LAPORAN BIOLOGI DASAR “Golongan Darah pada Manusia” Oleh : Nama : Yuni Andriani NIM : 140210101042 Kelompok : 2
LAPORAN BIOLOGI DASAR
“Golongan Darah pada Manusia”
Oleh :
Nama : Yuni Andriani
NIM : 140210101042
Kelompok : 2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
I. Judul : Golongan Darah pada Manusia
II. Tujuan : Setelah selesai praktikum ini
mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan penggolongan darah pada
manusia
III. Dasar Teori
Darah adalah cairan yang terdapat dalam
tubuh yang berfungsi mengangkut zat-zat dan
oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan bahan kimia hasil metabolisme
dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap
virus atau bakteri. Darah adalah cairan
jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel
di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan
tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan
penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit..
(Mulyono,2009)
Volume darah manusia adalah sekitar 8% dari
berat tubuhnya. Darah tersusun atas dua
komponen yaitu yang pertama plasma darah
kemudian yang kedua sel-sel darah dan keping-
keping darah. Di dalam tubuh, sel-sel darah
tidak dapat memisah dari plasma darah karena
teradu selama proses sirkulasi. Sel-sel darah
dan keping-keping darah dapat dipisahkan dari
plasma darah dengan melalui proses
sentrifugasi.
(Waluyo,2010:175)
1. Plasma darah
Plasma darah adalah cairan yang berwarna
kekuning-kuningan, tersusun atas air, dan bahan
terlarut yaitu protein, lemak, asam lemak, asam
amino, glukosa, hormon, enzim, antibodi, garam
mineral.
Fungsi dari plasma darah adalah:
Sebagai pelarut bahan-bahan kimia
Membawa mineral-mineral terlarut,
glukosa, asam amino, vitamin,
karbondioksida dan bahan-bahan buangan
Menyebarkan panas dari organ yang lebih
panas ke organ yang lebih dingin
Menjaga keseimbangan antara cairan di
dalam sel dan cairan di luar sel.
Plasma darah mengandung protein seperti
lipoprotein, fibrinogen berfungsi dalam
pembekuan darah, globulin berperan dalam
pertahanan tubuh, albumin berperan dalam
membantu aliran darah dan mengatur tekanan
osmotik darah, antihemophilic globulin
berfungsi mencegah hemofilia, tromboplastin
berfungsi dalam proses pembekuan darah bersama
protombin dan fibrinogen, immunoglobulin
berfungsi untuk kekebalan tubuh (antibodi).
Protein-protein tersebut dapat dipisahkan dari
plasma dan membentuk cairan yang disebut serum
(Waluyo, 2010: 175)
2. Sel darah
a. Sel darah merah (Eritrosit)
Sel-sel darah merah mempunyai bentuk cakram,
dengan diameter 7,5 m dan ketebalan 2 m.
Tengah-tengah dari cakram tersebut lebih tipis
(1 meter) daripada tepinya. Bentuk “bikonkaf”
ini dapat mempercepat pertukaran gas-gas antara
sel-sel dan plasma darah. Pada orang dewasa,
sel darah merah dibentuk dari sel-sel “pokok”
yang terletak dalam sumsum tulang, terutama
dalam tulang-tulang rusuk, sternum (tulang
dada), dan vertebrata (tulang-tulang belakang).
Pada waktu mula-mula dibentuk, sel darah merah
mempunyai sebuah nukleus dan hemoglobin tidak
begitu banyak. Akan tetapi, ketika dewasa
jumlah hemoglobin dalam sel naik sampai 280
juta molekul – menunjukkan 90% bobot bersih
sel. Kemudian pada akhir dari proses sintesis
hemoglobin ini, nukleus diperas keluar dari
sel.
