5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
1/26
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ansietas dapat dialami oleh hampir setiap manusia.Ansietas ditandai oleh rasa
ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan samar-samar, disertai gejala
otonomik.Gejala yang ditemukan bervariasi dari setiap orang.Ansietas merupakan
sinyal yang memeringatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman tersebut.
Setiap orang pernah mengalami ansietas dalam hidupnya.Selama individu
masih dapat mengatasi stresornya, maka ansietas tersebut masih bersifat
normal.Jika tidak, ansietas patologik akan timbul. Ansietas patologik merupakan
respons terhadap ancaman yang sumberna tidak diketahui, bersifat internal,
samar-samar, atau konfliktual.
Fobia didefinisikan sebagai ketakutan irasional yang menghasilkan
penghindaran secara sadar terhadap objek atau situasi yang ditakuti.Menurut
Manual American Psychiatry Association Diagnostik dan Statistik Gangguan
Mental Edisi Keempat (DSM-IV), gangguan fobia dapat dibagi menjadi 3 jenis:
fobia sosial (gangguan kecemasan sosial), fobia khusus (sederhana), dan
agorafobia.
Gangguan ansietas fobik ditandai dengan adanya ansietas yang dicetus
oleh adanya situasi atau obyek yang jelas (dari luar individu) yang sebenarnya
pada saat kejadian ini tidak membahayakan.Sebagai akibatnya, obyek atau situasi
tersebut dihindari atau dihadapi dengan perasaan terancam.
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
2/26
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gangguan Cemas
2.1.1. Definisi
Menurut Kaplan H.I dan Saddock B.J., cemas didefinisikan sebagai suatu
sinyal yang menadarkan; ia memeringatkan adanya bahaya yang mengancam dan
memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Rasa
tersebut ditandai dengan gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi,
rasa sesak di dada, tidak nyaman pada perut, dan gelisah.1
Rasa cemas dapat datang dari eksternal atau internal.Masalah eksternal
umumnya terkait dengan hubungan antara seseorang dengna komunitas, teman,
atau keluarga.Masalah internal umumnya terkait dengan pikiran seseorang sendiri.
2.1.2. Etiopatogenesis Gangguan Cemas
a. Teori PsikologisTeori Psikoanali tik
Sigmeun Freud menyatakan dalam bukunya Inhibitons,
Symptoms, Anxiety bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego
bahwa suatu dorongan yang tidak dapat diterima menekan untuk
mendapatkan perwakilan dan pelepasan sadar. Sebagai suatu sinyal,
kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap
tekanan dari dalam. Jika kecemasan naik di atas tingkatan rendah
intensitas karakter fungsinya sebagai suatu sinyal, ia akan timbul sebagai
serangan panik.1
Teori Peri laku
Rasa cemas dianggap timbul sebagai respon dari stimulus
lingkungan yang spesifik. Contohnya, seorang anak laki-laki yang
dibesarkan oleh ibunya yang memperlakukannya semena-mena, akan
segera merasa cemas bila ia bertemu ibunya. Melalui proses generalisasi,
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
3/26
3
ia akan menjadi tidak percaya dengan wanita. Bahkan seorang anak dapat
meniru sifat orangtuanya yang cemas.
Teor i Eksistensi
Pada gangguan cemas menyeluruh, tidak didapatkan stimulus rasa
cemas yang bersifat kronis. Inti dari teori eksistensi adalah seseorang
merasa hidup di dalam dunia yang tidak bertujuan. Rasa cemas adalah
respon mereka terhadap rasa kekosongan eksistensi dan arti.1
b. Teori BiologisBerdasarkan aspek biologis, didapatkan beberapa teori yang mendasari
timbulnya cemas yang patologis antara lain:
1. Sistem saraf otonomPada ansietas diduga terjadi peningkatan kepekaan terhadap sistem
saraf simpatik, lambat beradaptasi terhadap bermacam-macam stimulus
dan reaksi berlebihan terhadap stimulus sedang.Gejala-gejala yang
ditimbulkan akibat stimulus terhadap sistem saraf otonom adalah:
sistem kardiovaskuler (palpitasi) muskuloskeletal (nyeri kepala) gastrointestinal (diare) respirasi (takipneu)Sistem saraf otonom pada pasien dengan gangguan cemas, terutama
pada pasien dengan gangguan serangan panik, mempertunjukan
peningkatan tonus simpatetik, yang beradaptasi lambat pada stimuli
repetitif dan berlebih pada stimuli yang sedang.2
2. NeurotransmiterTiga neurotransmiter utama yang dianggap berperan pada ansietas
adalah norepinefrin, serotonin dan Gamma Amino Butyric Acid (GABA).1
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
4/26
4
a. NorepinephrineGejala kronis yang ditunjukan oleh pasien dengan gangguan
cemas berupa serangan panik, insomnia, terkejut, dan autonomic
hyperarousal, merupakan karakteristik dari peningkatan fungsi
noradrenergik.Teori umum dari keterlibatan norepinephrine pada
gangguan cemas, adalah pasien tersebut memiliki kemampuan
regulasi sistem noradrenergik yang buruk terkait dengan
peningkatan aktivitas yang mendadak.Sel-sel dari sistem
noradrenergik terlokalisasi secara primer pada locus ceruleus pada
rostral pons, dan memiliki akson yang menjurus pada korteks
serebri, sistem limbik, medula oblongata, dan medula
spinalis.Percobaan pada primata menunjukan bila diberi stimulus
pada daerah tersebut menimbulkan rasa takut dan bila dilakukan
inhibisi, primata tersebut tidak menunjukan adanya rasa takut.
