Laporan Praktik Kerja Nyata (PKN) Gambaran Training CMC (Coaching, Mentoring, Counseling) di PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro Disusun Sebagai Laporan Hasil Praktik Kerja Nyata di PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro Dosen Pembimbing: Selly Dian Widyasari, S.Psi. , M.Psi Oleh : Muhamad Arief Rahmansyah 115120301111003 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
103
Embed
Gambaran Training CMC (coaching mentoring and counseling) PT. PLN Area Bojonegoro
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Laporan Praktik Kerja Nyata (PKN)
Gambaran Training CMC (Coaching, Mentoring, Counseling)di PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro
Disusun Sebagai Laporan Hasil
Praktik Kerja Nyata di PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro
Dosen Pembimbing:
Selly Dian Widyasari, S.Psi. , M.Psi
Oleh :
Muhamad Arief Rahmansyah 115120301111003
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
Laporan Praktik Kerja Nyata (PKN)
Gambaran Training CMC (Coaching, Mentoring, Counseling)di PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro
Disusun Sebagai Laporan Hasil
Praktik Kerja Nyata di PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro
Dosen Pembimbing:
Selly Dian Widyasari, S.Psi. , M.Psi
Oleh :
Muhamad Arief Rahmansyah 115120301111003
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA NYATA
GAMBARAN TRAINING CMC (COACHING, MENTORING, COUNSELING)DI PT. PLN (PERSERO) AREA BOJONGORO
Disusun Oleh :
Muhamad Arief Rahmansyah
115120301111003
Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam ujian PraktikKerja Nyata (PKN)
diharapkan karyawan dapat bekerja secara produktif
sehingga dapat memenuhi harapan dari perusahaan
yang menginginkan karyawannya mampu bekerja secara
profesional, cepat, memiliki kemampuan multitasking
dan tentunya dapat mengerjakan dengan benar.
Harapan dari perusahaan itu akan sulit
tercapai apabila tidak ada upaya dari perusahaan,
maka perlu adanya suatu kegiatan dari perusahaan
guna meningkatkan sumber daya manusia. Menurut
Mangkunegara (dalam Agus S. C, 2013) investasi di
1
dalam peningkatan sumber daya manusia merupakan
pengeluaran dana yang ditujukan untuk memperbaiki
kemampuan produktif dari manusia itu sendiri.
Dengan manajemen sumber daya manusia yang baik,
perusahaan akan memiliki kemampuan yang kompetitif
sehingga perusahaan memiliki daya saing. Salah satu
upaya dari perusahaan untuk meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia dapat melalui proses training.
Training yang dimaksudkan adalah upaya organisasi
yang bertujuan
2
untuk membantu karyawan untuk memperoleh kemampuan
dasar yang diperlukan untuk pelaksanaan efisiensi
pekerjaan menurut Nwachukwu dan Nkebem (dalam Agus
S. C, 2013).
Pada praktik kerja nyata penulis mengambil
lokasi di PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro yang
merupakan bagian dari unit distribusi PLN Jawa
Timur. Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan
salah satu BUMN yang memegang peranan vital bagi
hajat hidup orang banyak dengan menguasai tenaga
kelistrikan di Indonesia. Penulis mengangkat
fenomena mengenai salah satu jenis training yang
cukup menarik dan dirasa berbeda dengan perusahaan
lain. Training yang dimaksudkan adalah CMC (coaching,
mentoring, counseling).
CMC ini merupakan sebuah training yang
diperuntukkan untuk Assisten Manager (Asman),
Supervisor (Spv) atau karyawan yang berada di level
jabatan tertentu yang memiliki anak buah dimana
3
tujuan utamanya adalah agar karyawan yang mengikuti
CMC mampu mambantu karyawan yang kesulitan dalam
menghadapi pekerjaan, dan untuk mambangun,
meningkatkan dan memelihara kompetensi pegawai
seperti mengembangkan orang lain / developing others
(DEV) bawahan atau sesama karyawan. Hal tersebut
dibenarkan oleh Hamalik (dalam Agus S.C 2013),
pelatihan juga dapat diberikan dalam bentuk
bantuan. Pemberian bantuan dalam hal ini
dimaksudkan seperti pengarahan, bimbingan,
fasilitas, penyampaian informasi, latihan
ketrampilan, pengorganisasian suatu lingkungan
belajar, yang pada dasarnya setiap orang telah
memiliki kemampuan dan pengalaman untuk dapat
melakukan tugasnya sendiri.
