Top Banner
Guci On the South-East of Slamet Mountain slope (Central Java), there is a 14.360 ha geothermal system known as Guci. The Guci Contract of Work (COW), 25 km on the South of Tegal city and 20 km on the north of Purwoketo city, is on 3 regency which are Brebes, Pemalang and Tegal. Indication of the geothermal system is obvious by the hot water manifestations such as pancuran 13, Cahaya, Saketi and Sigedong. These manifestation is being controled by a graben structure which is located at the North of Slamet Mountain Summit, otherwise there are being controlled by structures related with that graben. From the geochemistry, these manifestations are bicarbonate type which indicate that the hot waters are from condesate water. Moreover from the isotop analysis has shown that these hot waters come from meteoric water. According to the mountain systems, The Guci geothermal system is predicted to be associated with Slamet Mountain. Reservoir is predicted to be on the Guci graben area directing to Igir Cowet Mountain. The reservoir has a volcanic rock type with 1-1.3 km thickness measured from the surface. From the low magnetic anomaly, there is a hydrothermal system indication associated with the graben directing to Igir Cowet. On the Na-K-Ca and Mg correction geothermometer, reservoir temperatur is being suspected to be about 200oC - 230oC. Baturaden On the South of Slamet Mountain (Central Java), near by the Guci geothermal system there is an other system known as Baturaden which is on 4 different regencies named Tegal regency, Banyumas regency, Brebes regency and Purbalingga regency. Baturaden is a 24.660 ha area located 25 km on the South of Tegal city and 20 km on the North of Purwokerto city. The geothermal system is indicated by many hot water manifestation such as pancuran 7 and pancuran 3. As the geochemistry analysis has been done, these hot water is a mixing type consisting of chloride mixed with Sulfate-bicarbonate condensate water. As the result of this mixing type water, silica sinter is found on Pancuran 3. Furthermore from the isotop analysis has shown that these hot waters is being diluted by meteoric water.
16
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Guci

Guci On the South-East of Slamet Mountain slope (Central Java), there is a 14.360 ha geothermal system known as Guci. The Guci Contract of Work (COW), 25 km on the South of Tegal city and 20 km on the north of Purwoketo city, is on 3 regency which are Brebes, Pemalang and Tegal. Indication of the geothermal system is obvious by the hot water manifestations such as pancuran 13, Cahaya, Saketi and Sigedong. These manifestation is being controled by a graben structure which is located at the North of Slamet Mountain Summit, otherwise there are being controlled by structures related with that graben. From the geochemistry, these manifestations are bicarbonate type which indicate that the hot waters are from condesate water. Moreover from the isotop analysis has shown that these hot waters come from meteoric water. According to the mountain systems, The Guci geothermal system is predicted to be associated with Slamet Mountain. Reservoir is predicted to be on the Guci graben area directing to Igir Cowet Mountain. The reservoir has a volcanic rock type with 1-1.3 km thickness measured from the surface. From the low magnetic anomaly, there is a hydrothermal system indication associated with the graben directing to Igir Cowet. On the Na-K-Ca and Mg correction geothermometer, reservoir temperatur is being suspected to be about 200oC - 230oC. Baturaden On the South of Slamet Mountain (Central Java), near by the Guci geothermal system there is an other system known as Baturaden which is on 4 different regencies named Tegal regency, Banyumas regency, Brebes regency and Purbalingga regency. Baturaden is a 24.660 ha area located 25 km on the South of Tegal city and 20 km on the North of Purwokerto city. The geothermal system is indicated by many hot water manifestation such as pancuran 7 and pancuran 3. As the geochemistry analysis has been done, these hot water is a mixing type consisting of chloride mixed with Sulfate-bicarbonate condensate water. As the result of this mixing type water, silica sinter is found on Pancuran 3. Furthermore from the isotop analysis has shown that these hot waters is being diluted by meteoric water. There is an evidence of a suspected outflow from a travertine deposit found on pancuran 7 and pancuran 3. As a recap that a rich Ca2+ kation water will produce a travertine deposit and travertine deposit generally found on the outflow side of a geothermal system. Along with Guci geothermal system, this close gap differences with Baturaden makes a same prediction which these system are related with Slamet Mountain. But with a contradiction there are 2 system beneath Slamet mountain which is Guci geothermal system and Batu Raden geothermal system. Batu Raden geothermal reservoir has a 1-1,25 km thickness with an elevation about 1-0.5 km from the surface with piroclastic and andesite rock domination. The Na-K-Ca and Mg correction geothermometer delivers a 200oC - 210oC reservoir temperature.

