Top Banner

of 26

Gangguan Ansietas Fobik

Oct 13, 2015

Download

Documents

noviantykusumo

Gangguan Ansietas Fobik
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    1/26

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Ansietas dapat dialami oleh hampir setiap manusia.Ansietas ditandai oleh rasa

    ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan samar-samar, disertai gejala

    otonomik.Gejala yang ditemukan bervariasi dari setiap orang.Ansietas merupakan

    sinyal yang memeringatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan

    seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman tersebut.

    Setiap orang pernah mengalami ansietas dalam hidupnya.Selama individu

    masih dapat mengatasi stresornya, maka ansietas tersebut masih bersifat

    normal.Jika tidak, ansietas patologik akan timbul. Ansietas patologik merupakan

    respons terhadap ancaman yang sumberna tidak diketahui, bersifat internal,

    samar-samar, atau konfliktual.

    Fobia didefinisikan sebagai ketakutan irasional yang menghasilkan

    penghindaran secara sadar terhadap objek atau situasi yang ditakuti.Menurut

    Manual American Psychiatry Association Diagnostik dan Statistik Gangguan

    Mental Edisi Keempat (DSM-IV), gangguan fobia dapat dibagi menjadi 3 jenis:

    fobia sosial (gangguan kecemasan sosial), fobia khusus (sederhana), dan

    agorafobia.

    Gangguan ansietas fobik ditandai dengan adanya ansietas yang dicetus

    oleh adanya situasi atau obyek yang jelas (dari luar individu) yang sebenarnya

    pada saat kejadian ini tidak membahayakan.Sebagai akibatnya, obyek atau situasi

    tersebut dihindari atau dihadapi dengan perasaan terancam.

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    2/26

    2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Gangguan Cemas

    2.1.1. Definisi

    Menurut Kaplan H.I dan Saddock B.J., cemas didefinisikan sebagai suatu

    sinyal yang menadarkan; ia memeringatkan adanya bahaya yang mengancam dan

    memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Rasa

    tersebut ditandai dengan gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi,

    rasa sesak di dada, tidak nyaman pada perut, dan gelisah.1

    Rasa cemas dapat datang dari eksternal atau internal.Masalah eksternal

    umumnya terkait dengan hubungan antara seseorang dengna komunitas, teman,

    atau keluarga.Masalah internal umumnya terkait dengan pikiran seseorang sendiri.

    2.1.2. Etiopatogenesis Gangguan Cemas

    a. Teori PsikologisTeori Psikoanali tik

    Sigmeun Freud menyatakan dalam bukunya Inhibitons,

    Symptoms, Anxiety bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego

    bahwa suatu dorongan yang tidak dapat diterima menekan untuk

    mendapatkan perwakilan dan pelepasan sadar. Sebagai suatu sinyal,

    kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap

    tekanan dari dalam. Jika kecemasan naik di atas tingkatan rendah

    intensitas karakter fungsinya sebagai suatu sinyal, ia akan timbul sebagai

    serangan panik.1

    Teori Peri laku

    Rasa cemas dianggap timbul sebagai respon dari stimulus

    lingkungan yang spesifik. Contohnya, seorang anak laki-laki yang

    dibesarkan oleh ibunya yang memperlakukannya semena-mena, akan

    segera merasa cemas bila ia bertemu ibunya. Melalui proses generalisasi,

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    3/26

    3

    ia akan menjadi tidak percaya dengan wanita. Bahkan seorang anak dapat

    meniru sifat orangtuanya yang cemas.

    Teor i Eksistensi

    Pada gangguan cemas menyeluruh, tidak didapatkan stimulus rasa

    cemas yang bersifat kronis. Inti dari teori eksistensi adalah seseorang

    merasa hidup di dalam dunia yang tidak bertujuan. Rasa cemas adalah

    respon mereka terhadap rasa kekosongan eksistensi dan arti.1

    b. Teori BiologisBerdasarkan aspek biologis, didapatkan beberapa teori yang mendasari

    timbulnya cemas yang patologis antara lain:

    1. Sistem saraf otonomPada ansietas diduga terjadi peningkatan kepekaan terhadap sistem

    saraf simpatik, lambat beradaptasi terhadap bermacam-macam stimulus

    dan reaksi berlebihan terhadap stimulus sedang.Gejala-gejala yang

    ditimbulkan akibat stimulus terhadap sistem saraf otonom adalah:

    sistem kardiovaskuler (palpitasi) muskuloskeletal (nyeri kepala) gastrointestinal (diare) respirasi (takipneu)Sistem saraf otonom pada pasien dengan gangguan cemas, terutama

    pada pasien dengan gangguan serangan panik, mempertunjukan

    peningkatan tonus simpatetik, yang beradaptasi lambat pada stimuli

    repetitif dan berlebih pada stimuli yang sedang.2

    2. NeurotransmiterTiga neurotransmiter utama yang dianggap berperan pada ansietas

    adalah norepinefrin, serotonin dan Gamma Amino Butyric Acid (GABA).1

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    4/26

    4

    a. NorepinephrineGejala kronis yang ditunjukan oleh pasien dengan gangguan

    cemas berupa serangan panik, insomnia, terkejut, dan autonomic

    hyperarousal, merupakan karakteristik dari peningkatan fungsi

    noradrenergik.Teori umum dari keterlibatan norepinephrine pada

    gangguan cemas, adalah pasien tersebut memiliki kemampuan

    regulasi sistem noradrenergik yang buruk terkait dengan

    peningkatan aktivitas yang mendadak.Sel-sel dari sistem

    noradrenergik terlokalisasi secara primer pada locus ceruleus pada

    rostral pons, dan memiliki akson yang menjurus pada korteks

    serebri, sistem limbik, medula oblongata, dan medula

    spinalis.Percobaan pada primata menunjukan bila diberi stimulus

    pada daerah tersebut menimbulkan rasa takut dan bila dilakukan

    inhibisi, primata tersebut tidak menunjukan adanya rasa takut.

