Top Banner

of 59

GTJ Vela

Oct 17, 2015

Download

Documents

Dudi

data skripsi gigi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • LAPORAN HASIL DISKUSI PEMICU 7

    BLOK 9 (ILMU KEDOKTERAN GIGI KLINIK 5)

    HARAPAN IBU RITA

    DISUSUN OLEH:

    KELOMPOK 1

    Adeka Julita Sari (1006658556)

    Ajrina Busri (1006658562)

    Anantaria Okawati Rambe (1006658575)

    Annisa Dwi Puspita (1006658581)

    Annisa Luthfia Yandri (1006658594)

    Dellyan Putra (1006658625)

    Dina Ariani (1006658631)

    Dominikus Fernandi (1006658644)

    Farida Ervintari (1006658650)

    Febia Karunia (1006658663)

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS INDONESIA

    2012

  • 1

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

    rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan hasil diskusi skenario 7 dalam bentuk makalah Blok 9

    Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 5 dengan judul Harapan Ibu Rita. Kami mengharapkan

    laporan ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya..

    Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu

    kami menyelesaikan masalah dalam Skenario 7 ini, di antaranya:

    1. drg. Siti Fardaniah Sp. Pros, fasilitator yang telah dan senantiasa memberikan arahan

    kepada kami selama berlangsungnya diskusi.

    2. Para penulis yang telah membantu kami menjawab persoalan-persoalan yang ada di

    dalam skenario 2 ini melalui buku-buku maupun tulisan mereka.

    3. Orangtua dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan kepada kami dalam

    menyelesaikan tugas-tugas ini.

    Sebagai manusia biasa, kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan di dalam

    makalah ini dan jauh dari kesempurnaan. Namun, kami tetap berharap makalah ini dapat

    bermanfaat dan meningkatkan pengetahuan para pembaca.

    Jakarta, Oktober 2012

    Penyusun

    Kelompok 1

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penyusunan laporan ini berdasarkan pada kasus berikut:

    Satu bulan kemudian , Ibu Rita berkunjung kembali ke drg. Tatia untuk melanjutkan

    perawatan kehilangan gigi 26 dengan gigi tiruan yang tidak dapat dilepas. Ibu Rita

    bersedia menjalani tahap-tahap perawatan yang sudah ditetapkan, dengan harapan

    mendapatkan gigi tiruan yang estetis dan nyaman.

    B. Tujuan

    Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui:

    1. Jenis-jenis gigi tiruan jembatan.

    2. Indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan jembatan dan persyaratan gigi abutment.

    3. Komponen-komponen pada gigi tiruan jembatan dan tipe-tipenya.

    4. Material yang digunakan pada pembuatan gigi tiruan jembatan.

    5. Tata laksana klinis perawatan gigi tiruan jembatan.

    6. Komunikasi dokter gigi dengan laboratorium dental

    C. Rumusan Masalah

    1. Apa saja jenis-jenis gigi tiruan jembatan dan bagaimana indikasi serta

    kontraindikasinya?

    2. Apa saja komponen yang ada pada gigi tiruan jembatan?

    3. Apa saja syarat yang diperlukan sebuah gigi untuk dijadikan gigi penyangga pada gigi

    tiruan jembatan?

    4. Apa saja syarat dan prinsip preparasi gigi tiruan jembatan?

    5. Bagaimana tata laksana perawatan gigi tiruan jembatan?

  • 3

    D. Mind Map

    E. Hipotesis

    Ibu Rita akan dibuatkan gigi tiruan jembatan tipe conventional bridge dengan gigi 25

    dan 27 sebagai gigi penyangga. Sebelumnya dilakukan perawatan prepostetik pada gigi 24

    dan 25 berupa pembuatan restorasi onlay.

    Gigi Tiruan Jembatan

    Komponen GTJ

    Tata laksana

    Klinis

    Syarat gigi

    abutment

    Indikasi dan

    kontraindikasi

    Komunikasi

    Laboratorium

    Jenis Gigi Tiruan

    Jembatan

    konektor pontik

    retainer

  • 4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    1. Jenis-jenis Bridge

    a) Gigi tiruan jembatan konvensional

    Rigid fixed bridge

    Sesuai namanya, GTJ jenis ini secara fixed terhubung satu sama lain, baik

    melalui solder masing-masing mahkota maupun sebagai satu kesatuan

    casting (GTJ logam tuang).Dengan kata lain, tekanan yang diterima GTJ ini

    akan terdistribusi secara merata ke semua unit mahkota. GTJ jenis ini sering

    digunakan untuk GTJ yang long span, namun jarang digunakan untuk yang

    short span, karena diperlukan retensi yang sangat baik dari kedua retainer.

    Jika gagal risiko lepas sangat tinggi. Dengan kata lain, dalam pembuatan

    GTJ jenis ini perlu preparasi gigi abutment yang cukup ekstensif.

    - All acrylic GTJ sementara, tekanan kunyah ringan

    - All metal tidak memerlukan estetis, gigi penyangga pendek

    - All porcelain ukuran abutment besar dan tekanan kunyah ringan

    - Kombinasi indikasi luas, kekuatan dan estetis baik

    Indikasi Penggantian 1 3 gigi yang saling bersebelahan; Pasien yang

    punya tekanan kunyah normal kuat; Gigi penyangga tidak terlalu besar.;

    Gigi penyangga derajat goyangnya 1 (normal).

    Kontra-Indikasi Pontics/span yang terlalu panjang; Gigi penyangga

    memiliki kelainan periodontal atau karies esktensif; Pasien yang masih muda

    dengan ruang pulpa besar.

    Keuntungan Memiliki indikasi terluas dari semua jenis GTJ; Punya efek

    splinting terbaik dan karenanya sering digunakan sebagai perawatan

    penunjang periodontal.

    Kerugian Jika span terlalu panjang terjadi resiko adanya gaya

    ungkit/bent/efek flexural. Hal ini terjadi pada saat makan, bolus makanan

    berada baik di gigi penyangga atau berada di tengah span/pontics.

  • 5

    Semi fixed bridge

    Pada GTJ jenis ini distribusi tekanan dibagi ke masing-masing unit pontik &

    retainer. Disini GTJ dibagi menjadi 2 bagian, yaitu satu retainer dan

    gabungan pontik & retainer menggunakan desain dovetail & slot (minor &

    major retainer male & female counterpart). Jarang sekali menggunakan

    mahkota tiruan penuh dan lebih kepada inlay atau onlay. GTJ ini lebih

    diindikasikan untuk yang short span di regio posterior dikarenakan pada

    GTJ ini tidak perlu preparasi yang ekstensif (sifat abutmentnya inlay/onlay).

    Disini bagian yang bersifat non-rigid diletakkan pada bagian distal unit GTJ

    dengan tujuan untuk mencegah tertariknya kunci (yang menghubungkan

    minor & major retainer) ke arah anterior akibat adanya efek Anterior

    Component Force saat terjadi oklusi. Hal ini membuat tekanan oklusal

    diberikan pada masing-masing pontik/retainer.

    Syarat Tekanan kunyah normal/ringan dan ukuran abutment normal.

    Konstruksi Non-rigid Connector di mesial diastema untuk mencegah

    tertariknya key karna gaya ACF.

    Indikasi Salah satu abutment miring >20 atau intermediate abutment;

    Kehilangan 1 atau 2 gigi dengan salah satu gigi penyangga vital; Kehilangan

    2 gigi dengan gigi penyangga intermediate.

    Keuntungan Adanya konektor non-rigid mencegah terjadinya gaya

    ungkit sebagaimana yang terjadi pada GTJ rigid-fixed; Preparasi tidak terlalu

    ekstensif sehingga pasien yang ruang pulpanya besar tidak menjadi masalah;

    Prosedur sementasi bertahap sehingga jika terjadi kesalahan tidak semua unit

    harus diulang.

    Kerugian Pembuatan relatif sulit, terutama keakuratan kedua unit

    retainer; Harganya relatif lebih mahal; Efek splinting kurang; Risiko fraktur

    pada kunci tinggi.

    Cantilever bridge

    GTJ ini merupakan jenis yang paling sederhana karena hanya punya satu

    abutment/retainer. Meskipun demikian, apabila proses dan preparasinya

  • 6

    dilakukan dengan baik, desain ini memiliki kesuksesan tertinggi. Bentuk

    desainnya adalah pontic secara langsung terhubung/disangga oleh 1 gigi

    abutment. Hal ini menyebabkan tekanan yang diterima jaringan

    periodonsium menjadi lebih besar daripada jenis lainnya sehingga area akar

    dari gigi penyangga harus cukup lebar untuk menyerap tekanan tersebut.

    Indiaksinya untuk gigi anterior yang memiliki daya gigi ringan seperti I2,

    sedangkan untuk C harus menggunakan semi rigid atau rigid-fixed. Di regio

    posterior jaranga digunakan karena beban oklusalnya terlalu tinggi dan

    berisiko terjadi gaya mengungkit.

    Syarat tekanan kunyah ringan, abutment sehat, dukungan tulang baik.

    Keuntungan Desain sederhana, pembuatannya mudah namun hasil

    maksimal; Jaringan yang rusak tidak banyak; Estetika paling baik karena

    kesederhanaan desainnya serta menggunakan full-porcelain crown.

    Indikasi Regio anterior, khususnya gigi I2 yang beban oklusal kecil.

    Kontra-Indikasi Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban

    oklusalnya tidak terlalu besar.

    Kerugian Punya daya mengungkit yang dapat merusak jaringan

    periodonsium (baik tulang maupun mukosa); Terjadi rotasi palato-labial,

    namun hal ini jarang terjadi karena adanya keseimbangan jaringan mukosa

    bibir, pipi, dan lidah; Indikasi sangat terbatas.

    Spring Bridge

    Disini pontics teerhubung dengan retainer melalui palatal bar yang panjang

    dan fleksibel, dengan kata lain GTJ ini merupakan kombinasi antara retainerp

    oleh dan potesa jaringan dimana tekanan mastikasi yang seharusnya diterima

    oleh pontic akan diserap oleh mukoperiosteum via palatal bar tersebut. Hal

    ini sangat menguntungkan terutama bagi pasien yang memiliki beban oklusal

    dan daya gigit yang kuat serta menginginkan estetika tertinggi (full-

    porcelain). Selain itu, preparasi gigi hanya perlu satu karena retainer yang

    akan digunakan hanya 1 serta faktor diastema bukan menjadi persoalan

  • 7

    sebagaimana pada GTJ jenis lainnya. Namun, pembuatannya sangat sulit dan

    perlu keakuratan yang tinggi.

    Indikasi Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi

    pilihan terbaik karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontics

    sehingga tidak terlalu terlihat jika menggunakan logam; Gigi dalam 1 regio

    tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai gigi penyangga, baik karena

    faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena faktor fisik retainernya;

    Jika diperlukan adanya diastema (umumnya faktor estetik).

    Kontra-Indikasi Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek

    sehingga kurang retentif untuk dijadikan penyangga; Pada gigi di mandibula;

    Bentuk palatal tidak memungkinkan, entah karena adanya torus atau

    bentuknya yang terlalu dangkal/dalam. Selain alasan fungsional, faktor

    estetik juga menjadi masalah; Gigi penyangga tidak memiliki kontak

    proksimal, menyebabkan gigi berisiko bergerak.

    Keuntungan Mendapat hasil estetika yang sangat baik; Waktu kunjungan

    relatif lebih singkat; Desain umumnya disambut baik oleh pasien karena

    faktor estetika dan kekuatan yang tahan lama; Tingkat kegagalan rendah

    selama preparasi dan pembuatannya benar.

    Kerugian Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada gaya

    yang cukup besar seperti trauma atau sering bergerak atau bahkan secara

    alami; Meskipun waktu kunjungan singkat, waktu pembuatan cukup lama

    dan kompleks serta butuh keahlian.