(Kimball, 1990: 516).
b. Sel darah putih (Leukosit)
Leukosit merupakan sel yang memiliki fungsi
khusus untuk mempertahankan tubuh dari serangan
mikroorganisme. Leukosit merupakan sel yang
memiliki sifat seperti Amoeba, yaitu bentuknya
dapat berubah-ubah, leukosit dapat bergerak
bebas, bahkan dapat keluar dari pembuluh darah
dan masuk ke dalam jaringan lain yang
terinfeksi mikroorganisme. Ukuran leukosit
lebih besar dari eritrosit, tetapi jumlahnya
dalam tubuh lebih sedikit. Darah manusia
memiliki lima macam leukosit tetapi berdasarkan
ada dan tidaknya granuler pada selnya. Kelima
macam leukosit tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok yaitu leukosit yang
bergranuler (granulosit) dan tidak bergranula
(agranulosit). (Waluyo,2010:178-180)
c. Keping darah
Trombosit atau keping-keping darah memiliki
bentuk tidak teratur, tidak memiliki inti sel
dan berukuran sangat kecil ( hanya berdiameter
2 m). Jumlahnya di dalam darah sekitar 150-
400 /ribu. Trombosit berperan dalam proses
pembekuan darah apabila terjadi luka pada
pembuluh darah, dengan demikian darah tidak
banyak terbuang. Trombosit beredar di dalam
darah dan dibentuk oleh sel-sel besar yang ada
di dalam sumsum tulang. Mekanisme pembekuan
darah adalah sebagai berikut.: Saat pembuluh
darah terluka atau terpotong, darah akan
keluar. Trombosit akan pecah dan membebaskan
enzim trombokinase. Enzim ini akan mengubah
protombin menjadi trombin dengan bantuan ion
kalsium dan vitamin K. Trombin yang terbentuk
selanjutnya akan mengubah fibrinogen menjadi
benang-benang fibrin yang akan menutup luka
sehingga pendarahan akan dihentikan (Waluyo,
2010: 178-180).
Dalam dunia kedokteran golongan darah manusia
dibagi menjadi empat, yaitu A, B, AB, dan O.
Pembagian ini dilakukan karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan
membran sel darah merah. Untuk mengetahui jenis
golongan darah seseorang perlu dilakukan uji
laboratoriom. Selama ini untuk pengujian
golongan darah sering digunakan metode ABO,
yang prosesnya dilakukan secara manual atau
dengan cara meneteskan tiga jenis cairan atau
reagen pada sampel darah. Jenis golongan darah
sangat penting pada saat tranfusi darah,
seseorang harus menerima darah dari golongan
darah yang sama dengan pendonor.
(Melati,2011:48)
Golongan darah pada manusia ada 3 macam,
yaitu sistem ABO, sistem MN dan sistem rhesus.
1. Sistem ABO
Sistem ABO yang sering digunakan yaitu
ditemukan oleh K. Landsteiner pada tahun 1900,
menggolongkan darah manusia menjadi 4 macam
diantaranya:
Golongan darah A, yaitu apabila di dalam sel
darah merahnya mengandung aglutinogen A dan
serumnya dapat membuat aglutinin (beta)
Golongan darah B, yaitu apabila di dalam sel
darah merahnya mengandung aglutinogen B dan
serumnya dapat membuat aglutinin (alfa)
Golongan darah AB, yaitu apabila di dalam sel
darah merahnya mengandung aglutinogen A dan
aglutinogen B, tetapi serumnya tidak dapat
membuat aglutinin
Golongan darah O, yaitu apabila di dalam sel
darah merahnya tidak terdapat aglutinigen,
tetapi serum darahnya dapat membuat aglutinin
alfa dan aglutinin beta.
(Waluyo,2010:173-174)
2. Sistem MN
Pada tahun 1972, K. Landsteiner dan P. Levine
telah menemukan golongan darah sistem MN,
akibat ditemukannya antigen M dan antigen N
pada sel darah merah manusia. Sistem ini
digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
Golongan darah M, mengandung antigen M
Golongan darah N, mengandung antigen N
Golongan darah MN, mengandung antigen M dan
antigen N (Waluyo, 2010: 173-174).
3. Sistem Rhesus
Pada sistem Rhesus dikenal 2 jenis darah
yaitu Rhesus + dan Rhesus (-). Rhesus (+)
mengandung antigen faktor Rhesus dalam
eritrositnya, tak ada aglutininnya dalam
plasma. Sedangkan orang yang berjenis Rhesus –
tak mengandung antigen faktor Rhesus, juga tak
mengandung aglutininnya dalam plasma. Kalau
donor Rh+, resipien Rh- tak terjadi
penggumpalan karena pada darah resipien itu
tidak ada aglutininnya. Kalau donor Rh-,
resipien Rh+ juga tak terjadi penggumpalan
karena tak ada aglutinin resipien dan tak ada
antigen donor yang harus digumpalkan.
