BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies), Inggris
(Cataract), dan Latin (Cataracta) yang berarti air terjun. Katarak
kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang terjadi sebelum atau
segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.1
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang sering terjadi
dan tidak bermakna secara visual. Dapat menyebabkan kekeruhan
parsial yang tidak memerlukan terapi selain observasi untuk menilai
progresivitasnya, dan kekeruhan sentral yang padat sehingga
memerlukan tindakan pembedahan.2
Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang
cukup berarti terutama akibat penanganan yang kurang tepat. Katarak
kongenital dapat terjadi karena adanya prenatal infeksi pada ibu
seperti rubela, kadang pada ibu hamil ada riwayat kejang, tetani,
ikterus atau hepatosplenomegali.
Apabila keadaan ini tidak ditangani secara sungguh-sungguh, akan
berdampak negatif kepada perkembangan kecerdasan anak dan proses
pembelajaran selanjutnya.1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi,
klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi
dan prognosis dari katarak kongenital.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan menambah pengetahuan para dokter
muda mengenai katarak kongenital.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan
mengacu pada berbagai literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi LensaLensa mata merupakan struktur globular yang
transparan, terletak di belakang iris, di depan badan kaca. Bagian
depan ditutupi kapsul anterior dan belakang oleh kapsul posterior.
Di bagian dalam kapsul terdapat korteks dan nukleus. Posisi lensa
tergantung pada Zonula Zinn yang melekat pada prosesus
siliaris.3
(b)
Gambar 2.1 (a) dan (b) Anatomi LensaLensa berbentuk lempeng
cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang.
Tebalnya sekitar 4 mm dengan diameter 9 mm. Lensa akan dibentuk
oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul
lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus
sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral
sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan
serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang
tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan
nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini
terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks
lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut
sebagai korteks anterior, sedang dibelakangnya disebut sebagai
korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras
dibandingkan dibanding korteks lensa yang lebih muda.4Nukleus dan
korteks terbentuk dari serabut atau serat lamellae konsentris yang
panjang. Garis persambungan yang terbentuk dengan persambungan
lamellae ini ujung ke ujung di anterior dan posterior disebut
sutura lensa yang berbentuk huruf Y bila dilihat dengan slitlamp.
Bentuk Y ini tegak di anterior dan terbalik di posterior.5,6Kapsul
lensa adalah suatu membran semipermeabel (sedikit lebih permeabel
daripada dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air dan
elektrolit masuk.3 Kapsul ini terdiri dari zat kolagen yang terdiri
dari kapsul anterior dan posterior. Di bagian bawah kapsul anterior
terdapat satu lapis sel epitel (epitel subkapsuler) yang ke arah
ekuator menghasilkan serabut (serat lamellae) lensa yang terus
diproduksi sehingga lama kelamaan lensa menjadi lebih besar dan
kurang elastik.3,4,6Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula
Zinn yang meggantung lensa di seluruh ekuatornya pada badan
siliar.
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:
1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam
akomodasi untuk menjadi cembung.
2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media
penglihatan.
3. Terletak di tempatnya.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa4:
1. Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan
presbiopia.
2. Keruh atau apa yang disebut katarak.
3. Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35%
protein (kandungan protein tertinggi di antara jaringan tubuh), dan
sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya.
Kandungan kalium lebih tinggi daripada di kebanyakan jaringan lain.
Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi
maupun tereduksi.52.2 Embriologi Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk
lensa di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata
terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya
berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi. Lensa pada tempat lensplate mengadakan
invaginasi dan melepaskan diri dari ektoderm permukaan pada minggu
5, membentuk vesikel atau gelembung lensa dan selanjutnya terletak
di dalam mulut optic vesicle. 7
Segera setelah vesikel lensa terlepas dari ektoderm permukaan,
maka sel-sel bagian posterior memanjang dan menutupi bagian yang
kosong . Pada stadium ini kapsul hialin dikeluarkan oleh sel-sel
lensa. Serat-serat sekunder memanjangkan diri, dari daerah ekuator
dan tumbuh ke depan di bawah epitel subkapsuler, yang hanya selapis
dan ke belakang di bawah kapsula lentis. Serat-serat ini saling
bertemu dan membentuk sutura lentis yang berbentuk huruf Y yang
tegak di anterior dan Y yang terbalik di posterior. Inilah yang
membentuk substansia lensa yang terdiri dari korteks dan nukleus.
Pembentukan lensa selesai pada umur 7 bulan kehidupan fetal, tetapi
pertumbuhan dan proliferasi dari serat-serat sekunder berlangsung
terus selama hidup, tetapi lebih lambat, karenanya lensa menjadi
bertambah besar lambat-lambat. Kemudian terjadi kompresi dari
serat-serat tersebut dengan disusul oleh proses sklerosis.7
Gambar 2.2 Perkembangan embrional lensa mata2.3 Fungsi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris
relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter
anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil. Dalam posisi
ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya parallel
akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat,
otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang.
Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih
sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik
antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda
dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan
berkurang.32.4 Katarak Kongenital2.4.1 DefinisiKatarak kongenital
adalah kekeruhan lensa yang terlihat saat lahir atau terdeteksi
segera setelah lahir. Katarak kongenital biasanya bilateral dan
dapat terjadi sebagai salah satu gejala penyerta dari penyakit
lain. Gangguan perkembangan lensa seringkali ringan sehingga
kekeruhan yang terjadi tidak terlalu mengganggu penglihatan.
Kekeruhan lensa yang terjadi pada tahun pertama kehidupan disebut
katarak infantil. Katarak kongenital sering kali luput dari deteksi
saat lahir sehingga baru diketahui pada tahun pertama kelahiran
sehingga para klinisi sulit membedakan antara katarak kongenital
dan katarak infantil. Tatalaksana yang diterapkan tidak berbeda
antara katarak kongenital dan infantil. Oleh sebab itu katarak
kongenital dan katarak infantil sering disamakan. 3, 5, 62. 4. 2
EpidemiologiMenurut penelitian British Congenital Cataract Interest
Group, prevalensi katarak kongenital diperkirakan sebesar 2.5 per
10.000 per kelahiran hidup, namun angka ini bisa meningkat hingga
3.0 per 10.000 kelahiran hidup. Penelitian ini juga menyatakan
bahwa 40-45% dari seluruh katarak infantil adalah unilateral.
Selain itu, diperkirakan terdapat 1000 anak yang lahir dengan
katarak yang mengganggu penglihatan setiap tahunnya, 400
diantaranya merupakan katarak unilateral. 72.4.3 EtiologiKatarak
kongenital dapat terjadi secara bilateral dan unilateral. Berikut
ini adalah penyebab tersering katarak kongenital.8Tabel 1.1
Etiologi Katarak Kongenital
KATARAK BILATERALKATARAK UNILATERAL
Idiopatik
Katarak Herediter (tanpa penyakit sistemik)
Autosom dominan >>
Autosom resesif
X-linked
Penyakit genetik dan metabolik(5-10%)
Sindrom Down
Sindrom Hallerman Streiff
Sindrom Lowe
Galaktosemia
Sindrom Marfen
Trisomi 13-15
Hipoglisemia
Sindrom Alport
Distrofi miotonik
Penyakit Fabry
Hipoparatiroid
Sindrom Conradi
Infeksi Maternal (intrauterine)
Rubella
Cytomegalovirus
Varicella
Sifilis
Toxoplasmosis
Anomali Ocular
Aniridia
Sindrom Disgenesis Segmen AntorIdiopatik
Lentikonus Posterior
Persisten Hiperplastik Vitreus Primer
Infeksi intra uterin
Rubella (20-30%)
Cytomegalovirus
Varicella
Sifilis
Toxoplasmosis
Disgenesis Segmen Anterior
Tumor Posterior Pole
Katarak Bilateral Herediter
Autosomal dominant inherediter adalah penyebab terbanyak katarak
kongenital bilateral. Kira kira 25% merupakan kasus mutasi
autosomal dominant baru. Autosomal recessive katarak tidak
diketahui dan X lingked katarak jarang.8Infeksi Intra uterin
Infeksi intra uterin menyebabkan katarak kongenital bilateral.
Infeksi disebabkan oleh TORCHS ( toxoplasmosis, rubella,
cytomegalovirus, herpes simplex, syphilis). Katarak yang terjadi
pada infeksi intra uterin kekeruhannya sentral dan bisa bilateral
atau unilateral.Meningkatnya titer IgM antibodi rubella anak atau
peninggian dari titer IgG diindikasikan bahwa anak sudah terdapat
infeksi intra uterin oleh rubella.4,8
Wolff pada penelitiannya menemukan 15% pasien dengan infeksi
virus rubella menyebabkan katarak kongenital dimana 20% menyebabkan
katarak kongenital bilateral,retinopathi 25%, kelainan strabismus
20%, micropthalmus 15%, atrophi nervus optic 10%, kekeruhan kornea
10%, glaukoma 10%, dan phtisis bulbi 2%.Kelainan metabolik, Genetik
dan Sistemik
Galactosemia jarang menyebabkan katarak kongenital bilateral,
terjadi pada masa infant disebabkan oleh defisiensi enzim yaitu
galaktokinase, galaktosae 1-phosphate uridyl transferase dan
uridine diphosphate galactose epimerase. Kelainan ini inherediter
sebagai autosomal recessive. Bentuk katarak nya oil droplet dapat
progresif , difus dan lamelar.