Studi pada manusia, didapatkan pasien dengan gangguan serangan
panik, bila diberikan agonis reseptor -adrenergik ( Isoproterenol )
dan antagonis reseptor -2 adrenergik dapat mencetuskan serangan
panik secara lebih sering dan lebih berat. Kebalikannya, clonidine,
agonis reseptor -2 menunjukan pengurangan gejala cemas.2
b. SerotoninPara peneliti juga menduga bahwa gen yang terlibat dalam
regulasi serotonin kemungkinan memegang peran dalam
menentukan trait yang terkait dengan kecemasan.Ditemukannya
banyak reseptor serotonin telah mencetuskan pencarian peran
serotonin dalam gangguan cemas. Berbagai stress dapat
menimbulkan peningkatan 5-hydroxytryptamine pada prefrontal
korteks, nukleus accumbens, amygdala, dan hipotalamus lateral.
Penelitian tersebut juga dilakukan berdasarkan penggunaan obat-
obatan serotonergik seperti clomipramine pada gangguan obsesif
kompulsif.Efektivitas pada penggunaan obat buspirone juga
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
5/26
5
menunjukkan kemungkinan relasi antara serotonin dan rasa cemas.
Sel-sel tubuh yang memiliki reseptor serotonergik ditemukan
dominan pada raphe nuclei pada rostral brainstem dan menuju pada
korteks serebri, sistem limbik, dan hipotalamus.2
c. GABASejumlah neurotransmitter berpengaruh pada reaksi
kecemasan, termasuk Gamma Aminobutyric Acid (GABA).GABA
adalah neurotransmitter yang inhibitori, yang berarti meredakan
aktivitas berlebih dari sistem syaraf dan membantu untuk meredam
respon-respon stres. Bila aksi GABA tidak adekuat, neuron-neuron
dapat berfungsi berlebihan, kemungkinan menyebabkan kejang-
kejang. Dalam kasus-kasus yang kurang dramatis, aksi GABA
yang kurang adekuat dapat meningkatkan keadaan kecemasan.
Pandangan tentang peran GABA ini didukung oleh penemuan
bahwa orang dengan gangguan panik menunjukkan taraf GABA
yang lebih rendah dibeberapa bagian otakatau disfungsi dalam
reseptor serotonin dan neropinephrine di otak juga memegang
peran dalam gangguan-gangguan kecemasan. Hal ini mungkin
dapat menjelaskan mengapa obat-obat antidepresi yang
mempengaruhi sistem neurotransmitter ini sering kali mempunyai
efek menguntungkan dalam menangani beberapa tipe gangguan
kecemasan, termasuk gangguan panik dan fobia sosial.2
Peran GABA pada gangguan cemas sangat terlihat dari
efektivitas obat-obatan benzodiazepine, yang meningkatkan
aktivitas GABA pada reseptor GABA tipe A. Walaupun
benzodiazepine potensi rendah paling efektif terhadap gejala
gangguan cemas menyeluruh, benzodiazepine potensi tinggi seperti
alprazolam dan clonazepam ditemukan efektif pada terapi
gangguan serangan panic.3
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
6/26
6
Pada suatu studi struktur dengan CT scan dan MRI menunjukan
peningkatan ukuran ventrikel otakterkait dengan lamanya pasien
mengkonsumsi obat benzodiazepine. Pada satu studi MRI, sebuah
defek spesifik pada lobus temporal kanan ditemukan pada pasien
dengan gangguan serangan panik. Beberapa studi pencitraan otak
lainnya juga menunjukan adanya penemuan abnormal pada
hemisfer kanan otak, tapi tidak ada pada hemisfer kiri. fMRI,
SPECT, dan EEG menunjukan penemuan abnormal pada korteks
frontal pasien dengan gangguan cemas, yang ditemukan juga pada
area oksipital, temporal, dan girus hippocampal. Pada gangguan
obsesif kompulsif diduga terdapat kelainan pada nukleus kaudatus.
Pada PTSD, fMRI menunjukan pengingkatan aktivitas pada
amygdala. 4
c. NeuroanatomisBerdasarkan pertimbangan neuroanatomis, daerah sistem limbik dan
korteks serebri dianggap memegang peran penting dalam proses terjadinya
cemas.4
Kor teks Serebri
Korteks serebri bagian frontal berhubungan dengan regio
parahippocampal, cingulate gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga
berkaitan dengan gangguan cemas.Korteks temporal juga dikaitkan dengan
gangguan cemas. Hal ini diduga karena adanya kemiripan antara presentasi
klinis dan EEG pada pasien dengan epilepsy lobus temporal dan gangguan
obsesif kompulsif.4
Sistem Limbik
Selain menerima inervasi dari noradrenergik dan serotonergik, sistem
limbik juga memiliki reseptor GABA dalam jumlah yang banyak. Ablasi dan
stimulasi pada primata juga menunjukan jikalau sistem limbik berpengaruh
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
7/26
7
pada respon cemas dan takut. Dua area pada sistem limbik menarik perhatian
peneliti, yakni peningkatan aktivitas pada septohippocampal, yang diduga
berkaitan dengan rasa cemas, dan cingulate gyrus, yang diduga berkaitan
dengan gangguan obsesif kompulsif.5
d. Faktor GenetikaFaktor genetik juga berperan dalam terjadinya gangguan ansietas.Sekitar
25% keluarga turunan pertama cenderung menderita gangguan ansietas.Pada
anak kembar monozigot angka kejadian mencapai 50% dan pada anak kembar
dizigot 15%. Namun sejauh ini tidak ada gen spesifik, tetapi yang diturunkan
diduga adalah kepekaan untuk mengalami gangguan ini.5
2.1.3. Tanda dan Gejala Gangguan Cemas
Gejala-gejala cemas terdiri dari dua komponen: kesadaran terhadap sensasi
fisiologis (palpitasi atau berkeringat) dan kesadaran terhadap rasa gugup atau
takut.Rasa cemas juga memengaruhi kemampuan berpikir, persepsi, dan
belajar.Umumnya hal tersebut menyebabkan rasa bingung dan distorsi
persepsi.Distorsi ini dapat menganggu belajar dengan menurunkan kemampuan
memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat dan menganggu kemampuan
untuk menghubungkan satu hal dengan lainnya.6
2.1.4. Klasifikasi
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV):
1. Serangan panik dengan atau tanpa agoraphobia2. Agoraphobia dengan atau tanpa Serangan panic3. Fobia spesifik4. Fobia sosial5. Gangguan Obsesif-Kompulsif6. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)7. Gangguan Stress Akut;8. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder).