    Compound Bridge

    Merupakan kombinasi dari 2 jenis GTJ atau lebih dengan tujuan untuk

    membuat suatu unit yang dapat saling membagi/mendistribusi tekanan

    kunyah diantara pontik ke retainernya. Beberapa jenisnya antara lain: rigid-

    fixed & semi-rigid, rigid-fixed & spring, rigid-fixed & cantilever. GTJ ini

    digunakan karena tidak mungkin hanya menggunakan 1 jenis/unit GTJ saja

    pada satu kasus disebabkan oleh banyaknya gigi yang hilang (flexural effect).

    Keuntungan utama dari GTJ ini adalah mampun memecah 1 unit GTJ yang

  • 8

    kompleks menjadi beberapa unit fungsional dan mencegah kegagalan

    restorasi seperti contoh diatas.

    Telecospic Bridge Gigi tiruan jembatan yang umumnya dibuat pada gigi

    yang miring (drifting). Preparasi tetap sesuai dengan sumbu giginya tetapi

    pada pembuatan coping di sisi mesialnya sejajar dengan sumbu gigi

    penyangga lain dengan kombinasi backing-facing metal-porselen.

    b) Gigi tiruan jembatan sophisticated

    Resin bonded prostheses / adhesive bridge

    Retainer hanya berupa pelat metal yang dilekatkan pada bagian

    lingual/oklusal dengan sistem etsa tanpa/sedikit preparasi.

    - Rochette bridge

    - Maryland bridge

    - Implant bridge

    Removable bridge

    Tujuan menanggulangi masalah sulitnya membersihkan periodonsium di

    bawah pontik dan antara gigi penyangga dengan pontik. GTJ ini dapat

    dilepas namun kelemahannya tidak tahan lama.

    c) Perbandingan Desain Conventional Bridge

    Fixed-fixed

    No. Kelebihan Kekurangan

    1. Desain yang kuat dengan

    retensi maksimum dan kuat.

    Preparasi gigi yang paralel/sejajar,

    menyebabkan kehilangan jaringan yang

    lebih banyak, dapat membahayakan

    pulpa, dan mengurangi retensi; kekuatan

    gigi juga dapat berkurang.

    2. Gigi penyangga dapat splint, khususnya

    saat gigi geligi bergerak karena

    kehilangan tulang saat periodontitis.

    Preparasinya sulit, khususnya jika space

    pada gigi sangat luas; kesejajaran harus

    selalu diperhatikan.

    3. Desainnya cocok untuk long-span Seluruh retainer merupakan major

  • 9

    bridges. retainer dan require extensive (luas),

    preparasi destruktif gigi penyangga.

    4. Konstruksinya kuat. Sementasinya sulit.

    5. Jangka waktu lama.

    Fixed-movable

    No. Kelebihan Kekurangan

    1. Preparasinya tidak membutuhkan

    kesejajaran antara gigi yang satu

    dengan yang lain.

    Masa penggunaannya terbatas, khususnya

    karena terdapat pergerakan gigi

    penyangga.

    2. Karena preparasinya tidak harus

    sejajar/paralel, maka desain preparasi

    dapat berbeda.

    Konstruksinya lebih sulit dibandingkan

    dengan fixed-fixed.

    3. Dapat melindungi jaringan gigi karena

    preparasi dilakukan untuk minor

    retainers yang kurang destruktif.

    Sulit untuk membuat temporary bridges.

    4. Mentolerir pergerakan gigi minor.

    5. Sementasinya mudah.

    Cantilever Bridge

    No. Kelebihan Kekurangan

    1. Desain konservatif diperlukan bila gigi

    penyangganya hanya satu.

    Masa waktu penggunaannya lebih terbatas

    daripada penggunaan satu pontik karena

    pengaruh tekanan terhadap gigi

    penyangga.

    2. Bila gigi penyangganya hanya satu,

    tidak membutuhkan preparasi yang

    paralel/sejajar. Bila gigi penyangganya

    dua atau lebih, preparasi paralel akan

    lebih mudah karena letak gigi tersebut

    berdekatan.

    Konstruksi bridgenya harus kuat (rigid)

    untuk mencegah distorsi.

    3. Konstruksinya kuat. Tekanan oklusal pada pontik

    menyebabkan tilting dari gigi penyangga, 4. Paling sesuai untuk menggantikan gigi

  • 10

    anterior yang hilang/rusak. khususnya pada gigi penyangga yang

    terletak di distal pontik dan sudah

    berpotensi untuk tilting ke mesial.

    d) Perbandingan Desain Bridge dengan Preparasi Minimal

    Fixed-fixed

    No. Kelebihan Kekurangan

    1. Permukaan area retensinya luas. Kecenderungan gigi penyangga untuk

    dislodged dari retainernya karena tekanan

    oklusal dari gigi antagonis.

    2. Menggunakan single casting dan

    relatif lebih mudah.

    Bila gigi penyangganya tilting, sulit

    mendapatkan retensi yang kuat.

    3. Retensi kedua gigi harus sama, hal ini sulit

    dicapai bila gigi penyangga yang satu

    merupakan gigi molar dan gigi yang lain

    merupakan gigi premolar.

    Fixed-movable

    No. Kelebihan Kekurangan

    1. Independent tooth movement

    kemungkinan dapat terjadi, khususnya

    pada gigi penyangga untuk alat

    lepasan. Major retainer dapat didesain

    untuk retensi optimum.

    Tidak sesuai untuk anterior bridges.

    2. Retensi pada minor retainer (pada alat

    lepasan) tidak perlu terlalu kuat.

    Pembuatannya sulit.

    3. Retensi major dan minor retainer

    dapat berbeda-beda.

    Tidak sesuai untuk pemakaian yang lama

    karena alat lepasannya kurang mampu

    untuk menahan tekanan lateral . 4. Alat lepasan dapat mencegah gigi

    penyangga yang terletak di posterior

    untuk tilting.

  • 11

    Cantilever Bridge

    No. Kelebihan Kekurangan

    1. Menggunakan preparasi konservatif

    pada seluruh desainnya, biasanya

    hanya disertai single preparasi minimal

    untuk retainernya.

    Area retensinya kecil dan rentan untuk

    debonding bila terkena tekanan putar

    (torquing forces).

    2. Cocok untuk menggantikan gigi insisif

    lateral, menggunakan gigi kaninus

    sebagai gigi penyangga.

    3. Cocok untuk pemakaian dalam waktu

    singkat untuk gigi posterior.

    4. Memudahkan pasien untuk

    membersihkan daerah di antara pontik

    dan gigi yang sehat dengan floss.

    5. Tidak perlu preparasi yang sejajar.

    6. Konstruksinya mudah.

    2. Indikasi dan Kontraindikasi Bridge serta Persyaratan Gigi Abutment

    a) Pertimbangan Umum

    Sikap pasien terhadap kesehatan gigi dan jaringan pendukung miliknya serta

    keinginannya untuk bisa sembuh, dengan kata lain sabar dan mau bekerja

    sama dengan dokter gigi selama perawatan berlangsung. Mengingat dalam

    pembuatan GTJ perlu waktu yang cukup lama dan kunjungan berkala.

    Pasien dari kalangan yang cukup mampu karena harga GTJ cukup mahal.

    Memiliki OH yang tinggi. Pasien yang memiliki risiko karies tinggi

    menyebabkan GTJ tidak bertahan lama, khususnya pada retainer/abutment

    dari GTJ tersebut.

    b) Indikasi Umum

    Secara psikologis, pasien (terutama yang mampu) menganggap GTL

    bukanlah bagian dari tubuh mereka sehingga mereka menganggap GTC

    (dalam hal ini GTJ) merupakan pilihan yang terbaik untuk menggantikan gigi

  • 12

    mereka yang hilang. Selain itu segi estetika dan higiensi juga diperhatikan

    karena pandangan umum menganggap GTL membuat mulut menjadi bau dan

    dari segi estetik kurang.

    Pada pasien yang punya penyakit sistemik, terutama yang menyebabkan

    sinkop/kolaps/ketidaksadaran, maka penggunaan GTL umumnya

    dikontraindikasikan karena berisiko lepas dan patah, sehingga untuk

    mengurangi rasa khawatir ini digunakan GTC sebagai alternatifnya.

    Pasien pasca-perawatan ortodontik seringkali kehilangan giginya akibat

    faktor kebutuhan ruang. Seringkali kepercayaan diri pasien menjadi turun

    karena faktor ini dan karenanya perlu gigi pengganti. Penggunaan GTJ

    diindikasikan karena kestabilan dan ketahanannya untuk menjaga agar gigi

    tidak bergerak lagi.

    Dalam pasien yang memerlukan perawatan periodontal, gigi-gigi yang

    goyang atau kurang stabil akan dirawat dengan splinting, disini penggunaan

    GTJ diindikasikan untuk splinting cekat sehingga pergerakan/kegoyangan

    gigi tidak makin parah dan gaya/tekanan mastikasi dapat tersebar secara

    merata. Namun penting untuk diingat bahwa GTH bukanlah sebagai

    perawatan utama namun sebagai penunjang karena gigi yang goyang

    bukanlah gigi yang baik untuk digunakan sebagai gigi abutment.

    Dari aspek bicara, penggunaan GTL dirasa kurang nyaman karena sering

    bergerak sehingga mengganggu fungsi bicara. Penggunaan GTC dapat

    menghilangkan rasa tidak nyaman ini dan memperbaiki fungsi bicaranya.

    Membuat kestabilan proses mastikasi & membantu menyebarkan beban

    oklusal secara merata ke jaringan periodonsium dan tulang rahang, dimana

    kedua faktor tersebut jarang dicapai di dalam GTL.

    c) Kontra-Indikasi Umum

    Pasien yang tidak bisa diajak bekerjasama, seperti pada pasien anak-anak

    ataupun pasien yang lanjut usia karena sulit untuk bersabar serta komunikasi

    yang sulit. Selain itu, pada pasien yang secara medis mengalami penyakit

    seperti kejang-kejang mendadak atau gangguan otak juga

    dikontraindikasikan karena dapat mengganggu proses preparasi.

  • 13

    Pasien yang masih muda karena ruang pulpanya masih besar. Sama seperti

    dengan pembuatan mahkota tiruan, pembuatan GTJ perlu preparasi yang

    cukup ekstensif karena menggunakan bahan PFM.

    Pasien yang tidak bisa diadministrasi anestesi lokal (e.g. hipertensi, gangguan

    jantung, dll.). Apabila masih memungkinkan gunakan obat yang tidak

    memakain epinefrin.

    Pasien yang memiliki risiko karies tinggi serta penyakit periodontal.

    Pasien yang memerlukan pontik gigi dalam jumlah besar, membuat length of

    span tinggi dan menyebabkan beban GTJ makin besar, terutama pada

    jaringan periodontal dan gigi penyangganya.

    Pasien yang memiliki abutment teeth yang karies ekstensif dan merusak

    jaringan mahkota seluruhnya atau terlalu parah. Selain itu gigi yang

    mengalami deformitas kongenital juga tidak bisa digunakan.

    Gigi penyangga mengalami rotasi/tilting tidak dalam satu bidang sejajar.

    d) Persyaratan Gigi Abutment

    Tiap restorasi harus mampu menahan beban oklusal yang diterimanya. Pada

    bridge, gaya yang seharusnya diterima gigi hilang akan didistribusikan melalui

    pontic, connector, & retainer, ke gigi abutment. Jadi gigi abutment akan

    menerima beban oklusal tambahan. Sebisa mungkin, gigi yang akan dijadikan

    abutment haruslah gigi yang vital. Namun gigi yang telah dirawat endo dengan

    baik dan asimtomatik juga bisa dijadikan abutment dengan syarat masih ada

    sebagian struktur mahkota yang tersisa. Pada gigi seperti ini bisa dipasangkan

    dowel crown. Jaringan periodontal disekitar calon gigi abutment harus sehat dan

    bebas inflamasi sebelum memulai tahapan perawatan prostho. Bakal gigi

    abutment juga seharusnya tidak mengalami kegoyangan. Selain itu kita harus

    mengevaluasi beberapa faktor terkait kondisi akar gigi dan jaringan

    penyangganya yaitu rasio mahkota-akar, bentuk akar, & luas daerah perlekatan

    ligamen periodontal (Antes Law).

