Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 History Taking Skenario Seorang perempuan umur 73 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri terutama bila di gerakkan pada pangkal paha kanan sehingga mengganggu dan tidak bias berjalan, keadaan ini dialami sejak 3 hari lalu dimana sebelumnya penderita jatuh terduduk di dalam kamar mandi. Postur tubuh penderita bungkuk ke depan sejak beberapa tahun terakhir ini.hasil pemeriksaan fisik; tekanan darah 170 ̷90 mmHg, nadi 92 x ̷menit , pernapasan 30 x̷ menit dan suhu 37,1 c . beberapa hari terakhir ini penderita kedengaran batuk-batuk tapi sulit sekali mengeluarkan lendirnya terutama malam hari dan juga malas makan. Penderita selama ini minum obat kencing manus,tekanan darah tinggi dan rematik. Data yang didapatkan - Usia 73 tahun - Nyeri pangkal paha kanan tidak bias jalan - Jatuh terduduk - Kifosis - Hipertensi - Batuk pada malam hari dan lender sukar untuk di keluarkan - Malas makan 1
68

geriatri

Oct 23, 2015

Download

Documents

fat-fathiyah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: geriatri

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 History Taking

Skenario

Seorang perempuan umur 73 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri

terutama bila di gerakkan pada pangkal paha kanan sehingga mengganggu dan tidak bias

berjalan, keadaan ini dialami sejak 3 hari lalu dimana sebelumnya penderita jatuh

terduduk di dalam kamar mandi. Postur tubuh penderita bungkuk ke depan sejak

beberapa tahun terakhir ini.hasil pemeriksaan fisik; tekanan darah 170 �90 mmHg, nadi 92

x �menit , pernapasan 30 x� menit dan suhu 37,1 c . beberapa hari terakhir ini penderita

kedengaran batuk-batuk tapi sulit sekali mengeluarkan lendirnya terutama malam hari

dan juga malas makan. Penderita selama ini minum obat kencing manus,tekanan darah

tinggi dan rematik.

Data yang didapatkan

- Usia 73 tahun

- Nyeri pangkal paha kanan tidak bias jalan

- Jatuh terduduk

- Kifosis

- Hipertensi

- Batuk pada malam hari dan lender sukar untuk di keluarkan

- Malas makan

- Riwayat mengonsumsi obat kencing manis, hipertensi dan rematik

Anamnesis tambahan :

- Keadaan setelah jatuh, sadar atau tidak?

- Sifat nyeri?

- Ada tidak gangguan penglihatan dan pendengaran?

1

Page 2: geriatri

- Kepala terasa ringan, diiness,vertigo ketika jatuh?

- Palpitasi , nyeri dada, sesak ketika jatuh ?

- Gejala neurologis fokal mendadak(kelemahan , gangguan sensorik

disartria,ataksia, bingung,afasia) ?

1.2 Mind Mapping

2

Pemeriksaan penunjang

Radiologi

EKG

jatuh

Pemeriksaan fisik

-pemeriksaan tanda vital

-lokasi nyeri (apakah ada fraktur)

penglihatan ̷ pendengaran

Anamnesis

-Riwayat jatuh dan berjalan

-Riwayat penyakit dahulu dan konsumsi obat obatan

-riwayat setelah jatuh (sadar ̷ tidak sadar)

-status gii, fungsional dan kognitif

komplikasi pencegahan Penatalaksanaan (terapi penyakit dahulu )

Rahabilitasi medikFarmakologis

Page 3: geriatri

BAB II

ISI

2.1Defenisi dan Terminologi

Menua di defenisiskan sebagai proses yang mengubah seorang dewasa

sehat menjadi seorang yang ‘ frail’ (lemah, rentan) dengan berkurangnya

sebagian besar cadangan system fisiologis dan meningkatnya kerentanan

terhadap berbagai penyakit dan kematian secara eksponensial. Menua juga di

defenisiskan sebagai penurunan seiring waktu yang terjadi pada sebagian

besar makhluk hidup, yang berupa kelemahan, meningkatnya kerentanan

terhadap penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan

ketangkasan , serta perubahan fisiologis yang terkait usia.

Terdapat beberapa istilah yang di gunakan oleh gerontologist ketika

membicarakan proses menua:

1. Aging (bertambahnya umur): menunjukkan efek waktu; suatu proses

perubahan , biasanya bertahap dan spontan

2. Senescence (menjadi tua) : hialngnya kemampuan sel untuk membelah

dan berkembang (dan seiring waktu akan menyebabkan kematia)

3. Homeostenosis: penyempitan atau berkurangnya cadangan homeostasis

yang terjadi selama penuaan pada setiap system organ.

Beberapa istilah lain yang perlu dikemukakan terkait dengan proses

menua adalah gerontology , geriatric dan longevity . gerontology adalah

ilmu yang mempelajari proses menua dan semua aspek biologi,

sosiologi,dan sejarah yang terkait dengan penuaan. Geriatric merujuk

pada pemberian pelayanan kesehatan untuk usia lanjut, geiatri merupakan

cabang ilmu kedokteran yang mengobati kondisi dan penyakit yang

dikaitkan dengan proses menua dan usia lanjut. Pasien geriatric adalah

pasien usia lanjut dengan multipatologi (penyakit ganda) . sementara

3

Page 4: geriatri

longevity merujuk pada lama hidup seorang individu. Dua aspek longevity

adalah mean longevity dan maximum longevity . mean longevity

merupakan longevity rata rata suatu populasi ,disebut pula usia harapan

hidup (life expectancy) . mean longevity dihitung berdasarkan

penjumlahan umur populasi saat meninggal dibagi jumlah anggota

populasi tersebut. Maximum longevity merupakan usia saat meninggal

dari anggota populasi yang hidup paling lama. Pada manusia, maximum

longevity diyakini sekitar 110-120 tahun (IPD jilid 1 edisi V hal: 758)

Gangguan keseimbangan dan jatuh merupakan salah satu masalah

yang sering terjadi pada orang berusia lanjut akibat berbagai perubahan

fungsi oragan, penyakit , dan factor lingkungan. Akibat yang ditimbulkan

oleh jatuh tidak jarang tidak ringan , seperti cedera kepala , cedera

jaringan lunak , sampai dengan patah tulang. Jatuh juga seringkali

merupakan petanda kerapuhan (frailty) dan merupakan factor predictor

kematian atau penyebab tidak langsung kematian melalui patah tulang .

Bersamaan dengan masalah jatuh , kejadian patah tulang panggul,

vertebra, lengan bawah , pelvis, dan persendian kaki juga meningkat

dengan paling cepat terjadi setelah usia 75 tahun. Patah tulang tersebut

merupakan penyebab utama,kesakitan, keatian , dan pengeluaran biaya

untuk pelayanan kesehatan dan social orang usia lanjut yang

bersangkutan.

Kematian dan kesakitan yang terjadi akibat patah tulang umumnya

disebabkan oleh komplikasi akibat patah tulang dan imobilisasi yang

ditimbulkannya. Beberapa diantara komplikasi tersebut adalah timbulnya

dekubitus akibat tirah baring berkepanjangan ; perdarahan, thrombosis

vena dalam dan emboli paru; infeksi pneumonia atau ISK akibat tirah

baring lama; gangguan nutrisi, dsb.( ipd jilid 1 edisi v hal: 812)

4

Page 5: geriatri

2.2 KESEIMBANGAN , KONTROL POSTURAL, DAN MOBILITAS

FUNGSIONAL.