Menurut AN. Ubaydillah (2006) secara
teoritis, coaching adalah proses pengarahan yang
dilakukan atasan/senior untuk melatih dan
memberikan orientasi kepada bawahanya tentang
realitas di tempat kerja dan membantu mengatasi
4
hambatan dalam mencapai prestasi kerja yang
optimal. Kegiatan ini akan sangat tepat diberikan
kepada orang baru, orang yang menghadapi pekerjaan
baru, orang yang sedang menghadapi masalah prestasi
kerja atau orang yang menginginkan pembinaan kerja.
Menurut Anderson dan Shannon (dalam
Sulistyowati, 2009), mentoring dimaksudkan sebagai
proses alami dimana seseorang yang lebih banyak
memiliki kemampuan dan pengalaman berperan sebagai
guru, pendorong, konsultan kepada seseorang yang
memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih
sedikit. Mentoring akan berguna dalam mendidik
karyawan yang kurang berpengalaman (baru) oleh
atasan/senior dan mengembangkan nilai-nilai
organisasional dan perilaku profesional.
Dalam hal ini counseling atau bimbingan yang
diberikan lebih bersifat humanistik (manusiawi) dan
tidak memperlakukan karyawan sebagai mesin
(mekanistik). Bimbingan merupakan proses bantuan
yang diberikan kepada individu. Bimbingan
5
bermanfaat bagi karyawan dalam membantu agar mereka
mengetahui kekurangan yang ada kemudian siap
menerima pekerjaan atau penugasan yang memerlukan
keterampilan baru, Hamalik (dalam Agus S. C, 2013).
Dengan demikian, sebuah training tersebut
memang perlu dilakukan oleh perusahaan guna
membantu pekerjaan karyawan saat ini. Penulis
disini ingin melihat bagaimana gambaran dari CMC di
Kantor Area Bojonegoro, mulai dari proses awal
training hingga setelah training berlangsung bagaimana
CMC itu dapat diterapkan sepenuhnya.
1.2 Fokus PKN
Fokus pada Praktik Kerja Nyata (PKN) ini
adalah penulis ingin mengetahui mengenai gambaran
proses training dan penerapan CMC (coaching, mentoring,
counseling) di PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro.
1.3 Tujuan
6
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari
kegiatan Praktik Kerja Nyata (PKN) ini adalah :
a. Bagi Mahasiswa :
i. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan
teori yang didapatkan selama bangku
kuliah.
ii. Untuk membandingkan teori dengan praktik
yang dijalankan, apakah teori yang
diperoleh telah sesuai dengan
penerapannya.
iii. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang
gambaran kerja yang sesungguhnya
iv. Memberikan pengalaman yang berharga pada
kehidupan mahasiswa sebagai bekal bekal
untuk mempersiapkan diri terjun ke dunia
kerja maupun masyarakat.
v. Untuk menguji kemampuan mahasiswa dalam
bidang ilmu yang ditekuni dan menemukan
kekurangan maupun kelebihannya untuk
7
kemudian dikembangkan atau
dipertahankan.
b. Bagi program studi psikologi :
i. Sebagai sarana pengenalan dan penelitian
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya Program Studi
Psikologi peminatan Psikologi Industri
dan Organisasi (PIO).
ii. Sebagai bahan masukan dan evaluasi
program studi psikologi untuk
menghasilkan tenaga-tenaga terampil dan
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
c. Bagi PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro :
i. Sebagai sarana untuk mengetahui kualitas
pendidikan di Program Studi Psikologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya.
ii. Sebagai usaha untuk memberikan dorongan
kepada mahasiswa untuk menjadi individu
8
yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
1.4 Manfaat
a. Bagi mahasiswa :
i. Menciptakan dan menumbuh kembangkan rasa
tanggung jawab, profesionalisme serta
kedisiplinan.
ii. Menguji dan mengukur kemampuan yang
dimiliki oleh mahasiswa dalam menghadapi
situasi dunia kerja yang sebenarnya.
iii. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
mahasiswa agar dapat meningkatkan
potensi yang ada pada dirinya untuk
menjadi aset instansi yang berkualitas
tinggi, dan menjadi tenaga ahli yang
siap pakai.
iv. Memotivasi mahasiswa untuk beraktifitas
dalam melakukan pekerjaan secara efektif
dan efisien.
b. Bagi program studi psikologi :
9
i. Mencetak mahasiswa yang akan menjadi
calon tenaga kerja yang terampil dan
jujur dalam menjalankan tugas.
ii. Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi
sampai sejauhmana kurikulum yang telah
diterapkan sesuai dengan kebutuhan
tenaga kerja yang terampil dibidangnya.
iii. Sebagai sarana pengenalan lembaga
pendidikan Universitas Brawijaya
khususnya Program Studi Psikologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
pada perusahaan yang membutuhkan
lulusan, atau tenaga kerja yang
dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.
c. Bagi PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro :
i. Membantu menyelesaikan tugas sehari-hari
di perusahaan tempat Praktik Kerja Nyata
(PKN) berlangsung.