    Rasio mahkota-akar

    Merupakan perbandingan antara panjang gigi yang berada oklusal dari tulang

    alveolar dengan panjang gigi yang tertanam di tulang alveolar. Bila panjang

    gigi yang tertanam di tulang alveolar makin berkurang, maka kemungkinan

    gigi tersebut untuk menerima gaya lateral akan meningkat. Rasio mahkota-

  • 14

    akar yang optimal untuk calon gigi abutment untuk bridge adalah 2:3 dan

    minimal 1:1 dalam kondisi normal (jaringan perio sehat, tidak ada

    kegoyangan, gigi abutment utuh dan kuat).

    Namun rasio yang lebih besar dibanding 1:1 juga bisa digunakan apabila

    gigi-gigi antagonis dari bakal bridge terdiri dari gigi tiruan, karena beban

    oklusalnya akan lebih sedikit sehingga beban yang diterima abutment juga

    berkurang. Beban oklusal yang diterima dari gigi tiruan jauh lebih sedikit

    dibandingkan beban oklusal dari gigi asli (26.0 lb untuk GTSL, 54.5 lb untuk

    bridge, 150.0 lb untuk gigi asli).

    Bentuk akar

    Bentuk akar gigi yang lebih lebar ke arah labiolingual dibandingkan

    mesiodistalnya akan lebih baik dibandingkan dengan akar gigi yang

    membulat. Gigi posterior berakar jamak dengan akar yang divergen akan

    memiliki penjangkaran yang lebih baik dibandingkan gigi dengan akar-akar

    yang konvergen, berfusi, atau bentuknya konus. Gigi-gigi dengan akar yang

    konus dapat digunakan sebagai abutment untuk bridge short-span jika

    kondisi faktor-faktor lain optimal. Gigi berakar tunggal dengan bentuk akar

    yang ireguler atau melengkung di 1/3 apikal juga lebih baik sebagai abutment

    dibandingkan gigi dengan bentuk akar yang rapi.

    Luas daerah perlekatan ligamen periodontal

    Disebut juga dengan luas permukaan akar. Menggambarkan seberapa luas

    daerah perlekatan ligamen periodontal antara akar gigi dan tulang

    alveolarnya. Gigi yang lebih besar memiliki luas daerah akar yang lebih

    besar dan lebih mampu menahan beban oklusal tambahan. Jika tulang

    alveolar telah mengalami kerusakan akibat penyakit periodontal, maka

    kemampuan gigi tersebut sebagai abutment akan berkurang.

    Panjang pontic dibatasi oleh gigi abutmentnya dan kemampuan abutment

    untuk menerima beban oklusal tambahan. Berdasarkan Hukum Ante, luas

    permukaan akar dari gigi abutment harus sama atau melebihi luas permukaan

    akar gigi yang akan digantikan oleh pontic. Dari hukum tersebut, bisa

    ditentukan berapa gigi yang bisa digantikan. Namun, semua gigi tiruan cekat

    yang menggantikan lebih dari dua gigi hilang dianggap berisiko tinggi.

  • 15

    GTCS dengan panjang pontic yang pendek akan memiliki prognosis lebih

    baik dibandingkan dengan GTCS dengan pontic yang cukup panjang. Hal ini

    bukan hanya ditentukan oleh luas permukaan akar saja. Kerusakan pada

    GTCS akibat beban abnormal juga dipengaruhi oleh leverage dan torsi.

    Selain itu faktor biomekanis dan faktor dari material yang digunakan juga

    berperan dalam ketahanan GTCS.

    GTCS long-span selain memberikan beban lebih banyak pada ligamen

    periodontal ternyata juga lebih kaku. Deflection yang bisa terjadi pada GTCS

    berbanding lurus dengan panjangnya dan berbanding terbalik dengan ketebalan

    oklusogingival dari pontic.

    Faktor Pengaruh terhadap deflection

    Pontic span

    1 gigi

    2 gigi

    3 gigi

    Deflection = x

    Deflection = 8x

    Deflection = 27x

    Ketebalan oklusogingival pontic

    t

    t

    Deflection = x

    Deflection = 8x

    Pontic yang lebih panjang juga memproduksi torsi lebih besar, terutama pada

    bridge dengan gigi abutment yang lemah. Untuk mengurangi deflection akibat

    pontic yang panjang dan/atau tipis, pontic harus didesain dengan ketebalan

    oklusogingival yang cukup. Selain itu gigi tiruan juga bisa dibuat menggunakan

    logam dengan yield strength yang tinggi seperti nikel-kromium.

    Karena gaya oklusal pada bridge diteruskan dari pontic ke gigi abutment, gaya

    yang bekerja pada crown gigi abutment berbeda dengan gaya yang bekerja pada

    crown untuk restorasi satu gigi. Gaya pada crown gigi abutment di bridge

    cenderung bekerja dalam arah mesiodistal dibandingkan dalam arah bukolingual

    seperti pada crown biasa. Oleh karena itu, preparasi mahkota untuk gigi abutment

    harus mempunyai resistensi dan ketahanan struktural yang lebih. Hal ini bisa

    diperoleh dengan membentuk beberapa groove termasuk di permukaan bukal dan

    lingual pada preparasi mahkota.

  • 16

    Kadangkala pada bridge juga digunakan abutment sekunder apabila abutment

    primernya kurang dari ideal. Ada beberapa syarat untuk memilih abutment

    sekunder ini. Abutment sekunder harus memiliki luas permukaan akar yang

    minimal sama dengan luas permukaan akar pada abutment primernya. Panjang

    mahkota giginya juga harus memadai dan harus ada ruang diantara abutment

    primer dan sekunder untuk mencegah tertekannya gingiva. Nantinya saat pontic

    menerima gaya, gaya tegangan akan didistribusikan ke abutment sekunder.

    Kelengkungan rahang juga memiliki

    pengaruh terhadap stres yang terjadi

    pada bridge. Jika posisi pontic berada

    diluar dari garis sumbu antar-abutment,

    maka pontic akan berperan sebagai

    lengan pengungkit yang mampu

    menghasilkan torsi. Torsi ini bisa

    diatasi dengan memasang retensi

    tambahan pada arah yang berlawanan

    dengan arah lengan pengungkit serta dalam jarak yang sama dengan jarak antara

    lengan pengungkit dengan garis sumbu antar-abutment.

    3. Komponen-komponen pada Bridge dan Tipe-tipenya

    a) Retainer

    Adalah bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan gigi tiruan tersebut

    dengaan gigi penyangga. Fungsi:

    - memegang/ menahan supaya gigi tiruan tetap stabil ditempatnya

    - menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi penyangga

    Macam-macam retainer:

    Extra coronal retainer: meliputi bagian luar makota gigi

    i. Full-veneer Crown Retainer

    Indikasi:

    - Tekanan kunyah normal/ besar

    - Gigi-gigi geligi yang pendek

    - Intermediare abutment paska

  • 17

    perawatan periodontal

    - Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang

    Keuntungan:

    - Indikasi luas

    - Memberikan retensi dan resistensi yang terbaik

    - Memberikan efek splinting yang terbaik

    Kerugian:

    - Jaringan gigi yang diasah lebih banyak

    - Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)

    ii. Partial-veneer Crown Retainer

    Indikasi:

    - Gigi tiruan jembatan yang pendek

    - Tekanan kunyah ringan / normal

    - Bentuk dan besar gigi penyangga

    harus normal

    - Salah satu gigi penyangga miring

    Keuntungan:

    - Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit

    - Estetis lebih baik daripada FVC retainer

    Kerugian:

    - Indikasi terbatas

    - Kesejajaran preparasi antara gigi penyangga sulit

    - Kemampuan dalam hal retensi dan resitensi kurang

    - Pembuatannya sulit (dalam hal ketepatan)

    Intra Coronal Retainer: meliputi bagian dalam mahkota gigi penyangga

    Bentuk: Inlay MO/DO/MOD dan Onlay

    Indikasi:

    - Gigi tiruan jembatan yang pendek

    - Tekanan kunyah ringan atau normal

    - Gigi penyangga dengan karies klass II yang besar

    - Gigi penyangga mempunyai bentuk/ besar yang normal

  • 18

    Keuntungan:

    - Jaringan gigi yang diasah sedikit

    - Preparasi lebih mudah

    - Estetis cukup baik

    Kerugian:

    - Indikasi terbatas

    - Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi

    - Mudah lepas/patah

    Dowel retainer

    Retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa jaringan

    mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri sendiri

    Indikasi:

    - Gigi penyangga yang telah

    mengalami perawatan syaraf

    - Gigi tiruan jembatan yang pendek

    - Tekanan kunyah ringan

    - Gigi penyangga perlu perbaikan

    posisi/inklinasi

    Keuntungan:

    - Estetis baik

    - Posisi dapat disesuaikan

    Kerugian:

    - Sering terjadi fraktur akar

    b) Pontik dan Edentulous Ridge

    Desain gigi prosthetic akan mempengaruhi estetis, fungsi, mudah dalam

    pembersihan, menjaga kesehatan jaringan pada edentulous ridge, dan

    kenyamanan pasien. Pontik dapat metal-ceramic, cast-metal, atau, resin

    processed to metal. Beberapa studi klinis telah menunjukkan bahwa semua

    material digunakan untuk pontik ditolerir dengan sama, meskipun inflamasi dapat

    terjadi di jaringan gingival dalam respon terhadap beberapa diantaranya.

  • 19

    Porcelain telah diamati kemudahan pembersihannya dan hygienic, dan banyak

    klinisi menyarankan glazed porcelain sebagai the preferred, atau hanya, material

    yang seharusnya menyentuh edentulous ridge. Karena sifat porus resin, dan

    kesulitan dalam menjaga highly polished surface on it, resin sebaiknya tidka

    digunakan pada pontik di dekat jaringan. Glazed atau highly polished porcelain

    dan gold diutamakan untuk kontak jaringan. Desain yang pantas lebih penting

    untuk cleanability dan kesehatan yang baik dari jaringan dibanding pemilihan

    material. Perubahan jaringan disekitar dengan kehilangan gigi untuk itu pontik

    tidak dapat dengan tepat mejiplak gigi yang hilang. Resorpsi alveolar dan

    remodeling membentuk kembali area edentulous yang mengelilingi puncak tulang

    dan mengisi soket tulang. Ada trauma atau penyakit periodontal berhubungan

    dengan kehilangan gigi, bentuk akhir ridge yang telah sembuh bahkan mungkin

    lebih greater departure dari bentuk aslinya. Karena beberapa jaringan penyokong

    hilang ketika ketika gigi tanggal, dan karena pontik ada terletak diatas jaringan

    dibanding tumbuh sana, modifikasi harus dibuat pada morfologi gigi dasar unruk

    memastikan bahwa pontik akan dapat dibersihkan dan tidak melukai jaringan.

  • 20

    Tissue Contact

    Besar dan bentuk kontak pontik dengan ridge adalah sangat penting. Kontak

    jaringan yang berlebihan telah dikutip sebagai factor utama dalam kegagalan

    fixed partial denture. Telah banyak kesepakatan menyatakan bahwa area

    kontak antara pontik dan ridge sebaiknya kecil (fig 26-6,A) dan bagian

    pontik menyentuh rigde sebaiknya secembung mungkin. Bagaimanapun juga,

    jika ada kontak sepanjang sudut gingivo-facial pontik, harus tidak ada ruang

    antara pontik dan jaringan lunak di bagian facial ridge (fig 26-6 A). Jika

    ujung pontik meluas melebihi mucogingival junction, maka akan terjadi ulcer

    disana (fig 26-7 A). Pontik sebaiknya berkontak hanya pada attached

    keratinized gingiva (fig 26-7 B).