\

Page 2: Guci

Rabu, 11 April 2012 - 11:07 WIBPotensi Energi Panas Bumi Baturraden Layak DikembangkanOleh : DESK INFORMASI- Dibaca: 719 kali

Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik nasional, daerah Baturraden, Kabupaten Banyumas, mempunyai potensi energi panas bumi yang layak dikembangkan. Kawasan Baturaden memiliki kapasitas energi panas bumi yang cukup besar, cadangan terduga mencapai 175 MWe, jumlah yang cukup signifikan untuk mendukung pemenuhan listrik nasional.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Banyumas Anton Adi Wahyono sebagaimana dikutip Jatengprov menyebutkan, potensi panas bumi dengan lokasi di lereng Gunung Slamet, yang sebagian besar wilayahnya masuk Kabupaten Banyumas ini telah mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat. Hal ini terbukti dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 0129/K/30/MEM/2008 tanggal 1 Februari 2008 yang menjadi dasar penugasan kepada PT. Trinergy untuk melakukan survei pendahuluan panas bumi di daerah Baturraden Provinsi Jawa Tengah.

Survei pendahuluan yang dilakukan oleh PT. Trinergy bertujuan untuk menemukan dasar penentuan Wilayah Kerja Penambangan (WKP) Panas Bumi Baturraden. Survey dilakukan dengan melibatkan 3 orang ahli yaitu Mas Ace Purbawinata (ahli Geologi), Asnawir Nasution (ahli Geokimia), dan Wahyu Srigutomo (ahli Geofisika). Penelitian yang dilakukan meliputi survei Geologi dan Interpretasi foto udara, survey Geokimia, survey Geofisika, dan Magnetotellurik.

Dalam tahap akhir dari serangkaian survei tersebut dilakukan evaluasi terpadu meliputi seluruh data (geologi, geokimia, geofisika dan magnetutellurik), dengan tujuan untuk merekonstruksi konsep model tentatif sistem panas bumi Baturraden. Selanjutnya menentukan perkiraan letak sumber panas, zona up-flow dan out-flow, zona reservoir produktif, discharge dan recharge area, serta karakteristik fisis/kimia fluida panas buminya.

“Hasil penelitian awal yang dilakukan dalam kurun waktu 2 tahun mulai April 2009 hingga April 2011 telah menetapkan potensi panas bumi Baturraden mencapai 220 MWe,” jelas Anton Adi Wahyono.

Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi Baturraden seluas 24.660 hektar, terletak di 5 kabupaten yaitu Banyumas, Brebes, Tegal, Pemalang dan Purbalingga. Perinciannya, Kabupaten Banyumas 15.490 ha, Brebes 3.052 ha, Tegal 874 ha, Pemalang 2.345 ha, dan Purbalingga 2.900 ha.

Sebagai salah satu sumber energi terbarukan, panas bumi Baturraden layak untuk dikembangkan, sebagai salah satu solusi pemenuhan energi di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Beberapa manfaat yang bisa dihasilkan dari pengembangan energi panas bumi ini, kata Anton, antara lain mendukung sektor industri komersial seperti pariwisata dan perhotelan, serta sektor industri seperti pertanian, perkebunan dan peternakan.

Page 3: Guci

Disamping itu, pengembangan panas bumi Baturraden juga akan menghasilkan potensi pendapatan daerah bagi Pemkab Banyumas, melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berupa Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA). Juga potensi pendapatan dari Clean Development Mechanism (CDM), dan penyerapan tenaga kerja yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.