Hypoglycemia kasus nya jarang menyebabkan katarak kongenital
bilateral dan terlihat pada kasus kasus dengan komplikasi, sering
pada anak laki- laki dengan mental retardasi dan bentuk katarak nya
lamelar.8
Diabetes mellitus jarang pada anak anak ,bentuk katarak sub
kapsularis . Fabry,s disease kelainan metabolik X- lingked
recessive disebabkan defisiensi enzim alpha galaktosidase. Gejala
nyeri ektremitas, lesi pada genitalia, hipertensi, aneurisma
cerebral, cardiomyopathi, infark miokard, gagal ginjal, katarak(
50%) kasus. 82.4.4 Patofisiologi
Pada katarak kongenital, kelainan utama terjadi di nukleus
lensanukleus fetal atau nukleus embrional, tergantung pada waktu
stimulus karaktogenikatau di kutub anterior atau posterior lensa
apabila kelainannya terletak di kapsul lensa.10Pada katarak
developmental, kekeruhan pada lensa timbul pada saat lensa
dibentuk. Jadi lensa belum pernah mencapai keadaan normal. Hal ini
merupakan kelainan kongenital. Kekeruhan lensa, sudah terdapat pada
waktu bayi lahir. Kekeruhan pada katarak kongenital jarang sekali
mengakibatkan keruhnya seluruh lensa. Letak kekeruhannya,
tergantung saat terjadinya gangguan pada kehidupan janin, sesuai
dengan perkembangan embriologik lensa. Bentuk katarak kongenital
memberikan kesan tentang perkembangan embriologik lensa, juga saat
terjadinya gangguan pada perkembangan tersebut.
Katarak kongenital yang menyebabkan penurunan penglihatan yang
bermakna harus dideteksi secara dinisebaiknya di ruang bayi baru
lahir oleh dokter anak atau dokter keluarga. Katarak putih yang dan
besar dapat tampak sebagai leukokoria yang dapat dilihat oleh
orangtua. Katarak infantilis unilateral yang padat, terletak di
tengah, dan garis tengahnya lebih besar dari 2 mm akan menimbulkan
ambliopia deprivasi permanen apabila tidak diterapi dalam masa 2
bulan pertama kehidupan sehingga mungkin memerlukan tindakan bedah
segera. Katarak bilateral simetrik memerlukan penatalaksanaan yang
tidak terlalu segera, tetapi apabila penanganannya ditunda tanpa
alasan yang jelas, dapat terjadi ambliopia deprivasi
bilateral.9
Kekeruhan pada katarak kongenital dapat dijumpai dalam berbagai
bentuk dan gambaran morfologik. Pada pupil mata bayi yang menderita
katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu
leukokoria. Pada setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang
lebih teliti untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya.
Pemeriksaan leukokoria dilakukan dengan melebarkan pupil.Bila
fundus okuli tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan oftalmoskopi
indirek, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Jika
pada katarak kongenital ini kekeruhannya hanya kecil saja sehingga
tidak menutupi pupil, maka penglihatannya bisa baik dengan cara
memfokuskan penglihatan di sekitar kekeruhan. Jika lubang pupil
tertutup katarak seluruhnya maka penglihatannya tidak akan normal
dan fiksasi yang buruk akan mengakibatkan terjadinya nistagmus dan
ambliopia.82.4.5 Klasifikasi
Banyak katarak kongenital tidak diketahui penyebabnya walaupun
mungkin terdapat faktor genetik; yang lain disebabkan oleh penyakit
infeksi atau metabolik atau berkaitan dengan bermacam-macam
sindrom. Kekeruhan pada katarak kongenital dapat dijumpai dalam
berbagai bentuk:a. Arteri hialoidea yang persisten
Arteri Hialoidea merupakan cabang dari a. retina sentral yang
memberi makan pada lensa. Pada umur 6 bulan dalam kandungan, a.
hialoidea mulai diserap, sehingga pada keadaan normal, pada waktu
lahir sudah tak tampak lagi. Kadang-kadang penyerapan tak
berlangsung sempurna sehingga masih tertinggal sebagai bercak putih
di belakang lensa, berbentuk ekor yang mulai di posterior lensa.
Gangguan terhadap visus tak banyak. Visus biasanya masih 5/5,
kekeruhannya stasioner, sehingga tak memerlukan tindakan.10b.
Katarak polaris anterior (katarak piramidalis anterior)
Kekeruhan di bagian depan lensa mata persis di tengah. Terjadi
karena tidak sempurnanya pelepasan kornea terhadap lensa. Bentuk
kekeruhannya seperti piramid dengan tepi masih jernih, sehingga
pupil midriasis akan menaikkan tajam penglihatan. Tipe ini biasanya
tidak progresif.Mungkin terjadi akibat uveitis anterior
intrauterin. Letaknya terbatas pada polaris anterior. Berbentuk
piramid, yang mempunyai dasar dan puncak, karena itu disebut juga
katarak piramidalis anterior. Puncaknya dapat ke dalam atau ke
luar. Keluhan tidak berat, stasioner, terutama mengenai penglihatan
yang kabur waktu terkena sinar, karena pada waktu ini pupil
mengecil, sehingga sinar terhalang oleh kekeruhan di polus
anterior. Sinar yang redup tidak terlalu mengganggu, karena pada
saat cahaya redup, pupil melebar, sehingga lebih banyak cahaya yang
dapat masuk. Pada umumnya tidak menimbulkan gangguan, stasioner,
sehingga tidakmemerlukan tindakan operatif. Dengan pemberian
midriatika, seperti sulfas atropin 1 % atau homatropin 2 %, dapat
memperbaiki visus, karena pupil menjadi lebih lebar, tetapi terjadi
pula kerapuhan dari Mm. siliaris, sehingga tidak dapat
berakomodasi. Bila gangguan visus hebat, dapat
dipertimbangkaniridektomi optis yang dapat dilakukan pada daerah
lensa yang masih jernih., bila setelah pemberian midriatika, visus
menjadi lebih baik.11c. Katarak polaris posterior (katarak
piramidalis posterior)
Terjadi karena resorbsi selubung vaskuler yang tidak sempurna
sehingga menimbulkan kekeruhan bagian belakang lensa. Diturunkan
secara autosomal dominan, tidak progresif, dan perbaikan tajam
penglihatan dapat dilakukan dengan midriatika.11 Kekeruhan terletak
di polus posterior. Sifat-sifatnya sama dengan katarak polaris
anterior. Juga bersifat stasioner, tidak banyak menimbulkan
gangguan visus, sehingga tak memerlukan tindakan operasi. Tindakan
yang lain sama dengan katarak polaris anterior.5Kelainan ini
bersifat unilateral dan biasanya diikuti ukauran mata yang lebih
kecil (mikroftalmia).11d. Katarak aksialis
Kekeruhan terletak pada aksis lensa. Keluhan dan tindakan sama
dengan katarak polaris anterior.12e. Katarak zonularisMengenai
daerah tertentu, biasanya disertai kekeruhan yang lebih padat,
tersusun sebagai garis-garis yang mengelilingi bagian yang keruh
dan disebut riders, merupakan tanda khas untuk katarak zonularis.
