Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 1 Tugas GEOGRAFI BENCANA OLEH SUHARYADI LUMANGINO A 351 07 007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2011
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 1
Tugas
GEOGRAFI BENCANA
OLEH
SUHARYADI LUMANGINO
A 351 07 007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2011
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 2
BENCANA
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007). Bencana
merupakan suatu peristiwa yang tidak terpisahkan dengan sejarah manusia. Kejadian-kejadian
alam yang selalu dilalui dalam peradaban manusia mengajarkan manusia dalam
memanajemen bencana mulai dari pra bencana sampai pasca bencana. Peristiwa ini
dicontohkan misalnya mitigasi kekeringan yang telah berusia lebih dari 4000 tahun yang
sering dilakukan di Mesir, begitu juga respon kemanusiaan dalam krisis emergency pada
pasca peristiwa seperti yang pernah terjadi di Lisbon pada tanggal 1 November 1755 setelah
diterjang tsunami. Dimana terlihat bantuan dari negaranya walau hanya ala kadarnya.
Menurut undang-undang no. 24 tahun 2007, bencana itu dikategorikan menjadi 3 yaitu
bencana alam, bencana non-alam, dan bencana sosial. Bencana alam yaitu Bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor. Bencana non-alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit. Dan bencan sosial merupakan Bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
Bencana biasanya terjadi akibat dari perpaduan antara ancaman/bahaya dengan
kerentanan yang menghasilkan suatu resiko bencana. Resiko bencana ini akan dipicu oleh
faktor luar yang akan mempercepat terjadinya bencana. Skema terjadinya bencana dapat
dilihat pada bagan berikut:
Ancaman
Bahaya
Kerentanan
Risiko
Bencana
Pemicu
BENCANA
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 3
Suatu peristiwa dapat dikatakan bencana apabila pengaruh yang ditimbulkan dari
suatu peristiwa dapat mempengaruhi kehidupan ekosistem di Bumi dan mengakibatkan
kerugian yang dapat dirasakan baik itu kerugian fisik material maupuk kerugian mental yang
terjadi akibat pengaruh peristiwa tersebut.
Besar kecilnya suatu bencan dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari suatu
peristiwa. Seperti pengertian bencana diatas dimana bencana meruakan suatu peristiwa yang
menyebabkan kerugian dari berbagai aspek. Oleh sebab itu untuk mengurangi kerugian yang
ditimbulkan akibat suatu peristiwa haruslah memiliki suatu manajemen bencana yang baik.
Manajemen yang dimaksud merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan pada saat
sebelum sampai setelah suatu peristiwa itu terjadi.
Pempublikasian manajemen bencana untuk mengurangi kerugian dapat merubah
paridigma suatu masyarakat dalam menanggapi suatu peristiwa yang akan atau mungkin
terjadi. Misalnya yang terjadi di Bangladesh dan Vietnam, dimana masyarakat yang tinggal di
DAS Mekong yang semula bermimpi untuk bebas dari banjir namun akhirnya memutuskan
untuk hidup bersama banjir. Komitmen hidup bersama banjir tersebut tentunya tetap dilandasi
oleh semangat bahwa banjir atau ancaman alam lainnya seperti gempa, siklon, dan kekeringan
boleh terjadi tettapi bencana tidak boleh terjadi. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa
peristiwa alamiah tidak mungkin lepas dalam kehidupan manusia namun sebagaimana
dampak dari suatu peristiwa yang terjadi dapatlah dimanajemen sebaik-baiknya sehingga
dampaknya terhadap kehidupan semakin kecil.
Manajemen bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi (UU 24/2007). Manajemen bencana upaya-upaya yang dilakukan manusia dalam
menanggapi suatu bencana yang mungkin terjadi. Dalam hal ini kesiap siagaan dalam suatu
peristiwa yang terjadi sudah benar-benar direncanakan sebaik-baiknya. Manajemen bencana
disuatu daerah dapat direncanakan sebaik-baiknya berdasarkan tingkat bahaya (hazard) serta
kerentanan/ kerawanan (vulnerability) disuatu daerah benar-benar terukur dengan baik.
