1 | Panduan Prosedur Operasional Fisioterapi Indonesia BAB I PENDAHULUAN Pelayanan fisioterapi ditata sesuai kebutuhan pasien/klien masyarakat, berdasar pada ilmu pengetahuan dan teknologi maju, dituntun oleh moral etis, memperhatikan aspek biopsiko social-kultural-spiritual, mengacu pada perundangan peraturan. Berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang menjujung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk individu dan sebagai titik sentral pembangunan menuju masyarakat adil makmur, profesi fisioterapi memandang kapasitas gerak dan fungsi tubuh adalah hak asasi manusia sebagai esensi dasar untuk hidup sehat dan sejahtera. Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera secara mental dan fisik, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat dan berhak untuk perawatan kesehatan. Negara bertanggung jawab untuk penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. (Amandemen UUD’45). Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan diarahkan dalam rangka tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan diperlukan pengelola berbagai sumber daya baik pemerintah maupun masyarakat, oleh pemerintah pusat maupun daerah. (UU.23/2004; UU.32/2004, UU 36/2009, PP.25/2000). Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayananan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kewajiban tersebut pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan perseorangan, upaya kesehatan masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan. Pemerintah bertangg.jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan fisioterapi ditata sesuai kebutuhan pasien/klien masyarakat, berdasar pada
ilmu pengetahuan dan teknologi maju, dituntun oleh moral etis, memperhatikan aspek
biopsiko social-kultural-spiritual, mengacu pada perundangan peraturan.
Berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang menjujung tinggi harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk individu dan sebagai titik sentral pembangunan menuju masyarakat
adil makmur, profesi fisioterapi memandang kapasitas gerak dan fungsi tubuh adalah
hak asasi manusia sebagai esensi dasar untuk hidup sehat dan sejahtera.
Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera secara mental dan fisik, bertempat tinggal
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat dan berhak untuk perawatan
kesehatan. Negara bertanggung jawab untuk penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak. (Amandemen UUD’45).
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan diarahkan dalam rangka tercapainya kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan diperlukan
pengelola berbagai sumber daya baik pemerintah maupun masyarakat, oleh pemerintah
pusat maupun daerah. (UU.23/2004; UU.32/2004, UU 36/2009, PP.25/2000).
Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan
terjangkau. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan
sendiri pelayananan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Setiap orang berkewajiban
ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Kewajiban tersebut pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan
perseorangan, upaya kesehatan masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan.
Pemerintah bertangg.jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
2 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan akses luas bagi kebutuhan
penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan. (UU.36/2009, Ps.1, 5, 9, 14, 24).
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dan bertugas
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan
paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di rumah sakit wajib memiliki izin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. Rumah sakit mempunyai fungsi
pendidikan, pelatihan, pengembangan, penapisan ilmu pengetahuan teknologi bidang
kesehatan. (UU. 44/2009, Ps.4,.5, 13).
Sistem rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan
tugas dan tanggung jawab secara timbal balik vertikal dan horisontal, maupun struktural
dan fungsional terhadap kasus penyakit. dan atau masalah penyakit atau permasalahan
kesehatan (UU. 44/2009, Ps. 42).
Rujukan dibagi 2 (dua) kelompok : rujukan medik : untuk pengobatan dan pemulihan
berupa pengiriman pasien (kasus), spesimen dan pengetahuan tentang penyakit; dan
rujukan kesehatan untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan berupa sarana,
teknologi dan operasional (Kepmenkes 374/2009, SKN).
Tenaga kesehatan katagori Keterapian Fisik terdiri dari Fisioterapis, Okupasi Terapis
dan Terapis Wicara. (Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996).
Fisioterapis terdiri dari jabatan fungsional ahli dan terampil (Peraturan Presiden No.
34/2008).
Fisioterapis kompeten berperan sebagai pemberi pelayanan, pengelola, pendidik dan
peneliti (KEPMENKES No.376/2007).
Fisioterapis wajib memiliki Surat Ijin Praktik, berwenang melakukan assesmen,
diagnosis, perencanaan, intervensi dan evaluasi/re-evaluasi. (Kepmenkes 1363/2001).
Pelayanan fisioterapi di fasilitas pelayanan kesehatan diatur dalam 7 (tujuh) standar,
terdiri dari : 1. Falsafah dan tujuan, 2. Administrasi dan pengelolaan, 3. Pimpinan dan
pelaksana, 4. Fasilitas dan peralatan, 5. Kebijakan dan prosedur, 6. Pengembangan
tenaga dan pendidikan, dan 7. Evaluasi pelayanan dan pengembangan mutu. (KEPMEN
No.517/2008).
Otonomi profesional fisioterapis diperoleh melalui pendidikan profesi yang menyiapkan
tenaga fisioterapis yang mampu praktik secara otonom. Fisioterapis mampu melakukan
keputusan profesional untuk menetapkan diagnosis yang diperlukan sebagai dasar
3 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
intervensi, rehabilitasi dan pemulihan dari pasien/klien dan populasi. Prinsip etika
diperlukan untuk mengenali otonomi praktik, guna melindungi pasien/klien dan
pelayanannya.
Pelayanan fisioterapi di fasilitas pelayanan kesehatan ditata dengan pedoman yang
terdiri dari : Falsafah, kompetensi, peran dan fungsi serta tanggung jawab fisioterapi,
penatalaksanaan pelayanan fisioterapi dan pelaporan, (KEPMENKES No.778/2008).
Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina,
dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
masyarakat. (UU.36/2009, Ps. 14).
Pembentukan instalasi ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah
sakit, (PERMENKES No 1045/2006, Ps. 20).
Pimpinan rumah sakit termasuk pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan berwenang
mengatur kegiatan institusi yang dipimpinnya dengan mengacu pada norma, standar,
pedoman dan kriteria pelayanan fisioterapi yang ditetapkan oleh pemerintah dan
rekomendasi organisasi profesi fisioterapi.
Pimpinan rumah sakit termasuk pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan menetapkan
kebijakan seperti dan tidak terbatas pada :
1. seorang fisioterapis sebagai pimpinan pelayanan fisioterapi,
2. falsafah dan tujuan fisioterapi.
3. organisasi dan uraian tugas,
4. akses masuk,
5. pemeriksaan penunjang,
6. sistem dokumentasi
7. sistem pelaporan.
4 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
BAB II
PROSEDUR PELAYANAN FISIOTERAPI.
Prosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan (Muhammad Ali,
2000). Prosedur adalah sekumpulan bagian yang saling berkaitan misalnya : orang,
jaringan gudang yang harus dilayani dengan cara yang tertentu oleh sejumlah pabrik dan
pada gilirannya akan mengirimkan pelanggan menurut proses tertentu (Amin Widjaja
1995).
Prosedur pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang
berhubungan satu sama lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan melaksanakan
dan memudahkan kegiatan utama dari suatu organisasi (Kamaruddin,1992).
Prosedur adalah suatu rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan yang merupakan
urutan-urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu
pekerjaan yang dilaksanakan berulang-ulang (Ismail Masya 1994).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan yang dimaksud
dengan prosedur adalah suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan urutan waktu dan memiliki pola kerja yang tetap yang telah ditentukan.
Bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan. kesehatan. yang. aman, bermutu dan
terjangkau.Tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan harus. memenuhi kode etik,
standar profesi, hak pengguna pelayanan .kesehatan, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional. (UU.36/2009, Ps.5, 24).
Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit, dalam menyelenggarakan
pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur operasional yang
berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien,
(UU. 44/2009, Ps.5,.13).
Standar pelayanan fisioterapi terdiri dari assesmen, diagnosis, perencanaan, intervensi,
evaluasi/re-evaluasi dan dokumentasi/komunikasi/koordinasi. (Tap. KONAS IX IFI Tahun
2004, Referensi WCPT, 1996)
Pengendalian mutu suatu pekerjaan dirumuskan siklus kegiatan : kerjakan yang kau tulis,
tulis yang kau kerjakan, tinjau dan tingkatkan ; suatu kegiatan jasa dan/atau produk akan
terjamin mutu bila ditulis dulu prosesnya, dijalankan, didokumentasi, dibakukan sebagai
5 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
standar prosedur operasional, dievaluasi dan diperbaiki secara terus-menerus
berkesinambungan. Struktur dokumentasi sistem mutu, terdiri dari : 1. Kebijakan, 2.
Prosedur, 3. Petunjuk Teknis, dan 4. Pelaporan. ( ISO 9000:2000 / International Standard
Organization Nomor 9000 Tahun 2000).
Mengacu kebijakan, prosedur, struktur dokumentasi dan pengendalian mutu pelayanan
fisioterapi ditata dalam urutan tingkat manajemen dan pendokumentasian seperti dan
tidak terbatas :
a. Fasilitas pelayanan kesehatan fisioterapi : ketetapan pimpinan, falsafah-tujuan, dan
organisasi pelayanan fisioterapi.
b. Pelayanan fisioterapi : ketetapan akses masuk, pemeriksaan penunjang, sistem
dokumentasi dan pelaporan.
c. Pelayanan fisioterapi pada Pasien/Klien : assesmen, diagnosis, perencanaan,
persetujuan, intevensi, evaluasi, dokumentasi.
d. Prosedur kasus : dalam kelompok muskulosekeletal, neuromuskuler,
kardiopulmoner, dan integumenter.
e. Metoda terapi : manual treatment, Bobath, MLDV.
f. Aplikasi teknis/teknologi : pemeriksaan dan pengukuran (24), terapi latihan,
elektroterapi, traksi, hidroterapi.
Standar prosedur operasional adalah suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai
suatu petunjuk atau direktif. Mencakup hal-hal operasional yang memiliki suatu prosedur
pasti atau terstandardisasi, tanpa kehilangan keefektifannya.
Setiap sistem manajemen kualitas yang baik selalu didasari oleh standar prosedur
operasional.
Sebuah standar prosedur operasional adalah seperangkat instruksi tertulis bahwa
seseorang harus mengikuti untuk menyelesaikan pekerjaan dengan aman, tanpa efek
buruk pada kesehatan pribadi atau lingkungan, dan dalam cara yang memaksimalkan
efisiensi operasional dan produksi.
Standar prosedur operasional adalah perangkat/instruksi/langkah-langkah yang
dibakukan, yang kisi-kisi : yang benar dan terbaik, konsensus bersama pencegah
kesalahan, penjamin keamanan, dan telah teruji.
Contoh format prosedur operasional seperti dan tidak terbatas :
1. Format ISO 9001:2000 ( International Standard Organization Nomor 9001 Tahun
2000),
6 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
2. Dirjen BUK/ Yan Medik Kementerian Kesehatan,
3. Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
Standar operasional prosedur yang perlu dirumuskan :
1. Ketetapan falsafah dan tujuan,
2. Ketetapan Fisioterapis sebagai pimpinan,
3. Ketetapan organisasi,
4. Ketetapan sistem pelaporan
5. Ketetapan akses masuk,
6. Ketetapan pemeriksaan penunjang,
7. Ketetapan dokumentasi
8. SPO Proses : assesmen, diagnosis, perencanaan, penyelesaian/penghentian, resum,
2.5.8 Pemeliharaan diri dan pengelolaan tempat tinggal.
2.5.8.1 Aktifitas hidup harian.
2.5.8.2 Kapasitas fungsional.
2.5.8.3 Transfer.
2.5.9 Integrasi/reintegrasi masyarakat dan kerja
(pekerjaan/sekolah/bermain)
32 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
2.5.9.1 Aktifitas instrumentasi kehidupan harian.
2.5.9.2 Kapasitas fungsional.
2.5.9.3 Kemampuan adaptasi.
2.5.10 Pemeriksaan dan pengukuran lain-lain terpilih.
2.6 Pemeriksaan penunjang dengan cara Fisioterapis merujuk ke pelayanan lain
sesuai kebutuhan pasien/klien, seperti radiologi, laboratorium dan lain
sebagainya.
2.7 Analisa data sebagai proses dinamis keputusan klinis oleh Fisioterapi
berdasar data yang terkumpul pertimbangan klinis menyimpulkan diagnosis
dan prognosis.
3. Prosedur terkait :
3.1 Standar prosedur rujukan masuk.
3.2 Standar prosedur rujukan keluar
3.3 Standar proses fisioterapi
3.4 Standar prosedur (masing-masing) proses.
3.5 Petunjuk teknis modalitas fisioterapi.
4. Referansi :
4.1 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363 Tahun 2001 tentang Registrasi
dan Izin Praktik Fisioterapi.
4.2 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Fisioterapi
4.3 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
4.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
4.5 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat Jendral
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008, tertulis adanya
Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
4.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang Standar
Profesi Fisioterapi Indonesia.
4.7 Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007.
4.8 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy Association,
2001
33 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
II. 3.
STANDAR DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. Pengertian :
1.1 Diagnosis fisioterapi ialah label yang merangkum berbagai simtom, sindrom,
keterbatasan fungsi, keterbatasan gerak, impermen, atau potensi terjadinya,
yang merefleksikan informasi yang didapat dari pemeriksaan pada diri
pasien/klien.
1.2 Prognosis fisioterapi ialah rumusan prediksi perkembangan dari kondisi
sehat-sakit pasien/klien yang mungkin dicapai dalam waktu berikutnya
dengan intervensi fisioterapi.
2. Prosedur :
2.1 Diagnosis fisioterapi dihasilkan dari proses pemeriksaan, pengukuran dan
evaluasi dengan pertimbangan klinis yang dapat menunjukkan adanya
disfungsi gerak, mencakup adanya gangguan atau kelemahan jaringan
tertentu, limitasi fungsi, hambatan dan sindroma. Diagnosis akan berfungsi
dalam menggambarkan keadaan pasien/klien, menuntun penentuan
prognosis dan menuntun penyusunan rencana intervensi.
2.1.1 Merumuskan adanya sintom dan atau sindrom.
2.1.2 Merumuskan hambatan memelihara diri, aktifitas hidup harian,
kerja/sekolah dan hobi.
2.1.3 Merumuskan keterbatasan gerak fungsional.
2.1.4 Merumuskan keterbatasan gerak komponen tubuh.
2.1.5 Merumuskan gangguan dan atau kelemahan jaringan.
2.1.6 Merumuskan/mengidentifikasi adanya patologi seluler.
2.1.7 Merumuskan/mengidentifikasi adanya patologi biomolekuler.
2.2 Prognosis fisioterapi dihasilkan dengan cara merumuskan prediksi
perkembangan varian kondisi sehat sakit pasien/klien yang mungkin dicapai
dalam waktu berikutnya dengan intervensi fisioterapi.
3. Terlampir rumusan diagnosis fisioterapi, yang akan diperbaharui sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi fisioterapi.
34 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4. Referensi
4.1 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363 Tahun 2001 tentang Registrasi
dan Izin Praktik Fisioterapi.
4.2 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Fisioterapi
4.3 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
4.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
4.5 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat Jendral
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008, tertulis adanya
Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
4.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang Standar
Profesi Fisioterapi Indonesia.
4.7 Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007.
4.8 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy Association,
2001
II. 3a.
STANDAR DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. Katagori Diagnosis Musculoskeletal
1.1 Berpotensi untuk terjadi gangguan kinerja system muskuloskeletal/
demineralisasi
1.2 Gangguan Sikap
1.3 Gangguan Kinerja otot
1.4 Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang
berkaitan dengan connective tissue
1.5 Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang
berkaitan dengan inflamasi lokal.
35 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
1.6 Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang
berkaitan dengan kerusakan spinal.
1.7 Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang
berkaitan dengan fraktur.
1.8 Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang
berkaitan dengan Arthroplasti sendi.
1.9 Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang
berkaitan dengan bedah tulang atau jaringan lunak.
1.10 Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, ROM, gait,
locomotion, balance yang berkaitan dengan amputasi
2. Kategori Diagnosa Neuromuskuler
2.1 Pencegahan dini/pengurangan resiko terhadap kehilangan balance and jatuh
2.2 Gangguan Perkembangan Neuromotor
2.3 Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan
Non progressive disorder CNS – congenital atau pada bayi dan masa anak.
2.4 Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan
Non progressive disorder CNS – pada usia dewasa
2.5 Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan
progressive disorder CNS
2.6 Gangguan Peripheral nerve integrity dan motor function yang berkaitan
dengan Peripheral Nerve Injury.
2.7 Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan
Acute atau Chronic Polyneuropathies.
2.8 Gangguan motor function dan Peripheral nerve integration yang berkaitan
dengan Non progressive disorder Spinal Cord.
2.9 Gangguan kesadaran , ROM, Motor Control yang berkaitan dengan Coma,
Near coma, atau status vegetative.
3. Katagori Diagnosis Kardiovasculer /Pulmoner :
3.1 Berpotensi untuk terjadi gangguan kinerja system cardiovascular-pulmonary
3.2 Gangguan kapasitas aerobik/ketahanan yang berkaitan dengan decontioning
syndrome
3.3 Ganguan ventilasi, respirasi/gas exchange, aerobic capacity/indurance yang
berkaitan dengan Airways clearance dysfunction.
36 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.4 Gangguan kapasitas aerobik/ketahanan yang berkaitan dengan
Cardiovascular Pump Dysfuntion or failure
3.5 Ganguan ventilasi, respirasi/gas exchange, aerobic capacity/indurance yang
berkaitan dengan Ventilatory Pump Dysfunction or Failure.
3.6 Ganguan ventilasi, respirasi/gas exchange, aerobic capacity/indurance yang
berkaitan dengan Respiratory Failure.
3.7 Ganguan ventilasi, respirasi/gas exchange, aerobic capacity/indurance yang
berkaitan dengan Respiratory Failure pada neonatus
3.8 Ganguan sirkulasi darah, anthropometric dimensions berkaitan dengan
Lymphatetic System disorders
4. Katagori Diagnosis Integumenter :
4.1 Berpotensi untuk terjadi gangguan kinerja system integument
4.2 Gangguan integumenary integrity berkaitan dengan Superficial skin
involvement
4.3 Gangguan integumenary integrity berkaitan dengan partial thickness skin
involvement
4.4 Gangguan integumenary integrity berkaitan dengan Full Thickness skin
involvement dan scar formation
4.5 Gangguan integumenary integrity berkaitan dengan Skin Involvement
extended Into Facia, Muscle, or Bone and scar formation.
5. Referensi :
5.1 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363 Tahun 2001 tentang
Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapi.
5.2 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Fisioterapi
5.3 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
5.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
5.5 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat
Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008,
tertulis adanya Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
37 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
5.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang Standar
Profesi Fisioterapi Indonesia.
5.7 Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007.
5.8 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy Association,
2001
II.3b. KATAGORI DIAGNOSIS DAN KONDISI
Katagori Diagnosis
Musculoskeletal
ICD-9-CM
CODES Yang berhubungan dengan Kondisi ( ICD )
1. Berpotensi untuk
terjadi gangguan
kinerja system
muskuloskeletal/
demineralisasi.
138
262
263
268
269
275
337
344
588
627
714
Akut Poliomyelitis
Malnutrition
Other and unspecified protein-calorie malnutrition
Vit D deficiency
Other nutritional deficiency
Disorder mineral metabolism
Disorder autonomic nervous system
Other Paralytic Syndrome
Disorder resulting from impared Renal function
Menopausal / post menopausal Disorder
Rheumatoid Arthritis and other inflamatory
polyarthripathies
38 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
719
728
729
731
732
733
737
756
Other and unspecific disorder joint
Disorder of muscle, ligament, fascia
Other Disorder of soft tissue
Osteitis deformans
Osteochondropathies
Other disorder of bone and cartilage
Curvature of spine
Other congenital Musculo anomalie
2. Gangguan Sikap 524
568
718
719
722
723
724
725
728
729
732
733
736
Dentofacial anomalies
Other disorder of peritoneum
Other derangement of joint
Other and unspecific disorder of joint
Intervertebral disorder
Other disorder of cervical region
Other and unspecific disorder of the back
Polymyalgia rheumatica
Disorder of the muscle, ligament and fascia
Other disorder of soft tissue
Osteochondropathies
Other disorder of bone and cartilage
Other acquired deformities of the limb
39 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
737
738
756
781
Curvature of the spine
Other acquired deformity
Other congenital musculoskeletal anomalies
Symtoms involving nervous and musculoskeletal.
3. Gangguan Kinerja
otot 042
250
359
443
564
569
581
582
583
588
618
623
624
625
714
715
719
HIV
Diabetes Mellitus
Musculardystrophies & other myopathies
Other Peripheral vascular disease
Functional digestive disorder
Other disorder of intestine
Nephrotic syndrome
Chronic glomerulonephritis
Nephritis and nephropathy non specific
Disorder resulting Impaired Renal function
Genital prolapse
Noninflamatory disorder of vagina
Non Inflamatory disorders of vulva and perineum
Pain and other symtoms associated with female
genital organ
Rheumatoid arthitis nad other inflamatory
polyarthitis
Osteoarthitis and allied disorder
40 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
728
729
733
739
758
780
781
799
Other and unspecific diorder of joint
Disorder of the muscle, ligament and fascia
Other disorders of soft tissue
Other disorder of bone and cartilage
Nonallopathic lession, not else where classified
Chromosomal anomalies
General symtoms
Symtoms involving nervous and musculoskeletal
systems
Other ill-defined and unknown causes of morbidity
and mortality
4. Gangguan mobilitas
sendi motor function,
kinerja otot, dan ROM
yang berkaitan
dengan connective
tissue
337
524
625
665
709
710
714
715
716
718
719
Disorder of the autonomic nervous system
Dentofacial anomalies, including malocclusion
Pain and other symptoms associated with female
genital
Other obstrectical trauma
Other diorder of skin snd subcutaneous tissue
Diffuse diseases of connective tissue
Rheumatoid arthritis and other inflammatory
polyarthropaties
Osteoarthrosis and allied disorders
Other and unspecified arthropaties
Other derangment of joint
41 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
724
726
727
728
729
730
733
830
831
832
833
836
837
838
839
840
841
842
843
844
845
846
Other and unspecified disorder of joint
Other and unspecified disorder of the back
Peripheral enthesopathies and allied syndromes
Other disorders of synovium, tendon and bursa
Disorders of muscle, ligament and fascia
Other disorder of soft tissue
Osteomyelitis, periostitis, and other infection
involving bone
Other disorder of bone and cartilage
Dislocation of jaws
Dislocation Shoulder
Dislocation Elbow
Dislocation wrist
Dislocation knee
Dislocation ankle
Dislocation foot
Other , multiple, and ill defined dislocation
Sprains and strains of shoulder and upper arm
Sprains and strains of elbow and forearm
Sprains and strains of wrist and hand
Sprains and strains of hip and thigh
Sprains and strains of knee and leg
42 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
847
848
905
Sprains and strains of ankle and foot
Sprains and strains of sacroiliac region
Sprains and strains of other and unspecified parts
of back
Other and ill-defined sprains and strains
Late effects of muscle of musculoskeletal and
connective tissue injuries
5. Gangguan mobilitas
sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM
yang berkaitan
dengan inflamasi
lokal.
274
350
353
354
355
524
682
711
715
716
717
718
719
720
722
Gout
Trigeminal nerve disorders
Nerve root and plexus disorders
Mononeuritis Of upper limb and mononeuritis
multiplex
Mononeuritis of lower limb
Dentofacial anomalies including malocclusion
Other cellulites and abcess
Arthropathy associated with infections
Osteoarthritis and allied disorders
Other and unspecified arthropathis
Internal derangement of knee
Other derangement of knee
Other and unspecified disorders of joint
Ankylosing spondylitis and other other
inflammation
43 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
724
726
727
728
729
732
840
923
924
927
928
Intervertebral disk disorder
Other and unspecified disorder of the back
Peripheral enthesopathies and allied syndromes
Other disorder of synovium , tendon and brusa
Disorder of muscle , ligamen and fasia
Other disorder of soft tissue
Osteochondropathies
Sprain and strain of shoulder and upper arm
Contusion of upper limb
Contusion of upper limb and of other and
unspecified sites
Crushing injury of upper limb
Crushing injury of lower limb
6. Gangguan mobilitas
sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM
yang berkaitan
dengan kerusakan
spinal.
353
715
716
718
719
720
721
722
Nerve root and plexus disorder
Osteoarthosis and allied disorder.
Other and Unspecified arthropathies
Other derangement of joint
Other and unspecified disorder of joint
Ankylosing spondylitis and other inflammatory
spondylopathies
Spondylosis and allied disorders
Intervertebral disk disorder
44 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
723
724
727
728
733
738
756
846
847
922
Other disorder of cervical region
Other and unspecified disorder of the back
Other disorder of synovium, tendon and bursa
Disorder of muscle, ligament and fascia
Other disorders of bone and cartilage
Other acquired deformity
Other congenital musculoskeletal anomalies
Sprains and strains of sacroiliac region
Sprain and starins of other and unspecified part of
back
Contusion of trunk
7. Gangguan mobilitas
sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM
yang berkaitan
dengan fraktur.
170
213
262
263
268
269
275
627
715
719
728
Malignant neoplasm articular of bone and
articular cartilage
Benign neoplasm of bone and cartilage
Other severe protein-calorie malnutrition
Other and unspecified protein-calorie malnutrition
Vitamin D deficiency
Other nutritional deficiency
Disorder of meniral metabolism
Menopausal and postmenopausal disorder
Osteoarthrosis and allied disorder
Other and unspecified disorder of the joint
45 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
729
730
732
733
736
802
805
808
810
811
812
813
814
815
816
819
820
821
822
823
824
Disorder of muscle, ligamnet, and facia
Other disorder of soft tissue
Osteomyelitis, periostitis, other infection involving
bone
Osteochondropathies
Other disorder of bone and cartilage
Other acquired deformities of the limbs
Fracture of Face bone
Fracture of the Spne without mention of spinal cord
injury
Fracture of the pelvis
Fracture of the clavicle
Fracture of the scapula
Fractue of the humerus
Fracture of radius and ulna
Fracture of the carp[al bone(s)
Fracture of the metacarpal bone(s)
Fracture of the one or more phalanges of the hand
Multiple fracture involving both upper limbs, lower
limb, ribs, sternum
Fracture of the neck of the femur
Fracture of other and unspecified part of femur
Fracture of Patella
46 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
825
826
827
828
829
Fracture of Tibia and fibula
Fracture of ankle
Fracture of one or more tarsal and metatarsal bones
Fracture of one or more phalanges foot
Other, multiple, and ill-defined fracture of lower
limb
Multiple fracture involving both limbs, lower &
upper limb, rib, sternum
Fracture of unspecified bones
8. Gangguan mobilitas
sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM
yang berkaitan
dengan Arthroplasti
sendi.