Katarak ini paling sering didapatkan pada anak-anak. Kadang-kadang
bersifat herediter dan sering disertai dengan hasil anamnesa
kejang-kejang. Kekeruhannya berupa cakram (discus), mengelilingi
bagian tengah yang jernih, sedang korteks di luarnya jernih juga.
Bisanya progresif, namun lambat. Kadang-kadang keluhan sangat
ringan, tetapi kekeruhannya dapat pula menjadi padat, sehingga
visus sangat terganggu dan anak tidak dapat lagi sekolah dan
membaca, karena hanya dapat menghitung jari.12Kekeruhan lensa pada
katarak zonularis terdapat pada zona tertentu11:
Kekeruhan pada nukleus disebut katarak nuklearisKatarak ini
jarang ditemukan. Terjadi akibat adanya gangguan kehamilan pada 3
bulan pertama. Kekeruhan biasanya pada nucleus lensa, biasanya
berdiameter 3 mm, dengan densitas yang bervariasi. Kepadatan
biasanya bersifat stabil tetapi dapat juga bersifat progresif dan
menjadi lebih besar dalam ukurannya. Dapat unilateral atau
bilateral. Kelainan ini biasanya disertai oleh mikrokornea,
terutama pada kasus yang unilateral. Katarak lamelariskekeruhan
terdapat pada lamella yang mengelilingi area calon nukleus yang
masih jernih. Bagian di luar kekeruhan masih jernih. Gambarannya
seperti cakram, dengan jari-jari radier. Faktor penyebabnya diduga
faktor herediter dengan autosomal dominan. Juga dapat akibat
infeksi rubela, hipoglikemia, hipokalsemia, dan radiasi.
f. Katarak stelata
Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari substansi
lensa bertemu, yang merupakan huruf Y yang tegak di depan, dan
huruf Y yang terbalik di belakang. Biasanya tidak banyak mengganggu
visus sehingga tidak memerlukan pengobatan.
g. Katarak membranasea
Bila oleh suatu sebab, terjadi kerusakan dari kapsula lensa,
sehingga substansi lensa dapat keluar dan diserap, maka lensa
semakin menjadi tipis dan akhirnya timbul kekeruhan seperti
membran.h. Katarak totalis
Katarak kongenital totalis, disebabkan gangguan pertumbuhan atau
akibat peradangan intrauterin. Katarak juvenilis totalis, mungkin
herediter atau timbul tanpa dikeahui sebabnya. Pada beberapa kasus
ada hubungannya dengan kejang-kejang. Katarak totalis ini dapat
terlihat pada mata sehat atau merupakan katarak komplikata dengan
disertai kelainan-kelainan pada jaringan lain seperti koroid,
retina, dsb. Lensanya tampak putih, rata, keabu-abuan, seperti
mutiara. Biasanya cair atau lunak.2.4.6 Gambaran Klinis
Tanda yang sangat mudah untuk mengenali katarak congenital
adalah bila pupil atau bulatan hitam pada mata terlihat berwana
putih atau abu-abu disebut dengan leukoria, Walaupun 60 % pasien
dengan leukoria adalah katarak congenital. Leukoria juga terdapat
pada retiboblastoma, ablasio retina, fibroplasti retrolensa dan
lain-lain.11
Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi makula
lutea yang tidak cukup mendapatkan rangsangan. Proses masuknya
sinar pada saraf mata sangat penting bagi penglihatan bayi pada
masa mendatang, karena bila terdapat gangguan masuknya sinar
setelah 2 bulan pertama kehidupan, maka saraf mata akan menjadi
malas dan berkurang fungsinya. Makula tidak akan berkembang
sempurna hingg walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka biasanya
visus tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia
sensoris.12
Selain itu katarak kongenital dapat menimbulkan gejala
nistagmus, strabismus dan fotofobia. Apabila katarak dibiarkan maka
bayi akan mencari-cari sinar melalui lubang pupil yang gelap dan
akhirnya bola mata akan bergerak-gerak terus karena sinar tetap
tidak ditemukan.12 Katarak kongenital sering terdapat bersamaan
dengan nistagmus, displasia ovea, dan strabismus. Atau ada pula
yang menyertai kelainan pada mata sendiri, yang juga merupakan
