ANALISA STABILITAS TUBUH BENDUNGAN LOLAK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SULAWESI UTARA JURNAL Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh : GHEA WEDYA RANGGA DEWA NIM. 0910640043 - 64 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN MALANG 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISA STABILITAS TUBUH BENDUNGAN LOLAK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SULAWESI UTARA
JURNAL
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh :
GHEA WEDYA RANGGA DEWA NIM. 0910640043 - 64
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
MALANG 2014
ANALISA STABILITAS TUBUH BENDUNGAN LOLAK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SULAWESI UTARA
Ghea Wedya Rangga Dewa1, Runi Asmaranto2, Prima Hadi Wicaksono2
1Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang 2Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang
Jalan M.T. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia email : [email protected]
Abstrak
DAS Lolak meliputi wilayah seluas 73.11 km2, terletak di Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara. Analisa stabilitas tubuh Bendungan Lolak meliputi penjabaran kondisi pondasi bendungan untuk mengetahui jenis, kelas batuan, perbaikan pondasi yang dapat diterapkan, dan tegangan vertikal yang bekerja pada pondasi. Analisa kapasitas rembesan dan stabilitas lereng metode Fellenius dan Bishop dihitung manual dan menggunakan program Geostudio 2007.
Pondasi batuan Bendungan Lolak didominasi oleh breksi vulkanik dengan nilai permeabilitas rata – rata = 6,35 Lugeon dan RQD (rock quality designation) rata – rata = 51%. Perbaikan pondasi berupa sementasi tirai, sementasi konsolidasi, dan sementasi selimut pada daerah sekitar as bendungan utama. Tegangan vertikal yang bekerja pada pondasi (σzas main dam = 1087,58 kN/m² dan σzas cofferdam = 391,48 kN/m²). Kapasitas rembesan yang terjadi < 1% dari rata – rata debit yang masuk ke dalam waduk, sehingga aman terhadap rembesan. Kecepatan rembesan (Vs =1,49x10-5 cm/dt) masih di bawah kecepatan kritis (Vc = 0,857 cm/dt). Faktor keamanan terhadap piping adalah 4,387 > 4. Dari analisis stabilitas lereng yang telah dilakukan dalam berbagai kondisi masih dalam kategori aman. Kata Kunci : DAS Lolak, Bendungan, Stabilitas Lereng, Fellenius, Bishop
Abstract Lolak Watershed covering an area of 73.11 km2, located in Bolaang Mongondow,
North Sulawesi. Lolak dam analysis stability, explanation about dam foundation, grade rocks, foundation treatment and vertical stress. Seepage capacity and slope stability using Fellenius and Bishop methods which is calculated manually and used Geostudio 2007 program.
Lolak Dam foundation dominated by volcanic breccia which is have permeability value = 6,35 Lugeon and RQD (rock quality designation) = 51%. The foundation treatment are curtain grouting, consolidation grouting, and blanket grouting around the as main dam. Vertical stress in foundation (σzas main dam = 1087,58 kN/m² and σzas cofferdam = 391,48 kN/m²). Seepage capacity < 1% reservoir inflow. Seepage velocity (Vs =1,49x10-5 cm/s) below the critical velocity (Vc = 0,857 cm/s). Piping safety factor 4,387 > 4. Slope stability analysis has been carried out in various conditions, the result are in safe category. Key Word : Lolak watershed, Dam, Slope Stability, Fellenius, Bishop
PENDAHULUAN Air merupakan salah satu bagian
terpenting dalam menunjang kehidupan manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan air semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dari hari ke hari, sedangkan persediaan air yang ada di bumi adalah tetap. Salah satu usaha yang paling efektif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan membangun bendungan.
Di dalam pembangunan bendungan, diperlukan analisa stabilitas tubuh bendungan terhadap berbagai kondisi agar bendungan yang direncanakan aman dan sesuai dengan usia guna yang telah direncanakan.
Bendungan Lolak memiliki ketinggian sebesar 58 m (EL. puncak +120,00 m), terletak di sungai Lolak, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Bendungan Lolak direncanakan akan difungsikan sebagai bendungan serbaguna.
