GASTROENTERITIS Definisi Gastroenteritis adalah peradangan pada membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan gejala diare berupa frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau dengan atau tanpa darah dan atau lender dalam feses serta dengan atau tanpa muntah. Epidemiologi Tujuh dari sepuluh kematian anak di negara berkembang dapat disebabkan oleh lima penyebab utama, yakni salah satunya adalah gastroenteritis yang masih merupakan salah satu penyebab utama mortalitas anak-anak di negara berkembang. Kejadian gastroenteritis lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan kumuh. Sedangkan di negara maju dengan tingkat pendidikan dan kesehatan tinggi kejadian gastroenteritis jauh lebih rendah. Hal ini erat kaitannya dengan kurangnya pencemaran minum anak dan sebagaian lain oleh faktor pencegahan imunologik dari ASI. Di Negara-negara yang beriklim empat musim, gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri sering terjadi pada musim panas, sedangkan yang disebabkan oleh virus terjadi pada musim dingin. Di Indonesia, gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan puncak kejadian pada pertengahan musim kemarau (Juli – Agustus), sedangkan yang disebabkan oleh bakteri puncaknya pada pertengahan hujan (Januari – Februari).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
GASTROENTERITIS
Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan pada membran mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan gejala diare berupa frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau dengan
atau tanpa darah dan atau lender dalam feses serta dengan atau tanpa muntah.
Epidemiologi
Tujuh dari sepuluh kematian anak di negara berkembang dapat disebabkan oleh lima
penyebab utama, yakni salah satunya adalah gastroenteritis yang masih merupakan salah
satu penyebab utama mortalitas anak-anak di negara berkembang. Kejadian gastroenteritis
lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan kumuh. Sedangkan di negara maju
dengan tingkat pendidikan dan kesehatan tinggi kejadian gastroenteritis jauh lebih rendah.
Hal ini erat kaitannya dengan kurangnya pencemaran minum anak dan sebagaian lain oleh
faktor pencegahan imunologik dari ASI.
Di Negara-negara yang beriklim empat musim, gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri
sering terjadi pada musim panas, sedangkan yang disebabkan oleh virus terjadi pada musim
dingin. Di Indonesia, gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang
tahun dengan puncak kejadian pada pertengahan musim kemarau (Juli – Agustus),
sedangkan yang disebabkan oleh bakteri puncaknya pada pertengahan hujan (Januari –
Februari).
Berdasarkan data WHO tahun 2000 – 2003 gastroenteritis merupakan penyebab kematian
nomor tiga balita baik di dunia maupun di Asia Tenggara dengan Proportional Mortality
Ratio (PMR) masing – masing sebesar 17% dan 18%.
klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1). Berdasarkan lama waktu :
1. Akut : berlangsung < 14 hari
2. Persisten : berlangsung 15-30 hari
3. Kronik : berlangsung > 30 hari
2). Berdasarkan mekanisme patofisiologik :
1. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
Diare osmotic terjadi jika cairan yang dicerna tidak seluruhnyadiabsorbsi oleh usus
halus akibat tekanan osmotic yang mendesak cairankedalam lumen intestinal.
Peningkatan volume cairan lumen tersebut meliputikapasitas kolon untuk reabsorbsi,
nutrien dan obat sebagai cairan yang aggaldicerna dan diabsorbsi.Pada umumnya
penyebab diare osmotic adalah malabsorbsi lemak ataukarbohidrat. Malabsorbsi
protein secara klinik sulit diketahui namun dapatmenyebabkan malnutrisi atau
berakibat kepada defisiensi spesifik asamamino.
2. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
Diare tipe ini disebabkan oleh peningkatan sekresi air dan elektrolit dari usus dan
penurunan absorpsi/penyerapan. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali, dan tidak mereda
walaupun penderita dipuasakan.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk
menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare. Akan tetapi, apabila
terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus maka juga akan
menyebabkan diare.