170
171
213
215
524
714
715
716
717
718
719
729
Malignan neoplasm of bone and articular
cartilage
Malignan neoplasm of connective and other soft
tissue
Benign neoplasm of bone and articular cartilage
Other benign neoplasm of connective and other soft
tisuue
Dentofacial anomalies, including malocclusion
Rheumatoid arthritis and other inflamatory
polyarthritis
Osteoarthrosis and allied disorder
Other unspecified arthropathies
Internal derangement of knee
47 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
730
731
733
808
812
815
820
824
835
836
837
958
v43
Other derangment of knee
Other and unspecified disorder of joint
Other disorders of soft tissue
Osteomyelitis, periostitis, and other infection
involving bone
Osteitis deformans and osteopathies associated
with other disorder classified elswhere
Other disorder of bone and cartilage
Fracture of pelvis
Fracture of Humerus
Fracture of metacarpal bones
Fracture of neck Femure
Fracture of ankle
Fracture of Hip
Dislocation of knee
Dislocation of Ankle
Certain complication of trauma
Organ or tissue replaced by other means
9. Gangguan mobilitas
sendi, motor function,
kinerja otot, dan ROM
yang berkaitan
715
717
Osteoarthrosis and allied diorder
Internal derangment of knee
48 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
dengan bedah tulang
atau jaringan lunak.
718
719
721
722
723
724
726
727
728
731
732
733
736
737
738
756
802
805
808
810
811
Other derangment of joint
Other and unspecified disorder of joint
Spondylosis and allied disorder
Intervertebral disk disorder
Other disorder of cervical region
Other and unspecified disorder of the back
Peripheral enthesopathies and allied syndromes
Other disorder of synovium, tendon, and bursa
Disorder of muscle, ligament and fascia
Osteitis deformans and ostepathies associated with
other disorder classified elsewhere
Osteochondrapathies
Other disorder of bone and cartilage
Other aquire deformities of the spine
Curvature of the spine
Other acquired deformity
Other congenital musculoskeletal anomalies
Fracture of afce bone
Fracture of vertebral collum with mention of spinal
cord injury
Fracture of the pelvis
Frature og the clavicle
49 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
812
813
814
815
816
820
821
822
823
824
825
826
830
831
832
833
834
835
836
837
838
839
Fracture of the scapula
Fracture of humerus
Fracture of radius and ulna
Fracture of the carpal bone (s)
Fracture of the metacarpal bone(s)
Fracture of one or more phalanges of hand
Fracture of neck femur
Fracture of other and unspecified part of femur
Fracture of patella
Fracture of Tibia and Fibula
Fracture of Ankle
Fracture of one or more tarsal and metatarsal bones
Fracture of one or phalanges of foot
Dislocation of jaws
Dislocation of shoulder
Dislocation of elbow
Dislocation of wrist
Dislocation of finger
Dislocation of hip
Dislocation of knee
Dislocation of ankle
Dislocation of foot
50 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
840
841
842
843
844
845
846
847
848
959
Other, multiple, and ill defined dislocation
Sprains and strains of shoulder and upper arm
Sprains and strains of elbow and forearm
Sprains and strains of wrist and hand
Sprains and strains of hip and thigh
Sprains and strains of knee and leg
Sprains and strains of ankle and foot
Sprains and strains of sacroiliac region
Sprains and strains of other and unspecified of the
back
Other and ill-defined sprains and strains
Injury, other and unspecified
10. Gangguan mobilitas
sendi, motor function,
kinerja otot, ROM,
gait, locomotion,
balance yang
berkaitan dengan
amputasi
250
353
440
442
443
459
736
747
755
781
Diabetes
Nerve root and plexus disorder
Atherosclerosis
Other aneurysm
Other Peripheral vascular disease
Other disorder of circulatory disease
Other acquired deformity of the limb
Other congenital anomalies of circulatory system
Other congenital anomalies of the limb
Symptoms involving nervous and musculoskeletal
51 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
885
886
887
895
896
897
905
906
927
928
929
990
991
994
997
systems
Traumatic amputation of thumb (complete)
(partial)
Traumatic amputation of other finger(s) (complete)
(partial)
Traumatic amputation of arm and hand(complete)
(partial)
Traumatic amputation of toe (s) (complete)
(partial)
Traumatic amputation of foot(complete) (partial)
Traumatic amputation of leg (s) (complete)
(partial)
Late effect of musculoskeletal and connective
tissue injuries
Late effect of skin and subcutaneous tissue
Crushing injury of upper limb
Crushing injury of lower limb
Crushing injury of upper multiple and unspecified
sites
Effect of radiation, unspecified
Effect of reduced temperature
Effect of other external causes
Complication affecting specified body system, not
elsewhere classified
52 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Katagori Diagnosis
Neuromuskular
Yang berhubungan dengan Kondisi ( ICD )
1. Pencegahan dini /
pengurangan resiko
terhadap
kehilangan balance
and jatuh
331
332
333
334
445
336
340
342
345
359
386
780
781
797
Other cerebral degeneration
Parkinson disease
Other extrapyramidal disease and abnormal
movement disorder
Spinocerebral disease
Anterior horn cell disease
Other disease of spinal cord
Multiple sclerosis
Hemiplegia and hemiparesis
Epilepsy
Muscular dystrophies and other myopathies
Vertiginous syndromes and other disorder of
vestibular system
General Symptoms
Symptoms involving nervous and musculoskeletal
system
Senility without mention of psychosis
53 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
2. Gangguan
Perkembangan
Neuromotor
191
192
225
252
253
262
299
315
333
345
348
358
359
389
714
728
741
742
Malignant neoplasme of brain
Malignant neoplasm of other and unspecified part
of nervous system
Benign neoplasm of brain and other and
unspecified part of nervous system
Disorder of oaratyroid gland
Disorder of the pituitary gland and its
hipotahalamic control
Other severe, protein- calorie malnutrition
Psychoses with origin specific to childhood
Specific delay in development
Other extra pyramidaldisease and abnormal
movement disorder
Epilepsy
Other condition of the brain
Myoneural disorders
Muscular dystrophies and other myopathies
Hearing loss
Rheumatoid arthritis and other inflamatory
polyarthropathies
Disorder of muscle, ligament, and fascia
Spina bifida
Other congenital anomaliess of nervous system
54 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
745
746
747
748
754
755
756
758
759
760
762
763
764
765
767
768
770
771
779
Bulbus cordis anomalies and anomalies of cardiac
septal closure
Other congenital anomalies of heart
Other congenital anomalies of circulatory system
Congenital anomalies of Respiratory system
Certain congenital musculoskeletal deformities
Other congenital anomalies of the limb
Other congenital musculoskeletal anomalies
Chromosomal anomalies
Other and unspecified congenital anomalies
Fetus or newborn affected by maternal condition
which unrelated to present pregnancy
Fetus or newborn affected by complication of
placenta, cord, membranes
Fetus or newborn affected by other complications
or labor and delivery
Slow fetal growth and fetal malnutrition
Disorder relatingto shortgestation and unspecified
low birth weight
Birth trauma
Intrauterine hypoxia and birth asphyxia
Other respiratory condition of fetus and newborn
Infection specific to the perinatal period
Otherand ill-defined conditions originating in the
55 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
780
783
799
800
801
803
804
850
851
852
853
854
994
995
perinatal period
General symptoms
Symptoms concerning nutrition, metabolism, and
development
Other ill-defined and unknown causes of morbidity
and mortality
Fracture of vault of skull
Fracture of base of skull
Other and unqualified fracture of skull
Multiple fracture involving skull or face with other
bones
Concussion
Cerebral laceration and contussion
Subarachnoid, subdural, and extra haemoragics
following injury
Other and unspecific intracranial haemorage
following injury
Intracranial injury of other and unspecific nature
Effect of other external forces
Certain adverse effect not elsewhere classified
3. Gangguan motor
function dan
sensory integration
036 Infeksi Meningococcal
56 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
yang berkaitan
dengan Non
progressive
disorder CNS –
congenital atau
pada bayi dan masa
anak.
052
055
056
072
090
225
320
321
322
323
333
343
345
348
741
742
756
758
759
765
Chichenpox
Measles
Rubella
Mumps
Congenital Syphilis
Benign neoplasma dan bagian lain sistem saraf
Meningitis bacterial
Meningitis yang disebabkan oleh organisme lain
Meningitis unspecified cause
Encephalitis, myelitis dan encephalomyelitis
Penyakit extrapyramidal lainnya dan penyakit
gangguan abnormal
Infantil cerebral palsy
Epilepsi
Kondisi brain lainnya
Spina bifida
Anomali congenital lainnya dari sistem saraf
Anomali musculoskeletal congenital lainnya
Anomali kromosom
Anomali congenital yang tidak spesifik dan lainnya
Gangguan yang berhubungan prematur dan lahir
dengan berat badan lahir rendah
57 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
767
768
771
780
799
800
801
803
804
850
851
852
853
854
984
985
994
Trauma lahir
Hypoxia intrauterin dan asphyxia kelahiran
Infeksi spesifik pada periode perinatal
Gejala umum
Other ill defined dan mobiditas dan mortalitas yang
penyebabnya tidak diketahui
Fraktur pada vault skull
Fraktur pada dasar skull
Fraktur skull yang tidak dikualifikasikan dan
lainnya.
Fraktur multipel yang melibatkan skull dan wajah
dengan tulang lainnya
Concussion (geger otak)
Lacerasi cerebral dan contusion
Subarachnoid, subdural, dan extradural hemorhage
following injury
Hemorhage intracranial yang tidak spesifik dan
lainnya following injury
Cedera intracranial lainnya dan nature unspesified
Toxic effect of lead and its ompound (termasuk
fume/uap/asap)
Pengaruh toxic metals lainnya
Pengaruh penyebab external lainnya.
58 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4. Gangguan motor
function dan
sensory integration
yang berkaitan
dengan Non
progressive
disorder CNS – pada
usia dewasa
049
225
320
321
322
323
331
342
345
348
351
386
431
433
434
435
436
437
442
444
Penyakit non arthropod-borne viral lainnnya
pada SSP
Benign neoplasma otak dan dan bagian lain SSP
Mengitis bacterial
Meningitis yang disebabkan organisme lainnya
Meningitis dengan penyebab yang tidak spesifik
Encephalitis, myelitis dan encephalomyelitis
Degenerasi cerebral lainnya
Hemiplegia dan hemiparese
Epilepsi
Kondidi brain lainnya
Gangguan saraf Facial
Sindrom vertiginous dan gangguan sistem
vestibular lainnya.
Hemorrhage intracerebral
Occlusion dan stenosis arteri precerebral
Occlusion arteri cerebral
Transient cerebral ischemia
Akut, tapi ill defined, penyakit cerebrovascular
Penyakit yang didefenisikan sebagai penyakit
cerebrovascular dan lainnya
Anerysm lain
59 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
447
780
781
799
800
801
803
804
850
851
852
853
854
994
Emboli arterial dan dan trombosis
Gangguan arteri lainnya dan arteriole
Gejala umum
Gejala yang melibatkan sistem saraf dan sistem
muskuloskeletal
Other ill defined dan mobiditas dan mortalitas yang
penyebabnya tidak diketahui
Fraktur pada vault skull
Fraktur pada dasar skull
Fraktur skull yang tidak dikualifikasikan dan
lainnya.
Fraktur multipel yang melibatkan skull dan wajah
dengan tulang lainnya
Concussion (geger otak)
Lacerasi cerebral dan contusion
Subarachnoid, subdural, dan extradural hemorhage
following injury
Hemorhage intracranial yang tidak spesifik dan
lainnya following injury
Cedera intracranial lainnya dan nature unspesified
Pengaruh penyebab external lainnya.
5. Gangguan motor
function dan
sensory integration
042
191
Penyakit HIV
Malignant neoplasma otak
60 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
yang berkaitan
dengan progressive
disorder CNS
192
237
303
331
332
333
334
335
336
340
341
345
348
780
781
Malignant neoplasma lainnya dan bagian unspesifik
sistem saraf
Neoplasma of uncertain behavior of endocrine
glands dan sistem saraf
Sindrom ketergantungan obat.
Degenerasi cerebral lainnya
Penyakit Parkinson
Penyakit extrepiramidal lainnya dan gangguan
gerakan abnormal
Penyakit spinocerebral
Penyakit anterior horn cell
Penyakit lain dari spinal cord
Multiple sclerosis
Penyakit demyelinating lain dari SSP
Epilepsi
Kondisi brain lainnya
Gejala umum
Gejala yang melibatkan sistem saraf dan
musculoskeletal
6. Gangguan
Peripheral nerve
integrity dan motor
function yang
225
350
Neoplasma benigna dan bagian lain sistem saraf
Gangguan saraf trigeminal
61 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
berkaitan dengan
Peripheral Nerve
Injury.
352
353
354
355
357
386
767
Gangguan saraf cranial lainnya
Gangguan akar saraf dan plexus
Mononeuritis upper limb dan mononeuritis
multipleks
Mononeuritis lower limb
Inflamasi dan toxic neuropathy
Sindrom vertiginous dan gangguan sistem
vestibular lainnya
Trauma kelahiran
7. Gangguan motor
function dan
sensory integration
yang berkaitan
dengan Acute atau
Chronic
Polyneuropathies.
030
138
250
337
356
357
588
Leprosy
Late effects pada poliomyelitis akut
Diabetes mellitus
Gangguan pada sistem saraf otonom
Neuropathy peripheral idiopatic dan herediter
Inflamasi dan toxic neuropathy
Gangguan yang dihasilkan dari gangguan fungsi
ginjal
8. Gangguan motor
function dan
Peripheral nerve
integration yang
berkaitan dengan
225
237
Benign neoplasm brain dan bagian lain dari
sistem saraf
Neoplasma of uncertain behavior of endocrine
gland dan sistem saraf.
62 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Non progressive
disorder Spinal
Cord.
239
320
321
336
344
721
722
730
733
806
839
952
Neoplasma of unspesifik nature
Meningitis bakterial
Meningitis yang disebabkan oleh organisme lainnya
Penyakit lain spinal cord
Gejala paralitik lainnya
Spondilosis dan allied disorder
Gangguan diskus intervertebral
Osteomyelitis, periostitis dan infeksi lainnya yang
melibatkan tulang
Gangguan tulang dan cartilago lainnya.
Fraktur kollum vertebra denga cedera spinal cord
Other, multiple dan ill defined dislocation
Cedera spinal cord tanpa evidence cedera tulang
spinal
63 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
9. Gangguan
kesadaran , ROM,
Motor Control yang
berkaitan dengan
Coma, Near coma,
atau status
vegetative.
049
191
225
322
342
348
431
433
435
436
437
442
444
447
747
765
767
799
850
Penyakit non arthropod-borne viral lainnnya
pada SSP
Malignant neoplasma brain
Benign neoplasma brain dan bagian lain sistem
saraf
Meningitis dengan penyebab yang tidak spesifik
Hemiplegia dan hemiparese
Kondisi brain lainnya
Hemorrhage intracerebral
Occlusion dan stenosis arteri precerebral
Occlusion arteri cerebral
Transient cerebral ischemia
Akut, tapi ill defined, penyakit cerebrovascular
Anerysm lain
Emboli arterial dan trombosis
Gangguan arteri lainnya dan arteriole
Anomali congenital lainnya pada sistem sirkulasi
Gangguan yang berhubungan dengan prematur dan
kelahiran dengan berat rendah
Trauma lahir
Other ill defined dan mobiditas dan mortalitas yang
penyebabnya tidak diketahui
Concussion
64 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
851
852
853
854
994
Leceration dan contusio cerebral
Subarachnoid, subdural, dan extradural hemorhage
following injury
Hemorhage intracranial yang tidak spesifik dan
lainnya following injury
Cedera intracranial lainnya dan nature unspesified
Pengaruh penyebab external lainnya
Katagori Diagnosis
Cardiovascular
/Pulmonary
Yang berhubungan dengan Kondisi ( ICD )
1. Berpotensi untuk
terjadi gangguan
kinerja system
cardiovascular-
pulmonary
250
272
278
305
401
Diabetes Melitus
Gangguan metabolisme lipoid
Obesitas dan hyperalimentation lain
Nondependent abuse of drugs
Essential hipertensi
65 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
2. Gangguan kapasitas
aerobik/ketahanan
yang berkaitan
dengan
decontioning
syndrome
042
250
332
333
334
335
340
344
357
359
394
396
397
398
402
413
414
416
424
425
428
Penyakit HIV
Diabetes melitus
Penyakit Parkinson
Penyakit extrapiramidal lain dan gangguan gerakan
abnormal
Penyakit Spinocerebral
Penyakit Anterior Horn Cell
Multiple Sclerosis
Sindrom Paralitik lainnya
Inflamatory dan toxic neuropathy
Muscular Dystropy dan myopathies lainnya
Penyakit pada katup mitral
Penyakit pada katup mitral dan aorta
Penyakit pada struktur endocardial lainnya
Penyakit rematik jantung lainnya
Penyakit Hipertensive jantung
Angina Pectoris
Bentuk lain penyakit ischemic jantung kronik
Penyakit pulmonary heart kronik
Penyakit lain pada endokardium
Cardiomyopathy
66 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
429
440
443
482
491
492
493
494
496
508
513
514
516
517
518
519
711
712
713
Kegagalan Jantung
Penyakit yang didefenisikan sebagai gambaran dan
komplikasi penyakit jantung
Atherosklerosis
Penyakit vascular perifer lainnya
Bacterial pneumonia lainnya
Bronchitis Kronik
Emphysema
Asthma
Bronchiectasis
Obstruksi jalan nafas kronik, yang tidak
diklasifikasikan sebagai penyakit obstruksi
pulmonary kronik (COPD),
Kondisi respirasi yang disebabkan oleh agen
external yang tidak spesifik
Abses Paru dan Mediastinum
Congestive Paru dan dan hypostatis
Pneumonopathy dan alveolar lain
Lung involvement in condition classified elsewhere
Penyakit paru lainnya
Penyakit lain system respirasi
Arthropathy yang berkaitan dengan gangguan lain
yang diklasifikasikan
67 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
714
715
786
Crystal arthropathies
Artrophathy yang berkaitan dengan other disorder
classified elsewhere
Rhematoid arthritis dan inflamasi
polyarthropathies lainnya
Osteoarthrosis dan allied disorder
gejala yang melibatkan system pernafasan dan
gejala chest lainnya.
3. Ganguan ventilasi,
respirasi/gas
exchange, aerobic
capacity/endurance
yang berkaitan
dengan Airways
clearance
dysfunction.
136
277
482
491
492
493
494
496
500
501
502
503
504
505
Penyakit parasitic dan infeksi tidak spesifik dan
lainnya
Gangguan metabolisme tidak spesifik dan lainnya.
Pneumonia bacterial lainnya
Bronchitis kronis
Emphysema
Asthma
Bronchetasis
Obstruksi jalan nafas kronis , yang tidak diklasifikan
dalam penyakit COPD
Pneumoconiosis pekerja batubara
Asbestosis
Pneumoconiosis yang disebabkan silica lain atau
silicates
Pneumoconiosis yang disebabkan debu inorganic
lain
68 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
507
508
510
511
513
514
515
516
518
759
770
786
861
941
942
947
996
997
Pneumoconiosis yang disebabkan inhalasi debu
lainnya
Pneumoconiosis tidak spesifik
Pneumonitis yang disebabkan solids dan liquids
Kondisi respirasi yang disebabkan agen external
tidak spesifik dan lainnya
Emphysema
Pleurisy
Abses paru dan mediastinum
Kongestive paru dan hypostasis
Fibrosis paru postinflamatory
Pneumonopathy parietoalveolar dan alveolar lain
Penyakit paru lainnya
Anomali congenital tidak spesifik dan lainnya
Kondisi respirasi lainnya pada fetus dan anak baru
lahir
Gejala yang melibatkan system respirasi dan gejala
chest lainnya
Cedera pada paru dan jantung
Burn pada wajah, kepala dan leher
Burn pada trunk
Burn pada organ internal
Komplikasi peculiar
69 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
pada prosedur khusus
Komplikasi ynag dipengaruhi system tubuh khusus
yang tidak diklasifikasikan ditempat lainnya
4. Gangguan kapasitas
aerobik/ketahanan
yang berkaitan
dengan
Cardiovascular
Pump Dysfuntion or
failure
391
394
395
396
397
398
402
403
404
410
411
412
413
414
416
417
Rhematic fever dengan melibatkan jantung
Penyakit pada katup mitral
Penyakit pada katup aortic
Penyakit pada katup mitral dan aortic
Penyakit pada struktur endokardial lainnya
Penyakit rheumatic jantung lainnya
Penyakit Hypertensive jantung lainnya
Penyakit hypertensive ginjal
Penyakit hypertensive jantung dan ginjal
Infarction myocardial akut
Penyakit ischemic jantung sub akut dan akut
lainnya
Infarction myocardial old
Angina Pectoris
Penyakit ischemic jantung kronis lainnya
Penyakit Jantung Pulmonary kronik lainnya
70 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
422
423
424
425
426
427
428
429
440
441
443
444
745
746
747
785
Penyakit lain sirkulasi pulmonary
Myocarditis akut
Penyakit lain pericardium
Penyakit lain endocardium
Cardiomyopathy
Gangguan Conduction
Cardiac Dysrhytmias
Gagal jantung
Ill defined description dan komplikasi penyakit
jantung
Atherosclerosis
Aortic aneurysm dan dissection
Penyakit vascular perifer lainnya
Trombosis dan emboli arterial
Anomali bulbus cordis dan anomaly cardiac septal
closure
Anomali congenital jantung lainnya
Anomali congenital system sirkulasi lainnya
Gejala yang melibatkan system cardivaskular.
5. Ganguan ventilasi,
respirasi/gas
exchange, aerobic
capacity/endurance
045
192
Poliomyelitis akut
Malignant neoplasma lainnya dan bagian tidak
spesifik system saraf
71 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
yang berkaitan
dengan Ventilatory
Pump Dysfunction
or Failure.
237
239
277
332
333
334
335
340
343
344
348
357
359
430
431
432
434
492
493
Neoplasma of uncertain behavior pada endocrine
glands dan system saraf
Neoplasma of unspesifik of nature
Gangguan metabolisme tidak spesifik dan lainnya
Penyakit Parkinson
Penyakit extrapiramidal lainnya dan gangguan
gerakan abnormal
Penyakit spinocerebral
Penyakit Anterior Horn Cell
Multiple Sclerosis
Infantile Cerebral Palsy
Gejala paralitic lainnya
Kondisi lain dari brain
Inflamatory dan toxic neuropathy
Muscular dystrophy dan myopathies lainnya
Subarachnoid hemorrhage
Intracerebral hemorrhage
Hemorrhage unspesifik dan lainnnya
Oklusi arteri cerebral
Emphysema
Asthma
Pneumonconiosis tidak spesifik
72 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
505
515
518
519
737
786
852
853
854
941
942
946
947
948
949
977
Fibrosis pulmonary postinflamatory
Penyakit paru lainnya
Penyakit lain dari system reapiratory
Curvature pada spine
Gejala yang melibatkan system respiratory dan
gejala chest lainnya
Subarachnoid, subdural, dan extradural
hemorrhage, yang diikuti dengan cedeera
Intracranial hemorrhage tidak spesifik dan lainnya
following cedera
Cedera intracranial lainnya dan unspesifik nature
Burn pada wajah, kepala dan leher
Burn pada trunk
Burn pada multiple spesifik site
Burn pada organ internal
Burn yang diklasifikasikan menurut luasnya
permukaan tubuh yang terkena
Burn tidak spesifik
Keracunan oleh lainnya dan obat tidak spesifik dan
medicinal substans
6. Ganguan ventilasi,
respirasi/gas
exchange, aerobic
136
277
Penyakit parasitic dan infeksi tidak spesifik dan
lainnya
73 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
capacity/indurance
yang berkaitan
dengan Respiratory
Failure.
286
348
415
480
481
482
483
484
485
486
491
492
493
494
495
496
507
511
512
Gangguan metabolisme tidak spesifik dan lainnya
Kerusakan coagulasi
Kondisi lain brain
Penyakit jantung pulmonary akut
Viral pneumonia
Pneumococcal pneumonia (Streptococcus
pneumoniae pneumonia)
Bakterial pneumonia lainnya
Pneumonia yang disebabkan oleh organisme
spesifik lainnya
Pneumonia yang diklasifikasikan sebagai penyakit
infeksi di tempat lain
Bronchopneumonia, organisme tidak spesifik
Pneumonia, organisme tidak spesifik
Bronchitis kronik
Emphysema
Asthma
Bronchiectasis
Extrinsic allergic alveolitis
Obstruksi jalan nafas kronik, tidak diklasifikan
ditempat lain pada COPD, not otherwise specified
Pneumonitis yang disebabkan oleh solids dan
liquids
74 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
513
514
516
517
518
519
786
852
853
854
861
959
996
997
Pleurisy
Pneumothorax
Abses paru dan mediastinum
Kongestive pulmonary dan hypostasis
Pneumonopathy parietoalveolar dan alveolar
lainnya
Lung involvement in condition classified elsewhere
Penyakit paru lainnya
Penyakit system respirasi lainnya
Gejala yang melibatkan system pernafasan dan
gejala chest lainnya
Subarachnoid, subdural dan extradural
hemorrhage, following injury
Hemorrhage intracranial tidak spesifik dan lainnya
following injury
Cedera intracranial lainnya dan unspesifik nature
Cedera pada paru dan jantung
Cedera dan lainnya dan yang tidak spesifik
Komplikasi peculiar pada prosedur spesifik yang
pasti
Komplikasi pada system tubuh spesifik, yan gtidak
diklasifikan ditempat lain
7. Ganguan ventilasi, 508 Kondisi respirasi yang disebabkan pada agen
75 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
respirasi/gas
exchange, aerobic
capacity/indurance
yang berkaitan
dengan Respiratory
Failure pada
neonates
514
516
518
553
748
750
765
767
769
770
786
external tidak spesifik dan lainnya
Kongesti pulmonary dan hypostasis
Pneumonopathy parietoalveolar dan alveolar
lainnya
Penyakit paru lainnya
Hernia lainnya pada cavitas abdominal tanpa
menyebutkan obstruksi atau gangrene
Anomaly congenital pada system raspirasi
Anomaly congenital lainnya pada tractus
alimentary upper
Gangguan yang berhubungan dengan short
gestation dan bayi berat lahir rendah tidak spesifik.