Melihat banyaknya tujuan dari pembangunan Bendungan Lolak serta lokasi pembangunan yang termasuk dalam kategori gempa tinggi, maka perencanaan teknis yang mendetail perlu dilakukan. Antara lain, tentang masalah kondisi geologi pondasi bendungan, perbaikan pondasi, kapasitas rembesan, kemungkinan terjadinya piping, serta kestabilan tubuh bendungan dalam berbagai kondisi. RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian tersebut adalah : 1. Bagaimana kondisi pondasi
Bendungan Lolak ? 2. Berapa kapasitas rembesan
Bendungan Lolak ? 3. Apakah akan terjadi kemungkinan
piping pada Bendungan Lolak ? 4. Berapa angka keamanan stabilitas
lereng pada Bendungan Lolak ?
METODOLOGI PENELITIAN Kondisi Geologi Pondasi Bendungan
Kondisi geologi pondasi bendungan dapat diketahui dengan nilai Lugeon dan RQD (Rock Quality Designation). Nilai Lugeon dan RQD didapat dari hasil logging bor atau menggunakan rumus berikut : (Sosrodarsono, 1977: 65)
(1)
dimana : Lu = nilai Lugeon (1 Lu = k (1.10-5
cm/dt)) Q = debit yang masuk melalui lubang
bor (l/menit) p = tekanan uji (kg/cm2) L = panjang bagian yang diuji (m) k = koeffisien permeabilitas (cm/dt)
RQD = 100 (0,1 λ + 1) e-0.1 λ (2)
dimana : RQD = Rock Quality Designation (%) λ = rasio antara jumlah kekar dengan
panjang scan-line (kekar/m) (Zakaria, 2002: 3)
Kemampuan pondasi Bendungan Lolak dalam memikul tubuh bendungan, menggunakan analisis tegangan vertikal pada pondasi bendungan tepat pada As bendungan. (Hardiyatmo,2007: 27)
q = H x γsat (3)
dimana : q = beban timbunan tubuh bendungan
(kN/m²) H = tinggi main dam = 58 m = tinggi cofferdam = 24,75 m 훾sat = berat material timbunan terbesar
(kN/m3) = 21,26 kN/m3 Analisa tegangan yang terjadi
dibawah pondasi tubuh Bendungan Lolak dibagi menjadi 2, pada main dam dan main cofferdam dengan z = 15 m. Tegangan vertikal pada as bendungan dapat dihitung dengan rumus :
σz = (I + I )q (4)
dimana : σz = tegangan vertikal yang terjadi pada
kedalaman z (kN/m²)
I = faktor pengaruh
(5)
q = beban tubuh bendungan (kN/m²) a = panjang lengan pada bidang miring
tubuh bendungan (m) b = panjang lengan pada bidang datar
tubuh bendungan (m) z = kedalaman tegangan vertikal pada
pondasi (m) = 15 m α1 = sudut pengaruh kedalaman
berdasarkan panjang a (radian) α2 = sudut pengaruh kedalaman
berdasarkan panjang b (radian) Rembesan Pada Tubuh Bendungan
Dasar teori untuk persamaan perhitungan rembesan adalah dengan menggunakan rumus Darcy sebagai berikut : (Sosrodarsono, 1977: 96)
Q = A . k . i (6) Q = . k. h . L (7) V = k . i (8)
dimana : A = luas penampang basah (m2) k = koefisien permeabilitas (m/dt) i = gradien hidrolis h = tinggi muka air (m) L = panjang profil melintang tubuh
bendungan (m) V = kecepatan air rembesan (m/dt) Nf = angka pembagi dari garis trayektori
aliran filtrasi Np = angka pembagi dari garis equi-
potensial Analisa rembesan yang
mengindikasikan terjadinya piping, ditentukan berdasarkan faktor keamanan terhadap piping sebagai berikut : (Hardiyatmo, 2007: 36)
(9)
- (10) dimana : FKpiping = minimal 4 Ical = gradien hidraulik debit Icr = gradien hidraulik dari material
timbunan atau pondasi
Gs = berat jenis material, specific gravity
e = angka porositas Stabilitas Lereng Tubuh Bendungan
Dalam menganalisa stabilitas lereng Bendungan Lolak digunakan 2 metode yaitu Fellenius dan Bishop, kedua metode ini dihitung secara manual dan menggunakan program Geo-Studio Slope/W 2007.
