-
1
4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur
G. Egon, NTT
KETERANGAN UMUM
Nama Lain : Namang
Kawah : Kawah di bagian puncaknya, berukuran 525 m x 425 m,
dengan
kedalaman antara 47,5 m - 195 m, tebing yang tinggi terletak
di
bagian utara, sedangkan yang terendah di bagian barat.
Tipe Gunungapi : Tipe A, Strato
Lokasi Geografi : 840" Lintang Selatan dan 12227' Bujur
Timur
Lokasi Administratif : Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa
Tenggara Timur
Ketinggian : 1703 m dpl
Kota Terdekat : Maumere
Pos Pengamatan : Desa Nangatobong, Kec. Waigete, Kab. Sikka
86183
( 08o 36 50,36 LS, 122o 26 30,40 BT, Tinggi 75 m dpl)
PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Dapat dicapai dari Pos Pengamatan G. Egon yang berada di
desa
Nangatobong, Kecamatan Waigete dengan menggunakan kendaraan
bermotor
menuju daerah Andalan di Desa Bridit. Perjalanan dilanjutkan
dengan berjalan kaki
melewati jalan setapak menuju puncak dengan lama perjalanan
lebih kurang 3 jam.
-
2
Peta Lokasi G. Egon
Inventarisasi Sumber Daya Gunungapi
Sumber daya gunungapi nampak pada penyulingan uap panas bumi
secara
tradisional untuk memenuhi kebutuhan air minum yang berlokasi di
Desa Kosokaja,
Rokirole, Nitunglea Kecamatan Palue.
Wisata
G. Egon telah menjadi tujuan wisata Landscape (Eko-Wisata)
yang
ditawarkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Sika selain
Gunungapi
Kimangbuleng.
SEJARAH LETUSAN
Menurut Sapper (1927) antara 1888 1891 dan pada 1892 terlihat
adanya
asap di puncak. Kemudian Newman van Padang (1951), mencatat 2
(dua) kali
peningkatan kegiatan vulkanik yaitu pada tanggal 28 September
1907 terjadi erupsi
di kawah pusat dan pada tahun 1925 terjadi semburan solfatara di
kawah puncak
bagian barat. Setelah 79 tahun tidak pernah menunjukkan
peningkatan kegiatan
vulkaniknya, maka pada awal tahun 2004 Gunungapi Egon kembali
meletus.
Karakter erupsi G. Egon dilihat dari sejarah erupsinya adalah
eksplosif yang
berlangsung lebih dari satu kali dalam satu periode erupsi
dengan material erupsi
berupa abu, lapili, dan bom vulkanik.
G. Egon
-
3
WAKTU KETERANGAN
28 Januari 2004 Kegiatan erupsi diawali oleh erupsi abu terjadi
pada pukul 22:00 WITA. Kolom abu erupsi berwarna hitam mencapai
ketinggian hingga 5000 meter diatas puncak. Abu erupsi jatuh ke
arah selatan dan tenggara G. Egon sejauh 7 km. Ketebalan abu di
puncak mencapai 20-80 cm dan pada radius 7 km dari puncak
ketebalannya kurang dari 1 mm.
29 Januari 2004 Erupsi susulan disertai suara gemuruh
berlangsung sebanyak 2 kali.
31 Januari 2004 Kembali terdengar suara gemuruh pada malam
hari.
03 Juli 2004 Erupsi yang disertai suara gemuruh kuat terjadi
pada pukul 19:30 WITA didahului oleh kemunculan gempa vulkanik pada
bulan Juni 2004 rata-rata 1 kali VA setiap hari. Gempa-gempa ini
direkam oleh siesmograf HOSAKA sistem kabel yang mempunyai
pembesaran sekitar 1000-4000 kali. Seismometer dipasang di Pos PGA
yang berjarak sekitar 7 km dari puncak.
25 Juli 2004 Erupsi bersifat eksplosif terjadi pada pukul pada
pukul 22:00 WITA. Kolom abu erupsi berwarna hitam mencapai
ketinggian hingga 1000-1500 meter diatas puncak. Abu erupsi jatuh
ke arah barat laut dan utara G. Egon sejauh 8 km. Erupsi disertai
suara gemuruh kuat terdengar sampai ke Desa Nangatobong yang
berjarak sekitar 7 km dari puncak. Gempa erupsi yang terekam
mempunyai amplituda maksimum 35 mm, lama gempa sekitar 30
menit.
