 2. Guru menutup pelajaran.
66
E. Sumber Belajar 1. Biologi untuk SMA kelas XI. Hal 186-196. 2. Biologi untuk SMA kelas XI Semester 2. Hal 117-126.
F. Penilaian Penilaian dilakukan pada pertemuan ke enam dengan jenis tagihan postes dan bentuk instrumen pilihan ganda
Semarang, September 2010 Guru Biologi Peneliti, Drs. Budi Santoso Didi Nur Jamaludin NIP 195906231985008 NIM 4401406591
Mengetahui,
Kepala MAN I Semarang
Drs. Syaefudin, MPd. NIP 19651015 199203 1 003
67
1. Bagian komponen darah yang berfungsi mengangkut oksigen adalah... A. albumin B. fibrinogen C. serum D. hemoglobin E. leukosit
2. Eritrosit mamalia berbeda dengan leukosit dalam hal... A. eritrosit tidak mempunyai
membran sel B. eritrosit mempunyai nukleus C. eritrosit tidak mempunyai
nukleus D. eritrosit tidak mempunyai
sitoplasma E. eritrosit jumlahnya relatif sedikit
3. Serum darah merupakan bagian dari... A. trombosit B. leukosit C. eritrosit D. monosit E. plasma darah
4. Gambar X adalah sel... A. eritrosit B. leukosit
C. neutrofil D. limfosit E. monosit
5. Pada skema diatas gambar yang ditunjukan kode X adalah... A. fibrin B. eritrosit C. protombin D. keping darah E. thrombin
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembekuan darah, Kecuali... A. Tromboplastin B. Trombokinase C. Ion Ca D. Vitamin K E. Ion K
7. Antigen-antigen dalam eritrosit yang membuat peka terhadap penggumpalan darah disebut... A. aglutinogen B. sistem imun C. aglutinin D. antibodi E. aglutinasi
X
X ...........
fibrino .........
Luka
LEMBAR SOAL POST TEST SISTEM PEREDARAN DARAH MAN 1 SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Petunjuk : 1. Tulis identitas diri pada lembar jawab post test
2. Pilihlah jawaban pada huruf A, B, C, D, atau E yang paling tepat dengan tanda silang (X) di lembar jawab
3. Apabila melakukan perbaikan (revisi) jawaban, maka pilihan jawaban revisi ditulis garis dua sejajar secara mendatar.
Misal jawaban A diganti jawaban D A
B C D E
Lampiran 3. Lembar soal postest
68
8. Golongan darah yang tidak mempunyai aglutinin... A. A D. O B. B E. AB C. AB dan O
9. Pernyataan yang benar tentang gol darah B... A. ada aglutinogen A B. tidak ada aglutinogen B C. ada serum anti A D. tidak ada seum anti A E. ada antigen A dan B
10. Jika darah seorang ditetesi serum anti A tidak menggumpal dan ditetesi serum anti B menggumpal, kemungkinan golongan darahnya... A. A B. AB C. A dan AB D. O E. B
11. Valvula trikuspidalis terletak diantara… A. serambi kanan dan bilik kanan B. bilik kanan dan bilik kiri C. bilik dan aorta D. serambi kanan dan bilik kanan E. serambi kiri dan bilik kir
Gambar untuk soal no 12
12. Bagian yang ditunjuk Y adalah... A. katup trikuspidalis B. katup aortik C. katup bikuspidalis D. katup pulmonari E. sekat antar bilik
13. Darah dari bilik kanan akan di pompa lewat... A. aorta B. vena kava superior C. arteri pulmonalis D. vena kava inperior E. vena pulmonalis
14. Pada saat sistol, darah aerasi (darah bersih) dipompa melalui... A. serambi kiri B. bilik kiri C. bilik kanan D. serambi kanan E. vena cava pulmonalis