Perhitungan stabilitas lereng dengan metode Fellenius dapat digunakan rumus sebagai berikut : (Das, 1994: 56)
sF =
pn
ne
pn
ne
TT
NUNlc
1
1
)(
)tan)(.( (11)
dimana : Fs = faktor keamanan c = angka kohesi tiap pias (kN) l = (12) b = lebar tiap pias (m) α = sudut yang dibentuk jari – jari
bidang longsor (o) N = momen yang menahan bidang
longsor (kN) U = gaya uplift (kN) Ne= komponen vertikal beban seismis T = momen yang menyebabkan geser Te= komponen tangensial beban seismis
Perhitungan stabilitas lereng dengan metode Bishop dapat digunakan rumus sebagai berikut : (Das, 1994: 59)
sF = )sin(
1)tan(
1
1 )(
gW
mWcb
n
pn
nn
pn
n nnn
dimana : Fs = faktor keamanan c = angka kohesi tiap pias (kN) b = lebar tiap pias (m) W = gaya berat (kN) θ = sudut tiap zona material timbunan mα= hasil coba – coba dari nilai FS
cosb
(13)
α = sudut yang dibentuk jari – jari bidang longsor (o)
g = komponen tangensial beban seismis Pada saat kondisi gempa, dapat
digunakan rumus sebagai berikut : (Das, 1994: 62)
(14) Ad = z . Ac . v (15)
dimana : k = koeffisien gempa Ad = percepatan gempa terkoreksi (gal) Ac = percepatan gempa dasar (gal)
z = koeffisien gempa dasar berdasarkan peta zona gempa wilayah Indonesia
v = faktor koreksi pengaruh jenis tanah setempat
g = percepatan gravitasi Deskripsi Wilayah Studi Lokasi pembangunan Bendungan Lolak tertera pada Gambar , sedangkan zona – zona pada bendungan tertera pada Gambar 2.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Gambar 2. Zona – Zona Pada Tubuh Bendungan
(Sumber: Anonim, 2008: 20)
(Sumber: Anonim, 2008: 46)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geologi Pada Pondasi Bendungan Lolak
Secara khusus investigasi geologi pada pondasi bendungan Lolak dibagi 3, yaitu sandaran kanan (right bank), dasar sungai (riverbed), dan sandaran kiri (left bank).
Hasil yang diperoleh setelah melakukan logging bor pada ketiga wilayah tersebut adalah : 1. Sandaran kanan (right bank)
Rata – rata nilai Lugeon = 4,90 Rata – rata nilai RQD = 45%
Perhitungan tegangan vertikal pada
as pondasi bendungan utama (main dam) dan bendungan pengelak (cofferdam) dengan kedalaman z = 15 m adalah : Beban timbunan (q)
sat untuk main dam
sat untuk cofferdam
1. Tegangan vertikal as main dam
z = 15 m a = 105,97 m bagian kanan
2. Dasar sungai (riverbed) Rata – rata nilai Lugeon = 5,23 Rata – rata nilai RQD = 45%
3. Sandaran kiri (left bank) Rata – rata nilai Lugeon = 6,38 Rata – rata nilai RQD = 55%
Dikarenakan nilai Lugeon > 1, nilai RQD < 70%, dan kualitas batuan yang rendah, maka diperlukan perbaikan pondasi. (Anonim, 2005: 13). Gambar perbaikan pondasi tertera pada Gambar 3.