02 September 2004 Erupsi abu terjadi pada pukul 17:59 WITA.
Kolom abu erupsi mencapai ketinggian hingga 1000 meter diatas
puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah barat dan baratdaya G.
Egon.
04 September 2004 Erupsi abu terjadi pada pukul 12:01 WITA.
Kolom abu erupsi mencapai ketinggian hingga 2500 meter diatas
puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah barat dan baratdaya G.
Egon.
06 September 2004 Erupsi abu terjadi pada pukul 20:59 WITA.
Kolom abu erupsi mencapai ketinggian hingga 1000 meter diatas
puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah barat, selatan, dan
timur G. Egon. Endapan abu erupsi di Pos PGA mencapai ketebalan 0,5
mm
09 September 2004 Erupsi berlangsung dari pukul 18:00-18:30
WITA. Kolom abu erupsi berwarna kelabu sangat tebal
bergumpal-gumpal mencapai ketinggian hingga 5000 meter diatas
puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah utara, barat, baratlaut,
dan selatan G. Egon. Erupsi disertai gemuruh yang menggetarkan kaca
jendela rumah-rumah penduduk yang berada pada radius sekitar 30 km
dari pusat erupsi. Material erupsi berukuran lapili dan bom tampak
jatuh di sekitar puncak yang mengakibatkan kebakaran hutan di
lereng bagian barat. Hujan abu mencapai jarak sekitar 70 km ke arah
barat termasuk Kota Maumere dan sekitarnya.
-
4
10 September 2004 Erupsi terjadi 2 (dua) kali pada pukul 15:54
WITA dan pukul 16:17 WITA. Kolom abu erupsi berwarna putih kelabu
tebal mencapai ketinggian masing-masing hingga sekitar 3000 meter
diatas puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah utara dan
baratdaya G. Egon. Erupsi ini tidak terdengar suara dentuman.
11 September 2004 Erupsi terjadi pada pukul 12:25 WITA. Kolom
abu erupsi berwarna putih kelabu mencapai ketinggian sekitar 2000
meter diatas puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah barat dan
baratlaut G. Egon. Erupsi ini disertai suara gemuruh dan dentuman
yang terdengar hingga jarak 5 km.
12 September 2004 Erupsi terjadi mulai pukul 08:05-08:20 WITA.
Kolom abu erupsi berwarna putih kelabu mencapai ketinggian sekitar
2000 meter diatas puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah barat
dan utara G. Egon. Erupsi ini disertai suara gemuruh dan dentuman
yang terdengar hingga jarak 4 km. Abu erupsi sampai ke Kota
Maumere.
11 September 2004 Erupsi terjadi mulai pukul 12:21-13:05 WITA.
Kolom abu erupsi berwarna putih kelabu mencapai ketinggian sekitar
2500 meter diatas puncak. Kepulan kolom asap condong ke arah barat
dan baratlaut G. Egon. Erupsi ini disertai suara dentuman yang
terdengar hingga ke Pos PGA. Dampak dari erupsi sepanjang bulan
September ini menyebabkan bandar udara Wai Oti, Maumere ditutup
selama 1 minggu, akibat dari landasan bandara tertutup abu yang
tebal.
06 Februari 2005 Erupsi terjadi mulai pukul 01:03:07 WITA. Kolom
abu erupsi berwarna hitam kelabu mencapai ketinggian sekitar 1000
meter diatas puncak. Erupsi ini disertai suara gemuruh yang keras
terdengar di Pos PGA. Material erupsi berupa abu, lapili, dan
bom-bom vulkanik. Abu dan lapili jatuh menyebar di lereng selatan
di Desa Hale dan Desa Hebing. Bom vulkanik terlihat pada malam hari
sebagai lontaran material pijar yang jatuh di sekitar puncak.
Amplitudo gempa erupsi 30 mm dan lama gempa sekitar 945 detik.
07 Februari 2005 Erupsi terjadi mulai pukul 13:20:20 WITA. Kolom
abu erupsi tidak teramati karena tertutup kabut. Erupsi ini
disertai suara gemuruh sedang. Gas belerang tercium sangat tajam di
lereng selatan gunungapi Egon (Desa Hale dan Desa Hebing). Material
erupsi berupa abu jatuh menyebar di lereng selatan. Amplitudo gempa
erupsi 30 mm dan lama gempa sekitar 557 detik.