Namun demikian, kesiap siagaan masyarakat yang ada disuatu lokasi yang memiliki tingkat
bahaya dan kerentanan yang tinggi menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkat bahaya
itu terjadi. Jika kesiap siagaan masyarakat tinggi maka akibat dari bencana itu dapat
diperkecil dengan sebaik-baik suatu rencana yang telah direncanakan jauh-jauh sebelum suatu
peristiwa yang berpotensi bencana itu terjadi. Bahaya (hazard) merupakan suatu kondisi baik
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 4
secara alamiah maupun akibat ulah manusia yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau
kerugian dan kehilangan jiwa manusia. Bahaya (hazard) berpotensi menimbulkan bencana,
tetapi tidak semua bahaya menimbulkan bencana tergantung dari bagaimana manusia dan
menyikapi suatu bahaya tersebut. Sedangkan kerentanan yaitu sekumpulan kondisi atau suatu
akibat keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk
terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. Setiap usaha-usaha yang
dilakukan memiliki hambatan-hambatan yang mungkin akan berpengaruh terhadap usaha
manusia dalam mencegah akibat dari suatu bencana, baik itu hambatan fisik, sosial, ekonomi
dan lingkungan. Hambatan-hambatan inilah yang disebut dengan kerentanan, karena
hambatan ini yang mengakibatkan proses manajemen bencana bisa terhambat sehingga
bencana akan sering terjadi disuatu daerah tersebut.
Dibalik dari kerentanan tersebut, setiap individu memiliki kemampuan untuk berupaya
sebaik-baiknya dalam menanggulangi bahaya bencana tersebut. Kemampuan (capability)
tersebut merupakan kekuatan dan potensi yang dimiliki perorangan, keluarga dan masyarakat
yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siap-siaga, menanggapi dengan cepat,
atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana.
Perpaduan dari bahaya, kerentanan serta kemampuan itu akan menentukan besarnya
resiko suatu bencana didaerah tertentu. Dimana resiko merupakan besarnya kerugian atau
kemungkinan terjadinya korban jiwa, kerusakan dan kerugian ekonomi, yang disebabkan oleh
bahaya tertentu disuatu daerah pada suatu waktu tertentu. Resiko dari suatu bahaya dapat
diukur dari kemungkinan bahaya yang akan terjadi dikalikan besarnya kerentanan bencana
tersebut. Namun besarnya resiko dapat dikurangi oleh bagaimana kemampuan (capability)
masyarakat dalam menanggulangi bahaya.
Bahaya tidak dapat dihindari dari setiap kehidupan manusia. Alam selalu saja
memiliki aktifitas alamiah yang akan mengakibatkan bahaya bagi manusia tersebut. Bukan
hanya aktifitas alamiah yang mengakibatkan bahaya namun kegiatan manusia pun ikut
memicu terjadinya suatu bahaya yang mengancam kehidupan dan penghidupan manusia itu
sendiri. Namun demikian bahaya tidak dapat dihindari namun akibat dari bahaya (bencana)
dapat diminimalisir dengan manajemen yang baik atau disebut manajemen bencana. Seperti
pengertian manajemen bencana serta komponen-komponen dari manajemen bencana tersebut
yang telah dijabarkan diatas, maka dapat dilihat siklus manajemen bencana seperti berikut:
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 5
Siklus Manajemen Bencana
Pencegahandan Mitigasi
KesiapsiagaanTanggap
Darurat
Pemulihan
BENCANA
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 6
Dari siklus dan bagan diatas dapat dilihat bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakuan
dalam manajemen suatu bencana terdiri dari pencegaha (prevention), mitigasi (mitigation),
kesiapan (preparedness), peringatan dini (early warning), tanggap darurat (response), bantuan
darurat (relief), pemulihan (recovery), rehabilitasi (rehabilitation), dan rekonstruksi
(reconstruction). Kegiatan-kegitan tersebut merupakan kegiatan yang harus dilakukan mulai
dari pra sampai pasca suatu bahaya terjadi agar akibat yang ditimbulkan dari bahaya tersebut
dapat diminimalisasi dengan semaksimal mungkin.