    Studi pada manusia, didapatkan pasien dengan gangguan serangan

    panik, bila diberikan agonis reseptor -adrenergik ( Isoproterenol )

    dan antagonis reseptor -2 adrenergik dapat mencetuskan serangan

    panik secara lebih sering dan lebih berat. Kebalikannya, clonidine,

    agonis reseptor -2 menunjukan pengurangan gejala cemas.2

    b. SerotoninPara peneliti juga menduga bahwa gen yang terlibat dalam

    regulasi serotonin kemungkinan memegang peran dalam

    menentukan trait yang terkait dengan kecemasan.Ditemukannya

    banyak reseptor serotonin telah mencetuskan pencarian peran

    serotonin dalam gangguan cemas. Berbagai stress dapat

    menimbulkan peningkatan 5-hydroxytryptamine pada prefrontal

    korteks, nukleus accumbens, amygdala, dan hipotalamus lateral.

    Penelitian tersebut juga dilakukan berdasarkan penggunaan obat-

    obatan serotonergik seperti clomipramine pada gangguan obsesif

    kompulsif.Efektivitas pada penggunaan obat buspirone juga

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    5/26

    5

    menunjukkan kemungkinan relasi antara serotonin dan rasa cemas.

    Sel-sel tubuh yang memiliki reseptor serotonergik ditemukan

    dominan pada raphe nuclei pada rostral brainstem dan menuju pada

    korteks serebri, sistem limbik, dan hipotalamus.2

    c. GABASejumlah neurotransmitter berpengaruh pada reaksi

    kecemasan, termasuk Gamma Aminobutyric Acid (GABA).GABA

    adalah neurotransmitter yang inhibitori, yang berarti meredakan

    aktivitas berlebih dari sistem syaraf dan membantu untuk meredam

    respon-respon stres. Bila aksi GABA tidak adekuat, neuron-neuron

    dapat berfungsi berlebihan, kemungkinan menyebabkan kejang-

    kejang. Dalam kasus-kasus yang kurang dramatis, aksi GABA

    yang kurang adekuat dapat meningkatkan keadaan kecemasan.

    Pandangan tentang peran GABA ini didukung oleh penemuan

    bahwa orang dengan gangguan panik menunjukkan taraf GABA

    yang lebih rendah dibeberapa bagian otakatau disfungsi dalam

    reseptor serotonin dan neropinephrine di otak juga memegang

    peran dalam gangguan-gangguan kecemasan. Hal ini mungkin

    dapat menjelaskan mengapa obat-obat antidepresi yang

    mempengaruhi sistem neurotransmitter ini sering kali mempunyai

    efek menguntungkan dalam menangani beberapa tipe gangguan

    kecemasan, termasuk gangguan panik dan fobia sosial.2

    Peran GABA pada gangguan cemas sangat terlihat dari

    efektivitas obat-obatan benzodiazepine, yang meningkatkan

    aktivitas GABA pada reseptor GABA tipe A. Walaupun

    benzodiazepine potensi rendah paling efektif terhadap gejala

    gangguan cemas menyeluruh, benzodiazepine potensi tinggi seperti

    alprazolam dan clonazepam ditemukan efektif pada terapi

    gangguan serangan panic.3

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    6/26

    6

    Pada suatu studi struktur dengan CT scan dan MRI menunjukan

    peningkatan ukuran ventrikel otakterkait dengan lamanya pasien

    mengkonsumsi obat benzodiazepine. Pada satu studi MRI, sebuah

    defek spesifik pada lobus temporal kanan ditemukan pada pasien

    dengan gangguan serangan panik. Beberapa studi pencitraan otak

    lainnya juga menunjukan adanya penemuan abnormal pada

    hemisfer kanan otak, tapi tidak ada pada hemisfer kiri. fMRI,

    SPECT, dan EEG menunjukan penemuan abnormal pada korteks

    frontal pasien dengan gangguan cemas, yang ditemukan juga pada

    area oksipital, temporal, dan girus hippocampal. Pada gangguan

    obsesif kompulsif diduga terdapat kelainan pada nukleus kaudatus.

    Pada PTSD, fMRI menunjukan pengingkatan aktivitas pada

    amygdala. 4

    c. NeuroanatomisBerdasarkan pertimbangan neuroanatomis, daerah sistem limbik dan

    korteks serebri dianggap memegang peran penting dalam proses terjadinya

    cemas.4

    Kor teks Serebri

    Korteks serebri bagian frontal berhubungan dengan regio

    parahippocampal, cingulate gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga

    berkaitan dengan gangguan cemas.Korteks temporal juga dikaitkan dengan

    gangguan cemas. Hal ini diduga karena adanya kemiripan antara presentasi

    klinis dan EEG pada pasien dengan epilepsy lobus temporal dan gangguan

    obsesif kompulsif.4

    Sistem Limbik

    Selain menerima inervasi dari noradrenergik dan serotonergik, sistem

    limbik juga memiliki reseptor GABA dalam jumlah yang banyak. Ablasi dan

    stimulasi pada primata juga menunjukan jikalau sistem limbik berpengaruh

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    7/26

    7

    pada respon cemas dan takut. Dua area pada sistem limbik menarik perhatian

    peneliti, yakni peningkatan aktivitas pada septohippocampal, yang diduga

    berkaitan dengan rasa cemas, dan cingulate gyrus, yang diduga berkaitan

    dengan gangguan obsesif kompulsif.5

    d. Faktor GenetikaFaktor genetik juga berperan dalam terjadinya gangguan ansietas.Sekitar