Anton berharap, potensi yang cukup besar ini segera digarap dengan optimal. “Saat ini ketergantungan kita terhadap energi fosil masih tinggi (gas bumi 21,90%, batubara 26,38%, dan minyak bumi 46,93%), padahal energi-energi tersebut berasal dari sumber-sumber yang tak terbarukan dengan cadangan yang terbatas,” paparnya.

Sementara itu, penyediaan energi terbarukan yang low carbon belum banyak dimanfaatkan. Padahal, Indonesia memiliki potensi Panas Bumi terbesar di dunia yaitu 29.000 MW atau 40% dari total potensi panas bumi dunia. Namun pemanfaatannya masih kecil yaitu 1.189 MW atau baru sekitar 4%. Maka pemanfaatan energi panas bumi Baturraden akan menjadi bagian dari upaya Kabupaten Banyumas untuk mendukung pemerintah dalam pemenuhan listrik bagi masyarakat.

Anton menambahkan, upaya yang telah dan akan dilakukan oleh Pemkab Banyumas bekerjasama dengan berbagai pihak untuk memanfaatkan panas bumi Baturraden ini harus didukung. “Dibutuhkan kerjasama dan sinergi yang baik antara pemerintah, baik eksekutif maupun legislatif, serta seluruh elemen masyarakat. Jangan sampai ada kepentingan-kepentingan lain yang kontraproduktif dan merugikan. Kita bekerja untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat”, pungkasnya. (Humas Jateng, ES)

Page 4: Guci

Pengertian dan Komponen Sistem Panas BumiJul 24 by rangsimpati

Artikel ini merupakan repost dari blog pribadi saya yaitu irsamukhti.blogspot.com.

PengertianSistem panas bumi (geothermal system) secara umum dapat diartikan sebagai sistem penghantaran panas di dalam mantel atas dan kerak bumi dimana panas dihantarkan dari suatu sumber panas (heat source) menuju suatu tempat penampungan panas (heat sink). Dalam hal ini, panas merambat dari dalam bumi (heat source) menuju permukaan bumi (heat sink).

Sumber gambar: http://geothermal.marin.org/GEOpresentation/sld00x.htm

Proses penghantaran panas pada sistem panas bumi melibatkan fluida termal yang bisa berupa batuan yang meleleh, gas, uap, air panas, dan lain-lain. Dalam perjalanannya, fluida termal yang berupa uap dan atau air panas dapat tersimpan dalam suatu formasi batuan yang berada diantara sumber panas dan daerah tampungan panas. Formasi batuan ini selanjutnya dikatakan sebagai reservoir.

Sistem panas bumi yang terpengaruh kuat oleh adanya uap dan atau air panas dikatakan sebagai sistem hydrothermal. Sistem ini sering berasosiasi dengan pusat vulkanisme atau gunung api di sekitarnya. Jika fluida magmatik dari gunung api lebih mendominasi sistem hidrotermal, maka dikatakan sebagai sistem vulkanik hidrotermal (volcanic hydrothermal system). Sistem panas bumi dapat berada pada daerah bermorfologi datar (flat terrain) dan dapat pula berada pada daerah bermorfologi curam (step

Page 5: Guci

terrain). Di Indonesia, sistem panas bumi yang umum ditemukan adalah sistem hidrotermal yang berasosiasi dengan pusat vulkanisme pada daerah bermorfologi step terrain.

Selain sistem hidrotermal, terdapat pula jenis lain dari sistem panas bumi, seperti: hot dry rock system, geopressured system, heat sweep system.

Komponen – Komponen Sistem Panas BumiKomponen sistem panas bumi yang dimaksud di sini adalah komponen-kompenen dari sistem panas bumi jenis hidrotermal, karena sistem inilah yang paling umum ditemukan di Indonesia. Sistem hidrotermal didefenisikan sebagai jenis sistem panas bumi dimana transfer panas dari sumber panas menuju permukaan bumi adalah melalui proses konveksi bebas yang melibatkan fluida meteorik dengan atau tanpa jejak fluida magmatik. Fluida meteorik contohnya adalah air hujan yang meresap jauh ke bawah permukaan tanah.