Setelah menjabarkan secara singkat bagaimana manajemen dari suatu bencana maka
perlu pula diketahui apa-apa saja bahaya yang dapat menimbulkan bencana yang mungkin
sangat berpotensi khususnya di wilayah Indonesia. Bahaya tersebut dapat dibagi menjadi
beberapa jenis diantaranya yaitu:
a. Geologi, contohnya gempa bumi, gunung api, gerakan tanah, tsunami.
b. Hidro-Meteorologi, contohnya banjir, kekeringan, topan.
c. Biologi, contohnya epidemi, penyakit tanaman, hewan, SARS, Flu Burung, dll.
d. Teknologi, contohnya kecelakaan pesawat, semburan lumpur Sidoarjo, akibat
radiaksi nuklir/ radioaktif.
e. Lingkunga, contohnya kebakaran hutan.
f. Sosial, contohnya terror, konflik.
Jenis-jenis bahaya di atas kiranya semua pernah terjadi di Indonesia. Oleh karena itu
dalam tulisan ini coba diulas salah satu jenis bencana yang pernah terjadi di Indonesia mulai
dari kondisi sebelum bencana terjadi sampai bagaimana kondisi setelah bencana itu terjadi.
Dimana dalam hal ini jenis bencana yang coba diulas adalah bencana geologi yaitu tsunami
yang pernah terjadi di samudera hindia pada 26 Desember 2004 yang pusatnya sangat dekat
dengan Provinsi Naggroe Aceh Darussalam.
Tsunami Aceh 26 Desember 2004
A. Tsunami
Tsunami (bahasa Jepang) yang berarti gelombang pelabuhan dikategorikan sebagai
bencana geologi karena bukan disebabkan oleh cuaca atau arus pasang surut, melainkan
disebabkan oleh bencana yang terjadi dibawah air seperti longsor, gunung berapi, maupun
akibat aktifitas lempeng (gempa).
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 7
1. Longsor (Land Slide)
Land Slide/ tanah longsor dengan volume tanah yang jatuh/ turun cukup besar dan
terjadi di dasar samudera dapat mengakibatkan timbulnya tsunami. Namun tsunami
yang ditimbulkan tidaklah begitu besar.
Gambar Proses Terjadinya Tsunami Akibat Longsoran
2. Gunung Berapi
Ketika gunung berapi aktif yang berada ditengah laut meletus dapat menimbulkan
tsunami. Tsunami yang ditimbulkan akibat gunung berapi bisa kecil namun bisa juga
terjadi stunami yang besar tergantung dari besarnya letusan gunung tersebut. Semakin
besar letusan gunung maka semakin besar pula kemungkinan tsunami yang terjadi. Di
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 8
Indonesia letusan gunung krakatau yang terdapat ditengah laut sekitar selat Sunda pada
tahun 1883 menimbulkan tsunami yang sangat besar dengan melan korban yang cukup
banyak. Dampaknya juga dirasakan dibeberapa negara lainnya. Jika terjadi letusan
gunung api dari dalam laut dapat juga menyebabkan tsunami karena kolom air akan
naik akibat dari letusan vulkanik yang cukup besar lalu membentuk suatu tsunami.
Contoh seperti yang terjadi di Gunung Krakatau. Gelombang terbentuk akibat
perpindahan massa air yang bergerak di bawah pengaruh gravitasi untuk mencapai
keseimbangan dan bergerak di lautan, seperti jika kita menjatuhkan batu di tengah
kolam akan terbentuk gelombang melingkar.
Gambar Proses Terjadinya Tsunami Akibat Gunung Berapi
3. Gempa Bumi
Secara umum gempa bumi yang menimbulkan tsunami adalah gempa bumi
tektonik yang terjadi dilaut dan memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Sumber gempa bumi berada di laut.
b. Kedalaman gempa bumi dangkal yaitu kurang dari 60 km.
c. Kekuatan gempa cukup besar, yakni diatas 6,0 SR.
d. Tipe patahannya turun (normal fault) atau patahan naik (thrush fault).
Tsunami yang ditimbulkan oleh gempa bumi biasanya menimbulkan gelombang
yang cukup besar, tergantung dari kekuatan gempa dan area patahannya. Tsunami
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 9
dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertical dan
memindahkan air yang berada diatasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical
dari kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi didaerah pertemuan lempeng yang disebut
subduksi. Gempa bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk
menghasilkan gelombang tsunami dimana lempeng samudera slip dibawah lempeng
kontinen, proses ini disebut juga subduksi.
