BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangGeomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang bentuk permukaan bumi dan perubahan yang terjadi pada bumi
itu sendiri. Dimana geomorfologi merupakan salah satu cabang ilmu
geografi yang mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi
pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam
sampai satuan terkecil sebagai bentuk lahan. Bentuk lahan terdiri
dari sistem pegunungan, perbukitan, vulkanik, karst, alluvial,
dataran sampai marine yang terbentuk oleh pengaruh batuan
penyusunnya yang ada dibawah lapisan permukaan bumi.Proses
geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun
kimiawi yang dialami permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu
benda-benda alam yang kita kenal dengan nama geomorphic agent,
berupa air dan angin. Keduanya merupakan penyebab yang dibantu
dengan adanya gaya berat dan keseluruhannya bekerja sama dalam
melakukan perubahan terhadap permukaan muka bumi. Bentukan lahan
dalam proses geomorfologi adalah melalui proses struktural, proses
vulkanis, proses fluvial, proses marine, proses solusional, proses
eoline, proses denudesion, proses glasial, proses organis, dan
proses protogenik.Pembentukan wilayah-wilayah di Indonesia ini
tidak lepas dari proses geomorfologi, banyak diantara daerah-daerah
di Indonesia yang memiliki bentukan khas hasil proses geomorfologi.
Diantara banyak wilayah Indonesia tersebut, akan dibahas proses
geomorfologi yang terjadi dalam pembentukkan wilayah Jawa Tengah.
Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di tengah Pulau Jawa yang
memiliki bentukan dan struktur geomorfologi terunik salah satu
diantaranya adalah terdapat beberapa gunung berapi akhibat dari
proses vulkanisme.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Bentuk lahan asal proses geomorfologiBentuk lahan asal
proses geomorfologi merupakan bentukan lahan yang terjadi akibat
dari proses-proses geomorfologi. Bentuklahan asal proses
geomorfologi dibagi menjadi 10 proses, yakni sebagai berikut :1.
Bentuk lahan asal proses strukuralDisebabkan oleh adanya tenaga
endogen, akibat tekanan tersebut timbullah lipatan dan atau patahan
pada kerak bumi. Lipatan terjadi apabila tenaga endogen tersebut
tidak melebihi daya tanah material terhadap adanya tekanan
sedangkan patahan terjadi apabila tenaga endogen tersebut melebihi
besarnya daya tahan material tersebut.
2. Bentuk lahan asal proses vulkanisProses masuknya magma ke
permukaan bumi, semua fenomena yang berkaitan dengan proses
pergerakkan magma dari dalam bumi yang menghasilkan bentukan yang
senderung positif. Gerakan magma ini dari pusat bumi naik mendesak
kerak bagian atas, membentuk igir baik yang terjadi di daratan
maupun di lautan. Karakteristiknya dicerminkan dari pola kontur dan
pola aliran yang umumnya, berpola aliran radial sentrifugal (
menyebar dengan inti pusat ).
3. Bentuk lahan asal proses marrineDihasilkan oleh aktivitas
laut yaitu karena adanya gelombang dan arus laut. Akibat keberadaan
gelombang dan arus akan menghasilkan bentukan asal marin baik
bentuka erosional maupun deposisional.
4. Bentuk lahan asal proses fluvialSemua bentuk lahan yang
terjadi akibat adanya proses aliran baik yang terkonsentrasi yang
berupa aliran atau yang tidak konsentrasi berupa limpasan
permukaan. Akibat adanya aliran air tersebut maka akan terjadi
mekanisme proses erosi, transportasi, dan sedimentasi.
5. Bentuk lahan asal proses solusionalTerbentuk akibat proses
pelarutan batuan yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat
tertentu. Tidak semua batuan karbonat terbentuk tofografi kars.
Faktor lain adalah terletak pada daerah tropis basaj dengan
topografi tinggi, dan vegetasi penutup cukup rapat.
6. Bentuk lahan asal proses eolin.Dihasilkan oleh angin yang
merupakan salah satu agen yang menyebabkan erosi setelah air,
gelombang, dan es. Bentukan ini umumnya berkembang di daerah
beriklim kering, angin hanya mengangkut material yang ringan dengan
besar butiran paling kecil, sehingga bentuk lahan asal eolin ini
tersusun atas materi lepas-lepas dengan tekstur halus.