Trauma lahir
Sindrom distress respiratory
Kondisi respiratory lainnya pada fetus dan
newborn
Gejala yang melibatkan system respirasi dan gejala
chest lainnya
76 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
8. Ganguan sirkulasi
darah,
anthropometric
dimensions
berkaitan dengan
Lymphatetic System
disorders
038
040
125
176
457
646
682
683
757
782
995
Septicemia
Penyakit bacterial lainnya
Infeksi filarial dan dracontiasis
Kaposi’s sarcoma
Gangguan nonifeksius pada saluran lymphatic
Komplikasi kehamilan lainnya yang tidak
diklasifikasikan ditempat lain
Cellulites lainnya dan abscess
Lymphadenitis
Anomaly congenital pada integument
Gejala yang melibatkan kulit dan jaaaringan
integumentary lainnya
Pengaruh yang merugikan yangtidak
diklasifikanditempat lain
Katagori Diagnosis
Integumentary
Yang berhubungan dengan Kondisi ( ICD )
77 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.8.1.1 B
e
r
p
o
t
e
n
s
i
u
n
t
u
k
t
e
r
j
a
d
i
g
a
n
g
g
u
a
n
250
263
277
278
320
322
323
331
332
333
334
335
336
337
340
341
342
343
344
353
357
Diabetes Mellitus
Malnutrisi kalori protein tidak spesifik dan lainnya
Gangguan metabolisme tidak spesifik lainnya
Hyperalimentation lainnya dan obesitas
Meningitis Bacterial
Meningitis penyebabnya tidak spesifik
Enchepalitis. Myelitis, encephalomyelitis
Degenerasi cerebral lainnya
Penyakit Parkinson
Penyakit extrapiramidal lainnya dan gangguan
gerakan abnormal
Penyakit spinocerebellar
Penyakit anterior horn cell
Penyakit spinal cord lainnya
Gangguan pada system saraf otonom
Multiple sclerosis
Penyakit demyelinating lainnya pada system saraf
pusat
Hemiplegia dan hemiparesis
Infantile Cerebral Palsy
Sindrom paralitik lainnya
Gangguan plexus dan akar saraf
78 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
k
i
n
e
r
j
a
s
y
s
t
e
m
i
n
t
e
g
u
m
e
n
t
428
435
440
443
454
457
459
581
593
686
701
709
716
719
728
729
757
782
895
896
897
995
Inflammatory dan toxic neuropathy
Kegagalan jantung
Transient cerebral Ischemia
Atherosclerosis
Penyakit vascular peripheral lainnya
Vena vericosa pada extremitas bawah
Gangguan nonifeksius pada saluran lymphatic
Gangguan pada system sirkulasi lainnya
Sindrom Nephrotic
Gangguan pada Kidney dan ureter lainnya
Infeksi local lainnya pada kulit dan jaringan
subkutaneus
Kondisi hypertropik dan atropik lainnya pada kulit
Gangguan lain pada kulit dan jaringan
subcutaneous
Arthropathies tidak spesifik dan lainnya
Gangguan sendi tidak spesifik dan lainnya
Gangguan pada otot, ligament dan fascia
Gangguan lain pada jaringan lunak
Anomaly congenital pada integument
Gejala yang melibatkan kulit dan jaringan
integument lainnya
Traumatic amputasi pada toe(s) (complete)
79 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
(partial)
Traumatic ampuatation pada foot(s) (complete)
(partial)
Traumatic pada leg(s) (complete) (partial)
Pengaruh merugikan lainnya yang tidak
diklasifikasikna ditempat lain
4.8.1.2 G
a
n
g
g
u
a
n
i
n
t
e
g
u
m
e
n
a
r
y
i
176
250
263
269
337
344
443
454
459
681
682
690
691
692
700
Kaposi’s sarcoma
Diabetes Mellitus
Malnutrisi kalori protein tidak spesifik dan lainnya
Defesiensi mutrisi lainnya
Gangguan pada system saraf otonom
Sindrom paralitic lainnya
Penyakit vascular perifer lainnya
Vena vericosa pada extremitas bawah
Gangguan pada system sirkulasi lainnya
Cellulitis dan abses pada jari-jari dan toe
Cellulitis dan abses lainnya
Erythematosquamous dermatosis
Atopic dermatitis dan kondisi yang berkaitan
Kontak dermatitis dan eksema lainnya
Corns dan callosities
80 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
n
t
e
g
r
i
t
y
b
e
r
k
a
i
t
a
n
d
e
n
g
a
n
S
u
p
e
r
f
i
707
731
782
920
922
923
924
942
943
944
945
946
948
949
997
Ulcer kronik pada kulit
Osteitis deformans dan osteopathies yang berkaitan
dengan gangguan lain yang tidak diklasifikan
ditempat lain
Gejala yang melibatkan kulit dan jaringan
integumantary lainnya
Contusio pada wajah, scalp dan neck kecuali mata.
Contusio pada trunk
Contusio pda upper limb
Contusio pada lower limb dan dan lainnya dan
tempat yang tidak spesifik
Burn pada trunk
Burn pada upper limb, kecuali wrist danhand
Burn pada wrist dan hand
Burn pada lower limb
Burn pada multiple specified sites
Burn yang diklasifikan menurut luasnya permukaan
tubuh yang terkena
Burn tidak spesifik
Komplikasi yang mempengaruhi system tubuh
khusus, yang tidak diklasifikasikan ditempat lain.
81 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
c
i
a
l
s
k
i
n
i
n
v
o
l
v
e
m
e
n
t
4.8.1.3 G
a
n
g
g
u
a
n
i
n
t
017
031
176
216
232
239
263
Tuberculosis organ lain
penyakit yang disebabkan oleh mycobakteri
lainnya
Kaposi’s sarcoma
Benign neoplasma pada kulit
Carcinoma in situ of skin
Neoplasma unspesifik nature
Malnutrisi kalori protein unspesifik dan lainnya
82 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
e
g
u
m
e
n
a
r
y
i
n
t
e
g
r
i
t
y
b
e
r
k
a
i
t
a
n
d
e
n
269
344
443
454
459
682
686
694
695
696
701
707
709
757
911
912
913
914
915
916
917
942
Difisensi nutrisi lainnya
Sindrom paralitik lainnya
Penyakit vascular perifer lainnya
Vena vericosa pada exxtremitas bawah
Gangguan lain pada system sirkulasi
Cellulities dan abscess lainnya
Infeksi lokal lainnya pada kulit dan jaringan
subcutaneous
Bullous dermatoses
Kondisi erythematous
Psoriasis dan similar disorder
Kondisi atropik dan hipertropik lainnya pada kulit
Ulcer kronik pada kulit
Gangguan pada kulit dan jaringan subcutaneous
Anomaly congenital pada integument
Cedera superficial pada trunk
Cedera superficial pada shoulder dan upper arm
Cedera superficial pada elbow, forearm, dan wrist
Cedera superficial pada hands, kesuali finger
sendiri
Cedera superficial pada finger
Cedera superficial pada hip, thigh, leg dan ankle
83 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
g
a
n
p
a
r
t
i
a
l
t
h
i
c
k
n
e
s
s
s
k
i
n
i
n
v
o
l
v
943
944
945
946
948
949
997
Cedera superficial pada foot dan toe
Burn pada trunk
Burn pada upper limb, kecuali wrist dan hand
Burn pada wrist dan hand
Burn pada lower limb
Burn multiple specified sites
Burns yang diklasifikasikan menurut luasnya
permukaan tubuh yang terkena
Burn tidak spesifik
Komplikais yang mempengaruhi system tubuh
khusus, tidak diklasifikasikan ditempat lain.
84 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
e
m
e
n
t
4.8.1.4 G
a
n
g
g
u
a
n
i
n
t
e
g
u
m
e
n
a
r
y
i
n
t
e
g
r
017
031
036
040
172
173
176
216
232
239
263
269
443
454
459
680
681
682
Tuberculosis pada organ lain
Penyakit yang disebabkan oleh mycobakteria
lainnya
Infeksi meningicoccal
Penyakit bacterial lainnya
Malignant melanoma pada kulit
Neoplasma malignant lainnya pada kulit
Kaposi’s sarcoma
Benigna neoplasma pada kulit
Carcinoma I situ kulit
Neoplasma unspesifik nature
Malnutrisi kalori protein unspesifik dan lainnya
Defisiensi nutrisi lainnya
Penyakit vascular perifer lainnya
Vena varicose pada extremitas bawah
Gangguan lain pada system sirkulasi
Carbuncle dan furuncle
Cellulities dan abscess pada finger dan toe
Cellulities dan abscess lainnya
85 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
i
t
y
b
e
r
k
a
i
t
a
n
d
e
n
g
a
n
F
u
l
l
T
h
i
c
k
n
e
686
694
695
701
707
709
941
942
943
944
945
946
948
949
991
997
Infeksi lokal lainnya pada kulit dan jaringan
subkutaneus
Bullous dermatoses
Kondisi erythematous
Kondisi atropik dan hipertropik lainnya pada kulit
Ulcer kronis pada kulit
Gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutaneus
Burn pada wajah, kepala dan leher
Burn pada trunk
Burn pada upper limb, kecuali wrist dan hand
Burn pada wrist dan hand
Burn pada lower limb
Burn pada multiple spesifik sites
Burn yang diklasifikasikan menurut luasnya
permukaan tubuh yang terkena
Burn, tidak spesifik
Pengaruh pengurangan temperature
Komplikasi yang memperngaruhi system spesifik
tubuh, yang tidak diklasifikasikan ditempat lainnya.
86 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
s
s
t
4.8.1.5 G
a
n
g
g
u
a
n
i
n
t
e
g
u
m
e
n
a
r
y
017
036
171
172
173
176
215
239
263
269
440
443
Tuberculosis pada organ lain
Infeksi meningococcal
Neoplasma malignant pada jaringan connective
dan jaringan lunak lainnya
Malignant melanoma pada kulit
Malignant neoplasma lainnya pada kulit
Kaposi’s sarcoma
Benign neoplasm lainnya pada jaringan connective
dan jaringan lunak lainnya
Neoplasma unspesifik nature
Malnutrisi kalori protein unspesifik dan lainnya
Defisiensi nutrisi lainnya
Atherosclerosis
Penyakit vascular perifer lainnya
87 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
i
n
t
e
g
r
i
t
y
b
e
r
k
a
i
t
a
n
d
e
n
g
a
n
S
k
i
n
454
459
674
680
681
686
707
710
728
880
881
882
883
884
885
886
887
890
891
892
893
894
Vena varicose pada extremitas bawah
Gangguan lain pada system sirkulasi
Komplikasi unspesifik pada puerperium dan
lainnya
Carbuncle dan furuncle
Cellulities dan abscess pada finger dan toe
Infeksi local lainnya pada kulit dan jaringan
subkutaneus
Ulcer kronis pada kulit
Penyakit diffuse jaringan lunak
Gangguan pada otot, ligament, dan fascia
Luka terbuka pada shoulder dan upper arm
Luka terbuka pada elbow, forearm, dan wrist
Luka terbuka pada hand kecuali finger sendiri
Luka terbuka pada pada finger
Luka terbuka pada upper limb tidak spesifik dan
multiple
Traumatic amputasi pada thumb
(complete/partial)
Traumatic amputasi pada finger lainnya
(complete/partial)
Traumatic amputasi pada arm dan hand
(complete/partial)
Luka terbuka pada hip dan tungkai
88 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
I
n
v
o
l
v
e
m
e
n
t
e
x
t
e
n
d
e
d
I
n
t
o
F
a
c
i
a
,
895
896
897
927
928
929
941
942
943
944
946
948
991
997
998
Luka terbuka pada knee, kaki (kecuali tungkai) dan
ankle
Luka terbuka pada foot kecuali toe sendiri
Luka terbuka pada toe
Luka terbuka tidak spesifik spesifik pada lower
limb dan multiple
Traumatic amputasi pada toe (complete/partial)
Traumatic amputasi pada foot (complete/partial)
Traumatic amputasi pada leg (complete/partial)
Crushing injury pada upper limb
Crushing injury pada lower limb
Crushing injury multiple dan tempat yang tidak
spesifik
Burn pada wajah, kepala dan leher
Burn pada trunk
Burn pada upper limb, kecuali wrist dan hand
Burn pada wrist dan hand
Burn pada multiple spesifik sites
Burn yang diklasifikasikan menurut luasnya
permukaan tubuh yang terkena
Pengaruh pengurangan temperature
Komplikasi yang mempengaruhi system spesifik
tubuh, yang tidak diklasifikasikan ditempat lainnya.
Komplikasi lain prosedur, yang tidak
89 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
M
u
s
c
diklasifikasikan ditempat lainnya.
90 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Lampiran 1 Standar Perencanaan Fisioterapi .
FORMULIR PERSETUJUAN TINDAKAN FISIOTERAPI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ……………………………………............……………………………...
Umur/Jenis : …………………………………………………………………………...
Alamat : …………………………………………………………………………...
Dengan ini menyatakan sesungguhnya telah memberikan PERSETUJUAN, untuk dilakukan tindakan fisioterapi :
Terhadap : Diri sendiri / Suami / Istri / Anak / Ayah / Ibu / ……………………………………
Nama : ………………………………………………………………...
Umur/Jenis : ………………………………………………………………...
Alamat : ………………………………………………………………...
Ruangan/Kamar : …………………….…………………………………………..
No. Rekam Medik : ………………………………………………………………...
Tujuan, jenis, konsekwensi dan resiko yang menyertai tindakan tersebut telah dijelaskan oleh Fisioterapi dan saya telah mengerti seluruhnya.
Saya juga menyatakan telah memberikan persetujuan untuk tindakan lebih lanjut apabila setelah tindakan fisioterapi yang pertama diperlukan tindakan penyelamatan.
Jakarta, ………………………...
Saksi-saksi Fisioterapis Yang membuat pernyataan
1. Yang melakukan,
(…………………..) (………………….)
(………………………………)
2.
(…………………..)
Ket. : Tandatangan dan Nama jelas
91 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Lampiran 2 Standar Perencanaan Fisioterapi
FORMULIR PENOLAKAN TINDAKAN FISIOTERAPI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ……............……………………………………………………………...
Umur/Jenis : …………………………………………………………………………...
Alamat : …………………………………………………………………………...
Dengan ini menyatakan sesungguhnya telah memberikan PENOLAKAN, untuk dilakukan tindakan fisioterapi :
Terhadap : Diri sendiri / Suami / Istri / Anak / Ayah / Ibu / ……………………………………
Nama : …………………………………………………………………...
Umur/Jenis : …………………………………………………………………...
Alamat : …………………………………………………………………...
Ruangan/Kamar : …………………………………………………………………...
No. Rekam Medik : …………………………………………………………………...
Saya juga telah menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya :
a. Telah mendapat penjelasan dari Fisioterapis tentang tujuan, jenis, konsekuensi dan resiko yang menyertai tindakan tersebut.
b. Telah memahami penjelasan tersebut diatas. c. Atas tanggung jawab dan resiko saya sendiri tetap menolak untuk dimulai/diteruskan
tindakan fisioterapi.
Jakarta, ………………………...
Saksi-saksi Fisioterapis Yang membuat pernyataan
1. Yang melakukan,
(…………………..) (………………….) (………………………………)
2
(…………………..)
Ket. : Tandatangan dan Nama jelas
92 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
II. 4.
STANDAR INTERVENSI FISIOTERAPI
1. Pengertian :
Intervensi fisioterapi ialah implementasi perencanaan dan memodifikasi untuk
mencapai tujuan yang disepakati, mencakup : penanganan manual, peningkatan
gerak, peralatan fisis, peralatan elektroterapeutis dan peralatan mekanis,
pelatihan fungsional, penentuan bantuan dan peralatan bantuan, dokumentasi
dan koordinasi, komunikasi.
2. Prosedur :
Intervensi setiap kunjungan/pertemuan, dengan mencermati respon dan
perkembangan kondisi pasien/klien perlu implementasi dan modifikasi dari
perencanaan.
Intervensi oleh Fisioterapis dan atau dilaksanakan oleh asisten harus dibawah
direksi/pengarahan dan supervisi otentikasi (pengesahan) dokumen oleh
Fisioterapis berizin, memuat unsur-unsur:
2.1 Laporan dari pasien/klien yang layak.
2.2 Identifikasi intervensi secara spesifik mencakup frekwensi, intensitas dan
durasi.
Contoh :
2.2.1 Ekstensi lutut, 3 set, 10 pengulangan, 10 kg. beban.
2.2.2 Latihan transfer dari bed ke kursi dengan papan luncur.
2.3 Pemakaian peralatan.
2.4 Perubahan kondisi pasien/klien berkaitan dengan modifikasi perencanaan.
2.5 Reaksi penolakan terhadap intervensi.
2.6 Faktor-faktor pemodifikasi frekwensi dan intensitas intervensi serta dengan
kemajuan mengarahkan pada tujuan, sepanjang pasien/klien patuh pada
instruksi terapi.
2.7 Komunikasi/konsultasi dengan profesi/tenaga lain, keluarga pasien/klien dan
pihak lain yang terkait.
93 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3. Lampiran
4. Dokumen terkait :
5. Referansi :
5.1 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363 Tahun 2001 tentang Registrasi
dan Izin Praktik Fisioterapi.
5.2 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Fisioterapi
5.3 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
5.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
5.5 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat Jendral
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008, tertulis adanya
Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
5.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang Standar
Profesi Fisioterapi Indonesia.
5.7 Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007.
5.8 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy Association,
2001
II. 5.
STANDAR EVALUASI FISIOTERAPI
1. Pengertian :
Evaluasi fisioterapi ialah assesmen ulang dengan pertimbangan klinis setelah
intervensi fisioterapi dalam periode waktu, disandingkan dengan hasil assesmen
sebelumnya, perencanaan dan intervensi, serta disimpulkan perkembangan (out
come) kondisi pasien/klien, dan tindak lanjut.
2. Prosedur :
2.1 Pemeriksaan ulang setelah satu episode atau satu seri intervensi fisioterapi
untuk mengevaluasi kemajuan, memodifikasi dan intervensi lanjutan.
94 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
2.2 Pemeriksaan ulang meancakup pengumpulan data subyektif, data obyektif,
assesmen/interpretasi dan rencana tindak lanjut (SOAP), dirinci :
2.3 Unsur-unsur yang teridentifikasi pada assesmen awal untuk memperbaharui
status kondisi pasien/klien.
2.4 Interpretasi dari temuan-temuan dan bilamana terindikasi perlunya revisi
untuk mengantisipasi tujuan dan harapan.
2.5 Bilamana terindikasi maka perlu revisi perencanaan pelayanan dikaitkan
dengan antisipasi tujuan dan hasil yang diharapkan yang terdokumentasi.
2.6 Otentikasi (pengesahan) oleh Fisioterapis berizin.
3. Lampiran :
4. Dokumen terkait :
5. Referansi :
5.1 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363 Tahun 2001 tentang Registrasi
dan Izin Praktik Fisioterapi.
5.2 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Fisioterapi
5.3 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
5.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
5.5 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat Jendral
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008, tertulis adanya
Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
5.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang Standar
Profesi Fisioterapi Indonesia.
5.7 Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007.
5.8 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy Association,
2001
95 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
II. 6.
STANDAR PENGAKHIRAN PROSES FISIOTERAPI
1. Pengertian :
Pengakhiran proses fisioterapi adalah pelepasan (discharge) dan penghentian
(discontinuation) fisioterapi pada diri pasien/klien, berdasar pada analisis-
sintesis hasil evaluasi, faktor keterpaksaan, dengan pertimbangan klinis dan
rekomendasi tindak lanjut.
2. Prosedur :
2.1 Pelepasan (discharge) pasien/klien dari proses fisioterapi, dengan kriteria :
2.1.1 Fisioterapis memastikan tujuan telah tercapai.
2.1.2 Pasien/klien memastikan harapan telah terpenuhi.
2.1.3 Berpindah ke institusi lain.
2.1.4 Dibuat kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut.
2.2 Penghentian (discontinuation) pasien/klien dari proses fisioterapi, dengan
kriteria :
2.2.1 Fisioterapis memastikan tidak bermanfaat lagi.
2.2.2 Pasien/klien, penyandang dana atau asuransi, tidak berkenan
melanjutkan proses fisioterapi.
2.2.3 Kontroversi kepentingan para stake holder perawatan pasien/klien.
2.2.4 Dibuat kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut.
2.3 Kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut, berisikan :
2.3.1 Diagnosis fisioterapi, diagnosis medis dan kondisi pasien/klien.
2.3.2 Proses fisioterapi yang telah dikenakan.
2.3.3 Hasil evaluasi terakhir.
2.3.4 Rekomendasi tindak lanjut : fisioterapi, program dirumah, proteksi-
pencegahan, tindakan lain.
3. Lampiran :
4. Dokumen terkait :
5. Referensi :
5.1 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363 Tahun 2001 tentang Registrasi
dan Izin Praktik Fisioterapi.
96 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
5.2 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Fisioterapi
5.3 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
5.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
5.5 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat Jendral
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008, tertulis adanya
Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
5.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang Standar
Profesi Fisioterapi Indonesia.
5.7 Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007.
5.8 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy Association,
2001
II.7.
STANDAR DOKUMENTASI FISIOTERAPI.
1. Pengertian.
1.1 Dokumentasi ialah semua hal yang termasuk dalam catatan pasien/klien
seperti laporan konsultasi, laporan assesmen awalm, catatan perkembangan,
catatan alur pelayanan, re-assesmen dan kesimpulan pelayanan.
1.2 Autentikasi ialah proses untuk verifikasi bahwa semua data yang tercatat
adalah lengkap, akurat dan final. Ditandai dengan tanda tangan asli, atau
tanda tangan computer dengan system pengamanan elektronika.
2. Petunjuk Umum
Semua pendokumentasian harus sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
2.1 Tulisan tangan dan tanda tangan harus dengan tinta. Data elektronik harus
dengan ketentuan kerahasiaan dan pengamanan yang memadai.
97 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
2.2 Persetujuan (informed consent) : kepada pasien/klien harus ditanyakan
pemahaman dan kesadarannya sebelum intervensi dimulasi, dengan contoh-
contoh cara pendokumentasian sebagai berikut :
2.2.1 Tanda tangan pasien/klien atau keluarga/penanggung yang sah pada
formulir pernyataan pemahaman dan kesepakatan tindakan.
2.2.2 Hal-hal yang telah dijelaskan oleh Fisioterapis berizin dicatat sebagai
data resmi/legal.
2.2.3 Dokumentasi kelengkapan (checklist) data kesepakatan tindakan.
2.3 Mengkoreksi kesalahan dokumen dengan cara mencoretkan satu garis lurus
sepanjang tulisan yang dikoreksi diparaf dan ditanggali, atau bila koreksi
pada dokumen data elektronis perlu dengan mekanisme yang tepat tanpa
menghapus data orisinil.
2.4 Identifikasi.
2.4.1 Mencakup nama lengkap pasien/klien, memberikan penomoran pada
setiap dokumen baku/sah.
2.4.2 Setiap catatan/masukan harus ditnggali, diotentikasi
(ditandatangani) dan ditulis nama lengkap dan sebutan izin
professional (Fisioterapis/No.SIPF).
2.4.3 Dokumentasi yang dibuat oleh petugas penerima/siswa/magang
harus diotentikasi/ditndatangani oleh Fisioterapi berizin.
2.5 Dokumentassi mencakup mekanisme rujukan dari pemrakarsa pelayanan
172 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
V. LAMPIRAN
Tidak ada
VI. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi
6.2 Manajer Klinik
6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
173 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 173 dari 3
Judul: Micro Wave Diathermy
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN
1.1 Micro Wave Diathermy (MWD) adalah Alat terapi yang menggunakan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik frekuensi tinggi dengan frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 cm.
1.2 Indikasi 1.2.1 Kelainan pada syaraf perifer, neuropathy, neuralgia. 1.2.2 Kondisi peradangan sub acut dan chronic . 1.2.3 Nyeri musculosceletal. 1.2.4 Ketegangan, perlengketan dan pemendekan otot dan jaringan
lunak. 1.2.5 Persiapan latihan atau senam. 1.2.6 Gangguan pada sistem peredaran darah.
1.3 Kontra Indikasi 1.3.1 Logam dalam tubuh atau menempel pada kulit. 1.3.2 Alat-alat elektronik dalam tubuh seperti peace maker. 1.3.3 Gangguan peredaran darah. 1.3.4 Nilon dan bahan kain yang tidak menyerap keringat. 1.3.5 Jaringan dan organ yang mempunyai banyak cairan seperti 1.3.6 mata, testis, luka dan exim basah. 1.3.7 Gangguan sensibilitas. (Dosis harus 30 % lebih rendah). 1.3.8 Neuropathy yang diikuti gangguan trofik pada syaraf perifer, 1.3.9 Neuropathy akibat DM, Angiopathy dabetica. 1.3.10 Infeksi acut dan demam (panas lebih dari 37,50 C) 1.3.11 Setelah X ray. 1.3.12 Jaringan yang mitosisnya sangat cepat. 1.3.13 Menstrusi atau kehamilan untuk pengobatan daerah pelvic. 1.3.14 Faktor kalogenase
II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan
modalitas Micro Wave Diathermy.
LOGO
INSTITUSI
174 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
III. PROSEDUR
3.1 Memulai Terapi 3.1.1 Pemanasan alat sekitar 5 menit. 3.1.2 Emitter ( electrode ) yang telah di pilih dipasang pada lengan
emitter dan dihubungkan ke mesin dengan kabel emitter. Emitter bulat ,medan elektromagnetik yang dipancarkan berbentuk sirkuler dan paling padat di daerah tepi. Sedangkan emitter segi empat medan elektromagnetik yang dipancarkan berbentuk oval dan paling padat di daerah tengah.