(Yatim,1987:213)
Pada kaum ibu hamil sistem Rhesus ini ada
juga peranannya sekedar. Kalau ibu itu
mengandung embrio berjenis Rh+ (suami Rh+)
sedang ia berjenis Rh-, sebagian antigen
embrionya akan merembes ke dalam peredaran
darah ibu dan terbentuk aglutinin. Sampai bayi
lahir belum apa-apa. Tapi kalau ibu mengandung
embrio berjenis Rh+ kedua kalinya, dalam
tubuhnya sudah terbentuk banyak aglutinin.
Sehingga mampu menggumpalkan eritrosit
embrionya, lahirlah bayi yang mengidap anemia
yang parah dan sering menyebabkan kematian sang
bayi
(Yatim, 1987: 213).
Kita mengenal 4 macam golongan darah yaitu :
A, B, AB dan O. Dalam system golongan darah
terdapat dua macam sel darah A dan B serta dua
macam plasma yaitu anti A dan anti B. Berikan
kombinasi yang mungkin terjadi :
a) Individu dengan A pada sel darah merahnya,
memiliki anti B pada plasmanya
b) Individu dengan B pada sel darah merahnya,
memiliki anti A pada plasmanya
c) Individu dengan A dan B sel darah
merahnya, tidak memiliki anti A dan anti B
pada plasmanya
d) Individu dengan tidak memiliki A dan B
pada sel darah merahnya, memiliki anti A
dan anti B pada plasmanya
(Tim Pengampu mata kuliah biologi
dasar,2015:11)
Darah memiliki antigen dan antibodi, dimana
setiap masing-masing antigen dan antibodi
terdiri dari A dan B, untuk lebih jelas melihat
karakteristik golongan darah berdasarkan
antigen dan antibodi.(Melati,2011:49)
Karakteristik golongan darah system ABO
Golongan darah Antigen Antibodi
A A BB B AAB A dan B -O - A dan B
(Melati,2011:49)
Orang yang tidak memiliki antigen-A maupun
antigen-B, tetapi memiliki anti-A maupun anti-B
di dalam serum atau plasma darahnya, dimasukan
dalam golongan darah O. Adapun orang yang
memiliki antigen-A maupun antigen-B, tatapi
tidak memiliki anti-A maupun anti-B di dalam
serum atau plasma darah, dimasukan dalam
golomgam darah AB. Untuk menghindari jangan
sampai terjadi penggumpalan darah, maka sebelum
dilakukan transfusi darah, baik darah si-
pemberi (donor) maupun darah si-penerima
(resipien) harus diperiksa terlebih dahulu
berdasarka system ABO. Interaksi yang terjadi
selama transfusi darah antara berbagai macam
antigen dalam eritrosit dengan zat anti dalam
serum atau plasma darah.
(Suryo,1984: 254-257)
Tabel interaksi antara alel – alel IA, IB dan i yang
menyebabkan terjadinya 4 golongan darah, yaitu O,
A, B, dan AB
Golongan
darah
(Fenotip)
Antigen
dalam
Eritrosit
Alel dalam
kromosom
Genotip
O - I IiA A IA IAIA atau IA
iB B IB IB IB atau IB
iAB A dan B IA dan IB IA IB
(Suryo, 1984: 254-257)
IV. Metode Penelitian
IV.1 Alat dan Bahan :
IV.1.1 Alat
a) Lanset/jarum steril
b) Jarum pentul
c) Spidol
d) Gelas Obyek
e) Kertas Putih
IV.1.2 Bahan
a) Serum A dan B
b) Alkohol 70%
c) Kapas
d) Darah segar manusia
IV.2 Langkah Kerja
Dengan menggunakan spidol, tariklah garis
tengah lurus pada pada sisi panjang yang
membagi sisi gelas obyek menjadi dua bagian
yang sama. Dipojok kiri atas gelas obyek
tuliskan A dan dipojok kanan atas tuluskan
Mencuci tangan anda sampai bersih.
Mengambil segumpal kapas dengan pinset.