Komponen-komponen penting dari sistem hidrotermal adalah: sumber panas, reservoir dengan fluida termal, daerah resapan (recharge), daerah luahan (discharge) dengan manifestasi permukaan.

1. Sumber PanasSepanjang waktu panas dari dalam bumi ditransfer menuju permukaan bumi dan seluruh muka bumi menjadi tempat penampungan panas (heat sink). Namun begitu, di beberapa tempat energi panas ini dapat terkonsentrasi dalam jumlah besar dan melebihi jumlah energi panas per satuan luas yang rata-rata ditemui.

Gunung api merupakan contoh dimana panas terkonsentrasi dalam jumlah besar. Pada gunung api, konsentrasi panas ini bersifat intermittent yang artinya sewaktu-waktu dapat dilepaskan dalam bentuk letusan gunung api. Berbeda dengan gunung api, pada sistem panas bumi konsentrasi panas ini bersifat kontinu. Namun demikian, pada kebanyakan kasus, umumnya gunung api baik yang aktif maupun yang dormant, adalah sumber panas dari sistem panas bumi. Hal ini ditemui di Indonesia dimana umumnya sistem panas buminya adalah sistem hidrotermal yang berasosiasi dengan pusat vulkanisme atau gunung api. Dalam hal ini, gunung api menjadi penyuplai panas dari sistem panas bumi di dekatnya.

Oleh karena gunung api merupakan sumber panas potensial dari suatu sistem panas bumi, maka daerah yang berada pada jalur gunung api berpotensi besar memiliki sistem panas bumi temperatur tinggi (di atas 225 Celcius). Itulah kenapa Indonesia yang dikenal berada pada jalur cincin api

Page 6: Guci

(ring of fire) diklaim memiliki potensi panas bumi atau geothermal terbesar di dunia.

Daerah lain yang berpotensi menjadi sumber panas adalah: daerah dengan tekanan litostatik lebih besar dari normal (misal pada geopressured system), daerah yang memiliki kapasitas panas tinggi akibat peluruhan radioaktif yang terkandung di dalam batuan, daerah yang memiliki magmatisme dangkal di bawah basemen. Namun pada kasus-kasus ini, intensitas panasnya tidak sebesar panas dari gunung api.

2. ReservoirReservoir panas bumi adalah formasi batuan di bawah permukaan yang mampu menyimpan dan mengalirkan fluida termal (uap dan atau air panas). Reservoir biasanya merupakan batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas yang baik. Porositas berperan dalam menyimpan fluida termal sedangkan permeabilitas berperan dalam mengalirkan fluida termal.

Reservoir panas bumi dicirikan oleh adanya kandungan Cl (klorida) yang tinggi dengan pH mendekati normal, adanya pengayaan isotop oksigen pada fluida reservoir jika dibandingkan dengan air meteorik (air hujan) namun di saat bersamaan memiliki isotop deuterium yang sama atau mendekati air meteorik, adanya lapisan konduktif yang menudungi reservoir tersebut di bagian atas, dan adanya gradien temperatur yang tinggi dan relatif konstan terhadap kedalaman.

Reservoir panas bumi bisa saja ditudungi atau dikelilingi oleh lapisan batuan yang memiliki permeabilitas sangat kecil (impermeable). Lapisan ini dikenal sebagai lapisan penudung atau cap rock. Batuan penudung ini umumnya terdiri dari minera-mineral lempung yang mampu mengikat air namun sulit meloloskannya (swelling). Mineral-mineral lempung ini mengandung ikatan-ikatan hidroksil dan ion-ion seperti Ka dan Ca sehingga menyebabkan lapisan tersebut menjadi sangat konduktif. Sifat konduktif dari lapisan ini bisa dideteksi dengan melakukan survei magneto-tellurik (MT) sehingga posisi lapisan konduktif ini di bawah permukaan dapat terpetakan. Dengan mengetahui posisi dari lapisan konduktif ini, maka posisi reservoir dapat diperkirakan, karena reservoir panas bumi biasanya berada di bawah lapisan konduktif ini.

3. Daerah Resapan (Recharge)Daerah resapan merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di tempat tersebut bergerak menjauhi muka tanah. Dengan kata lain, air tanah di daerah resapan bergerak menuju ke bawah permukaan bumi.