15. Berikut ini perbedaan pembuluh arteri dengan pembuluh vena yang tepat...
Pembuluh arteri Pembuluh Vena A Tidak elastic Elastis B Dinding
pembuluh tebal Dinding
pembuluh tipis C Umumnya
mengandung CO2 Umumnya
mengandung O2 D Letak
dipermukaan Letak didalam
tubuh E Tekanan rendah Tekanan tinggi
16. Secara umum tekanan darah
manusia normal sebesar... A. 160/30 mmHg B. 120/80 mmHg C. 100/20 mmHg D. 150/30 mmHg E. 90/60 mmHg
17. Sifat pembuluh getah bening (limfa) adalah berikut ini, kecuali… A. mekanisme pengedaran
dipengaruhi oleh otot rangka B. berwarna kuning C. memproduksi limfosit D. mengedarkan oksigen dan
karbondioksida E. mampu mengangkut lemak
Y
69
18. Pembuluh limfa dada (ductus limfatikus toraksikus) merupakan muara dari cairan limfa yang berasal dari... A. kepala B. leher C. paru-paru D. lengan kanan E. kaki
19. Kelainan sistem peredaran darah yang menyebabkan darah sukar membeku... A. anemia B. varises C. leukimia D. talasemia E. hemofilia
20. Leukemia dapat disembuhkan melalui....
A. tensimeter (sphymomanometer)
B. transfusi darah C. kemoterapi D. operasi E. pola makan yang baik
21. Malaria dan demam berdarah dapat menyebabkan anemia yang disebabkan oleh faktor... A. gizi B. parasit C. keturunan (genetis) D. umur E. usia
22. Hewan berikut yang sistem peredaran darahnya terbuka adalah...
A. pisces B. amphibian C. belalang D. Annelida E. Reptilia
23. Pada sistem peredaran darah ikan, darah dari seluruh tubuh di pompa ke jantung melalui vena berkumpul pada… A. konus arteriosus B. vena cardinalis posterior C. sinus venosus D. vena porta renalis E. vena cardinalis anteriol
24. Foramen panizze terdapat pada sebagian kelompok hewan… A. mamalia B. pisces C. reptilia D. amphibi E. aves
25. Berikut ini pernyataan yang benar tentang sistem peredaran darah vertebrata... A. jantung ikan hanya terdiri dari
satu ruang B. jantung katak terbagi menjadi
tiga ruang C. foramen panizze terdapat pada
aves D. aves mempunyai sistem
peredaran darah tunggal dan tertutup
E. reptil mempunyai peredaran darah tunggal
70
KUNCI JAWABAN SOAL POST TEST
1. D 2. C 3. E 4. C 5. C 6. E 7. A 8. E 9. C 10. B 11. C 12. A 13. C 14. B 15. B 16. B 17. D 18. E 19. E 20. C 21. B 22. C 23. C 24. C 25. B
Lampiran 4. Kunci jawaban soal postest
71
KISI-KISI SOAL MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Tingkat Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Negeri I Semarang Mata Pelajaran : Biologi Kelas /Semester : XI (sebelas) IPA / I Standar kompetensi : 3. menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu , kelainan/penyakit yang
mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas Alokasi waktu : 12 x 45 menit
Kompetensi Dasar
Indikator Pembelajaran Nomor Soal
3.2 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah
1. Menjelaskan hubungan antara berbagai komponen darah dan fungsinya. 1,2, 3,4
2. Membuat skema proses pembekuan darah 5, 6
3. Menjelaskan hubungan struktur jantung dan fungsinya. 11, 12 4. Menjelaskan hubungan struktur pembuluh darah dan fungsinya. 13, 14, 15, 16 5. Menjelaskan proses peredaran darah manusia 27, 28 6. Menentukan golongan darah. 7, 8, 9, 10 7. Menjelaskan sistem limfe 18 8. Mendiskripsikan hubungan sistem peredaran darah dan sistem limfe 17 9. Mendiskripsikan gangguan/penyakit serta implikasinya terhadap sains,
lingkungan, teknologi dan masyarakat. 19, 21
10. Menjelaskan penerapan teknologi pada sistem peredaran darah 20 11. Mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan invertebrata 22 12. Mendiskripsikan sistem peredaran darah pada hewan vertebrata 23, 24, 25
Lampiran 5. Kisi-kisi soal postest
72
JENJANG KOGNITIF BLOOM SOAL POSTES
MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH KELAS XI IPA MAN 1 SEMARANG
KATEGORI A A KA A A Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 1 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 4 3 2 4 Berdiskusi 3 4 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 4 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 1 1 JUMLAH SKOR 12 15 9 12 12 KATEGORI A A KA A A
28
Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 1 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 4 3 3 3 Berdiskusi 3 4 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 1 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 1 1 JUMLAH SKOR 12 15 9 10 11 KATEGORI A A KA A A
29
Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 1 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 1 4 1 1 4 Berdiskusi 3 4 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 4 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 3 1 1 1 JUMLAH SKOR 10 16 7 11 12 KATEGORI A SA KA A A
30
Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 2 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 2 4 3 1 3 Berdiskusi 3 4 1 4 4 Mengungkapkan pertanyaaan 4 1 1 4 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 4 3 1 1 1 JUMLAH SKOR 17 16 9 12 15 KATEGORI SA SA KA A SA
31
Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 3 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 1 4 3 4 3 Berdiskusi 2 4 1 3 1 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 2 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 3 1 JUMLAH SKOR 9 15 9 15 12 KATEGORI KA A KA A A
87
32
Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 3 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 1 4 3 2 3 Berdiskusi 2 4 1 4 1 Mengungkapkan pertanyaaan 1 4 1 1 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 4 4 2 4 JUMLAH SKOR 9 20 12 12 12 KATEGORI KA SA A A A
33
Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 3 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 2 4 3 2 3 Berdiskusi 1 2 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 3 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 3 1 JUMLAH SKOR 9 13 9 15 14 KATEGORI KA A KA A A
34
Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 2 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 2 3 4 2 4 Berdiskusi 1 3 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 2 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 2 1 JUMLAH SKOR 9 13 10 12 15 KATEGORI KA A KA A SA
35
Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 2 3 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 3 3 4 4 Berdiskusi 1 4 2 3 4 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 3 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 3 1 JUMLAH SKOR 10 14 10 15 16 KATEGORI KA A KA SA SA
36
Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 4 4 4 3 3 Berdiskusi 4 4 4 4 4 Mengungkapkan pertanyaaan 4 4 4 4 4 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 4 4 4 2 1 JUMLAH SKOR 20 20 19 16 16 KATEGORI SA SA SA SA SA
37
Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 3 3 3 Membuat catatan belajar/ peta 3 4 3 3 3
88
\
konsep
Berdiskusi 1 4 1 3 4 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 2 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 2 1 JUMLAH SKOR 10 15 9 13 12 KATEGORI A A A A A
38
Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 4 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 3 3 3 3 Berdiskusi 2 4 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 3 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 3 1 JUMLAH SKOR 11 14 10 16 12 KATEGORI A A KA SA A
39
Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 4 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 3 3 3 4 Berdiskusi 2 4 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 3 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 1 3 1 JUMLAH SKOR 11 14 10 16 13 KATEGORI A A KA SA A
40
Mengkaji studi pustaka (buku) 4 4 4 3 4 Membuat catatan belajar/ peta konsep 3 3 3 3 4 Berdiskusi 2 4 1 4 3 Mengungkapkan pertanyaaan 1 1 1 3 1 Menjawab pertanyaan/ berpendapat 1 2 4 3 1 JUMLAH SKOR 11 14 13 16 13 KATEGORI A A A SA A
Keterangan: 1. pertemuan I, pokok bahasan materi tentang komponen darah 2. pertemuan II, pokok bahasan materi tentang peredaran darah 3. pertemuan III, pokok bahasan materi tentang sistem limfe 4. pertemuan IV, pokok bahasan materi tentang praktikum uji golongan darah 5. pertemuan V, pokok bahasan materi tentang sistem peredaran darah pada hewan 6. SA = sangat aktif 7. A = aktif 8. KA = kurang aktif 9. TA = tidak aktif
88
89
Lembar 14. Contoh lembar tanggapan siswa kelas eksperimen
90
91
Lembar 15. Contoh lembar tanggapan guru terhadap kelas eksperimen
Kriteria Jelek Jelek Jelek Cukup Jelek Cukup Jelek Cukup Baik Cukup Jelek Jelek Cukup Jelek Jelek Baik Baik Jelek Cukup Cukup Jelek Jelek Cukup Cukup Jelek Cukup Jelek Cukup Jelek Jelek
Kriteria Mudah Mudah Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Mudah Mudah Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah Mudah Sukar Mudah Sukar Sedang Mudah Mudah Mudah Mudah
95
Perhitungan Reliabilitas Instrumen
Rumus:
Keterangan: K : Banyaknya butir soal Spq : Jumlah dari pq s2 : Varians total
Kriteria Apabila r11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel.
Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh: K = 30 M = 20.2895
Vt = 16129
771
2 = 12.7846
38 38
r11
=
30
1 - 20.289 30 - 20.29
30 1 30 12.785
= 0.32
Hasil analisis uji reliabilitas soal diperoleh r11 = 0, 50, kemudian dibandingkan dengan
nilai r tabel pada α = 5% dengan n= 38 diperoleh r tabel = 0,32, sehingga nilai r11 > nilai
rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel. Nilai r11
diinterpretasikan dengan derajat reabilitas pada interval 0,4-0,6 dikategorikan cukup