3.1.3 Pemasangan electrode pada daerah vasomotor/proximal. 3.1.4 Pastikan mesin ke ground 3.1.5 Pasien diberitahu program pengobatan agar pasien paham program
terapi dan tidak takut 3.1.6 Jelaskan berapa waktu yang diperlukan, tujuan, indikasi serta
kontra indikasinya. 3.1.7 Posisi pasien comfortable 3.1.8 Pakaian dilepas seperlunya agar area yang diperiksa lebih jelas 3.1.9 Tes sensasi area yang diobati serta jelaskan rasa yang timbul untuk
mencegah terjadinya luka bakar 3.1.10 Putar waktu sesuai kebutuhan antara 10-15 menit 3.1.11 Dosis diberikan sesuai toleransi pasien.
3.1.11.1 Kondisi sub acut : intensitas sub thermal : Waktu 10-15 menit, pengulangan 1 x sehari selama 10x
3.1.11.2 Kondisi chronic : Intensitas Thermal : Waktu 10-15 menit, pengulangan 1-2 x sehari selama 10x
3.1.11.3 Gangguan sistem peredaran darah. Intensitas, pengulangan dan seri sama dengan kedua kondisi diatas. Waktu 15 menit.
3.1.12 Pastikan mesin dalam keadaan tuning 3.1.13 Emitter diatur sehingga sejajar kulit dan jarak sesuai ukuran
emitter. 3.1.14 Kabel tidak boleh menyentuh pasien, bersilangan atau lecet. 3.1.15 Lakukan pengontrolan, rasa panas, nyeri pusing
3.2 Mengakhiri Terapi 3.2.1 Matikan mesin pastikan tombol kembali ke angka 0 atau mesin
tetap hidup dengan dosis 0 (stand – by stand). 3.2.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin, kecuali dalam
keadaan darurat 3.2.3 Perhatikan reaksi pasien dan kemungkinan efek samping yang
timbul. 3.2.4 Kembalikan peralatan seperti kondensor ke tempat semula
175 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
IV. DOKUMEN TERKAIT
Tidak ada
V. LAMPIRAN
Tidak ada
VI. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
176 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 176 dari 3
Judul: Terapi Ultrasonic
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN
1.1 Terapi Ultrasonic yaitu suatu usaha pengobatan dengan menggunakan
mekanisme getaran dengan frekuensi lebih dari 20 KHz. Didalam praktek
klinik frekuensi yang digunakan antara 0,7 MHz – 3 MHz, dengan intensitas
1 – 3 w / cm2
1.2 Indikasi
1.2.1 Kelainan/penyakit pada jaringan tulang, sendi dan otot. 1.2.2 Keadaan post traumatik seperti kontusio, distorsi, luxation dan
fractur. Kontra indikasi relatif selama 24-36 jam setelah trauma. 1.2.3 Rheumatoid arthritis stadium tak aktif.
1.2.3.1 Arthritis 1.2.3.2 M. Becherev ( Local ) 1.2.3.3 Bursitis, capsulitis, tendinitis
1.2.4 Kelainan/penyakit pada persyarafan 1.2.4.1 Neuropathie 1.2.4.2 Panthoom pain 1.2.4.3 H N P
1.2.5 Kelainan/penyakit pada sirkulasi darah 1.2.5.1 M. Raynould 1.2.5.2 M. Buerger 1.2.5.3 Sudeck dystrofie 1.2.5.4 Oedema
1.2.6 Penyakit pada organ dalam 1.2.7 Kelainan pada kulit 1.2.8 Jaringan parut setelah operasi 1.2.9 Jaringan parut karena traumatic 1.2.10 Dupuytren contracture
1.3 Kontra Indikasi
1.3.1 Absolut. 1.3.1.1 Mata 1.3.1.2 Daerah jantung 1.3.1.3 Uterus pada wanita hamil
LOGO
177 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas ultra sonic.
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan
3.1.1 Terapis melaksanakan assesment untuk menemukan masalah dan menentukan program agar arus Ultasonic tepat mencapai sasaran
3.1.2 Memberi penjelasan langkah terapi serta tujuannya agar pasien tenang dan memahami program
3.1.3 Menentukan area terapi yang tepat agar terapi efektif 3.1.4 Memilih Tranduser dinamis atau statis 3.1.5 Menentukan metode untuk mencegah luka bakar
3.1.5.1 Kontak langsung dengan medium oils (minyak), water oils emulsions, aqueus-gel atau oinment (pasta)
3.1.5.2 Kontak tak langsung dengana Sub-aqual (dalam air) atau Water pillow
3.1.6 Posisikan pasien comfortable 3.1.7 Area dibersihkan dengan sabun atau alcohol 3.1.8 Rambut yang terlalu lebat dicukur.
3.2 Pelaksanaan 3.2.1 Terapis memperhatikan frekuensi, jenis arus dan intensitas agar
sasaran tepat 3.2.1.1 Intensitas
3.2.1.1.1 Rendah : 0,3 w/cm2
3.2.1.1.2 Sedang : 0,3 - 1,2 w/cm2
3.2.1.1.3 Tinggi : 1,2 - 3 w/cm2
3.2.1.1.4 Continued : Paling tinggi 3 w/cm2
3.2.1.1.5 Intermittern : Paling tinggi 5 w/cm2
3.2.2 Lamanya terapi, tergantung luas area yang diterapi dan jenis tranduser yang dipakai. Sebagai pedoman, area seluas 1cm2 waktu 1 menit
178 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
IV. DOKUMEN TERKAIT
Tidak ada
V. LAMPIRAN
Tidak ada
VI. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
179 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 179 dari 2
Judul: Interferential therapy
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN
1.1 Interferential therapy adalah suatu metode pengobatan fisioterapi
dengan menggunakan penggabungan dua arus bolak-balik yang
berfrekuensi menengah yang saling berinterferensi (4000 dan 4250)
3.1.6 Celupkan ped dengan air hangat, agar pasien tidak terkejut 3.1.7 Posisi pasien seenak mungkin. 3.1.8 Pakaian dilepas seperlunya. Jelaskan bahwa yang dirasakan sedikit
sakit tapi tidak perih bila dirasakan perih dikhawatirkan terjadi luka bakar.
3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Pasang ped sesuai metode yang dipilh. 3.2.2 Putar waktu 10 – 15 menit sesuai kebutuhan. 3.2.3 Intensitas diberikan sesuai toleransi pasien. Lakukan pengontrolan
apakah terdapat keluhan pasien atau control keadaan mesin. 3.3 Dosis
3.3.1 Intensitas :Berdasarkan stadium,jenis dan sifat cidera. 3.3.2 Lamanya terapi :10-15 menit. Bila ada titik nyeri dapat diberikan
per titik selama 5 menit. 3.3.3 Frekuensi 2000 Hz akan menghasilkan aktifitas motorik , arus yang
akan dihasilkan terasa kasar. 3.3.4 Frekuensi 4000Hz tidak menghasilkan aktifitas motorik dan terasa
halus sehingga cocok untuk mengurangi nyeri. 3.3.5 Pengulangan therapy untuk dosis rendah dilakukan setiap hari,
sedangkan untuk dosis tinggi 2 hari sekali. 3.4 Mengakhiri Terapi
3.4.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke angka 0. 3.4.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin sendiri atau langsung
bangun setelah terapi selesai. 3.4.3 Beri tissue bila terapi selesai agar pasien dapat membersihkan 3.4.4 Perhatikan reaksi pasien dan efek samping yang mungkin timbul. 3.4.5 Kembalikan peralatan serta perlengkapannya ke posisi semula.
IV. DOKUMEN TERKAIT
Tidak ada
V. LAMPIRAN
Tidak ada
VI. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
181 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 181 dari 2
Judul: Arus faradic
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN
1.1 Arus faradic adalah arus bolak balik yang tidak simetris yang mempunyai durasi 0,01 – 1 msc dengan frekuensi 50 – 100 cy / detik.
1.2 Indikasi 1.2.1 “ LMN Lession” dengan nilai otot di bawah tiga. 1.2.2 post trauma atau operasi setelah konductivitas membaik. 1.2.3 Kelemahan otot karena penyakit atau disuse atropy dengan nilai
otot di bawah tiga. 1.2.4 Otot yang tidak mampu berkontraksi karena nyeri misalnya setelah
trauma. 1.2.5 Tiga minggu setelah tendo transfer 1.2.6 Adanya pembengkakan lokal /setempat pada anggota. 1.2.7 Otot yang memendek atau berlengketan ( contractur ).
1.3 Kontra Indikasi 1.3.1 Setelah operasi / trauma pada urat syaraf yang konductivitasnya
belum membaik. 1.3.2 LMN lession yang masih nyeri sekali. 1.3.3 LMN complete lession. 1.3.4 Panas tinggi diatas 37.50 C.
II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan
modalitas arus faradic.
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan 3.1.1 Terapis melaksanakan assesment untuk mendapatkan masalah dan
menentukan program sehingga modalitas arus faradic lebih mencapai sasaran.
3.1.2 Memberi penjelasan terapi misalnya merasakan sedikit sakit tapi tidak perih. Kalau perih dikawatirkan dapat menimbulkan luka bakar.
3.1.3 Serta tujuannya agar pasien tenang dan memahami program
LOGO
182 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.1.4 Menentukan area terapi yang Tepat agar terapi efektif 3.1.5 Pemanasan alat 5 menit. 3.1.6 Memilih elektrode dan metode yang digunakan.
3.1.6.1 Stimulasi motor unit 3.1.6.2 Stimulasi secara group 3.1.6.3 Labile treatment 3.1.6.4 Nerve conduction 3.1.6.5 Bath treatment : Bipolar atau Monopolar
3.1.7 Celupkan ped dengan air hangat, agar pasien tidak terkejut 3.1.8 Posisi pasien seenak mungkin. 3.1.9 Area yang akan di terapi terbuka seperlunya dan otot yang akan
distimulasi dalam keadaan memendek / relax. 3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Pasang ped sesuai metode yang dipilh. 3.2.2 Putar waktu 10 – 15 menit sesuai kebutuhan. 3.2.3 Intensitas diberikan sesuai toleransi pasien. Lakukan pengontrolan
apakah terdapat keluhan pasien atau control keadaan mesin. 3.2.4 Dosis
3.2.4.1 Intensitas : Berdasarkan stadium,jenis dan sifat cidera. Intensitas : 2 – 60 m A, Durasi arus 0,01msc.
3.2.4.2 Waktu : Tiapsatu otot perlu 30-90 kali rangsangan dalam waktu 1-3 menit.
3.2.4.3 Pengulangan : 1 kali sehari bila otot telah mencapai nilai 2 + cukup 1 kali selama 10 kali.
3.3 Mengakhiri Terapi 3.3.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke angka 0. 3.3.2 Perhatikan reaksi pasien dan efek samping yang timbul. 3.3.3 Kembalikan peralatan ke tempat semula.
IV. DOKUMEN TERKAIT
Tidak ada.
V. LAMPIRAN
Tidak ada.
VI. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi
6.2 Manajer Klinik
6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
183 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 183 dari 2
Judul: Arus Galfanic
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manager Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN
1.1 Arus galvanic adalah arus searah terputus – putus yang telah modifikasi dengan frekuensi dan durasi tertentu yang bentuk pemutusannya dapat berupa trianguler, rekta anguler, trapezoid, saw – tooth dan depolarized.
1.2 Indikasi 1.2.1 “ LMN lession “ baru yang masih disertai keluhan nyeri. 1.2.2 Post trauma atau operasi urat syaraf yang konductivitasnya belum
membaik. 1.2.3 “ LMN Lession “ kronik yang sudah denervated muscle. 1.2.4 Keluhan nyeri pada otot sebagai counter iritation atau awal dari
suatu latihan ( Preliminary exercise ). 1.2.5 Peradangan sendi : Osteo arthritis, Rheumatoid arthritis, tenis
elbow, dll. 1.2.6 Lokal oedem melewati 10 hari.
1.3 Kontra Indikasi 1.3.1 Setelah operasi tendon transfer sebelum 3 minggu. 1.3.2 Ruptur tendon / otot sebelum terjadinya penyambungan. 1.3.3 Kondisi peradangan akut atau pasien panas tinggi diatas 37,50 C. 1.3.4 Lokasi kulit yang anaesthesia. 1.3.5 Lokasi kulit yang luka / kerusakan. 1.3.6 Lokasi kulit yang hiper sensitif.
II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis dalam memberikan pelayanan dengan
modalitas arus galvanic.
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan 3.1.1 Terapis melaksanakan assessment untuk mendapatkan masalah
dan menentukan program agar penggunaan arus galfanic lebih mencapai sasaran
LOGO
184 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.1.2 Memberi penjelasan terapi misalnya merasakan sedikit sakit tapi tidak perih. Kalau perih dikawatirkan dapat menimbulkan luka bakar.
3.1.3 Serta tujuannya agar pasien tenang dan memahami program 3.1.4 Menentukan area terapi yang tepat agar terapi efektif 3.1.5 Pemanasan alat 5 menit. 3.1.6 Pilih elektrode dan metode yang digunakan Elektrode (+) berupa
ped pada origo dan electrode (-) berupa button pada insersio. 3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Pasang ped sesuai metode yang dipilh. 3.2.2 Putar waktu 10 – 15 menit sesuai kebutuhan. 3.2.3 Intensitas diberikan sesuai toleransi pasien. Lakukan pengontrolan
apakah terdapat keluhan pasien atau control keadaan mesin. 3.2.4 Dosis
3.2.1.1 Intensitas : Berdasarkan stadium,jenis dan sifat cidera. Intensitas : 2-60 m A, Durasi arus 0,01msc.
3.2.1.2 Waktu : Tiap satu otot perlu 30-90 kali rangsangan dalam waktu 1-3 menit.
3.2.1.3 Pengulangan :1 kal sehari bila otot telah mencapai nilai 2 + cukup 1 kali selama 10 kali.
3.3 Mengakhiri Terapi 3.3.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke angka 0. 3.3.2 Perhatikan reaksi pasien dan efek samping yang timbul. 3.3.3 Kembalikan peralatan ke tempat semula.
IV. DOKUMEN TERKAIT
Tidak ada
V. LAMPIRAN
Tidak ada
VI. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Kepala bagian Keterapian Fisik
185 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 185 dari 2
Judul: Sinar infra merah
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN
1.1 Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 7.700 – 4 juta A.
1.2 Klasifikasi :
1.2.1 Berdasarkan panjang gelombang
1.2.1.1 Gelombang panjang (non penetrating)
Panjang gelombang : 12.000 A – 150.000 A
Daya penetrasi : 0,5 mm (superficial epidermis)
1.2.1.2 Gelombang pendek (penetrating)
Panjang gelombang : 7.700 A – 12.000 A
Daya penetrasi : jaringan sub cutan, pembuluh darah
kapiler, pembuluh limfe, ujung – ujung syaraf dan jaringan
di bawah kulit
1.2.2 Berdasarkan type
1.2.2.1 Type A : Panjang gelombang 780 – 1500 mm, penetrasi dalam.
1.2.2.2 Type B : Panjang gelombang 1500 – 3000 mm, penetrasi dangkal.
1.2.2.3 Type C : Panjang gelombang 3000 – 10.000 mm, penetrasi dangkal
1.3 Indikasi
1.3.1 Kondisi peradangan setelah sub-acut : kontusio, muscle strain,
1.2.2 Berdasarkan type ( jenisnya ) dapat dibagi tiga yaitu :
1.2.2.1 Ultra Violet type A : 315 nm – 380 nm
1.2.2.2 Ultra Violet type B : 280 nm – 315 nm
1.2.2.3 Ultra Violet type C : 100 nm – 280 nm
II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas sinar ultra violet.
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan
3.1.1 Pemilihan alat dan pengaturan jarak disesuaikan dengan alat yang digunakan dan tehnik aplikasi serta efek yang dikehendaki.
3.1.2 Pemanasan alat 5 menit. 3.1.3 Untuk mencegah luka bakar maka daerah yang akan dilakukan
penyinaran perlu ditest sensasi panas, dingin. 3.1.4 Persiapan pasien disesuaikan dengan jenis alat yang digunakan,
tehnik aplikasi, kebutuhan 3.2 Pelaksanaan
3.2.1 Pasien diposisikan seenak mungkin. 3.2.2 Posisi bisa duduk, terlentang atau tengkurap.
LOGO
189 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.2.3 Daerah yang akan disinar sebaiknya dibersihkan dengan sabun dan dikeringkan dengan handuk.
3.2.4 Lampu dipasang tegak lurus. 3.2.5 Mata pasien ditutup dengan memakai kacamata.untu mencegah
masuknya sinar ultraviolet 3.2.6 Bagian tubuh lain yang tidak di sinar harus ditutup supaya tidak 3.2.7 terkena sinar. 3.2.8 Penyinaran harus tegak lurus dengan jarak 90 cm agar sinar dapat
merata dan mengenai sasaran dengan tepat. 3.2.9 Lakukan tes dosis sebelum memberikan terapi pertama kali untuk
menentukan erithema. 3.2.10 Supaya terlindungi, tes biasanya di daerah samping dada / perut /
lengan bawah bagian medial. 3.2.11 Buatkan lubang-lubang (4 lubang) dari kertas gelap dan
ditempatkan didaerah yang dites. 3.2.12 Lubang pertama dibuka dan disinar selama 30 detik, sedangkan
lubang lain ditutup. 3.2.13 Penyinaran tetap dilanjutkan dengan membuka lubang lainnya satu
per satu setiap 30 detik. 3.2.14 Dosis
3.2.1.1 Stootkuure ( E 2 )
Lama terapi : 14 – 16 kali
Dosis : Diawali dengan E 2, kemudian untuk terapi berikutnya dinaikan 2/3 kali terapi sebelumnya.
Frekuensi : 2 – 3 kali per minggu.
3.2.1.2 Lepskykuur ( E 3 )
3.2.1.3 Lama terapi : Hingga keluhan hilang.
3.2.1.4 Dosis : E 3
3.2.1.5 Frekuensi : 3 – 4 kali per hari.
3.3 Mengakhiri Terapi
3.3.1 Matikan mesin, pastikan tombol dalam keadaan nol. 3.3.2 Tidak membiarkan pasien mematikan mesin atau bangun sendiri. 3.3.3 Memperhatikan pasien dan kemungkinan efek samping. 3.3.4 Setelah terapi perhatikan daerah sekitarnya apakah terkena
penyinaran. 3.3.5 Beritahukan pada pasien untuk menentukan dosis tidak boleh
membasuh bagian yang disinar. 3.3.6 Kembalikan peralatan ketempat semula.
190 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
IV. DOKUMEN TERKAIT
Tidak ada
V. LAMPIRAN
Tidak ada
VI. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
191 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
I. PENGERTIAN
1.1 Traksi cervical adalah suatu metode pengobatan fisioterapi dengan menggunakan suatu tehnik penarikan collumna vertebralis untuk daerah cervical.
1.2 Type 1.2.1 Static atau konstan
Diterapkan pada kondisi penekanan syaraf akut 1.2.2 Intermittent
Diterapkan pada kondisi penekanan syaraf kronik 1.3 Model Aplikasi
1.3.1 Mekanik 1.3.2 Manual 1.3.3 Posisional
1.4 Indikasi 1.4.1 Penekanan pada akar syaraf spinal seperti pada kasus : HNP,
spondylosis 1.4.2 Hipomobilitas pada sendi atau proses degenerasi 1.4.3 Nyeri sendi yang disebabkan adanya gangguan pada vase joint 1.4.4 Spasme otot 1.4.5 Meniscoid blocking 1.4.6 Nyeri disckogenik
1.5 Kontra Indikasi 1.5.1 Akut strain, sprain dan kondisi peradangan atau beberapa kondisi
apabila diberikan traksi nyeri meningkat 1.5.2 Spinal hipermobility 1.5.3 RA 1.5.4 Spinal malignancy, osteoporosis, tumor atau infeksi 1.5.5 Hipertensi yang tidak terkontrol, aortic aneurysm dan penyakit
cardovaskuler 1.5.6 Beberapa kondisi spinal atau proses penyakit yang dengan gerakan
merupakan kontra indikasi seperti : frakture
. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 191 dari 3
Judul: Traksi Cervical
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
LOGO
192 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
II. TUJUAN
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk
memberikan pelayanan fisioterapi dengan modalitas traksi cervical
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan 3.1.1 Lakukan test traksi pada pasien. Bila nyeri bertambah maka
pemberian traksi ditangguhkan. 3.1.2 Ukur tensi, poles,berat badan Untuk melihat kondisi pasien 3.1.3 Tentukan beban tarikan 3.1.4 Bagi pasien yang menggunakan gigi palsu dan kaca mata harap
dilepas untuk mencegah rasa nyeri akibat tekanan gigi palsu dan tidak enak padadaerah pipi
3.1.5 Atur posisi pasien, tidur terlentang di bed traksi dengan bantal di bawah kepala 3.1.5.1 Untuk indikasi vertebrae posisi flexi Kepala 200– 30 0 3.1.5.2 Untuk indikasi muscle posisi kepala Netral.
3.1.6 Untuk memperoleh hasil pada satu sisi saja maka posisi badan sedikit miring dengan daerah dada disangga belt.
3.1.7 Pasang cervical belt dengan tepat, tidak mencekik dan tidak terlalu longgar di bawah dagu dan bagian belakang pada occiput
3.1.8 Agar terkesan Hygienis maka dipasangkan tissue dibawah dagu dan atau rambut
3.2 Pelaksanaan 3.2.1 Agar tarikan maximal, selama traksi pasien harus tenang. 3.2.2 Tidak boleh menoleh kekiri atau kekanan 3.2.3 Tidak boleh bicara 3.2.4 Tidak meninggalkan pasien sebelum pasien merasa tarikan sudah
enak 3.2.5 Tunjukakan cara penggunaan tombol penghentian traksi untuk
keadaan darurat 3.2.6 Melakukan pengontrolan secara periodik saat berlangsungnya
traksi untuk melihat apakah pasien pusing, mual, sesak sehingga traksi perlu dihentikan
3.3 Dosis 3.3.1 Beban tarikan : 1/7 – 1/5 berat badan
3.3.2 Waktu : 10 – 15 menit
3.3.3 Pengulangan : Akut : 1 kali dalam sehari
3.3.4 Membaik : 1 kali dalam 1 – 2 hari
3.3.5 Seri : 1 seri : 10 kali
193 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.4 Mengakhiri Terapi Setelah selesai penarikan,traksi dilepas 3.4.1 Agar tidak pusing, pasien disarankan istirahat selama 1 –2 menit di
bed traksi.
3.4.2 Kembalikan peralatan ketempat semula.
IV. DOKUMEN TERKAIT
Tidak ada
V. LAMPIRAN
Tidak ada
VI. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
194 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 194 dari 2
Judul: Traksi Lumbal
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN
1.1 Traksi Lumbal adalah suatu metode pengobatan fisioterapi dengan menggunakan suatu tehnik penarikan untuk daerah lumbal
1.2 Type 1.2.1 Statik atau konstan
Diterapkan pada kondisi penekanan syaraf akut 1.2.2 Intermittent
Diterapkan pada kondisi penekanan syaraf kronik 1.3 Model Aplikasi
1.3.1 Mekanik 1.3.2 Manual 1.3.3 Posisional
1.4 Indikasi 1.4.1 Penekanan radix nervus spinalis lumbalis 1.4.2 Proses degenerasi discus intervertebralis lumbalis. 1.4.3 Proses calsificasi tendon, otot, ligamentum dan discus
1.5 Kontra Indikasi 1.5.1 Proses degeratif aktif yang melibatkan medula spinalis 1.5.2 Proses porose vertebrae dan costae, spinabifida occulta, hemi
vertebrae 1.5.3 Gangguan sistem vascularisasi intervertebrae lumbalis 1.5.4 Infeksi akut dan kronik vertebrae, ligamentum, otot dan syaraf. 1.5.5 Nyeri akut lokasi vertebrae lumbalis 1.5.6 Tanda-tanda keganasan masing-masing lokasi vertebrae. 1.5.7 Strain, sprain otot, tendon, ligamentum dan fractur vertebrae
lumbalis. 1.5.8 Kehamilan melibihi 4 bulan 1.5.9 Gangguan sistem traktus urinarius
LOGO
195 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
II. TUJUAN
Sebagai petunjuk dan menyeragamkan cara kerja fisioterapis untuk memberikan
pelayanan fisioterapi dengan modalitas traksi Lumbal
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan 3.1.1 Ukur tensi, nadi, berat badan untuk melihat kondisi pasien 3.1.2 Atur posisi pasien, tidur terlentang di bed traksi dengan bantal di
bawah kepala dan tungkai tersangga diatas stool, posisi hip flexi 30-450
3.1.3 Pasang lumbal belt dengan tepat, tidak tertekan dan tidak terlalu longgar di atas SIAS .
3.2 Pelaksanaan 3.2.1 Agar tarikan maximal, selama traksi pasien harus tenang. 3.2.2 Tidak meninggalkan pasien sebelum pasien merasa tarikan sudah
enak 3.2.3 Tunjukakan cara penggunaan tombol penghentian traksi Untuk
keadaan darurat 3.2.4 Melakukan pengontrolan secara periodik saat berlangsungnya
traksi untuk melihat apakah pasien pusing, mual, sesak sehingga traksi perlu dihentikan
3.2.5 Dosis 3.2.5.1 Beban tarikan : Mulai dari ½ berat badan 3.2.5.2 Waktu : 15 – 30 Menit 3.2.5.3 Pengulangan : Akut 1 kali dalam sehari
Membaik 1 kali dalam 1-2 hari 3.3 Mengakhiri Terapi
3.3.1 Setelah selesai penarikan, traksi dilepas 3.3.2 Pasien disarankan istirahat selama 1-2 menit di bed traksi agar
tidak pusing
IV. DOKUMEN TERKAIT
Tidak ada
V. LAMPIRAN
Tidak ada
VI. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
196 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 196 dari 2
Judul: Terapi inhalasi
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN
1.1 Terapi inhalasi adalah suatu cara pemberian obat-obatan dengan penghirupan, setelah obat-obat tersebut berubah menjadi partikel-partikel melalui cara aerosol, humidifikasi dan lain-lain.
1.2 Indikasi 1.2.1 Penyakit saluran napas bagian atas, akut maupun kronis seperti: 1.2.2 Rhinopharyngitis Sicca, Laryngitis Sicca 1.2.3 Acut Rhinopharyngitis, Laryngitis. 1.2.4 Rhenitis Allergica 1.2.5 Sinusitis 1.2.6 Penyakit saluran napas bagian bawah, akut maupun kronik.