kelainan bawaan seperti heterokromia iris. Kelainan mata yang dapat
menyertai katarak kongenital antara lain9:-Hiperplastik persisten
vitreous primer
Penyebab badan kaca putih. Di badan kaca terdapat membran
fibrovaskular yang diduga merupakan sisa dari vitreus primer, tepat
di belakang lensa. Membran ini menutup sumbu visual dan merubah
anatomi segmen depan dengan mendorong lensa dan iris ke depan,
sehingga dapat terjadi perdarahan retina. Bola mata menjadi lebih
kecil dibanding normal. Penatalaksanaannya sangat sulit, kadang
dilakukan enukleasi. Kalau masih mungkin dilakukan katarak
ekstraksi dan merobek membrannya.-Aniridia-Retrolental
fibroplastiAkibat yang buruk:a. Ambliopia
Dalam perkembangan fungsi makula dan retina diperlukan rangsang
cahaya yang diperlukan untuk latihan melihat. Adanya katarak,
latihan melihat tidak sempurna sehingga fungsi makula dan retina
terganggu. Ambliopia akibat katarak kongenital monokular lebih
berat dibanding yang binokular.b. Strabismus
Pada umur 3 bulan bayi normal akan terbentuk penglihatan dua
mata. Hal ini memerlukan penglihatan yang jelas. Apabila terjadi
hambatan melihat jelas akan menyebabkan mata bergerak
sendiri-sendiri dan terjadilah strabismus atau dalam bahasa umum
disebut juling.2.4.7 Diagnosis
Penentuan diagnosis katarak congenital meliputi berbagai
modalitas. Pada semua bayi seharusnya dilakukan pemeriksaan
screening katarak congenital yakni dengan melakukan pemeriksaan red
eye reflex. Dalam mendiagnosis penyakit ini diperlukan beberapa
unsure yang perlu kita telusuri, diantaranya :
a. Anamnesis
Diperlukan anamnesis yang mendetail tetntang hambatan tumbuh
kembang anak, pola makan anak, kelainan pekembangan lain, serta
riwayat keluarga yang menderita katarak congenital. Lakukan
pemeiksaan dengan menggunakan slit lamp segera terhadap anggota
keluarga untuk melihat faktor faktor inherited.12Pada saat
melakukan anamnesis Tanya riwayat dengan terperinci mengenai
kejadian baik saat prenatal dan postnatal yang mengarah kepada
etiologi dari katarak. Pemeriksaan riwayat keluarga sangat
menentukan apakah katarak tersebut bersifat herediter atau tidak.
Orang tua dan saudara juga diperiksa untuk melihat adakah opasitas
pada lensanya.14b. Fungsi Visual
Penilaian fungsi visual dapat digunakan untuk menentukan
penanganan terhadap katarak. Kekeruhan kapsul anterior tidak
signifikan secara visual. Kekeruhan sentral / posterior yang cukup
densitasnya, diameter >3mm, biasanya cukup bermakna. 13c.
Pemeriksaan Okular
Slit lamp, dapat membantu melihat morfologi katarak, posisi
lensa, dan melihat abnormalitas pada kornea, iris, dan bilik mata
depan.
Funduskopi, untuk menilai segmen posterior. Diamati diskus,
retina, dan macula.
B-Scan untuk menilai segmen posterior bila tidak dapat dinilai
dengan funduskopi.13d. Laboratorium
Katarak unilateral biasanya tidak berhubungan dengan penyakit
penyakit sitemik atau metabolic sehingga tidak memerlukan
pemeriksaan laboratorium. Katarak bilateral berhubungan dengn
penyakit sistemik atau metabolic sehingga jika diketahui adanya
riwayat keluarga atau pemeriksaan lensa orang tua anak menunjukkan
ketarak secara congenital maka dilakukan evaluasi laboratorium,
meliputi:
Pemeriksaan urine
TORCH titer
Level kalsium, fosfor, red cell galaktokinase darah
Serum feritin
2.4.8 Deteksi Dini
Skrining katarak dapat dilakukan dengan melihat red reflex pada
pasien. Pemeriksaaan ini direkomendasikan dilakukaan segera setelah
lahir dan dilakukan lagi saat berusia 6-8 minggu.15,16 Pemeriksaan
red reflex ini baru saja dimasukkan sebagai salah satu program
skrining oleh National Screening Comitte for Newborns.