10
ii. Mempromosikan image yang baik tentang
perusahaan.
iii. Sebagai bahan evaluasi terkait
training CMC yang telah dilakukan selama
ini.
BAB II
HASIL KEGIATAN
2.1 Gambaran Umum PT. PLN (Persero) Area
Bojonegoro
Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan
ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan
saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak
di bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan
pembangkit listrik untuk keperluan sendiri. Antara
tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan
perusahaan-perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang,
setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara
Jepang di awal Perang Dunia II. Proses peralihan
kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II
pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada
sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para
pemuda dan buruh listrik melalui delegasi
Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama
11
12
dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap
Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-
perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik
Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno
membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan
kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5
MW.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik
dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum
Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang
listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal
13
1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua)
perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara
(PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara
dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola
gas diresmikan. Pada tahun 1972, sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan
Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan
Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa
Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas
menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang
memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk
bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka
sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan
Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan
juga sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan
(PKUK) dalam menyediakan listrik bagi kepentingan
umum hingga sekarang.
14
Pelaksanaan Praktik Kerja Nyata (PKN) ini
dilakukan di PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro. PLN
merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
berbentuk perusahaan perseroan (Persero) tugas
utama dari PLN menurut Undang-Undang No. 19/2000
adalah menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan
umum dengan tetap memperhatikan tujuan utama
perusahaan yakni memperoleh keuntungan.
PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro ini
berafiliasi langsung dengan PT. PLN (Persero)
Distribusi Jawa Timur, oleh karena itu tugas pokok
dari PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro adalah
mendistribusi dan memelihara pasokan tenaga listrik
di wilayah Bojonegoro dan sekitarnya, meliputi 8
rayon yakni, Rayon Bojonegoro Kota, Rayon Padangan,
Rayon Sumberrejo, Rayon Jatirogo, Rayon Tuban,
Rayon Lamongan, Rayon Babat, dan Rayon Brondong.
Penempatan posisi yang penulis terima ketika
PKN adalah di bagian kesekretariatan, merupakan
15
bagian dari pelayanan dan administrasi. Sebelum ada
bagian pelayanan dan adminstrasi, bagian ini
bernama bagian SDM dan Keuangan, karena sekarang
ini tugas dari SDM telah diambil alih oleh system,
jadi di PLN area (tidak hanya area Bojonegoro) itu
sendiri sekarang sudah tidak ada lagi penilaian
pegawai oleh bagian SDM ataupun pembayaran gaji
tidak lagi menjadi wewenang dari bagian keuangan.
Karena semua itu telah diambil alih system maka
bagian SDM dan keuangan di PLN area ditiadakan dan
berubah menjadi bagian pelayanan dan administrasi.
Bagian pelayanan dan administrasi memiliki
tugas akan pelayanan untuk karyawan PLN itu sendiri
maupun pelayanan bagi pelanggan, mengevaluasi
kebutuhan & penyerapan anggaran fungsi Pelayanan
dan Administrasi sesuai standart perusahaan,
mensupervisi dan memastikan proses bisnis pelayanan
sesuai ketentuan, menyusun strategi pengembangan
pelayanan pelanggan dan peningkatan pendapatan,
16
memonitor pemeliharaan data arsip Induk langganan /
AIL, mengevaluasi Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga
Listrik (SPJBTL) sesuai ketentuan yang berlaku.
Kurang lebih itu job desk dari bagian pelayanan dan
administrasi di kantor area PLN Bojonegoro.
2.1.1 Visi dan Misi PT. PLN (Persero)
a. Visi
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang
Bertumbuh kembang, Unggul dan Terpercaya
dengan bertumpu pada Potensi Insan
b. Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan
bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota
perusahaan dan pemegang saham
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media
untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat
17
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi
pendorong kegiatan ekonomi
4. Menjalankan kegiatan usaha yang
berwawasan lingkunga
12
Asman Perencanaan &
EvaluasiAsman
Konstruksi Asman Jaringan
Spv. Operasi
Spv. Jaringan
Spv. PDKB
Asman Transaksi Energi
Spv. Transaksi Energi Listrik
Spv. Pemeliharaan Meter
Transaksi
Spv. Pengendalian Susut
Asman Pelayanan & Administrasi
Spv. Pelayanan Pelanggan
Spv. Adminstrasi
Umum
Manager Area
Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Area
13
2.2 Deskripsi Kegiatan
Praktik Kerja Nyata di PT. PLN (Persero) Area
Bojonegoro ini dilaksanakan selama 1 bulan
terhitung sejak tanggal 18 Agustus sampai dengan
tanggal 17 September 2014. Praktik Kerja Nyata ini
dalam pelaksanaanya dimulai pada pukul 07.30-16.00
WIB setiap hari Senin sampai hari Jumat. Kegiatan
yang dilaksanakan selama Praktik Kerja Nyata ini
meliputi :
a. Pengenalan lingkungan praktik kerja nyata
(PKN) di PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro
Dalam seminggu awal, penulis melakukan
proses adaptasi terhadap lingkungan, iklim
kerja di PT. PLN (Persero) Area
Bojonegoro, dan menyesuaikan dengan
kegiatan yang ada.