    25% keluarga turunan pertama cenderung menderita gangguan ansietas.Pada

    anak kembar monozigot angka kejadian mencapai 50% dan pada anak kembar

    dizigot 15%. Namun sejauh ini tidak ada gen spesifik, tetapi yang diturunkan

    diduga adalah kepekaan untuk mengalami gangguan ini.5

    2.1.3. Tanda dan Gejala Gangguan Cemas

    Gejala-gejala cemas terdiri dari dua komponen: kesadaran terhadap sensasi

    fisiologis (palpitasi atau berkeringat) dan kesadaran terhadap rasa gugup atau

    takut.Rasa cemas juga memengaruhi kemampuan berpikir, persepsi, dan

    belajar.Umumnya hal tersebut menyebabkan rasa bingung dan distorsi

    persepsi.Distorsi ini dapat menganggu belajar dengan menurunkan kemampuan

    memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat dan menganggu kemampuan

    untuk menghubungkan satu hal dengan lainnya.6

    2.1.4. Klasifikasi

    Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV):

    1. Serangan panik dengan atau tanpa agoraphobia2. Agoraphobia dengan atau tanpa Serangan panic3. Fobia spesifik4. Fobia sosial5. Gangguan Obsesif-Kompulsif6. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)7. Gangguan Stress Akut;8. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder).

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    8/26

    8

    Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III:

    F40 Gangguan Anxietas Fobik

    F40.0 Agorafobia

    .00 Tanpa gangguan panik

    .01 Dengan gangguan panik

    F40.1 Fobia sosial

    F40.2 Fobia khas (terisolasi)

    F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya

    F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT

    F41 Gangguan Anxietas Lainnya

    F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)

    F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh

    F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif

    F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya

    F41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT

    F41.9 Gangguan anxietas YTT

    2.2. Gangguan Ansietas Fobia

    2.2.1. Definisi

    Fobia berasal dari bahasa Yunani yaitu Fobos yang berarti

    ketakutan.Menurut American Pshyciatryc Association dalam Anxiety Disorder,

    Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), Fobia adalah

    suatu ketakutan yang tidak irasional yang menyebabkan penghindaran yang

    disadari objek, aktifitas / situasi yang ditakuti. Reaksi fobia menyebabkan

    gangguan pada kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam kehidupannya. 7

    Gangguan anxietasfobik dicetuskan hanya atau secara predominan oleh

    adanya situasi atau objek yang jelas, tertentu (dari luar individu itu sendiri).

    Anxietas sebenarnya secara umum tidak berbahaya. Sebagai akibatnya adalah

    bahwa situasi atau objek demikian secara khusus dihindari dengan perasaan

    terancam. Secara subjektif, fisiologik dan behavioral, anxietas fobik tidak dapat

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    9/26

    9

    dibedakan dari anxietas jenis lain dan dapat bervariasi tingkat keparahannya dari

    yang paling ringan sampai yang berat. Perhatian yang bersangkutan terfokus pada

    gejala-gejala individual, seperti palpitasi, perasaan mau pingsan dan sering kali

    disertai perasaan takut mati, takut kehilangan kendali atau takut menjadi gila.

    Anxietas tersebut tidak berkurang meskipun ia mengetahui bahwa orang lain tidak

    menganggap situasi yang dihadapi tersebut berbahaya atau mengancam.

    Membahayakan mengahadapi situsi fobik ini saja umumnya sudah dapat

    menimbulkan anxietas sebelumnya. Kebanyakan gangguan fobik selain sosial

    lebih lazim terjadi pada perempuan daripada laki-laki.7

    2.2.2. Klasifikasi

    Fobia dibedakan dalam tiga jenis menurut jenis objek atau situasi

    ketakutan yaitu agorafobia, fobia spesifik, dan fobia sosial. Agorafobia adalah

    ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta adanya kesulitan untuk

    segera menyingkir ke tempat aman. 7

    Fobia spesifik adalah suatu rasa takut yang kuat, persisten, dan berlebihan

    atau tidak masuk akal pada suatu objek atau situasi tertentu (terbang, binatang,

    ketinggian, melihat darah) yang mengganggu kehidupan sehari-hari. Paparan dari

    stimulus fobia akan hampir selalu memprovokasi respon kecemasan langsung,

    seperti serangan panik. Pada anak-anak, responini mungkin muncul sebagai

    tantrum, menangis, atau diam. Gejala cemas meliputi peningkatan denyut jantung,

    berkeringat, terengah-engah, dan sakit perut. Tidak seperti orang dewasa dengan

    fobia spesifik yang biasanya sadar bahwa ketakutan yang abnormal dan

    maladaptif, anak sering tidak menyadari bahwa rasa takut mereka berlebihan atau

    tidak masuk akal. Untuk remaja dan anak di bawah 18 fobia menetap selama

    minimal 6 bulan.8

    Fobia sosial disebut juga gangguan kecemasan sosial adalah rasa takut

    yang berlebihan terhadap penghinaan dan rasa malu dalam berbagai lingkungan

    sosial. Fobia sosial, atau gangguan kecemasan sosial, didefinisikan dalam DSM-

    IV sebagai ketakutan terus-menerus dari satu atau lebih situasi sosial di mana

    seseorang berhubungan dengan orang asing atau ketakutan ketika diawasi oleh

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    10/26

    10

    orang lain. Gangguan kecemasan sosial telah ditambahkan ke dalam diagnosis

    pada DSM-IV untuk menekankan perbedaan antara fobia sosial dan bentuk lain

    dari fobia, yang diklasifikasikan sebagai fobia spesifik. Pada fobia sosial,

    ancaman atau paparan situasi memprovokasi kecemasan, dan bahkan

    menyebabkan serangan panik. Situasi sosial termasuk takut berbicara dan tampil

    di depan umum , menghadiri pertemuan sosial, dan berbicara dengan orang asing.