    Mendapatkan adaptasi yang dekat dari pontik dengan kompresi jaringan tidak

    diindikasikan, karena tekanan yang dihasilkan pada ridge mungkin

    menyebabkan inflamasi. Sudah menjadi suatu pengetahuan umum bagi

    dokter gigi bahwa pontik sebaiknya mengusahakan tidak ada tekanan pada

    ridge. Bagaimanpun juga, pontik tidak berkontak dengan ridge pada saat

    insersi prosthesis dapat menjadi dikelilingi oleh jaringan hypertrophied

    setelah waktu di mulut. Meskipun satu studi menunjukkan bahwa jaringan

    dibawah pontik dapat dijaga agar berada dalam keadaan bebas-inflamasi jika

    pasien flossing setidaknya sekali sehari, akan ada cetakan atau jejak pontik di

    ridge bahkan tanpa inflamasi. Ada peningkatan resiko kegagalan klinis jika

    kesuksesan bergantung terlalu banyak pada kooperasi pasien.

    Postinsertion Hygiene

    Embrasure mesial, distal dan lingual gingival dari pontik sebaiknya terbuka

    lebar untuk mengijinkan akses yang mudah bagi pasien untuk pembersihan,

    dan kontak antara pontik dan jaringan harus mengijinkan lewatnya floss dari

  • 21

    satu retainer ke retainer lainnya. Setelah FPD disemen, ajari pasien teknik

    yang sesuai yang dapat dikuasai. Motivasi individual untuk melatih oral

    hygiene disekeliling dan dibawah pontik dengan dental floss (fig 26-8),

    interproksimal brushes (fig 26-9) atau pipe cleaners. Metode yang digunakan

    bergantung pada ukuran embrasure, aksesibilitas, dan kemampuan pasien.

    Berikan pasien waktu untuk mempelajari teknik dan peragakan kemampuan

    untuk membersihkan sisi bawah pontik dan area yang berdekatan dari

    abutment gigi. Bahkan permukaan terhalus pontik harus dibersihkan dengan

    baik dan cegah akumulasi plak. Jika pembersihan tidak dilakukan seringkali,

    regular interval, jaringan disekeliling pontik akan menjadi terinflamasi.

    Pontik yang didesain untuk peletakan di appearance zone harus

    memberikan ilusi akan gigi, secara estetis, tanpa membahayakan cleaning-

    ability. Pontik yang ditempatkan di nonappearance zone (biasanya

    mandibular posterior replacements) ada untuk memperbaiki fungsi dan

    mencegah pergeseran/drifting gigi. Karena estetik biasanya merupakan

    pertimbangan yang minor/tidak utama di area ini, mungkin tidak perlu

    menggunakan material atau kontur yang meniru anatomi dan warna gigi.

    Pontik sebaiknya segaris lurus mungkin antara retainer unutk mencegah

    torquing/putaran dari retainer dan/atau abutment.

  • 22

    Desain pontik

    Jenis Design Pontik Keterangan

    1. Saddle (ridge lap)

    o Pontik ini mirip dengan gigi, menggantikan gigi yang hilang.

    o Overlap antara aspek facial dan lingual terhadap ridge.

    o Terdapat kontak antara pontik dan edentulous area

    o Saddle tidak dapat dibersihkan

    o Saddle dapat menyebabkan inflamasi

    2. Modified Ridge Lap

    o Desain ini memberikan ilusi gigi, namun mengejar seluruh

    permukaan yang konveks untuk memudahkan pembersihan.

    o Permukaan lingual harus memiliki kontur deflektif untuk mencegah

    impaksi makanan dan meminimalisasi akumulasi plak.

    o Mungkin akan ada sedikit konkavitas fasiolingual pada sisi fasial

    ridge, yang dapat dibersihkan dan ditoleransi oleh jaringan

    sepanjang kontak jaringan terbatas secara mesiodistal dan

    fasiolingual. (narrow mesiodistally and faciolingually).

    o Ridge contact tidak boleh diperluas lebih lingual daripada midline

    edentulous ridge, bahkan pada gigi posterior.

    o Ketika dimungkinkan, kontur area jaringan yang berkontak pada

    pontik harus konveks, bahkan pembuangan operatif sejumlah kecil

    jaringan lunak untuk memfasilitasi hal ini pun dimungkinkan.

    o Dengan porcelain veneer, adalah desain pontik yang paling sering

    digunakan pada appearance zone fixed partial dentures RA dan RB.

    3. Hygienic (Sanitary)

    o Istilah hygienic digunakan untuk menggambarkan pontik yang tidak

    berkontak dengan edentulous ridge.

    o Desain ini sering disebut sanitary pontic, yang beberapa tahun lalu

    merupakan nama dagang untuk pontik mandibular yang

    prefabricated, dan memiliki permukaan cembung dengan slot back.

    o Hygienic pontic digunakan pada nonappearance zone, khususnya

    untuk menggantikan M1 RB. Ia merestorasi fungsi oklusal dan

    menstabilisasi gigi tetangga dan antagonis.

    o Tidak ada syarat estetis, dan dapat dibuat dari metal sepenuhnya.

    o Ketebalan oklusogingival tidak boleh kurang dari 3 mm, dan harus

    ada ruang di bawahnya untuk memfasilitasi pembersihan.

  • 23

    o Pontik hygienic umumnya dibuat dari semua konfigurasi yang

    konveks secara fasiolingual dan mesiodistal.

    o Pembuatan permukaan bawah yang membulat tanpa sudut

    memudahkan pembersihan (flossing) yang lebih mudah. Akan lebih

    sulit melewatkan floss di bawah permukaan yang datar, atau sudut

    fasiogingival dan linguogingival yang tajam. Desain yang bulat

    digambarkan sebagai fish belly.

    o Desain alternatif, di mana pontik dibuat dalam bentuk concave

    archway mesiodistally, telah disarankan.

    o Permukaan bawah pontik konveks fasiolingual, memberikan

    konfigurasi hyperbolic paraboloid di bagian pontik yang menghadap

    jaringan. Ada penambahan bulk untuk kekuatan di konektor, dan

    akses untuk pembersihan.

    o Stress dikurangi pada konektor, dan defleksi dikurangi pada pusat

    pontik, dengan lebih sedikit emas yang digunakan.

    o Versi estetik pontik ini dapat dibuat dengan mem-veneer dengan

    porselen bagian pontik yang akan tampak, bagian oklusal dan

    setengah oklusal permukaan fasial, yang merupakan semua

    permukaan fasial pontik ini. Desain ini disebut arc-fixed partial

    denture, modified sanitary pontic, atau Perel Pontic.

    4. Conical

    o Conical pontic bulat dan dapat dibersihkan, namun ujungnya kecil

    dibandingkan ukuran keseluruhan pontik.

    o Cocok untuk digunakan pada ridge mandibula yang tipis.

    o Ketika digunakan pada ridge yang luas dan datar, space embrasure

    segitiga yang besar sekitar kontak jaringan memiliki tendensi untuk

    pengumpulan debris.

    o Pontik ini disebut juga sanitary dummy, sebagaimana

    digambarkan oleh Tinker di tahun 1918.

    o Penggunaannya dibatasi untuk penggantian gigi di atas ridge yang

  • 24

    tipis pada sisi yang tidak terlihat.

    5. Ovate

    o Pontik ovate memiliki desain round-end yang digunakan ketika

    estetis menjadi perhatian utama.

    o Pendahulunya adalah porcelain root-tipped pontic, yang digunakan

    sebelum tahun 1930 sebagai pengganti saddle pontic yang estetis

    dan sanitary.

    o Segmen yang berkontak dengan jaringan dari ovate pontic tumpul

    dan membulat, dan di-set ke dalam konkavitas ridge. Dengan mudah

    dapat di-floss.

    o Konkavitas dapat dibuat dengan menempatkan provisional fixed

    partial denture dengan pontik meluas 1 jalan ke soket segera

    setelah ekstraksi gigi.

    o Dapat juga dibuat secara surgikal pada waktu belakangan. Pontik ini

    bekerja baik dengan ridge yang luas dan datar, memberikan

    tampakan seolah tumbuh dari ridge.

    6. Prefabricated Pontic

    Facings

    o Pada 1 waktu, preformed porcelain facings lebih popular untuk

    membuat pontik. Mereka membutuhkan adaptasi terhadap specific

    edentulous space, setelah mereka di-reglaze.

    o Beberapa, seperti Trupontics, sanitary pontics, dan steeles facings

    bergantung pada lug pada custom cast metal backing untuk

    melibatkan celah pada permukaan oklusal atau lingual dari facing.

    o Sejumlah besar porselen menghasilkan thin gold backing yang dapat

    dengan mudah mengalami flexing. Harmony dan Trubyte facings

    menggunakan pin horizontal yang pas dengan gold backing. Mereka

    sulit digunakan pada pasien dengan space oklusogingival yang

    terbatas, dan refitting pin ke backing setelah casting diperlukan.

    o Porcelain denture teeth juga dimodifikasi untuk dapat digunakan

    sebagai pontic facings.

    o Multiple pin holes, sedalam 2 mm, dibuat dengan drill press pada

    permukaan lingual dari reverse pin facing. Pin came out dari

    backing, menyediakan retensi di mana deep overbite dapat

    memendekkan conventional pins. Sayangnya, pin hole pada facing

  • 25

    merupakan stress points yang dapat menyebabkan fraktur.

    7. Metal Ceramic

    Points

    o Dengan penggunaan yang luas dari metal-ceramic restorations,

    metal-ceramic pontics telah menggantikan tipe pontik lain yang

    menggunakan porselen.

    o Ia memiliki potensial estetis terbaik sebagai penggantian prostetik

    gigi yang hilang.

    o Sebagai tambahan, metal-ceramic pontics leih kuat, karena porselen

    di-bond ke substrat metal, tidak hanya sekedar disementasi.

    o Lebih mudah digunakan karena backing custom made untuk space

    (tidak perlu mengadaptasi premade porcelain facing ke space).

    The Edentulous Ridge

    Modifikasi Pontik

    Perkembangan dalam teknik bedah mempermudah perubahan konfigurasi

    ridge untuk menciptakan bentuk yang lebih estetik dan lebih mudah

    dibersihkan. Ketidakmampuan pasien dalam melakukan bedah memaksa

    klinisi untuk memikirkan bentuk alternatif dari pontik. Pada ridge dengan

    defek yang parah, dimana 2 atau lebih pontik harus ditempatkan, adalah hal

    biasa untuk mengeliminasi ruang embrasure gingival di antara pontik. Black

    triangle akan sangat tidak estetik. Plak yang terkumpul mempengaruhi jalur

    floss, dan bisa mengurangi rigiditas pontic span. Pink porcelain bisa

    ditambahkan ke embrasur gingiva pontik untuk menstimulasi papila

    interdental. Tambahan porselen harus didukung metal framework. Jika tidak,

    maka berisiko fraktur. Eliminiasi embrasur gingiva bisa membatasi atau

    mengeliminasi proliferasi jaringan lunak.

    Klasifikasi

    Deformitas ridge telah dibagi dalam 3 kategori oleh Slebert, dan klasifikasi ini telah diterima dengan luas:

    Kelas 1: Loss of lebar ridge fasiolingual, dengan tinggi apikokoronal yang normal.

    Kelas 2: Loss of ridge height, dengan lebar yang normal.

    Kelas 3: Loss of both ridge width dan height.

    Jika normal (Class N) dengan deformitas minimal ditambahkan, kontur ridge akan terbagi dalam 4 kelas.