b. Membantu pekerjaan yang ada di kantor
Pekerjaan yang hampir setiap hari
dilakukan oleh penulis adalah membuat
14
Surat Perintah (SP) dan Perjanjian (Pj)
dengan perusahaan rekanan yang sedang
menjalin hubungan kerja sama dengan PLN
Area Bojonegoro.
c. Mengikuti agenda olahraga kantor
Agenda olahraga dari kantor ini
diselenggarakan setiap hari jum’at pagi
dilakukan mulai jam 06.00 kemudian setelah
kegiatan olahraga dilanjutkan dengan
kegiatan sharing per-
14
bagian. Hal ini dilakukan oleh pihak
manajemen sebagai upaya untuk membangun
kebersamaan diantara karyawan PLN.
d. Melaksanakan fokus kegiatan PKN yaitu
mengetahui gambaran CMC (coaching, mentoring
and counseling) di PT. PLN (Persero) Area
Bojonegoro. Kegiatan CMC merupakan fokus
yang ingin dilihat oleh penulis selama
magang di PT. PLN (Persero) Area
Bojonegoro. Meskipun tidak bisa melihat
langsung proses CMC karena ada jadwal
tertentu akan tetapi selama PKN
berlangsung penulis diberikan kesempatan
untuk menanyakan mengenai CMC dan
mendapatkan panduan mengenai CMC tersebut.
2.3 Pembahasan dan Hasil
16
Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Nyata,
penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan
data yaitu :
a. Wawancara
Menurut Moleong (2000), wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu. Wawancara merupakan proses
pengambilan data melalui dengan cara
15
interaksi langsung dengan yang berkaitan untuk
memperoleh data sesuai dengan pertanyaan yang telah
diajukan kepada subjek.
Pada penggalian data di lapangan penulis
melakukan wawancara semi terstruktur, wawancara
semi terstruktur ini dimulai dengan mengajukan
pertanyaan yang spesifik terkait data yang ingin
dikumpulkan, selanjutnya diikuti dengan pertanyaan
yang lebih luas akan tetapi tetap berkaitan dengan
focus yang ingin dilihat.
b. Studi Dokumentasi
Dokumentasi termasuk dalam data sekunder yang
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
penulis secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
(data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang
tidak dipublikasikan oleh perusahaan.
16
2.3.1Pemaparan Data
A. Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh penulis
sebanyak 3 kali kepada subjek yang sama. Berikut
ini merupakan identitas dari subjek.
Nama Lengkap : Widhiyanto
Usia : 41 Tahun
Jenis Kelamis : Laki-laki
Pendidikan : Strata 1 (S1)
Lama Bekerja : 18 Tahun
Posisi : Humas dan
kesekretariatan
Temuan data pada wawancara pertama ini masih
belum jelas, penulis hanya mendapatkan data
mengenai jenis-jenis training apa saja yang ada di
kantor PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro.
Dijelaskan oleh Bpk. Widhiyanto bawasannya di
kantor Area jarang dilakukan sebuah proses training
16
karena semua yang berkaitan dengan pendidikan dan
pelatihan telah dikelola oleh Pusat Pendidikan &
Pelatihan (Pusdiklat) Pandaan untuk wilayah Jawa
Timur.
Pusdiklat adalah bagian dari PT. PLN (Persero)
yang berperan dalam mengembangkan sumber daya
manusia (SDM) yang kompeten dan mampu menjadi pilar
tokoh perusahaan. Pusdiklat sebagai bagian dari
perubahan strategis PT PLN (Persero) memiliki
program-program unggulan dalam mempersiapkan SDM-
nya. Program utama yang ditawarkan adalah
penyelenggaraan diklat, assesment kompetensi
pegawai yang hasilnya tidak sekedar meningkatkan
kompetensi pegawai namun diharapkan berdampak pada
peningkatan kinerja inti bisnis dan korporasi.
Jarang bukan berarti tidak ada, menurut subjek
ada sebuah training yang dilakukan di kantor Area,
salah satunya CMC (coaching, mentoring and counseling) dan
training lain yang berkaitan dengan tuntutan
16
pekerjaan yang mengharuskan seorang karyawan untuk
mampu menguasai sebuah alat, tentu
17
tidak mungkin jika semua karyawan diikutkan dalam
program training di Pusdiklat oleh karenanya training
dapat dilakukan di kantor Area.