Dalam suatu lapangan panas bumi, daerah resapan berada pada elevasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan elevasi dari daerah dimana sumur-

Page 7: Guci

sumur produksi berada. Daerah resapan juga ditandai dengan rata-rata resapan air tanah per tahun yang bernilai tinggi.

Menjaga kelestarian daerah resapan penting artinya dalam pengembangan suatu lapangan panas bumi. Menjaga kelesatarian daerah resapan berarti juga menjaga keberlanjutan hidup dari reservoir panas bumi untuk jangka panjang. Hal ini karena daerah resapan yang terjaga dengan baik akan menopang tekanan di dalam formasi reservoir karena adanya fluida yang mengisi pori di dalam reservoir secara berkelanjutan. Menjaga kelestarian daerah resapan juga penting artinya bagi kelestarian lingkungan hidup. Sehingga dari sini dapat dikatakan juga bahwa pengembangan panas bumi bersahabat dengan lingkungan.

4. Daerah Discharge dengan Manifestasi PermukaanDaerah luahan (discharge area) merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di tempat tersebut bergerak menuju muka tanah. Dengan kata lain, air tanah di daerah luahan akan bergerak menuju ke atas permukaan bumi. Daerah luahan pada sistem panas bumi ditandai dengan hadirnya manifestasi di permukaan. Manifestasi permukaan adalah tanda-tanda yang tampak di permukaan bumi yang menunjukkan adanya sistem panas bumi di bawah permukaan di sekitar kemunculannya.

Manifestasi permukaan bisa keluar secara langsung (direct discharge) seperti mata air panas dan fumarola. Fumarola adalah uap panas (vapor) yang keluar melalui celah-celah batuan dengan kecepatan tinggi yang akhirnya berubah menjadi uap air (steam). Tingginya kecepatan dari fumarola sering kali menimbulkan bunyi bising.

Manifestasi permukaan juga bisa keluar secara terdifusi seperti pada kasus tanah beruap (steaming ground) dan tanah hangat (warm ground), juga bisa keluar secara intermittent seperti pada manifestasi geyser, dan juga bisa keluar secara tersembunyi seperti dalam bentuk rembesan di sungai.

Secara umum, manifetasi permukaan yang sering muncul pada sistem-sistem panas bumi di Indonesia adalah: mata air panas, fumarola, steaming ground, warm ground, kolam lumpur panas, solfatara, dan batuan teralterasi. Solfatara adalah uap air (steam) yang keluar melalui rekahan batuan yang bercampur dengan H2S, CO2, dan kadang juga SO2 serta dapat mengendapkan sulfur di sekitar rekahan tempat keluarnya. Sedangkan batuan teralterasi adalah batuan yang terubahkan karena adanya reaksi antara batuan tersebut dengan fluida panas bumi.

Page 8: Guci

Mata air panas sebagai salah satu bentuk manifestasi panas bumi.

Seepage yang muncul di danau sebagai bentuk lain dari manifestasi panas bumi.

Page 9: Guci

Jika Anda ingin mengenal berbagai macam sistem panas bumi lebih jauh, silahkan download paper saya: Green Field Geothermal Systems in Java, Indoneseia.

Dalam tulisan terdahulu, saya telah memaparkan tentang “Pengertian dan Komponen Sistem Panas Bumi“. Kali ini kita akan menengok salah satu contoh manifestasi panas bumi, yaitu mata air panas.

Pada tanggal 4-7 Juli 2012 yang lalu, saya bersama grup S2 Teknik Panas Bumi ITB melakukan kegiatan ekskursi ke daerah Baturraden dan ke daerah Dieng, Jawa Tengah. Sehubungan dengan itu, maka kali ini saya akan menulis tentang mata air panas Pancuran 7, Baturraden.

Pancuran 7 adalah mata air panas yang muncul di sisi lereng selatan dari gunung Slamet. Secara administratif, kemunculan mata air panas ini berada di daerah Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Secara geografis, mata air panas Pancuran 7 terletak pada koordinat 7 18 35.7 LS dan 109 13 06.3 BT pada elevasi sekitar 780 meter di atas permukaan laut.