11 Februari 2005 Erupsi terjadi mulai pukul 22:14:58 WITA. Kolom
abu erupsi hitam tebal mengepul kuat mencapai ketinggian hingga
sekitar 1000 meter. Erupsi ini disertai suara gemuruh agak keras
Material erupsi berupa abu, lapili, dan bom-bom vulkanik. Abu dan
lapili jatuh menyebar di lereng selatan di Desa Hale, Desa Hebing,
dan Desa Natakoli. Bom vulkanik terlihat pada malam hari sebagai
lontaran material pijar yang jatuh di sekitar puncak. Amplitudo
gempa erupsi 31 mm dan lama gempa sekitar 1200 detik.
13 Februari 2005 Erupsi terjadi mulai pukul 07:19:48 WITA. Kolo
abu erupsi putih tebal keabuan mengepul kuat mencapai ketinggian
hingga sekitar 1000 meter. Erupsi ini disertai suara gemuruh agak
keras. Material erupsi berupa abu jatuh menyebar di lereng utara di
Desa Egon dan Desa Nangatobong. Amplitudo gempa erupsi 30 mm dan
lama gempa sekitar 960 detik.
17 Februari 2005 Erupsi terjadi pukul 18:32:50 WITA. Kolom abu
erupsi tidak teramati karena tertutup kabut. Erupsi ini disertai
suara gemuruh sedang. Amplitudo gempa erupsi 30 mm dan lama gempa
sekitar 345 detik.
-
5
15 April 2008 Terjadi erupsi mulai pukul 22:15 WITA. Kolom abu
erupsi putih tebal keabuan mengepul kuat mencapai ketinggian hingga
sekitar 4000 meter. Erupsi ini disertai suara gemuruh agak keras.
Material erupsi berupa abu jatuh menyebar di lereng barat,
baratlaut dan baratdaya di Desa Blidit, Desa Egon, Desa Egon Gahar
dan Desa Nangatobong.
20 April 2008 Terjadi erupsi mulai pukul 07:50 WITA. Kolom abu
erupsi putih tebal keabuan mengepul kuat mencapai ketinggian hingga
sekitar 2000 meter. Erupsi ini disertai suara gemuruh agak keras.
Material erupsi berupa abu jatuh menyebar di lereng timur dan utara
di Desa Blidit, Desa Egon, dan Desa Nangatobong.
24 April 2008 Terjadi erupsi mulai pukul 06:21 WITA. Kolom abu
erupsi putih tebal keabuan mengepul kuat mencapai ketinggian hingga
sekitar 800 meter. Erupsi ini disertai suara gemuruh agak keras.
Material erupsi berupa abu jatuh menyebar di lereng barat di Desa
Blidit.
Erupsi G. Egon 20 April 2008
GEOLOGI
Morfologi
Berdasarkan hasil analisis foto udara maupun peta topografi,
morfologi
daerah penelitian dapat dibagi menjadi beberapa satuan morfologi
yaitu :
1. Satuan morfologi perbukitan hasil gunungapi tua;
2. Satuan morfologi tubuh Gunungapi Egon;
3. Satuan morfologi lereng Gunungapi Egon;
4. Satuan morfologi puncak Gunungapi Egon.
-
6
Morfologi G. Egon (kiri) dan Morfologi Gunungapi Tua (G. Bau dan
G. Meak), (kanan)
G. Egon tumbuh dalam zona graben. Morfologi graben ini nampak
jelas
terlihat dari puncak Egon. Dinding-dinding sesar di bagian barat
dan timur
merupakan batas pemisah antara morfologi tubuh dan lereng G.
Egon dengan
morfologi perbukitan hasil gunungapi tua.