Mencelupkan kedalam alkohol dan gosoklah
pada ujung jari manistangan anda. Biarkan
alkohol mongering. Menusukkan bagian
tersebut dengan menggunakan lanset yag
Menutup bekas tusukan dengan kapas yang
telah dicelupkan ke dalam alkohol.
Meneteskan segera serum anti A pada
bagian A gelas obyek, Mengaduk sampai
merata dengan tusuk gigi.
V. Hasil Pengamatan
NO Ke
l
Nama
Probandus
Anti A Anti B Gologan
Darah1 I Mega Dwi
Rahayu
‒ ‒ O
2 II Yuni Andriani ‒ B
Meletakkan setetes anti B pada darah
dibagian B gelas obyek, Mengaduk sampai
Membandingkan kedua bagian A dan B pada
gelas obyek, jika :
a) Terjadi penggumpalan pada bagian A, anda
bergolongan darah A
b) Terjadi penggumpalan darah pada bagian
B, anda bergolongan darah B
c) Terjadi penggumpalan darah pada bagian A
dan B, anda bergolongan darah AB
d) Tidak terjadi penggumpalan , anda
bergolongan darah O
3 II
I
Reza Rizaldy ‒ ‒ O
4 IV Lusia Dwi
Minarti
‒ ‒ O
5 V Yudi Anggara ‒ B6 VI Susanti ‒ ‒ O7 VI
I
Hanifah Nur
Rohma
‒ ‒ O
Keterangan :
(‒) : Tidak Menggumpal
() : Menggumpal
VI. Pembahasan
Pada pengamatan kali ini adalah mempelajari
golongan darah pada manusia. Penggolongan darah
pada manusia dibagi menjadi 3 macam yaitu yang
pertama adalah penggolongan darah dengan system
ABO. Dalam system penggolongan darah ini
terdapat 4 golongan darah manusia, yaitu
golongan darah A, B, AB dan O. Penggolongan
darah yang kedua adalah dengan system MN,
penggolongan darah manusia terdiri dari
golongan darah M, N dan MN. Penggolongan darah
manusia yang ketiga adalah system Rhesus, yang
terdiri dari dua macam yaitu rhesus positif dan
rhesus negatif.
Mekanisme penggumpalan darah pada golongan
darah B yaitu darah diteteskan pada gelas obyek
yang telah dibagi menjadi dua bagian yang sama
ditandai dengan sebuah garis, bagian satu
berlebel A dan bagian yang lain berlebel B.
Darah pada gelas obyek yang berlebel A ditetesi
dengan serum A (anti-A) dan yang berlebel B
ditetesi dengan serum B (anti-B). Jika darah
sampel tersebut diteteskan dengan anti-A tidak
menggumpal sedangkan diteteskan dengan anti-B
menggumpal, maka golongan darah tersebut adalah
golongan darah B karena darah tersebut hanya
memiliki antigen B pada eritrositnya.
Mekanisme penggumpalan darah pada golongan
darah O yaitu darah diteteskan pada gelas obyek
yang telah dibagi menjadi dua bagian yang sama
ditandai dengan sebuah garis, bagian satu
berlebel A dan bagian yang lain berlebel B.
Darah pada gelas obyek yang berlebel A ditetesi
dengan serum A (anti-A) dan yang berlebel B
ditetesi dengan serum B (anti-B). Bila darah
sampel tersebut diteteskan dengan anti-A tidak
menggumpal dan diteteskan dengan anti-B tidak
menggumpal, maka darah bergolongan darah O
karena tidak memiliki aglutinogen ( antigen )
sama sekali pada eritrositnya.
Mekanisme penggumpalan darah pada golongan
darah AB yaitu darah diteteskan pada gelas
obyek yang telah dibagi menjadi dua bagian yang
sama ditandai dengan sebuah garis, bagian satu
berlebel A dan bagian yang lain berlebel B.
Darah pada gelas obyek yang berlebel A ditetesi
dengan serum A (anti-A) dan yang berlebel B
ditetesi dengan serum B (anti-B). Bila darah
sampel tersebut diteteskan dengan anti-A
menggumpal dan diteteskan dengan anti-B
menggumpal, maka darah bergolongan darah AB
karena memiliki aglutinogen A dan B pada
eritrositnya.(Tidak ada dihasil pengamatan)
Mekanisme penggumpalan darah pada golongan
darah A yaitu darah diteteskan pada gelas obyek
yang telah dibagi menjadi dua bagian yang sama
ditandai dengan sebuah garis, bagian satu
berlebel A dan bagian yang lain berlebel B.