7. Bentuk lahan asal proses denudesion.Mengakibakan terjadinya
pengikisan permukaan bumi sehingga akan terjadi bentukan yang lebih
rendah dan proses tersebut akan terhenti apabila permukaan bumi
telah menapai level dasar yang sama dengan permukaan disekitarnya.
Proses ni sangat terkait pada proses pelapukan, ersoi, dan gerak
masa batuan. Betukan yang hasilkan berupa pegunungan denudasional
terkikis, perbukitan terisolasi, peneplain, lereng koluvial,
kerucut koluvial, dan lahan kritis.
8. Bentuk lahan asal proses glasialDihasilkan akibat adanya
proses yang berasal dari aktivitas es, bentukan yang dihasilkan
dapat berupa igir terkikis dan morain (sedimentasi es ). Bentukan
ini berkembang pada daerah-daerah dengan suhu yang rendah, seperti
wilayah puncak Jaya, Papua.
9. Bentuk lahan asal proses organisAkibat proses aktivitas
mahkluk hidup maupun jasad-jasad renik lainnya. Bentukan ini
terjadi di dalam linkungan laut oleh aktivitas organisme endapan
batu gemping cangkang dengan struktur tegar yang tahan terhadap
pengaruh gelombang laut pada eksosistem bahari.
10. Bentuk lahan asal proses antopogenikAntropogenik merupakan
proses atau akibat yang berkaitan dengan dengan aktivitas manusia.
Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat disebut sebagai bentuk
lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Aktivitas tersebut
dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk
membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan yang telah ada
maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah
merubah bentuk lahan yang telah ada. Bentuk lahan antropogenik
dapat dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah ada.
2.2 Jawa TengahProvinsi Jawa Tengah secara geografis terletak
antara 5o40 dan 8o30 Lintang Selatan dan antara 108o30 dan 111o30
Bujur Timur. Batas wilayah provinsi ini adalah sebelah Utara
berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Selatan dengan Samudera Hindia
dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebelah Barat dengan
Provinsi Jawa Barat dan sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi
Jawa Timur.
2.3 Geomorfologi Jawa TengahPada geomorfologi wilayah Jawa
Tengah terdapat banyak pembagian zona-zona wilayah dengan proses
pembentukan setiap zona berbeda proses geomorfologinya, diantaranya
adalah sebegai berikut :
1. Bentang Lahan Zona Selatan Jawa Tengah Proses yang terjadi
pada zona Jawa Tengah bagian selatan adalah patahan dan
pengangkatan yang menghasilkan bentuklahan struktural patahan dan
juga bentuklahan karst. Bentuklahan patahan dapat dilihat di
perbukitan Baturagung, sedangkan bentuklahan karst dapat dilihat di
kompleks Gunung Sewu, Gunungkidul. Berdasarkan genesisnya, zona
selatan Jawa tengah dibagi menjadi tiga ekosistem bentang lahan
asal proses yang diamati, meliputi struktural, solusional, dan
antropogenik. Batuan di zona Jawa Tengah bagian Selatan terdiri
dari batugamping dengan batuan volkanis sebagai alasnya. Sifat
volkan tersebut berasal dari gunungapi yang berumur 65 juta s.d.
1,8 juta tahun lalu atau berumur tersier (Delinom, 2008 dalam
National Geographic Indonesia, 2009) yang berada di dasar laut.a.
Bentang lahan solusional dimiliki oleh kompleks Gunung sewu yang
merupakan bentuklahan karst. Fenomena ini diamati di titik Karst
Bedoyo, daerah Semanu & Ponjong, Gunungkidul. Bentuklahan asal
proses solusional merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang
terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut,
seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut,
doline, uvala, polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh
bentuklahan ini (Verstappen, 1983).b. Bentang lahan struktural
patahan terlihat di perbukitan Baturagung yang diamati di titik
jalan Prambanan-Piyungan. Bentuklahan struktural adalah semua
bentuklahan yang disebabkan oleh adanya tenaga endogen yaitu tenaga
yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan adanya tekanan pada
lempeng/kerak bumi. Akibat adanya tekanan pada kerak bumi tersebut
akan menimbulkan adanya lipatan atau patahan. Patahan terjadi
apabila tenaga endogen tersebut melebihi besarnya daya tahan
material tersebut. (Tim Pengajar Geomorfologi). Basin Wonosari juga
merupakan bagian dari zona selatan Jawa Tengah. Bentulahan ini
merupakan dataran cekung diantara atau dikelilingi dua perbukitan.
Yaitu perbukitan Baturagung (struktural) di sebelah utara dan
perbukitan Gunungsewu (karst) di sebelah selatan. Proses
pembentukan basin diawali oleh adanya pengangkatan di zona selatan
Jawa (Gunungsewu). Demikian juga terjadi pengangkatan di sebelah
utara basin ini (perbukitan Baturagung). Alhasil daerah ini seloah
olah berupa cekungan seperti piring yang dikelilingi perbukitan.c.
Bentang lahan antropogenik dapat dilihat di Waduk Gajah Mungkur
Wonogiri. Mengapa antropogenik? Karena waduk ini hasil dari buatan
manusia, bukan merupakan bentukan alami alam. Bentuklahan asal
antropogenik merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang
terjadi akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, dan pelabuhan,
merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan hasil proses
antropogenik (Verstappen, 1983).
Antropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan
dengan aktivitas manusia. Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat
disebut sebagai bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia.
Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan
direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan
yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak
sengaja telah merubah bentuk lahan yang telah ada. Bentuk lahan
antropogenik dapat dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah
ada.
2. Bentanglahan Transisi Zona Selatan dan Tengah Jawa Tengah
Zona transisi selatan dan tengah Jawa Tengah ditandai dengan adanya
intrusi diorit. Intrusi diorit ini merupakan hasil proses
struktural dan vulkanis. Lokasi pengamatan berada di Gunung Tenong.
Pada zona peralihan ini, karakteristik yang ada merupakan campuran
dari dua bentuklahan tersebut, sehingga banyak dijumpai sebaran
batu volkanis dan rombakannya. Perubahan morfologi yang kontras
dari perbukitan curam dan dataran alluvial di bawahnya juga menjadi
bukti bahwa di daerah ini dulunya juga merupakan daerah patahan.
Intrusi dangkal Gunung Tenong terjadi saat tekanan di dalam magma
yang membenuk lava mancur semakin lemah, maka magma akan mengalir
ke luar membentuk aliran lava. Magma yang kental pada saat keluar
ke permukaan hanya terakumulasi hingga membentuk kubah lava,
artinya magma tidak membentuk aliran lava (Sutikno, 2001). Gunung
Tenong merupakan bentangalam yang terbentuk dari proses tipikal
dari dua zona. Singkapan batuan dengan kenampakkan berupa bukit
kerucut terisolir ini bertekstur porfiritik terdiri atas fenokris
berukuran kasar hingga sedang dan mengandung kuarsa (Sukaman,
2005). Bukit ini terbentuk dari bahan volkanik berumur Miosen
bawah. Batuan penyusunnya tuff masam atau acid tuff yang
mengkristal dengan ukuran besar. Kristal tersebut menunjukkan
pengendapan dalam keadaan panas. Tuff ini mengandung calcium
carbonate sekunder (Tim Fakultas Geografi UGM, 1996).
3. Bentanglahan Zona Tengah Jawa Tengah Zona tengah Jawa bagian
tengah didominasi oleh bentang lahan vulkanis. Seperti di Jawa
Timur zona ini ditempati oleh depresi yang diisi oleh endapan
vulkanik muda. Sifat geologisnya hanya dapat dilihat dari Jawa
Tengah dan Jawa Barat. Gerakan orogenesa miosen tengah dan miosen
muda sangat kuat (terkuat) di zona ini dan sering menyebabkan
lipatan menjungkir atau membentuk struktur yang menjorok. Proses
vulkanik yang mendominasi dapat dibuktikan dengan adanya jajaran
gunung api yang memanjang di seluruh pulau Jawa bagian tengah,
antar lain Gunung Merapi, Merbabu, Slamet, Dieng, Sindoro, Sumbing,
dan masih banyak lagi.Yang termasuk ke dalam bentang lahan Zona
tengah Jawa Tengah adalah bentang lahan asal proses vulkanis,
fluvial, dan juga antropogenik.a. Bentang lahan vulkanis yang
diamati dimiliki oleh Gunung Ungaran, Rawa Pening, dan aliran lahar
di Sungai Putih Bentang lahan vulkanik merupakan kelompok besar
satuan bentuklahan yangterjadi akibat aktivitas gunung api. Contoh
bentuklahan ini antara lain: kerucut gunungapi, madan lava, kawah,
dan kaldera (Verstappen, 1983). Vulkanisme adalah semua fenomena
yang berkaitan dengan proses gerakan magma dari dalam bumi menuju
ke permukaan bumi yang menghasilkan bentukan vulkanik. Proses
vulkanisme tersebut dipengaruhi oleh keberadaan magma di dalam bumi
yang bersifat dinamis, terus bergerak selama bumi masih berputar.
