BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menua (aging) merupakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir saat kematian. Selama periode pertumbuhan, proses anabolisme melampaui proses katabolisme. Namun pada saat tubuh sudah mencapai tingkat kematangan fisiologis, kecepatan metabolisme atau proses degenerasi lebih besar daripada kecepatan proses regenerasi sel. Akibat yang timbul adalah hilangnya sel-sel yang berdampak dalam bentuk penurunan efisiensi dan gangguan fungsi organ, terutama pada para lanjut usia. 1 Memiliki usia panjang, bukanlah tanpa masalah. Banyak masalah yang dihadapi pada masa tua ini, salah satu di antaranya adalah masalah gizi yang erat kaitannya dengan kesehatan. Selain itu, terdapat berbagai perubahan fisiologik yang mempengaruhi status gizi lansia. 1,2 Data statistik menunjukkan bahwa penduduk berumur di atas 60 tahun meningkat dari hanya 4 % populasi di Amerika Serikat pada tahun 1900, menjadi 13 % pada tahun 1990, dan diperkirakan akan mencapai 20% pada tahun 2030. 3 Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 1971-2000, didapatkan peningkatan 1
Referat gizi usia lanjut membahas gizi yang diperlukan untuk mengetahui kebutuhan gizi apa saja yang penting untuk orang tua
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menua (aging) merupakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan
berakhir saat kematian. Selama periode pertumbuhan, proses anabolisme
melampaui proses katabolisme. Namun pada saat tubuh sudah mencapai tingkat
kematangan fisiologis, kecepatan metabolisme atau proses degenerasi lebih besar
daripada kecepatan proses regenerasi sel. Akibat yang timbul adalah hilangnya
sel-sel yang berdampak dalam bentuk penurunan efisiensi dan gangguan fungsi
organ, terutama pada para lanjut usia.1 Memiliki usia panjang, bukanlah tanpa
masalah. Banyak masalah yang dihadapi pada masa tua ini, salah satu di antaranya
adalah masalah gizi yang erat kaitannya dengan kesehatan. Selain itu, terdapat
berbagai perubahan fisiologik yang mempengaruhi status gizi lansia.1,2
Data statistik menunjukkan bahwa penduduk berumur di atas 60 tahun
meningkat dari hanya 4 % populasi di Amerika Serikat pada tahun 1900, menjadi
13 % pada tahun 1990, dan diperkirakan akan mencapai 20% pada tahun 2030.3
Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 1971-2000,
didapatkan peningkatan banyaknya jumlah penduduk lanjut usia.4 Keadaan ini
berhubungan erat dengan meningkatnya Angka Harapan Hidup yang pada tahun
2000 mencapai 65,5 tahun. Pada tahun 2000 jumlah lanjut usia mencapai 7,4%
atau sekitar 15,3 juta orang. Pada tahun 2010 diperkirakan akan menyamai jumlah
balita pada saat itu, yaitu sekitar 8,5% dari jumlah seluruh penduduk atau sekitar
19 juta orang. Dan pada tahun 2020 jumlah lanjut usia tersebut akan meningkat
sekitar 30- 40 juta orang.5,6
Lansia seperti juga tahapan-tahapan usia yang lain dapat mengalami baik
keadaan gizi lebih maupun kekurangan gizi. Pada tahun 1995 lansia di Indonesia
yang dalam keadaan kurang gizi ada 3,4%, berat badan kurang sebesar 28,3%,
berat badan ideal berjumlah 42,4%, berat badan kebih ada 6,7% dan obesitas
sebanyak 3,4%.1
1
Dengan semakin meningkatnya jumlah lansia di Indonesia, maka perhatian
yang harus diberikan kepada kelompok ini juga akan semakin besar.
Kecenderungan bertambah banyaknya penduduk lanjut usia ini menyebabkan
timbulnya masalah kesehatan di masa datang yang berkaitan erat dengan
bertambah banyaknya penyakit-penyakit tidak menular seperti penyakit
kardiovaskuler, diabetes mellitus dan neoplasma yang semakin menonjol.