b = 5 m bagian kanan α1= 58°
= 1,012 bagian kanan α2= 18° = 0,314 bagian kanan
a = 95 m bagian kiri b = 5 m bagian kiri α1 = 59°
= 1,029 bagian kiri α2 = 18°
= 0,314 bagian kiri
Gambar 3. Perbaikan Pondasi (Grouting) (Sumber: Hasil perhitungan)
MAIN DAM AXIS
COFFERDAM AXIS
Pengaruh bagian kanan
Pengaruh bagian kiri
Jadi, tegangan vertikal yang terjadi
pada pondasi as main dam pada z = 15 m adalah sebagai berikut,
kN/m² 2. Tegangan vertikal as cofferdam
Tegangan vertikal yang terjadi pada pondasi as cofferdam pada z = 15 m adalah sebagai berikut,
kN/m²
Rembesan Pada Bendungan Lolak Q f = . k . h . L
= 1510
x 3,29 x 10-7 x 52,50 x
499,09 = 5,75. 10-3 m3 /dt Jadi kapasitas rembesan yang
terjadi sebesar 5,75. 10-3 m3 /dt . Perhitungan kapasitas rembesan
sebelum dan sesudah dilakukan grouting juga dianalisa menggunakan program Geo-Studio Seep/W 2007, yang hasilnya sebagai berikut : 1. Sebelum grouting
Qrerata = 5,01. 10-3 m³/dt. 2. Sesudah grouting
Qrerata = 2,64. 10-4 m³/dt. Dari hasil analisa tersebut
diketahui, kapasitas rembesan yang terjadi menjadi lebih kecil setelah grouting diterapkan pada pondasi Bendungan Lolak. Rata-rata kapasitas rembesan (2,64. 10-4 m³/dt) <1% dari Qrerata sungai (0,698 m³/dt). Sehingga dapat dikatakan bahwa grouting yang dilakukan bekerja dengan efektif.
Gambar 4. Garis Depresi dan Rembesan (Manual) (Sumber: Hasil perhitungan)
0,3 l1 = 3,5 m 10 m garis depresi
garis parabola Cassagrande
garis equi-potensial jarring aliran (flownet)
ELEV
ASI
(m)
Kemungkinan Bahaya Piping 1. Gradien Hidraulik Kritis ( )
2. Gradien Hidraulik Exit ( )
3. FK Terhadap Piping
= 4,380
Didapatkan hasil perhitungan faktor keamanan terhadap piping
> 4) maka, dapat dikatakan tidak akan terjadi peristiwa piping.
Gambar 5. Rembesan pada NWL el. +114,500 m tanpa grouting (Geo-Seep)
Gambar 6. Rembesan pada NWL el. +114,500 m dengan grouting (Geo-Seep)
(Sumber: Hasil perhitungan)
(Sumber: Hasil perhitungan)
Dam Crest
Cofferdam Crest
Jarak (m)
Elev
asi (
m)
0,00
5347
1 m
3 /dt
Dam Crest
Cofferdam Crest
Jarak (m)
Elev
asi (
m)
0,00
0258
50 m
3 /dt
Stabilitas Lereng Bendungan Lolak Dalam menganalisa stabilitas
lereng bendungan Lolak digunakan parameter yang tertera pada Tabel 1.
Analisa stabilitas lereng dihitung
pada kondisi kosong, FWL +119,045 m, NWL +114,500 m, LWL +99,650 m, dan surut tiba – tiba dari NWL ke LWL saat ada beban air dan terjadi gempa.
Gambar 7. Lingkaran Bidang Longsor Bagian Hulu (Manual)
Gambar 8. Lingkaran Bidang Longsor Bagian Hilir (Manual)
(Sumber: Hasil perhitungan)
(Sumber: Hasil perhitungan)
Tabel 1. Parameter timbunan dan pondasi bendungan Lolak
(Sumber: Anonim, 2008: 64)
Keterangan : a = Zona Inti (core) b = Zona Filter Halus c = Zona Filter Kasar d = Zona Random Batu e = Zona Random Tanah f = Zona Rip-rap
Keterangan : a = Zona Inti (core) b = Zona Filter Halus c = Zona Filter Kasar d = Zona Random Batu e = Zona Random Tanah f = Zona Rip-rap
1. Perhitungan Manual Metode Fellenius
Pada metode ini diberikan contoh perhitungan pada kondisi muka air normal +114,500 m dengan beban gempa pada irisan pias no 3. a. Menentukan pusat bidang longsor
dengan cara coba-coba di sepanjang garis vertikal yang melalui titik tengah garis lereng, coba-coba sampai didapatkan angka keamanan minimum.