  • 26

    Lebih sulit untuk mendapatkan hasil estetik dengan memodifikasi ruang

    embrasur pada high-profile area seperti regio I maksila. Pontik yang tidak

    dimodifikasi akan meninggalkan embrasur gingiva yang besar dan

    penambahan gingival flange akan terlihat menyolok. Solusi untuk restorasi

    pada defek ridge yang besar, terutama di segmen anterior, adalah sistem

    Andrews bridge. Ini menyediakan fixed retainers yang dihubungkan bar segi

    panjang yang mengikuti lekukan ridge di bawahnya. Protesa ini meliputi set

    gigi pada patient-removable flange of gingiva-colored acrylic resin yang

    tersatukan dan distabilisasi oleh bar segi panjang. Sayangnya, flange tersebut

    adalah tempat makanan dan plak berkumpul dan sulit dibersihkan.

    c) Konektor

    Bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik dengan retainer,

    pontik dengan pontik/ retainer dengan retainer, sehingga menyatukan bagian-

    bagian tersebut untuk dapat berfungsi sebagai splinting dan penyalur beban

    kunyah Dilihat dari sifat hubungan ada 2 macam konektor, yaitu:

  • 27

    Rigid Connector

    Sifat hubungan dari konektor ini kaku, tidak ada pergerakan Diindikasikan

    bila memerlukan bridge efek splinting yang maksimal. Keuntungannya

    adalah konektor kuat dan mudah dibersihkan.Cara pembuatan ada 2, yaitu:

    - Dengan pengecoran (casting)

    - Dengan pematrian (soldiering)

    Perbedaan cara pembuatan ini tergantung dari tujuan dan indikasinya, pada

    pembuatan gigi tiruan jembatan yang panjang kemungkinan ketepatan sukar

    didapat karena sifat kontraksi logam, maka proses soldering merupakan

    pilihan. Untuk keadaan jarak serviko oklusal yang pendek baik pada ruang

    protesa atau gigi penyangganya sehingga ketebalan yang konektor yang

    optimal sukar dicapai, maka proses dengan pengecoran akan lebih baik karena

    hasilnya lebih kuat dan homogenik.

    Non-rigid Connector

    Konektor ini mempunyai gerak

    terbatas, karena umumnya berbentuk

    key dan key way atau male dengan

    female yang tidak disemen.

    Merupakan konektor pada Non-rigid

    Bridge. Indikasinya:

    - Salah satu gigi penyangga tidak sejajar inklinasinya

    - Menggunakan intermediate abutment paska perawatan periodontal

    Keuntungan konektor ini adalah mengurangi efek ungkit yang merugikan

    gigi penyangga, sedangkan kerugiannya antara lain:

    - Efek splinting tidak optimal

    - Pembuatan lebih sulit dan memerlukan ketepatan yang tinggi

    - Kemungkinan patah lebih besar

    Umumnya diletakan disebelah anterior/ mesial dari gigi yang diganti untuk

    mengurangi patahnya konektor akibat anterior component of force.

  • 28

    d) Gigi Penyangga (Abutment)

    Dari definisi gigi tiruan jembatan, jelas bahwa gigi tiruan jembatan ini adalah

    suatu tooth borne denture yang berarti seluruh beban kunyah yang diterima oleh

    gigi tiruan ini didukung sepenuhnya oleh gigi-gigi penyangga beserta jaringan

    periodontal. Sesuai dengan jumlah, letak, dan fungsinya dikenal istilah :

    Single abutment : hanya mempergunakan satu gigi penyangga.

    Double abutment : bila memakai dua gigi penyangga.

    Multiple abutment : bila memakai lebih dari dua gigi penyangga.

    Terminal abutment : merupakan gigi penyangga paling ujung dari diastema.

    Intermediate / pier abutment : gigi penyangga yang terletak diantara dua

    diastema (pontics).

    Splinted abutment : penyatuan dua gigi penyangga pada satu sisi diastema

    Double splinted abutment : splinted abutment pada kedua sisi diastema.

    Dalam persiapan penggunaan gigi-gigi penyangga ditemukan beberapa masalah

    khusus yang dapat mengganggu kerja GTC. Berikut adalah contoh-contohnya dan

    solusi mengatasinya:

    Pier Abutment

    Kadangkala ada gigi hilang pada sebelah mesial dan distal dari suatu gigi

    dan bila gigi-gigi hilang itu diganti dengan bridge, akan ada satu gigi

    abutment yang berdiri bebas diantara dua pontic yang dikenal dengan pier

    abutment. Biasanya bridge yang memiliki pier abutment melibatkan gigi

    anterior dan posterior. Gerakan gigi pada segmen anterior dan posterior

    mempunyai perbedaan. Gerakan arah fasiolingual gigi anterior lebih besar

    dibanding gerakan arah fasiolingual gigi molar. Gaya dari gerakan seperti

    ini ditambah pontic span yang panjang akan menghasilkan stress pada

    bridge yang akan diteruskan ke gigi abutment dan mahkotanya. Lama-

    kelamaan crown pada gigi abutment akan cenderung terlepas/longgar,

    kemudian daerah tepian restorasi akan sangat rawan terkena karies.

    Untuk mengatasi efek dari gaya gerakan gigi tersebut, salah satu cara yang

    bisa digunakan adalah menggunakan konektor non-rigid. Konektor non-

    rigid ini bisa berperan sebagai stress-breaker, yang mencegah distribusi

    stress dari satu segmen pada bridge ke segmen yang lainnya. Bentuk

  • 29

    umum konektor non rigid adalah tenon (komponen pada pontic)

    berbentuk mirip T serta mortise (komponen pada crown abutment)

    berbentuk dovetail. Konektor non-rigid akan mendistribusikan gaya ke

    tulang alveolar sehingga konektor ini tidak boleh digunakan bila kondisi

    gigi abutment mengalami kerusakan jaringan periodontal.

    Penempatan konektor non-rigid sebagai stress breaker juga penting.

    Biasanya konektor diletakkan pada pier abutment, karena bila diletakkan

    pada abutment yang ujung akan menghasilkan efek pengungkit. Mortise

    diletakkan pada sebelah distal dari pier abutment, sementara tenon

    diletakkan pada sebelah mesial dari pontic. Posisi ini membantu konektor

    agar tetap terkunci pada posisinya karena adanya kecenderungan mesial

    movement dari gigi posterior saat diberikan beban oklusal.

  • 30

    Molar yang tipping sebagai abutment

    Contoh kasusnya adalah pada kehilangan gigi 6, dan gigi 7 mengalami

    tipping ke arah mesial untuk menutup ruang gigi hilang. Hal ini juga bisa

    diikuti dengan mesial tipping gigi 8. Permukaan mesial gigi 8 yang

    tipping akan menghalangi insersi bridge sehingga tidak mungkin

    perawatan menggunakan bridge dilakukan.

    Jika hambatannya hanya sedikit, hal ini bisa diatasi dengan

    recontouring permukaan mesial gigi 8.

    Jika kemiringannya parah, maka bisa dilakukan uprighting gigi yang

    tipping melalui alat ortho cekat. Umumnya gigi 8 akan diekstraksi

    untuk menyediakan ruang bagi pergerakan distal gigi 7.

    Jika koreksi secara orthodontik tidak bisa dilakukan atau hasil

    perawatan ortho hanya sebatas koreksi sebagian, GTCS bisa tetap

    digunakan asalkan derajat kemiringan tidak lebih dari 25-30o.

    Bisa juga dipasangkan bridge dengan crown pada gigi 7 (gigi

    abutment) yang miring. Hal ini bisa dilakukan asal permukaan distal

    gigi 7 tidak terkena defek (karies, erosi, dll) serta pasien memilki

    kemampuan menjaga OH yang sangat baik. Jika ada perbedaan

    tinggi marginal ridge yang mencolok antara distal gigi 7 dengan

    mesial gigi 8, penggunaan crown dikontraindikasikan

    Bisa juga digunakan telescope crown dan coping pada gigi 7.

    Preparasi yang dibutuhkan cukup ekstensif.

    Alternatif lain adalah menggunakan GTCS dengan konektor non-

    rigid. Arah insersinya adalah sesuai sumbu axial gigi 7 yang miring.

    Penggunaan konektor non rigid untuk abutment yang miring sangat

    berguna apabila gigi molar yang miring memiliki inklinasi yang

    cukup besar ke lingual dan juga mesial.

  • 31

    Canine-replacement FDP

    FDP untuk menggantikan gigi kaninus biasanya sulit dilaksanakan karena

    kaninus sering berada diluar sumbu antar-abutment. Calon gigi abutment

    adalah gigi 2 (umumnya gigi terlemah di mulut) dan gigi 4 (gigi posterior

    terlemah). Bridge untuk menggantikan gigi 3 RA akan mengalami stress

    lebih besar dibandingkan bridge yang menggantikan gigi 3 RB. Hal ini

    dikarenakan gaya ke gigi 3 RA akan didistribusikan ke arah labial

    sehingga pontic akan makin menjauhi sumbu antar-abutment. Sementara

    gaya pada gigi 3 RB didistribusikan ke arah lingual sehingga pontic akan

    mendekati sumbu antar-abutment. Bridge untuk menggantikan gigi 3

    jangan juga dipakai untuk menggantikan gigi tambahan lain (seperti gigi 2

    atau 4). Untuk menggantikan gigi 3 serta gigi tambahan lain paling baik

    menggunakan GTSL.

    Cantilever FDP

    Cantilever FDP adalah bridge dengan abutment pada satu sisi pontic,

    dengan sisi lain pontic bebas. Pontic akan berperan sebagai lengan

    pengungkit apabila menerima beban oklusal, sehingga kemampuan

  • 32

    retentif dari abutment akan sangat penting dalam penggunaan cantilever

    FDP. Bakal gigi abutment untuk bridge cantilever harus memiliki akar

    yang cukup panjang dengan bentuk yang mendukung, mahkota klinis

    yang panjang, rasio mahkota-akar yang baik, dan didukung jaringan

    periodontal yang sehat. Umumnya bridge cantilever dipakai untuk

    menggantikan hanya satu gigi dan paling tidak memiliki dua gigi

    abutment. Cantilever FDP bisa dipakai untuk:

    Menggantikan gigi insisif lateral

    Menggantikan gigi 4

    Menggantikan gigi 6 yang tidak memiliki abutment di distal

  • 33

    4. Material yang digunakan dalam pembuatan Bridge

    a) Pontik dan Retainer

    Pontik dapat terbuat dari metal-keramik, cast metal, dan yang sudah jarang

    dipakai adalah resin akrilik yang dilapisi metal. Semua bahan material pontik

    dapat toleran dengan jaringan gigi walaupun terkadang terjadi inflamasi pada

    jaringan gingival. Porselen mudah dibersihkan dan higienis, dan beberapa klinisi

    telah menganjurkan glazed porcelain yang harus menyentuh edentulous ridges.

    Karena sifat porus resin, dan kesulitan dalam pemeliharaan permukaan yang

    terpolis, resin tidak digunakan pada pontik dekat jaringan. Porselen yang terpolis

    baik dan emas dengan tampilan seperti kaca dianjurkan untuk kontak jaringan.

    A: Pontik metal-keramik

    B: Pontik metal

    C: Pontik metal-resin

    Kerangka logam untuk gigi tiruan sebagian logam-keramik harus dengan

    persyaratan: (1) harus ada jumlah logam yang memadai untuk menjamin

    kekakuan untuk kekuatannya (2) porselen harus memiliki ketebalan yang hampir

    sama untuk menghindari kemungkinan melemahnya porselen melalui konsentrasi

    stress. Untuk memenuhi persyaratan ini, harus ada kepingan logam yang kontinu

    pada permukaan lingual, memanjang dari bagian logam pada satu retainer,

    melewati pontik lingual, dan ke bagian logam

    pada retainer lainnya.

    Konfigurasi insisal dari aspek lingual

    pembatas mungkin saja lurus (A), atau

    berbentuk seperti bergigi (B). Desain bergigi

    atau "trestle" diindikasikan ketika konektor

    berkurang dalam dimensi faciolingual untuk

    memungkinkan porselen di embrasur. Dengan

    meningkatkan ketinggian topangan incisogingival, kekuatan konektor akan

    meningkat. Ini memberikan sebagian besar logam untuk kekakuan dalam daerah

  • 34

    konektor antara pontik dan masing-masing retainer. Jika solder harus diperlukan,

    ia memberikan logam yang memadai untuk solder bersama yang kuat.