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
8/26
8
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III:
F40 Gangguan Anxietas Fobik
F40.0 Agorafobia
.00 Tanpa gangguan panik
.01 Dengan gangguan panik
F40.1 Fobia sosial
F40.2 Fobia khas (terisolasi)
F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya
F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT
F41 Gangguan Anxietas Lainnya
F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)
F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif
F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
F41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT
F41.9 Gangguan anxietas YTT
2.2. Gangguan Ansietas Fobia
2.2.1. Definisi
Fobia berasal dari bahasa Yunani yaitu Fobos yang berarti
ketakutan.Menurut American Pshyciatryc Association dalam Anxiety Disorder,
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), Fobia adalah
suatu ketakutan yang tidak irasional yang menyebabkan penghindaran yang
disadari objek, aktifitas / situasi yang ditakuti. Reaksi fobia menyebabkan
gangguan pada kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam kehidupannya. 7
Gangguan anxietasfobik dicetuskan hanya atau secara predominan oleh
adanya situasi atau objek yang jelas, tertentu (dari luar individu itu sendiri).
Anxietas sebenarnya secara umum tidak berbahaya. Sebagai akibatnya adalah
bahwa situasi atau objek demikian secara khusus dihindari dengan perasaan
terancam. Secara subjektif, fisiologik dan behavioral, anxietas fobik tidak dapat
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
9/26
9
dibedakan dari anxietas jenis lain dan dapat bervariasi tingkat keparahannya dari
yang paling ringan sampai yang berat. Perhatian yang bersangkutan terfokus pada
gejala-gejala individual, seperti palpitasi, perasaan mau pingsan dan sering kali
disertai perasaan takut mati, takut kehilangan kendali atau takut menjadi gila.
Anxietas tersebut tidak berkurang meskipun ia mengetahui bahwa orang lain tidak
menganggap situasi yang dihadapi tersebut berbahaya atau mengancam.
Membahayakan mengahadapi situsi fobik ini saja umumnya sudah dapat
menimbulkan anxietas sebelumnya. Kebanyakan gangguan fobik selain sosial
lebih lazim terjadi pada perempuan daripada laki-laki.7
2.2.2. Klasifikasi
Fobia dibedakan dalam tiga jenis menurut jenis objek atau situasi
ketakutan yaitu agorafobia, fobia spesifik, dan fobia sosial. Agorafobia adalah
ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta adanya kesulitan untuk
segera menyingkir ke tempat aman. 7
Fobia spesifik adalah suatu rasa takut yang kuat, persisten, dan berlebihan
atau tidak masuk akal pada suatu objek atau situasi tertentu (terbang, binatang,
ketinggian, melihat darah) yang mengganggu kehidupan sehari-hari. Paparan dari
stimulus fobia akan hampir selalu memprovokasi respon kecemasan langsung,
seperti serangan panik. Pada anak-anak, responini mungkin muncul sebagai
tantrum, menangis, atau diam. Gejala cemas meliputi peningkatan denyut jantung,
berkeringat, terengah-engah, dan sakit perut. Tidak seperti orang dewasa dengan
fobia spesifik yang biasanya sadar bahwa ketakutan yang abnormal dan
maladaptif, anak sering tidak menyadari bahwa rasa takut mereka berlebihan atau
tidak masuk akal. Untuk remaja dan anak di bawah 18 fobia menetap selama
minimal 6 bulan.8
Fobia sosial disebut juga gangguan kecemasan sosial adalah rasa takut
yang berlebihan terhadap penghinaan dan rasa malu dalam berbagai lingkungan
sosial. Fobia sosial, atau gangguan kecemasan sosial, didefinisikan dalam DSM-
IV sebagai ketakutan terus-menerus dari satu atau lebih situasi sosial di mana
seseorang berhubungan dengan orang asing atau ketakutan ketika diawasi oleh
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
10/26
10
orang lain. Gangguan kecemasan sosial telah ditambahkan ke dalam diagnosis
pada DSM-IV untuk menekankan perbedaan antara fobia sosial dan bentuk lain
dari fobia, yang diklasifikasikan sebagai fobia spesifik. Pada fobia sosial,
ancaman atau paparan situasi memprovokasi kecemasan, dan bahkan
menyebabkan serangan panik. Situasi sosial termasuk takut berbicara dan tampil
di depan umum , menghadiri pertemuan sosial, dan berbicara dengan orang asing.