Sementara pada saat yang sama penyakit-penyakit infeksi belum tertanggulangi
secara menyeluruh. Pemerintah perlu menciptakan suatu program agar para lanjut
usia tetap sehat, produktif, dan tidak tergantung pada orang lain. Salah satu yang
perlu diperhatikan adalah upaya menjaga kesehatan yang menyangkut kondisi
konsumsi pangannya. Dengan keadaan gizi yang baik diharapkan para lansia
akan tetap sehat dan bersemangat dalam berkarya. Melalui gizi yang baik, usia
produktif mereka dapat ditingkatkan sehingga tetap dapat ikut serta berperan
dalam pembangunan.1,2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gizi
Zat gizi adalah zat atau unsur-unsur kimia di dalam makanan yang
sangat diperlukan oleh tubuh untuk melakukan kegiatan metabolisme secara
normal. Ada enam macam zat gizi yang diperlukan manusia untuk memenuhi
kebutuhan tubuhnya supaya tumbuh dengan baik dan sehat, yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Fungsi umum zat gizi tersebut ialah :
1. sebagai sumber tenaga
2. menyumbang pertumbuhan badan
3. memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak atau aus
4. mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air, mineral dan
asam-basa di dalam cairan tubuh
5. berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit
sebagai antibodi dan antitoksin.
Makanan yang dimakan selayaknya mengandung semua zat gizi yang
diperlukan tubuh untuk hidup sehat. Banyaknya masing-masing gizi yang
diperlukan manusia tidak persis sama antara satu orang dengan orang lain.
Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, di antaranya adalah tahap
perkembangan seseorang, umur, bobot tubuh, jenis kelamin, macam aktivitas
yang dilakukan, keadaan kesehatan tubuh dan keadaan fisiologi seseorang.
Hidangan ”Gizi Seimbang” adalah makanan yang mengandung zat
tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Zat tenaga berupa bahan makanan
yang mengandung karbohirat, protein, dan lemak. Zat gizi ini sebagian besar
dihasilkan oleh makanan pokok. Kelompok zat pembangun meliputi
makanan-makanan yang mengandung banyak protein, baik protein nabati
maupun protein hewani. Sedangkan kelompok zat pengatur meliputi bahan-
3
bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-buahan
dan sayuran.5
2.2 Usia Lanjut
Anggota masyarakat yang tergolong lanjut usia adalah mereka yang
telah berumur 60 tahun atau lebih.5 Di negara maju yang tergolong lansia
adalah orang yang berumur 51 tahun atau lebih. Sedangkan untuk di
Indonesia, menurut Widya Karya Pangan dan Gizi yang digolongkan lansia
adalah mereka yang berumur di atas 60 tahun. Dalam cakupan yang lebih
luas, WHO menggunakan patokan pembagian umur usia lanjut sebagai
berikut : usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 – 59 tahun;
usia lanjut (elderly) usia 60 – 74 tahun; tua (old) usia 75 – 90 tahun; dan
sangat tua (very old) di atas 90 tahun.7
Peningkatan perbaikan kesehatan terutama usaha dalam
membebaskan masyarakat dari penyakit menular dan perbaikan gizi akan
mempunyai dampak positif yaitu meningkatnya Angka Harapan Hidup.
Angka ini merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja Pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya,dan meningkatkan
derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah
rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang lahir pada suatu
tahun tertentu. Berdasarkan data statistik, Angka Harapan Hidup pada tahun
2000 diperkirakan akan mencapai 65,5 tahun. Ini berarti bayi-bayi yang
dilahirkan menjelang tahun 2000 akan dapat hidup sampai usai 65 atau 66
tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup ini menunjukkan adanya
peningkatan kehidupan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.4
Tabel 1. Angka Harapan Hidup Saat Lahir menurut Beberapa Propinsi
dan Kabupaten/ Kota, yang dihitung dari data Susenas
4
Propinsi/ Kabupaten Angka Harapan Hidup
Laki-Laki
Angka Harapan Hidup
Perempuan
Sumatera Selatan 65,5 69,5
Kota Palembang 69,9 73,5
Jawa Barat 63,8 68,0
Kab. Kuningan 63,4 67,7
Kota Bandung 70,0 73,6
NTT 62,9 67,2
Kab. Flores Timur 63,5 67,8
Kab. Timor Tengah Utara 62,6 67,0
Sumber : Data Statistik 2007
Peningkatan Angka Harapan Hidup juga meningkatkan jumlah
populasi penduduk usia lanjut. Di Indonesia, berdasarkan data Sensus
Penduduk tahun 1971-2000, didapatkan adanya kecenderungan peningkatan
jumlah penduduk lanjut usia.