    Cakupan porselen retainer adalah sama

    dengan yang untuk unit tunggal, kecuali

    di wilayah yang berdekatan dengan

    pontik tersebut. Porcelain veneer di

    pontik tersebut kontinu dengan lapisan

    porselen retainer yakni mencakup bagian

    insisal dari permukaan lingual,

    permukaan labial, dan daerah yang

    berdekatan atau kontak dengan ridge. Porselen berakhir pada permukaan lingual,

    sekitar 1 mm insisal ke ridge. Kontak jaringan porselen memungkinkan untuk

    estetika yang lebih baik dan menghapus junction porselen-metal yang kasar dari

    kontak dengan jaringan, karena bisa menyebabkan iritasi.

    Pengecualian terhadap cakupan porselen yang direkomendasikan pada aspek

    gingiva pontik terjadi pada situasi di mana semua permukaan oklusal porselen

    digunakan dan ruang occlusogingival terbatas. Untuk memastikan sokongan kaku

    untuk porselen, aspek gingiva pontik harus tetap dalam logam, dengan junction

    porselen-logam terletak pada aspek gingivofacial dari pontik tersebut.

    Upaya menghasilkan gigi tirun cekat sebagian

    posterior yang estetik akan memerlukan penggunaan

    permukaan oklusal all-porcelain terutama di

    lengkung mandibula, karena hanya aspek oklusal

    gigi premolar dan molar yang terlihat. Setiap kali

    permukaan ini digunakan pada sebuah pontik,

    sebuah pertimbangan harus dibuat mengenai

    ketebalan occlusogingiva dari logam di pontik

    tersebut. Untuk memastikan kekakuan yang

    memadai, bagian permukaan bawah dari pontik mungkin harus menjadi logam

    untuk mengimbangi logam yang dihilangkan dari oklusal.

  • 35

    b) Solder Joint

    Solder adalah gabungan komponen logam oleh filler metal, atau solder, yang

    menyatu dengan masing-masing bagian. Sebenarnya, jika pengisi logam memiliki

    titik leleh yang lebih besar dari 450 C (840 F), proses ini disebut mematri

    (brazing). Istilah soledering umum digunakan dalam kedokteran gigi. Bonding

    adalah kesatuan pada welting dari permukaan yang bergabung dengan solder, dan

    bukan pada mencairnya komponen logam. Ketika solder sendi dilakukan dengan

    benar, tidak boleh ada fusi atau perubahan dari dua komponen yang bergabung.

    Soldering berbeda dalam hal ini dari pengelasan, arti lain dari bergabungnya

    logam. Dalam pengelasan fusi, potongan-potongan yang bergabung mencair atau

    menyatu bersama-sama, tanpa solder. Fluks ditempatkan pada permukaan yang

    akan disolder sebelum mereka dipanaskan. Fluks dapat memberikan perlindungan

    permukaan, mengurangi oksida, atau melarutkan oksida. Fluks digantikan oleh

    solder, yang kemudian dapat membentuk sebuah interface dan ikatan ke

    permukaan yang disolder. Soldering flux untuk logam mulia didasarkan pada

    senyawa borat. Mereka membentuk kaca low-fusing yang melindungi permukaan

    logam, dan mereka juga mengurangi oksida seperti oksida tembaga. Mereka

    sering terlalu cair untuk soldering pre-keramik. Fluorida digunakan pada paduan

    logam dasar untuk melarutkan oksida stabil dari kromium, kobalt, dan nikel.

    Selain bertindak sebagai pelarut, fluks juga melayani peran protektif.

    Fluks lebih mudah diaplikasikan jika dalam bentuk pasta. Pasta fluks dapat

    dibuat dengan alkohol, bentuk yang paling popular digunakan dengan paduan

    logam mulia menggunakan petrolatum sebagai kendaraan, karena lebih mudah

    ditangani. Ini menjaga udara dari fluks, dan ketika dipanaskan, petrolatum hilang

    tanpa meninggalkan residu. Fluks terbuat dari boraks umum, atau pasta yang

    dibuat dengan air, cenderung berkembang ketika mereka dipanaskan,

    menghasilkan lubang pada solder sendi.

    Antifluks adalah bahan yang digunakan untuk menguraikan daerah yang akan

    disolder untuk membatasi aliran solder. Antifluks yang paling umum adalah tanda

    dari pensil grafit lunak, yang tidak memiliki polesan baik. Polesan rouge (oksida

    besi) yang bergantung dalam kloroform juga dapat dicat di sekitar wilayah solder

    bersama untuk mencegah penyebaran yang tidak diinginkan dari solder.

  • 36

    Solder emas diklasifikasikan berdasarkan kehalusan dan oleh karat. Kehalusan

    mengacu pada bagian per seribu dari solder yang emas. Misalnya, 600 solder baik

    akan menjadi 600 bagian emas per 1.000, atau 60% emas. Ketika digunakan

    untuk menandai pengecoran paduan logam, karat mengacu pada bagian per 24

    dari logam emas. Sebagai contoh, sebuah paduan 18 K adalah 18 bagian emas per

    24, atau 75% emas. Bila digunakan dengan solder, karat memiliki arti yang

    berbeda. Sebuah solder yang ditandai sebagai 18 K tidak memiliki kandungan

    75% dari emas. Sebaliknya, penunjukan 18 K berarti bahwa itu dirumuskan untuk

    digunakan dengan 18 K paduan pengecoran. Isi noble metal dari solder yang

    sebenarnya akan diberikan berdasarkan kehalusan bukan oleh karatnya. Semakin

    tinggi kehalusan solder, semakin tinggi titik lelehnya dan semakin besar tahan

    korosi. Sementara solder dengan kehalusan yang lebih rendah memiliki titik leleh

    yang lebih rendah, juga memiliki karakteristik aliran yang lebih buruk.

    c) Bahan Cetak & Prosedur Pencetakan

    Pada istilah GTC, cetakan merupakan sebuah hasil cetak negatif dari satu atau

    beberapa gigi, dan struktur di sekitarnya, yang diperoleh dari insersi dari sebuah

    baki berisi (loaded tray) dengan bahan plastis pada mulut pasien yang akan

    diubah menjadi bahan elastis atau keras (hard material compound impression

    material) pada waktu yang tepat setelah setting (perubahan kimia atau fisika)

    yang jika dicampur dengan bahan die yang sesuai akan menghasilkan cetakan

    duplikat positif atau replika, sebuah model atau working cast yang disebut

    sebagai indirect technique wax pattern fabrication. Bahan cetak telah

    dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dokter gigi atas konstruksi pola

    malam indirek daripada teknik direk berkaitan dengan keterbatasan

    penggunaannya, dan beberapa keperluan penting lainnya yang harus ada pada

    bahan cetak untuk menghasilkan cetakan yang akurat.

    Syarat Bahan Cetak

    Kemampuan menghasilkan detil yang baik

    Stabilitas dimensi

    Tanpa toksisitas baik sebelum ataupun sesudah setting baik pada

    operator maupun pasien

    Kompatibel dengan bahan die yang tersedia

  • 37

    Cukup elastis untuk dilepas dari undercut tanpa deformasi permanen

    dan robekan

    Warnanya sesuai

    Waktu penyimpanannya sesuai

    Mudah dimanipulasi dan dipreparasi

    Terjangkau secara ekonomis

    Klasifikasi Bahan Cetak yang digunakan pada Restorasi Cekat

    Bahan termoplastis

    Elastis

    - Reversible & Irreversibel hydrocolloid

    - Silicon (conventional condensations)

    - Silicon new presentations (additional type)

    - Polyether (hanya memiliki satu konsistensi)

    Saat ini bahan cetak rubber elastis dipertimbangkan sebagai bahan cetak yang

    paling ideal jika dibandingkan dengan jenis lainnya karena memiliki persyaratan

    yang paling memenuhi sebagai bahan cetak. Kelebihan ini membuatnya menjadi

    yang terlarus dan akan dijelaskan jenis material rubber yang akan digunakan

    yakni rubber base dengan sedikit penjelasan mengenai hidrokoloid.

    5. Tata Laksana Klinis Perawatan Bridge

    a) Tahapan Klinik I (Preparasi & Pembuatan GTJ)

    Pemeriksaan, diagnosis, rencana perawatan, prognosis

    Preparasi gigi abutment

    Dalam setiap preparasi, selalu ingat mengenai prinsip dan syarat preparasi

    seperti yang sudah dibahas pada pemicu sebelumnya. Alat-alat seperti bur,

    handpiece, dan alat standar secara umum sama seperti preparasi mahkota

    tiruan penuh, perbedaan hanya terletak pada prinsip utama pembuatan GTJ,

    yaitu prinsip kesejajaran pada gigi penyangganya. Berbeda dengan full

    crown, preparasi gigi abutment tetap harus mengingat fungsi utamanya

    dalam GTJ, sehingga harus memenuhi prinsip:

  • 38

    - Kesejajaran antar gigi penyangga dan arah insersi

    - Pengambilan jaringan seoptimal mungkin

    Prinsip kesejajaran ini sangat memengaruhi kestabilan dari kedudukan GTJ

    nantinya, kecuali pada GTJ yang sifatnya konektor non-rigid, cantilever

    bridge, atau telescopic bridge. Sedangkan prinsip pengambilan jaringan

    berhubungan dengan kemampuan memegang retainer dan kemampuan gigi

    dalam menerima beban kunyah tambahan (distribusi tekanan dari pontik).

    Pada keadaan tertentu:

    - Pada gigi yang pendek, untuk memperoleh retensi optimal dan

    mendapatkan kekuatan untuk menahan beban, maka pengambilan

    oklusal pada daerah supporting cusp lebih banyak. Bila perlu dengan

    tambahan groove sebagai penambah kemampuan resistensi.

    - Pada diasteme yang sempit, pengambilan proksimal harus lebih

    banyak, agar konektor bisa lebih tebal dan kuat.

    - Pada span yang panjang, preparasi servikal sebaiknya mempunyai

    ketebalan optimal, misalnya minimal dengan bentuk chamfer.

    Ada beberapa tindakan khusus berupa modifikasi preparasi abutment untuk

    mendapatkan kesejajaran, antara lain:

    Jika salah satu terminal abutment miring

    Penyesuaian dengan kurva oklusal, mengharuskan pengambilan

    lebih banyak pada distooklusal. Analisa arah pemasukan dengan

    dental suveyor atau garis khayal, berupa garis sejajar dengan garis

    bagi sudut yang terbentuk yang terbentuk oleh kedua sumbu kedua

    gigi penyangga.

    Terminal abutment dan gigi tetangganya miring

    Kemungkinan jaringan mahkota gigi tetangga bagian mesial harus

    diambil sedikit agar tidak menghalangi insersi bridge.

    Setiap terminal abutment miring dengan kedua sumbu konvergen

    Sisi yang berhadapan dengan diastema dipreparasi sejajar garis bagi

    sudut yang dibentuk oleh kedua sumbu gigi. Sedang disisi lain

    dipreparasi sesuai dengan sumbu gigi masing-masing. Tetapi bila

  • 39

    kedua sumbu gigi divergen tidak bisa ditolerir dengan pengasahan,

    sehingga harus dilakukan dulu perbaikan posisi / inklinasinya atau

    dibuat non-vital (merupakan terapi pendahuluan)

    Posisi gigi diluar lengkung karena sedikit rotasi

    Pada keadaan demikian perlu pengambilan jaringan yang lebih

    banyak. Daerah yang keluar dari lengkung lebih banyak dipreparasi.

    Salah satu abutment sedikit palatoversi/labioversi

    Pada keadaan gigi penyangga miring ke lingual maka lebih banyak

    terjadi pengambilan di daerah lingual, pada gigi penyangga yang

    protrusi maka lebih banyak terjadi pengambilan di daerah labial.

    Retraksi gingiva

    Tindakan ini merupakan tindakan yang mendahului tahap pencetakan gigi.