Pada saat pemeriksaan harus dilakukan pada ruangan yang gelap
dan tenang. Bayi diposisikan senyaman mungkin dipangkuan ibu,
dengan kepala menempel pada perut ibu, ibu dapat menyanyikan lagu
pada bayi agar bisa mendapatkan perhatian bayi, sehingga bayi dapat
membuka matanya. Alternatif lain adalah dengan memposisikan bayi
diatas bahu ibu atau dengan mengarahkan kepala bayi 450 dari garis
horizontal dengan satu tangan lainnya menyangga dada dan satu lagi
memegangi bokong bayi.Kedua posisi tersebut akan membuat mata bayi
terbuka secara spontan. Cahaya terbesar pada pemeriksaan
oftalmoskop direk digunakan kecuali apabila pupil bayi tersebut
terlalu kecil. Lihat apakah terdapat red reflex tau tidak dan
bandingkan dengan mata sebelahnya. Lihat apakah terdapat opasitas
pada reflex, leukokoria, dan reflex lainnya.16
2.4.9 TatalaksanaKatarak kongenital yang terjadi pada masa
kanak-kanak tidak hanya mengurangi kemampuan penglihatan seseorang
tapi juga mempengaruhi perkembangan normal dari penglihatannya.
Tatalaksana dari kongenital katarak ini jauh lebih kompleks
daripada katarak pada dewasa.Karena itu sangatlah penting untuk
membuat keputusan yang tepat selama evaluasi sebelum operasi. Pada
dewasa, kita ketahui bahwa hal yang paling menyebabkan hasil tidak
baik pada bedah katarak disebabkan oleh pemilihan kasus yang tidak
tepat. Sedangkan pada anak-anak keputusan yang tidak tepat pada
anak-anak stadium ini dapat menyebabkan buta sepanjang hidup
mereka. Waktu pelaksanaan operasi, teknik operasi, pemilihan
koreksi afakia, dan manajemen dari ambliopia merupakan kunci
penting untuk mendapatkan hasil yang baik pada katarak
kongenital.17Katarak kongenital tidak hanya berefek pada anak-anak
namun juga kepada keluarga dekat mereka. Uang yang digunakan untuk
pengobatan lebih bermanfaat untuk menyekolahkan anak lain.
Sangatlah penting untuk memastikan bahwa keluarga mengerti tentang
prognosis dan lamanya pengobatan karena sebagian besar merekalah
yang melakukan tanggung jawab akan hal tersebut.17
Penanganan pada katarak kongenital tergantung pada unilateral
dan bilateral, adanya kelainan mata lain, dan saat terjadinya
katarak. Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah
operasi. Operasi ini dilakukan bila refleks fundus tidak tampak.
Tindakan operasi biasanya dilakukan pada katarak yang bersifat
total. Operasi tersebut dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau
lebih muda apabila telah dapat dilakukan operasi.Pengobatan katarak
kongenital bergantung pada beberapa hal, yaitu:181. Pada katarak
total bilateral sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera
setelah katarak terlihat
2. Pada katarak total unilateral dilakukan pembedahan 6 bulan
sesudah katarak terlihat atau segera sebelum terjadinya juling,
bila pasien terlalu muda akan mudah etrjadi ambliopia bvbila tidak
dilakukan penanganan segera
3. Pada katarak total unilateral dilakukan pembedahan secepat
mungkin karena mudah sekali terjadi ambliopia pada kasus ini, lalu
diberikan kaca mata segera dengan latihan bebat mata
4. Pada katarak bilateral parsial biasanya pengobatan lebih
konservatif sehingga untuk sementara dapat dicoba dengan kacamata
Bila terjadi ekekruhan yang progresif disertai dengan mulainya
tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan.
A. Tindakan Pembedahan
1. Tindakan Anastesi
Anastesi umum merupakan pilihan pada saat melakukan operasi
katarak pada anak. Harus diperhatikan untuk meminta anastesi yang
dalam dengan pralisis disertai ventilasi pada saat prosedur. Sklera
dan kornea pada anak-anak sangat lembut. Adanya tekanan dari otot
ekstra okular akan mengenai sklera dna menghasilkan peningkatan
tekanan intraokular sehingga dibutuhkan anastesi yang dalam19.
2. Pemeriksaan pre Operatif
Pemeriksaan pre operatif dalam anastesi singkat dengan pupil
dilatasi penuh diperlakukan sebelum melakukan tindakan operasi.
Pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop ataupun slit lamp
biomicroscope diperlukan untuk memastikan jenis dan grade dari
katarak. Pemeriksaan lain yang juga dilakukan adalah20:
1. Tonometri untuk menyingkirkan adanya glaukoma
2. Pengukuran diameter kornea
3. Evaluasi segmen posterior dengan ofthalmoskop jika fundus
dapat terlihat
4. Jika fundus tidak dapat terlihat maka dilakukan USG
5. Keratometri
3. Teknik Operasi
Berbeda dengan dewasa, katarak pada anak-anak lebih lembut.
Lensa dapat di aspirasi melalui insisi dengan panjang 1-1,5 mm pada
limbus atau dengan teknik lensektomi melalui pars plana. Jika
pemasangan intraocular lens (IOL) dilakukan biasanya dibutuhkan
sayatan yang lebih luas.Ada dua jenis operasi yang biasa digunakan
secara luas pada katarak kongenital:191. Lensektomi
Teknik ini biasa diindikasikan untuk neonatus dan bayi berumur
< 2 tahun, khususnya pada pasien yang menderita katarak
kongenital bilateral yang implantasi IOL tidak dilakukan sekaligus.