KESEIMBANGAN

Keseimbangan merupakan proses kompleks yang melibatkan penerimaan

dan integrasi input sensorik serta perencanaan dan pelaksanaan gerakan

untuk mencapai tujuan yang menbutuhkan postur tegak,; suatu

kemampuan untuk mengontrol pusat gravitasi tetap berada di atas

landasang penopang.

Pusat gravitasi adalah suatu titik imajiner dimana jumlah semua gaya

adalah nol. Pada orang dewasa dengan postur normal yang sedang berdiri

(posisi anatomis ) , pusat grativitasi berada 1 inci di depan tulang belakang

setinggi sacrum 2. Jika tubuh atau bagian tubuh bergerak, lokasi pusat

gravitasi akan berubah . landasan penopang adalah permukaan tubuh yang

mengalami penekanan dari berat sedangkan dalam posisi duduk adalah

paha dan bokong.

Sesuai dengan landasan penopang yang ada, terdapat keterlibatan jarak

tubuh dapat bergerak tanpa menjadi jatuh (pusat gravitasi melewati

landasan penopang) atau membuat penopang baru dengan menggapai atau

melangkah (untuk menempatkan kembali landasan penopang di bawah

pusat gravitasi). Keterbatasan jarak tersebut disebut sebagai batas

stabilitas , yakni jarak terjauh pada arah manapun seseorang dapat

bergerak dari garis tengah tanpa mengubah landasan penopang awal

dengan melangkah , menggapai atau jatuh.

Derajat stabulitas tubuh tergantung pada empat factor yaitu : tinggi pusat

gravitasi di atas landasan penopang , besarnya ukuran landasan penopang,

lokasi garis gravitasi pada landasan penopang,dan berat badan. Stabilitas

5

Page 6: geriatri

lebih baik bila pusat gravitasi rendah , landasan penopang lebar, garis

gravitasi berada di tengah landasan, dan berat badan yang besar.

Untuk mempertahankan keseimbangan , tubuh secara konstan mengubah

dan mengoreksi posisi pusat gravitasi terhadap landasan penopang , yang

di sebut sebagai ayunan postural (postural sway) . control ayunan postural

berasal dari input visual, vestibular, proprioseptif, dan orang eksteroseptif.

KONTROL POSTURAL

Control postural meliputi control posisi tubuh untuk stabilitas sehingga

keseimbangan tubuh dapat dipertahankan dan untuk orientasi agar

hubungan yang tepat antar segmen tubuh serta antara tubuh dan

lingkungan saat melakukan kegiatan dapat di pertahankan.Terdapat 2

komponen keseimbangan, yaitu keseimbangan statis untuk

mempertahankan suatu posisi dalam periode tertentu dan keseimbangan

dinamis untuk memelihara keseimbangan pada saat melakukan

gerakan.kemampaun untuk mengontrol posisi tubuh dalam ruang

merupakan suatu interaksi kompleks dari system saraf dan

musculoskeletal yang kesemuanya dikenal sebagai system control

postural.

Yang termasuk dalam komponen saraf adalah proses motorik

(neuromuscular), proses sensorik (system visual, vestibular, dan

somatosensorik), dan progress integrative system saraf pusat. Komponen

musculoskeletal antara lain meliputi lingkup gerak sendi, fleksibilitas

tulang belakang, otot , dan hubungan biomekanik antar segmen tubuh.

Tiga input sensorik perifer primer yang memberikan kontribusi dalam

control postural adalah system reseptor somatosensorik , cisual, dan

vestibualan bilateral. System vestibular sangat penting untuk 6

Page 7: geriatri

keseimbangan karena dapat mengidentifikasi dan membedakan gerakan

tubuh sendiri dengan gerakan dari lingkungan serta memberikan

kestabilan visual ketika kepala bergerak.

System somatosensorik sendiri tidak mampu membedakan antara

gerakan dari pijakan dengan gerakan dari tubuh, demikian pula dengan

system visual, yang bila berdiri sendiri tidak mampu untuk membedakan

gerakan dari lingkungan dengan gerakan dari tubuh,sehingga system

vestibular digunakan sebagai referensi internal untuk menentukan

keakuratan input somatosensorik dengan visual atau bila input

somatosensorik atau visual tidak tersedia. Oleh karena itu, otak

memerlukan informasi dari ketiga system sensorik untuk secara tepat

membedakan gerakan dari tubuh sendiri dengan gerakan dari lingkungan.

Ada empat strategi gerakan yang paling sering digunakan sebagai

reaksi keseimbangan pada respon postural , yaitu strategi pergelangan

kaki, panggul, suspensori, dan melangkah� menggapai.

a. Strategi pergelangan kaki ( ankle strategy)

Strategi pergelangan kaki dan sinergi otot yang berhubungan

merupakan pola pertama untuk mengontrol gerakan ayunan tubuh

pada posisi tegak (upright sway).strategi ini mempertahankan

pusat gravitasi tubuh dalam posisi stabil melakukan gerakan tubuh

yang terutama berpusatdi sekitar sendi pergelangan kaki.

b. Strategi panggul (hip strategy)

Strategi panggul mengontrol pusat massa tubuh dengan membuat

gerakan yang kuat dan cepat pada sendi panggul, panggung, dan

rotasi pergelangan kaki. Kepala dan panggul bergerak pada arah

yang berlawanan , dengan kontraksi otot berpola dari proximal

7

Page 8: geriatri

menuju distal, dimulai dari kontraksi otot abdominal kemudian

diikuti oleh kontraksi otot kuadrisep dan tibialis anterior.

c. Strategi suspensori (suspensory strategy)

strategi suspensori merupakan strategi yang seringkali digunakan

bila kombinasi stabilitas dan mobilitas dibutuhkan , seperti pada

saat berselancar angin. Strategi ini merendahkan pusat gravitasi

terhadap landasan penopang dengan cara flexi kedua ekstremitas

bawah atau sedikit berjongkok . dengan mememndekkaan jarak

antara pusat gravitasi dan landasan penopang , usaha untuk

mengontrol pusat gravitasi menjadi lebih mudah

d. Strategi melangkah dan menggapai (stepping and reaching

strategy)

Jika strategi yang sedang berlangsung seperti strategi pergelangan

kaki maupun strategi panggul tidak memadai untuk memulihkan

keseimbangan atau jika pusat gravitasi sudah melewasi landasan

penopang awal, kaki akan melangkah atau tangan menggapai

untuk membuat lansan penopang baru.

MOBILITAS FUNGSIONAL

Ambulasi adalah bergerak dan berjalan. Selama gerakan dan ambulasi

normal, pusat gravitasi tubuh di pertahankan secara dinamis terhadap

landasan penopang. Ambulasi normal dan stabilitas postural tergantung

pula pada fungsi sensorik , neuromuscular , system musculoskeletal , dan

proses integrasi dari system saraf pusat. Dalam system musculoskeletal ,

kekuatan otot rangka dan lingkup gerak sendi yang adekuat , terutama

8

Page 9: geriatri

pada ekstremitas bawah , esensial untuk terjadinya respon yang efektif

terhadap gengguan postural dan untuk mempertahankan control postural.