Gambar Proses Terjadinya Tsunami Akibat Gempa Bumi
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 10
Dari ketiga contoh bencana dilaut yang dapat menimbulkan tsunami diketahui bahwa
bencana yang terjadi di Aceh sehingga menimbulkan tsunami yaitu bencana yang disebabkan
oleh gempa bumi. Gempa bumi yang terjadi di Aceh (Samudera Hindia) berpusat pada
koordinat 3,928 0
LU dan 95,779 0
BT, kurang lebih 160 km sebelah barat aceh dengan
kedalaman 20 km. gempa ini menciptakan patahan yang panjangnya mencapai 7500 mil
(1500 km) dengan kekuatan gempa 8,9 SR yang dalam laporan-laporan berikutnya
menyebutkan bahwa kekuatan gempa sekitar 9,3 SR (Nigel Cawthorne, 100 Bencana yang
Mengguncang Dunia, 2008).
Kekuatan gempa yang begitu dahsyat serta tsunami yang ditimbulkan memporak-
porandakan negara-negara yang berada disekitar samudera hindia terutama Aceh. Bahkan
dampaknya terasa sampai ke Alaska.
B. Kondisi Aceh Pra Bencana Tsunami 26 Desember 2004
Aceh merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki begitu banyak
kekayaan alam dan kekayaan budaya. Serambi Mekah sebuatan lain dari Aceh menjadi ciri
khas tersendiri bagi daerah tersebut. Aceh yang sejak zaman kerajaan samudera pasai menjadi
jalur perdagangan kerena menghubungkan dua samudera besar sehingga menjadi jalur
perdagangan sutera. Hal ini mengakibatkan keragaman budaya di Aceh yang begitu besar ini
tercermin dari keragaman masakan dan pakaiannya.
Dari segi produksi perkebunan, berdasarkan data BPS 2004 terakhir sebelum tsunami
2004 data kekayaan alam Aceh untuk perkebunan menunjukkan Aceh memiliki fokus pada
tujuh komoditi perkebunan utama. Tujuh komoditi tersebut terdiri dari padi, CPO, karet,
kakao, kopi, kapas dan kacang tanah. Dari tujuh komoditi tersebut, empat diantaranya
merupakan komoditi yang memiliki transaksi perdagangan yang tinggi di Asia, yaitu Karet
dan Kakao dengan pusat perdagangan di Jepang, Tokyo, CPO di Malaysia, serta Kopi.
Kondisi sebelum tsunami, Aceh mampu menghasilkan 5.33 ton TBS/ha CPO, dimana
produktivitas nasional secara keseluruhan untuk tahun yang sama adalah sebesar 16.5 ton
TBS/ha. Ini berarti Aceh menyokong 32% dari keseluruhan produktivitas hasil CPO di
Indonesia.
Daerah yang mendominasi produksi Minyak CPO di Aceh adalah daerah Aceh Utara,
dengan hasil produktivitas tertinggi dalam setahunnya, yaitu mencapai 10.4 ton TBS/ha.
Daerah Aceh Utara merupakan daerah yang memiliki kondisi alam yang paling menyerupai
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 11
Malaysia, yang merupakan negara pusat perdagangan CPO dunia. Komoditi kebutuhan
domestik seperti padi, produktivitas Aceh mencapai 4.2 ton TBS/ha, Sedangkan rata untuk
keseluruhan Indonesia, adalah sebesar 4.6 ton/TBS. Angka ini menunjukkan kondisi Aceh,
sebelum tsunami, Aceh diperkirakan mampu mencapai produktivitas satu negara untuk
memnuhi kebutuhan pangan dalam negeri.
Kekayaan Aceh yang didorong oleh kondisi iklim cuaca yang mendukung untuk
perkebunan dan pertanian. Hal ini ditunjukkan bahwa pada tahun 2005, pertanian Aceh
mampu menyumbangkan 21% dari nilai Produk Domestik Bruto Aceh. Pada tahun 2005.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mencapai
Rp. 34,94 triliun, kekayaan utama Aceh di sektor pertambangan mampu mendominasi sebesar
23.3% dari total PDRB.