Page 10: Guci

Pancuran 7 Baturraden

Saat ini, mata air panas Pancuran 7 merupakan objek wisata alam yang cukup ramai dikunjungi. Keunikan dari mata air ini adalah tempat kemunculannya yang melalui 7 celah sejajar yang saling berdekatan.

Page 11: Guci

Pancuran 7

Mata air panas Pancuran 7 memiliki temperatur sekitar 60 derajat Celcius dimana temperatur udara di daerah tersebut adalah sekitar 20 derajat Celcius. Mata air ini memiliki pH netral dan mengendapkan travertine di sekitar kemunculannya. Travertine hanya dibentuk oleh air bikarbonat yang kaya kation Ca2+. Air bikarbonat biasanya terbentuk pada daerah marjinal dari suatu sistem panas bumi (geothermal).

Aliran air panas dari Pancuran 7 ini menerus sekitar 100 meter ke arah selatan dan terjun bebas pada suatu sisi tebing. Travertine juga diendapkan pada sisi tebing tersebut. Adanya rongga yang terbentuk pada bagian bawah tebing ini membuatnya dinamakan sebagai goa yaitu “Goa Selirang”.

Page 13: Guci

Goa Selirang

Mata air panas Pancuran 7 adalah salah satu bentuk dari manifestasi suatu sistem panas bumi yang berada di sekitar daerah Baturraden. Di samping Pancuran 7, di sekitar daerah ini juga terdapat mata air panas Pancuran 3. Manifestasi sendiri merupakan gejala yang terlihat di permukaan yang mengindikasikan adanya suatu sistem panas bumi di bawah permukaan di sekitar daerah kemunculan manifestasi tersebut. Manifestasi panas bumi di permukaan dapat berbentuk keluaran mata air hangat atau panas, tanah hangat atau tanah beruap, fumarola, solfatara, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya tentang hal ini bisa dibaca tulisan saya mengenai “Pengertian dan Komponen Sistem Panas Bumi”. Sistem panas bumi di daerah Baturraden yang diindikasikan oleh adanya manifestasi permukaan berupa mata air panas di daerah tersebut mungkin saja berasosiasi dengan aktivitas vulkanik dari gunung Slamet.

Page 14: Guci

Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung api terbanyak di dunia, namun pemanfaatannya masih sedikit. GunungSlamet di Jawa Tengah merupakan daerah dijumpai manifestasi panasbumi. Geologi Gunung Slamet perlu diketahui gunapemanfaatan potensi panasbumi. Gunung Slamet tersusun atas batuan dasar, batuan gunung api tua maupun batuan gunung apimuda. Gunung Slamet terpotong oleh kelurusan patahan tertentu. Manifestasi panas bumi di lereng Gunung Slamet munculkarena kondisi geologi yang tertentu yang perlu untuk dikaji. Identifikasi geologi Gunung Slamet dilakukan melaluipengamatan lapangan terhadap kondisi bentang alam, batuan dan kelurusan geologi. Interpretasi patahan dilakukan daripengamatan citra dan data sekunder lainnya. Lokasi panas bumi ditentukan koordinatnya, kemudian diplotkan dalam peta.Gunungapi Slamet Muda terdiri atas morfologi puncak, lereng atas, lereng bawah dan kaki gunungapi. Gunungapi Slamet Tuamembentuk morfologi lereng dan kaki gunungapi. Batuan/litologi yang terdapat di lereng Gunung Slamet Tua diantaranyaadalah abu volkanik, breksi laharik dan lava. Gunung Api Slamet Muda tersusun atas breksi piroklastik hasil letusan dan lava.Panas bumi muncul pada lereng bawah dan kaki Gunungapi Slamet Tua. Manifestasi panas bumi muncul pada batuan GunungApi Slamet Tua dan batuan dasar berupa batupasir-batulempung. Manifestasi permukaan panas bumi menikuti pola patahantertentu yang berarah baratlaut-tenggara yang memotong tubuh Gunung Slamet Tua.