Jatuh terjadi ketika system control postural tubuh gagal mendeteksi

pergeseran dan tidak mereposisi pusat gravitasi terhadap landasan

penopang pada waktu yang tepat untuk menghindari hilangnya

keseimbangan. Kegagalan ini anata lain disebabkan oleh pergeseran pusat

gravitasi tubuh yang besar , cepat, dan terjadi tiba-tiba; gangguan

lingkungan;serta factor intrinsic seperti hilangnya fungsi sensorik yang

esensial untuk mendeteksi gerakan pusat untuk mengorganisasi dan

menghantarkan respon postural, dan respon postural yang tidak efektif

akibat terganggunya system neuromuscular , gaya jalan abnormal, reflex

postural tidak memadai, instabilitas sendi , dan kelemahan otot.(IPD

JILID I EDISI V HAL: 813-815)

2.3 Teori-teori proses menua sebagai perkembangan normal

1. Teori “Genetic Clock”

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk

spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai didalam nuclei (inti

sel)nya suatu jam genetic yang telah dipitar menurut suatu replikasi

tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel

bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita itu berhenti akan

meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau

penyakit akhir yang katastrofal. Konsep “genetic clock” didukung oleh

kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberpa

spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata, secara teoritis

dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa

waktu dengan pengaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan

9

Page 10: geriatri

kesehatan, pencegahan penyakit dengan obat-obat atau tindakan-tndakan

tertentu.

2. Mutasi somatic (teori Error Catastrophe)

Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel

somatic, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional

sel tersebut. Menurut hipotesis tersebut, menua disebabkan oleh

kesalahan-kesalahan yang beruntun sepanjang kehidupan. Setelah

berlangsung dalam waktu yang cukup lama, terjadi keslahan dalam proses

translasi (RNA protein/enzim). Kesalahan tersebut akan menyebabkan

terjadinya reaksi metabolisme yang salah, sehingga akan menggurangi

fungsional sel. Walaupun dalam batas-batas tertentu kesalahan dalam

pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan memperbaiki

diri sendiri itu sifatnya terbatas pada keslahan dalam proses transkripsi

(pembentukan RNA) yang tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis

protein atau enzim, yang dapat menimbulkan metabolit yang berbahaya.

Apalagi jika terjadi kesalahan dalam proses translaasi (pembuatan

protein), maka akan terjadilah kesalahan yang makin banyak, sehingga

terjadi katastrop.

3. Rusaknya system imun tubuh

Mutasi yang berulang atau perubahan protein pascatranslasi, dapat

menyebabkan berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali

dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatic menyebabkan

terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat

menyebabkan system tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan

tersebut sebagai se lasing dan menghancurkannya. Peristiwa inilah yang

10

Page 11: geriatri

menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Modulasi imunologik untuk

mengantisipasi hal ini dapat dikerjakan, yaitu dengan antara lain :

- Restorasi imunologik dengan imun-globulin-serum (ISG), serum, hiper

imun,pemberian globulin dsb.

- Stimulasi/potensi imunologik dengan menggunakan :

a. Bahan biologic : hormone tymus, limfokin, interferon dsb.

b. Bahan sintetik misalnya : levamisol, isoprinosin, dsb.

Semua sel somatic akan mengalami proses menua, kecuali sel bibit

(gurma-sel telur) dan sel yang mena=glami mutasi menjadi kanker.

Sel-sel jaringan binatang dewasa juga dapat membagi diri dan

memperbaharui diri, kecuali sel neuron, miokardium dan sel ovarium.

4. Teori menua akibat metabolism

Pentingnya metabolism sebagai faktor penghambat umur panjang.

Modifikasi cara hidup yang kurang bergerak menjadi lebih banyakhidup

yang kurang bergerak menjadi lebih banyak bergerak mungkin juga dapat

meningkatkan umur panjang. Hal ini menyerupai hewan yang hidup

dialam bebas yang banyak bergerak disbanding dengan hewan

laboratorium yang kurang bergerak dan banyak makan. Hewan di alam

bebas lebih panjang umur daripada hewan laboratorium.

5. Kerusakan akibat radikal bebas

Radikal bebas (RB) dapat terbentuk dialam bebas, dan didalam

tubuh jika fagosip pecah, dan sebagai produk sampingan didalam rantai

pernafasan didalam mitokondria. Untuk organism aerobic, RB terutama

terbentuk pada waktu respirasi (aerob) di dalam mitokondria, karena 90 %

oksigen yang diambil tubuh, masuk ke dalam mitokondria. Waktu terjadi

proses respirasi tersebut oksigen dilibatkan dalam mengubah bahan bakar

11

Page 12: geriatri

menjadi ATP, melalu enzim-enzim respirasi di dalam mitokondria, maka

radikal bebas (RB) akan dihasilkan sebagai zat anatar. RB yang terbentuk

tersebut adalah superoksida (O2), dan juga peroksida hydrogen (H2O2).

RB bersifat merusak, karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi

dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam membrane

sel,dan dengan gugus SH.

buh sendiri sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menangkal

radikal bebas, dalam bentuk enzim seperti :

1. Superoxide dismutase (SOD), yang berunsur Zn, Cu< dan juga Mn. Enzim

ini dapat merubah superoxide menjadi 2O2, dalam reaksi :

SOD

2O2- + 2H+ H2O2 + O2

2. Enzim katalase yang berunsur Fe dalam bentuk haem, dapat menguraikan

hydrogen peroksida menjadi air dan oksigen :

katalase

2H2O2 2H2O + O2

3. Enzim glutation peroksidase, berunsur selenium (Se), juga meguraikan

hydrogen peroksida melalui reaksi sebagai berikut :

H2O2 + GSH GSSH + H2O

Disamping itu RB dapat juga dinetralkan menggunakan senyawa non

enzimatik, seperti : Vitamin C (asam askorbat), provitamin A (Beta Karoten)

dan Vitamin E (Tocopherol).

12

Page 13: geriatri

Walaupun telah ada system penangkal, namun sebagian RB tetap

lolos, bahkan makin lanjut usia makin banyak RB terbentuk sehingga proses

pengrusakan terus terjadi. Kerusakan organel sel makin lama makin banyak

dan akhirnya sel mati.

Dari penyebab-penyebab terjadinya proses menua tersebut ada

beberapa peluang yang memungkinkan kita dapat mengintervensi, supaya

proses menua dapat diperlambat. Yang paling banyak kemungkinannya ialah

mencegah meningkatnya RB, kedua dengan memanipulasi system imun

tubuh, ketigha melalui metabolism / makanan.

Telah disebutkan dimuka, bahwa berbagai misteri kehidupan yang

masih banyak belum terungkap, maka proses menua merupakan salah satu

misteri yang paling sulit dipecahkan. Disamping itu tidak boleh dilupakan

peranan faktor resiko yang dating dari luar (eksogen), yaitu faktor lingkungan

dan budaya gaya hidup yang salah.

13

Page 14: geriatri

14

Page 15: geriatri

15

Page 16: geriatri

16

Page 17: geriatri

17

Page 18: geriatri

18

Page 19: geriatri

19

Page 20: geriatri

20

Page 21: geriatri

21

Page 22: geriatri

22

Page 23: geriatri

2.5 Faktor factor risiko jatuh (intrinsic dan ekstrinsik)

Faktor risiko jatuh telah disebutkan di atas ada faktor intrinsik, yaitu :

Kondisi fisik dan neurospikiatrik. Penurunan penglihatan dan

pendengaranPerubahan neuromuskuler, gaya berjalan dan reflex postural.