    Fobia sosial dapat mengganggu fungsi sehari-hari karena penderita berusaha

    menghindari situasi yang memprovokasi kecemasanatau bertahan dengan

    kesusahan yang lebih berats. Anak-anak dan remaja dengan fobia sosial

    cenderung memiliki fokus berlebihan pada kekhawatiran tentang rasa malu,

    evaluasi negatif, dan penolakan. Mereka sering mengalami peningkatan denyut

    jantung, berkeringat, gangguan pencernaan, dan tremulousness ketika menghadapi

    situasi yang ditakuti. Jika tidak diobati, fobia sosial dapat mengakibatkan

    penolakan di sekolah, penghentian dini pendidikan formal, dan kegagalan untuk

    memasuki dunia kerja. Pada remaja, fobia sosial dapat mengganggu

    perkembangan kerja dan hubungan Asmara.8

    2.2.3. Epidemiologi

    Menurut Martin, Andreas dan Volkmar, Fred. 2007, dalam bukuLewis's

    Child and Adolescent Psychiatry: A Comprehensive Textbook, 4th Edition

    diperkirakan 5 10 % dari seluruh populasi mengalami gangguan ini. Gangguan

    yang ditimbulkan dari fobia, apabila tidak dihiraukan, dapat menyebabkan

    munculnya gangguan cemas lainnya, gangguan depresi, dan gangguan yang

    berhubungan dengan penggunaan obat terlarang dan alkhohol.

    Menurut Martin, Andreas dan Volkmar, Fred. 2007. Dalam bukuLewis's

    Child and Adolescent Psychiatry: A Comprehensive Textbook, 4th Edition

    Diperkirakan prevalensi agorafobia adalah 2-6%, sedangkan fobia spesifik sekitar

    11% dan fobia sosial adalah 3-13%. Fobia spesifik lebih sering dijumpai

    dibandingkan dengan fobia sosial. Gangguan ini paling sering dialami perempuan

    dan kedua tersering pada pria. Prevalensi 6 bulan fobia spesifik berkisar antara 5

    10 / 100 orang. Rasio wanita berbanding laki laki adalah 2 : 1, walaupun rasio

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    11/26

    11

    untuk fobia terhadap darah, injeksi dan cedera berkisar antara 1 : 1. Puncak onset

    fobia spesifik darah-suntikan-sakit berkisar antara 59 tahun. Sedangkan puncak

    onset fobia situasional berkisar pada umur 20. Umumnya objek penyebab rasa

    takut adalah hewan, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dan kematian.7

    Menurut Martin, Andreas dan Volkmar, Fred. 2007, dalam bukuLewis's

    Child and Adolescent Psychiatry: A Comprehensive Textbook, 4th Edition,

    prevalensi untuk fobia sosial berkisar antara 3 13 %. Untuk prevalensi 6

    bulannya berkisar antara 23 / 100 orang dimana kaum perempuan lebih sering

    mengalami fobia sosial dibandingkan pria, namun pada studi klinis seringkali

    ditemukan kebalikannya. Puncak onset fobia sosial adalah pada masa remaja,

    namun berkisar antara usia 5 hingga 35 tahun.6

    2.2.3 Etiopatogenesis

    Prinsip-prinsip umum pada fobia terdiri dari faktor psikoanalitik dan

    faktor perilaku.

    Faktor Psikoanali tik

    Teori Sigmund Freud menyatakan neurosis fobik, merupakan penjelasan

    analitik untuk fobia spesifik dan fobia sosial. Rasa cemas adalah sinyal untuk

    menyadarkan ego, bahwa dorongan terlarang di alam bawah sadar yang akan

    memuncak dan untuk menyadarkan ego untuk melakukan mekanisme pertahanan

    melawan daya insting yang mengancam. Fobia merupakan hasil konflik yang

    terpusat pada masalah masa kanak-kanak yang tidak terselesaikan. Jika tindakan

    represi untuk mencegah cemas gagal, sistem ego seseorang akan mengaktifkan

    mekanisme pertahanan yang berupa mengalihkan ( displacement ), dimana

    masalah yang tidak selesai dari masa kanak-kanak akan dialihkan kepada objek

    atau situasi yang memiliki kemampuan untuk membangkitkan rasa cemas. Objek

    atau situasi tersebut menjadi simbol dari masalah yang dahulu dialaminya (

    Symbolization ).7

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    12/26

    12

    Mekanisme pertahanan ego terhadap rasa cemas terdiri dari tiga hal, yakni

    represion, displacement, dansymbolization. Sehingga rasa cemas tersebut teratasi

    dengan membentuk phobic neurosis.7

    Pada agoraphobia atau erythrophobia, rasa cemas diduga datang dari rasa

    malu yang mempengaruhi superego. Setiap orang dilahirkan dengan tingkat

    temperamen yang berbeda yang menyebabkan mereka dapat menangani stimuli

    stress dari luar dengan cara yang berbeda. Dalam memunculkan fobia, diperlukan

    tingkat stress yang cukup, seperti kekerasan dalam rumah tangga, terkucilkan dari

    kehidupan sosial sampai kehilangan orang yang dicintai.7

    Faktor Peri laku

    John B. Watson memiliki hipotesis mengenai fobia, dimana fobia muncul

    dari rasa cemas dari stimuli yang menakutkan yang muncul bersamaan dengan

    stimuli kedua yang bersifat netral. Jika dua stimuli dihubungkan bersamaan,

    stimuli netral tersebut bisa membangkitkan kecemasan oleh dirinya sendiri.

    Contohnya pada seseorang yang fobia dengan kucing, dahulu ia pernah dicakar

    oleh kucing, dimana cakaran tersebut merupakan stimuli yang menakutkan,

    sedangkan kucing tersebut merupakan stimuli yang netral, namun karena stimuli

    tersebut muncul secara bersamaan, sehingga kucing tersebut juga menjadi stimuli

    yang menakutkan.7

    Teori pembebasan perilaku menyatakan , kecemasan adalah dorongan

    yang memotivasi organisme melakukan perilaku tertentu untuk menghilangkan

    pengaruh yang menyakitkan. Teori ini dapat diaplikasikan pada fobia spesifik

    terhadap situasi tertentu atau fobia sosial, dengan contoh dimana seseorang dapat

    menghindari berbicara didepan khayalak ramai. Organisme belajar, dengan

    tindakan tertentu dapat menghilangkan stimulus yang mendatangkan kecemasan

    Penghindaran tersebut menjadi gejala yang stabil karena efektif dalam

    melindungi seseorang dari kecemasan fobik.7

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    13/26

    13

    Berikut ini etiopatogenesis fobia spesifik dan fobia sosial :

    Fobia Spesif ik

    Pembentukan fobia spesifik muncul karena proses pemasangan objek

    spesifik atau situasi tertentu dengan perasaan takut dan panik. Kecenderungan

    nonspesifik untuk merasakan takut dan cemas membentuk efek back group,

    misalnya pada suatu keadaan tertentu seperti mengemudi bila dihubungkan

    dengan kecelakaan, akan menyebabkan seseorang mengalami asosiasi permanen

    antara mengemudi dengan kecelakaan. Mekanisme asosiasi lain antara objek fobik

    dan emosi fobik adalah modelling, dimana seseorang mengamati reaksi orang lain

    dan pengalihan informasi, seseorang diperingati tentang bahaya tertentu misalnya

    ular berbisa.8

    Hasil studi menemukan jikalau seseorang dengan fobia spesifik tersebut

    memiliki anggota keluarga tingkat satu memiliki fobia dengan jenis yang sama.

    Sehingga faktor genetik juga memiliki peran dalam fobia spesifik, contohnya pada

    fobia terhadap darah-suntikan-sakit yang tampak nyata terkait dengan keluarga.8

    Fobia Sosial

    Penelitian melaporkan jika beberapa anak kemungkinan memiliki faktor

    keturunan berdasarkan inhibisi perilaku yang konsisten. Hal ini cukup sering pada

    anak-anak dengan orang tua yang memiliki gangguan serangan panik, dan

    mungkin berkembang menjadi pemalu yang parah saat dewasa. Hal ini

    kemungkinan disebabkan oleh lingkungan didikan keluarga yang tertutup, kurang

    perduli, dan terlalu protektif mengenai anak mereka. Beberapa hal kecil dapat

    menjadi indikator dari sifat seseorang, seperti seseorang yang berkuasa mungkin

    cenderung berjalan dengan dagu terangkat dan melakukan kontak mata,

    dibandingkan dengan seseorang yang dikalahkan sering berjalan dengan kepala

    tertunduk dan jarang melakukan kontak mata.8

    Secara spesifik, penggunaan obat antagonis reseptor -adrenergik

    (propanolol) untuk fobia kinerja contohnya berbicara di depan publik. Seseorang

    dengan fobia kinerja biasanya melepaskan lebih banyak norepinephrine atau

    epinephrine, secara sentral maupun perifer, dibandingkan orang-orang non-fobik,

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    14/26

    14

    atau orang-orang tersebut lebih sensitif terhadap stimulasi kadar adrenergik yang

    normal. Pengamatan bahwa mono amine oxidase inhibitor (MAOI) yang lebih

    efektif dibandingkan obat-obatan tricylcic pada terapi fobia sosial menyeluruh,

    diduga jikalau aktivitas dopaminergik berhubungan dengan patogenesis gangguan

    fobia sosial.8

    Faktor genetik diduga memiliki keterkaitan dengan fobia sosial. Anggota

    keluarga tingkat pertama pada seseorang dengan gangguan fobia memiliki

    kecenderungan untuk mengalami fobia sosial sebanyak tiga kali lebih sering

    dibandingkan dengan yang tidak.8

    2.2.4 Tanda dan Gejala

    Fobia ditandai oleh kesadaran akan kecemasan yang berat ketika pasien

    terpapar situasi atau objek spesifik. DSM-IV-TR menyatakan bila serangan panik

    dapat terjadi pada pasien dengan fobia spesifik atau fobia sosial, namun mereka

    sudah mengetahui kemungkinan terjadinya serangan panik tersebut. Paparan

    terhadap stimulan tertentu dapat mencetuskan terjadinya serangan panik.8

    Seseorang yang memiliki fobia akan menghindari stimulus fobianya,

    bahkan sampai pada taraf yang berlebihan. Contohnya seorang pasien fobia

    mungkin menggunakan bus untuk bepergian jarak jauh daripada pesawat terbang.

    Seringkali, pasien dengan gangguan fobia juga memiliki masalah dengan

    gangguan penggunaan zat-zat terlarang sebagai upaya pelarian mereka dari rasa

    cemas tersebut. Selain itu, diperkirakan sepertiga dari seluruh pasien fobia juga

    memiliki keadaan depresif yang berat.8

    Pada pemeriksaan status mental ditandai dengan adanya ketakutan yang

    irasional dan ego-distonik terhadap situasi, aktifitas atau objek tertentu. Pasien

    umumnya menceritakan bagaimana cara mereka menghindari stimulus tersebut.

    Umumnya pasien dengan fobia juga memiliki gejala depresi.8

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    15/26

    15

    2.2.5 Pedoman Diagnosis9

    Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV

    (DSM IV-TR)

    Fobia Spesif ik

    Revisi keempat dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental

    Disorders( DSM-IV-TR ), menggunakan isitilah fobia spesifik untuk dicocokkan

    dengan hasil revisi kesepuluh dari International Statistical Classification of

    Diseases and Related Health Problems( ICD-10 ).

    DSM-IV-TR 300.29 FOBIA SPESIFIK

    A. Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan,ditandai oleh adanya atau antisipasi dari suatu obyek atau situasi spesifik

    (misalnya, naik pesawat terbang, ketinggian, binatang, mendapat suntikkan,

    melihat darah).

    B. Pemaparan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respon kecemasansegera, dapat berupa serangan panik yang berhubungan dengan situasi atau

    predisposisi oleh situasi.

    Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangis,

    tantrum, diam membeku, atau melekat erat menggendong.

    C. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tidak beralasan .Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidak ditemukan

    D. Situasi fobik dihindari atau kalau dihadapi adalah dengan kecemasan ataudengan penderitaan yang jelas.

    E. Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yangditakuti secara bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau

    akademik), atau aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain, atau

    terdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia.

    F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.G. Kecemasan, serangan panik, atau penghindaran fobik dihubungkan dengan

    objek atau situasi spesifik tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    16/26

    16

    lain, seperti Gangguan Obsesif-Kompulsif (misalnya,seseorang takut kotoran

    dengan obsesi tentang kontaminasi), Gangguan Stres pascatrauma(misalnya,penghindaran stimulus yang berhubungan dengan stresor yang

    berat0, Gangguan Cemas Perpisahan (misalnya,menghindari sekolah), Fobia

    Sosial (misalnya,menghindari situasi sosial karena takut merasa malu),

    Gangguan Panik dengan Agorafobia, atau Agorafobia Tanpa Riwayat

    Gangguan Panik.

    Sebutkan tipe :

    Tipe Binatang Tipe Lingkungan Alam (misalanya, ketinggan, badai, air) Tipe Darah, Injeksi, Cedera Tipe Situasional (misalnya, pesawat udara, elevator, tempat tertutup) Tipe Lainnya (misalnya, ketakutan tersedak, muntah, atau mengidap

    penyakit ; pada anak-anak, ketakutan pada suara keras atau karakter

    bertopeng).

    Dalam table ini, kriteria A dan B telah disebutkan didalam DSM-IV-TR

    untuk memberikan kemungkinan jika suatu pajanan terhadap stimulus fobia dapat

    mencetuskan serangan panik. Kontras dengan gangguan serangan panik, serangan

    panik pada fobia spesifik sangat terikat dengan stimulus penyebabnya. Fobia

    darah-suntikan-sakit dibedakan dari fobia yang lain karena didapatkan respon

    yang berbeda dari fobia tersebut, yaitu hipotensi yang disusul dengan bradikardi.

    Penegakan diagnosa fobia spesifik juga harus difokuskan pada benda yang

    menjadi stimulus fobia. Berikut di bawah ini adalah contoh fobia spesifik yakni :

    Acrophobia Takut akan ketinggian

    Agoraphobia Takut akan tempat terbuka

    Ailurophobia Takut akan kucing

    Hydrophobia Takut akan air

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    17/26

    17

    Claustrophobia Takut akan tempat tertutup

    Cynophobia Takut akan anjingMysophobia Takut akan kotoran dan kuman

    Pyrophobia Takut akan api

    Xenophobia Takut akan orang yang asing

    Zoophobia Takut akan hewan

    Fobia Sosial

    Menurut DSM-IV-TR untuk fobia sosial dinyatakan bahwa fobia sosial

    dapat diikuti dengan serangan panik.DSM-IV-TR juga menyertakan untuk fobia

    sosial yang bersifat menyeluruh yang berguna untuk menentukan terapi,

    prognosis, dan respon terhadap terapi.DSM-IV-TR menyingkirkan diagnosa fobia

    sosial bila gejala yang timbul merupakan akibat dari penghindaran sosialisasi

    karena rasa malu dari kelainan mental atau non-mental.

    DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Social Phobia

    A. Ketakutan yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial ataumemperlihatkan perilaku dimana orang bertemu dengan orang asing atau

    kemungkinan diperiksa oleh orang lain. Ketakutan bahwa ia akan bertindak

    dengan cara (atau menunjukkan gejala kecemasan) yang akan menghinakan

    atau memalukan.

    Catatan : pada anak-anak, harus terbukti adanya kemampuan sesuai usianya

    untuk melakukan hubungan sosial dengan orang yang telah dikenalnya dan

    kecemasan hanya terjadi dalam lingkungan teman sebaya, bukan dalam

    interaksi dengan orang dewasa.

    B. Pemaparan dengan situasi sosial yang ditakuti hampir selalu mencetuskankecemasan, dapat berupa seragan panik yang berhubungan dengan situasi atai

    dipredisposisi oleh situasi.

    Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangism

    tantrumm diam membeku, atau bersembunyi dari situasi sosial dengan orang

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    18/26

    18

    asing.

    C.

    Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tidak beralasan.Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidak ditemukan

    D. Situasi sosial atau memperlihatkan perilaku dihindari atau kalau dihadapiadalah dengan kecemasan atau dengan penderitaan yang jelas

    E. Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yangditakuti secara bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau

    akademik), atau aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain, atau

    terdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia.

    F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.G. Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena efek fisiologis langsung

    dari zat (misalnya, penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis

    umum dan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain ( misalnya,

    Gangguan Panik Dengan atau Tanpa Agorafobia, Gangguan Cemas

    Perpisahan, Gangguan Dismorfik Tubuh, Gangguan Perkembangan Pervasif,

    atau Gangguan Kepribadian Skizoid).

    H. Jika terdapat suatu kondisi medis umum atau gangguan mental dengannyamisalnya takut adalah bukan gagap, gemetar pada penyakit Parkinson, atau

    memperlihatkan perilaku makan abnormal pada Anoreksia Nervosa atau

    Bulimia Nervosa.