Untuk kondisi Acut :1-3 kali sehari Untuk kondisi Kronik sekali sehari
3.3.4 1 Seri : 6 –10 kali
3.4 Mengakhiri Terapi. 3.4.1 Matikan mesin, pastikan tombol kembali ke posisi angka 0 3.4.2 Tidak membiarkan pasien memegang masker/mouth piece kecuali
dalam keadaan darurat. 3.4.3 Setelah terapi inhalasi selesai dilanjutkan dengan chest therapy
agar secret lebih banyak keluar dan expansi thorax lebih baik. 3.4.4 Untuk mencegah kontaminasi maka peralatan dibersihkan
kemudian di sterilkan.
IV. DOKUMEN TERKAIT
Tidak ada
V. LAMPIRAN
Tidak ada
VI. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
198 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 198 dari 3
Judul: Farafin bath / wax bath
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN
1.1 Parafin bath/wax bath adalah suatu pengobatan dengan menggunakan farafin.yang telah dicairkan
1.2 Indikasi 1.2.1 Skin contractur 1.2.2 Stiff Joint 1.2.3 Penyakit degenerasi sendi dengan inflamasi akut dari nodus
heberden’s 1.2.4 Scleroderma 1.2.5 Stadium awal dupuytren contracture 1.2.6 Post trauma tangan dengan skin contractur 1.2.7 Rheumatoid arthritis jari-jari.
1.3 Kontra Indikasi 1.2.8 Luka terbuka 1.2.9 Penyakit kulit menular 1.2.10 Penyakit kulit tidak menular 1.2.11 Trauma tangan yang parah (Multilating injuries) 1.2.12 Gangguan sensasi kulit (relatif) 1.2.13 Anggota yang menggunakan internal fixasi (relatif)
II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas farafin bath / wax bath.
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan 3.1.1 Siapkan parafin padat tujuh bagian atau empat karton Paraffin 3.1.2 Parafin minyak satu bagian atau sepuluh ons baby oil 3.1.3 Campurkan kedua bahan tersebut sehingga lebur menjadi satu
cairan dengan temperatur tidak lebih dari 1100 – 1300 F atau ( 510 - 540 C) dalam satu tempat yang kemudian dipanaskan diatas air yang mendidih ( double boiler ).
LOGO
199 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.1.4 Siapkan handuk tebal, kertas Parafin dan termometer lilin (candy thermometer) untuk membungkus parafin dan mengukur suhu.
3.2 Pelaksanaan 3.2.1 Periksa jari-jari tangan dan pergelangan tangan yang akan diobati
untuk mengetahui sensibilas kulit dar ruang gerak sendi, meliputi : 3.2.1.1 Sensibelitas kulit, 3.2.1.2 ROM jari dan tangan 3.2.1.3 Perhatikan luka terbuka
3.2.2 Bersihkan dan keringkan Keringat 3.2.3 Lepaskan perhiasan yang melekat aggota yang diobati, supaya tidak
konsentrasi panas 3.2.4 Dosis
3.2.4.1 Waktu : 15 - 30 menit 3.2.4.2 Pengulangan : 1 – 2 kali / hari 3.2.4.3 Seri : 1 Seri 10 kali
3.2.5 Metode 3.2.5.1 Parafin Dip : Dengan cara mencelupkan anggota yang
diobati dan kemudian mengangkatnya secara bergantian. 3.2.5.2 Parafin Immersion : Dengan cara merendam anggota yang 3.2.5.3 diobati. 3.2.5.4 Parafin Painting : Dengan cara memulaskan parafin pada
bagian tubuh yang diobati. 3.2.5.5 Parafin Warp : Dengan cara memulaskan parafin yang
diseling dengan melapiskan gass verban diatasnya secara bergantian pada daerah yang diobati.
3.2.5.6 Parafin Pouring : Dengan menuang parafin cair pada tubuh yang diobati.
3.2.6 Untuk mendapatkan efek streching dan pemanasan,celupakan anggota tubuh yang diobati kedalam bak parafin,setelah pasien dipersiapkan dengan baik. Apabila anggota yang dicelupkan kontraktur, diusahakan posisi peregangan kearah yang diharapkan sebelum dicelupkan kedalam bak sampai 6-12 kali celupan atau hingga ketebalan ¼ inchi. Pada akhir pengobatan segera angkat dan bungkus dengan kertas parafin, kemudian ditambah satu lapis handuk tebal untuk mempertahankan temperatur parafin. Pertahankan pembungkusan itu selama 10 – 20 menit , selanjutnya setelah waktu terlampaui lepaskan parafin yang biasanya mengeras dengan cara mengerakkan anggota tersebut hingga parafin terlepas . Setelah itu berikan massage dan latihan penambahan ruang gerak sendi.
3.2.7 Untuk parafin immersion, perendaman anggota tubuh dilakukan dengan 2 cara : 3.2.7.1 Melanjutkan parafin dip, dimana setelah lapisan – lapisan
parafin yang melekat telah mengeras, segera masukkan kembali kedalam bak parafin dan biarkan terendam selama 20-30 menit sampai parafin yang ada di kulit meleleh kembali.
3.2.7.2 Atau membungkus terlebih dahulu sendi yang mengalami kontraktur dalam posisi peregangan
200 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.3 Mengakhiri Terapi 3.3.1 Bersihkan area yang diobati 3.3.2 Perhatikan warna kulit 3.3.3 Kembalikan alat ketempat semula
IV. DOKUMEN TERKAIT
V. Tidak ada
VI. LAMPIRAN
Tidak ada
VII. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
201 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 201 dari 2
Judul: Massage
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN
1.1 Massage adalah salah satu bentuk modalitas fisioterapi dengan menggunakan tehnik pemijatan berupa gerusan melintang, tepukan, dorongan, ataupun tekanan pada jaringan lunak dengan tujuan untuk memperlancar sirkulasi darah, meningkatkan metabolisme tubuh, relaksasi dan untuk mengurangi nyeri.
1.2 Indikasi 1.2.1 Kondisi post trauma atau operasi sub acut dan kronik pada sisitem
musculosceletal. 1.2.2 Kondisi kekakuan sendi serta pengerasan, ketegangan,
peerlengketan dan pemendekan jaringan otot dan jaringan lain. 1.2.3 Keluhan nyeri, penekanan / penjepitan syaraf dan kelumpuhan
syaraf. 1.2.4 Kondisi kurang lancarnya peredaran darah dan limfe. 1.2.5 Kondisi kurang lancarnya pengeluaran sekresi pada saluran
pencernaan. 1.2.6 Kondisi kurang lancarnya pencernaan dan pembuangan.
1.3 Kontra Indikasi 1.3.1 Peradangan akut, trauma dan setelah operasi yang baru. 1.3.2 Kulit yang terluka. 1.3.3 Cidera musculosceletal ( fraktur, ruptur ) yang belum direposisi
atau belum pulih secara baik dan kuat. 1.3.4 Lokasi yang mengalami tanda – tanda keganasan. 1.3.5 Panas tinggi. 1.3.6 Kelainan jantung dan adanya haemoptoe ( tidak boleh dilakukan
tapotemen daerah thorax ) 1.3.7 Lokasi varices. 1.3.8 Daerah perut pada penderita dengan haematemesis. 1.3.9 Daerah perut pada wanita hamil atau haid.
202 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan terapi dengan Massage.
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan 3.1.1 Terapis melaksanakan assesment untuk mendapatkan masalah dan
menentukan program sehingga pelaksanaan lebih mencapai sasaran
3.1.2 Menentukan area terapi yang tepat agar terapi efektif 3.1.3 Pasien berbaring di di bed atau duduk di kursi dengan rilek. 3.1.4 Anggota yang akan di terapi bebas dari pakaian, disangga dengan
bantal, sedangkan bagian yang tidak diterapi ditutup dengan handuk.
3.1.5 Fisioterapis berdiri di samping bed / pasien 3.1.6 Untuk memudahkan massage dapat di tambahkan bahan pelicin
seperti salep, minyak atau bedak.
3.2 Pelaksanaan 3.2.1 Tehnik massage
3.2.1.1 Effleurage : untuk memperlancar aliran darah dan limfe
3.2.1.2 Friction : Menghancurkan perlengketan/ pengerasan jaringan lunak dan blokir nyeri diberikan pada akar – akar syaraf atau pada titik nyeri.
3.2.1.3 Petrissage : Terdiri dari kneading, wringing dan picking up. Berfungsi melemaskan dan mengulur otot / jaringan lunak, melancarkan peredaran darah di bagian yang lebih dalam dan metabolisme setempat. Membantu gerak pencernaan usus.
3.2.1.4 Tapotament : Terdiri dari hacking, clapping, beating dan pounding. Berguna untuk memberikan rangsangan / pacuan pada syaraf dan otot.
3.2.1.5 Bila dilakukan di daearah thorax bertujuan memperlancar gerak pencernaan dan pembuangan.
3.2.1.6 Waktu pelaksanaan sangat tergantung dari luasnya bagian yang diterapi, tebalnya jaringan tubuh dan tujuan terapi.
3.2.1.7 Kecepatan gerakan massage tegantung tujuannya. Gerakan yang cepat akan memacu sedangkan massage yang lambat sebagai efek penenang.
3.2.2 Dosis Waktu : 5 – 15 menit Pengulangan : Sub akut dan kondisi berat 1 kali / hari Kronik dan kondisi ringan 1 kali Seri : 1 seri 10 kali.
203 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.3 Mengakhiri Terapi 3.3.1 Bersihkan area yang diterapi. 3.3.2 Kembalikan peralatan ke tempat semula.
IV. DOKUMEN TERKAIT
Tidak ada
V. LAMPIRAN
Tidak ada
VI. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
204 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA TEMPOROMANDIBULAR (TMJ) DISC DYSFUNCTION SYNDROME
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN PELAYANAN FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Temporomandibular Disc Dysfunction Syndrome
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Temporomandibular Disc Dysfunction Syndrome
- Intervensi fisioterapi pada Temporomandibular Disc Dysfunction Syndrome
211 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga lengan - Paresthesia hingga ke tangan pada area dermatome - Posisi menetap dan gerak fleksi cervical meningkatkan nyeri dan
paresthesia - Ekstensi terasa lebih nyaman Inspeksi:
- Flat neck atau debíais Tes cepat:
- Gerak fleksi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga lengan/tangan
- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga lengan/tangan
Tes gerak aktif:
- Gerak fleksi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga lengan/tangan
- Gerak lain kadang positif Tes gerak pasif:
- Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak fleksi cervical. - Gerak ekstensi cervical terasa nyaman - Gerak lain kadang positif. Tes gerak isometric
- Negatif.
Tes khusus
- Compression test posisi fleksi nyeri dan paresthesia pada leher hingga lengan/tangan
- Traction test posisi ekstensi keluhan berkurang - Tes sensasi dijumpai hypoaesthesia/paresthesia area dermatome
tertentu - PACVP nyeri segmental
212 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana fisioterapi:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi:
- MWD cervical o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk
aktualitas rendah, waktu 10-12 menit. - Cervical traction
o Intermittent posisi lordosis beban 20-30% berat badan, periode traksi dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit
- Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie - Cervical collar untuk actualitas tinggi - Proper neck mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi
Evaluasi
- Nyeri, sensasi, ROM cervical.
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
Lampiran Juknis MWD
Juknis cervical traction
Mobilisasi nucleus
Juknis Mc Kenzie exercise
213 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA CERVICAL HEAD ACHE
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN PELAYANAN FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Cervical Head Ache
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal..
Kebijakan Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical head ache - Intervensi fisioterapi pada Cervical head ache
214 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri kepala satu sisi dan disertai kaku cervical - Nyeri meningkat pada posisi menetap kepala atau gerak cervical
tertentu dan berkurang bila disandarkan. - Nyeri meningkat bila stress atau otot leher tegang. Inspeksi:
- Posisi leher forward head position atau deviasi Tes cepat
- Gerak fleksi-ekstensi cervical nyeri meningkat - Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri kepala dan leher Tes gerak aktif
- Gerak fleksi atau ekstensi cervical nyeri kepala sampai leher - Gerak lateral fleksi dan rotasi kadang menimbulkan nyeri kepala sampai
leher Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak cervical. tertentu - Gerak cervical sebaliknya terasa nyaman Tes gerak isometric
- Nyeri tetapi setelah kontraksi isometric terasa nyaman.
Tes khusus
- Palpasi dijumpai hypertone otot cervical - Palapsi kadang dijumpai muscle taut band dan twisting - Traction test posisi netral keluhan berkurang - PACVP nyeri segmental Pemriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu - MRI dijumpai disc bulging hingga protrusi.
Diagnosis
Nyeri kepala dan cercical disertai paresthesia lengan disebabkan (arthrosis cervical C1-2 atau C2-3; atau oleh cervical instability; atau oleh myofascial syndrome)
215 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- MWD cervical o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk
aktualitas rendah, waktu 10-12 menit. - Massage otot cervical dengan strocking dan effleurage - Transverse friction pada trigger point - Transverse dan/atau longitudinal muscle stretching - Cervical traction
o Intermittent poaiai lordosis beban 20-30% berat badan, periode traksi dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit
217 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga interscpulae dan/atau lengan
- Nyeri leher sering disertai kaku - Nyeri meningkat pada gerak cervical ekstensi Inspeksi:
- Flat neck atau forward head position Tes cepat
- Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi nyeri cervical
- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri kadang hingga interscapular atau lengan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan kaku pada gerak aktif cervical terutama ekstensi. Tes gerak pasif
- Gerak ekstensi nyeri dan ROM terbatas dengan hard end feel, - Gerak lain normal atau nyeri ringan. Tes gerak isometric
- Gerak isometric kadang nyeri Tes khusus
- Compression test posisi fleksi nyeri menyebar - Joint play movement lateral gapping test terbatas ringan elastic end feel. - Tes dengan PACVP nyeri segmental. Pemriksaan lain
- ‘X’ ray normal atau dijumpai osteofit tepi corpus dan/atau facets
Diagnosis
- Nyeri pseudo radikuler cercical menyebar ke interscapular/lengan disebabkan karena cervical facet iritation
218 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- US atau SWD atau MWD atau cervical o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12
menit. - Contract relax stretching ekstensor cervical - Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi cervical tegak - Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak
Evaluasi
- Nyeri, dan ROM .
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
Lampiran Asesmen cervical spine
US
MWD/SWD
Contract relax stretching
219 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA CERVICAL INSTABILITY
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN PELAYANAN FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Cervical Instability
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal
Kebijakan Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical disc dysfunction - Intervensi fisioterapi pada Cervical disc dysfunction
220 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga kepala dan/atau lengan - Paresthesia hingga ke kepala dan/atau tangan - Clicking pada gerak cervical tertentu - Nyeri/paresthesia meningkat pada gerak tertentu cervical Inspeksi:
- Flat neck atau deviasi Tes cepat
- Gerak fleksi atau cervical terjadi clicking sering disertai nyeri dan paresthesia pada leher hingga lengan/tangan
- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga lengan/tangan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan kaku pada satu atau lebih gerak aktif cervical disertau bunyi klik.
- Kadang disertai nyeri yang menyebar ke kepala dan/atau tangan Tes gerak pasif
- Nyeri dan ROM lebih besar dari normal dengan empty end feel, sering .satu atau lebih gerak pasif cervical terbatas dengan springy end feel
- Keterbatasan gerak non capsular pattern. Tes gerak isometric
- Nyeri pada gerak isometric - Nyeri berkurang pasca gerak isometrik Tes khusus
- Joint play movement satu atau lebih terjadi ROM lebih besar dari normal dengan springy end feel.
- Tes dengan PACVP nyeri segmental. Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu - MRI dijumpai lysthesis atau kadang tidak khas.
Diagnosis
- Nyeri radikuler cercical ke kepala dan/atau lengan disertai paresthesia lengan disebabkan karena cervical instability
221 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana fisioterapi
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- MWD cervical o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk
aktualitas rendah, waktu 10-12 menit. - Cervical collar untuk jenis rigid atau semi rigid - Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi cervical tegak - Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak
Evaluasi
- Nyeri, sensasi, stabilisasi aktif cervical.
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada RS
Lampiran Asesmen
MWD
Active stabilization exc
222 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA SPONDYLOSIS DEF / SPONDYLOARTHROSIS CERVICALIS (S.A.C)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN PELAYANAN FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses asuhan fisioterapi yang diterapkan pada Spondylosis Def / S.A.C
Tujuan Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Spondylosis Def / S.A.C
Kebijakan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal
Prosedur Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Spondyloarthrosis cervicalis - Intervensi fisioterapi pada Spondyloarthrosis cervicalis
223 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Morning sickness dan Start pain - Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga interscapulae dan/atau
lengan - Nyeri leher disertai kaku leher - Nyeri/paresthesia meningkat pada gerak cervical ekstensi Inspeksi:
- Flat neck atau Lordosis atau deviasi Tes cepat
- Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi nyeri cervical menyebar hingga intersccapular atau lengan
- Gerak ekstensi 3 dimensi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga interscapular atau lengan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan kaku pada gerak aktif cervical terutama ekstensi. Tes gerak pasif
- Nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel, sering terasa crepitasi - Keterbatasan gerak dalam capsular pattern. Tes gerak isometric
- Gerak isometric kadang nyeri - Nyeri berkurang pasca gerak isometrik Tes khusus
- Compression test posisi ekstensi nyeri menyebar - Joint play movement lateral gapping test atau 3 dimentional flexion
terbatas firm end feel. - Tes dengan PACVP nyeri segmental. Pemriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai osteofit tepi corpus dan/atau facets - MRI dijumpai osteofif.
Diagnosis
- Nyeri pseudo radikuler cercical menyebar ke interscapular/lengan disebabkan karena cervical spondylo arthrosis (disertai capsular patern).
224 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- US atau SWD atau MWD atau .... cervical o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12
menit. - Cervical traction posisi fleksi beban 20-33% BB 15-20 menit - Cervical collar soft atau semi rigid untuk actualitas tinggi - Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi cervical tegak - Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak
Evaluasi
- Nyeri, dan ROM .
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
Lampiran Asesmen
Cervical traction
US / SWD / MWD
225 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA LUMBAR DISC BULGING/HNP
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN PELAYANAN FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada lumbar disc bulging/HNP
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Lumbar disc bulging/HNP - Intervensi fisioterapi pada Lumbar disc bulging/HNP
226 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
Anamnesis:
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada Lumbar spine menyebar samapi ke kaki - Paresthesia hingga kekaki pada area dermatome L5-S1 - Posisi duduk lama, jongkok; gerak fleksi lumbale meningkatkan nyeri
dan paresthesia Inspeksi:
- Posisi lumbale scoliosis
Tes cepat:
- Gerak fleksi lumbale nyeri dan paresthesia pada tungkai-kaki Tes gerak aktif:
- Gerak fleksi lumbale nyeri dan paresthesia hingga tungkai belakang-kaki
- Gerak lain kadang positif Tes gerak pasif:
- Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak fleksi lumbale. - Gerak ekstensi lumbale terasa nyaman - Gerak lain kadang nyeri Tes gerak isometric
- Kadang ekstensi ibu jari kaki lemah.
Tes khusus
- Palpasi teraba otot para vertebrale spasm - Lasegue sign positif, bragard test positif - Compression test posisi fleksi nyeri dan paresthesia hingga kaki - Traction test posisi ekstensi keluhan berkurang - Tes sensasi dijumpai hypoaesthesia/paresthesia area dermatome
tertentu Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai flat back - MRI dijumpai disc bulging hingga protrusi.
Diagnosis
- Nyeri radikuler cercical disertai paresthesia lengan disebabkan karena disc bulging/ HNP lumbale segment
227 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana fisioterapi:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi:
- SWD/MWD lumbale o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk
aktualitas rendah, waktu 10-12 menit. - Lumbale traction
o Intermittent poaiai lordosis beban 40-60% berat badan, periode traksi dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit
- Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie - Lumbar corset untuk actualitas tinggi - Proper body mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi dan lifting
technique
Evaluasi
- Nyeri, sensasi, ROM lumbale.
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
Lampiran Asesmen
Lumbar traction
Terapi latihan Mc Kenzie
Proper body mechanic, lifting technique
228 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA LUMBAR SPONDYLOARTHROSIS
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN PELAYANAN FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Spondyloarthrosis Lumbalis
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Spondyloarthrosis lumbalis - Intervensi fisioterapi pada Spondyloarthrosis lumbalis
229 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Morning sickness dan Start pain - Nyeri jenis ngilu/pegal pada lumbale kadang hingga kelakang paha - Nyeri lelumbale disertai kaku - Nyeri/paresthesia meningkat pada gerak ekstensi lumbale Inspeksi:
- Lumbale lordosis atau flat back Tes cepat
- Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi nyeri lumbale
Tes gerak aktif
- Nyeri dan kaku pada gerak aktif lumbale terutama ekstensi. Tes gerak pasif
- Nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel, sering terasa crepitasi - Keterbatasan gerak dalam capsular pattern. Tes gerak isometric
- Gerak isometric negative atau kadang nyeri Tes khusus
- Compression test posisi fleksi nyeri - Gapping test terbatas firm end feel. - Tes dengan PACVP nyeri segmental. Pemriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai osteofit tepi corpus dan/atau facets - MRI dijumpai osteofit.
230 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- US atau SWD atau MWD atau cervical o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12
menit. - Lumbar traction posisi fleksi beban 40-60% BB 15-20 menit - Lumbar corset untuk actualitas tinggi - Williams flexion exercise - Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi lumbaletegak - Proper neck mechanic pada posisi flat back
Evaluasi
- Nyeri, dan ROM .
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
Lampiran Asesmen
Lumbar traction
Terapi latihan Williams flexion exercise
Proper body mechanic, lifting technique
231 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA LUMBAR SPONDYLOLYSTHESIS
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN PELAYANAN FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada lumbar Spondylolysthesis
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Spondylolysthesis lumbalis - Intervensi fisioterapi pada Spondylolysthesis lumbalis
235 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Punggung asimetri punggung (scapula) menonjol satu sisi - Diketahui secara tidak sengaja oleh orang tuanya - Tidak diketahui sebabnya Inspeksi:
- Asimetri dan rib hump, atau pelvis torsion Tes cepat
- Fleksi punggung tampak rib hump Tes gerak aktif
- Gerak lateral fleksi kekanan terbatas pada T8 tetap melengkung kekiri atau hanya tegak
- Gerak lateral fleksi kekiri lebih besar Tes gerak pasif
- Gerak lateral fleksi kekanan terbatas pada T8 terbatas dengan firm end feel
- Gerak lateral fleksi kekiri pada T8 ROM lebih besar dari normal dengan end feel elastik
Tes gerak isometric
- Negatif
Tes khusus
- Fleksi dijumpai ribs hump kanan - Asimetri pelvis (pelvic torsion) terhadap plumb line yang ditempatkan
pada kolumna vertebrali - Pengukuran panjang kaki dijumpai leg discrepancy - LPAVP dijumpai keterbatasan dengan firm end feel - Gapping test T7-8-9 terbatas dengan firm end feel Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu - Pengukuran ‘cobb angle’
Diagnosis:
- Gangguan posture tubuh bidang frontal akibat scoliosis idiopathic
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
236 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi:
- MWD thoracal o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk
aktualitas rendah, waktu 10-12 menit. - Latihan mobilisasi dengan metode crawl exercise - Latihan stabilisasi dengan bugnet exercise - TLSO atau Boston brace
Evaluasi
- Nyeri, Cobb angle
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
Lampiran Asesmen
Juknis clawl exercise, bugnet exercise
Juknis mobilsasi segmental thoracal
237 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA THORACIC HYPOMOBILITY SYNDROME
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN PELAYANAN FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Thoracic Hypomobility Syndrome
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus thoracic hypomobility syndrome
- Intervensi fisioterapi pada thoracic hypomobility syndrome
238 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi:
Anamnesis:
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada punggung atas, interscapular hingga satu sisi dada
- Nyeri meningkat pada ekstensi thoracal atau inspirasi dalam. Inspeksi:
- Kifosis thoracalis atau round back
Tes cepat:
- Gerak ekstensi thoracal nyeri hingga dada Tes gerak aktif:
- Gerak ekstensi thoracal nyeri hingga dada - Gerak lain kadang nyeri Tes gerak pasif:
- Gerak ekstensi thoracal nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel - Gerak lain kadang nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel Tes gerak isometric:
- Negatif.
Tes khusus:
- PACVP nyeri punggung hingga ke dada - LPAVP nyeri punggung hingga ke dada - Segmental gapping test thoracal nyeri, terbatas dan firm end feel Pemriksaan lain:
- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu Diagnosis:
- Nyeri punggung atas hingga dada dengan hypeomobility thoracal (missal T8-9) disebabkan (missal kifosis atau round back)
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
239 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi:
- US - MWD thoracal
o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Joint mobilzation teknik PACVP LPAVP - Gapping manipulation 3 dimensi ekstensi - Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie - Proper back mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi
Evaluasi:
- Nyeri, JPM, dan ROM thoracall.
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
241 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri jenis pegal menyebar dalam pola segmental/vegetatif - Nyeri meningkat regangan pada otot yang bersangkutan - Nyeri meningkat kontraksi pada otot yang bersangkutan Inspeksi:
- Tidak khas
Tes cepat
- Tergantung regio yang terkena Tes gerak aktif
- Tergantung regio yang terkena Tes gerak pasif
- Tergantung regio yang terkena
Tes gerak isometric
- Tergantung regio yang terkena
Tes khusus
- Palpasi: trigger point, pada taut band dan twisting, nyeri menyebar. - Stretch test. Pemeriksaan lain
-.-
Diagnosis:
Nyeri muscular menyebar ke …… disebabkan oleh myo fascial trigger point.
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
242 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
- US: o Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi o Dosis 2 – 2.5 watt/cm2 waktu 2-3 menit
- Transverse friction Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi - Stretching otot yang bersangkuta
Evaluasi
- Nyeri.