Faktor ekstrinsik yang dapat mengakibatkan jatuh adalah :Obat-obatan yang

diminum, Alat bantu berjalan, Lingkungan yang tidak mendukung.Penyebab

jatuh dari lansia dapat merupakan gabungan dari beberapa faktor, antara lain

karena :Kecelakaan misalnya terpeleset atau tersandung atau karena

lingkungan yang kurang baik sedangkan lansia telah mengalami gangguan

penglihatan. Nyeri kepala dan atau vertigo Hipotensi ortostatik Obat-obatan :

diuretic, antidepresan trisiklik, sedative, antipsikotik, obat hipoglikemik

Proses suatu penyakit misalnya stroke atau Parkinson

Idiopatik dan Pingsan (kedokteran fisik dan rehabilitasi-Pencegahan Jatuh

Pada Lansia Ditulis oleh Dr. Retno Setianing, SpKFR Jumat, 17 Desember

2010 )

Untuk memahami factor resiko jatuh, maka harus dimengeti bahwa

stabilitas badan di tentukan atau di bentuk oleh:

a) System sensorik

yang berperan di dalamnya adalah : visus (penglihatan) , pendengaran, fungsi

vestibuler, dan proprioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan

menimbulkan gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga akan

menimbulkan gangguan pendengaran.vertigo tipe perifer sering terjadi pada

lansia yang di duga karena adanya perubahan fungsi vestibuler akibat proses

menua. Neuropati perifer dan penyakit degenerative leher akan mengganggu

23

Page 24: geriatri

fungsi proprioseptif.gangguan sensorik tersebut menyebabkan hamper

sepertiga penderita lansia mengalami sensasi abnormal pada saat dilakukan uji

klinik

b) System saraf pusat(ssp)

SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input sensorik.

Penyakit SSP seperti stroke,Parkinson, hidrosefalus tekanan normal sering di

derita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon

tidak baik terhadap inpun sensorik

c) Kognitif

d) Musculoskeletal

Factor ini disebutkan oleh beberapa peneliti merupakan factor yang benar-

benar murni milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh.

Gangguan muskuskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan dan ini

berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. Gangguan gait yang

terjadi akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan oleh:

Kelakuan jaringan penghubung

Berkurangnya massa otot

Perlambatan konduksi saraf

Penurunan visus� lapang pandang

Kerusakan proprioseptif

Yang kesemuanya menyebabkan:

Penurunan range of motion (IROM) sendi

penurunan kekuatan otot,terutama menyebabkan kelemahan

ekstremitas bawah

perpanjangan waktu reaksi

kerusakan persepsi dalam

24

Page 25: geriatri

peningkatan postural sway (goyangan badan)

semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah

pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal.kaki tidak dapat

menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah. Perlambatan

reaksi mengakibatkan seorang lansia susah � terlambat mengantisipasi bila

terjadi gangguan seperti terpeleset,tersandung , kejadian tiba-tiba, sehingga

memudahkan jatuh.

Secara singkat factor risiko jatuh pada lansia di bagi dalam dua

golongan besar, yaitu : (kane, 1994)

1. factor-faktor intrinsic (factor dari dalam)

2. factor-faktor ekstrinsik(factor dari luar)

(geriatri edisi ke 4 hal 176-177)

25

Falls (jatuh)

Kondisi fisik dan neuropsikiatrik

Penurunan visus dan pendengaran

Perubahan neuromuskuler,gaya berjalan, dan reflek postural karena proses menua

Obat obatan yang diminum

Alat alat bantu berjalan

Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya)

Page 26: geriatri

HIPERTENSI, DIABETES MELITUS DAN OSTEOARTHTRITIS

PADA GERIATRI

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang merupakan

hasil curah jantung dan resistensi vascular, dapat terjadi jika terdapat

peningkatan curah jantung, atau resistensi vascular perifer yang

bertambah,atau keduanya. (lecture notes kardiologi edisi 4 hal :58)

Diabetes mellitus(DM) merupakan gangguan metabolic yang ditandai

oleh hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa serum) akibat kurangnya

hormone insulin,menurunnya efek insulin atau keduanya.(buku ajar

patofisiologi hal:519)

Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degenerative yang

berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi .vertebra, panggul, lutut dan

pergelangan kaki paling sering terkena OA. (IPD JILID III EDISI V

hal :2538)

diuretik

semua diuretic akan menurunkan tekanan darah secara akut dengan

pengeluaran garam dan air,tetapi setelah 4-6 minggu keseimbangan kembali

dan tekanan darah kembali ke nilai asal, namun, thiaid mempunyai efek

vasodilatasi langsung pada arteriol yang menyebabkan efek hipotensif

berkelanjutan.thiaid akan menurunkan kadar kalium dan cenderung

meningkatkan glukosa ,asam urat ,insulin, kolesterol dan kalsium darah .

thiaid merupakan obat pilihan pertama pada manula (lecture notes kardiologi

edisi 4 hal :,65)

efek samping salah satu obat diuretic yakni thiaid berkaitan dengan

kadar plasma. Uji klinik yang lebih baru membuktikan bahwa dosis renda

(12,5-25 mgHCT ) lebih efektif menurunkan tekanan darah dan mengurangi

resiko kardiovascular . efek samping diuretic thiaid adntara lain:

26

Page 27: geriatri

1. Gangguan elktrolit:meliputi hipokalemia,hipovolemia,

hiponatremia,hipokloremia,hipomagnesemia.hipokalemia

mempermudah terjadinya aritmia terutama pada pasien yang

juga mendapat digitalis atau antiaritmia lain.

2. Gejala insufisiensi ginjal dapat diperberat oleh thiaid,

mungkin Karen thiaid langsung mengurangi aliran darah dan

ginjal.

3. Hiperkalsemia: tendensi hiperkalsemia pada pemberian thiaid

jangka panjang merupakan efek samping yang menguntungkan

terutama untuk orang tua dengan osteoporosis , karena

mengurangi resiko fraktur

4. Hiperurisemia.diuretik thiaid dapat meningkatkan kadar asam

urat darah karena efeknya menghambat sekresi dan

meningkatkan reabsorpsi asam urat. Efek samping ini perlu

menjadi perhatian pada pasien arthritis gout karena dapat

mencetuskan serangan gout akut.

5. Thiais menurunkan tolensari glukosa dan mengurangi

efktifitas obat hipoglikemik oral.ada 3 faktor yang

menyebabkan hal ini dan telah dapat dibuktikan pada tikus

yaitu kurangnya sekresi insulin terhadap peninggian kadar

glukosa plasma,meningkatnya glikoneogenesis.penyelidikan

klinis menunjukkan bahwa deplesi k+ ikut memegang peranan

dalam hal menurunnya tolerandi glukosa ini,mungkin sekali

melalui penghambatan konversi proinsulin menjadi insulin.