Piramida Penduduk Indonesia (SP 1971) Piramida Penduduk Indonesia (SP 1980)
Piramida Penduduk Indonesia (SP 1990) Piramida Penduduk Indonesia (SP 2000)
5
Sumber : Data Statistik 2007
Gambar 1. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1971-2000
Keempat piramida di atas menunjukkan bagian atas piramida yang
sedikit melebar menunjukkan semakin banyaknya jumlah penduduk lanjut
usia (umur 65 tahun ke atas). Kecenderungan ini menyebabkan timbulnya
masalah kesehatan usia lanjut di masa datang yang berkaitan erat dengan
bertambah banyaknya penyakit-penyakit tidak menular atau penyakit
degeneratif, seperti kardiovaskuler, diabetes mellitus dan neoplasma yang
semakin menonjol. Sementara pada saat yang sama penyakit-penyakit infeksi
belum tertanggulangi secara menyeluruh.4
2.3 Perubahan-perubahan pada Lanjut Usia
Selama proses penuaan, akan terjadi perubahan komposisi badan,
yang berlangsung dari usia 25 tahun sampai 70 tahun, khususnya
peningkatan terhadap kandungan lemak dan penurunan massa sel tanpa
lemak (lean body mass) serta mineral tulang.
Jaringan protein secara perlahan diganti oleh jaringan lemak, dan hal
itu terjadi meskipun orang tersebut tidak kegemukan (overweight).
Penurunan jumlah massa sel tanpa lemak di badan yang terjadi
selama proses penuaan, mengakibatkan terjadinya penurunan metabolisme
basal dan keaktifan fisik. Karena itu, konsumsi energi harus disesuaikan
dengan kondisi tersebut.
Proses demineralisasi merupakan fenomena umum dan sangat
mencolok terjadi pada wanita usia tua, bila dibandingkan dengan pria. Proses
6
ini mengakibatkan tulang keropos (osteoporosis) dan nyeri pada tulang.
Sebanyak 99% dari seluruh kalsium yang terdapat di dalam badan manusia
berada di dalam tulang dan gigi.
Indera pengecap, pencium dan penglihatan menurun yang akan
mempengaruhi nafsu makan dan asupan makanan. Papilla pengecap mulai
mengalami atrofi pada usia 50 tahun, dari jumlah 245 pada anak menjadi
hanya 88 pada usia 74-85 tahun.
Terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan digesti dan absorbsi
saluran pencernaan serta penurunan metabolisme basal.
Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara usia 30-80 tahun.
Pembuangan sisa-sisa metabolisme protein dan elektrolit yang harus
dilakukan ginjal akan menjadi beban tersendiri.1,5
2.4 Keadaan Gizi pada Lanjut Usia
Walaupun para lanjut usia tidak lagi memiliki kondisi fisik sekuat
seperti golongan usia muda yang berumur antara 20-40 tahun, namun mereka
memerlukan juga makanan bergizi seimbang agar tetap sehat, produktif, dan
ceria dalam menghadapi masa usia senja. Kebutuhan energi pada usia lanjut
menurun dengan bertambahnya usia, tetapi usia lanjut tetap memerlukan
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan serat dalam jumlah yang
seimbang.
Pada kelompok usia lanjut, zat gizi yang bermutu baik tetap
diperlukan dalam membentuk jaringan tubuh, terutama untuk penggantian
jaringan-jaringan yang telah rusak. Dengan bertambahnya usia seseorang,
akan mengalami perubahan baik biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial, yang
akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya. Banyak perubahan
fisiologi yang mempengaruhi status gizi, terjadi pada proses menua. Selain
itu status ekonomi dan dampak psikososial dari proses menua dan pensiun.
Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk
gizi kurang maupun gizi lebih. Masalah gizi kurang pada lansia dapat
disebabkan oleh beberapa faktor :
7
1. Ketidaktahuan
Ketidaktahuan dapat dibawa sejak kecil atau disebabkan
pendidikan yang sangat terbatas, baik dari lansia sendiri maupun
keluarganya.
2. Isolasi sosial
Terjadi pada lansia yang hidup sendirian, kurang bersosialisasi,
yang kehilangan gairah hidup dan tidak ada keinginan untuk
menyiapkan makanan yang bergizi.
3. Pendapatan yang menurun (pensiun)
Penurunan konsumsi makanan yang bergizi seperti susu, daging,
telur, ayam, sayuran dan buah-buahan, menyebabkan gizi kurang.
4. Gangguan kemampuan motorik
Terjadi pada lansia yang mengalami hemiparese/ hemiplegia,
artritis atau gangguan kemampuan motorik lainnya sehingga sulit
untuk menyiapkan makan atau menyuap sendiri sehingga dapat