b. Menghitung gaya berat total (Wtot) tiap zona material yang merupakan jumlah dari gaya berat kering (W1) + gaya berat basah (W2). Rip rap
Wtot = W1 + W2 = A1 . + A2 . sub
= 1,59 . 17,61 + 9,18 . 7,80 = 99,60 kN
Random tanah Wtot = 479,24 kN
Random batu Wtot = 1196,82 kN
c. Menentukan sudut yang dibentuk oleh jari – jari bidang longsor () dengan arah gaya berat masing – masing pias. Nilai = 30,70o
d. Menghitung momen yang menyebabkan geser pada bidang longsor tubuh bendungan yakni : Rip rap
T = W. sin = 50,85 kN
Random tanah T = 244,67 kN
Random batu T = 611,03 kN
e. Menghitung momen yang menahan bidang longsor, yakni : Rip rap
N = W . tan θ = 85,64 kN Random tanah
N = 412,08 kN Random batu
N = 1029,09 kN f. Menghitung angka kohesi tiap pias,
yakni : Rip rap
c’ = c . l = 511,41 kN
Random tanah c’ = 0
Random batu c’ = 0
g. Menghitung koeffisien gempa (k) Ad = z . Ac . v = 1,11 . 247,45 . 0,8 = 197,69 gal
k =Adg
= 0,202 h. Menghitung komponen vertikal (Ne)
dan tangensial (Te) beban seismis tiap zona material pada masing – masing pias : Rip rap
Te = k . Wtot cos α = 17,30 kN Ne = k . Wtot sin α = 10,27 kN
Random tanah Te = 83,24 kN Ne = 49,42 kN
Random batu Te = 207,88 kN Ne = 123,43 kN
i. Menghitung gaya uplift (U) saat waduk terisi air, dimana (hw) merupakan ketinggian pias basah menurut zona material timbunan dan (w) merupakan gaya berat air, yakni : Rip rap
U = w . hw . l = 9,81 . 0,52 . 11,63 . = 59,33 kN
Random tanah U = 381,06 kN
Random batu U = 1273,24 kN
j. Prosedur perhitungan di atas diulang sampai semua pias yang membentuk bidang longsor dihitung, selanjutnya nilai Fs dihitung :
sF =
Fs = 1,224
pn
ne
pn
ne
TT
NUNlc
1
1
)(
)tan)(.(
Metode Bishop Pada metode ini diberikan contoh perhitungan pada kondisi muka air normal +114,500 m dengan beban gempa pada irisan pias no 3. a. Melakukan perhitungan yang sama
dengan metode Fellenius dari (a – d) b. Menghitung angka kohesi tiap pias,
dengan nilai b = 10 yakni : Rip rap
c’ = c . b = 371,70 kN Random tanah
c’ = 0 Random batu
c’ = 0 c. Menghitung koeffisien gempa (k)
Nilai (k) sudah dihitung di metode Fellenius sebesar 0,202.
d. Menghitung gaya uplift (U) saat waduk terisi air, dimana (hw) merupakan ketinggian pias basah menurut zona material timbunan dan (w) merupakan gaya berat air, yakni : Rip rap
U = w . hw = 9,81 . 0,52 . = 5,10 kN
Random tanah U = 32,77 kN
Random batu U = 109,48 kN
e. Menghitung komponen tangensial beban seismis : Rip rap
g = k . Wtot. sin = 10,27 kN
Random tanah g = 49,42 kN
Random batu g = 123,43 kN
f. Menghitung momen yang menahan bidang longsor, yakni : Rip rap N = (Wtot – b.U – g) . tan θ = 10,27 kN
Random tanah N = 49,42 kN Random batu N = -21,40 kN
g. Mencari nilai mdengan mencoba-coba nilai faktor keamanan (Fs). Untuk nilai Fs = 1,545, maka : Rip rap
)(nm = )tantan
1.(coss
nn F
= 1,14
Random tanah )(nm = 1,04
Random batu )(nm = 1,12
h. Prosedur perhitungan di atas diulang sampai semua pias yang membentuk bidang longsor dihitung, selanjutnya nilai Fs dihitung :
sF = )sin(
1)tan(
1
1 )(
gW
mWcb
n
pn
nn
pn
n nnn
sF = 07,49565,3026
95,5016
sF = 1,545
2. Perhitungan dengan Program Geo-Studio Slope/W 2007.
Dalam perhitungan ini dilakukan dengan 2 metode, yakni metode Fellenius dan Bishop. Pada saat keaadaan gempa, nilai (k) sebesar 0,202 dimasukkan sebagai beban seismis.