Gerakan magma ini dari pusat bumi naik mendesak kerak bagian atas,
membentuk igir baik yang terjadi di daratan maupun di lautan.
Apabila proses terjadi di tengah laut maka akan membentuk igir
tengah laut yang membentuk beberapa jalur gunung api di dasar laut
seperti pada beberapa jalur gunung api di permukaan bumi (Tim
Pengajar geomorfologi).b. Bentang lahan fluvial berada di Lembah
Bengawan Solo, dan juga Lembah Sungai Progo.
Lembah Bengawan Solo PurbaBentuklahan asal fluvial, merupakan
kelompok besar satuanbentuklahan yang terjadi akibat aktivitas
sungai. Dataran banjir, rawabelakang, teras sungai, dan tanggul
alam merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini (Verstappen,
1983). Menurut tim dosen pengajar Geomorfologi UGM, bentuklahan
asal proses fluvial adalah semua bentuklahan yang terjadi akibat
adanya proses aliran air baik yang terkonsentrasi yang berupa
aliran sungai maupun yang tidak terkonsentrasi yang berupa limpasan
permukaan. Akibat adanya aliran air tersebut maka akan terjadi
mekanisme proses erosi, transportasi, dan sedimentasi.c. Ada juga,
bentang lahan antropogenik di zona tengah, yaitu kawasan Industri
Ungaran. Daerah ini sekarang sudah berkembang sebagai kawasan
industri yang berada di kaki Gunung Ungaran. Ketersediaan air tanah
yang berlimpah sangat mendukung perkembangan wilayah ini. Selain
itu, kawasan industri Ungaran juga bebas dari ancaman banjir rob,
yang sering terjadi di kawasan industri Semarang.
4. Bentanglahan Transisi Zona Tengah dan Utara Jawa Tengah Zona
transisi tengah dan utara Jawa Tengah dicirikan oleh proses
diapirisme. Proses diapirisme ialah proses lipatan dari dalam bumi
yang local dan permukaannya bersifat plastis yang diakibatkan oleh
tekanan topografi dari derah sekitranya. Menurut Lapan proses
diapirisme adalah proses menerobosnya materi dari bagian kerak
sebuah planet ke permukaannya, biasanya ini menghasilkan gejala
gunung lumpur (mud volcano). Seperti itu jugalah yang terjadi di
kubah sangiran. Sangiran terletak di utara Gunung Lawu dan di
sebelah selatan Perbukitan Kendeng dan Rembang. Gunung lawu yang
besar dan mempunyai masa yang besar memberikan tekanan yang kuat ke
utara. Sedangkan pernbukitan Kendeng dan Rembang juga melakukan
tekanan ke selatan. Dengan keadaan seperti itu, kedua tekanan
tersebut bertemu pada satu titik dan melakukan dorongan ke atas.
Tetapi karena material atasnya berupa tanah lempung, maka dorongan
dari bawah tersebut hanya membentuk cembungan atau dome. Sehingga,
saat ini banyak ditemui dome dome hasil proses tersebut di utara
gunung Lawu, salah satunya Kubah sangiran ini. Kubah Sangiran
tersusun atas beberapa formasi batuan, yaitu formasi kalibeng,
formasi pucangan, formasi kabuh, formasi Notopuro, dan yang paling
atas adalah Teras Solo.