Pada wawancara yang berikutnya penulis lebih
fokus mengenai training CMC yang ada disana.
Dijelaskan bahwa CMC adalah sebuah tools dari PLN
pusat yang dapat digunakan oleh semua kantor PLN.
Berdasarkan penuturan subjek, setelah mendapatkan
training CMC Assisten Manager (Asman), Supervisor
(Spv) atau karyawan yang telah mendapat materi CMC
diharapkan mampu mengaplikasikannya untuk
membangun, memelihara dan melatih bawahnnya untuk
dapat menghadapi pekerjaanya saat ini.
Disinggung mengenai bagaimana prosedur
seorang karyawan bisa mengikuti training CMC, subjek
menjelaskan bawasannya ketika ada sebuah training,
karyawan ditunjuk oleh atasannya untuk
mengikutinya. Hal ini sesuai dengan keputusan
direksi No. 387.K/DIR/2008 jis 307.K/DIR/2009 jis
18
1025.K/DIR/2011 tentang Sistem Pembinaan Kompetensi
dan Karir Pegawai salah satunya adalah melalui
pelaksanaan Diklat Penjenjangan yang mana salah
satu isinya menjelaskan bawasannya ketika seorang
pegawai telah mencapai level tertentu, Assisten
Manager (Asman) atau Supervisor (Spv). Ketika
seseorang telah mencapai level tersebut, tentunya
karyawan memiliki bawahan, oleh karena itu karyawan
tersebut telah diharuskan untuk mengikuti training
CMC agar mampu memelihara, membina, melatih dan
meningkatkan kompetensi bawahnnya.
Dalam pelaksanaanya secara nyata,
pembelajaran dalam training CMC ini menggunakan
metode :
a. illustrasi,
b. ceramah,
c. tanya jawab,
d. praktik,
e. sharing dan
19
f. metode lainnya yang dibutuhkan sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan dalam
penyelenggaraan training.
Secara keseluruhan, menurut subjek di kantor
Area ini tidak ada pengalokasian waktu tersendiri
guna mempraktikan apa yang telah didapatkan dari
CMC. Hal ini dikarenanakan tuntutan pekerjaan yang
tinggi di kantor Area. Meskipun tidak ada waktu
khusus untuk menjalankan CMC, ternyata secara tidak
langsung ditengah padatnya pekerjaan ada unsur-
unsur CMC yang diterapkan meskipun tidak
seluruhnya. Seperti mentoring, yang mana sebagai
orang yang lebih berpengalaman, atasan dijadikan
pedoman dalam melakukan pekerjaan.
Wawancara terakhir, penulis menanyakan
mengenai kendala apa saja selama proses CMC hingga
penerapan di lapangan. Menurut subjek yang menjadi
kendala selama ini adalah kurangnya kesadaran dari
karyawan, mereka hanya sebatas melepas tanggung
20
jawab untuk mengikuti pelatihan. Mengenai kendala
penerapan di lapangan, berkaitan dengan ketersedian
waktu juga terbentur dengan beban kerja yang tinggi
alhasil materi yang telah didapatkan tidak bisa
dimaksimalkan oleh pejabat terkait guna
meningkatkan, memelihara dan melatih kinerja
karyawan yang menjadi tanggung jawabnya.
B. Studi Dokumentasi
Pada proses pengambilan data selain
menggunakan proses wawancara, penulis juga
menggunakan dokumentasi kantor untuk melengkapi
data mengenai CMC. Sebagian besar data yang
tersedia di kantor PT. PLN (Persero) Area
Bojonegoro adalah berbentuk surat-surat, laporan,
sertifikat dan sebagainya. Isi dari dokumentasi
laporan seperti tahapan mengenai training, kemudian
berisi tentang dasar-dasar melakukan training oleh
PLN pusat. Di laporan juga dijelaskan mengenai
21
jangka waktu pelaksanaan CMC dan kapan saja itu
dilakukan.
Penulis juga diberikan beberapa contoh surat
mengenai perintah untuk mengikuti sebuah training,
baik training yang dilakukan di Pusat Pendidikan dan
Pelatihan (Pusdiklat) atau di kantor Area.