3). Berdasarkan derajatnya
1. Diare tanpa dihindrasi
2. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
3. Diare dengan dehidrasi berat
4). Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
1. Infeksi
2. Non infeksi
Etiologi
1. Infeksi
a. Infeksi internal
Infeksi bakteri
Vibrio cholera (kolera)
Gejala :
Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau
tenesmus.
Feces yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih
keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi
seperti manis yang menusuk.
Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan
akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi,
penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya.
Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi
dengan tanda-tandanya seperti: detak jantung cepat, mulut kering,
lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lain-lain yang bila tidak segera
mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang dapat
mengakibatkan kematian.
Diare dapat menjadi sangat parah, dan berlangsung selama 6-7 hari. Diare
biasanya terjadi dalam 48 jam setelah konsumsi mikroorganisme.
Terapi :
Rehidrasi
Dietetik
Obat-obatan
o Tetrasiklin 25-50 mg / kg BB / hari, atau Tetrasiklin 500 mg tiga
kali sehari selama 3 hari, atau doksisiklin 300 mg sebagai dosis
tunggal,
o Kortimoksazol, dosis awal 2x3 tab, kemudian 2x2 tab selama 6
hari atau
o Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 7 hari atau gol.
Fluoroquinolon
Campylobacter jejuni (Campylobacter enteritis)
Campylobacteriosis ditandai dengan nyeri seperti kolik, mual / kurang
napsu makan, muntah, demam, nyeri saat buang air besar (tenesmus),
kejang perut akut, lesu, sakit kepala, demam antara 37,8-40°C, malaise,
pembesaran hati dan limpa, serta leukositosis. Penyakit biasanya timbul 2-
5 hari setelah konsumsi makanan atau air yang tercemar, dan biasanya
berlangsung selama 7-10 hari.
Terapi : Eritromisin 500 mg 2 kali sehari secara oral selama 5 hari, gentamisin, tetrasiklin, ciprofloxacin dan enrofloxacin.
Clostridium perfringens
Penyakit yang ditimbulkan strain type C ini dikenal sebagai enteritis
necroticans atau penyakit pig-bel . kram perut dan diare yang mulai terjadi
8-22 jam setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak C.
perfringens penghasil toxin penyebab keracunan makanan. Penyakit ini
biasanya sembuh dalam waktu 24 jam, namun pada beberapa individu,
gejala ringan dapat berlanjut sampai 1 hingga 2 minggu.
E. coli (E. coli enteritis)
Infeksi E.coli pada saluran cerna menyebabkan diare. Bergantung pada
jenis E.coli yang menginfeksi, dapat terjadi beberapa jenis diare E.coli:
Diare turis (traveler’s diarrhea): menyebabkan diare berair tanpa darah
yang banyak sampai menyebabkan dehidrasi. Diare ini umumnya
ditemukan pada turis muda sehat yang berpergian ke negara tropis.
Diare E.coli pada anak: menyebabkan gejala diare berair tanpa darah
Pada intoleransi laktosa sementara, sebaiknya diberikan susu rendah laktosa selama
1 bulan sedangkan pada penderita dengan intoleransi laktose primer (jarang di
Indonesia) diberikan susu bebas laktosa.
Respon klinis terhadap pemberian diet bebas laktosa merupakan suatu alternatif
untuk pemeriksaan tinja atau uji diagnostik spesifik. Pembatasan laktosa seharusnya
menghasilkan penyembuhan cepat diarenya dalam 2-3 hari, jika ada defisiensi
laktase. Harus bisa membedakan intoleransi laktosa dengan keadaan sensitif terhadap
protein, gastroenteritis akut tidak memicu sensitivitas susu. Cukup beralasan bila
susu sapi diganti dengan susu formula susu kedelai jika dicurigai intoleransi laktosa
karena formula susu kedelai mengandung tepung rantai pendek atau sukrosa sebagai
sumber gulanya. Orang tua harus dibimbing agar tidak memberikan tambahan cairan
bening atau larutan elektrolit encer berlebihan untuk menghindari hiponatremia atau
pengurasan kalori pasca infeksi, yang bisa menyebabkan diarenya berkepanjangan.