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
Lampiran Juknis assesmen
Juknis US
Juknis Transverse friction
Juknis stretching
243 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA THORACIC (COMPRESSION) OUTLET SYNDROME : SCALENUS SYNDROME
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN PELAYANAN FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Thoracic (Compression) Outlet Syndrome : Scalenus Syndrome
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal
Kebijakan Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Thoracic (Compression) Outlet Syndrome : Scalenus Syndrome
244 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada leer-pundak depan hingga lengan - Nyeri meningkat pada posisi lengan kebawah disertai depresi - Nyeri berkurang bila lengan abduksi Inspeksi:
- Forward head position - Posisi bahu-lengan depresi Tes cepat
- Tidak spesifik - Abduksi elevasi kadang nyeri Tes gerak aktif
- Negatif Tes gerak pasif
- Negatif Tes gerak isometric
- Negatif Tes khusus
- Adson’s test positif - Palpasi scalenus nyeri semutan hingga ke Joint play movement lateral
gapping tangan Pemriksaan lain
- ‘X’ ray normal Diagnosis
- Nyeri dan semutan leher-pundak hinga lengan disebabkan oleh entrapmen pleksus bracialis akibat scalenus contractur
- Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
245 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
- MWD pada m.scalenus o MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Contract relax stretching m. scalenus anterior/posterior - Postural correction (retraksi leher) - Home program: stretching.
Evaluasi
- Nyeri, dan ROM
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
247 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
rosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
- Nyeri dan atau semutang ke lengan. - Terutama bila tidur miring kesisi sakit atau tertindih - Saat gerakan mengangkat lengan penuh kesemutan bila di turunkan
hilang. Tes cepat:
- Abdukasi elevasi shoulder penuh timbul semutan/nyeri langan. Tes gerak aktif:
- Abduksi penuh timbul nyeri/paresthesia - Gerak lain negatif
Tes gerak pasif:
- Abduksi penuh timbul nyeri/paresthesia dengan springy end feel - Gerak lain negatif Tes gerak isometrik
Tes khusus:
- hiperabduction test. Pemeriksaan lain
- EMG ditemukan entrapmen setinggi pectoralis minor
Diagnosis
- Nyeri dan semutan leher-pundak hinga lengan disebabkan oleh entrapmen pleksus bracialis akibat pectoralis minor contractur
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
248 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi :
- MWD pada m pecroralis minor. o MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Contract relax stretching m. pectoralis minor - Home program : stretching.
Evaluasi:
- nyeri dan ROM
Dokumentasi:
- Rekam medik Rumah Sakit .....
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
Lampiran Asesmen
MWD
Contract rela stretching
249 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA SHOULDER HAND SYNDROME
(SCALENUS SYNDROME)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN PELAYANAN FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Shoulder Hand Syndrome
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal
Kebijakan Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Shoulder Hand Syndrome - Intervensi fisioterapi pada Shoulder Hand Syndrome
250 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada punggung atas, interscapular hingga satu sisi dada
- Nyeri meningkat pada ekstensi thoracal atau inspirasi dalam Inspeksi:
- Nyeri dan kaku sendi bahu dengan nyeri-kaku dan bengkak tangan.
Tes cepat:
- Abduksi elevasi bahu dijumpai reverse scapulohumeral rhythm - Fleksi-ekstensi tangan dan jari ROM terbats Tes gerak aktif:
- Semua gerak glenohumeral nyeri dan ROM aktif trbatas - Gerak aktif Fleksi-ekstensi tangan dan jari ROM terbatas Tes gerak pasif:
- Gerak rotasi eksternal, gerak abduksi, dan rotasi internal sendi glenohumeralis terbatas dengan firm end feel
- Keterbatasan ROM glenohumeral dalam capsular pattern - Gerak aktif Fleksi-ekstensi tangan dan jari ROM terbatas dengan firm
end feel Tes gerak isometric:
- Tidak ada perubahan yang khas
Tes khusus:
- Palpasi kulit dijumpai kulit dingin dan lembab. - Joint play movement sendi glenohumeral nyeri, terbatas dan firm end
feel. - Joint play movement sendi radio carpal dan interplalangea nyeri,
terbatas dan firm end feel - Sensoric test: hyperaealgesia bahu/tangan, Pemeriksaan lain
- ‘X’ ray bahu tidak jelas ada kelainan tetapi kadang dijumpai atrophy/osteoporosis tulang glenohumeral
Diagnosis
- Nyeri, kaku dan bengkak bahu dan tangan akibat shoulde hand syndrome
251 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
Intervensi
- SWD segmental application thoracal – anterior shoulder: Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- TENS jenis arus monophase burst dengan segmental application cervical – thoracal, internsitas maksimal dapat ditoleransi, waktu 20-30 menit.
- Joint mobilization glenohumeral joint pada MLPP dan semua pembatasan ROM.
- Joint mobilization wrist and fingers pada MLPP dan semua pembatasan ROM
- Active mobilization exc.dan pumping exc tangan-jari. Evaluasi
- Nyeri, sensasi, oedeme dan ROM glenohumeral joint, ROM wrist and fingers
Dokumentasi
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
253 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Saat gerakan mengangkat lengan kesemutan bila di turunkan hilang.
Tes cepat abdukasi elevasi shoulder
Tes gerak aktif abduksi, elevasi
Tes gerak pasif abduksi elevasi
Tes gerak isometrik
Tes khusus hiperabduction test.
Pemeriksaan lain
Diagnosis
- Nyeri dan semutan leher-pundak hinga lengan disebabkan oleh entrapmen pleksus bracialis akibat pectoralis minor contractu
Rencana tindakan
- Intervensi : MWD pada m pecroralis minor. o MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.
- Contract relax stretching m. pectoralis minor - Home program : stretching.
Evaluasi nyeri dan ROM
Dokumentasi Rekam medik Rumah Sakit
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
Lampiran Asesmen
MWD
Contract relax
254 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA TENDOPATHY M. SUPRASPINATUS
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN PELAYANAN FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Tendopathy M. Supraspinatus
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Tendopathy M. Supraspinatus
- Intervensi fisioterapi pada Tendopathy M. Supraspinatus
Kontra indikasi :
- Fraktur - Dislocation - Neoplasma
255 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis pegal pada lengan atas bag lateral - Nyeri meningkat ketika angkat lengan - Tidak jelas sebab-sebabnya Tes cepat
- Abduksi elevasi: ’Painful arc’ Tes gerak aktif
- Gerak abduksi nyeri, gerak lain negatif
Tes gerak pasif
- Tak ada kelainan
Tes gerak isometric
- Abduksi isometric melawan tahanan - Gerak lain +/- Tes khusus
- Palpasi posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi. - Isometric abd under caudal traction Pemriksaan lain
- --
Dagnosis
Nyeri bahu lateral sampai lengan atas leteral disebabkan oleh tendonitis m. supraspinatus
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
256 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
- US: o Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi o Dosis 1.5 – 2 watt/cm2 waktu 2-3 menit
- Transverse friction Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi - Stretching m. supraspinatus - Codmann pendular exercise
Evaluasi
- Nyeri dan scapula humeral rhythm.
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
Lampiran Juknis assesmen
Juknis US
Juknis Transverse friction
Juknis stretching
Juknis Codmann pendular exercise
257 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 257 dari 2
Judul: Terapi Latihan pada Tennis Elbow
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN Terapi latihan adalah modalitas fisioterapi berupa tehnik latihan yang bertujuan untuk mengembangkan, meningkatkan, memperbaiki dan memelihara: kekuatan, daya tahan, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, relaksasi, koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional Tennis Elbow adalah nyeri yang terjadi pada tendon ekstensor wrist sepanjang lateral epicondyle dan radiohumeral joint. Paling sering terjadi pada musculotendinous junction dari otot ekstensor carpi radialis brevis.
II. TUJUAN Sebagai pedoman bagi fisioterapi dalam memberikan penanganan pasien dengan kondisi tennis elbow
III. PROSEDUR 3.1 Pengkajian
3.1.1 Melakukan pemeriksaan awal mengacu pada SPO pemeriksaan fisioterapi
3.1.2 Semua hasil yang didapat dalam pengkajian dicatat dalam lembar pemeriksaan fisioterapi
3.2 Pelaksanaan 3.2.1 Stadium acut
3.2.1.1 Untuk mengontrol nyeri, bengkak dan spasme diberikan kompres es, istirahat dan anjuran untuk tidak melakukan gerakan menggenggam secara berulang
3.2.1.2 Untuk memelihara soft tissue dan mobilitas sendi diberikan latihan gerak fleksi dan ekstensi wrist dalam batas toleransi
3.2.1.3 Untuk memelihara integritas fungsi upper ektremitas dilakukan gerak aktif sesuai bidang gerak sendi
3.2.2 Stadium sub acute atau kronik 3.2.2.1 Tehnik aktif inhibisi pada otot ektensor carpi radialis
brevis 3.2.2.2 Tehnik self-stretching pada grup otot ekstensor
258 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.2.2.3 Cross-fiber massage pada tendo ektensor carpi radialis 3.2.2.4 Latihan isometrik dalam batas rasa nyeri 3.2.2.5 Progressive resistance exercises
3.2.3 Frekuensi 3.2.3.1 2-3 kali seminggu
3.3 Mengakhiri terapi 3.3.1 Evaluasi 3.3.2 Follow-Up/referral 3.3.3 Home program dan edukasi
IV. DOKUMEN TERKAIT Tidak ada
V. LAMPIRAN Tidak ada
VI. DAFTAR DISTRIBUSI 6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
259 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA ARTHRITIS DISTAL RADIOULNAR JOINT
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Arthritis Distal Radioulnar Joint
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal..
Kebijakan Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Arthritis Distal Radioulnar - Intervensi fisioterapi pada Arthritis Distal Radioulnar
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
261 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
- Pada kondisi acute aktualitas tinggi diberikan RICE o Es diberikan hingga 36 jam sesudah trauma secara intermittent tiap 5
menit. o Elastic bandage diaplikasikan pada posisi tangan sedikit dorsal fleksi
- US: o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-2
watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit. - Joint mobilization o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP o Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi
- Free active mobilization exercise o Pronas-supinasi
- Kemungkinan splinting -
Evaluasi
- Nyeri, ROM dan fungsi tangan.
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
263 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada pergelangan tangan kadang tangan - Morning sickness dan start pain - Gerak pronasi dan supinasi terbatas dan crepitasi Inspeksi:
- Posisi sendi radioulnaris MLPP - ADL: tampak kaku Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak pronasi dan supinasi terbatas dan crepitasi
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas pada gerak pronasi dan supinasi terbatas dan crepitasi
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak gerak pronasi dan supinasi lenngan bawah dimana pronasi dan supinasi sama terbatas dengan end feel firm
Tes gerak isometric
- Tidak ditemukan gangguan khas Tes khusus
- JPM test translasi pronasi dan supinasi timbul nyeri, terbatas denngan firm end feel
Pemeriksaan lain
- X ray: penyempitan sela sendi; penebalan tulang subchondrale; osteophyte.
Diagnosis:
- Capsular pattern radioulanar joint secondary to arthrosis carpalia Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
264 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
- US: o US under water sontinous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi
dan 1.5-2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit. - Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP o Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi
- Free active mobilization exercise o Pronas-supinasi
- Kemungkinan splinting
Evaluasi
- Nyeri, ROM dan fungsi tangan
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
275 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Waktu intervensi US 5-7 menit, kronis 1x1 hari atau 1x2 hari (selama12 sampai 18 hari)
- Dosis streching 8 detik, di ulang 8-10 kali. - Friction 30 kali
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Rasa nyeri pada jari ketiga atau ke empat saat ditekuk mengunci dan kembali lurus dan berbunyi,
- Nyeri pada setinggi caput metacarpal Inspeksi:
- Tidak khas Tes cepat
- tes fleksi jari2 dan ekstensikan (jari ketinggalan) Tes gerak aktif:
- Pada gerak fleksi jari III/IV nyeri pada akhir ROM dan bila di ekstensikan bunyi klik dan nyeri
- Gerak sendi lain normal Tes gerak pasif:
- Terdapat nyeri saat fleksi jari yang bersangkutan penuh. - Saat ekstensi jari bunyi klik dan nyeri. Tes gerak isometric
- Gerak fleksi jari yang bersangkutan terdapat nyeri - Gerak lain negatif Tes khusus
- Palpasi pada caput metacarpal III atau IV teraba benjolan nyeri. - Bila dalam palpasi bersamaan digerakkan fleksi penuh dan ekstensi
teraba benjolan yang bergerak. Pemriksaan lain
- --
Diagnosis
- Nyeri gerak pada jari ke tiga (atau keempat) karena Tendovaginitis Stenosis flexor digitorum profundus.
Rencana tindakan
- penjelasan tentang patology, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi, dan hasil yang di harapkan.
- Persetujuan pasien - Perencanaan intervensi.
276 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
- US : o US under water continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk
aktualitas rendah. o Parafin bath 5 menit
- Streching pada jari ke tiga (keempat) ke arah ekstensi penuh dengan pergelangan tangan ekstensi
- Transfer Friction jari ke tiga (di selubung tendon)
Evaluasi
- Nyeri dan ROM
Dokumentasi:
Rekam Fisioterapi dan rekam medis RS
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskuloskeletal
Lampiran Asesmen,
US,
parafin,
stretching.
277 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA DORSAL INTERCARPAL LIG. OVERSTRETCH
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Dorsal Intercarpal Lig.
Overstretch
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Dorsal Intercarpal Lig. Overstretch
- Intervensi fisioterapi pada Dorsal Intercarpal Lig. Overstretch Kontra indikasi :
- Fraktur - Dislocation - Neoplasma
278 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis pegal pada pergelangan tangan dan tangan - Disertai gerak terbatas - Pada fase akut : - Tumor, Rubor, Dolor, Calor, Fungsiolacia Inspeksi
- Tak tampak kelainan Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tangan dan fleksi, ekstensi adduksi dan abduksi jari-jari tangan.
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tangan dan fleksi, ekstensi adduksi dan abduksi jari-jari tangan.
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas palmar-dorsal flexion pergelangan tangan dan fleksi, ekstensi adduksi dan abduksi jari-jari tangan.
Tes gerak isometric
- Tak jelas kelainan Tes khusus
- Finkelstein test positif - Stretch test lig. Intercarpalia - JPM intercarpal terbatas firm end feel Pemriksaan lain
- Palpasi Diagnosis
- Nyeri dan keterbatasan sendi pergelangan tangan dan tangan Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
279 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
- RICE ( fase akut ) - MWD ( Sub Akut dan Kronis) - Active mobilization exercise
Evaluasi
- Nyeri,ROM
Dokumentasi
Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS…
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
Lampiran Juknis assesmen
Juknis RICE
Juknis Active mobilization exercise
280 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA ARTHROSIS CARPALIA
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
……………..
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Arthrosis Carpalia
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, parupurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Arthrosis carpalia - Intervensi fisioterapi pada Arthrosis carpalia
281 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada pergelangan tangan dan tangan - Morning sickness dan start pain - Gerak terbatas dan crepitasi Inspeksi:
- Posisi tangan MLPP - Gerak hand dexterity kaku. Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tangan
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tangan
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tangan dimana dorsal flexion lebih terbatas dari palmar flexion dengan end feel firm.
Tes gerak isometric
- Tidak ditemukan gangguan khas
Tes khusus
- Palpasi tangan sering teraba oedeme - JPM test palmar dan dorsal flexion timbul nyeri, terbatas denngan firm
end feel Pemeriksaan lain
- X ray: penyempitan sela sendi; penebalan tulang subchondrale; osteophyte.
Diagnosis
- Capsular pattern wrist joint secondary to arthrosis carpalia Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
282 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
- US: o US under awter continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas
tinggi dan 1.5-2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit. - Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP o Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi
- Free active mobilization exercise o Pronasi-supinasi
- Kemungkinan splinting
Evaluasi
- Nyeri, ROM dan fungsi tangan.
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
284 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur
Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu/pegal pada hip joint - Morning sickness dan start pain - Gerak terbatas dan crepitasi Tes cepat
- Nyeri dan terbatas pada semua arah gerakan hip joint
Tes gerak aktif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak hip joint Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak hip joint - internal rotasi, adduksi, fleksi hip joint, firm end feel. Tes gerak isometric
- Tidak ditemukan gangguan khas
Tes khusus
- JPM test internal rotasi, adduksi, fleksi hip joint, firm end feel.
Pemeriksaan lain
- X ray: penyempitan sela sendi; penebalan tulang subchondrale;
osteophyte.
Diagnosis
- Capsular pattern hip joint secondary to Osteoarthrosis Hip joint
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap o
285 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
- US: o Continous dosis 1-1,5 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 2 -2,5
watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit. - Joint mobilization
o Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPP - Translasi pada pembatasan internal rotasi, adduksi, fleksi hip joint,. - Active mobilization exercise Semua arah gerakan hip
Evaluasi
- Nyeri, ROM dan fungsi tangan.
Dokumentasi:
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
Lampiran Juknis asesmen
Juknis US
Juknis joint mobilization
Juknis mobilisasi sendi aktif
286 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 286 dari 2
Judul: Fisioterapi pada Post Op – AMP
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN Adalah jenis tindakan operasi yang dilakukan pada subcapital caput femur karena fraktur atau adanya degenerasi caput femur karena suatu penyakit keadaan acetabulum relative normal dengan pemasangan bipolar prosthesis 1.1 Indikasi
1.1.1 Subcapital fraktur caput femur 1.1.2 Nyeri sendi hip, degenerasi caput femur dan adanya deformitas
1.2 Kontra Indikasi 1.2.1 Hari ke-1 sampai ke-5 tidak boleh dilakukan fleksi hip lebih 45 dan
adduksi 1.2.2 Tidak dianjurkan pasien duduk di kursi yang rendah atau terlalu
lembek 1.2.3 Kaki tidak boleh disilangkan ( adduksi ).
II. TUJUAN Sebagai pedoman bagi fisioterapi untuk memberikan progam latihan pada kondisi sesudah operasi AMP baik saat rawat inap ataupun rawat jalan
III. PROSEDUR 3.1 Imobilisasi
Sesudah operasi pasien tidur posisi telentang dengan posisi tungkai yang di operasi posisi lurus dan rotasi netral
3.2 Fase proteksi maksimal 3.2.1 Sesegera mungkin diberikan deep breathing, coughing dan ankle
pumping exercise untuk mencegah terjadinya komplikasi pulmunal dan vaskulair
3.2.2 Latihan anggota gerak yang sehat untuk memelihara kekuatan dan fleksibilitas otot
3.2.3 Latihan pain-free isometric untuk mencegah atropi otot tungkai yang di operasi
3.2.4 Latihan aktif atau assisted untuk memelihara gerak sendi dan jaringan lunak
3.2.5 Hari ke 3 sesudah operasi latihan duduk di bed atau kursi dengan posisi sendi hip tidak boleh fleksi lebih dari 45 dan posisi hip sedikit abduksi
3.2.6 Latihan jalan di parallel bar, walker atau kruk
287 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.3 Fase proteksi sedang 3.3.1 Pada pemasangan prostese cemented latihan weight bearing dapat
dilakukan lebih awal 3.3.2 Pada trochanteric osteotomy latihan weight bearing dapat
dilakukan pada minggu ke 8 sampai minggu ke 12 3.3.3 Latihan aktif ROM secara bertahap, fleksi hip tidak boleh lebih 900 3.3.4 Untuk meningkatkan control neuromuscular hip diberikan latihan
penguatan dengan gerak aktif dan SLR 3.3.5 Latihan closed-chain sambil berdiri di parallel bar atau walker 3.3.6 Fase proteksi minimal dan pengembalian fungsi 3.3.7 Latihan penguatan otot-otot ekstensor dan abduksi hip untuk
ambulasi, latihan open-close chain 3.3.8 Latihan ambulasi di tingkatkan dari walker ke kruk atau tongkat
paling lambat minggu ke 12 sesudah operasi 3.3.9 Latihan peningkatan daya tahan dengan stationary bicycle dengan
posisi tempat duduk ditinggikan untuk mencegah fleksi hip yang berlebihan
IV. DOKUMEN TERKAIT Tidak ada
V. LAMPIRAN Tidak ada
VI. DAFTAR DISTRIBUSI 6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Manajer Keperawatan 6.4 Kepala Bagian Keterapian Fisik
288 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHROSIS TIBIOFEMORAL JOINT
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Osteroarthrosis tibiofemoral
joint
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pada kasus Osteroarthrosis tibiofemoral joint
- Intervensi fisioterapi pada Osteroarthrosis tibiofemoral joint
292 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendh dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri berjalan - Deformitas kearah genu valgus Inspeksi:
- tidak tampak kelainan local. Perhatikan Q angle/genu valgus
Tes cepat
- gerakan flexi dan ekstensi terjadi painfull arc
Tes gerak aktif
- flexi dan ekstensi
Tes gerak pasif
- flexi dan ekstensi
Tes gerak isometric
- Gerak isometric ekstensi lutut nyeri
Tes khusus
- Palpasi : nyeri tekan pada condylus lateral dan medial - Joint play movement MLPP kompresi diatas patella posisi lutut ekstensi
dan semi fleksi. - Pengukuran Q angle dan genu valgus. - Tes kekuatan m. Vastus medialis. Pemeriksaan lain
- ’X’ ray intuk melihat OA sendi patellofemoralis
Diagnosis:
- Nyeri pada patella disebabkan oleh chondromalacia Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
293 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
- US pada tepi patella dengan cara mendorong patella ke lateral dan medial
o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah - MWD/SWD
o SWD intermiten selama 10 – 12 menit - Transverse friction dengan cara mendorong patella ke lateral dan
medial - Strengthening exercise m. Vastus medialis pada posisi lutut gerak akhir
ekstensi Medial arc support (corect shoes)
Evaluasi
- Nyeri, JPM dan ROM .
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
Lampiran Juknis US,
SWD
Tranverse friction
Medial arc support
294 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA KNEE INSTABILITASI
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah :Ketidakstabilan knee
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus knee instability - Intervensi fisioterapi pada knee instability
Kontra indikasi :
- Fraktur - Dislocation - Neoplasma
- Osteoporosis
295 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi - Keluhan nyeri pada saat aktivitas. Inspelsi:
- Kadang tampak genu valgus/varus
Tes cepat
- Hiper mobility pada knee joint.
Tes gerak aktif
- Terjadi nyeri pada saat hiper extensi knee joint atau fleksi penuh. - Internal rotasi dan external rotasi tidak terjadi nyeri Tes gerak pasif
- Nyeri pada saat gerakan varus dan valgus, flexi – extensi sendi lutut dengan end feel soft.
Tes gerak isometric
- Adanya nyeri pada sendi lutut
Tes khusus
- Valgus test: untuk tes lig.collaterale mediale - Varus test: untuk tes lig.collaterale laterale - Anterior shearing test untuk tes lig.cruciatum anterior - Posterior shearing test untuk tes lig.cruciatum posterior Pemeriksaan lain
- Atroskopi Diagnosis
- Nyeri sendi lutut pada gerakan akibat lesi lig.collaterale mediale, (atau lig.collaterale laterale; atau lig.cruciatum anterior atau lig.cruciatum posterior)
Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
296 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
- Intervensi MWD cervical o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk
aktualitas rendah, waktu 10-12 menit. - Knee support dengan penguat pada fungsi ligament yang lesi. - Latihan stabilisasi aktif. Pada posisi MLPP. - Latihan Strengthening otot pes anserinus (atau iliotibial, atau hamstrings,
atau quadriceps)
Evaluasi
- Nyeri, stabilisasi aktif knee.
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
Lampiran Asesmen
MWD
Strengthening
Stabilisasi aktif
Knee support
297 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA MENISCUS LESION
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah :Cedera pada meniscus lesi lutut
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien
dengan hasil yang optimal.
Kebijakan Indikasi :
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus meniscus lesi - Intervensi fisioterapi pada meniscus lesi
298 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Nyeri dan mengunci pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi - Keluhan nyeri pada saat aktivitas. Inspeksi:
- Tidak tampak kelainan
Tes cepat
- Hiper mobility pada knee joint.
Tes gerak aktif
- Kadang terjadi nyeri pada saat fleksi maupun ekstensi sendi tibiofemoralis.
- Gerak internal rotasi dan eksternal rotasi terjadi nyeri Tes gerak pasif
- Nyeri pada saat fleksi maupun ekstensi sendi tibiofemoralis.dengan end feel elastis
- Gerak internal rotasi dan eksternal rotasi terjadi nyeri dengan end feel elastis
- Sering semua gerak negatif bila aktualitas rendah Tes gerak isometric
- Tidak khas,. Tes khusus
- Appley test dan murray test - JPM lutut. Pemriksaan lain
- Atroplasti Diagnosis
- Nyeri pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi akibat meniscus lesi. Rencana tindakan
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
299 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi:
- SWD atau MWD o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12
menit. - Manipulasi meniscus. - Latihan Strengthening - Knee Dakker - Latihan Stabilisasi.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada
Lampiran Asesmen
SWD/MWD
Manipulasi meniscus
Strengthening exc
Knee Dakker
300 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 300 dari 2
Judul: Fisioterapi pada Post - Op Menisectomy
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN Fisioterapi pada post menisectomy adalah bentuk latihan yang diberikan pada pasien sesudah operasi meniscus. Menisectomy adalah tindakan operasi yang dilakukan karena adanya robek atau rupture pada meniscus lateral atau medial sendi lutut.
II. TUJUAN Sebagai pedoman bagi fisioterapi untuk memberikan progam latihan pada kondisi sesudah opersi minesectomy baik saat rawat inap ataupun rawat jalan
III. KEBIJAKAN 3.1 Standar prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman atau panduan bagi
terapis dalam menyelenggarakan pelayanan fisioterapi pada pasien, dan mengingat pedoman atau panduan ini disusun untuk satu penyakit secara umum maka pedoman atau panduan ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan pertimbangan klinis dari terapis dalam penatalaksanaan pasien.
3.2 Setiap program terapi, pelaksanaan program terapi dan perkembangannya harus didokumentasikan secara lengkap oleh terapis dalam berkas rekam medis pasien
IV. PROSEDUR 4.1 Post-Op ( Hari Operasi)
Pada fase awal ini yang dilakukan adalah : 4.1.1 Berikan es, elevasi pada lutut dan menggunakan elastic bendage
untuk mengontrol oedema. 4.1.2 Hindari luka jahitan dari air (basah) 4.1.3 Lakukan latihan-latihan untuk menambah ROM ankle, heel slide. 4.1.4 Latihan penguatan sesuai dengan toleransi pasien yaitu latihan
Quadriceps dan Hamstring, SLR, Knee ekstensi posisi duduk dan jalan PWB dengan menggunakan kruk sesuai dengan toleransi pasien.