Fobia sosial dapat mengganggu fungsi sehari-hari karena penderita berusaha
menghindari situasi yang memprovokasi kecemasanatau bertahan dengan
kesusahan yang lebih berats. Anak-anak dan remaja dengan fobia sosial
cenderung memiliki fokus berlebihan pada kekhawatiran tentang rasa malu,
evaluasi negatif, dan penolakan. Mereka sering mengalami peningkatan denyut
jantung, berkeringat, gangguan pencernaan, dan tremulousness ketika menghadapi
situasi yang ditakuti. Jika tidak diobati, fobia sosial dapat mengakibatkan
penolakan di sekolah, penghentian dini pendidikan formal, dan kegagalan untuk
memasuki dunia kerja. Pada remaja, fobia sosial dapat mengganggu
perkembangan kerja dan hubungan Asmara.8
2.2.3. Epidemiologi
Menurut Martin, Andreas dan Volkmar, Fred. 2007, dalam bukuLewis's
Child and Adolescent Psychiatry: A Comprehensive Textbook, 4th Edition
diperkirakan 5 10 % dari seluruh populasi mengalami gangguan ini. Gangguan
yang ditimbulkan dari fobia, apabila tidak dihiraukan, dapat menyebabkan
munculnya gangguan cemas lainnya, gangguan depresi, dan gangguan yang
berhubungan dengan penggunaan obat terlarang dan alkhohol.
Menurut Martin, Andreas dan Volkmar, Fred. 2007. Dalam bukuLewis's
Child and Adolescent Psychiatry: A Comprehensive Textbook, 4th Edition
Diperkirakan prevalensi agorafobia adalah 2-6%, sedangkan fobia spesifik sekitar
11% dan fobia sosial adalah 3-13%. Fobia spesifik lebih sering dijumpai
dibandingkan dengan fobia sosial. Gangguan ini paling sering dialami perempuan
dan kedua tersering pada pria. Prevalensi 6 bulan fobia spesifik berkisar antara 5
10 / 100 orang. Rasio wanita berbanding laki laki adalah 2 : 1, walaupun rasio
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
11/26
11
untuk fobia terhadap darah, injeksi dan cedera berkisar antara 1 : 1. Puncak onset
fobia spesifik darah-suntikan-sakit berkisar antara 59 tahun. Sedangkan puncak
onset fobia situasional berkisar pada umur 20. Umumnya objek penyebab rasa
takut adalah hewan, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dan kematian.7
Menurut Martin, Andreas dan Volkmar, Fred. 2007, dalam bukuLewis's
Child and Adolescent Psychiatry: A Comprehensive Textbook, 4th Edition,
prevalensi untuk fobia sosial berkisar antara 3 13 %. Untuk prevalensi 6
bulannya berkisar antara 23 / 100 orang dimana kaum perempuan lebih sering
mengalami fobia sosial dibandingkan pria, namun pada studi klinis seringkali
ditemukan kebalikannya. Puncak onset fobia sosial adalah pada masa remaja,
namun berkisar antara usia 5 hingga 35 tahun.6
2.2.3 Etiopatogenesis
Prinsip-prinsip umum pada fobia terdiri dari faktor psikoanalitik dan
faktor perilaku.
Faktor Psikoanali tik
Teori Sigmund Freud menyatakan neurosis fobik, merupakan penjelasan
analitik untuk fobia spesifik dan fobia sosial. Rasa cemas adalah sinyal untuk
menyadarkan ego, bahwa dorongan terlarang di alam bawah sadar yang akan
memuncak dan untuk menyadarkan ego untuk melakukan mekanisme pertahanan
melawan daya insting yang mengancam. Fobia merupakan hasil konflik yang
terpusat pada masalah masa kanak-kanak yang tidak terselesaikan. Jika tindakan
represi untuk mencegah cemas gagal, sistem ego seseorang akan mengaktifkan
mekanisme pertahanan yang berupa mengalihkan ( displacement ), dimana
masalah yang tidak selesai dari masa kanak-kanak akan dialihkan kepada objek
atau situasi yang memiliki kemampuan untuk membangkitkan rasa cemas. Objek
atau situasi tersebut menjadi simbol dari masalah yang dahulu dialaminya (
Symbolization ).7
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
12/26
12
Mekanisme pertahanan ego terhadap rasa cemas terdiri dari tiga hal, yakni
represion, displacement, dansymbolization. Sehingga rasa cemas tersebut teratasi
dengan membentuk phobic neurosis.7
Pada agoraphobia atau erythrophobia, rasa cemas diduga datang dari rasa
malu yang mempengaruhi superego. Setiap orang dilahirkan dengan tingkat
temperamen yang berbeda yang menyebabkan mereka dapat menangani stimuli
stress dari luar dengan cara yang berbeda. Dalam memunculkan fobia, diperlukan
tingkat stress yang cukup, seperti kekerasan dalam rumah tangga, terkucilkan dari
kehidupan sosial sampai kehilangan orang yang dicintai.7
Faktor Peri laku
John B. Watson memiliki hipotesis mengenai fobia, dimana fobia muncul
dari rasa cemas dari stimuli yang menakutkan yang muncul bersamaan dengan
stimuli kedua yang bersifat netral. Jika dua stimuli dihubungkan bersamaan,
stimuli netral tersebut bisa membangkitkan kecemasan oleh dirinya sendiri.