Stratigrafi
Stratigrafi G. Egon dan sekitarnya berdasarkan kontak litologi,
azas
pemotongan batuan dan sumber dari masing-masing produk. Dari tua
ke muda
dapat dipisahkan menjadi tiga kelompok vulkanik utama (lihat
Peta Geologi dalam
kantong) yaitu :
1. Endapan Pra Egon
2. Endapan Gunungapi Egon Tua
3. Endapan Gunungapi Egon Muda
Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang adalah sesar normal yang
berarah
baratlaut-tenggara yag membentuk gawir sesar dan ditandai adanya
mata air panas
di Desa Bridit pada jalur sesar tersebut. Diduga sesar normal
tersebut muncul
sebelum aktifitas vulkanik G. Egon. Dan setelah kemunculan
sesar, produk Egon
Tua maupun Egon Muda mengisi graben yang terbentuk di antara dua
zona sesar
barat dan timur. Diperkirakan sesar-sesar tersebut masih aktif
hingga saat ini. Selain
kelurusan struktur yang berarah baratdaya-timur laut, juga
terdapat kelurusan
struktur yang berarah baratlaut-tenggara.
-
7
Struktur yang berkembang di puncak merupakan struktur lokal
yang
membentuk depresi lokal di sekitar dinding kawah yang
dipengaruhi oleh circular
fracture di dinding kawah utama. Selain struktur kawah yang
dipengaruhi circular
fracture, juga berkembang struktur celah yang berarah
barat-timur, diduga struktur
celah ini dikontrol oleh adanya struktur patahan yang melewati
daerah puncak.
GEOFISIKA
Seismik
Hasil pengamatan seismik G. Egon dalam kurun waktu 2008 sampai
2009
merekam gempa-gempa vulkanik dalam (VA), vulkanik dangkal (VB),
tektonik lokal
(TL) dan tektonik jauh (TJ).
-
8
Geomagnet
Pengukuran geomagnet G. Egon dilakukan pada wilayah
utara-timur-selatan
G. Egon. Base Station Geomagnet Egon di halaman samping Pos
Pengamatan
Gunungapi Egon, pada posisi 1250 26 30 BT dan 80 36 50.4 LS
Delineasi posisi anomali pada daerah survey menunjukkan adanya
kelurusan
anomali magnetik pada arah timurlaut-baratdaya dan arah
baratlaut-tenggara. Pada
Peta Geologi G. Egon (Kusdaryanto, 1996) terdapat struktur utama
yang sangat
jelas indikasinya, yaitu: Sesar Way Gete (hampir berarah
baratlaut-tenggara).
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis menginterpretasikan
bahwa kelurusan
anomali magnetik pada deerah survey merupakan kelurusan struktur
sesar.
Hasil pemodelan serta filter data magnetik residual hasil
reduksi ke equator
menunjukkan bahwa keberadaan sumber didefleksikan oleh adanya
nilai anomali
magnetik rendah yang terletak di baratlaut sekitar Puncak G.
Egon.
MITIGASI BENCANA GEOLOGI
Visual
Pemantauan visual dilakukan setiap hari terhadap kondisi
hembusan asap
kawah dan gejala gunungapi lainnya.
Seismik
Pemantauan kegempaan dilakukan dengan memasang stasiun seismik
yang
terdiri dari seismometer satu komponen vertikal L4-C dan VCO
yang dioperasikan
dengan sistem telemetri gelombang radio serta direkam
menggunakan recorder PS-
2 yang berada di Pos PGA Egon. Seismometer ini berjarak kurang
lebih 4 km dari
kawah pada koordinat 08o 38 44,06 LS, 122o 26 36,00 BT, tinggi
340 m dpl.
Geokimia
Kimia Air
Analisis kimia dilakukan terhadap mata air panas Blidit yang
muncul di
lembah di bagian baratlaut dari tubuh G. Egon, yang termasuk ke
dalam wilayah
Desa Blidit. Mata airpanas ini berada pada posisi geografis
S08o3912,4 dan
E122o2610,6 pada ketinggian 412 m dpL.
-
9
Kimia Gas
Selain pemantauan mata airpanas, juga dilakukan pengukuran fluks
SO2 dari
plume/asap yang keluar dari solfatara. SO2 adalah gas sulfur
utama di dalam asap
gunungapi yang diemisikan pada temperatur tinggi. Dalam
kaitannya dengan tingkat
aktivitas gunungapi, Gas SO2 sangat penting untuk dimonitor
karena merupakan
salah satu unsur volatile di dalam magma, yang mana hampir semua
gunungapi
seringkali dicirikan oleh meningkatnya emisi gas SO2 pada saat
menjelang erupsi.
Untuk mengukur dan menentukan jumlah emisi gas SO2 dilakukan
dengan alat
DOAS.