    Merupakan tindakan penarikan/pemisahan sementara free gingiva dari gigi

    yang dipreparasi dengan tujuan mendapatkan tepi preparasi servikal yang

    jelas saat pencetakan serta menghindari luka pada gusi saat preparasi gigi di

    sulkus gingiva. Sebelum diretraksi, dilakukan pemeriksaan gigi tetangga

    apakah karies atau drifting sehingga harus diperbaiki serta dilanjutkan

    dengan pembersihan debris. Ada 4 cara retraksi gingiva, yaitu:

    - Mekanis (benang surgical silk 0,3 mm atau copper band atau MTS)

    - Kimia (larutan kimia hemostatik dan tidak ada vasokonstriktor)

    - Kombinasi (Benang yang mengandung larutan kimia)

    - Bedah elektrosurgikal

    Kesalahan pada retraksi gingiva dapat menyebabkan resesi gusi, atrofi gusi,

    ekspos akar gigi, atau shock tekanan darah jika retraction cord

    mengandung vasokonstriktor (e.g. adrenalin).

    Pencetakan dan pembuatan die model

    Setelah dilakukan retraksi, maka pencetakan dan pembuatan die model

    dapat dimulai. Pilih jenis (stock/individual) dan ukuran sendok cetak sesuai

    dengan ukuran rahang dan material cetak apa yang akan digunakan. Untuk

    pembuatan GTJ umumnya material yang digunakan bersifat elastomer

  • 40

    dengan tujuan mendapatkan detail yang akurat. Ingat selalu bahwa sebelum

    dicetak, gigi harus dalam keadaan kering dan bebas dari cairan saliva.

    Pembuatan catatan gigit

    Tahap ini ditujukan untuk mendapatkan hubungan dari model RA & RB

    sebagaimana hubungan tersebut didapat di dalam mulut pasien, sehingga

    didapatkan GTC yang stabil oklusinya (oklusi sentris). Umumnya catatan

    gigit dibuat menggunakan bite registration paste/bitewax.

    Penentuan warna (shade)

    Penentuan warna GTC dilakukan untuk mendapat warna gigi yang sesuai

    dengan warna gigi-gigi tetangganya. Umumnya cara yang paling banyak

    dipakai saat ini adalah dengan menggunakan shade guide dari pabrik yang

    mengeluarkan bahan GTC yang kita gunakan. Kesamaan pabrik antara

    shade guide dengan material yang kita gunakan di labroatorium sangat

    penting karena tiap-tiap pabrik memiliki warna yang berbeda untuk satu

    kode yang sama (Contoh: untuk kode A1 antara pabrik A dan pabrik B bisa

    ada perbedaan warna). Dalam penentuan warna gigi harus:

    - Dalam keadaan basah (sehari-hari gigi itu berada nantinya)

    - Pencahayaan terang dari lampu neon (bukan lampu DU) dan tidak

    boleh tertutupi oleh bayangan.

    Pembuatan Mahkota Sementara gigi abutment dan pontik sementara

    Mahkota Sementara

    Pembuatannya bisa secara direct atau indirect. Jika secara direct,

    maka saat sebelum dipreparasi, jika gigi mengalami karies/fraktur,

    ditutupi dengan malam membentuk kontur anatomis normal,

    kemudian dilakukan pencetakan. Setelah dipreparasi, cetakan negatif

    (alginat) pada gigi itu diisi dengan resin akrilik kemudian

    dipasangkan di gigi hasil preparasi yang sudah diberi vaselin agar

    tidak menempel di gigi. Setelah mengeras sedikit, resin akrilik

    dirapikan seperlunya (dipotong bagian yang berlebih) dan setelah

    full setting cetakan dilepas dan MTS dipoles. Jika secara indirect,

    maka tahap-tahap tersebut dilakukan pada model gigi dan kemudian

    setelah jadi MTS dicobakan di gigi pasien.

  • 41

    Cara diatas merupakan pembuatan mahkota sementara secara

    fabricated. Cara lain adalah dengan menggunakan mahkota

    sementara prefabricated. Berbeda dengan cara fabricated, ada

    beberapa macam bahan mahkota sementara digunakan, seperti

    aluminium, akrilik, dan seluloid. Prosedur pemakaiannya:

    o Pemilihan mahkota sementara, untuk gigi depan harus

    diperhatikan warna, bentuk dan besar yang sesuai.

    o Adaptasi bagian servikal dan bagian dalam mahkota. Bagian

    servikal setiap mahkota sementara tidak boleh menekan bagian

    gingival untuk mencegah resesi.

    Pontik Sementara

    Pembuatan pontik sementara dilakukan sebelum pencetakan untuk

    pembuatan GTJS pada retainernya. Disini pontik dibuat dengan

    menggunakan wax (biasanya inlay wax) dan kemudian baru

    dilakukan pencetakan untuk pembuatan MTS di gigi abutment.

    b) Tahapan Klinik II (Evaluasi GTJ)

    Setelah GTJ selesai difabrikasi dari laboratorium (belum jadi sepenuhnya baru

    backing logam), sebelum dipasangkan pada pasien GTJ ini perlu dievaluasi terlebih

    dahulu, terutama pada kualitas backing logam dan facing porcelainnya (pada tipe

    PFM), namun jika tidak menggunakan bahan ini maka tidak perlu dievaluasi. Disini

    dievaluasi kecekatan GTC, ketepatan marginal, kontak proksimal, ruang untuk

    facing, kontak oklusal dan artikulasi. Jika evaluasinya baik, maka backing logam ini

    dikembalikan lagi ke laboratorium untuk dibuatkan facing porselennya. Setelah jadi

    sepenuhnya, kembali dilakukan evaluasi pemeriksaan di gigi pasien namun belum

    disementasi secara permanen. Evaluasi ini meliputi:

    Kecekatan (fitness/self retention)

    GTC harus memiliki kecekatan yang maksudnya saat dipasangkan bisa pas

    dan tidak jatuh saat dipasang di gigi hasil preparasi dan mampu melawan

    gaya-gaya ringan yang berlawanan dengan arah insersi tanpa sementasi.

  • 42

    Marginal fitness & integrity

    Diperiksa pada bagian tepi servikal restorasi menggunakan sonde half-

    moon; apakah ada bagian yang terlalu pendek atau terbuka serta dilakukan

    pemeriksaan mengelilingi servikal. Kemudian dilihat juga kondisi gusi,

    apakah mengalami kepucatan (menandakan tepi servikal yang terlalu

    panjang sehingga menekan gusi). Disini perlu dilakukan pengurangan

    panjang namun jangan sampai terlalu pendek yang dapat berakibat

    terbukanya tepi restorasi.

    Kontak proksimal

    Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging, atau overkontur (terlalu

    ke labial atau lingual atau oklusal). Perhatikan juga efek dari ACF karena

    gaya ini sangat berpengaruh terhadap kondisi inklinasi gigi. Pengecekan

    dilakukan dengan menggunakan benang gigi dan dilewatkan di proksimal

    gigi tetangga ataupun antar GTC. Disini benang harus mengalami hambatan

    ringan namun tidak sampai merobek benang.

    Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva

    Merupakan kedudukan pada gigi penyangga harus tetap dan tepat, sehingga

    tidak goyang, memutar, ataupun terungkit meskipun tidak diberi gaya.

    Untuk masalah faktor ungkit umumnya diperiksa dengan menekan salah

    satu gigi penyangga. Adaptasi mukosa tentu perlu karena nantinya GTJ akan

    menekan gusi meskipun ringan namun tetap tidak boleh membuat perubahan

    warna pada gusi yang dapat berujung pada resesi serta untuk

    memaksimalkan efek self cleansing pada daerah embrasurnya.

    Penyesuaian oklusal

    Pemeriksaan dilakukan menggunakan kertas artikulasi dan diletakan di titik

    kontak dan titi oklusi dan suruh pasien menggigit kertas tersebut dalam

    kondisi oklusi sentris. Hasil yang baik adalah tidak adanya tanda pada hasil

    restorasi yang menandakan bahwa oklusi sudah nyaman dan tidak ada yang

    mengganjal atau ketidaknyamanan saat beroklusi. Hal ini perlu karena

    ketidaknyamanan ini dapat berujung pada gangguan sistem mastikasi.

  • 43

    Estetika

    Syarat estetis selalu menjadi poin utama dalam setiap restorasi, khususnya

    pada masa kini dimana pasien menginginkan restorasinya sewarna gigi dan

    seideal mungkin, maka pada bagian yang terlihat saat tersenyum (anterior

    dan sebagian kecil posterior) maka restorasi harus sewarna gigi tetangganya

    dan harus mengikuti kontur, anatomi, dan bentuk normal gigi tersebut.

    c) Tahapan Klinik III (Sementasi dan Insersi)

    Tahap pemasangan dilakukan dengan cara melakukan sementasi dari retainer pada

    GTJ ke gigi penyangga menggunakan semen permanen yang tidak larut dalam

    cairan mulut sehingga GTJ dapat berfungsi penuh. Pemasangan dapat bersifat

    sementara ataupun permanen namun umumnya bahan yang digunakan sama hanya

    berbeda tujuannya. Pemilihan bahan sementasi didasarkan pada:

    Besar beban kunyah

    Jika tekanan kunyah besar maka memerlukan bahan yang memiliki

    compressive strength tinggi untuk mencegah terjadinya retak dikemudian

    hari dan dapat menyebabkan lepasnya GTJ. Jika tekanan kunyah berisiko

    menimbulakn gaya ungkit makan bond strength ke gigi juga harus baik.

    Jumlah gigi penyangga

    Jika jumlah gigi penyangga cukup banyak (GTJ long span) maka bahan

    semennya perlu memiliki working time panjang dan flow tinggi untuk

    mencegah terjadinya pengerasan yang terlalu awal sebelum gigi

    dipasangkan mengingat jumlah retainer yang akan disemen banyak.

    Keadaan gigi penyangga

    Pada gigi penyangga yang mengalami hiperemia namun masih vital maka

    sementasi dilakukan dengan bahan yang pH tinggi (basa). Jika gigi kurang

    retentif semen perlu punya bond strength & film thickness tinggi. Apabila

    sifat gigi penyangga merupakan MT pasak logam maka perlu menggunakan

    bahan semen yang dapat berikatan dengan baik dengan logam.

  • 44

    Desain dan bahan gigi tiruan

    Desain dan bahan gigi tiruan berpengaruh pada estetika dan fungsional GTC

    nantinya. Jika bahan gigi tiruan adalah akrilik yang translusen maka

    tentunya semen harus memiliki warna yang sebisa mungkin mirip dengan

    warna gigi, sedangkan untuk desain tertentu maka semen harus punya

    tingkat kelarutan yang rendah.

    Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas bahan semen yang umum

    digunakan antara lain GIC, Semen Resin, Zinc-Polikarbonat, dan Zinc-Fosfat.

    Glass-Ionomer Cement

    Merupakan bahan semen yang paling banyak dipakai karena kemampuan

    biokompatibilitas ke jaringan dan restorasi yang baik melalui ikatan kimia.

    Terdiri atas bubuk dan liquid yang mengandung fluor sebagai proteksi dari

    karies. Saat pemasangan pastikan gigi tidak terkontaminasi oleh saliva karena

    sifat semen yang water-based. Apabila material yang digunakan adalah logam

    logam tersebut dilapisi dengan opaquer terlebih dahulu. Sayangnya karena

    daya larut yang rendah risiko kebocoran tepi servikal tinggi.

    Resin Cement (Zinc Siloco Phosphate Cement)

    Semen ini sudah tidak banyak dipakai karena sifatnya yang asam sehingga

    restorasi tidak tahan lama dan mengiritasi jaringan. Namun semen ini karena

    memiliki komposisi resin maka sifat translusensinya sangat baik. Biasanya

    semen ini digunakan pada retainer yang menggunakan material akrilik atau

    porselen serta gigi penyangga yang non-vital (dowell crown).