Contohnya pada seseorang yang fobia dengan kucing, dahulu ia pernah dicakar
oleh kucing, dimana cakaran tersebut merupakan stimuli yang menakutkan,
sedangkan kucing tersebut merupakan stimuli yang netral, namun karena stimuli
tersebut muncul secara bersamaan, sehingga kucing tersebut juga menjadi stimuli
yang menakutkan.7
Teori pembebasan perilaku menyatakan , kecemasan adalah dorongan
yang memotivasi organisme melakukan perilaku tertentu untuk menghilangkan
pengaruh yang menyakitkan. Teori ini dapat diaplikasikan pada fobia spesifik
terhadap situasi tertentu atau fobia sosial, dengan contoh dimana seseorang dapat
menghindari berbicara didepan khayalak ramai. Organisme belajar, dengan
tindakan tertentu dapat menghilangkan stimulus yang mendatangkan kecemasan
Penghindaran tersebut menjadi gejala yang stabil karena efektif dalam
melindungi seseorang dari kecemasan fobik.7
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
13/26
13
Berikut ini etiopatogenesis fobia spesifik dan fobia sosial :
Fobia Spesif ik
Pembentukan fobia spesifik muncul karena proses pemasangan objek
spesifik atau situasi tertentu dengan perasaan takut dan panik. Kecenderungan
nonspesifik untuk merasakan takut dan cemas membentuk efek back group,
misalnya pada suatu keadaan tertentu seperti mengemudi bila dihubungkan
dengan kecelakaan, akan menyebabkan seseorang mengalami asosiasi permanen
antara mengemudi dengan kecelakaan. Mekanisme asosiasi lain antara objek fobik
dan emosi fobik adalah modelling, dimana seseorang mengamati reaksi orang lain
dan pengalihan informasi, seseorang diperingati tentang bahaya tertentu misalnya
ular berbisa.8
Hasil studi menemukan jikalau seseorang dengan fobia spesifik tersebut
memiliki anggota keluarga tingkat satu memiliki fobia dengan jenis yang sama.
Sehingga faktor genetik juga memiliki peran dalam fobia spesifik, contohnya pada
fobia terhadap darah-suntikan-sakit yang tampak nyata terkait dengan keluarga.8
Fobia Sosial
Penelitian melaporkan jika beberapa anak kemungkinan memiliki faktor
keturunan berdasarkan inhibisi perilaku yang konsisten. Hal ini cukup sering pada
anak-anak dengan orang tua yang memiliki gangguan serangan panik, dan
mungkin berkembang menjadi pemalu yang parah saat dewasa. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh lingkungan didikan keluarga yang tertutup, kurang
perduli, dan terlalu protektif mengenai anak mereka. Beberapa hal kecil dapat
menjadi indikator dari sifat seseorang, seperti seseorang yang berkuasa mungkin
cenderung berjalan dengan dagu terangkat dan melakukan kontak mata,
dibandingkan dengan seseorang yang dikalahkan sering berjalan dengan kepala
tertunduk dan jarang melakukan kontak mata.8
Secara spesifik, penggunaan obat antagonis reseptor -adrenergik
(propanolol) untuk fobia kinerja contohnya berbicara di depan publik. Seseorang
dengan fobia kinerja biasanya melepaskan lebih banyak norepinephrine atau
epinephrine, secara sentral maupun perifer, dibandingkan orang-orang non-fobik,
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
14/26
14
atau orang-orang tersebut lebih sensitif terhadap stimulasi kadar adrenergik yang
normal. Pengamatan bahwa mono amine oxidase inhibitor (MAOI) yang lebih
efektif dibandingkan obat-obatan tricylcic pada terapi fobia sosial menyeluruh,
diduga jikalau aktivitas dopaminergik berhubungan dengan patogenesis gangguan
fobia sosial.8
Faktor genetik diduga memiliki keterkaitan dengan fobia sosial. Anggota
keluarga tingkat pertama pada seseorang dengan gangguan fobia memiliki
kecenderungan untuk mengalami fobia sosial sebanyak tiga kali lebih sering
dibandingkan dengan yang tidak.8
2.2.4 Tanda dan Gejala
Fobia ditandai oleh kesadaran akan kecemasan yang berat ketika pasien
terpapar situasi atau objek spesifik. DSM-IV-TR menyatakan bila serangan panik
dapat terjadi pada pasien dengan fobia spesifik atau fobia sosial, namun mereka
sudah mengetahui kemungkinan terjadinya serangan panik tersebut. Paparan
terhadap stimulan tertentu dapat mencetuskan terjadinya serangan panik.8
Seseorang yang memiliki fobia akan menghindari stimulus fobianya,
bahkan sampai pada taraf yang berlebihan. Contohnya seorang pasien fobia
mungkin menggunakan bus untuk bepergian jarak jauh daripada pesawat terbang.
Seringkali, pasien dengan gangguan fobia juga memiliki masalah dengan
gangguan penggunaan zat-zat terlarang sebagai upaya pelarian mereka dari rasa
cemas tersebut. Selain itu, diperkirakan sepertiga dari seluruh pasien fobia juga
memiliki keadaan depresif yang berat.8
Pada pemeriksaan status mental ditandai dengan adanya ketakutan yang
irasional dan ego-distonik terhadap situasi, aktifitas atau objek tertentu. Pasien
umumnya menceritakan bagaimana cara mereka menghindari stimulus tersebut.
Umumnya pasien dengan fobia juga memiliki gejala depresi.8
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
15/26
15
2.2.5 Pedoman Diagnosis9
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV
(DSM IV-TR)
Fobia Spesif ik
Revisi keempat dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders( DSM-IV-TR ), menggunakan isitilah fobia spesifik untuk dicocokkan
dengan hasil revisi kesepuluh dari International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problems( ICD-10 ).
DSM-IV-TR 300.29 FOBIA SPESIFIK
A. Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan,ditandai oleh adanya atau antisipasi dari suatu obyek atau situasi spesifik
(misalnya, naik pesawat terbang, ketinggian, binatang, mendapat suntikkan,
melihat darah).