5. Bentang Lahan Zona Utara Jawa Tengah Zona utara Jawa Tengah
didominasi oleh proses struktural lipatan. Terdiri dari rangkaian
gunung lipatan berupa bukit-bukit rendah atau pegunungan dan
diselingi oleh beberapa gunung-gunung api. Dan ini biasanya
berbatasan dengan dataran aluvial. Lipatan yang lebih tua terjadi
sejak dari periode miosen atas. Lipatan ini nampak lebih jelas dari
zona tengah tetapi juga dapat dilihat di zona utara dari Jawa
tengah. Di lain tempat pengendapan bahkan mungkin berlangsung
selama periode miosen tengah. Di sebelah utara igir Pegunungan
Kendeng di Jawa Timur, terdapat jalur yang tidak mempunyai lanjutan
di Jawa Tengah dan di Jawa Barat tetapi bagian ini memanjang ke
timur ke Madura. Bagian yang terdapat di bagian sebelah utara igir
Pegunungan Kendeng ini disebut Perbukitan Rembang. Di daerah ini
lapisan neogen jauh lebih tipis daripada di Pegunungan Kendeng dan
terdiri sebagian dari batuan kapur. Zona ini terletak di sebelah
utara dari poros geosinklinal neogen, membentuk daerah peralihan
antara masa dataran yang sekarang ditempati oleh Laut Jawa yang
terjadi pada zaman miosen dengan poros Pegunungan Kendeng itu
sendiri. Beberapa pengendapan berjalan terus selama periode atau
bagian dari era pleistosen, selama mana gerakan lipatan sedikit
mengakhiri pengendapan. Bentang lahan yang mendominasi di zona ini
adalah bentang lahan asal proses struktural lipatan, proses marine,
dan juga proses antropogenik.a. Bentang lahan asal proses
struktural lipatan dapat dilihat di perbukitan antiklinal Gundih,
di Lembah Jono yang mempuyai air tanah asin, dan juga di beldug
Kuwu dengan fenomena semburan lumpurnya. Bentuklahan asal proses
struktural, merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang
terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan,
pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah, merupakan contoh-contoh
untuk bentuklahan asal struktural. (Verstappen, 1983). Bentuklahan
struktural adalah semua bentuklahan yang disebabkan oleh adanya
tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang
menyebabkan adanya tekanan pada lempeng/kerak bumi. Akibat adanya
tekanan pada kerak bumi tersebut akan menimbulkan adanya lipatan
atau patahan. Lipatan terjadi apabila tenaga endogen tersebut tidak
melebihi daya tahan material terhadap adanya tekanan (Tim Pengajar
Geomorfologi). Namun, bentukan di lembah Jono dan Bledug Kuwu masih
dipengaruhi oleh proses diapirisme.
Jika di Gundih merupakan bentukan antiklinal, maka Lembah Jono
dan Bledug Kuwu merupakan bentukan sinklinal, sehingga biasa
disebut Sinklinorium Randublatun.b. Bentang lahan asal proses
marine dapat dilihat di Paleogeomorfologi selat Demak dan juga
Banjir Kanal Timur, Semarang. Bentuklahan asal proses marine
merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat
proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut.
Contoh satuan bentuklahan ini adalah: gisik pantai (beach), bura
(spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Karena
kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali
terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial
dan proses marine. Kombinasi ini disebut proses fluvio-marine.
Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses fluvio
marine ini antara lain delta dan estuary (Verstappen, 1983).
Bentuklahan asal proses marin adalah semua bentuklahan yang
dihasilkan oleh aktivitas laut yaitu oleh adanya gelombang dan arus
laut. Bentukan bisa berupa bentukan erosional maupun deposisional.
Bentukan erosional terjadi apabila aktivitas gelombang atau arus
tersebut mampu mengikis dan mengangkut material tersebut dan jika
terendapkan akan membentuk bentukan depoposional (Tim Pengajar
Geomorfologi).c. Bentang lahan asal proses antropogenik dimiliki
oleh pantai Marina. Pantai ini walaupun merupakan bentukan alam,
namun sebagian besar prosesnya adalah rekayasa manusia. Pantai ini
disebut sebagai pantai antropogenik karena pembuatan pantai ini
tidak alami, yaitu dengan cara reklamasi atau penimbunan rawa.
Proses reklamasi ini sangat mengganggu arus laut. Akibatnya erosi
laut atau abrasi juga terjadi semakin intensif karena tanah yang
menjorok ke laut tak terlindungi dari deburan ombak. Namun peranan
dan fungsi reklamasi sebetulnya sangat banyak. Diantaranya, tanah
hasil pengurukan dapat difungsikan sebagai kawasan perumahan maupun
industri. Selain itu reklamasi di sebelah Barat pantai Marina
menyebabkan arus yang sampai di bibir pantai tidak terlalu besar,
air terlihat lebih tenang.