C. Integrasi Data
Berdasarkan dari dua metode yang digunakan
oleh penulis yakni wawancara dan studi dokumentasi
untuk menggali data mengenai gambaran CMC. Dari
kedua metode penggalian data tersebut dapat penulis
gabungkan, wawancara yang dilakukan penulis ini
sebanyak 3 kali dengan 1 narasumber yang sama yakni
bapak Widhiyanto. Dijelaskan oleh beliau, bahwa CMC
ini merupakaan salah satu tools dari PLN pusat yang
mana di setiap kantor PLN Area berhak menggunakan
CMC ini sebagai training. CMC secara umum
didefiniskan sebagai sebuah training yang berkaitan
dengan pembinaan kemampuan karyawan untuk
22
membimbing/melatih, memantau dan memberikan
konseling terhadap bawahan atau sesama pegawai.
Tujuan utama dari CMC ini setelah Assisten
Manager (Asman) atau Supervisor (Spv) atau karyawan
telah mendapatkan materi mengenai CMC ini
diharapkan mereka mampu untuk mambantu karyawan
yang kesulitan dalam menghadapi pekerjaan, adapun
tujuan lain yang ingin dicapai dari training ini
yakni untuk mambangun, meningkatkan dan memelihara
kompetensi pegawai seperti mengembangkan orang lain
/ developing others (DEV) bawahan atau sesama
karyawan.
Sebelum dilaksanakan sebuah training CMC perlu
adanya sebuah tahapan, yakni :
1. Training Need Assesment (TNA)
Training Need Analysis (TNA) adalah proses
analisa yang dilakukan untuk mengetahui faktor apa
saja yang harus diperbaiki atau ditingkatkan
didalam perusahaan agar kinerja karyawan meningkat.
23
Dari kegiatan ini maka dapat menampilkan
kesenjangan atau gap antara kinerja yang terjadi
dilapangan dengan kinerja yang diharapkan.
Sebagaimana disampaikan sebelumnya bahwa training
adalah salah satu fasilitas untuk pengembangan
kompetensi karyawan, maka kesenjangan / gap
tersebut bisa hilangkan atau setidaknya dapat
diminimalisir. Dari gap dari hasil analisa maka
dapat membantu penyelenggara training (Pusdiklat /
Kantor PLN Pusat) untuk memberikan program training
yang tepat sasaran dalam meminimalisir gap
kompetensi untuk mewujudkan produktivitas atau
kinerja yang diharapkan.
Ada beberapa poin yang dapat diambil dari
proses TNA ini, yakni :
Penetuan peserta training, disini pembuat
kebijakan menentukan siapa saja yang
diikutkan dalam pelaksanaan training. Pada
dasarnya CMC merupakan sebuah training
24
yang ditujukan kepada karyawan yang
telah mencapai level tertentu dan
memiliki bawahan.
Biaya, sekecil apapun kegiatan
perusahaan pasti akan membutuhkan biaya,
dari hal tersebut managemen diharuskan
untuk berhitung mengenai untung rugi
suatu training.
Sebagai dasar dalam menyusun materi /
silabus training, sehingga materi yang
disampaikan berdampak pada peningkatan
kompetensi yang benar – benar dibutuhkan
oleh karyawan.
2. Planning (Perencanaan)
Tahap plan adalah tahap untuk menetapkan
target atau sasaran yang ingin dicapai dalam
peningkatan proses ataupun permasalahan yang ingin
dipecahkan, kemudian menentukan metode yang akan
digunakan untuk mencapai target atau sasaran yang
telah ditetapkan tersebut. Dalam hal ini target
25
atau sasarannya adalah training CMC, pada tahap plan
ini juga masih mempertimbangkan metode seperti apa
yang akan diberikan kepada peserta. Juga siapa yang
akan ditunjuk memberikan materi selama training ini
berlangsung.
3. Actuating (Pelaksanaan)
Merupakan implementasi dari tahap paling
awal yakni training need assesment, kemudian planning,
dimana seluruh komponen yang berada dalam satu
sistem dan satu organisasi tersebut bekerja secara
bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing
untuk dapat mewujudkan tujuan. Pada tahap inilah
proses training CMC berjalan.
4. Evaluation (Evaluasi)
Merupakan tahapan terakhir dari sebuah
proses perencanaan sebuah training. Evaluasi berguna
untuk mengetahui apakah training yang telah diikuti
oleh karyawannya dapat meningkatkan kinerja atau
26
tidak, apakah karyawannya puas dengan training
tersebut.
Beberapa alasan mengapa CMC itu penting yaitu
:
a. CMC merupakan kriteria yang dinilai dalam
Sistem Manajemen Kinerja Pegawai (SMKP),
semakin tinggi jabatan seseorang, semakin
tinggi pula bobot CMC-nya
b. Efektivitas proses peran jabatan juga
sangat tergantung kepada atasan untuk
memerankan CMC. Semakin baik CMC maka peran
jabatan akan semakin optimal, demikian
dengan sebaliknya
c. Pembelajaran akan tepat sasaran apabila
seorang atasan mampu menilai bawahan secara
tepat, sehingga mampu memberikan
rekomendasi pelatihan yang tepat untuk
diikuti oleh bawahannya.