6. Thiaid dapat menyebabkan peningkatan kadar kkolesterol dan

trigliserida plasma dengan mekanisme yang tidak

diketahui ,tetapi tidak jelas apakah ini meningkatkan risiko

27

Page 28: geriatri

terjadinya aterosklerosis (farmakologi dan terapi edisi 5 hal

395)

7. Hiponatremia Hiponatremia sering di temukan pada usia

lanjut . pada usia lanjut sehat , terdapat penurunan sekitar 1

mEq̷� L per decade dengan rata rata + 4 mEq̷ � L pada usia

dewasa muda, pada usia lanjut, hiponatremia delusional

merupakan mekanisme yang mendasari yang cukup sering

terjadi namun yang paling sering adalah karena Isyndrome of

inappropriate antidiuretic hormone secretion(SIADH) .

hiponatremia seringkali merupakan penanda penyakit berat

yang mendasari dengan prognosis buruk dan mortalitas tinggi.

Risiko utama timbulnya perburukan hiponatremia adalah

pemberian cairan hipotonik. Rendahnya asupan natrium

diserati proses menua dengan ganggual ginjal dengan menahan

natrium memudahkan terjadinya kehilangan natrium dan

hiponatremia . banyak pasien yang mendapat dukungan nutrisi

melalui NGT mengalami hiponatremia intermitten atau

persisten karena rendahnya natrium dalam diet tersebut..

Beratnya gejala klinis hiponatremia tergantung pada rendahnya

kadar natrium dan cepatnya penurunan kadar natrium serum

tersebut. Hiponatremia kronik ringan bias saja tidak bergejala.

Kadar natrium serum < 125 mEq̷ � L dapat menimbulkan

letargi, kelelahan , anorexia, mual, dank ram otot. Dengan

memburuknya hiponatremia , gejala gejala susunan saraf pusat

mengemuka dan bervariasi dari kebingungan hingga dan

kejang. Terdapat risiko kematian bila kadar natrium serum <

110 mEq̷ � L.

28

Page 29: geriatri

Dalam memeriksa pasien usia lanjut dengan hiponatremia,

factor penyebab lainnya harus disingkirkan. Pendekatan awal

pada hiponatremia adalah pengukuran osmolaritas serum.

Pada keadaan hiponatremia hipovolemik, pengukuran natrium

urin sangan berguna. Kadar natrium urin yang rendah Nampak

pada keadaan – keadaan kehilangan natrium secara eksternal

seperti kerusakan kulit dan gangguan gastrointestinal . kadar

natrium urin yang tinggi Nampak pada kehilangan natrium

melalui ginjal, penggunaan diuretika, dan hipoaldosteronisme.

Asupan air dan aktivitas vasopressin yang berlebihan serta

hipokalemia juga berhubungan dengan terjadinya

hiponatremia. Diuretika seperti thiaid bekerja pada tubulus

ginjal dan mengganggu transport natrium sehingga

mengakibatkan kehilangan natrium melalui kehilangan air

yang berlebihan . hiponatremia hipovolumik ringan seperti

yang terjadi pada orang yang mendapat diet cair � NGT, dapat

dikoreksi dengan menambahkan tablet NaCL yang di haluskan

ke dalam cairan enteral. (IPD JILID 1 EDISI V hal 800)

osteoarthtritis (OA) adalah penyebab paling umum dari kecacatan

padaorang dewasa yang lebih tua, dan meskipun penggunaan analgesik

dapat membantu, juga dapat mengakibatkan kejadian efek samping obat.

dalam penggunaan acetaminophendan golongan NSAID ditemukan

penurunan metabolisme hati tahap II pada geriatric namun ternyata dapat

mengakibatkan peningkatan risiko hepatotoksisitas dan insufisiensi ginjal.

Selain itu opioid, data yang menunjukkan peningkatan risiko jatuh, patah

tulang, atau delirium merupakan potensi risiko dalam mengobati nyeri

OA kronis. ( The American Journal of Geriatric Pharmacotherapy Volume

10, Issue 6 , December 2012, Pages 331–342 Adverse Effects of

29

Page 30: geriatri

Analgesics Commonly Used by Older Adults With Osteoarthritis: Focus

on Non-Opioid and Opioid Analgesics)

2.6 Penyebab jatuh pada usia lanjut

1. kecelakaan: merupakan penyebab jatuh utama (30-50% kasusjatuh lansia)

murni kecelakaan misalnya terpeleset,tersandung

gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan

akibat proses menua, misalnya karena mata kurang awas,benda-benda

yang ada di rumah tertabrak,lalu jatuh

2. nyeri kepala dan atau vertigo

3. hipotensi ortostatik:

hipovolemia

disfungsi otonom

penurunan kembalinya darah vena ke jantung

terlalu lama berbaring

pengaruh obat obat hipotensi

hipotensi sesudah makan

4. obat-obatan

diuretic,antihipertensi

antidepresan trisiklik

sedative

antipsikotik

obat obat hipoglikemik

alkohol

30

Page 31: geriatri

5. proses penyakit yang spesifik

penyakit penyakit akut seperti

kardiovaskuler: aritmia,stenosis aorta, sinkope sinus carotis

neurologi: TIA, stroke,serangan kejang, Parkinson, kompresi saraf

spinal karena spondilosis,penyakit cerebelum

6. idiopatik

7. sinkope: kehilangan kesadaran secara tiba-tiba

drop attack(serangan roboh)

penurunan darah ke otak secara tiba tiba

terbakar matahari

Faktor –faktor situasional yang mungkin mempresipitasi jatuh antara lain:

1. aktivitas

sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti

berjalan,naik atau turun tangga,mengganti posisi.jatuh juga sering disebabkan

oleh kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak.

2. Lingkungan

Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan

kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak di banding saat naik, yang

lainnya terjadi karena tersandung atau menabrak benda perlengkapan rumah

tangga, lantai yang licin atau tak rata, penerangan ruang yang kurang.

3. Penyakit Akut

Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akutdari

penyakit kronik yang disertai lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya

sesak nafas akut pada penderita paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba-tiba

31

Page 32: geriatri

pada penderita penyakit jantung iskemik dan lain-lain.(geriatri edisi ke 4 hal

176-177)

2.7 Pengkajian diagnostic secara paripurna pada pengelolaan pasien

geriatric

PENGKAJIAN INSTABILITAS DAN JATUH

Evaluasi yang komprehensif terdiri atas riwayat jatuh dan medis yang

rinci, pemeriksaan fisik, pengkajian cara berjalan dan keseimbangan,

pengkajian terhadap kondisi lingkungan tempat pasien tinggal atau

terjatuh, serta pada keadaan tertentu , pemeriksaan laboratorium.

evaluasi keterangan

anamnesis

riwayat medis umum

Tingkat mobilitas

Riwayat jatuh

sebelumnya

Obat obatan yang

dikonsumsi

Terutama obat anti hipertensi dan psikotropika

Apa yang dipikirkan

pasien sebagai

penyebab jatuh

Apakah pasien sadar bahwa akan jatuh

Waktu dan tempat jatuh

Saksi

Kaitannya dengan perubahan postur , batuk

buang air kecil, memutar kepala

Gejala yang terkait Kepala terasa ringan, diiness,vertigo

Palpitasi , nyeri dada, sesak

Gejala neurologis fokal mendadak(kelemahan ,

gangguan sensorik disartria,ataksia,

32

Page 33: geriatri

bingung,afasia)

Aura

Inkontinensia urin atau alvi

Hilangnya kesadaran Apa yang langsung di ingat saat jatuh

Apakah pasien dapat bangkit kembali setelah

jatuh dan jika dapat, berapa lama waktu yang

diperlukan untuk dapat bangkit setelah jatuh

Apakah adanya hilangnya kesadaran dapat di

jelaskan oleh saksi

Pemeriksaan fisik:

Tanda vital Demam, hipotermia,frekuensi pernapasan , frekuensi

nadi dan tekanan darah saat berbaring, duduk, dan

berdiri

kulit Turgor ,trauma,kepucatan

kardiovascular Aritmia, bruit karotis, tanda stenosis aorta, sensitivitas

sinus carotis

ekstremiatas Penyakit sendri degenerative, lingkup gerak sendi,

deformitas, fraktur,masalah podiatrik (kalus,

bunion,ulserasi, sepatu yang tidak sesuai ,

kesempitan� kebesaran, atau rusak

neurologis Status mental,tanda fokal , otot( kelemahan , rigiditas,

spastisitas) , saraf perifer (terutama sensasi posisi ) ,

propioseptif , reflex, fungsi saraf cranial, fungsi

seebrum (terutama uji tumit ke tulang kering), gejala

ekstrapiramidal; tremor saat istirahat, bradikinesia,

gerakan involunter lain , keseimbangan dan cara

berjalan dengan mengobsevasi cara pasien berdiri dan

berjalan

33

Page 34: geriatri

Mata visus

Riwayat penyakit seyogyanya di fokuskan pada riwayat medis umum

dan pengobatan yang dijalani pasien, pendapat pasien tentang penyebab

jatuh yang di alami mereka, lingkungan pasien saat jatuh , gejala dan

tanda yang menyertai (seperti palpitasi akibat aritmia atau gejala

meurologis fokal akibat TIA),dan apakah terdapat riwayat hilangnya

kesadaran.

Ekstremitas, kulit , dan jaringan lunak yang di rasakan nyeri oleh

pasien perlu dikaji untuk mendeteksi adanya luka yang diakibatkan oleh

jatuh.beberapa masalah lain perlu juga ditelusuri untuk menetapkan

penyebab instabilitas dan jatuh. Oleh katena jatuh dapat diakibatkan oleh

penyakit akut , perhatian seksama perlu diberikan pada tanda

vital.demam,takipneu,takikardia, dan hipotensi perlu dikaji untuk mencari

adanya penyakit akut seperti pneumonia atau sepsis, infark

miokard,emboli paru,dan perdarahan saluran cerna.

Ketajaman penglihatan perlu dikaji,apakah berperan pada instabilitas

dan jatuh.pemeriksaan ekstremitas seyogyanya dilakukan untuk mencari

adanya deformitas,keterbatasan ruang lingkup sendi ,atau inflamasi aktif

yang mendasari instabilitas dan menyebabkan jatuh.perhatian khusus

sebaiknya diberikan pada kaki pasien untuk mencari adanya

deformitas,lesi yang nyeri(kalus,bunion,ulkus) , maupun sepatu yang

tidak sesuai ukuran atau tidak nyaman

Pemeriksaan neurologis juga merupakan komponen penting yang harus di

kaji.status mental harus di evaluasi dengan mencari tanda neurologis

fokal.adanya kelemahan otot, rigiditas, atau spastisitas,abnormalitas

34

Page 35: geriatri

fungsi serebrum,tanda penyakit Parkinson, dan tana neuropati perifer

perlu di cari.

Pengkajian cara berjalan dan keseimbangan juga merupakan

komponen penting dalam pemeriksaan fisik. Pengkajian sederhana berupa

‘get up and go test’ mungkin cukup praktis dalam mengkaji cara berjalan

dan keseimbangan

Pemeriksaan laboratorium tidak selalu diperlukan, tergantung data

yang diperoleh dari riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.jika di duga

terdapat penyakit akut yang mendasari terjadinya instabilitas atau

jatuh,perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah

perifer lengkap, elektrolit, ureum, x ray, EKG jika dicurigai adanya

aritmia dan penyakit jantung,.pencitraan dengan ct scan dan

electrosefalogram perlu dikerjakan bila dicurigai kuat terdapat lesi

intracranial . (IPD jilid I EDISI V hal 819-820)

Direkomendasikan untuk melakukan asesmen pada semua lansia

sebagai bagian dari pemeriksaan rutin meliputi :

1. Semua lansia yang kontrol rutin di puskesmas atau dokter atau tenaga

kesehatan lain wajib untuk ditanya tentang jatuh minimal setahun

sekali.

2. Semua lansia yang pernah dilaporkan jatuh satu kali wajib diobservasi

dengan meminta untuk melakukan the get up and go tes. Apabila

pasien dapat melakukan tanpa kesulitan tidak memerlukan asesmen

lanjutan.

3. Pasien yang mengalami kesulitan untuk melakukan tes itu memerlukan

kajian yang lebih lanjut (AGS, ABS, AAOS, 2001).

35

Page 36: geriatri

Assesmen jatuh merupakan bagian dari assesman geriatric. Assesmen

jatuh meliputi : (kane,1994: Fischer, 1982).Assessment

fungsionalDilakukan observasi atau pencarian terhadap :

1. Fungsi gait dan keseimbangan : observasi pasien ketika bangkit dari

duduk dikursi, ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan,

ketika mau duduk dibawah.

2. Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan alat bantu,

memakai kursi roda atau dibantu.

3. Aktifitas kehidupan sehari-hari : mandi, berpakaian, bepergian, kontinens.

(geriatri : 185-187)

2.8 Komplikasi ,Penatalaksanaan dan pencegahan

a. Komplikasi

Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti tersebut di

bawah ini :

1. Perlukaan (Injury)

- Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau

tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena

- Patah tulang (fraktur) :

o Pelvis

o Femur (terutama kollum)

o Humerus

o Lengan bawah

o Tungkai bawah

o Kista

- Hematom subdural

36

Page 37: geriatri

2. Perawatan Rumah Sakit

- Komplikasi akibat tidak dapat bergerak (imobilisasi)

- Risiko penyakit-penyakit iatrogenic

3. Disabilitas

- Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik

- Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri, dan

pembatasan gerak

4. Risiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan (nursing home)

5. Mati

b. Penatalaksanaan

Prinsip dasar tatalaksanan usia lanjut dengan masalah instabilitas dan

riwayat jatuh adalah mengkaji dan mengobati trauma fisik akibat jatuh;

mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan

jatuh;memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara

berjalan,penguatan otot,alat bantu,sepatu atau sandal yang sesuai,

mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang

cukup;pegangan;lantai yang tidak licin dan sebagainya.

Penatalaksanaan harus menyeluruh dengan menghilangkan atau

menuntaskan factor factor resiko, diantaranya Diabetes mellitus dikaitkan

dengan peningkatan prevalensi dan insiden sindrom geriatrik: cacat

fungsional, depresi, jatuh, inkontinensia, malnutrisi dan gangguan

kognitif. Sindrom geriatrik tidak hanya menyebabkan kelemahan,

kehilangan kemerdekaan dan rendahnya kualitas hidup, tetapi juga

menjadi kendala utama dalam pengobatan dan perawatan penderita

diabetes. Faktor risiko atau faktor gejala geriatri adalah mikro-dan

komplikasi makrovaskuler Karena sindrom geriatri merupakan faktor

risiko multifaktorial dan berbagi, orang diabetes dengan gejala geriatri

37

Page 38: geriatri

harus ditangani dengan strategi konsentris yang umum, seperti terapi

diawasi latihan termasuk latihan otot-penguatan, dukungan psikologis,

dukungan sosial bagi kepatuhan, dan kontrol glikemik yang baik dengan

menghindari hipoglikemia.(Geriatrics and gerontology Diabetes

mellitus and geriatric syndromes Atsushi Araki, Hideki Ito 23 JAN

2009)

Latihan fisik(penguatan otot,fleksibilitas sendi,dan keseimbangan),

latihan tai chi, adaptasi perilaku(bangun dari duduk perlahan-

lahan,menggunakan pegangan atau perabot untuk keseimbangan,dan tenik

bangun setelah jatuh) perlu dilakukan untuk mencegah morbiditas akibat

instabilitas dan jatuh berikutnya.