B. Pemaparan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respon kecemasansegera, dapat berupa serangan panik yang berhubungan dengan situasi atau
predisposisi oleh situasi.
Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangis,
tantrum, diam membeku, atau melekat erat menggendong.
C. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tidak beralasan .Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidak ditemukan
D. Situasi fobik dihindari atau kalau dihadapi adalah dengan kecemasan ataudengan penderitaan yang jelas.
E. Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yangditakuti secara bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau
akademik), atau aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain, atau
terdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia.
F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.G. Kecemasan, serangan panik, atau penghindaran fobik dihubungkan dengan
objek atau situasi spesifik tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
16/26
16
lain, seperti Gangguan Obsesif-Kompulsif (misalnya,seseorang takut kotoran
dengan obsesi tentang kontaminasi), Gangguan Stres pascatrauma(misalnya,penghindaran stimulus yang berhubungan dengan stresor yang
berat0, Gangguan Cemas Perpisahan (misalnya,menghindari sekolah), Fobia
Sosial (misalnya,menghindari situasi sosial karena takut merasa malu),
Gangguan Panik dengan Agorafobia, atau Agorafobia Tanpa Riwayat
Gangguan Panik.
Sebutkan tipe :
Tipe Binatang Tipe Lingkungan Alam (misalanya, ketinggan, badai, air) Tipe Darah, Injeksi, Cedera Tipe Situasional (misalnya, pesawat udara, elevator, tempat tertutup) Tipe Lainnya (misalnya, ketakutan tersedak, muntah, atau mengidap
penyakit ; pada anak-anak, ketakutan pada suara keras atau karakter
bertopeng).
Dalam table ini, kriteria A dan B telah disebutkan didalam DSM-IV-TR
untuk memberikan kemungkinan jika suatu pajanan terhadap stimulus fobia dapat
mencetuskan serangan panik. Kontras dengan gangguan serangan panik, serangan
panik pada fobia spesifik sangat terikat dengan stimulus penyebabnya. Fobia
darah-suntikan-sakit dibedakan dari fobia yang lain karena didapatkan respon
yang berbeda dari fobia tersebut, yaitu hipotensi yang disusul dengan bradikardi.
Penegakan diagnosa fobia spesifik juga harus difokuskan pada benda yang
menjadi stimulus fobia. Berikut di bawah ini adalah contoh fobia spesifik yakni :
Acrophobia Takut akan ketinggian
Agoraphobia Takut akan tempat terbuka
Ailurophobia Takut akan kucing
Hydrophobia Takut akan air
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
17/26
17
Claustrophobia Takut akan tempat tertutup
Cynophobia Takut akan anjingMysophobia Takut akan kotoran dan kuman
Pyrophobia Takut akan api
Xenophobia Takut akan orang yang asing
Zoophobia Takut akan hewan
Fobia Sosial
Menurut DSM-IV-TR untuk fobia sosial dinyatakan bahwa fobia sosial
dapat diikuti dengan serangan panik.DSM-IV-TR juga menyertakan untuk fobia
sosial yang bersifat menyeluruh yang berguna untuk menentukan terapi,
prognosis, dan respon terhadap terapi.DSM-IV-TR menyingkirkan diagnosa fobia
sosial bila gejala yang timbul merupakan akibat dari penghindaran sosialisasi
karena rasa malu dari kelainan mental atau non-mental.
DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Social Phobia
A. Ketakutan yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial ataumemperlihatkan perilaku dimana orang bertemu dengan orang asing atau
kemungkinan diperiksa oleh orang lain. Ketakutan bahwa ia akan bertindak
dengan cara (atau menunjukkan gejala kecemasan) yang akan menghinakan
atau memalukan.
Catatan : pada anak-anak, harus terbukti adanya kemampuan sesuai usianya
untuk melakukan hubungan sosial dengan orang yang telah dikenalnya dan
kecemasan hanya terjadi dalam lingkungan teman sebaya, bukan dalam
interaksi dengan orang dewasa.
B. Pemaparan dengan situasi sosial yang ditakuti hampir selalu mencetuskankecemasan, dapat berupa seragan panik yang berhubungan dengan situasi atai
dipredisposisi oleh situasi.
Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangism
tantrumm diam membeku, atau bersembunyi dari situasi sosial dengan orang
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
18/26
18
asing.
C.
Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tidak beralasan.Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidak ditemukan
D. Situasi sosial atau memperlihatkan perilaku dihindari atau kalau dihadapiadalah dengan kecemasan atau dengan penderitaan yang jelas
E. Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yangditakuti secara bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau
akademik), atau aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain, atau
terdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia.
F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.G. Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena efek fisiologis langsung
dari zat (misalnya, penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis
umum dan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain ( misalnya,
Gangguan Panik Dengan atau Tanpa Agorafobia, Gangguan Cemas
Perpisahan, Gangguan Dismorfik Tubuh, Gangguan Perkembangan Pervasif,
atau Gangguan Kepribadian Skizoid).
H. Jika terdapat suatu kondisi medis umum atau gangguan mental dengannyamisalnya takut adalah bukan gagap, gemetar pada penyakit Parkinson, atau
memperlihatkan perilaku makan abnormal pada Anoreksia Nervosa atau
Bulimia Nervosa.