27
Dalam penerapannya ada beberapa kriteria yang
ditentukan oleh PLN untuk karyawan yang diharuskan
mengikuti CMC :
a. Pejabat /Staff yang akan membina kinerja
pegawai
Kriteria diatas merupakan salah satu
ketentuan bagi karyawan untuk mengikuti
CMC. Pada intinya, setiap karyawan yang
memiliki anak buah diharuskan untuk
mengikuti training tersebut agar mampu untuk
membina kompetensi bawahannya.
b. Karyawan yang memerlukan pembinaan
kompetensi atau pegawai yang ditugaskan
untuk mengikuti diklat
Seperti sudah dijelaskan mengenai
penunjukkan peserta diklat, memang sudah
ada kewajiban dari pegawai untuk mengikuti
training minimal 2kali setahun.
28
Pelaksanaan CMC di kantor Area PLN Bojonegoro
ini dilaksanakan selama 2 kali dalam setahun.
Setiap sesinya diselenggarakan selama 2 hari, dalam
2 hari tersebut peserta mendapatkan materi meliputi
:
a.Pendahuluan
Seperti halnya dengan sebuah
pendahuluan di karya tulis. Pendahuluan
dalam training CMC ini maksudnya para
peserta diberikan penjelasan mengenai
training CMC itu apa, tujuan dari CMC itu
apa, manfaat dari training apa. Biasa
dilakukan ketika awal pembukaan training
CMC dilaksanakan.
b.Pengenalan Diri
Materi selanjutnya disini para peserta
training diajak untuk lebih mendalami
diri. Mengenal lebih dalam akan diri
pribadi masing-masing. Dengan tujuan
29
ketika para peserta mampu mengenali
diri masing-masing akan mengetahui
kelemahan dan kelebihan masing-masing.
Overview
Masih kelanjutan dari materi
sebelumnya, setelah para peserta diajak
untuk mengenali diri masing-masing pada
materi ini peserta diajak untuk lebih
peka terhadap lingkungan sekitar.
Mengapa, maksud dari lebih peka disini
diharapkan peserta mampu mengambil
kebaikan dari lingkungan sekitarnya.
c. Coaching
Menginjak pada inti CMC. Disini peserta
diberikan materi mengenai coaching mulai
dari pengertian coaching, bagaimana ia
menerapkan, kapan coaching itu
diperlukan. Pada materi ini peserta
diberikan semacam role play, ada yang
30
diposisikan sebagai coach, ada yang jadi
karyawan.
d.Mentoring
Sama halnya dengan penyampaian materi
sebelumnya mulai dari pengertian
mentoring, kapan dibutuhkan, bagaimana
penerapannya, para peserta juga
mendapatkan role play untuk dipraktikan
dalam kesehariannya.
e.Counseling
Hampir sama penyampainnya dengan 2
materi sebelumnya, akan tetapi pada
penyampaian materi counseling ini para
peserta diberikan tambahan teknik
membangun rapport. Maksudnya, ketika
melakukan counseling atasan mampu untuk
mendekatkan diri kepada bawahannya agar
tercipta kenyamanan selama proses
counseling ini berlangsung.
f.Perilaku Positif Coach
31
Materi perilaku positif coach ini
sebenarnya sudah disampaikan pada
materi coaching sebelumnya, akan tetapi
pada materi kali ini lebih ditekankan
mengenai bagaimana perilaku yang baik
dari coach agar mampu dicontoh oleh
bawahannya.
g.Mentor & Concelor
Dijelaskan sebelumnya, bahwa metode CMC
ini salah satunya dengan sharing, pada
materi kali ini ada sebuah kesempatan
yang mana ada seorang trainner, dia
menjadi narasumber bagi peserta training
yang masih kurang paham dengan materi
yang disampaikan.
h.Kesimpulan
Merupakan materi terakhir dari 9 materi
CMC, para peserta disini diberikan
32
penjelasan akan makna yang ada dari
training CMC ini, juga ringkasan semua
dari materi CMC
PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro terakhir
mengadakan training CMC pada tanggal 16-17 Juni 2014.
Waktu pelaksanaannya sehari dilaksanan selama 8 jam
dimulai pukul 08:00 sampai 17:00. CMC dilaksanakan
di ruang Ronggolawe kantor Area Bojonegoro, CMC
tersebut diikuti oleh sekitar 15 orang, yang
meliputi Supervisor (Spv), Assisten Manager
(Asman). Dalam pelaksanaannya PT. PLN (Persero)
Area Bojonegoro bekerja sama dengan Pusat
Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Pandaan,
karena instruktur CMC didatangkan langsung dari
Pusdiklat.