Diare yang menetap walaupun laktosa dalam diet sudah dikurangi memberi kesan
diagnosis bukan defisiensi laktosa.
b. Mal absorpsi lemak
Gejala berupa tinja berlemak dengan karakteristik tinja lembek, tidak berbentuk
(nonformed stool), berwarna coklat muda sampai kuning, kelihatan berminyak.
Bila ekskresi dalam feses lebih dari 15gram selama 3 hari (5 g/hari) maka hal ini
menunjukkan adanya malabsorbsi.
c. Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin
3. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun,
terlalu banyak lemak, mentah (misal, sayuran), dan kurang matang.
Patogenesis
Patogenesis yang disebabkan oleh bakteri adalah :
Bakteri masuk melalui makanan atau minuman ke lambung, sebagian ada yang mati karena asam lambung dan sebagian lagi lolos. Bakteri yang lolos masuk ke duodenum, bakteri berkembang biak (di duodenum) memproduksi enzim mucinase sehingga berhasil mencairkan lapisan lendir dengan menutupi permukaan sel epitel usus. bakteri masuk ke dalam membrane dan mengeluarkan toksin mengeluarkan CAMP (meningkatkannya), yang berfungsi untuk merangsang sekresi cairan usus dibagian kripta villi & menghambat cairan usus dibagian apikal villià terjadi rangsangan cairan yang berlebihan, volume cairan didalam lumen usus meningkatà dinding usus berkontraksià terjadi hiperperistaltikà cairan keluar (diare).
Untuk diare akut, patogenesis diare yang disebabkan oleh bakteri dibedakan menjadi dua: bakteri non invasif, yaitu bakteri yang memproduksi toksin yang nantinya toksin tersebut hanya melekat pada mukosa usus halus & tidak merusak mukosa. Bakteri non invasif, memberikan keluhan diare seperti air cucian beras dan disebabkan oleh bakteri enteroinvasif, yaitu diare yang menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, secara klinis berupa diare bercampur lendir dan darah.
Patogenesis diare yang disebabkan oleh virus adalah :
Virus masuk melalui makanan & minuman ke tubuhà masuk ke sel epitel usus halusà terjadi infeksià sel-sel epitel yang rusak digantikan oleh enterosit (tapi belum matang sehingga belum dapat menjalankan fungsinya dengan baik)à villi mengalami atrofi & tidak dapat mengabsorbsi cairan & makanan dengan baikà meningkatkan tekanan koloid osmotik ususà hiperperistaltik ususà cairan& makanan yang tidak terserap terdorong keluar. Manifestasi klinis diare yang disebabkan oleh virus diantaranya adalah : diare akut, demam, nyeri perut, dehidrasi
Pembagian diare akut berdasarkan proses patofisiologi enteric infection, yaitu membagi diare akut atas mekanisme inflamatory, non inflammatory, dan penetrating.
Inflamatory diarrhea
akibat proses invasi dan cytotoxin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis umumnya adalah keluhan abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin, secara makroskopis ditemukan lendir dan/ atau darah, secara mikroskopis didapati leukosit polimorfonuklear.
Non inflamatory diarrhea
kelainan yang ditemukan di usus halus bagian proksimal. Proses diare adalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah, yang disebut dengan Watery diarrhea. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak segera mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit. Mikroorganisme penyebab seperti, V.cholerae, Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Salmonella.
Penetrating diarrhea
lokasi pada bagian distal usus halus. Penyakit ini disebut juga Enteric fever, Chronic Septicemia, dengan gejala klinis demam disertai diare. Pada pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear. Mikroorganisme penyebab biasanya S. thypi, S. parathypi A, B, S. enteritidis, S. cholerasuis, Y. enterocolitidea, dan C. fetus.