Sebutkan Jika :
Menyeluruh : jika ketakutan termasuk situasi yang paling sosial (juga
pertimbangkan diagnosis tambahan Gangguan Kepribadian Menghindar)
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
19/26
19
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III
(PPDGJ)
F40 Gangguan Anxietas Fobik.9,10
F40.0 Agorafobia
Semua kriteria ini harus dipenuhi untuk :
a. Gejala psikologis/otonomik yang timbul harus merupakan manifestasiprimer dari anxietas dan bukan merupakan gejala lain yang sekunder
seperti waham atau pikiran obsesif.
b. Anxietas yang timbul harus terutama terjadi dalam sekurang-kurangnyadua dari situasi berikut :
Banyak orang Tempat-tempat umum Bepergian keluar rumah Bepergian sendiri
c. Menghindari situasi fobik harus/sudah merupakan gambaran yangmenonjol
F40.1 Fobia Sosial
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk suatu diagnosis pasti:
Gejala-gejala psikologis, perilaku /otonomik harus merupakan manifestasiprimer dari anxietas dan bukan sekundari gejala lain seperti waham /
pikiran obsesif
Anxietas harus hanya terbatas / menonjol pada situasi sosial tertentu saja Penghindaran dari situasi fobik harus merupakan gambaran yang menonjol
F40.2 Fobia Khas (Terisolasi)
Semua kriteria yang dibawah ini untuk diagnosis :
a. Gejala psikologis atau otonomik harus merupakan manifestasi primer darianxietas, dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti waham atau
pikiran obsesif.
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
20/26
20
b. Anxietas harus terbatas pada adanya objek situasi fobik tertentu.c. Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya
F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT
2.2.6 Diagnosis Banding Fobia
Diagnosis fobia harus dapat dibedakan dari ketakutan yang sesuai dan rasa
malu yang normal.DSM-IV-TR membantu dalam pembedaan dengan
mengharuskan gejala mengganggu kemampuan pasien berfungsi secara
tepat.Kondisi medis non-psikiatrik yang dapat mencetuskan fobia berupa
penggunaan obat-obat atau zat-zat terlarang, tumor sistem saraf pusat, dan
penyakit serebrovaskuler.Skizofrenia merupakan diagnosis banding untuk fobia
spesifik dan fobia sosial.Hal ini dikarenakan fobia dapat menjadi salah satu gejala
psikosis mereka.Namun berbeda dengan pasien skizofrenia, pasien yang
mengalami fobia menyadari ketidaklogisan dari rasa cemasnya dan tidak memiliki
imajinasi yang bizar seperti pada psikosis.
Dalam penegakan diagnosis banding, harus mempertimbangkan gangguan
serangan panik, agoraphobia, dan gangguan pribadi menghindar. Pada kasus-
kasus individual, penegakan diagnosisnya cukup sulit, namun secara umum pasien
yang mengalami fobia akan segera merasa cemas ketika dihadapkan dengan
stimulannya. Dan umumnya pada fobia sosial, pasien akan merasa cemas bila
dihadapkan pada situasi yang spesifik.
Pasien dengan agoraphobia merasa nyaman dengan adanya orang lain
dalam situasi yang menimbulkan kecemasan, berbeda dengan pasien dengan fobia
sosial akan semakin merasa cemas. Gejala pada fobia sosial berupa wajah yang
kemerahan, kedutan otot, dan rasa cemas yang menyebabkannya ingin segera
meninggalkan situasi mencemaskan tersebut.
Diagnosis banding untuk fobia spesifik adalah hipokondriasis, gangguan
obsesif-kompulsif, dan gangguan kepribadian paranoid. Hipokondriasis dibedakan
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
21/26
21
dimana pasien merasa sudah sakit, sedangkan fobia pasien merasa takut akan
terkena penyakit. Pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif, penegakan
diagnosis lebih sulit karena untuk membedakan alasan mereka menjauhi stimulan
tersebut kadang-kadang kurang jelas. Pasien dengan gangguan kepribadian
paranoid akan cenderung menghindari segala macam stimuli dibandingkan
dengan fobia spesifik yang akan merasa cemas hanya pada stimuli tertentu.
Diagnosis banding untuk fobia sosial adalah gangguan depresif berat dan
gangguan kepribadian schizoid. Penghindaran dari segala bentuk sosialisasi akan
mengarah pada gangguan depresi berat. Pada gangguan kepribadian schizoid,
pasien umumnya tidak ingin berinteraksi dibandingkan takut berinteraksi dengan
sosial.
2.2.7 Penatalaksanaan
Terdapat beberapa macam bentuk terapi, yakni terapi perilaku, psikoterapi
dan berbagai modalitas terapi lainnya.
Terapi Peri laku
Salah satu terapi yang paling sering digunakan dan dipelajari adalah terapi
perilaku. Kesuksesan terapi ini bergantung pada :
komitmen pasien dengan terapi permasalahan dan tujuan terapi yang jelas berbagai strategi yang dapat digunakan untuk menangani masalah.
Terapi perilaku yang sering digunakan adalah desensitisasi sistematis,
dimana pasien dipajankan dengan stimuli-stimuli yang berkekuatan menimbulkan
cemas yang paling rendah hingga yang paling kuat. Dengan penggunaan obat-obat
antianxietas, hipnosis, dan instruksi relaksasi otot, pasien diajarkan untuk
membentuk suatu mekanisme respon yang baru terhadap stimulus-stimulus
tersebut. Selain itu,, terdapat terapi perilaku yang lain yakni image flooding,
dimana pasien dipajankan dengan gambar-gambar stimulus cemas sampai pada
masa dimana pasien tidak merasakan cemas lagi.2
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
22/26
22
Psikoterapi
Dahulu psikiater-psikiater percaya bahwa psikoterapi merupakan terapi
yang terutama, namun dengan seiring berjalannya waktu, psikiater dihadapkan
pada kenyataan bahwa psikoterapi tidak mengurangi kecemasan yang timbul dari
respon pasien terhadap stimulus tersebut. Kemudian para psikiater berinisiatif
untuk menghimbau pasien menghadapi sumber-sumber kecemasannya2.