2.4 Fisiografi Regional Jawa Tengah
Van Bemmelen, 1949. Fisiografi regional Jawa TengahMenurut Van
Bemmelen (1949), berdasarkan sifat fisiografinya, secara garis
besar daerah Jawa Tengah dibagi menjadi enam bagian, yaitu :1.
Endapan Vulkanik Kuarter,Jawa Tengah dan DIY terdiri atas Gunung
Slamet, Gunung Sumbing, Gunung Sundoro, Gunung Merapi, Gunung
Telomoyo, Gunung Merbabu, Gunung Ungaran, dan Gunung Muria2.
Dataran Aluvium Jawa Utara,Pada dataran aluvial utara, Jawa Tengah
meliputi wilayah dari Cirebon Pekalongan, Kendal Semarang, dan
melebar di sekitar Gunung Muria3. Antiklinorium Bogor, Rangkaian
Pegunungan Serayu Utara serta Kendeng,Jalur ini terbentang dari
Bogor sampai 40 Km di perbatasan Banten sampai sungai Pemali dan
Bumiayu di Jawa Tengah. Bagian baratnya membentang dari arah barat
timur tetapi bagian timurnya arahnya agak barat laut tenggara,
menunjukkan kerangka yang cembung ke arah utara. Bagian timur
ditutupi oleh vulkan-vulkan muda.4. Zona Pusat Depresi Jawa
Tengah,5. Kubah dan Pegunungan Pusat Depresi, Rangkaian Pegunungan
Serayu Selatan,6. Pegunungan Selatan Jawa Barat dan Jawa Timur.
Menurutnya, pegunungan di Jawa Tengah terbentuk oleh 2 puncak
geantiklin yaitu Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu
Selatan. Pegunungan Serayu Utara merupakan garis penghubung antara
Zona Bogor di Jawa Barat dengan Pegunungan Kendeng di Jawa Timur.
Sedangkan Pegunungan Serayu Selatan merupakan elemen yang muncul
dari Zona Depresi Bandung yang membujur secara longitudinal di Jawa
Barat dan terdiri atas bagian barat dan timur, yang keduanya
dipisahkan oleh Lembah Jatilawang yang termasuk kedalam Zona Pusat
Depresi Jawa Tengah dan bagian baratnya merupakan tinggian di dalam
Zona Bandung di Jawa Tengah. Pegunungan ini merupakan antiklin yang
sederhana dan sempit di bagian barat, yaitu di sekitar Ajibarang.
Sedangkan di bagian timur Banyumas berkembang antiklinorium dengan
lebar mencapai 30 kilometer yaitu di sekitar Lok Ulo. Bagian timur
Pegunungan Serayu Selatan ini merupakan struktur dome sedangkan
dekat Jatilawang terdapat suatu antiklin yang terpotong oleh Sungai
Serayu.Antara Pegunungan Serayu Selatan dan Pegunungan Serayu Utara
terdapat Zona Depresi Serayu, atau lebih dikenal dengan sebutan
Zona Depresi Jawa Tengah. Depresi Jawa Tengah ini memanjang dari
Majenang Ajibarang Purwokerto Jatilawang dan Wonosbo. Di antara
Purwokerto dan Banjarnegara, lebar dari zona ini sekitar 15
kilometer, tetapi di sebelah timur Wonosobo semakin meluas dan
secara setempat-setempat ditutupi oleh gunungapi muda, di antaranya
G. Sundoro (3155 m) dan G. Sumbing (3317 m) dan ke arah timur Zona
Depresi Jawa Tengah ini muncul kembali, yaitu di sekitar Datar
Temanggung, Magelang.Sedangkan Pulau Nusakambangan merupakan
kelanjutan Pegunungan Serayu Selatan yang terbentang luas di Jawa
Barat. Pegunungan Karangbolong merupakan bagian dari lajur yang
sama, tetapi terpisah baik dari yang terdapat di Jawa Barat maupun
yang terbentang dari selatan Yogyakarta ke timur.
Gambar 2. Van Bemmelem, 1949. Peta fisiografi Jawa Tengah
Berdasarkan pembagian tersebut, daerah penelitian termasuk ke
dalam Zona Pegunungan Serayu Utara (gambar 2.), dan secara struktur
termasuk ke dalam Besuki Majenang High. Secara regional, Zona
Pegunungan Serayu Utara mempunyai relief yang agak menonjol
membentuk jalur Pegunungan Slamet, dan menuju ke arah selatan
semakin melandai membentuk Cekungan Serayu.