EDM
Deformasi G. Egon diamati menggunakan metoda EDM (Electronic
Distance
Measurement) Total Station TCR 1203. Alat penembak sinar laser
atau gun
ditempatkan di stasiun POS (Pos PGA Egon di Desa Nangatobong)
pada ketinggian
lk 30 m dpl dan reflektor ditempakan di beberapa stasiun titik
ukur, yaitu di daerah
Blidit Atas EGON1 (E1) pada ketinggian lk. 750 m dpl, di daerah
Andalan EGON1A
(E1A) pada ketinggian lk. 835 m dpl dan EGON4 (E4) pada
ketinggian lk. 370 m dpl
arah selatan dari Pos PGA, membentuk arah radial antara Pos PGA
dengan puncak
G.Egon yang juga dibuat titik ukur (BM PUNCAK), sehingga
masing-masing
membentuk baseline Pos-E1, Pos-E1A, Pos-E4 dan Pos-Puncak.
Pengukuran
secara temporer sudah beberapa kali dilakukan, yaitu pada bulan
April 2004, Juli
2004, Oktober 2004, Februari 2005, Juni 2005 dan April 2008.
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah peta petunjuk
tingkat
kerawanan bencana suatu daerah apabila trjadi erupsi gunungapi.
Peta ini
menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunungapi, daerah
rawan bencana,
arah/jalur penyelamatan diri, lokasi pengungsian dan Pos
Penanggulangan
Bencana. Peta ini disusun berdasarkan morfologi, tofografi,
geologi, sejarah
kegiatan masa lalu, sebaran jenis produk erupsi terdahulu serta
hasil studi lapangan.
Berdasarkan potensi yang mungkin terjadi pada masa yang akan
datang, peta
-
10
kawasan rawan bencana G. Egon dibagi kedalam tiga tingkatan dari
tinggi ke rendah
yaitu Kawasan Rawan Bencana III, II, dan I.
Kawasan Rawan Bencana III (KRB III)
Kawasan Rawan Bencana III, adalah kawasan yang sering terlanda
awan
panas, bahan lontaran/guguran batu pijar, dan kemungkinan aliran
lava. Perluasan
awan panas kemungkinan dapat terjadi apabila erupsi di masa
mendatang lebih
besar dari erupsi di masa silam atau terjadi percampuran magma
(magma mixing)
sehingga terjadi erupsi hebat yang banyak merubah morfologi G.
Egon secara
drastis. Kawasan Rawan Bencana III terdiri atas dua bagian,
yaitu : Kawasan Rawan
Bencana Terhadap Aliran Massa, dan Kawasan Rawan Bencana
Terhadap Bahan
Lontaran Batu (pijar).
Kawasan Rawan Bencana II (KRB II)
Kawasan Rawan Bencana II terdiri atas dua bagian, yaitu yang
berpotensi
terlanda: Aliran massa berupa: awan panas, aliran lava dan
lahar; dan Lontaran
berupa: jatuhan piroklastik lebat dan lontaran batu (pijar).
Kawasan Rawan Bencana I (KRB I)
Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi
terlanda
lahar/banjir. Selama erupsi membesar, kawasan ini berpotensi
tertimpa material
jatuhan berupa abu erupsi dan lontaran batu (pijar). Kawasan ini
dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu: Kawasan rawan bencana terhadap lahar/banjir;
dan Kawasan
rawan bencana terhadap hujan abu tanpa memperhatikan tiupan
angin dan
kemungkinan terkena lontaran batu (pijar) berukuran < 6
cm.
-
11
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Egon
-
12
DAFTAR PUSTAKA
Kusdaryanto, Irawan, W., Kriswati, E., Sumayadi. M., 1996,
Laporan Pemetaan
Geologi G. Egon, Direktorat Vulkanologi.
Kusnadi, I., Kusma dan Muarif, 1995, Laporan Pengamatan dan
Pemasangan
Seismograf G. Egon, Direktorat Vulkanologi.
1996, Laporan Pemetaan Geologi G. Egon, Kab. Sika, Flores, NTT,
Direktorat
Vulkanologi.
Primulyana, S. dkk, 2008, Laporan Pemantauan Gunungapi Egon,
Direktorat
Vulkanologi.
Situs resmi Kab. Sikka
Suparman, Y. dkk, 2008, Laporan Penyelidikan Magnetik G. Egon,
NTT, Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi