-
29
BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
4.1. Perkembangan Etnis Sumba di Indonesia
Etnis sumba merupakan bagian yang tidak bisa lepas dari
Indonesia. Etnis sumba
sendiri berada di Pulau Sumba,sebuah pulau di Indonesia bagian
tengah yang masuk dalam
gugusan kepulauan Nusa tenggara dan merupakan bagian dari
Provinsi Nusa Tenggara Timur
( NTT).
Letak astronomis pulau Sumba yaitu 119 LS-120 LS dan 9 BT- 10
BT. Pulau Sumba
sendiri terbagi dalam 4 wilayah kabupaten yaitu: a) Sumba Timur,
ibukotanya Waingapu,
b)Sumba Barat, ibukotanya Waikabubak, c)Sumba Tengah, ibukotanya
Waibakul, d) Sumba
Barat Daya,ibukotanya Waitabula.
4.1.1 Peta Pulau Sumba
“Sumba berasal dari kata Humba atau Hubba yang berarti asli.
Penduduk pulau Sumba
biasa menyebut pulau mereka dengan nama Tana Humba yang berarti
tanah asli, dan mereka
menyebut dirinya sebagai Tau Humba atau orang-orang asli” 1.
1http://budaya-sumba.blogspot.com/2010/08/budaya-sumbaawang-praing.html
(Diunduh pada 11 Febuari 2015
pukul 13:54 WIB)
-
30
Kata “humba” menurut legenda tua orang Sumba, berasal dari nama
seorang putri cantik
anak bangsawan Sumba. Putri ini bernama Rambu Kaita Kamba Humba
atau akrabnya
Rambu Humba, ia dijodohkan dengan seorang putra bangsawan Ende.
Penduduk pulau
Sumba sendiri sebenarnya bukan penduduk asli, tetapi pendatang
dari berbagai daerah seperti
Sawu, Bima, Ende, Makasar, Bugis, Selayar, Buton, dan yang
paling utama dikatakan dalam
beberapa cerita, nenek moyang orang Sumba berasal dari Malaka
Tana Bara atau dari
Semenanjung Malaka.
Kehidupan masyarakat Etnis Sumba tidak jauh dari sikap saling
tolong menolong,
menghargai orang yang lebih tua dan juga peduli terhadap sesama.
Hal ini membuat mereka
menjadi semakin menjaga segala bentuk hubungan dengan sesama
agar tidak menyebabkan
perpecahan dalam suatu kelompok etnis, khususnya pada etnis
Sumba. Masyarakat Sumba
pada umunya tidak bisa lepas dari adat istiadat, dan juga
kebiasaan yang ada, semuanya
diharuskan untuk selalu menjaga, melestarikan adat
istiadat,kebiasaan dan juga budaya yang
mereka miliki selama ini agar tidak hilang oleh berkembangnya
waktu yang berjalan. Adat
istiadat serta kebiasaan dari masyarakat Sumba yang masih bisa
dilihat sampai saat ini adalah
kebiasaan berkumpul bersama-sama dengan keluarga serta sanak
saudara, baik itu dalam
keadaan sukacita maupun dukacita seperti perayaan pesta adat
pernikahaan dan juga perayaan
adat kematian,serta perayaan acara adat lainnya.
Kebiasaan berkumpul pun tidak lepas dari kebiasaan mereka dalam
mengkonsumsi
minum keras (miras).
“Biasanya kami orang Sumba senang berkumpul dan menghabiskan
waktu dengan minum miras,kami suka minum miras sama-sama supaya
bisa mengakrabkan tali persaudaraan2”.
Adu kekuatan fisik juga sering dilakukan oleh Etnis Sumba,
apalagi karakter dan
kabiasaan dari Etnis Sumba itu sebagai pemicu mereka untuk
berkonflik atau adu kekuatan
fisik. Seperti yang dikatakan dalam wawancara yang terjadi
dengan salah satu Etnis Sumba.
“Orang Sumba itu wataknya keras, cepat emosi ditambah lagi
temperamental tinggi itu yang jadi karakter dari Etnis Sumba.
Kehidupan seperti ini yang membuat kami sebagai orang Sumba kadang
berperilaku diluar batas, apalagi ditambah dengan kebiasaan suka
minum miras3”.
2Transkrip Wawancara dengan A, tanggal 20 Maret 2015, Pukul
13:40 WIB Di Cafetaria Kampus UKSW 3 Transkrip Wawancara dengan B ,
tanggal 20 Maret 20155, Pukul 13:20 WIB Di Cafetaria Kampus
UKSW
-
31
Dari wawancara yang dilakukan, bisa dikatakan tidak semua Etnis
Sumba itu suka
membuat onar dan bahkan ada nilai positif yang mereka miliki
dalam menjaga persaudaraan
antar sesama Etnis Sumba.
“Orang Sumba itu memang suka minum miras, buat onar, tapi tidak
semua dari kami seperti itu, kami juga punya solidaritas yang baik
dengan sesama orang Sumba, kalo ada satu orang dari kami yang
dipukul kami sebagai saudara yang sama-sama dari Sumba kita pasti
akan bantu4 ”
4.2. Perkembangan Etnis Maluku di Indonesia
Maluku adalah etnis yang terdapat di Provinsi Maluku Indonesia.
5Secara astronomis,
Maluku terletak pada 3°'-8,30° Lintang Selatan dan 125,45°-135°
Bujur Timur, secara
geografis terletak di antara Provinsi Maluku Utara, Papua Barat,
Sulawesi Tenggara dan
Sulawesi Tengah, Negara Timor Leste dan Australia.
4.2.1. Peta Maluku
“Masyarakat Maluku pada umumnya memiliki kulit gelap, rambut
ikal, kerangka
tulang besar dan kuat, serta profil tubuh yang lebih atletis
dibandingkan dengan etnis atau
suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan
yang mana aktivitas laut
seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum
pria” 6.
4 Transkrip Wawancara dengan C , Pada tanggal 20 Maret 2015,
Pukul 13:45 WIB Di Cafetaria Kampus UKSW 5
http://www.ordamaluku.com/p/blog-page_23.html (Diunduh tanggal 13
Febuari 2015 Pukul 12:41 WIB)
6http://travellersindo.blogspot.com/2014/06/mengenal-masyarakat-budaya-di-maluku.html
(Diunduh tanggal 11
febuari 2015 Pukul 14:26 WIB)
-
32
Sejak zaman dahulu di antara orang-orang yang sudah memiliki
darah campuran
dengan suku lain yaitu dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan
Portugis) serta Spanyol,
kemudian Bangsa Arab sudah lazim mengingat daerah ini telah
dikuasai bangsa asing selama
2.300 tahun dan melahirkan keturunan-keturunan baru, yang mana
sudah bukan ras
Melanesia murni lagi namun tetap mewarisi dan hidup dengan
beradatkan gaya Melanesia-
Alifuru.
Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa
dan Arab inilah
maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang
digolongkan sebagai daerah
yang memiliki kaum Mestizo terbesar selain Timor Leste (Timor
Leste, sekarang menjadi
negara sendiri). Bahkan hingga sekarang banyak nama fam/mata
ruma di Maluku yang
berasal adat bangsa asing seperti;
Belanda(Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer,
Gaspersz,
Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden, dan lain-lain) serta
Portugal (Da Costa, De Fretes,
Que, Carlino, De Souza, De Carvalho, Pareira, Courbois,
Frandescolli, dan lain-lain).
Ditemukan pula fam/marga keturunan bangsa Spanyol (Olibiera,
Diaz, De Jesus, Silvera,
Rodriguez, dan lain-lain) serat fam-fam Arab yang langsung dari
Hadramaut (Al-Kaff, Al-
Katiri, Bachmid, Bahasoan, Al-Qadri;, Alaydrus, Assegaff, dan
lain-lain). Cara penulisan
fam/marga orang Ambon/Maluku pun masih mengikuti dan disesuaikan
dengan cara
pembacaan ejaan asing seperti; Rieuwpassa (baca; Riupasa),
Nikijuluw (baca; Nikiyulu),
Louhenapessy (baca ;Lohenapesi), Kallaij (baca; Kalai), dan
Akyuwen (baca; Akiwen).
Etnis Maluku tidak hanya berbicara tentang orang-orang yang
tinggal di Ambon saja
melainkan orang-orang yang juga bertempat tinggal di Halmahera,
Ternate, Tidore (Maluku
Utara). Pada dasarnya mata pencaharian utama orang Maluku
(Ambon,Ternate,Halmahera)
adalah bercocok tanam di ladang dengan tanaman pokok padi,
jagung, ubi jalar, ubi kayu,
sayur-sayuran, kacang-kacangan, kelapa, kopi, cengkeh,
pala,tembakau dan buah-buahan.
Dalam penggunaan bahasa pada masyarakat Maluku, untuk orang
Ambon bahasa
yang digunakan merupakan perkembangan dari bahasa asli yang
dipengaruhi oleh bahasa
Melayu. Ada juga yang menyebut bahasa Ambon sebagai bahasa
Melayu Ambon atau
Nusalaut. Dan untuk orang Halmahera dan juga Ternate bahasa yang
digunakan adalah
bahasa Ternate tetapi karena merupakan salah satu daerah
historis di kawasan timur
Nusantara yang sejak dahulu telah banyak didatangi berbagai suku
bangsa di dunia untuk
-
33
berdagang rempah-rempah. Komunikasi yang dilakukan oleh
masyarakat menggunakan
bahasa Melayu, maka dengan sendirinya bahasa-bahasa tersebut
mempengaruhi
perkembangan bahasa Ternate, terutama dari bahasa melayu.
Sekarang ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di
Indonesia saja melainkan
tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari mereka
hijrah keluar negeri
disebabkan oleh; berbagai alasan. Salah satu sebab yang paling
klasik adalah perpindahan
besar-besaran masyarakat Maluku ke Eropa pada tahun 1950-an dan
menetap di sana hingga
sekarang. Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang
lebih baik, menuntut
ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain, yang di kemudian hari
menetap lalu memiliki
generas-generasi Maluku baru di belahan bumi lain.
“Kehidupan masyarakat di Maluku pada umumnya, terkenal sangat
pemberani tidak
peduli sendiri – sendiri atau gerombolan, asalkan mereka tidak
bersalah, maka mereka akan
melawan sampai mati (sama – sama makan nasi, tidak boleh takut)
dalam bahasa Maluku
‘bakupukul sampe mati, sama – sama makan nasi jadi seng/tara
usah tako’’ Kebiasaan seperti
inilah, yang membuat mereka memiliki watak yang sangat
keras7.
“Orang Maluku itu dari kecil sudah suka miras, jadi sampai besar
juga kebiasaan miras tidak bisa hilang, apalagi pengaruhnya besar
dari lingkungan tempat tinggal dan pergaulan, jadi sudah menjadi
kebiasaan orang Maluku8”.
Kebiasaan orang Maluku dalam mengkonsumsi minuman keras,
ternyata sudah
menjadi kebiasaan yang tidak bisa lepas dari kehidupan
sehari-hari mereka . Kebiasaan
seperti ini dipengaruhi oleh pergaulan mereka baik itu di
lingkungan tempat tinggal, bahkan
lingkungan pergaulan dengan teman-teman sekolah.
“Kalau di Maluku minum miras itu sama teman-teman di lingkungan
rumah, kalau sudah mabuk parah pasti berujung pada konflik dengan
kampung atau Desa lain, kalau salah satu
dari kami ada yang dipukul kita pasti harus balas9”. Begitulah
Etnis Maluku mereka selalu memiliki rasa persaudaraan atau
solidaritas
yang kuat apalagi hal itu berhubungan dengan kerabat atau teman
mereka. Mereka tidak
segan untuk membantu dan membela .
7
http://sosbud.kompasiana.com/2013/03/13/mengapa-orang-maluku-keras-kepala-536680.html
(Diunduh
tanggal 12 April 2015 Pukul 21:49 WIB)
8 Transkrip Wawancara dengan E, Pada tanggal 4 April 2015 Pukul
12:30 WIB Di BU UKSW 9 Transkrip Wawancara dengan F, Pada tanggal 4
April 2015 Pukul 12:40 WIB Di BU UKSW
-
34
4.3. Perkembangan Etnis Sumba Di Salatiga
Etnis Sumba meupakan salah satu Etnis yang berada di Salatiga
khususnya di
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Etnis Sumba pertama
kali masuk di Salatiga
sekitar tahun 1980-an.
Logo PERWASUS di Salatiga
Etnis Sumba yang masuk di Salatiga pada umumnya adalah pendatang
yang akan
menempuh dunia pendidikan di Salatiga tepatnya di UKSW. Di sini
mahasiswa etnis Sumba
membangun suatu organisasi perkumpulan yang dinamai PERWASUS
(Persatuan Warga
Sumba di Salatiga). PERWASUS merupakan salah satu organisasi
etnis Sumba yang
bertujuan untuk mempererat tali kasih dan persaudaraan, baik di
antara sesama warga etnis
Sumba maupun warga Sumba dengan lingkungan sosialnya.
10 PERWASUS pada awalnya bernama Persatuan Pelajar dan Mahasiswa
Sumba atau
disingkat PPMS dan kemudian berganti nama menjadi PERWASUS.
Perkumpulan etnis ini
didirikan pada 14 Juni 1977. dengan tujuan awal sebagai wadah
yang mempersatukan pelajar
dan mahasiswa etnis Sumba yang sedang menempuh pendidikan di
Kota Salatiga.
4.4. Perkembangan Etnis Maluku di Salatiga
Di Salatiga Etnis Maluku merupakan salah satu etnis yang
mempunyai anggota etnis
yang terbilang sangat banyak. Etnis Maluku di Salatiga sendiri
memiliki dua perkumpulan
etnis yaitu HIPMMA dan KEMAMORA. HIPMMA adalah komunitas etnis
Maluku yang
terdiri dari mahasiswa yang berasal dari Provinsi Maluku
sedangkan KEMAMORA adalah
komunitas etnis yang berasal dari mahasiswa yang berasal dari
Maluku Utara.
10https://mesa85.wordpress.com/2009/06/12/persatuan-warga-sumba-di-slatiga-perwasus-dalam-sejarah-dan-
budaya-organisasinya/ (Diunduh tangga l 4 Febuari 2015 Pukul
10:09 WIB)
-
35
Kedua komunitas etnis ini dulunya menjadi satu kesatuan dengan
etnis Papua dan
mengatasnamakan sebagai Perkumpulan Mahasiswa Indonesia Timur.
Tetapi seiring
berjalannya waktu, anggota tiap etnis dari masing-masing daerah
semakin bertambah banyak,
maka mereka mendirikan komunitas mereka sendiri-sendiri. Tahun
1999 Maluku Utara
berdiri menjadi Provinsi Maluku Utara dan memisahkan diri dari
Provinsi Maluku, sehingga
ini berdampak pada terbaginya komunitas etnis Maluku di Salatiga
yang dahulunya menjadi
kesatuan kini berdiri sendiri-sendiri.
Logo HIPMMA Salatiga
HIPMMA atau Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Maluku di Salatiga,
merupakan
komunitas etnis yang berdiri sekitar tahun 1990-an. Dengan
tujuan untuk menghimpun dan
mempersatukan mahasiswa etnis maluku dari S1 - S3 dalam satu
wadah agar dapat menjalin
hubungan baik dan kekeluargaan antara mahasiswa etnis Maluku
yang ada di Salatiga .
Dalam komunitas etnis Maluku jumlah anggota yang berada di
HIPMMA
diperkirakan sebanyak sebanyak 500 orang di tahun 2014 dan masih
ada penambahan lagi di
tahun 2015 kurag lebih 100an orang mahasiswa baru etnis Maluku
di Salatiga. Dalam
perkembangannya HIPMMA sendiri dalam melangsukan hubungan yang
terjadi didalam
komunitas etnis Maluku ini bahasa yang digunakan adalah bahasa
dengan dialek Ambon
secara universal11.
Adapun komunitas etnis Maluku HIPMMA ini juga mempunyai
struktur
keorganisasian untuk mendukung etnis dalam mengurus dan
menjalankan tugas HIPMMA
sesuai dengan bidang-bidang yang ada didalam komunitas etnis
Maluku ini. Diantaranya ada
Ketua Etnis dan wakil ketua, Sekertaris, bendahara umum, Bidang
Humas,Bidang Olahraga,
Bidang Seni dan budaya, dan juga Bidang kerohaniaan.
11 Wawancara dengan Rio Tomagola Mantan Ketua Etnis Maluku
periode 2013-2014 tanggal 18 Febuari 2015 Pukul 10:45 WIB
-
36
HIPMMA dalam Kegiatan PSBI UKSW
Dalam perkembangannya sendiri komunitas etnis Maluku HIPMMA juga
melakukan
beberapa kegitan yang merupakan salah satu bentuk rasa cinta
mereka akan identitas etnis
mereka. Seperti gambar diatas merupakan salah satu bentuk
kegiatan Pesta Seni Budaya
Indonesia yang dilakukan oleh UKSW dan diikuti oleh etnis maluku
setiap tahunnya dalam
memperkenalkan budaya-budaya yang ada di UKSW lewat
tari-tarian.
Selain itu juga komunitas etnis Maluku HIPMMA di Salatiga juga
selalu
menjalankan tradisi mereka atau memperingati hari Patimura,
sebagai salah satu bentuk atau
cara dalam untuk mengenang jasa pahlawan daerah mereka yaitu
Pattimura. Dengan
mengadakan upacara adat, serta menampilkan tari-tarian dan
nyanyian daerah Maluku
seperti tarian perang (cakalele), tarian lenso, tarian
bamboo,dll.
-
37
Kegiatan Memperingati Hari Pattimura
4.5. Komunikasi antarbudaya dan Interakaksi Simbolik antara
Etnis Sumba dan Etnis
Maluku
Etnis Sumba dan Etnis Maluku yang ada di UKSW merupakan etnis
yang memiliki
riwayat hubungan yang tidak akrab sejak dulu. Komunikasi yang
seharusnya terjalin dengan
baik oleh kedua etnis ini kadang tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Komunikasi yang baik
adalah para pelaku komunikasi sama-sama memberikan dan memahami
pesan yang ingin
disampaikan sehingga muncul suatu tindakan.
Pada dasarnya komunikasi antarabudaya yang terjadi antara Etnis
Sumba dan Etnis
Maluku terjalin dengan baik. Dimana Etnis Sumba mengakui bahwa
komunikasi yang terjadi
antara mereka dengan Etnis Maluku terjalin dengan baik.
Begitupula dengan Etnis Maluku,
mereka juga mengakui bahwa komunikasi yang mereka lakukan
terjalin dengan siapa saja
dari etnis manapun khusunys dengan Etnis Sumba.
“Kita sebagai orang Sumba sangat senang bergaul dengan orang
dari etnis mana saja apalagi dengan orang dari Maluku karena kita
sama-sama dari daerah Indonesia Timur,kita harus bisa menjalin
hubungan yang baik dan apalagi kita disini sama-sama berstatus anak
perantau,yang jauh dari orang tua kita harus bisa membangun
komunikasi yang baik dan saling menjaga satu dengan yang lain”
12.
“Selama ini kami dari etnis Maluku berusaha untuk bisa menjalin
komunikasi dengan orang dari etnis mana saja begitu juga menjalain
hubungan dan komunikasi yang baik dengan teman-teman dari Etnis
Sumba, kami berusaha untuk menghilangkan pandangan orang-orang
bahwa kami ini adalah orang-yang suka berkelahi yang menggunakan
kekuatan fisik sebagai bentuk penyelesaian masalah. Sehingga kami
sangat ingin hubungan atau komunikasi yang kami jalani denga etnis
Sumba berjalan dengan baik semana mestinya13.”
12 Transkip Wawancara dengan D , Pada tanggal 11 Maret 2015
Pukul 15:30 Di Kemiri Candi 13 Trasnskrip Wawancara dengan E, Pada
tanggal 14 April 2015 Pukul 10:45 WIB Di BU UKSW
-
38
Semua orang pada umumnya ingin menjalin hubungan dan membangun
komunikasi
yang baik dengan siapa saja. Baik itu dengan orang-orang yang
memiliki kesamaan budaya
dengan kita maupun yang berbeda budaya atau latarbelakang dengan
kita. Komunikasi yang
berhasil biasanya menghasilkan tindakan yang dapat merubah
perilaku seseorang ataupun
kelompok menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dalam melakukan komunikasi antarbudaya antara kedua etnis ini
mereka ingin sama-
sama bisa memberikan dampak yang baik bagi yang lainnya.
Komunikasi yang terjalin
mengharuskan mereka agar bisa menerima apapun bentuk kelebihan
dan kekurangan dari
masing-masing etnis. Tetapi pada kenyataannya dalam menjalin
hubungan komunikasi
antarbudaya antara Etnis Sumba dan Etnis Maluku, mereka masih
belum bisa menerima
segala kelebihan dan kekurangan yang ada .
Orang Sumba yang yang terlahir dari budaya orang-orang yang
berwatak keras
mengharuskan mereka untuk menghadapai segalanya dengan kepala
dingin dan juga ego
yang sangat tinggi. Begitupula dengan orang Maluku yang juga
mempunyai emosi yang
tinggi dalam menghadapai sesuatu, sehingga dalam komunikasi
antarbudaya yang terjadi
antara kedua etnis ini, lebih sering ditemukan ketidakcocokan
dalam mengartikan pesan-
pesan yang ingin disampaikan. Atau bisa dikatakan komunikasi
antarbudaya yang seharusnya
tidak bisa berjalan dengan baik, terhambat dan gagal .
Sikap etnosetrisme yang dimiliki juga dapat menghambat mereka
dalam menjalin
komunikasi antarbudaya. Orang Sumba menggangap mereka yang
memiliki watak keras, ego
yang tinggi,dan juga budaya lain yang melekat di dalam diri
mereka membuat mereka bebas
dalam mengekspresikan diri mereka saat melakukan kegiatan
komunikasi. Entah itu mereka
mau dianggap atau tidak, pada intinya mereka ingin menunjukkan
bahwa inilah diri mereka
tanpa menghiraukan orang lain mau menilai mereka seperti
apa.
“Kami kalau berkomunikasi dengan anak-anak Maluku ataupun etnis
mana saja, kami selalu berpikir kalau kami ini anak Sumba jadi
kalian mau terima atau tidak juga kita tidak peduli, yang penting
kita bangga jadi orang Sumba.” 14
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa orang Sumba dan
orang Maluku pada umumnya
melakukan komunikasi antarbudaya dengan baik. Komunikasi yang
mereka lakukanpun,
14Transkrip Wawancara dengan C , tanggal 11 Maret 2015
-
39
tidak hanya melibatkan satu atau dua orang saja, bahkan dapat
melibatkan semua anggota
kelompok dari masing-masing etnis.
“Kami beberapa kali, pernah menjalin hubungan baik dengan
teman-teman dari Etnis Sumba, dalam kegiatan Pentas Seni Budaya
Indonesia (PSBI) dan komunikasi yang terjalin juga sangat baik,
karena disitu kami harus menampilkan tarian kolaborasi etnis, maka
kami harus menjalin hubungan dan komunikasi yang baik, agar dapat
menampilkan tarian kolaborasi yang baik”15.
Dari kegiatan seperti itu, mahasiswa dari Etnis Sumba dan Maluku
dituntut agar
dapat menjalin komunikasi yang baik. Dimana, mereka harus bisa
saling memberikan
masukan, ide, dan saran, agar apa yang ingin mereka tampilkan
atau pentaskan, sesuai
dengan harapan bersama terlepas dari ego mereka masing-masing.
Hal seperti ini tidak bisa
lepas dari komunikasi yang baik. Apabila mereka sama-sama
menggunakan ego mereka
masing-masing, dan tidak membangun komunikasi yang baik, maka
apa yang diinginkan
tidak akan berjalan dengan baik, karena sama-sama mementingkan
ego dan kemauan masing-
masing etnis .
Bagi sebagian orang menjalin komunikasi antarbudaya, apalagi
budaya yang dimiliki
sangatlah berbeda, membuat mereka manjadi terhambat dalam
kegiatan komunikasi. Hal ini
dipicu oleh pemikiran-pemikiran bahwa nantinya apa yang ingin
disampaikan akan dipahami
oleh yang lainnya atau tidak. Sehingga pada nantinya, mereka
akan menggunakan simbol-
simbol dalam komunikasi, yang akan membantu mereka dalam
memaknai apa yang akan
disampaikan, sehingga pesan tersebut dapat dimengerti bersama.
Dalam komunikasi
antarbudaya yang terjadi antara Etnis Sumba dan Etnis Maluku,
keduanya memiliki
pemikiran atau pemaknaan sendiri terhadap masing-masing
etnis.
Didalam komunikasi antarbudaya antara Etnis Sumba dan Etnis
Maluku adalah
mereka sama-sama memiliki pemikiran,penilaian terhadap satu
dengan yang lainnya.
“Orang Maluku itu terlalu banyak gaya, ‘sok’,banyak bicara, dan
merasa mereka itu yang lebih keren dari pada etnis lainnya”16
“Kami melihat orang Sumba bicaranya kasar, merasa paling jago
dari yang lainnya, dan memiliki pemikiran yang primitif”17
Pemikiran, penilaian yang seperti inilah yang akan menghambat
terjadinya interaksi
simbolik yang akan berlangsung. Interakasi simbolik berjalan
apabila, kedua pihak sama-
sama memberi harapan dalam memaknai simbol-simbol yang
dipertukarkan, sehingga pesan
15Transkrip Wawancara dengan E, tanggal 14 April 2015 16
Transkrip wawancara dengan C, tanggal 20 Maret 2015 17 Transkrip
wawancara dengan D, tanggal 20 Maret 2015
-
40
dapat tersampaikan dengan baik. Ketika dalam kegiataan
komunikasi, keduanya harus benar-
benar paham simbol-simbol apa yang dipakai dalam komunikasi.
“Gaya bicara kami orang Sumba, dalam berkomunikasi itu bisa
dibilang sangat datar dan juga pelan- pelan intonasinya”18.
“Kami orang Maluku itu gaya bicaranya sebetulnya datar dan pelan
tapi banyak orang yang bilang kalau bicara orang Maluku itu terlalu
sangat cepat intonasnya”19.
“Kami orang Sumba menilai orang Maluku itu dalam berbicara
menggunakan nada bicara yang sangat tinggi, layaknya orang yang
sedang emosi atau marah. Dan juga gaya bicaranya sangatlah
cepat”20.
“Orang Maluku juga berpendapat bahwa, orang Sumba biasanya
berbicara dengan dialek khas Sumba yang intonasi bicaranya
ditekan-tekan, dan gaya berbicara merekapun sangatlah cepat,
membuat mereka kadang mengerti dan kadang tidak mengerti apa yang
sedang dibicarakan”21
Selain gaya bicara, penampilan juga sangat mempengaruhi orang
Sumba dan orang
Maluku dalam berkomunikasi. Orang Sumba dalam interaksi simbolik
yang dilakukan
dengan orang Maluku, selalu berpenampilan yang sederhana, dan
tidak berlebihan.
“Kami orang Sumba apa yang kami gunakan sehari-hari, seperti
mewakili diri kami dalam menyampaikan kepada orang bahwa seperti
inilah kepribadian yang dimiliki ,sederhana, dan
tidak berlebihan dalam berpenampilan”22
“Ketika kami orang Sumba melihat orang Maluku , kami lihat
mereka sangat mementingkan penampilan, lihat saja barang-barang
yang mereka pakai, semua barang-barangnyajauh dari kata sederhana.
Dan hampir semua orang Maluku di Salatiga, memiliki karakter
berpenampilan yang sama, baik itu perempuan juga
laki-lakinya”23
18 Transkrip Wawancara dengan E, tanggal 14 April 2015 19
Transkrip wawancara dengan E, tanggal 14 April 2015 20 Transkrip
wawancara dengan B, tanggal 20 Maret 2015 21 Transkrip wawancara
dengan F, tanggal 14 April 2015 22 Transkrip wawancara dengan C,
tanggal 20 Maret 2015 23 Transkrip wawancara dengan D, tanggal 20
Maret 2015