Diagnosis
a. Anamnesis
Gejala yang biasanya dikeluhkan pada anak yaitu :
Suhu tubuh meningkat
Cengeng, gelisah ataupun lemah
Sakit perut
Nafsu makan menurun
Tinja cair mungkin disertai lendir dan atau darah
Warna tinja kehijau-hijauan
Anus dan daerah sekitarnya lecet karena sering defekasi
Muntah (sebelum/sesudah diare)
Berat badan menurun
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan terpenting adalah menentukan tingkat/derajat dehidrasi akibat diare. Tanda-tanda dehidrasi yang perlu diperhatikan adalah turgor kulit perut menurun, akral dingin, penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, tangan keriput, mata cekung tidak, penurunan kesadaran (syok hipovolemik),nyeri tekan abdomen, kualitas bising usus hiperperistaltik. Pada anak kecil cekung ubun-ubun kepala. Pada tanda vital lain dapat ditemukan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksi), nadi dan pernapasan cepat.
Kehilangan banyak cairan dan elektrolit dehidrasi (berat badan , turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering)
Metode Pierce
Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x Berat badan (kg)
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x Berat badan (kg)
Dehidrasi berat, Kebutuhan cairan = 10% x Berat badan (kg)
- pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium,
dan Fosfor ) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
- Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
- Darah samar feses, untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada
gastroenteritis yang berasal dari bakteri)
- Hitung darah lengkap dengan diferensial
3. Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )
o Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
o Aspirasi duodenum (jika diduga G.lamblia)
4. Uji antigen immunoassay enzim, untuk memastikan adanya rotavirus
5. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme
Shigella keluar melalui urine)
Penatalaksanaan
PenatalaksanaanPada umumnya diare akut bersifat ringan dan sembuh cepat dengan sendirinya melalui rehidrasi dan obat antidiare, sehingga jarang diperlukan evaluasi lebih lanjut.Terapi dapat diberikan dengan:a. Memberikan cairan dan diet adekuat 1. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang adekuat untuk rehidrasi. 2. Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase transien. 3. Hindari juga minuman yang mengandung alkohol atau kafein, karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus. 4. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak mengandung gas, dan mudah dicerna.b. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat anti diare untuk mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitif.Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s diarrhea, dan imunosupresi. Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan antibiotikatau antiparasit, atau anti jamur tergantung penyebabnya.
Obat antidiare, antara lain:a. Turunan opioid: loperamide, difenoksilat atropine, tinktur opium.b. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan disentri yang disertai demam, dan penggunaannya harus dihentikan apabila diare semakin berat walaupun diberikan terapi.c. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien immunocompromised, seperti HIV, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya bismuth encephalopathy.d. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau smectite 3x 1 sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare stop.e. Obat anti sekretorik atau anti enkefalinase: Hidrasec 3x 1/ hari
Antimikroba, antara lain:a. Golongan kuinolon yaitu ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari selama 5-7 hari,ataub. Trimetroprim/Sulfamethoxazole 160/800 2x 1 tablet/hari.c. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia, metronidazole dapat digunakan dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari.d. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan dengan etiologi.
Terapi probiotik dapat mempercepat penyembuhan diare akut.
Apabila terjadi dehidrasi, setelah ditentukan derajat dehidrasinya, pasien ditangani dengan langkah sebagai berikut:a. Menentukan jenis cairan yang akan digunakanPada diare akut awal yang ringan, tersedia cairan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2.5 g Natrium bikarbonat dan 1.5 KCl setiap liter. Cairan ini diberikan secara oral atau lewatselang nasogastrik.Cairan lain adalah cairan ringer laktat dan NaCl 0,9% yang diberikan secara intravena.b. Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan
c. Menentukan jadwal pemberian cairan: 1. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan menurut BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.
2. Satu jam berikutnya/ jam ke-3 (tahap ke-2) pemberian diberikan berdasarkan kehilangan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral.
3. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja dan insensible water loss.
Kondisi yang memerlukan evaluasi lebih lanjut pada diare akut apabila ditemukan:a. Diare memburuk atau menetap setelah 7 hari, feses harus dianalisa lebh lanjut.
b. Pasien dengan tanda-tanda toksik (dehidrasi, disentri, demam ≥ 38.5⁰C, nyeri abdomen yang berat pada pasien usia di atas 50 tahunc. Pasien usia lanjutd. Muntah yang persistene. Perubahan status mental seperti lethargi, apatis, irritable.f. Terjadinya outbreak pada komunitasg. Pada pasien yang immunocompromised.
Konseling dan Edukasi
Pada kondisi yang ringan, diberikan edukasi kepada keluarga untuk membantu asupan cairan. Edukasi juga diberikan untuk mencegah terjadinya GE dan mencegah penularannya.
Kriteria Rujukan
a. Tanda dehidrasi beratb. Terjadi penurunan kesadaranc. Nyeri perut yang signifikand. Pasien tidak dapat minum oralite. Tidak ada infus set serta cairan infus di fasilitas pelayanan
Penatalaksaan Medis
Penatalaksaan klien dengan gastroenteritis adalah :
1) Pemberian cairan
2) Dietetik (pemberian makanan)
3) Obat-obatan
4) Education : memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu-ibu tentang anak-anak yang
sehat atau makanan untuk anak diare
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui feses dengan atau
tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll)
Penatalaksanaan :
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat,
yaitu:
1) Jenis cairan yang akan digunakan
- Cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah
dibandingkan dengan kadar kalium cairan feses.
- Jika tidak tersedia RL, dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na
bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap 1L infus NaCl isotonik.
- Pada keadaan diare akut awal yang ringan, dapat diberikan bubuk oralit sebagai usaha awal
agar tidak terjadi dehidrasi. Atau dapat dengan pengganti oralit : air teh + 1 sendok gula +
seujung sendok garam atau air tajin + gula + garam
2) Jumlah cairan yang akan diberikan :
- Pada prinsipnya jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
keluar dari tubuh.
- Kehilangan cairan dari tubuh dapat dihitung dengan memakai rumus:
B.D. plasma dengan memakai rumus:
Kebutuhan cairan: BD plasma-1,025 x BB x 4 ml
0,001
3) Kembali makanan semula secara bertahap, setelah dehidrasi hilang.
Misal : SGM diencerkan 1/3 takaran semula, biasanya makan nasi tim di ganti bubur dahulu.
Keperluan cairan
Dehidrasi ringan : 150 cc / kg BB / hari
Dehidrasi sedang : 200 cc / kg BB / hari
Dehidrasi berat : infus RL, nacl, D10 %.
untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, BB 3 – 10 kg.
o 1 jam I : 4 ml / kg BB / jam = 10 tts / kg BB / mnt (jika set infus 1 ml = 15 tts)
o 7 jam berikutnya : 12 ml / kg BB / jam = 3 tts / kg BB / mnt (jika set infus 1 ml = 15 tts)
o 16 jam kemudian : 125 ml / kg BB, oralit per oral.
untuk anak umur 2-5 tahun, dengan BB 10 – 15 kg
o 1 jam I : 30 ml / kg BB / jam = 3 tts / kg BB / mnt. (makro).
o 16 jam kemudian : 125 ml / kg BB oralit per oral
untuk anak ≥ 5 tahun, dengan BB 15 – 25 kg.
o 1 jam I : 20 ml / kg BB / jam = 5 tts / kg BB / mnt (makro)
o 7 jam berikutnya : 10 ml / kg BB / jam = 2-3 tts / kg BB / mnt (makro).
o 16 jam kemudian : 125 ml / kg BB, oralit peroral.
b. Memberikan terapi simptomatik
Pemberian terapi simptomatik harus berhati-hati dan perlu pertimbangan karena lebih
banyak kerugiannya daripada keuntungannya :
- Pemberian anti motilitas seperti Loperamid perlu dipertimbangkan karena dapat
memperburuk diare. Jika memang dibutuhkan karena pasien amat kesakitan diberikan dalam
jangka pendek (1-2 hari saja) dengan jumlah sedikit.
- Pemberian antiemetik seperti Metoklopropamid juga perlu diperhatikan karena dapat
menimbulkan kejang pada anak dan remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal.
- Pada diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tidak ada kontraindikasi dapat
diberikan Bismuth subsalisilat maupun Loperamiddalam waktu singkat. Pada diare berat,
obat-obat tersebut perlu dipertimbangkan dalam pemberian waktu yang singkat dan
dikombinasikan dengan pemberian obat antimikrobial.
- Pada penderita diare mungkin disertai denganLactose intolerance, oleh karena itu hindari
makanan/ minuman yang mengandung susu sampai diare membaik dan hindari makanan
yang pedas atau banyak mengandung lemak.
c. Memberikan terapi defenitif
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
- Kolera eltor:
Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 3 hari atau
Kortimoksazol, dosis awal 2x3 tab, kemudian 2x2 tab selama 6 hari atau
Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 7 hari atau gol. Fluoroquinolon
- S.aureus: Kloramfenikol 4x500 mg/ hari
- Salmonellosis:
Ampisilin 4x1g/ hari atau
Kortimoksazol 2x2 tab atau
Gol. Fluoroquinolon seperti Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari
- Shigellosis:
Ampisilin 4x1g/ hari, selama 5 hari atau
Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 5 hari
- Injeksi Helicobacter jejuni Eritromisin 3x500 atau 4x500 mg/ hari selama 7 hari
- Amubiasis:
Metronidazol 4x500 mg/ hari selama 3 hari atau
Tinidazol dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
Secnidazole dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 10 hari
- Giardiasis:
Quinacrine 3x100 mg/ hari selama 1 minggu atau
Chloroquin 3x100 mg/ hari selama 5 hari atau
Metronidazol 3x250 mg/ hari selama 7 hari
- Balantidiasis: Tetrasiklin 3x500 mg/ hari, selama 10 hari
- Kandidosis: Nystatin 3x500.000 unit selama 10 hari
- Virus : simtomatik dan suportif
d. Therapi
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidarat lain (gula, air, tajin, dan lain-lain).
(a) Obat-obatan Anti Sekresi
Asetosal dosis 25 mg / hari dengan dosis minimal 30 mg.
Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
(b) Obat Spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, tidak boleh di gunakan
(c) Obat Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera dibeirkan tetrasiklin 25-50 mg / kg BB / hari. Antibiotik juga
diberikan bila terdapat penyakit penyerta, spt : OMA, faringitis, bronkitis atau
bronkopneumonia.
PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pemberian cairan
b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan dan
menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
Memberikan asi.
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan
makanan yang bersih.
c. Obat-obatan.
Pemberian cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum
1) Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam
dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk
pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
2) Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
a) Dehidrasi ringan.
1 jam pertama 25-50 ml / Kg BB / hari, kemudian 125 ml / Kg BB / oral
b) Dehidrasi sedang.
1 jam pertama 50-100 ml / Kg BB / oral, kemudian 125 ml / kg BB / hari.
c) Dehidrasi berat.
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
- 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13
tetes / kg BB / menit.
- 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
- 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum, teruskan dengan 2A intra
vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.
- 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10
tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
- 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral, bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan
2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.
- 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
- 16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
3) Diatetik ( pemberian makanan ).
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada klien dengan tujuan
meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Memberikan Asi.
Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori, protein, mineral dan vitamin,