Dari kekayaan pertambangan di Aceh didominasi oleh sumber energi alternatif dunia
saat ini. Endapan batubara yang terpusat pada Cekungan Meulaboh di daerah Kabupaten Aceh
Barat. Di daerah melauboh diperkirakan dan dilaporkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
bahwa terdapat 92,220 ha, ini berarti secara total, jumlah pertamabangan batu bara di Aceh
potensial untuk ditelusuri mencapai 146500 ha. Sampai saat ini jumlah potensial cadangan
batu bara Aceh mencapai 500 juta ton. Jika dengan perhitungan rata-rata harga batubara dunia
yang mencapai $100/ton, maka potensial cadangan batubara yang sudah dipastikan mencapai
50 miliar US$ di Aceh. Sedangkan luas cadangan perkiraan di Aceh mencapai 1.7miliar ton
yang masih harus ditelusuri.
Pertambangan umum di Aceh telah dimulai sejak 1900. Daerah operasi minyak dan
gas di bagian utara dan timur meliputi daratan seluas 8.225,19 km² dan dilepas pantai Selat
Malaka 38.122,68 km². 4 Perusahaan asing yang mendapatkan kewenangan kontrak untuk
melakukan eksploitasi pertamabangan di Aceh yaitu Gulf Resources Aceh, Mobil Oil-B,
Mobil Oil-NSO, dan Mobil Oil-Pase. Kondisi ini sangat mempengaruhi harga saham
perusahaan pertambangan Batu Bara di Indonesia, yaitu PT BA dan PT Bumi Resources,
namun PT Bumi memiliki kapasasitas terbesar dengan menghasilkan 50 juta ton, sedangkan
PT BA 10 juta ton. Peningkatan harga batubara di dunia telah mengakibatkan PT BUMI
mencatat kenaikan laba bersih mencapai 2504,93%. Dengan kondisi potensi jumlah cadangan
batubara yang masih besar di Aceh, maka potensi investasi batubara di Aceh masih
menjanjikan.
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 12
Selain itu, perikanan di Aceh juga menjadi penunjang pendapatan daerah setempat.
Sebelum bencana tsunami 26 Desember 2004, perikanan merupakan salah satu pilar ekonomi
lokal di Aceh, menyumbangkan 6,5 persen dari Pendapatan Daerah Bruto (PDB) senilai 1,59
triliun pada tahun 2004 (Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh 2005). Potensi produksi
perikanan tangkap mencapai 120.209 ton/tahun sementara perikanan budidaya mencapai
15.454 ton/tahun pada tahun 2003 (Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh 2004). Produksi
perikanan tersebut merata, baik di Samudera Hindia maupun Selat Malaka.
Industri perikanan menyediakan lebih dari 100.000 lapangan kerja, 87 persen (87.783)
di sub sektor perikanan tangkap dan sisanya (14.461) di sub sektor perikanan budidaya.
Sekitar 53.100 orang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian utama. Namun
demikian, 60 persen adalah nelayan kecil menggunakan perahu berukuran kecil. Dari sekitar
18.800 unit perahu/kapal ikan di Aceh, hanya 7.700 unit yang mampu melaut ke lepas pantai.
Armada perikanan tangkap berskala besar kebanyakan beroperasi di Aceh Utara, Aceh Timur,
Bireuen, Aceh Barat dan Aceh Selatan.
Menurut Nurasa et al. (1993), nelayan Aceh sebagian besar menggunakan alat tangkap
pancing (hook and line). Alat tangkap lain adalah pukat, jaring cincin (purse seine), pukat
darat, jaring insang, jaring payang, jaring dasar, jala dan lain-lain.
Infrastruktur penunjang industri ini meliputi satu pelabuhan perikanan besar di Banda
Aceh, 10 pelabuhan pelelangan ikan (PPI) utama di 7 kabupaten/kota dan sejumlah tempat
pelelangan ikan (TPI) kecil di 18 kabupaten/kota. Selain itu terdapat 36.600 hektar tambak,
sebagian besar tambak semi intensif yang dimiliki petambak bermodal kecil. Tambak-tambak
ini tersebar di Aceh Utara, Pidie, Bireuen dan Aceh Timur.