Darah pada gelas obyek yang berlebel A ditetesi
dengan serum A (anti-A) dan yang berlebel B
ditetesi dengan serum B (anti-B). Bila darah
sampel tersebut diteteskan dengan anti-A
menggumpal dan diteteskan dengan anti-B tidak
menggumpal, maka darah bergolongan darah A
karena hanya memiliki aglutinogen A pada
eritrositnya. (Tidak ada dihasil pengamatan)
Darah golongan A diteteskan dengan anti-A
mengalami penggumpalan. Hal ini disebabkan
karena darah golongan A mempunyai aglutinogen A
pada eritrositnya dan aglutinin B (anti-B) pada
plasmanya. Penggumpalan akan terjadi ketika
diteteskan dengan anti-A, hal ini dikarenakan
pada eritrositnya mengandung aglutinogen A.
Sehingga jika diberi antinya (anti-A) maka akan
terjadi proses aglutinasi (penggumpalan). Jika
aglutinogen A bertemu dengan dengan aglutinin
(anti A) maka akan terjadi proses aglutinasi
(penggumpalan).
Pada praktikum ini, penentuan golongan darah
dilakukan pada 7 mahasiswa/mahasiswi yaitu
sebagai berikut :
1. Mega Dwi Rahayu
Darah Mega Dwi Rahayu ketika diteteskan
dengan serum A (anti-A) pada lebel A tidak
mengalami penggumpalan, sedangkan pada label B
yang diditeteskan dengan serum B (anti-B)
mengalami penggumpalan. Hal ini menunjukkan
bahwa golongan darah mega dwi rahayu adalah
golongan darah B karena darahnya (eritrositnya)
hanya mengandung antigen B.
2. Yuni Andriani
Darah Yuni Andriani ketika diteteskan dengan
serum A (anti-A) tidak mengalami penggumpalan
begitupun pada lebel B yang ditetesi serum B
juga tidak mengalami penggumpalan. Hal ini
menunjukkan bahwa golongan darah Yuni Andriani
adalah golongan darah O karena darahnya
(eritrositnya) tidak mengandung antigen A
maupun B.
3. Reza Rizaldy
Darah Reza Rizaldy ketika diteteskan dengan
serum A (anti-A) tidak mengalami penggumpalan
begitupun pada lebel B yang ditetesi serum B
juga tidak mengalami penggumpalan. Hal ini
menunjukkan bahwa golongan darah Reza Rizaldy
adalah golongan darah O karena darahnya
(eritrositnya) tidak mengandung antigen A
maupun B.
4. Lusia Dwi Minarti
Darah Lusia Dwi Minarti ketika diteteskan
dengan serum A (anti-A) tidak mengalami
penggumpalan begitupun pada lebel B yang
ditetesi serum B juga tidak mengalami
penggumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa
golongan darah Lusia Dwi Minarti adalah
golongan darah O karena darahnya (eritrositnya)
tidak mengandung antigen A maupun B.
5. Yudi Anggara
Darah Yudi Anggara ketika diteteskan dengan
serum A (anti-A) pada lebel A tidak mengalami
penggumpalan, sedangkan pada label B yang
diditeteskan dengan serum B (anti-B) mengalami
penggumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa
golongan darah Yudi Anggara adalah golongan
darah B karena darahnya (eritrositnya) hanya
mengandung antigen B.
6. Susanti
Darah Susanti ketika diteteskan dengan serum
A (anti-A) tidak mengalami penggumpalan
begitupun pada lebel B yang ditetesi serum B
juga tidak mengalami penggumpalan. Hal ini
menunjukkan bahwa golongan darah Susanti adalah
golongan darah O karena darahnya (eritrositnya)
tidak mengandung antigen A maupun B.
7. Hanifah Nur Rahma
Darah Hanifah Nur Rahma ketika diteteskan
dengan serum A (anti-A) tidak mengalami
penggumpalan begitupun pada lebel B yang
ditetesi serum B juga tidak mengalami
penggumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa
golongan darah Hanifah Nur Rahma adalah
golongan darah O karena darahnya (eritrositnya)
tidak mengandung antigen A maupun B.