    Sebutkan Jika :

    Menyeluruh : jika ketakutan termasuk situasi yang paling sosial (juga

    pertimbangkan diagnosis tambahan Gangguan Kepribadian Menghindar)

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    19/26

    19

    Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III

    (PPDGJ)

    F40 Gangguan Anxietas Fobik.9,10

    F40.0 Agorafobia

    Semua kriteria ini harus dipenuhi untuk :

    a. Gejala psikologis/otonomik yang timbul harus merupakan manifestasiprimer dari anxietas dan bukan merupakan gejala lain yang sekunder

    seperti waham atau pikiran obsesif.

    b. Anxietas yang timbul harus terutama terjadi dalam sekurang-kurangnyadua dari situasi berikut :

    Banyak orang Tempat-tempat umum Bepergian keluar rumah Bepergian sendiri

    c. Menghindari situasi fobik harus/sudah merupakan gambaran yangmenonjol

    F40.1 Fobia Sosial

    Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk suatu diagnosis pasti:

    Gejala-gejala psikologis, perilaku /otonomik harus merupakan manifestasiprimer dari anxietas dan bukan sekundari gejala lain seperti waham /

    pikiran obsesif

    Anxietas harus hanya terbatas / menonjol pada situasi sosial tertentu saja Penghindaran dari situasi fobik harus merupakan gambaran yang menonjol

    F40.2 Fobia Khas (Terisolasi)

    Semua kriteria yang dibawah ini untuk diagnosis :

    a. Gejala psikologis atau otonomik harus merupakan manifestasi primer darianxietas, dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti waham atau

    pikiran obsesif.

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    20/26

    20

    b. Anxietas harus terbatas pada adanya objek situasi fobik tertentu.c. Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.

    F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya

    F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT

    2.2.6 Diagnosis Banding Fobia

    Diagnosis fobia harus dapat dibedakan dari ketakutan yang sesuai dan rasa

    malu yang normal.DSM-IV-TR membantu dalam pembedaan dengan

    mengharuskan gejala mengganggu kemampuan pasien berfungsi secara

    tepat.Kondisi medis non-psikiatrik yang dapat mencetuskan fobia berupa

    penggunaan obat-obat atau zat-zat terlarang, tumor sistem saraf pusat, dan

    penyakit serebrovaskuler.Skizofrenia merupakan diagnosis banding untuk fobia

    spesifik dan fobia sosial.Hal ini dikarenakan fobia dapat menjadi salah satu gejala

    psikosis mereka.Namun berbeda dengan pasien skizofrenia, pasien yang

    mengalami fobia menyadari ketidaklogisan dari rasa cemasnya dan tidak memiliki

    imajinasi yang bizar seperti pada psikosis.

    Dalam penegakan diagnosis banding, harus mempertimbangkan gangguan

    serangan panik, agoraphobia, dan gangguan pribadi menghindar. Pada kasus-

    kasus individual, penegakan diagnosisnya cukup sulit, namun secara umum pasien

    yang mengalami fobia akan segera merasa cemas ketika dihadapkan dengan

    stimulannya. Dan umumnya pada fobia sosial, pasien akan merasa cemas bila

    dihadapkan pada situasi yang spesifik.

    Pasien dengan agoraphobia merasa nyaman dengan adanya orang lain

    dalam situasi yang menimbulkan kecemasan, berbeda dengan pasien dengan fobia

    sosial akan semakin merasa cemas. Gejala pada fobia sosial berupa wajah yang

    kemerahan, kedutan otot, dan rasa cemas yang menyebabkannya ingin segera

    meninggalkan situasi mencemaskan tersebut.

    Diagnosis banding untuk fobia spesifik adalah hipokondriasis, gangguan

    obsesif-kompulsif, dan gangguan kepribadian paranoid. Hipokondriasis dibedakan

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    21/26

    21

    dimana pasien merasa sudah sakit, sedangkan fobia pasien merasa takut akan

    terkena penyakit. Pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif, penegakan

    diagnosis lebih sulit karena untuk membedakan alasan mereka menjauhi stimulan

    tersebut kadang-kadang kurang jelas. Pasien dengan gangguan kepribadian

    paranoid akan cenderung menghindari segala macam stimuli dibandingkan

    dengan fobia spesifik yang akan merasa cemas hanya pada stimuli tertentu.

    Diagnosis banding untuk fobia sosial adalah gangguan depresif berat dan

    gangguan kepribadian schizoid. Penghindaran dari segala bentuk sosialisasi akan

    mengarah pada gangguan depresi berat. Pada gangguan kepribadian schizoid,

    pasien umumnya tidak ingin berinteraksi dibandingkan takut berinteraksi dengan

    sosial.

    2.2.7 Penatalaksanaan

    Terdapat beberapa macam bentuk terapi, yakni terapi perilaku, psikoterapi

    dan berbagai modalitas terapi lainnya.

    Terapi Peri laku

    Salah satu terapi yang paling sering digunakan dan dipelajari adalah terapi

    perilaku. Kesuksesan terapi ini bergantung pada :

    komitmen pasien dengan terapi permasalahan dan tujuan terapi yang jelas berbagai strategi yang dapat digunakan untuk menangani masalah.

    Terapi perilaku yang sering digunakan adalah desensitisasi sistematis,

    dimana pasien dipajankan dengan stimuli-stimuli yang berkekuatan menimbulkan

    cemas yang paling rendah hingga yang paling kuat. Dengan penggunaan obat-obat

    antianxietas, hipnosis, dan instruksi relaksasi otot, pasien diajarkan untuk

    membentuk suatu mekanisme respon yang baru terhadap stimulus-stimulus

    tersebut. Selain itu,, terdapat terapi perilaku yang lain yakni image flooding,

    dimana pasien dipajankan dengan gambar-gambar stimulus cemas sampai pada

    masa dimana pasien tidak merasakan cemas lagi.2

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    22/26

    22

    Psikoterapi

    Dahulu psikiater-psikiater percaya bahwa psikoterapi merupakan terapi

    yang terutama, namun dengan seiring berjalannya waktu, psikiater dihadapkan

    pada kenyataan bahwa psikoterapi tidak mengurangi kecemasan yang timbul dari

    respon pasien terhadap stimulus tersebut. Kemudian para psikiater berinisiatif

    untuk menghimbau pasien menghadapi sumber-sumber kecemasannya2.