4.1.5 Berikan es sebelum dan sesudah latihan serta 20 menit setiap 2 jam setelah berdiri.
301 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.2 Post-Op (Hari ke-1) Memelihara ROM dan mulai untuk fokus pada latihan strengthening closed chain dengan pemberian perhatian pada nyeri, oedema atau menurunnya ROM. Lanjutkan penggunaan brace post-operasi . Sebaiknya sudah berjalan tanpa kruk dalam pola jalan yang normal. ROM knee ekstensi penuh, fleksi 120. Tidak ada peningkatan nyeri, oedema, atau gejala lain selama melakukan latihan. Latihan yang diberikan adalah: 4.2.1 Berikan es, elevasi pada lutut dan menggunakan elastic bendage
untuk mengontrol oedema. 4.2.2 Lanjutkan latihan-latihan untuk menambah ROM 2-3 kali per hari
dan tambahkan dengan latihan sepeda static dengan tinggi kursi serendah yang dapat ditoleransi pasien dengan beban yang ringan.
4.2.3 Lanjutkan latihan penguatan dan tambahkan dengan latihan keseimbangan dengan berdiri pada tumit dan latihan keseimbangan dengan setengah berjongkok.
4.2.4 Berikan es sebelum dan sesudah latihan serta 20 menit setiap 2 jam setelah berdiri.
4.3 Post-Op (Hari ke-2 s/d ke-7) 4.3.1 Lanjutkan pemberian es dan elevasi. 4.3.2 Hentikan penggunaan kruk setelah 3 hari. 4.3.3 Lanjutkan latihan-latihan untuk menambah ROM. 4.3.4 Lanjutkan latihan penguatan dengan menggunakan prinsip PRE dan
tambahkan dengan latihan SLR, fleksi knee,fleksi hip dan ekstensi knee serta berdiri dengan menggunakan satu sisi kaki.
4.3.5 Berikan es sebelum dan sesudah latihan serta tetap gunakan elastic bendage.
4.3.6 Lakukan pemeriksaan fisik setelah 6 hari setelah operasi untuk evaluasi dan pelepasan jahitan.
4.4 Post-Op (Minggu ke-1 s/d ke-3) 4.4.1 Lanjutkan pemberian es dan elevasi. 4.4.2 Setelah jahitan dilepaskan diperbolehkan terkena air (basah) 4.4.3 Lanjutkan latihan-latihan untuk menambah ROM. 4.4.4 Lanjutkan latihan penguatan dan tambahkan dengan program
latihan berlari-lari kecil pada permukaan yang rata dan jalan yang berliku, latihan jongkok dengan satu kaki, latihan berdiri dengan satu kaki kemudian elevasikan tumit dan latihan naik turun tangga.
4.4.5 Berikan es sebelum dan sesudah latihan 4.5 Post-Op (Minggu ke-3 s/d ke-6)
4.5.1 Lotion dapat diberikan pada luka jahitan dengan menggunakan ibu jari dengan tekanan sesuai toleransi.
4.5.2 Lanjutkan latihan-latihan untuk menambah ROM. 4.5.3 Lanjutkan latihan penguatan
4.6 Pasien dapat kembali ke aktifitas semula jika : 4.6.1 Pengukuran ROM dan lingkar tungkai pada kedua tungkai sama. 4.6.2 Pengukuran kekuatan otot kedua tungkai menunjukkan
peningkatan lebih dari 85%
V. UNIT TERKAIT Tidak ada
302 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 302 dari 3
Judul: Fisioterapi pada Post – Op ACL
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN Adalah tindakan operasi yang dilakukan oleh adanya robek pada anterior cruciatum ligament sendi lutut. Fisioterapi pada ACL adalah program latihan yang diberikan untuk pasien sesudah operasi baik saat imobilisasi ataupun sesudah imobilisasi.
II. TUJUAN Sebagai pedoman bagi fisioterapi untuk memberikan progam latihan pada kondisi sesudah opersi ACL baik saat rawat inap ataupun rawat jalan
III. PROSEDUR 3.1 Fase I Minggu ke-1 dan 2
Pada fase awal ini yang menjadi perhatian adalah untuk mengontrol bengkak dan untuk memelihara ROM ekstensi,mencapai\memelihara ROM fleksi knee pada sudut 90 dan memfasilitasi control otot Quadriceps untuk mengurangi terjadinya atropi. Latihan yang diberikan adalah: 3.1.1 Latihan Quadriceps setting dengan pengulangan 10x 3.1.2 Latihan Quadriceps setting dengan straight leg raisig pengulangan
10x 3.1.3 Wall slides, 10x pengulangan (latihan aktif fleksi knee dengan
bantuan gravitasi) 3.1.4 “ Jane Fondas” latihan gerak ekstensi-fleksi, abduksi-adduksi hip;
20x pengulangan pada setiap bidang geraknya. 3.1.5 Latihan pumping ankle, dilakukan sepanjang hari secara
berkesinambungan. Bila diperlukan gantung kaki dalam posisi prone.
3.1.6 “Gait Checks”, fisioterapis mengobservasi kemampuan pasien dalam melakukan backwards ambulasi untuk mendukung tercapainya ROM ekstensi penuh dengan memakai brace.
3.1.7 Gliding patella, pasien melakukan mobilisasi patella sendiri dengan dibantu oleh fisioterapis.
3.1.8 Long sitting untuk menciptakan ekstensi knee. Posisi tersebut juga membantu untuk menstretching harmstrings. Dalam posisi tersebut pasien diminta meraih ujung ibu jari kaki selama 10-15 menit
303 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
setiap 2-4 jam, coba unutk tetap mempertahankan knee dalam posisi lurus.
3.1.9 Setelah melakukan seluruhlatihan tersebut berikan terapi es, kompressi dan elevasi untuk mengontrol nyeri\oedema.
3.1.10 Jangan meletakkan bantal untuk mengganjal knee 3.1.11 Lakukan latihan tersebut dua kali sehari, setiap dua hari sekali
latihan dihentikan untuk mengurangi iritasi. 3.1.12 Tujuan yang harus dicapai sebelum maju ke fase II adalah : Oedema
berkurang\terkontrol, ROM ekstensi knee mencapai sudut 0, fleksi mencapai sudut 110 (bila dilakukan repair meniscus ROM fleksi hanya 90), mampu melakukan SLR hip dalam posisi abduksi-adduksi, fleksi-ekstensi dan dapat berjalan dengan weight bearing sesuai toleransi dengan menggunakan kruk.
3.2 Fase II Minggu ke-3 dan 4 Memelihara ROM dan mulai untuk fokus pada latihan strengthening closed chain dengan pemberian perhatian pada nyeri, oedema atau menurunnya ROM. Lanjutkan penggunaan brace sesudah operasi . Sebaiknya sudah berjalan tanpa kruk dalam pola jalan yang normal. ROM knee ekstensi penuh, fleksi 120. Tidak ada peningkatan nyeri, oedema, atau gejala lain selama melakukan latihan. Latihan yang diberikan adalah: 3.2.1 Lanjutkan latihan SLR, 10x pengulangan 3.2.2 Mini-squats (sudut 0-30) dimulai dari 10x pengulangan. Gerakan ini
dilakukan sampai kne berada jauh dari ujung ibu jari kaki (knee over tip of toes), selama latihan tidak boleh ada rasa nyeri.
3.2.3 Mini-squats dengan satu tungkai (weight shifts) 3.2.4 Steps Up (latihan naik tangga) (concentric), dimulai dari 10x
pengulangan dengan tinggi undakan 3”, peningkatan tinggi undakan sesuai dengan toleransi.
3.2.5 Latihan eccentrics (latihan turun tangga), 10x pengulangan sesuai dengan indikasi.
3.2.6 Latihan proprioseptif, latihan open chain. Selanjutnya latihan meningkat ke single leg stands.
3.2.7 Mulai latihan dengan sepeda, stairmaster, treadmill. 3.2.8 Tujuan yang harus dicapai sebelum maju ke fase III adalah :
Berjalan tanpa kruk dalam pola jalan yang normal, ROM ekstensi knee mencapai sudut 0, fleksi mencapai sudut 120 Latihan naik-turun tangga mencapai 3x pengulangan selama 3 menit setiap pengulangan (eccentric), latihan stairmaster mencapai 10 menit, latihan sepeda 15 menit atau lebih, latihan treadmill 15 menit atau lebih , tidak ada peningkatan nyeri, oedema atau gejala lain selama melakukan latihan.
3.3 Fase III Minggu ke-5 dan 8 Observasi umum harus memonitor adanya efusi, perhatian terhadap adanya tendonitis patellae. Latihan yang diberikan adalah: 3.3.1 Lanjutkan latihan squats dengan matras. 3.3.2 Mulai latihan single dan double leg press. 3.3.3 Mulai program latihan jogging, tidak boleh ada latihan dengan
gerak twisting. Latihan dapat menggunakan back pedals dan side stapping.
304 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.3.4 Lanjutkan penggunaan stairmaster dan sepeda untuk latihan aerobic
3.3.5 Latihan keseimbangan dan proprioseptif. 3.3.6 Lanjutkan latihan turun tangga dengan single step. 3.3.7 Latihan ekstensi lutut open chained
3.4 Fase IV Minggu ke-8 dan 12 Fase ini merupakan saatnya memulai latihan aktivitas fungsional. Fisioterapis harus memperhatikan kesesuaian ukuran brace saat beraktivitas.Latihan yang diberikan adalah seluruh latihan pada fase III ditambah : 3.4.1 Mulai diberikan latihan lateral carioca yang lebih berat, zig-zag,
plant (latihan dengan alas lembut) dan back up. 3.4.2 Tes isokinetik dalam ROM penuh pada minggu ke 12 3.4.3 Latihan di sliding board (area yang miring) 3.4.4 Latihan proprioseptif maksimal seperti pada fase III
3.5 Fase V Minggu ke-12, 16 dan 24 (6 bulan) Dapat mulai latihan olah raga. Latihan sama dengan fase IV ditambah dengan: 3.5.1 Lanjutkan latihan proprioseptif dengan latihan intensif. 3.5.2 Latihan ditambah dengan latihan fungsional, latihan khusus sesuai
olah raga yang digeluti.
IV. DOKUMEN TERKAIT Tidak ada
V. LAMPIRAN Tidak ada
VI. DAFTAR DISTRIBUSI 6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
305 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA ANKLE SPRAIN
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Panduan
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Ankle sprain
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Ankle Sprain - Intervensi fisioterapi pada Ankle Sprain
Kontra indikasi :
- Fraktur - Dislocation - Neoplasma
306 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi
- Waktu intervensi 20-30 menit - Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis
- Ada riwayat trauma (kesleo) kearah inversi - Nyeri jenis nyeri tajam pada kaki sisi lateral - Nyeri meningkat pada saat gerak eversi Inspeksi:
- Tampak oedeme dan/atau haemetome pada lateral kaki.
Tes cepat
- Gerak plantar maupun dorsal fleksi nyeri. Gerak inversi nyeri hebat. Tes gerak aktif
- Gerak inversi nyeri dan gerak eversi tidak terasa nyeri - Gerak dorso dan plantar flexi Tes gerak pasif
- Gerak pasif inversi nyeri, ROM terbatas denga sringy end feel - Gerak lain negatif Tes gerak isometric
- Gerak isometrik eversi nyeri bila tendon M. Peroneus longus dan brevis cidera
Tes khusus
- Palpasi pada lig. Calcaneofibulare dan talofibulare terasa nyeri, kemungkinan lig.lain seperti lig.calcaneocuboideum.
- Pada cidera tendon palpasi diatas tendon mm.peroneus longus dan atau peroneus brevis terasa nyeri
- Joint play movement.pada sendi calcaneofibulare dan talofibulare nyeri dengan springy end feel.
Pemeriksaan lain
-
Diagnosis
- Nyeri lateral kaki disebabkan oleh sprain ankle.
Rencana tindakan:
- - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
307 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
- Pada fase acute diterapkan RICE - Bandaging dengan elestic bandage dan /atau tapping diberikan hingga
satu minggu atau lebih - US: diberikan pada fase kronik
o Pada ligamenta atau tendon yang terjadi cidera o Dosis 1.5 – 2 watt/cm2 waktu 2-3 menit
- Transverse friction - Active stabilization and balance exercise. - Walking exc
Evaluasi
- Nyeri sekitar ankle
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
Lampiran Juknis asesmen
Juknis RICE
Juknis US
Juknis Bandage
308 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA FLAT FOOT
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Panduan
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Flat foot
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Flat foot - Intervensi fisioterapi pada Flat foot
Kontra indikasi :
- Fraktur - Poliomielitis
309 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Penggunaan medial arc support dalam waktu 3bulan atau lebih - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu
Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Tidak ada arcus plantar - inbalance Inspeksi:
- Telapak kaki datar, tulang navicularis menonjol ke medial.
Tes cepat
- Gait análisis tampak kaki menyudut kelateral - Plantar fleksi lebih lemah Tes gerak aktif
- Dalam batas normal
Tes gerak pasif
- Gerak pronasi kaki ROM lebih besar dari normal, gerak pronasi terbatas elastic end feel
- Gerak lain normal Tes gerak isometric
- Fleksi jari-jari kaki kekuatan kurang dibanding dengan otot lain.
Tes khusus
- Palpasi: arcus longitudinal plantaris rata - Pengukuran adakah genu valgus Pemeriksaan lain
-.Podografi: dijumpai flet foot.
Diagnosis:
- gangguan kesimbangan dan berjalan akibat flat foot Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
310 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
- Strengthening exercice pada fleksor jari kaki - Ballance exc - Walking exc dengan menggunakan ujung kaki - Penggunaan medial arc support
Evaluasi
- Nyeri sekitar ankle dan lutut
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
Lampiran Juknis asesmen
Juknis strengthening exc
Juknis walking exc dan balance exc
Medial arc support
311 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
RS……….. FISIOTERAPI PADA PES EQUINOVARUS
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
PANDUAN
PELAYANAN
FISIOTERAPI
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Pes equinovarus
Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil
yang optimal.
Kebijakan Indikasi:
- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Pes equinovarus - Intervensi fisioterapi pada Pes equinovarus
Kontra indikasi :
- Fraktur - Poliomielitis -
312 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Prosedur Dosis :
- Penggunaan medial arc support dalam waktu 3bulan atau lebih - Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2
kali seminggu Teknik Aplikasi :
Asesmen fisioterapi
Anamnesis:
- Dibawa sejas lahir atau akibat kelumpuhan - Anak terlambat usia jalan - Berdiri dan jalan dengan punggung kaki Inspeksi:
- Telapak kaki melengkung, menapak dengan sisi luar kaki atau dengan punggung kaki.
Tes cepat
- Gait análisis tampak kaki menyudut kemedial atau berdiri denga sisi luar kaki atau bahkan punggung kaki
Tes gerak aktif
- Gerak dorsal fleksi dan eversi kekuatan menurun Tes gerak pasif
- Gerak dorsal fleksi dan eversi dengan firm end feel Tes gerak isometric
- Gerak dorsal fleksi dan eversi kekuatan menurun Tes khusus
- Joint play movement - Stretch test pada arcus longitudinal kaki Pemeriksaan lain
-.Podografi: dijumpai flet foot.
Diagnosis:
- Gangguan jalan dengan punggung kaki akibat pes equino varus
Rencana tindakan:
- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan
- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi
- Perencananaan intervensi secara bertahap
313 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
Intervensi
- Mobilisasi kaki - Strengthening exercice pada fleksdorsal fleksi dan eversi - Ballance exc - Penggunaan sebatu koreksi
Evaluasi
- Nyeri sekitar ankle dan lutut
Dokumentasi
- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.
Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....
Lampiran Juknis asesmen
Juknis strengthening exc
Juknis walking exc dan balance exc
Medial arc support
314 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 314 dari 2
Judul: Angkat angkut pasien
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN
1.1 Angkatangkut pasien adalah cara atau tehnik untuk memindahkan pasien
dari satu tempat ke tempat yang lain baik dengan atau tanpa alat bantu
disertai jarak vertical dan atau horizontal.
1.2 Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam angkatangkut pasien adalah
1.2.1 Berat Pasien, jarak angkut ,dan intensitas.
1.2.2 Kondisi lingkungan rumah sakit yaitu lantai licin,kasar, naik turun
1.2.3 Kemampuan tenaga kesehatan
1.2.4 Peralatan yang dipakai
1.2.5 Metode mengangkat yang benar
II. TUJUAN
Sebagai petunjuk bagi semua karyawan yang melakukan angkatangkut pasien
secara aman,efektif dan efisien
III. PROSEDUR
3.1 Persiapan 3.1.1 Pahami benar kondisi pasien. (apakah fraktur leher atau pingang,
stroke, sadar atau tidak dll). 3.1.2 Beri penjelasan ke pasien atau keluarga tentang prosedur, maksud
dan tujuan angkatangkut tersebut 3.1.3 Perhatikan Drain dan line atau linen yang mungkin mengganggu.
315 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.1.4 Semua barang atau benda yang menghalangi pandangan mata atau mengganggu sebaiknya disingkirkan dulu.
3.1.5 Persiapkan terlebih dahulu alat Bantu angkatangkut pasien atau bila pasien tidak memungkinkan diangkat sendiri maka orang yang akan membantu harus sudah siap di tempat pasien tersebut dan mengetahui perannya. Jangan pasien sudah diangkat baru panggil bantuan.
3.1.6 Pastikan bahwa tempat tidur pasien sudah terkunci dan lantai tidak licin.
3.1.7 Posisikan atau atur tinggi rendah tempat tidur sesuai karyawan yang mau mengangkat ( Posisi setinggi antara tali pusar dan siku karyawan ) dan buka rel pengaman bed terlebih dahulu
3.2 Pelaksanaan 3.2.1 Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan. 3.2.2 Pasien diusahakan menekan pada anggota tubuh yang kuat dan
membebaskan tubuh yang lemah dari pembebanan berlebihan. 3.2.3 Pegangan harus tepat, penganggkat dengan pegangan tangan penuh 3.2.4 Lengan harus sedekat – dekatnya pada badan dan dalam posisi
lurus 3.2.5 Punggung harus diluruskan. 3.2.6 Dagu ditarik segera setelah kepala tegak kembali ( seperti
permulaan gerakan ) dengan posisi kepala dan dagu lurus diikuti seruruh tulang belakang.
3.2.7 Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat, satu kaki ditempatkan kearah jurusan gerakan yang dituju, kaki kedua ditempatkan sedemikian rupa sehingga membantu mendorong tubuh pada gerakan pertama
3.2.8 Berat badan dimanfaatkanuntuk menarik dan mendorong serta gaya untuk gerakan dan perimbangan.
3.2.9 Beban diusahkan berada sedekat mungkin terahadap garis vertical yang melalui pusat gravitasi tubuh.
3.2.10 Angkat angkut pasien dengan kondisi khusus diatur dengan SPO tersendiri.
3.3 Mengakhiri Terapi 3.3.1 Merapikan kembali drain, line dan linen seperti semula. 3.3.2 Kunci roda tempat tidur dan pengaman. 3.3.3 Mengembalikan alat bantu angkat angkut ketempat semula. 3.3.4 Memberikan penjelasan ke keluarga atau pasien kalau proses
angkat angkut sudah selesai
316 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
IV. DOKUMEN TERKAIT
Tidak ada
V. LAMPIRAN
Tidak ada
VI. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
317 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 317 dari 3
Judul: Standar Identifikasi pasien fisioterapi
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Bagian fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN
Standar Identifikasi pasien fisioterapi adalah suatu standar yang
diberlakukan dalam penerimaan pasien melalui identifikasi pasien yang
mencakup identitas diri / nama dan problem yang nyata dan yang
berpotensi terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan atau
kondisi kesehatan lain.
II. TUJUAN
Tersedianya pedoman bagi staf dalam mengidentifikasi pasien.
III. KEBIJAKAN
Semua terapis, Staf Administrasi, Pekarya dan petugas lain yang berhubungan
pelayanan wajib mengetahui indentitas pasien secara lengkap dan dtegaskan
kembali oleh staf dengan memanggil ulang nama tersebut.
IV. PROSEDUR
4.1. Pasien rawat jalan
4.1.1 Pada saat datang di Administrasi / ruang tunggu
4.1.1.1 Staf Administrasi mengucapkan selamat dan meminta
pasien menyebutkan identitas dirinya.
4.1.1.2 Staf Administrasi melakukan registrasi dan atau
melakukan aktual untuk pasien dengan perjanjian.
318 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.1.1.3 Staf Administrasi mencetak label dan meminta konfirmasi
pasien tentang data yang tercantum pada stiker dan
menempelkan label pasien yang dimaksud di slip
pembayaran
4.1.1.4 Terapis meminta staf administrasi memanggil nama
pasien ke ruangan pemeriksaan
4.1.2 Pada saat datang di ruang pemeriksaan
4.1.2.1 Pasien masuk keruang pemeriksaan dengan menyebutkan
namanya.
4.1.2.2 Terapis melakukan pengecekan dengan memanggil ulang
nama pasien.
4.1.3 Pada saat pasien datang di ruang tindakan
4.1.3.1 Terapis memberikan tindakan dengan menyebut nama
pasien
4.1.3.2 Terapis memberikan tanda pada item tindakan slip
pembayaran dan melakukan paraf.
4.1.4 Pada saat datang di administrasi fisioterapi
4.1.4.1 Pasien menuju kasir dan meginput item sesuai nama
pasien kedalam komputer.
4.1.4.2 Staf Administrasi menyarankan pasien untuk membuat
perjanjian kedatangan berikutnya.
4.2. Pasien rawat Inap
4.2.1 Diruang rawat inap
4.2.1.1 Terapis membawa Form permintaan ke ruangan rawat
inap dan memeriksa status pasien
4.2.1.2 Terapis memperkenalkan diri pada pasien dan atau
keluarganya kemudian melakukan asessment termasuk
jati diri pasien. Problematik yang diperoleh di gabungkan
dengan diagnosa medis, untuk kemudian
didokumentasikan dalam status pasien
319 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.2.2 Diruang Terapi
4.2.2.1 Pasien diantar dari ruang rawat inap oleh petugas
ruangan ke ruangan terapi
4.2.2.2 Staf Administrasi menerima pasien, mengucapkan selamat
dan
4.2.2.3 meminta pasien menyebutkan identitas dirinya.
4.2.2.4 Staf Administrasi melakukan registrasi dan atau
melakukan aktual untuk pasien dengan perjanjian.
4.2.2.5 Staf Administrasi mencetak label dan menempelkan label
pasien yang dimaksud di slip pembayaran
4.2.3 Pada saat datang di administrasi Fisioterapi
4.2.3.1 Pasien menuju kasir dan meginput item sesuai nama
pasien kedalam komputer.
4.2.3.2 Staf Administrasi menyarankan pasien untuk membuat
perjanjian kedatangan berikutnya.
V. DOKUMEN TERKAIT
-
VI. LAMPIRAN
-
320 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 320 dari 362
Judul: Alur Pengkajian Pasien Fisioterapi
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh : Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN
Pengkajian pasien Fisioterapi adalah adalah kegiatan yang dilakukan fisioterapis mulai dari anamnesa, observasi dan pemeriksaan fisik sebagai acuan untuk menentukan masalah, rencana, tujuan dan program terapi yang tepat bagi pasien.
II. TUJUAN 2.1 Untuk memperoleh data yang menyeluruh tentang pasien. 2.2 Untuk menentukan masalah yang ada pada pasien 2.3 Untuk menentukan rencana, tujuan dan program terapi yang tepat bagi pasien
III. PROSEDUR 3.1 Pasien baru datang dengan surat rujukan, baca surat rujukan lalu lakukan
pemeriksaan. 3.2 Pasien baru datang tanpa surat rujukan, dilakukan pemeriksaan. 3.3 Pemeriksaan dilakukan menurut keperluannya dan tidak mengubah posisi
pasien berulang-ulang. 3.4 Lakukan anamnesa terhadap pasien atau keluarga. 3.5 Lakukan observasi berhubungan dengan alat bantu, bentuk, kulit, pola jalan,
fungsional dan mobilitas. 3.6 Lakukan pemeriksaan fisik berhubungan dengan AROM, PROM,
neuropsikologis, tes melawan tahanan, tes khusus. 3.7 Lakukan palpasi untuk mengetahui adanya bengkak, spasme, dan keadaan
tonus otot. 3.8 Lakukan pengukuran-pengukuran yang diperlukan. 3.9 Tentukan masalah yang ada pada pasien. 3.10 Pasien tanpa surat rujukan dokter yang kasusnya tidak dapat ditangani dirujuk 3.11 kepada Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik atau professional kesehatan lain
yang lebih ahli dengan persetujuan pasien. 3.12 Tentukan program terapi sesuai dengan masalah yang ada dan kebutuhan
pasien atau mengirim pasien tanpa surat rujukan dokter yang kasusnya tidak dapat ditangani dirujuk kepada Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik atau professional kesehatan lain yang lebih ahli dengan persetujuan pasien.
3.13 Berikan edukasi dan program latihan di rumah kepada pasien dan keluarga. 3.14 Lakukan pencatatan mengenai pengkajian, program dan tujuan terapi pada
formulir catatan pemeriksaan fisioterapi.
321 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
3.15 Laporan evaluasi pasien fisioterapi kepada dokter pengirim apabila program terapi telah selesai.
IV. DOKUMEN TERKAIT 4.1 Formulir catatan pemeriksaan fisioterapi
4.2 Formulir laporan evaluasi pasien fisioterapi
V. LAMPIRAN Bagan alur pelayanan pasien fisioterapi
VI. DAFTAR DISTRIBUSI 6.1 Direksi
6.2 Manajer Klinik
6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
322 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
I. PENGERTIAN
Pengkajian Fisioterapi adalah suatu proses mencakup pemeriksaan pada diri
individu atau kelompok, mengidentifikasi problem yang nyata dan yang
berpotensi terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan atau
kondisi kesehatan lain, dengan cara mengangkat riwayat penyakit, telaah umum,
uji khusus dan pengukuran, pemeriksaan penunjang, dilanjutkan dengan evaluasi
hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesis dalam sebuah proses
pertimbangan klinis.