Pada teknik ini, hampir sebagian besar lensa diangkat. Tindakan ini
akan memberikan aksis visual yang jelas secara permanen. Tetapi
tindakan ini memerlukan mesin viterktomi dan dapat meningkatkan
risiko ablasio retina di kemudian hari.
Pada teknik ini konjungtiva dibuka pada arah jam 10 dan ajm 2
untuk membuka sklera pada bagian pars plana. Biasanya pars plana
pada bayi terletak 2-3,5 mm dari limbus.Kemudian viterktomi
dilakukan dengan mengekstraksi kapsul anterior dan posterior.
Operator biasanya meninggalkan 2-3 mm pheripheral rim atau tepi
yang intakpada kapsul anterior dan posterior untuk menyangga IOL
pada ruangan posterior jika nanti diperlukan. Sayatan nantinya
dijahit dengan nilon ukururan 10.0 dan disimpul ke arah dalam untuk
menghindari iritasi dari konjungtiva.17
Teknik ini cepat dan menghasilkan aksis visual yang jelas.
Manuver yang dilakukan pada ruangan anterior lebih sedikit dari
pada tindakan lainnya. Komplikasi yang bisa terjadi setelah
tindakan ini adalah inkarserasi dari vitreous saat dilakukan insisi
pada sklera. Traksi dari vitreous lama kelamaan dapat mengakibatkan
kerusakan dan ablasio retina.32. Extra-Capsular CataractExtraction
( ECCE)
Dengan tindakan yang tepat, teknik ECCE merupakan teknik yang
paling serbaguna untuk menangani pembedaha pada katarak kongenital.
Dilakukan inisis pada limbal pada arah jam 10 dan jam 2. Lalu
dilakukan pembukanan kapsul anterior. Berbagai teknik telah
diketahui untuk membuka kapsul anterior. Semakin kecil umur anak
maka akan semakin sulit untuk melakukan capsulorrhexis. Bayi
mempunyai kapsul anterior yang sangat elastis, yang dapat dengan
mudah robek sampai ke bagian perifer.Setelah dilakukan pemmbukaan
kapsul anterior maka dilakukan aspirasi dari materi lensa.19
Setelah apsirasi selesai dilakukan, operator harus memutuskan
akan melakukan tindakan atau tidak pada kapsul posterior. Beberapa
operator memilih untuk mengangkat kapsul posterior dan korpus
vitreoum anterior. Hal ini dilakukan untuk mencegah terbentuknya
kekeruhan sekunder pada lensa atau katarak ikutan (after-cataract).
Tindakan ini juga menghindari perlunya dilakukan tindakan bedah
sekunder.21
Beberapa peneliti berpendapat bahwa pada bayi dibawah usia 2
tahun seharusnya dilakuakn tindakan posterior capsulectomy-anterior
vitrectomy. Manajemen untuk kapsul posterior anak-anak di atas 2
tahun maih kontroversial. Beberapa peneliti membiarkan kapsul
posterior sampai opasifikasi memang benar etrjadi. Beberapa
peneliti lainnya memilih untuk melakukan laser capsulectomy segera
setelah operasi dilakukan. Beberapa ahli bedah mata lain memilih
untuk melakukan elektif posterior capsulectomy-anterior vitrectomy
pada setiap anak berusia kurang dari 8 tahun untuk melakukan
pencegahan ambliopia dimana pada usia tersebut ambliopia masih
berisiko terjadi. Hal ini juga biasa dilakukan pada kasus yang
follow up terus menerus tidak dapat dilakukan.194. Tatalaksana
Afakia201. Implantasi IOL
Pada saat ini sebgaian beberapa anak yang menjalani operasi
katarak kongenital menjalani implantasi IOL. Hal ini tergantung
pada usia anak dan jenis katarak unilateral atau bilateral.
Biasanya tindakan ini dilakukan pada anak berusia lebih dari 1
tahun, sedangkan penggunaan kecil dari 1 tahun masih
kontroversi.
2. Lensa Kontak Jika tidak dilakukan pemasangan IOL, biasanya
diberikan lensa kontak sesegera mungkin untuk menghindari
terjadinya kecendrungan untuk ambliopia. Retinoskopi harus
dilakukan untuk mengetahui kekuatan yang dibutuhkan pada lensa
kontak.
3. Kacamata
Pada beberapa anak dengan bilateral afakia kacamata lebih
ditoleransi dengan baik dari pada lensa kontak. Selain itu kelainan
alin seperti strabismus dapat dikoreksi dengan prismatik efek.5.