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Indonesia mengelola sebuah pusat
pendidikan dan latihan (Pusdiklat) budidaya, sebuah pusat penelitian dan pengembangan
(Puslitbang) budidaya, sebuah laboratorium uji mutu perikanan dan sebuah kapal latih. Di tiap
kabupaten/kota, terdapat dinas perikanan dan kelautan. Total aset di sektor perikanan pra-
tsunami mencapai sekitar Rp 1,9 triliun.
Posisi Aceh yang dikelilingi oleh Perairan, menjadikan Aceh merupakan daerah yang
memiliki kemudahan akses terhadap negara perdagangan lainnya seperti Singapurand an
Malaysia. Latarbelakang sejarah Aceh dapat menunjukkan Aceh dapat menjadi pusat
perdagangan internasional, untuk kedua kalinya melanjutkan catatan sejarah Samudera Pasai.
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 13
Aceh memiliki 119 pulau, yang masih potensial untuk dikembangkan, yang ditunjukkan oleh,
jumlah pelabuhan yang aktif dipergunakan hanya terdapat enam pelabuhan untuk transportasi
laut, yaitu Sabang, Meulaboh, Lhokseumawe, Kuala Langsa, dan Malahayati yang sekaligus
sebagai pelabuhan penyeberangan, pelabuhan penyeberangan yang lain adalah Pelabuhan
Balohan.
Namun demikian kekayaan yang melimpah baik kekayaan fisik maupun sosial
budayanya, namun aceh terletak di wilayah yang rentan terhadap bencana. Karena Aceh
terletak di jalur lempeng tektonik dan itu berarti aceh juga dilalui oleh ring of fire (jalur
gunung api). Ini dapat dilihat dari gambar-gambar berikut:
Peta Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi
Sebaran Gunung Api Di Indonesia
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 14
Peta Kerentanan Gerakan Tanah
Peta Tingkat Kerawanan Bencana Tsunami
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 15
Dari gambar-gambar diatas terlihat bahwa Aceh sangat rentan terhadap bencana.
Bencana tsunami pun sangat rentan terjadi di Aceh, dapat dilihat dari gambar peta rawan
bencana tsunami dimana daerah-daerah yang berwarna merah merupakan daerah yang rawan
terhadap bencana.
Walau sudah diketahui begitu potensial daerah aceh terhadap bahaya bencana namun
bagaimanakah mitigasi bencana yang dilakukan di Aceh baik sebelum sampai sesudah suatu
bencana terjadi? Peringatan-peringatan tentang bahaya tsunami memang sudah dilakukan di
Aceh namun pemasangan alat peringatan dini di Samudera Hindia khususnya tidak tersedia
nanti setelah tahun 2004 baru mengalami perbaikan sedangkan di samudera Pasifik sudah
terpasang sejak tahun 1948, itu dikarenakan kurangnya terjadi tsunami di samudera Hindia,
hanya terjadi tujuh kali dalam satu abad (Nigel Cawthorne, 100 Bencana yang Mengguncang
Dunia, 2008). Kesadaran masyarakat terhadap bencana yang kurang pun menjadi pemicu
semakin besarnya dampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut. Terhitung begitu
banyaknya korban jiwa yang terjadi di Aceh. Gambar berikut memperlihatkan bagaimana
kondisi aceh sebelum tsunami 2004 itu terjadi.
C. Kondisi Aceh Saat Bencana Tsunami 26 Desember 2004
Tanggal 26 Desember 2004 menjadi tanggal yang memilukan bagi rakyat Indonesia
terutama Aceh. Pada hari itu gempa berkekuatan 8,9 SR yang disusul oleh gelombang
tsunami memporak-porandakan Aceh yang begitu elok. Ratusan ribu korban jiwa pun menjadi
santapan gelombang tsunami.
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 16
Saat tsunami terjadi kepanikan pun terjadi pada masyarakat Aceh, seakan-akan
tanggap darurat yang tak pernah ada. Akhirnya korban pun berjatuhan begitu banyaknya.