Terapi Lainnya
Hipnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga berguna pada terapi
gangguan fobia. Hipnosis digunakan untuk meningkatkan sugesti ahli terapi
bahwa objek fobik tidaklah berbahaya, dan teknik hipnosis diri diajarkan pada
pasien sebagai metode relaksasi jika berhadapan dengan objek fobik. Psikoterapi
suportif dan terapi keluarga berguna dalam membantu pasien secara aktif
menghadapi objek fobik selama pengobatan. Obat-obatan seperti antagonis
reseptor -2 adrenergik dapat berguna pada pasien dengan fobia spesifik,
benzodiazepine, psikoterapi, atau terapi kombinasi dapat digunakan pada kasus
fobia spesifik. Pasien dengan fobia sosial, psikoterapi dan farmakoterapi berguna
untuk menangani gangguan fobia sosial. Menggabungkan kedua bentuk terapi
diduga meningkatkan efektivitas terapi. Obat-obatan yang dapat digunakan pada
fobia sosial berupa:7
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor Benzodiazepine Venlafaxine Buspirone
2.2.8 Prognosis
- 75% penderita fobia spesifik dapat mengatasi ketakutannya dengan terapikognitif perilaku
- 80% penderita fobia sosial membaik dengan farmakoterapi, terapi kognitifperilaku atau kombinasi
- Agorafobia dengan gangguan panik yang diterapi:
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
23/26
23
o 3040%: bebas gejala untuk waktu yang lamao 50%: gejala ringan yang tidak mengganggu kehidupan sehari-hario 1020%: tidak membaik
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
24/26
24
BAB III
KESIMPULAN
1. Cemas adalah suatu sinyal yang menyadarkan dan memeringatkan adanyabahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang untuk bertindak
mengatasi ancaman tersebut. Cemas juga dapat ditandai dengan gejala-
gejala otonom.
2. Fobia adalah ketakutan irasional yang menghasilkan penghindaran secarasadar tentang situasi yang ditakuti. Orang yang terkena mengakui bahwa
reaksi yang dilakukan adalah berlebihan.
3. Gangguan ansietas fobia ditandai dengan adanya ansietas yang dicetuskanoleh adanya situasi atau obyek yang jelas (dari luar individu itu sendiri),
ketika sebenarnya kejadian itu tidak membahayakan.
4. Etiopatogenesis fobia terdiri dari faktor psikoanalitik dan faktor perilaku.Fobia ditandai oleh kesadaran akan kecemasan yang berat ketika pasien
terpapar situasi atau obyek spesifik.
5. Fobia dibedakan dalam tiga jenis menurut obyek atau situasi ketakutan,yaitu agorafobia, fobia spesifik, dan fobia sosial. Prevalensi agorafobia
adalah 2-6%, fobia spesifik 11% dan fobia sosial 3-13%. Kebanyakan
gangguan fobia selain sosial lebih lazim terjadi pada perempuan daripada
laki-laki.
6. Terapi pada pasien ansietas fobia meliputi terapi perilaku yang seringdigunakan (desensitisasi sistematis), dimana pasien dipajankan dengan
stimuli yang berkekuatan menimbulkan cemas yang paling rendah hingga
yang paling kuat. Hipnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga berguna
pada terapi gangguan fobia. Hipnosis diajarkan pada pasien sebagai
metode relaksasi jika berhadapan dengan obyek fobia. Psikoterapi suportif
dan terapi keluarga berguna dalam membantu pasien secara aktif
menghadapi obyek fobia selama pengobatan. Obat-obatan seperti
antagonis reseptor alfa-2-adrenergik berguna pada pasien dengan fobia
spesifik; selective serotonin reuptake inhibitor, benzodiazepine,
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
25/26
25
psikoterapi, atau terapi kombinasi dapat digunakan pada kasus fobia
spesifik.
7. Prognosis gangguan fobia ditentukan tergantung pada perilaku fobiaapakah dapat mengganggu kemampuan seseorang berfungsi,
ketergantungan finansial pada orang lain dan gangguan dalam kehidupan
sosial, pekerjaan, dan akademik.
5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik
26/26
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan H.I, Saddock B.J, Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri.BinarupaAksara, Jakarta
2. Maramis W.F, Nerosa. 2004. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press, Surabaya; p.250-262
3. Elvira, Sylvia D. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
4. Mansjoer A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: MediaAesculapius FKUI; p. 85
5. Martin, Andreas dan Volkmar, Fred. 2007. Lewis's Child and AdolescentPsychiatry: A Comprehensive Textbook, 4th Edition. Lippincott Williams
& Wilkins
6. Semple, David; Smyth, Roger; Burns, Jonathan; Darjee, Rajan; McIntosh,Andrew. 2005. Oxford Handbook of Psychiatry, 1st Edition. Oxford
University Press
7. Hahn, Rhoda K. 2003-2004.Psychiatry. Diunduh dari:www.ccspublishing.com/ccs.
8. American Pshyciatryc Association. 2004. Anxiety Disorder, Diagnosticand Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), Washington.
9. Maslim R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa / PPDGJ-III. J. PT Nuh Jaya,Jakarta; p. 74.
10.Departemen Kesehatan RI. Direktoral Jenderal PelayananMedik.2005.Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.