Perubahan lingkungan acapkali penting dilakukan untuk mencegah

jatuh berulang.lingkungan tempat orang usia lanjut tinggal seringkali tidak

aman sehingga upaya perbaikan diperlukan untuk memperbaiki keamanan

mereka agar kejadian jatuh dapat dihindari.

Penatalaksanaan bersifat individualis, artinya berbeda untuk setiap

kasus karena perbedaan faktor-faktor yang bersama-sama mengakibatkan

jatuh. Bila penyebab merupakan penyakit akut penanganannya menjadi

lebih mudah, sederhana, dan langsung bisa menghilangkan penyebab jatuh

serta efektif. Tetapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi kronik,

multifactorial sehingga diperlukan terapi gabungan antara obat,

rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasan lansia itu. Pada

kasus lain intervansi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan,

misalnya pembatasan bepergian/aktivitas fisik, penggunaan alat bantu

gerak.

38

Page 39: geriatri

a. Pengelolaan gangguan penglihatan (Nnodim JO, Alexander NB, 2005)

b. Pengelolaan gangguan keseimbangan

c. Intervensi obat-obatan

d. Intervensi lingkungan

e. Pemakaian alas kaki

f. Intervensi pendidikan/pengetahuan yang berhubungan jatuh

(geriatric hal 187-189)

FRAKTUR

Risiko terjadinya tulang tidak hanya ditentukan oleh densitas massa

tulang , melainkan juga oleh factor factor lain yang berkaitan dengan

kerapuhan fisik dan meningkatnya risiko untuk jatuh. Densitas massa

tulang dan ayunan tubuh(sway),keduanya,merupakan factor predictor

untuk risiko terjadinya patah tulang osteoporotic,akan tetapi kombinasi

densitas massa tulang yang rendah dan ayunan tubuh yang meningkat

merupakan risiko pada tulang yang lebih tinggi

Factor factor risiko terjadinya patah tulang pada mereka yang

mengalami jatuh juga telah diteliti. Didapatkan data bahwa ada hubungan

yang kuat antara frekuensi (jumlah) kejadian jatuh dengan risiko

terjadinya patah tulang. Didapatkan pula data tipe jatuh yang

meningkatkan risiko patah tulang panggul,yakni jatuh ketika posisi sedang

berputar.beberapa factor risiko patah tulang panggul pada mereka yang

mengalami jatuh antara lain falls to the side,densitas tulang panggul

rendah,dan gangguan mobilitas

TATALAKSANA MEDIS FRAKTUR

39

Page 40: geriatri

Tujuan utama tatalaksana adalah mengembalikan pasien pada keadaan

dan fungsi sebelum terjadi fraktur.hal ini dapat dicapai dengan operasi

diikuti mobilisasi dini.walaupun demikian,adakalanya operasi dapat

meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila ada penyakit penyerta seperti

riwayat infark miokard.

Pada pasien usia lanjut yang mengalami fraktur diperlukan penilaian

geriatric yang komperhensif .kelompok pasien ini umumnya

lemah,memiliki beberapa masalah medis,minum banyak obat dan risiko

demensia. Berdasarkan data yang dikumpulkan, dibuat pengkajian

geriatric yang prinsipnya mencakup penyakit dasaar,penyakit penyerta ,

factor risiko, prognosis, dan kelayakan operasi. Bila didapatkan penyakit

penyerta pada pasien yang akan dioperasi maka dilakukan menejemen

perioperatif hingga penyakit penyerta tersebut dapat terkontrol atau

terkendali.

Obatobatan yang digunakan pasien sebelumnya perlu dievaluasi.pasien

harus dihindarkan dari efek samping polifarmasi.obat yang tidak � sedikit

efektif dihentikan. Namun obat yang berefek buruk bila dihentikan tetap

diteruskan .

Pada pemeriksaan fisik dievaluasi adanya komplikasi akibat

fraktur,factor penyebab fraktur, dan penyakit penyerta.pemeriksaan fisik

awal sangat penting untuk mengevaluasi komplikasi yang mungkin terjadi

kemudian. Penilaian status nutrisi pasien dapat dinilai melalui berat badan

dan tinggi abdan, konsentrasi albumin, dan jumlah total limfosit.penilaian

kulit dilakukan terhadap adanya dekubitus. Perlu dilakukan tatalaksana

terhadap nyeri yang seringkali timbul akibat fraktur. Pada keadaan

tersebut pasien dapat diberikan parasetamol 500 mg hingga dosis

maksimal 3000 mg per hari. Bila respons tidak adekuat dapat ditmabahkan

40

Page 41: geriatri

kodein 10 mg.langkah selanjutnya adalah dengan menggunakan obat

antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen 400 mg, 3x sehari . pada

keadaan sangat nyeri (terutama bila terdapat osteoporosis ), kalsitonin 50-

100 IU dapat diberikan subkutan pada malam hari . golongan narkotik

hendaknya di hindarkan karena dapat menyebabkan delirium.

Selain itu,perlu diingat kemungkinan terjadinya komplikasi

pascaoperasi seperti infeksi,tromboemboli, derilium, infeksi saluran kemih

dan retensio urin,ulkus dekubitus akibat tirah baring lama, maupun

malnutrisi.

Aspek penting pada pascaoperasi adalah mobilisasi dini untuk

mencegah komplikasi akibat imobilisasi.pada usia lanjut dengan fraktur

femur proximal,hal ini sangat penting agar dapat hidup tanpa tergantung

pada orang lain dengan target terapi adalah mengembalikan fungsi

berjalan.rehabilitasi harus dimulai satu hari setelah operasi dengan

mobilisasi bertahap dari tempat tidur ke kursi dan selanjutnya berdiri dan

berjalan.pada hari pertama dapat dimulai dengan latihan kekuatan

isometric dan latihan mobilisasi.pada hari keempat latihan berdiri dan

latihan berjalan dengan pegangan.(IPD JILID I EDISI V HAL 821-824)

c. Pencegahan

Jatuh bukan merupakan konsekuensi dari lanjutnya usia, oleh karena itu dapat

di lakukan pencegahan. Berdasrkan guideline dari American Geriatric

Society, British Geriatric dan American Academy of Orthopedic Surgeon

Panel on Fall Prevention merekomendasikan bahwa pasien lanju usia harus

dilakukan skrening jatuh stiap tahun dengan evaluasi yang mendalam pada

individu yang pernah mengalami kejadian jatuh baik sekali atau berulang.

Pada pasien lansia yang jatuh berulang dilakukan asesmen tentang obat-

41

Page 42: geriatri

obatan yang digunakan, fungsi penglihatan, pemeriksaan gaya berjalan dan

keseimbangan, fungsi ekstremitas bawah,fungsi neurologi dan kardiovaskuler.

Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena

bila sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap

memberatkan.

Ada 3usaha pokok untuk pencegahan ini, antara lain :

1. Identifikasi factor risiko

Lebih dari sepertiga orang usia 65 tahun atau lebih tua jatuh setiap tahun,

Sekitar 1 dari 10 hasil jatuh terjadi cedera serius, seperti patah tulang

pinggul, patah tulang lainnya, subdural hematoma, cedera serius

lainnyaberupa cedera jaringan lunak, atau kepala injury., jatuh terkait

dengan mobilitas yang terbatas, penurunan kemampuan untuk

melaksanakan kegiatan seperti berpakaian, mandi, belanja, atau rumah

tangga, dan peningkatan risiko penempatan di panti jompo.

Meskipun beberapa jatuh memiliki penyebab tunggal, hasil dari interaksi

antara mayoritas jangka panjang atau jangka pendek faktor predisposisi

dan faktor pencetus jangka pendek seseorang terhadap lingkungan .1-5

Setiap kondisi berikut telah terbukti meningkatkan berikutnya risiko jatuh

dalam dua atau lebih studi observasionaldiantaranya arthritis, gejala

depresi, orthostasis, penurunan kognisi, visi, keseimbangan, gaya berjalan,

atau kekuatan otot, dan penggunaan empat atau lebih resep obat. Selain

itu, risiko jatuh secara konsisten meningkat sebagai jumlah faktor-faktor

risiko diantaranya risiko jatuh meningkat dalam kelompok orang tua yang

hidup di masyarakat, misalnya, dari 8 persen di antara mereka yang tidak

memiliki faktor risiko menjadi 78 persen di antara mereka dengan empat

atau lebih beresiko.Meskipun ada hubungan yang jelas antara jatuh dan

penggunaan jumlah yang lebih tinggi dari obat, Sampai saat ini, serotonin-

reuptake inhibitor, antidepresan trisiklik, agen neuroleptik,

42

Page 43: geriatri

benzodiazapines, antikonvulsan, diuretics dan kelas IA obat

antiarrhythmic telah terbuktii memiliki pengaruh yang kuat dengan

peningkatan risiko jatuh. (the new England journal of medicine , preventing

falls in elderly persons Mary E. Tinetti, M.D.N Engl J Med 2003; 348:42-

49January 2, 2003).

2. Penilaian pola berjalan secara klinis

A. Penilaian pola berjalan secara klinis

Salah satu bentuk aplikasi fungsional dari gerak tubuh adalah pola jalan.

Keseimbangan, kekuatan, dan fleksibilitas diperlukan untuk

mempertahankan postur yang baik. Ketiga elemen itu merupakan dasar

untuk mewujudkan pola jalan yang baik pada setiap inividu. Pola jalan

yang normal dibagi 2 fase, yaitu :

Fase pijakan

1. Fase pijakan(stance phase)

2. Fase dimana kaki tidak bias menyentuh pijakan (swing phase)

B. Penilaian keseimbangan

Pemeriksaan keseimbangan seharusnya dilakukan saat berdiri secara

statis dan dinamik, termasuk pemeriksaan kemampuan untuk bertahan

terhadap ancaman baik internal dan eksternal. Pemeriksaan statis

termasuk lebar cara berdiri sendiri dan cara berdiri sempit dengan

kedua kaki yang nyaman tanpa dukungan ekstremitas atas, diikuti oleh

untuk penderita dengan mata tertutup untuk menghilangkan pengaruh

visual saat berdiri dengan kaki menyempit (Tes Romberg)

membutuhkan informasi somatosensorik dan vestibular, sehingga

43

Page 44: geriatri

meningkatnya goyangan menandakan adanya masalah sensori perifer

dan vestibuler. Bagi lansia yang dapat melakukan Tes Romberg

dengan baik, tes statis yang lebih sulit seperti semitandem, tendem dan

satu kaki yang terangkat dapat dilakukan tes tersebut dapat dilihat

pada appendik C.

3. Mengatur / mengatasi factor situasional

Factor situasional yang bersifat serangan akut / eksaserbasi akut

penyakit yang diderita lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin

kesehatan secara periodic. Factor situasional bahaya lingkungan dapat

dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan. Faktor

situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan

kondisi kesehatan penderita. Bila lansia sehat dan tidak ada batasan

aktifutas fisik, maka di anjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik

yang melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.

(geriatric : 181-185)

Perbaikan status gii juga di butuhkan untuk menghindari terjadi

malnutrisi pada geriatric yang akan memperberat keadaannya karena Penuaan

dikaitkan dengan penurunan sejumlah fungsi fisiologis yang dapat

mempengaruhi status gizi, termasuk pengurangan massa tubuh tanpa lemak

dan penurunan resultan tingkat metabolisme basal, penurunan sekresi gastric

juice dalam pencernaan dan perubahan dalam rongga mulut, defisit fungsi

sensorik, perubahan dalam cairan dan regulasi elektrolit dan penyakit kronis. 44

Page 45: geriatri

Obat, rawat inap dan determinan sosial lainnya dapat juga berkontribusi

terhadap kekurangan gizi. Status gizi orang tua merupakan faktor penentu

penting dari kualitas hidup, morbiditas dan mortalitas. (international journal

Why are elderly individuals at risk of nutritional deficiency? Sonya

Brownie PhD(Cand) Article first published online: 9 MAR 2006)

BAB III

KESIMPULAN

Gangguan keseimbangan,jatuh dan fraktur merupakan masalah besar bagi usia

lanjut, terdapat berbagai factor yang menjadi factor risiko dan penyebab

instabilitas dan jatuh tersebut memerlukan pengkajian secara menyeluruh

untuk mencegah jatuh dan fraktur maupan fraktur berulang.bila telah terjadi

fraktur ,diperlukan tatalaksana secara holistic dna interdisiplin. (IPD JILID 1

EDISI V HAL 824)

45

Page 46: geriatri

DAFTAR PUSTAKA

Suyono,slamet. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi IV. Dalam : Waspadji S,Lesmana L, Alwi I,editors. Jakarta: FK UI;2006

Utama,Hendra.Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI:ilmu kesehatan usia lanjut.jakarta:FKUI:2009.

Gray,houn h. dkk.lecture notes kardiologi edisi IV.jakatra:erlangga: 2009.Syarif,amin. Dkk.Farmakologi dan terapi edisi V, jakarta FKUI:2011Kowalak,Jennifer p.buku ajar patofisiologijakarta:EGC:2011.

(international journal Why are elderly individuals at risk of nutritional deficiency?

Sonya Brownie PhD(Cand) Article first published online: 9 MAR 2006)

(the new England journal of medicine , preventing falls in elderly persons Mary E.

Tinetti, M.D.N Engl J Med 2003; 348:42-49January 2, 2003).

(Geriatrics and gerontology Diabetes mellitus and geriatric syndromes Atsushi Araki,

Hideki Ito 23 JAN 2009)

(The American Journal of Geriatric Pharmacotherapy Volume 10, Issue 6, December

2012, Pages 331–342 Adverse Effects of Analgesics Commonly Used by Older

Adults With Osteoarthritis: Focus on Non-Opioid and Opioid Analgesics)

(kedokteran fisik dan rehabilitasi-Pencegahan Jatuh Pada Lansia Ditulis oleh Dr.

Retno Setianing, SpKFR Jumat, 17 Desember 2010 )

46