Gambar Korban Jiwa Akibat Tsunami Aceh 2004
Puing-puing bangunan pun berhamburan hancur berantakan. Keganasan tsunami
memang tidak dapat dihindari namun seharusnya korban jiwa akibat tsunami tersebut dapat
diminimalisir. Tetapi kenyataannya begitu banyak korban jiwa yang berjatuhan hingga
mencapai ratusan ribu jiwa.
Gambar Puing-Puing Bangunan yang Hancur Akibat Tsunami Aceh
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 17
Lahan-lahan yang terdapat di Aceh pun ikut hancur, penghasil masyarakat setempat
sebagai komoditi penunjang ekonomi hancur diterpa gelombang tsunami. Padahal Aceh
merupakan daerah dengan komoditi penghasilan perkebunan serta perikanan terbesar di
Indonesia namun dapat dilihat pada gambar berikut betapa lokasi tempat usaha masyarakat
setempat hanjur diterjang gelombang tsunami.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas (2005) memperkirakan 9563
unit perahu hancur atau tenggelam, termasuk 3969 (41,5%) perahu tanpa motor, 2369 (24,8%)
perahu bermotor dan 3225 (33,7%) kapal motor besar (5-50 ton). Selain itu, 38 unit TPI rusak
berat dan 14.523 hektar tambak di 11 kabupaten/kota rusak berat. Diperkirakan total kerugian
langsung akibat bencana tsunami mencapai Rp 944.492,00 (50% dari nilai total aset),
sedangkan total nilai kerugian tak langsung mencapai Rp 3,8 milyar. Sebagian besar kerugian
berasal dari kerusakan tambak.
Kerusakan tambak budidaya tersebar merata. Bahkan di daerah yang tidak terlalu
parah dampak tsunaminya (misalnya di Aceh Selatan), tambak-tambak yang tergenang
tidaklah mudah diperbaiki dan digunakan kembali. Total kerugian mencapai Rp 466 milyar,
sekitar 50 persen dari total kerugian sektor perikanan. Kerugian ekonomi paling besar berasal
dari hilangnya pendapatan dari sektor perikanan (tangkap dan budidaya). Hilangnya sejumlah
besar nelayan, hilang atau rusaknya sarana dan prasarana perikanan termasuk alat tangkap dan
perahu serta kerusakan tambak menjadikan angka kerugian sedemikian besarnya.
Kapal PLTD Apung yang dibawa oleh tsunami sampai ke darat.
Diperkirakan produksi perikanan di Aceh akan anjlok hingga 60 persen. Proses
pemulihan diperkirakan membutuhkan waktu paling sedikit 5 tahun. Di subsektor perikanan
tangkap, bahkan diduga perlu waktu lebih lama (sekitar 10 tahun), karena banyaknya nelayan
yang hilang atau meninggal selain rusaknya sejumlah besar perahu atau alat tangkap.
Berdasarkan asumsi tersebut, total kerugian yang mungkin terjadi hingga sektor ini pulih total
dan kembali ke kondisi pra-tsunami diperkirakan mencapai Rp 3,8 triliun.
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 18
Gambar Kondisi Aceh yang Rusak Akibat Gelombang Tsunami Desember 2004
D. Kondisi Aceh Pasca Bencana Tsunami 26 Desember 2004
Hancur tak harus selamanya hancur, itulah slogan yang seharusnya untuk Aceh.
Memang setelah diterjang bencana gelombang tsunami, bantuan dari berbagai penjuru kian
berdatangan. Pemerintah pun gentar melakukan rekonstruksi pembangunan sampai-sampai
pemerintah membentuk Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi untuk Aceh dan Nias (BRR)
pada tanggal 16 April 2005. Aceh mengalami perkembangan luar biasa dalam rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca tsunami. Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Indonesia, El
Mustafa Benlamlih, mengatakan perkembangan rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca-
tsunami dapat menjadi contoh bagi negara lain. Bangunan-bangunan di Banda Aceh
diperkirakan selesai pada 2012.