    Terapi Lainnya

    Hipnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga berguna pada terapi

    gangguan fobia. Hipnosis digunakan untuk meningkatkan sugesti ahli terapi

    bahwa objek fobik tidaklah berbahaya, dan teknik hipnosis diri diajarkan pada

    pasien sebagai metode relaksasi jika berhadapan dengan objek fobik. Psikoterapi

    suportif dan terapi keluarga berguna dalam membantu pasien secara aktif

    menghadapi objek fobik selama pengobatan. Obat-obatan seperti antagonis

    reseptor -2 adrenergik dapat berguna pada pasien dengan fobia spesifik,

    benzodiazepine, psikoterapi, atau terapi kombinasi dapat digunakan pada kasus

    fobia spesifik. Pasien dengan fobia sosial, psikoterapi dan farmakoterapi berguna

    untuk menangani gangguan fobia sosial. Menggabungkan kedua bentuk terapi

    diduga meningkatkan efektivitas terapi. Obat-obatan yang dapat digunakan pada

    fobia sosial berupa:7

    Selective Serotonin Reuptake Inhibitor Benzodiazepine Venlafaxine Buspirone

    2.2.8 Prognosis

    - 75% penderita fobia spesifik dapat mengatasi ketakutannya dengan terapikognitif perilaku

    - 80% penderita fobia sosial membaik dengan farmakoterapi, terapi kognitifperilaku atau kombinasi

    - Agorafobia dengan gangguan panik yang diterapi:

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    23/26

    23

    o 3040%: bebas gejala untuk waktu yang lamao 50%: gejala ringan yang tidak mengganggu kehidupan sehari-hario 1020%: tidak membaik

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    24/26

    24

    BAB III

    KESIMPULAN

    1. Cemas adalah suatu sinyal yang menyadarkan dan memeringatkan adanyabahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang untuk bertindak

    mengatasi ancaman tersebut. Cemas juga dapat ditandai dengan gejala-

    gejala otonom.

    2. Fobia adalah ketakutan irasional yang menghasilkan penghindaran secarasadar tentang situasi yang ditakuti. Orang yang terkena mengakui bahwa

    reaksi yang dilakukan adalah berlebihan.

    3. Gangguan ansietas fobia ditandai dengan adanya ansietas yang dicetuskanoleh adanya situasi atau obyek yang jelas (dari luar individu itu sendiri),

    ketika sebenarnya kejadian itu tidak membahayakan.

    4. Etiopatogenesis fobia terdiri dari faktor psikoanalitik dan faktor perilaku.Fobia ditandai oleh kesadaran akan kecemasan yang berat ketika pasien

    terpapar situasi atau obyek spesifik.

    5. Fobia dibedakan dalam tiga jenis menurut obyek atau situasi ketakutan,yaitu agorafobia, fobia spesifik, dan fobia sosial. Prevalensi agorafobia

    adalah 2-6%, fobia spesifik 11% dan fobia sosial 3-13%. Kebanyakan

    gangguan fobia selain sosial lebih lazim terjadi pada perempuan daripada

    laki-laki.

    6. Terapi pada pasien ansietas fobia meliputi terapi perilaku yang seringdigunakan (desensitisasi sistematis), dimana pasien dipajankan dengan

    stimuli yang berkekuatan menimbulkan cemas yang paling rendah hingga

    yang paling kuat. Hipnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga berguna

    pada terapi gangguan fobia. Hipnosis diajarkan pada pasien sebagai

    metode relaksasi jika berhadapan dengan obyek fobia. Psikoterapi suportif

    dan terapi keluarga berguna dalam membantu pasien secara aktif

    menghadapi obyek fobia selama pengobatan. Obat-obatan seperti

    antagonis reseptor alfa-2-adrenergik berguna pada pasien dengan fobia

    spesifik; selective serotonin reuptake inhibitor, benzodiazepine,

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    25/26

    25

    psikoterapi, atau terapi kombinasi dapat digunakan pada kasus fobia

    spesifik.

    7. Prognosis gangguan fobia ditentukan tergantung pada perilaku fobiaapakah dapat mengganggu kemampuan seseorang berfungsi,

    ketergantungan finansial pada orang lain dan gangguan dalam kehidupan

    sosial, pekerjaan, dan akademik.

  • 5/22/2018 Gangguan Ansietas Fobik

    26/26

    26

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kaplan H.I, Saddock B.J, Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri.BinarupaAksara, Jakarta

    2. Maramis W.F, Nerosa. 2004. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press, Surabaya; p.250-262

    3. Elvira, Sylvia D. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

    4. Mansjoer A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: MediaAesculapius FKUI; p. 85

    5. Martin, Andreas dan Volkmar, Fred. 2007. Lewis's Child and AdolescentPsychiatry: A Comprehensive Textbook, 4th Edition. Lippincott Williams

    & Wilkins

    6. Semple, David; Smyth, Roger; Burns, Jonathan; Darjee, Rajan; McIntosh,Andrew. 2005. Oxford Handbook of Psychiatry, 1st Edition. Oxford

    University Press

    7. Hahn, Rhoda K. 2003-2004.Psychiatry. Diunduh dari:www.ccspublishing.com/ccs.

    8. American Pshyciatryc Association. 2004. Anxiety Disorder, Diagnosticand Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), Washington.

    9. Maslim R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa / PPDGJ-III. J. PT Nuh Jaya,Jakarta; p. 74.

    10.Departemen Kesehatan RI. Direktoral Jenderal PelayananMedik.2005.Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

    Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.