Komplikasi Post Operatif
Pada pasien yang kapsulotomi posterior tidak dilakukan, maka
bisa terjadi opasifikasi pada kapsul posterior. Glaukoma juga dapat
terjadi setelah dilakuakn tindakan, khususnya jika dilakukan pada
seminggu pertama kehidupan. Ablasio retina juga sering terjadi pada
mata yang pernah menjalani operasi katarak. Biasanya hal ini
terjadi sangat lambat, rerata 35 tahun setelah operasi.20 2.4.10
PrognosisPrognosis pada katarak kongenital tidak sebaik prognosis
pada katarak senilis. Terjadinya ambliopia dan kadang-kadang
anomali saraf opstikus atau retina membatasi tingkat pencapaian
penglihatn pada pasien kelompok usia ini. Prognosis untuk perbaikan
ketajaman penglihatan setelah operasi paling buruk pada katarak
kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital
bilateral inkomplit yang progresif lambat.21BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang sering terjadi
dan tidak bermakna secara visual. Dapat menyebabkan kekeruhan
parsial yang tidak memerlukan terapi selain observasi untuk menilai
progresivitasnya, dan kekeruhan sentral yang padat sehingga
memerlukan tindakan pembedahan. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganan yang kurang tepat. Katarak kongenital dapat terjadi
karena adanya prenatal infeksi pada ibu seperti rubela, kadang pada
ibu hamil ada riwayat kejang, tetani, ikterus atau
hepatosplenomegali.Dalam mendiagnosis katarak kongenital diperlukan
pemeriksaan dan anamnesis yang menyeluruh baik mengenai kehidupan
prenatal anak dan post natal anak yang mengarah kepada diagnosis
katarak kongenital. Perlu juga dilihat apakah terdapat
keterlambatan dalam perkembangan anak akibat terganggunya pandangan
anak. Pemeriksaan dini katarak kongenital perlu dilakukan oleh
tenaga medis sejak setelah bayi lahir dan dilakukan untuk melihat
apakah terdapat red eye reflex pada bayi agar dapat segera
ditatalaksana.
Tatalaksana dari katarak kongenital ini jauh lebih kompleks
daripada katarak pada dewasa.Tindakan pengobatan pada katarak
kongenital adalah operasi. Waktu pelaksanaan operasi, teknik
operasi, pemilihan koreksi afakia, dan manajemen dari ambliopia
merupakan kunci penting untuk mendapatkan hasil yang baik pada
katarak kongenital. Berbeda dengan dewasa, katarak pada anak-anak
lebih lembut. Lensa dapat di aspirasi melalui insisi pada limbus
atau dengan teknik lensektomi melalui pars plana. Tatalaksana post
operatif juga selalu diperlukan setelah tindakan operatif pada
katarak kongenital, salah satunya mengatasi afakia dengan IOL,
lensa kontak, ataupun kacamata. Untuk prognosis pada katarak
kongenital sendiri biasanya lebih buruk daripada katarak
senilisDAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, 2009. Kedaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata. Ed 3.
Jakarta. Balai penerbit FKUI. Hal 201-2032. Vaughan, Daniel G.
2000. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika. Hal 170-1723.
Bashour M. Cataract Congenital. Diakses dari
www.emedicine.Com/oph/TopicCataractCongenital . 2006.4. Steinert
Roger. Cataract Surgery. Ed 2. Philadelphia: Saunders Elsevier.
2004.
5. American Academy of Opthalmology . Lens and Cataract. Basic
and Clinical Science Course, Section 11. The Foundation of AAO. San
Francisco. 2004. 30 31, 187 190
6. American Academy of Opthalmology. Pediatric Ophthalmology and
Strabismus. Basic and Clinical Science Course, Section 6. The
Foundation of AAO. San Francisco. 2004. 242 250.
7. Krieglstein G K, Weinreb R N. Pediatric Ophtalmology,
Neuro-Ophtalmology Genetics. Heidelberg: Springer. 2006. 8. Ilyas
Sidarta. Penglihatan Perlahan Tanpa Mata Merah (dalam: Ilmu
Penyakit Mata). Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005:
200-210.9. Vaughan DG, Asbury T. Lensa. Oftalmologi Umum, Edisi 14,
Alih Bahasa Tambajong J, Pendit UB. Widya Medika. Jakarta, 2000 :
175,183-4
10. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit
Abadi Tegal, Jakarta, 1993 : 190-196.
11. Al Ghozie, Mu'tasimbillah, dr., SpM., Handbook of
OphtalmologyA Guide to Medical Examination, 2002 : 124-125.
12. American Academy of Ophtalmology. Lens and Cataract in Basic
and Clinical Science Course. Section 11. 2009-2010. pp. 34-9.
13. Bachani D, et al. Childhood Cataract : Aetiology and
Management. Eye Health Community, Volume 17. 2004. pp. 33-5.14.
Hall DM. Health for all children. 3rd ed. Report of the third joint
working party on child health surveillance. Oxford University
Press, 1996.
15.Royal College of Ophthalmologists, British Paediatric
Association. Ophthalmic services for children. Report of joint
working party. RCO, BPA, 1994.
16. Russel CH, Dougall M, Dutton GN. Cataract Congenital.
British Medical Journal. 2011. pp. 1-3.
17. Yorston D. Surgery for Congenital Cataract. Community Eye
Health Journal. 2004;17(50)18. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit
Mata. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; hlm 205-207
19. Dai E, Boulton ME. The Lens. In: Yanoff M, Duker JS, editor
Yanoff&Duker. Ophthalmology. England: Elsevier Ink; 200
20. Joseph E. Management of Congenital Cataract. Kerala Journal
of Ophthalmology. 2010; 15(3): 224-230
21. Shock JP, Harper RA. Lensa. Dalam: Vaughan DG, penyunting
Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika;2000(a)
18