II. TUJUAN
Tersedianya pedoman bagi Fisioterapis dalam menjalankan asuhan professional
merumuskan Pengkajian fisioterapi pada pasien/klien, petugas pelayanan
fisioterapi, petugas lain
III. KEBIJAKAN
Standar ini berlaku di lingkungan Rumah Sakit dan wajib diikuti oleh
Fisioterapis, pasien/klien, petugas pelayanan fisioterapi dan petugas lain.
IV. PROSEDUR
Komponen :
4.4 Identifikasi Umum.
Kriteria :
4.4.1. Data lengkap
4.4.2. Sistematis
. LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 322 dari 4
Judul: Standar Pengkajian Fisioterapi
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Unit Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
323 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.4.3. Menggunakan form dan prosedur yang baku, actual dan valid.
4.4.4. Asesmen dan konsultasi
Data awal mencakup elemen;
4.4.4.1. Riwayat penyakit dan harapan pasien / klien
4.4.4.2. Riwayat problem sekarang, keluhan, tanggal mulai
dirasakan dan upaya pencegahannya.
4.4.4.3. Diagnosa medis dan dan riwayat medis yang berkaitan
4.4.4.4.
4.4.4.5. Karekteristik demografi, psikologik, sosial, dan faktor
lingkungan yang terkait.
4.4.4.6. Pelayanan terkait sebelumnya atau yang bersamaan
dengan episode asuhan fisioterapi
4.4.4.7. Penyakit lain yang berpengaruh terhadap prognosis
4.4.4.8. Pernyataan pasien / klien tentang problemnya sesuai
dengan kadar pengetahuannya.
4.4.4.9. Antisipasi tujuan dan harapan setelah terapi ( outcomes)
dari pasien / klien dan keluarga dan pihak lain yang
terpengaruh.
4.4.5. Telaah sistemik
Status anatomi dan fisiologi yang berkait dengan data awal,
mencakup sistem-sistem :
4.4.5.1. Kardiovasculer/ pulmuner
4.4.5.2. Integumenter
4.4.5.3. Musculoskleletal
4.4.5.4. Neuromusculer
4.4.6. Telaah tentang komunikasi, afeksi, kognisi, bahasa dan kemampuan
pembelajaran.
4.4.7. Pengujian dan pengukuran yang terpilih untuk menentukan status
pasien / klien.
4.4.7.1. Arousal, atensi dan kognisi
4.4.7.1.1 Tingkat kesadaran
4.4.7.1.2 Kemampuan menjawab perintah
4.4.7.1.3 Kemampuan tampilan secara umum
324 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.4.7.2. Perkembangan neuromotorik dan integrasi sensoris
4.4.7.2.1. Keterampilan motorik kasar dan halus
4.4.7.2.2. Pola gerak reflek
4.4.7.2.3. Ketangkasan, kelincahan dan koordinasi
4.4.7.3. Range Of Motion
4.4.7.3.1. Luas gerak sendi
4.4.7.3.2. Nyeri jaringan lunak sekitar
4.4.7.3.3. Panjang dan fleksibilitas otot
4.4.7.4. Penampilan otot ( termasuk kekuatan, tenaga dan daya
Autentikasi ialah proses untuk verivikasi bahwa semua data yang tercatat adalah
lengkap, akurat dan final. Ditandai dengan tanda tangan asli, atau tanda tangan
computer dengan system pengamanan elektronika.
II. TUJUAN
Tersedianya pedoman bagi Fisioterapis dalam menjalankan asuhan professional
merumuskan dokumentasi fisioterapi pada pasien/klien, petugas pelayanan
fisioterapi, petugas lain
III. KEBIJAKAN
Standar ini berlaku di lingkungan Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk Jakarta dan
wajib diikuti oleh Fisioterapis, pasien/klien, petugas pelayanan fisioterapi dan
petugas lain.
IV. PROSEDUR
Semua pendokumentasian harus sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
4.1 Nama pasien dan data identifikasi lain.
4.2 Asal rujukan.
4.3 Tanggal pertama asesmen, hasil asesmen dan data dasar
4.4 Program dengan estimasi lamanya pelayanan atau tujuan jangka pendek,
4.5 menengah dan jangka panjang sesuai standar IV.
337 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.6 Metode dan hasilnya serta modifikasinya meliputi:
4.6.1 Perkembangan neuromotorik dan integrasi sensoris
4.6.2 Range of motion
4.6.3 Penampilan otot ( termasuk kekuatan, tenaga dan daya tahan )
4.6.4 Ventilasi, respirasi ( pertukaran gas ) dan sirkulasi
4.6.5 Sikap statis dan dinamis
4.6.6 Langkah, gerak ( lokomasi ) dan keseimbangan
4.6.7 Pemeliharaan diri dan pengelolaan tempat tinggal
4.7 Kriteria :
4.7.1 Pencatatan selama pasien rawat inap maupun rawat jalan
4.7.2 Menggunakan Tulisan tangan dan tanda tangan harus dengan tinta.
4.7.3 Pencatatan dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan.
4.7.4 Penulisan catatan jelas, ringkas dan menggunakan istilah dan
sisitimatika yang baku.
4.7.5 Mengoreksi kesalahan dokumen dengan cara mencoret satu garis
lurus sepanjang tulisan yang dikoreksi diparaf dan ditanggali
4.7.6 Setiap pencatatan harus mencantumkan inisial / nama fisioterapis
yang melaksanakan intervensi fisioterapi.
4.7.7 Persetujuan ( informed consent ) : kepada pasien/klien harus
ditanyakan pemahaman dan kesadarannya sebelum intervensi
dimulai
4.7.8 Disimpan sesuai peraturan yang berlaku.
4.7.9 Digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan.
V. DOKUMEN TERKAIT
VI. LAMPIRAN
VII. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi
6.2 Manajer Klinik
6.3 Kepala Bagian Keterapian Fisik
338 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
Judul : Bagan Alur Pasien Rawat Inap
Hal 3 dari 3
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Bagian Fisioterapi
No.:
No. Revisi
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
DR. PENGIRIM
FISIOTERAPIS
ADMINISTRASIINPUT PEMBAYARAN
Form rujukan FT Rujukan balik
339 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 339 dari 3
Judul: Konsultasi Pasien Rawat Inap
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala bagian Fisioterapi Medis
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN
Konsultasi pasien Rawat Inap bagian Fisioterapi adalah alur pasien rawat inap
yang memerlukan pelayanan bagian Fisioterapi
II. TUJUAN
2.1 Memberikan pelayanan yang baik bagi pasien rawat Inap yang
membutuhkan pelayanan bagian Fisioterapi.
2.2 Mengatur tertibnya pelayanan pasien rawat inap bagian Fisioterapi.
III. PROSEDUR
3.1 Dokter spesialis pengirim membuat surut rujukan ke Fisioterapi
3.2 Perawat ruangan menginformasikan adanya pasien baru kepada
Fisioterapi.
3.3 Fisioterapis menjawab konsul dan membuat program Fisioterapi dicatat
dalam rekam medis
3.4 Terapis menentukan prioritas permasalahan, menentukan tujuan terapi
dan melakukan tindakan,mengevaluasi dan mendokumentasikan proses
fisioterapi dan perkembangan pasien.
3.5 Fisioterapis memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk
melaksanakan program di ruang rawat inap.
3.6 Kasir memasukan data pembayaran ke komputer.
340 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
IV. UNIT TERKAIT
Tidak ada
V. LAMPIRAN
5.1 Bagan alur pasien rawat Inap
VI. DAFTAR DISTRIBUSI
6.1 Direksi
6.2 Manajer Departemen Klinik
6.3 Manajer Departemen Keperawatan
341 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 341 dari 3
Judul: Konsultasi Pasien Rawat Inap
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala bagian Fisioterapi Medis
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
DOKTER PENGIRIM
Fisioterapis
Program
TERAPIS
Pelaksanaan
ADMINISTRASI
Input Pembayaran
R
u
j
u
k
a
n
R
U
J
U
K
A
N
S
L
I
P
E
V
A
L
U
A
S
I
342 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 5 dari 5
Judul: Alur Pasien Rawat Jalan
Departemen : Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Bagian Fisioterapi
No.:
No. Revisi
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
Tanpa Rujukan
PASIEN RAWAT JALAN
Luar RSPIKPoliklinik / UGD RSPIK
Terapis
Assesment
Ada Form
Rujukan ?
Dokter Rehabilitasi
Program
Terapis
Konsultasi
Sesuai
Kewenangan ?
Terapis
Penatalaksanaan
Terapis
Evaluasi & Kontrol Ke Dokter
Ya
Tidak
Ya
Tidak
343 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 5 dari 5
Judul: Alur Pasien Rawat Jalan
Departemen : Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Bagian Fisioterapi
No.:
No. Revisi
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
PASIEN
RAWAT JALAN
Poliklinik RSPIK Tanpa Rujukan Luar RSPIK
DR. REHABILITASI
Program
TERAPIS
Assesment
TERAPIS
Konsul Ke Dokter
Ada Form
Rujukan ?
Ya
Tidak
Sesuai
Kewenangan ?Ya
TERAPIS
Penatalaksanaan
Tidak
TERAPIS
Evaluasi &
Kontrol Ke Dokter
344 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 344 dari 6
Judul: Konsultasi Pasien Rawat Jalan
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala bagian Fisioterapi Medis
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manager Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN Konsultasi pasien Rawat Jalan bagian Fisioterapi adalah alur masuk dan keluar pasien yang memerlukan pelayanan bagian Fisioterapi.
II. TUJUAN 2.1 Memberikan pelayanan yang baik bagi pasien rawat jalan yang
membutuhkan pelayanan bagian Fisioterapi.
2.2 Mengatur tertibnya pelayanan pasien rawat jalan bagian Fisioterapi.
III. KEBIJAKAN 3.1 Standar prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman atau panduan bagi
terapis dalam menyelenggarakan pelayanan fisioterapi pada pasien, dan mengingat pedoman atau panduan ini disusun untuk satu penyakit secara umum maka pedoman atau panduan ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan pertimbangan klinis dari terapis dalam penatalaksanaan pasien.
3.2 Setiap program terapi, pelaksanaan program terapi dan perkembangannya harus didokumentasikan secara lengkap oleh terapis dalam berkas rekam medis pasien
IV. PROSEDUR 4.1 Pasien datang ke ruang terapi sesuai perjanjian atau urutan. 4.2 Rawat jalan RSPIK
4.2.1 Dengan surat rujukan 4.2.1.1 Petugas administrasi poliklinik atau dari UGD
mendaftarkan pasien rujukan ke Fisioterapi 4.2.1.2 Petugas administrasi Fisioterapi menerima pasien,
membuat create visite kemudian mengatur urutan pasien masuk ke ruangan konsultasi.
345 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.2.1.3 Fisioterapi melakukan evaluasi dan membuat program dan mengisi formulir tindakan terapi.
4.2.1.4 Pasien membawa formulir terapi dari Fisioterapi diterima petugas administrasi Fisioterapi dan dilakukan registrasi dan pengaturan jadwal.
4.2.1.5 Terapis melakukan assessment, menentukan prioritas permasalahan serta menentukan tujuan terapi
4.2.1.6 Terapis melakukan tindakan mengacu pada program, edukasi kepada pasien dan keluarga untuk melaksanakan program di rumah, mendokumentasikan dan melakukan evaluasi serta membuat rujukan ke dokter pengirim
4.2.1.7 Petugas administrasi memasukan data pembayaran ke komputer.
4.2.1.8 Pasien membayar dikasir, dan Petugas administrasi menerangkan kepada pasien untuk datang lagi sesuai perjanjian.
4.2.2 Tanpa surat rujukan 4.2.2.1 Petugas administrasi poliklinik atau dari UGD
menyerahkan formulir tindakan terapi serta mengarahkan pasien ke bagian rehabilitasi
4.2.2.2 Petugas administrasi rehabilitasi menerima pasien, meng create visite kemudian mengatur urutan pasien masuk ke ruangan terapi.
4.2.2.3 Terapis melakukan assessment, menentukan prioritas permasalahan serta menentukan tujuan terapi
4.2.2.4 Terapis melakukan tindakan mengacu pada program, edukasi kepada pasien dan keluarga untuk melaksanakan program di rumah, mendokumentasikan dan melakukan evaluasi serta membuat laporan ke Dokter pengirim.
4.2.2.5 Petugas administrasi memasukan data pembayaran ke komputer.
4.2.2.6 Pasien membayar dikasir, dan petugas administrasi menerangkan kepada pasien untuk datang lagi sesuai perjanjian..
4.2.3 Rawat jalan dari luar RSPIK 4.2.3.1 Petugas administrasi Fisioterapi menerima pasien yang
membawa surat rujuk atau formulir tindakan terapi, membuat case kemudian mengatur urutan pasien masuk ke ruangan terapi
4.2.3.2 Terapis melakukan assessment, menentukan prioritas permasalahan serta menentukan tujuan terapi
4.2.3.3 Terapis melakukan tindakan, edukasi kepada pasien dan keluarga untuk melaksanakan program di rumah, mendokumentasikan dan melakukan evaluasi serta membuat laporan pasien ke dokter pengirim.
4.2.3.4 Petugas administrasi memasukan data pembayaran ke komputer.
4.2.3.5 Pasien membayar dikasir, dan petugas administrasi menerangkan kepada pasien untuk datang lagi sesuai perjanjian.
346 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.2.4 Rawat jalan tanpa surat rujukan 4.2.4.1 Pasien datang tanpa formulir terapi diterima petugas
admnistrasi dan dilakukan registrasi. 4.2.4.2 Terapis melakukan assessment, menentukan prioritas
permasalahan serta menentukan tujuan terapi 4.2.4.3 Terapis menerima pasien rawat jalan tanpa rujukan
dokter sesuai batas Kewenangannya, sebagai berikut : 4.2.4.4 Fisioterapis dapat menerima pasien/ klien tanpa rujukan 4.2.4.5 dokter pada pelayanan yang bersifat promotif, preventif,
pelayanan untuk pemeliharaan kebugaran, memperbaiki postur, memelihara sikap tubuh dan melatih irama pernafasan normal serta pelayanan dengan keadaan aktualitas rendah dan bertujuan untuk pemeliharaan.
4.2.4.6 Terapis Wicara dapat menerima pasien tanpa rujukan dokter pada pelayanan yang bersifat promotif, preventif, pelayanan dengan keadaan aktualitas rendah dan bertujuan untuk pemeliharaan serta pelayanan pada pasien/ klien dengan gangguan komunikasi ringan.
4.2.4.7 Okupasi Terapis dapat menerima pasien/ klien tanpa rujukan dokter pada pelayanan yang bersifat promotif, preventif, deteksi dini, penyembuhan dan pemulihan dalam intervensi oupasi terapis pada gangguan area kinerja okupasional dan gangguan komponen kinerja operasional.
4.2.4.8 Terapis melakukan tindakan, edukasi kepada pasien dan keluarga untuk melaksanakan program di rumah, mendokumentasikan dan melakukan evaluasi.
4.2.4.9 Pasien yang kasusnya tidak dapat ditangani dirujuk ke tenaga kesehatan lain yang lebih ahli dengan persetujuan pasien.
4.2.4.10 Petugas administrasi memasukan data pembayaran ke komputer.
4.2.4.11 Pasien membayar dikasir, dan petugas administrasi menerangkan kepada pasien untuk datang lagi sesuai perjanjian.
347 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
V. UNIT TERKAIT
Tidak ada
VI. LAMPIRAN Bagan alur pasien rawat jalan
VII. DAFTAR DISTRIBUSI 7.1 Direksi
7.2 Manajer Departemen Klinik
7.3 Manajer Departemen Keperawatan
7.4 Kepala Seksi Pelayanan Terapi Fisik
348 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 348 dari 362
Judul: Prosedur Mulai Kerja Administrasi
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh : Kepala Bagian Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN Prosedur mulai kerja adalah suatu kegiatan persiapan staff administrasi dalam ruang kerja yang disesuaikan dengan perencanaan dan kapasitas pekerjaan yang meliputi proses pemeriksanaan dan persiapan alat kerja, persiapan kertas cetakan, kebersihan dan kerapihan ruang kerja, pemisahanan dan pemeriksaan file keuangan pasien.
II. TUJUAN Prosedur ini menetapkan petunjuk pelaksanaan bagi staf Administrasi Fisioterapi dalam mempersiapkan ruang kerja sehingga dapat memberikan pelayanan yang cepat, ramah, dan akurat kepada pasien dan keluarganya.
III. PROSEDUR 3.1 Staf Administrasi mengambil kunci ruang kerja dan uang modal kerja, slip
setoran bank diruang pusat Administrasi lantai 1. 3.2 Baca informasi terbaru. 3.3 Minta Uang Modal kerja ke Kasir Umum, jumlah uang modal sesuai yang
ditentukan. 3.4 Buka ruang kerja, pastikan bahwa ruang kerja terkunci sebelum dibuka. 3.5 Rapihkan tata ruang kerja, periksa kebersihan ruangan kerja. 3.6 Minta pihak “Cleaning Service” untuk membantu membersihkan ruang kerja. 3.7 Hidupkan komputer, “printer”, periksa keadaannya, pastikan bahwa kertas
untuk mencetak cukup, penuhi bila tidak. 3.8 Apakah semua kelengkapan kerja, alat cetakan, alat tulis, kertas, “brochure”
sudah terpenuhi ? 3.9 Jika TIDAK Catat semua kekurangan agar dapat dilengkapi. 3.10 Jika YA : lanjutkan 3.11 Periksa Transaksi di mesin kartu kredit, lakukan “Settlement” bila masih ada
transaksi 3.12 yang tertinggal lakukan “Settlement” dan berikan kepada Kasir Umum. 3.13 Konfirmasi dengan ruang perawatan untuk mengetahui jumlah pasien yang
rencana pulang pada hari tersebut dan juga biaya-biaya pasien yang belum dilakukan pencatatan.
3.14 Selesai
349 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
IV. DOKUMEN TERKAIT Tidak ada
V. LAMPIRAN
VI. DAFTAR DISTRIBUSI 6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Manajer Pengembangan Usaha 6.4 Kepala Bagian Administrasi Pasien 6.5 Kepala Bagian Keterapian Fisik
350 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
I. PENGERTIAN Prosedur Akhir Kerja adalah suatu kegiatan persiapan staf administrasi untuk penutupan ruang kerja yang meliputi proses pelaporan hasil kerja, penyetoran pendapatan, penyetoran file keuangan, pemeriksaan alat kerja, persiapan kertas cetakan, kebersihan dan kerapihan ruang kerja.
II. TUJUAN
Prosedur ini menetapkan petunjuk pelaksanaan bagi staf administrasi Fisioterapi dalam mengakhiri masa kerja sehingga dapat memberikan ketepatan pelaporan dan penyetoran file keuangan pasien pulang dan pendapatan.
III. KEBIJAKAN
3.1 Standar prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman atau panduan bagi Fisioterapis dalam menyelenggarakan pelayanan fisioterapi pada pasien, dan mengingat pedoman atau panduan ini disusun untuk satu penyakit secara umum maka pedoman atau panduan ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan pertimbangan klinis dari Fisioterapis terapis dalam penatalaksanaan pasien.
3.2 Setiap program Fisioterapi, pelaksanaan program Fisioterapi dan perkembangannya harus didokumentasikan secara lengkap oleh Fisioterapis dalam berkas rekam medis pasien
IV. IV. PROSEDUR 4.1 Staff administrasi mempersiapkan file keuangan pasien yang sudah
ulang apabila ada perbedaan, bila tidak dapat menyelesaikan permasalahan konsultasikan hal tersebut dengan Penyelia, bila ada perbedaan maka harus ada keterangan yang jelas dan juga dokumen yang lengkap.
4.4 Pisahkan antara uang modal dan pendapatan kasir. 4.5 Cetak “Audit Trail” dari mesin Kartu Kredit untuk menghindari kesalahan
printing. 4.6 Lakukan “Settlement” pendapatan kartu kredit.
. LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 350 dari 362
Judul: Prosedur Akhir Kerja Administrasi
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh : Kepala Bagian Fisioterapi
No.: SPO-KL-FIS-45
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
351 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
4.7 Masukan semua pendapatan, slip dan “Settlement” kartu kredit ke dalam amplop setoran kasir.
4.8 Isi keterangan dimuka amplop pendapatan kasir sesuai dengan isi amplop. 4.9 Tuliskan jumlah pendapatan kasir, tandatangan dan nama jelas penyetor di
Slip Bank untuk disetorkan. 4.10 Matikan komputer bila sudah tidak ada kegiatan administrasi lagi. 4.11 Pastikan semua komputer dan “printer” dalam keadaan mati, pastikan
kebersihan 4.12 ruangan terjaga baik dan semua pintu terkunci sebelum meninggalkan
ruangan. 4.13 Apakah Bank masih beroperasi?
4.13.1 Jika YA : Setorkan uang tunai pendapatan kasir berikut Slip Bank ke Bank.
4.13.2 Jika TIDAK : Masukan uang tunai pendapatan kasir berikut Slip Bank ke dalam Amplop Penyetoran Tunai
4.14 Tuliskan nama kasir dan jumlah pendapatan di muka Amplop penyetoran. 4.15 Minta Penyelia memeriksa semua laporan dan menandatangani laporan
dan juga dokumen yang terkait dengan laporan. 4.16 Setorkan laporan, Slip Bank/Amplop pendapatan, uang modal dan file
keuangan pasien pulang di seksi Kasir Umum. 4.17 Serahkan kunci ruangan kepada Penyelia. 4.18 Serah terimakan tugas yang tertunda kepada Staff administrasi Fisioterapi
berikutnya 4.19 Selesai
V. UNIT TERKAIT Tidak ada
352 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
. LOGO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal 352 dari 5
Judul: Orientasi Karyawan Baru Bagian Fisioterapi
Departemen.: Klinik
Tanggal Keluar :
Tanggal Revisi:
Dibuat oleh: Kepala Bagian Fisioterapi
No.:
No. Revisi:
Disetujui Oleh: Manajer Klinik
Disahkan oleh: Direksi
I. PENGERTIAN Orientasi Karyawan Baru Bagian Rehabilitasi Medik adalah suatu periode dalam masa percobaan karyawan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perusahaan dimana karyawan baru wajib mengikuti kegiatan pengenalan ( orientasi ).
II. TUJUAN Peraturan ini dimaksudkan sebagai pedoman umum dalam pelaksanaan orientasi bagi karyawan baru di Bagian Rehabilitasi.
III. PROSEDUR 3.1 Pelaksana
3.1.1 Orientasi bagi karyawan baru akan dilaksanakan dalam 2 ( dua ) tahapan, sebagai berikut : 3.1.1.1 Orientasi Umum dilaksanakan oleh Departemen Sumber
Daya Manusia. 3.1.1.2 Orientasi Khusus dilaksanakan oleh Departemen bersama
Bagian Rehabilitasi. 3.1.2 Orientasi Khusus wajib dilikuti oleh karyawan baru sebagaimana
diatur dalam peraturan ini 3.1.3 Materi yang diberikan selama masa Orientasi Khusus akan meliputi:
3.1.3.1 Struktur Organisasi Departemen, Bagian dan Uraian Tugas. 3.1.3.2 Peraturan - Ketentuan Departemen Klinik. 3.1.3.3 Standar Prosedur Operasional. 3.1.3.4 Instruksi Kerja bagian Rehabilitasi. 3.1.3.5 Pengenalan lingkungan kerja. 3.1.3.6 Pengenalan peralatan kerja. 3.1.3.7 Latihan penggunaan peralatan kerja.
3.1.4 Metoda pelaksanaan Orientasi Khusus adalah dengan metoda belajar aktif
3.1.5 dengan bimbingan petugas yang ditunjuk. 3.1.6 Evaluasi atas pemahaman sehubungan dengan materi yang
dipelajari akan dilakukan oleh Kepala Bagian Rehabilitasi dibantu oleh Kepala Seksi Terapi Fisik.
3.1.7 Laporan Tertulis mengenai pelaksanaan orientasi Khusus serta evaluasi Individual saat dilaksanakannya penilaian atas
353 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
pelaksanaan masa percobaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku akan dibuat oleh Kepala Bagian Rehabilitasi.
3.2 Ruang Lingkup Peraturan ini berlaku bagi seluruh karyawan baru yang akan bertugas di
bagian Rehabilitasi.
IV. DOKUMEN TERKAIT Peraturan Perusahaan mengenai Orientasi Karyawan Baru Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk.
V. LAMPIRAN 5.1 Jadwal Orientasi Karyawan Baru.
VI. DAFTAR DISTRIBUSI 6.1 Direksi 6.2 Manajer Klinik 6.3 Manajer Sumber Daya Manusia. 6.4 Kepala Bagian Keterapian Fisik
354 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
IV.2.
AUDIT DAN TINDAK LANJUT PENERAPAN SPO
1. Pengertian :
Mengidentifikasi penyimpangan penerapan SPO melalui dokumen pelayanan
pasien/klien, menginterpretasi temuan penyimpangan, dan tindak lanjut
perbaikan SPO.
2. Data yang dihasilkan :
a Temuan penyimpangan penerapan SPO.
b Interpretasi temuan penyimpangan.
c Tindak lanjut perbaikan SPO.
d SPO baru.
3. Peralatan yang digunakan :
a Dokumen / status pasien.
b Dokumen SPO
c Buku / komputer
d Alat tulis
4. Prosedur :
a Mengamati rekam/status pasien/klien fisioterapi
b Mengidentifikasi adanya penyimpangan penerapan SPO.
c Mengintrepretasi temuan.
d Menindak lanjuti perbaikan SPO.
e Mendokumentasi SPO baru.
355 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
5. Lampiran
6. Referensi :
6.1 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363 Tahun 2001 tentang
Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapi.
6.2 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376 Tahun 2007 tentang
Standar Profesi Fisioterapi
6.3 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
6.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
6.5 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat
Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008,
tertulis adanya Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
6.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang
Standar Profesi Fisioterapi Indonesia.
6.7 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 749a/MENKES/PER/XII/1989
tentang Rekam Medik.
6.8 Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007.
6.9 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy
Association, 2001
6.10 ISO 9000:2000.
356 | P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a
IV.3.
TELAAH DAN TINDAK LANJUT SUMASI PASIEN/KLIEN.
1. Pengertian :
Merekapitulasi sumasi pasien/klien yang berkaitan dengan