Pada pengamatan golongan darah Yudi Anggara
memiliki golongan darah B, ini berbeda dengan
pemeriksa dirumah sakit yang menyatakan bawah
golongan darah Yudi Anggara adalah golongan
darah A. Perbedaan ini disebabkan karena adanya
kesalahan pada saat melakukan pengamatan
dilaboratorium misalnya dalam meneteskan
reagen, kadar dalam meneteskan reagen,
ketidaktelitian kita dalam mengamati apakah
darah tersebut mengalami penggumpalan atau
tidak, cara meyimpan reagen dan suhu ruangan.
Hal tersebut adalah salah satu penyebab
terjadinya golongan darah probandus berbeda
dengan aslinya karena pada dasarnya golongan
darah pada manusia tidak dapat berubah karena
golongan darah manusia sudah terbentuk sejak
manusia masih berupa embrio berumur 2 minggu.
Golongan darah pada manusia ada empat macam
yaitu : A, B, AB dan O. Seseorang dikatakan
bergolongan darah A, jika pada eritrositnya
mengandung aglutinogen A dan pada plasma
darahnya mengandung aglutinin B. Seseorang
dikatakan bergolongan darah B, jika pada
eritrositnya mengandung aglutinogen B dan pada
plasma darahnya mengandung aglutinin A.
Seseorang dikatakan bergolongan darah AB, jika
pada eritrositnya mengandung aglutinogen A dan
B, sedangkan pada plasma darahnya tidak
mengandung aglutinin A maupu B. Seseorang
dikatakan bergolongan darah O, jika pada
eritrositnya tidak mengandung aglutinogen A
maupun B, sedangkan pada plasma darahnya
mengandung aglutinin A dan B.
VII. Penutup
VII.1 Kesimpulan
Terdapat tiga macam penggolongan darah pada
manusia, yaitu Yang pertama sistem ABO yang
membagi golongan darah manusia menjadi golongan
A,B, AB dan O. Seseorang dikatakan bergolongan
darah A, jika pada eritrositnya mengandung
aglutinogen A dan pada plasma darahnya
mengandung aglutinin B. Seseorang dikatakan
bergolongan darah B, jika pada eritrositnya
mengandung aglutinogen B dan pada plasma
darahnya mengandung aglutinin A. Seseorang
dikatakan bergolongan darah AB, jika pada
eritrositnya mengandung aglutinogen A dan B,
sedangkan pada plasma darahnya tidak mengandung
aglutinin A maupu B. Seseorang dikatakan
bergolongan darah O, jika pada eritrositnya
tidak mengandung aglutinogen A maupun B,
sedangkan pada plasma darahnya mengandung
aglutinin A dan B. Yang kedua Penggolongan
darah dengan sistem MN yang membagi golongan
darah manusia menjadi 3 golongan, yaitu
golongan darah M, golongan darah N dan golongan
darah MN. Yang ketiga adalah penggolongan darah
Rhesus yang dibagi menjadi golongan darah
rhesus negative dan rhesus positif.
VII.2 Saran
Sebaiknya tempat duduk yang ada
dilaboratorium ditambah agar ketika
melakukan pre test mahasiswa satu dengan
mahasiswa tidak berdesakan untuk mencari
tempat duduk sehingga tidak mengganggu
mahasiswa yang lain dalam mengerjakan soa-
soal pre test.
DAFTAR PUSTAKA
Kimball, John W. 1990. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta
: Erlangga
Melati,dkk. 2011. Desain dan Pembuatan Alat
Pendeteksi Golongan Darah menggunakan
Mikrokontroler.Jurnal Genetic.Vol.6.Hal.48.
Universitas Sriwijaya. [8 April 2015]
Mulyono, Kris Cahyo. 2006. Struktur Darah.
http://www.itd.unair.ac.id/files/pdf/
protocol/struktur%20Darah.pdf
[7 april 2015]
Suryo. 1984. Genetika. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
Tim Pengampu Mata Kuliah Biologi Dasar. 2015.
Petunjuk praktikum Biologi Dasar. Jember :
Universitas Jember