    Zinc Poly-Carboxylate Cement

    Merupakan bahan semen jenis akrilik dengan paduan antara bubuk dan

    liquidnya akan menurunkan pH serta meningkatkan bond strength karena

    reaksi dengan kalsium gigi dan kandungan fluornya. Sifat adhesif ke logam

    tinggi sehingga banyak dipakai untuk sementasi Pasak-Inti. Kekurangannya

    adalah setting time yang cepat sehingga tidak cocok untuk GTJ dengan span

    panjang atau multiple abutment bridge. Tingkat kekerasannya juga masih

    dibawah semen zinc-fosfat.

  • 45

    Zinc Phosphate Cement

    Merupakan bahan semen yang paling pertama dikeluarkan tetapi masih

    menjadi pilihan utama karena memiliki tingkat kekerasan, film thickness dan

    setting time yang memadai. Semen ini juga punya pilihan warna sehingga

    tidak terlalu mencolok. Sayngnya pH semen ini rendah sehingga berisiko

    mengiritasi pulpa saat belum mengeras. Oleh karena itu biasanya diberikan

    pelaps untuk proteksi pulpa dengan cavity varnish.

    Prosedur sementasi adalah sebagai berikut:

    Pembersihan bagian dalam retainer dari debris atau lemak dengan alkohol

    lalu keringkan dengan air spray. Lakukan hal yang sama pada gigi

    penyanggan namun menggunakan larutan antiseptik (jika alkohol dapat

    dehidrasi jaringan). Jika semen yang digunakan bersifat asam, gig

    penyangga dapat terlebih dahulu dilapisi dengan cavity varnish di daerah

    dekat pulpa atau diaplikasikan kalsium hidroksida.

    Blokir semua daerah insersi dengan gulungan kapas untuk mencegah

    terjadinya kontaminasi oleh saliva serta gunakan saliva ejector. Berikan

    separator oil di dasar pontik dan interdental untuk memudahkan

    pengambilan sisa semen yang berlebih.

    Lakukan manipulasi semen sesuai petunjuk pabrik lalu oleskan semen di

    bagian dalam retainer dan di gigi penyangga, lalu pasang sesuai dengan arah

    dan posisi yang benar. Tekan secara bertahap masing-masing retainer untuk

    membuat semen mengalir dengan baik dan mencegah adanya jebakan udara.

    Lihat kondisi oklusi sentris dan fitnessnya, jika masih salah lepas segera dan ulangi

    lagi. Jika sudah baik, GTJ ditekan dengan jari secara merata atau pasien dapat

    diminta untuk menggigit dengan alat khusus sampai semen mencapai setting time.

    Buang sisa kelebihan semen dengan sonde atau eksavator kecil dan menggunakan

    benang gigi di bagian interdental.

    d) Pemeliharaan Gigi Tiruan Jembatan

    Pemeliharaan kesehatan mulut untuk menunjang jesehatan gingiva disekitar gigi

    tiruan dan giginya sendiri. Pemeliharaan yang harus dilakukan oleh pasien terdiri

    dari 4 tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan plak dan sisa makanan berupa:

  • 46

    Menghilangkan plak gigi berupa penyikatan dan penggunaan alat

    pembersih lainnya (brushing, flossing, dan irigasi) dengan disclosing

    solution sebagai kontrol plak.

    Sikat gigi : digunakan untuk daerah yang mudah terlihat,dengan

    tekanan yang ringan dan memakai sikat yang agak lunak pada

    permukaan gigi dan daerah gingival

    Alat pembersih lainnya : pada daerah yang sukar / tidak terlihat

    seperti interdental atau dasar pontik, dapat dipakai :

    - Dental floss : dengan alat bantu pengait berbentuj loop atau jarum.

    Super floss yang mempunyai 3 bagian yaitu : ujung yang kaku

    untuk memudahkan pemasukan floss ke dasar pontik, spongy

    filamen brush yang berfungsi sebagai pembersih plak, perangsang

    peningkatan aliran darah, dan unwaxed floss untuk menarik sisa

    makanan dan plak keluar

    - Hytrel : merupakan dental cleansing tape (bentuk pita) yang

    berguna untuk membersihkan dasar pontik

    - Oral irrigating device : merupakan penyemprot air bertekanan

    yang dapat mengeluarkan sisa makanan

    - Interdental cleaning device : merupakan alat yang berguna untuk

    membersihkan area interdental

    Mengurangi makanan/minuma yang asam dan kariogenik

    Penggunaan obat kumur dengan tujuan menghambat pertumbuhan plak,

    misalnya dengan chlorhexidine

    Pemeriksaan ulang rutin setiap 3 6 bulan ke dokter giginya

    untuk pemeriksaan rutin gigi tiruan jemabatan dokter gigi harus melakukan

    pemeriksaan sebagai berikut:

    Kemungkinan terjadinya karies pada gigi penyangga

    Umumnya yang terjadi adalah karies servikal, diperiksa secara klinis

    dengan sonde atau secara radiografis untuk melihat karies proksimal.

    Vitalitas gigi penyangga

    Dilakukan dengan electric pulp tester. Nila perlu dengan pemeriksaan

    radiografis untuk melihat adanya kelainan di jaringan periapikal.

  • 47

    Kegagalan sementasi

    Dengan cara menekan pada satu sisi retainer apakah ada gerakan dari

    gigi tiruan atau dengan menekan dan menarik keatas berulang-ulang.

    Bila terlihat gelembung udara didaerah marginal, berarti semennya

    larut atau tidak ada.

    Kegoyangan dan adanya poket pada gigi penyangga

    Umumnya karena beban kunyah yang lebih besar daripada kemampuan

    jaringan penyangga gigi dalam menahan beban (over loading), dapat

    terlihat jelas pada rontgen foto.

    Perubahan gigitan

    Kemungkinan karena oklusi habitual, terlihat dengan adanya facet pada

    permukaan oklusal.

    Peradangan gingival

    Terutama dibawah pontik.

    Akibat pemakaian pada gigi tiruan

    - Melengkungnya pontik (fleksi)

    - Kerusakan seperti robek, retak, berlubang pada retainer / konektor

    - Ausnya facing akrilik / pecahnya lapisan porselen

    e) Masalah dan Penanggulangan Paska-Insersi (Post-Insertion Problem)

    Setelah gigi tiruan jembatan dipasang tetap, dapat terjadi reaksi pada struktur

    jaringan keras dan lunak gigi baik pada gigi tiruannya maupun daerah lainnya

    seperti pulpa, jaringan periodontal, mukosa pipi/lidah atau neuromuscular otot

    kunyah dan sendi rahang.

    Sensitif / Peka Terhadap Suhu

    Sensitif baik pada rangsangan dingin/panas dapat berlangsung beberapa

    hari atau bulan setelah pemasangan. Penyebabnya: dekatnya dinding

    preparasi dengan pulpa, gigi tiruan jembatan sementara yang tidak

    melindungi secara sempurna, dan adanya kontak prematur.

    Rasa Tidak Enak Selama Berfungsi

    Penyebabnya: Terjadinya kontak premature atau hambatan gerak

    sentrik/lateral. Koreksi oklusal dapat menghilangkan gejala tersebut.

  • 48

    Timbulnya Peradangan Gusi

    Faktor predisposisi: Oral hygine yang buruk, edain yang salah, prosedur

    kerja yang kurang baik. Penyebab langsung: overkontur, embrasure sempit,

    trauma karena bur / alat pengasah, adanya sisa bahan cetak/semen

    sementara yang tertinggal didalam sulkus.

    Retensi Sisa Makanan

    Retensi sisa makanan sering terjadi dibawah pontik konektor. Yang

    terpenting adalah cara pemeliharaan dan pembersihannya. Kontak yang

    berat pada gerak artikulasi yang menyebabkan pergerakan gigi penyangga,

    dapat menimbulkan retensi makanan didaerah kontak giginya.

    Tergigitnya Pipi / Lidah

    Penyebab: overjet oklusal, gigi posterior terlalu kecil, atau kontaknya cusp

    to cusp. Tergigitnya pipi yang berlangsung sementar disebabkan karena

    belum adaptasinya otot kunyah.

    Pergerakan Gigi

    Penyebab: karena kontak oklusal yang berat pada artikulasi yang dimulai

    dengan adanya rasa tidak nyaman selama berfungsi namun dibiarkan (tidak

    segera diatasi).

    Gangguan Sistem Neuromuskular

    Gangguan ini menimbulkan rasa tidak nyaman yang harus segera

    ditanggulangi. Penyebab: tidak sesuainya gerak artikulasi gigi tiruan dengan

    gerak sendi rahang. Perubahan posisi sendi rahang akan menimbulkan sakit

    yang hebat pada otot kunyah dan sendi rahang.

    Keluhan yang Tidak Jelas

    Keluhan ini antara lain disebabkan oleh:

    Rasa tidak enak karena adanya beban tambahan pada gigi penyangga

    Ada kontak premature ringan

    Adanya gigi tiruan pada daerah yang dulunya tidak ada

    Tidak menerima gigi tiruan secara psikologis karena tidak ada motivasi

    sejak awal (terpaksa)

  • 49

    Gejala-gejala diatas bila tidak segera ditanggulangi akan bertambah berat, sehingga

    akan menggagalkan perawatan. Jenis kegagalan pasca pemasangan:

    Kegagalan Sementasi

    Kegagalan sementasi dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, antara lain:

    Adanya fleksi (pada span yang panjang, logam pontiknya tipis dan

    lunak) sehingga gigi tiruan melengkung. Hal ini akan membuka tepi

    serikal retainer dan semennya akan larut.

    Retensi kurang, misalnya pada mahkota klinis pendek dengan preparasi

    yang konus dan tidak membuat retensi tambahan pada tahap preparasi.

    Teknik sementasi yang kurang sempurna, karena manipulasi terlalu

    lama; semen sudah kadaluarsa, dll.

    Kegagalan Pada Gigi Tiruannya Sendiri

    Kegagalan ini dapat terjadi antara lain karena desain yang salah, proses

    laboratorium yang kurang sempurna, atau karena pemakaian. Bentuk

    kegagalan berupa:

    Melengkung, robek, atau patah karena metal kurang tebal dan keras

    (terutama pada long span bridge), adanya porositas internal dari metal,

    tidak dilakukan heat treatment (hardening).

    Facing lepas karena retensi mekanis (akrilik) kurang baik, perlekatan

    batas akrilik / porselen dengan metal di daerah gigitan.

    Patahnya daerah penyolderan (solder joint) karena terlalu besar/lebar

    bahan soldernya, tidak bersatu sempurna dengan bagian yang disolder

    (bahan tidak sama, atau pencairan logam solder tidak sempurna, atau

    ada kotoran pada bagian-bagian yang akan disolder).

    Terjadinya Iritasi Dan Resesi Gingival

    Iritasi berkaitan dengan kesehatan mulut dan proses pemeliharaan yang

    tidak sempurna. Desain salah seperti over contour, tidak baiknya titik

    kontak, interdental embrasure yang sempit / kecil, dasar pontik yang

    menekan mukosa atau pemilihan macam pontik yang salah merupakan

    pennyebab iritasi. Resesi diakibatkan terlalu besarnya beban kunyah.

  • 50

    Terjadinya Kelainan Jaringan Periodontal

    Secara klinis terlihat pergeseran gigi / goyangnya gigi penyangga,

    penyebabnya:

    Adanya kontak prematur saat oklusi atau hambatan gerak artikulasi

    sehingga timbul overloading.

    Pemilihan jumlah gigi penyangga yang tidak memenuhi syarat dan

    sesuai hukum Ante atau panjangnya span sehingga jaringan pendukung

    gigi penyangga tidak mampu mendukung beban kunyah.

    Terjadinya / Timbulnya Karies

    Tepi retainer yang tidak fit / tepat akan mengakibatkan semen larut

    sebagian dan dengan menempelnya plak di daerah tersebut akan

    menimbulkan karies. Bila diderah subgingival sud