Program rekonstruksi pemerintah mendapat acungan jempol bagi PBB dengan tertulis
dalam laporan dari program pembangunan PBB UNDP yang juga menyimpulkan proses
pembangunan kembali di Aceh mengagumkan. Laporan UNDP yang dibuat atas permintaan
pemerintah daerah otonomi Aceh itu menyatakan pemulihan pasca tsunami yang dicapai
kawasan itu "melampaui segala hal yang terbayangkan enam tahun lalu." "Rakyat Aceh
mencapai kemajuan luar biasa dalam pembangunan kembali secara fisik komunitas mereka,
tetapi kemajuan lain pada indikator yang penting bagi pengembangan sumber daya manusia
masih tetap sulit,".
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 19
Proses mitigasi bencana memang haruslah diperhatikan sebaik-baiknya agar dampak
lain yang akan muncul tidak begitu berarti. Kegiatan pembangunan pasca-tsunami Aceh
haruslah menjadi pokok perhatian pemerintah bukan hanya pembangunan fisik, namun
pembangunan mentas sosial masyarakat pun harus menjadi pokok perhatian pemerintah agar
kelancaran pemerintahan dan perekonomian di Aceh kembali stabil seperti sedia kala.
E. Kesimpulan
Bahaya yang menyebabkan bencana memang tidak dapat dihindari karena kapan
datanga suatu bencana tidak dapat diketahui secara pasti. Namun penanggulangan dan mitigsi
bencana sangatlah penting dilakukan agar kerugian yang ditimbulkan baik secara material
maupun korban jiwa bisa diminimalisir seminim mungkin. Bahaya bisa terjadi namun
bencana tidak boleh terjadi haruslah menjadi pandangan bagi setiap orang sehingga perhatian
terhadap bahaya bencana pun dapat menjadi fokus bagi masyarakat.
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 20
Daftar Rujukan
Buku:
Cawthorne, Nigel. 100 Bencana yang Mengguncang Dunia. Karisma Publishing Group.
Tangerang. 2008
Situs Website:
http://setawiriawan.blogspot.com/2007/12/pengertian-bencana-alam.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bencana
http://geodesy.gd.itb.ac.id/?page_id=80
http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Samudra_Hindia_2004
http://earthquake-report.com/2010/12/15/understanding-the-very-dangerous-underwater-
landslide-tsunamis/?lang=id
http://archive.kaskus.us/thread/3868528
http://gurubajank.blogspot.com/2009/06/gempa-tektonik.html
http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=13675.0
http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/tsunami-dan-proses-terjadinya/
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6178740
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=336369587
http://www.vibiznews.com/article/economy/2008/04/07/di-aceh-kekayaan-alam-
berselimutkan-warisan-budaya/10
http://forum.vivanews.com/archive/index.php/t-57059.html
http://www.scribd.com/doc/37946197/RPIJM-Bab-02-Gambaran-Umum-Dan-Kondisi-
Wilayah-Kota-Banda-Aceh-02
Geografi Bencana Suharyadi Lumangino Page 21
http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=155:ekos
istem-lahan-rawa-gambut-pasca-tsunami&catid=1:latest&Itemid=1
http://ummuhani.com/2009/09/catatan-aceh/
http://kaskus-lover.blogspot.com/2010/12/foto-sebelum-dan-sesudah-tsunami-aceh.html
http://adibowo.com/foto-keajaiban-tsunami-aceh-sebelum-dan-sesudah-tsunami/
http://akudansekitar.blogspot.com/2010/12/6-tahun-tsunami-aceh.html
http://regional.kompasiana.com/2010/12/26/mengenang-tsunami-aceh/
http://www.anneahira.com/misteri-tsunami-aceh.htm
http://haluankepri.com/index.php?option=com_content&view=article&id=6847:peringatan-
enam-tahun-tsunami-aceh-&catid=67:andalas&Itemid=82
http://www.facebook.com/topic.php?uid=117717021603505&topic=85&post=397
http://www.google.co.id/imglanding?q=kondisi+aceh+saat+tsunami&hl=id&sa=X&tbs=isch:
1&tbnid=xcjm2NgWEQfrAM:&imgrefurl=http://buraqmanari.wordpress.com/2010/01/24/tsu
nami-lagi/&imgurl=http://buraqmanari.files.wordpress.com/2010/01/yasinaceh-
6.jpg&ei=cKB4Ta2GMImmcL337LwE&zoom=1&w=448&h=298&biw=1280&bih=647