Analisa stabilitas lereng dilakukan pada berbagai macam kondisi, dengan nilai FSijin bervariasi sesuai kondisi yang terjadi. Berikut merupakan contoh hasil analisa dengan bantuan program Geo-Studio Slope/W 2007 yang tertera pada Gambar 9 dan 10.
Gambar 9. Stabilitas Lereng NWL +114,500 m dengan Beban Gempa di Hulu (Geo-Slope)
Gambar 10. Stabilitas Lereng NWL +114,500 m dengan Beban Gempa di Hilir (Geo-Slope)
(Sumber: Hasil perhitungan)
(Sumber: Hasil perhitungan)
(Sumber: Hasil perhitungan)
Dam Crest
Jarak (m)
Elev
asi (
m)
Elev
asi (
m)
Dam Crest
Jarak (m)
Berdasarkan hasil analisa stabilitas lereng yang telah dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa bendungan Lolak aman terhadap berbagai kondisi, hal ini dikarenakan FS hitung > FS ijin.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kondisi pondasi Bendungan Lolak
sebelum dilakukan perbaikan pondasi. Rerata nilai Lugeon = 5,50
Rerata nilai RQD = 50% Rerata kelas batuan D~CM (hancur–sedikit lunak)
Dikarenakan nilai Lugeon > 1, RQD < 70%, dan kelas batuan yang rendah, maka diperlukan perbaikan pondasi berupa curtain grouting, consolidation grouting, dan blanket grouting pada sekitar as bendungan.
Tegangan vertikal yang bekerja adalah: σzas main dam = 1087,58kN/m² σzas cofferdam = 391,48 kN/m²
Qrerata = 5,75. 10-3 m³/dt. Perhitungan dengan program Geo-
Studio Seep/W 2007. Sebelum grouting
Qrerata = 5,01. 10-3 m³/dt. Sesudah grouting
Qrerata = 2,64. 10-4 m³/dt. Berdasarkan analisa yang
dilakukan, maka perbaikan pondasi yang dilakukan efektif dikarenakan Qrerata < Qrerata sungai.
3. Kemungkinan piping Dari hasil analisa perhitungan
faktor keamanan terhadap piping (FK = 4,387 > 4). Maka, dapat dikatakan tidak akan terjadi piping.
4. Stabilitas lereng Bendungan Lolak Berdasarkan analisa perhitungan
stabilitas lereng bendungan Lolak aman terhadap semua kondisi.
Hasil perhitungan dari metode Fellenius mempunyai angka keamanan lebih kecil daripada metode Bishop, namun metode Bishop dalam perhitungannya memiliki konsep yang lebih akurat dan teliti, dikarenakan adanya nilai mα sehingga metode Bishop digunakan sebagai acuan dalam menghitung stabilitas lereng bendungan Lolak.
Saran
Untuk lebih memudahkan analisa daya dukung pada pondasi terhadap beban tubuh bendungan, data - data hasil dari pengeboran inti (borlog) setidaknya harus lengkap sesuai dengan standar yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar, hasil analisa yang di dapat sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2005. Pedoman Grouting
Bendungan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Anonim. 2008. Perencanaan Detail Desain Bendungan Lolak di Kabupaten Mongondow, Bandung: PT. Sapta Adhi Pratama
Christady Hardiyatmo, Hary. 2007. Mekanika Tanah 2 Edisi Keempat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Das, Braja M, dkk. 1994. Mekanika Tanah Jilid 2 (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknik), Jakarta: Erlangga.
Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku. 1977. Bendungan Type Urugan Cetakan Keempat, Jakarta: Pradnya Paramita.
Zakaria, Zulfiady. 2002. Geoteknik dan Geomekanika. Bandung: Universitas Padjajaran.