Menurut Bpk. Widhiyanto selama ini yang
menjadikan kendala dalam pengaplikasian CMC di
kantor Area PLN Bojonegoro adalah pemahaman dari
atasan (Asman, Spv) mengenai CMC ini masih minim,
33
selain itu mengenai ketersedian waktu yang cukup
bagi atasan mengaplikasikan training CMC secara
menyeluruh, alhasil CMC tidak dapat dijalankan
secara optimal. Para peserta CMC cenderung hanya
melaksanakan sebagai formalitas penggugur kewajiban
mengikuti training tanpa mengaplikasikannya di
lingkungan kerja.
2.3.2 Analisis Hasil
Berdasarkan hasil yang diperoleh penulis di
lapangan diterangkan bahwa CMC (coaching, mentoring and
counseling) adalah salah satu jenis training yang
dimiliki oleh PT. PLN kemudian CMC dijadikan tools
oleh PLN Area Bojonegoro untuk menambah kemampuan
atasan (Asman, Spv) atau karyawan yang memiliki
anak guna membantu pekerjaan dari karyawan yang
menjadi bawahannya.
Menurut AN. Ubaydillah (2006), coaching adalah
proses pengarahan yang dilakukan atasan/senior
untuk melatih dan memberikan orientasi kepada
34
bawahanya tentang realitas di tempat kerja dan
membantu mengatasi hambatan dalam mencapai prestasi
kerja yang optimal. Penerapan coaching ini kurang
mendapat respon yang positif dari atasan, karena
mereka lebih mementingkan pekerjaan mereka sendiri
dari pada harus memberikan coaching, karena pada
penerapannya, coach (atasan) harus bertatap muka
langsung dengan bawahan yang mana itu akan memakan
waktu yang lama dan dirasa kurang efisien. Menurut
mereka para atasan, daripada harus meng-coaching
anak buah satu persatu lebih baik jika anak buah
diikutkan langsung dalam sebuah pelatihan.
Anderson dan Shannon (dalam Sulistyowati
2009) menjelaskan bahwa, mentoring dimaksudkan
sebagai proses alami dimana seseorang yang lebih
banyak memiliki kemampuan dan pengalaman berperan
sebagai guru, pendorong, konsultan kepada seseorang
yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih
sedikit. Untuk mentoring yang sifatnya lebih
praktikal, atasan tidak segan untuk membantu para
35
anak buah yang dirasa kurang pengalaman atau
kesulitan dalam menjalankan pekerjaannya. Bantuan
disini yang sering diberikan seperti memberikan
koreksi atas pekerjaan yang kurang sesuai kemudian
atasan mengarahkan bagaimana seharusnya ia bekerja.
Counseling atau bimbingan merupakan proses
bantuan yang diberikan kepada individu. Bimbingan
bermanfaat bagi karyawan dalam membantu agar mereka
mengetahui kekurangan yang ada kemudian siap
menerima pekerjaan atau penugasan yang memerlukan
keterampilan baru, Hamalik (dalam Agus S. C 2013).
Dalam menjalankan proses konseling, atasan harus
memiliki kemampuan khusus untuk dapat membangun
rapport atau mendekatkan diri kepada anak buah
sehingga bisa mengetahui penyebab merosotnya
kinerja dari anak buah. Kemampuan membangun rapport
ini lah yang menjadikan kesulitan tersendiri bagi
atasan untuk menjalankkan konseling. Selain karena
kurangnya kemampuan dari atasan menjalankan proses
konseling, di PLN Area Bojonegoro menurut Bpk.
36
Widhiyanto ada sesi konseling bagi semua karyawan
yang ingin menyampaikan semua permasalahannya
dengan konselor. Pada sesi konseling ini konselor
didatangkan langsung dari Pusdiklat dengan jadwal
tiap sebulan sekali.
Secara keseluruhan, menurut subjek di kantor
Area ini tidak ada pengalokasian waktu tersendiri
guna mempraktikan apa yang telah didapatkan dari
CMC. Hal ini dikarenanakan tuntutan pekerjaan yang
tinggi di kantor Area. Meskipun tidak ada waktu
khusus untuk menjalankan CMC, ternyata secara tidak
langsung ditengah padatnya pekerjaan ada unsur-
unsur CMC yang diterapkan walaupun hanya sebagian.
Atasan sebagai orang yang lebih berpengalaman dalam
hal pekerjaan dijadikan pedoman bagi karyawan
lainnya. Banyak karyawan yang kesulitan dalam
bekerja mendapat bimbingan dari atasan.
Selain bertujuan untuk membangun, melatih dan
memelihara kinerja pegawai yang menjadi bawahannya
tujuan lain dari CMC adalah untuk membentuk
37
karakter kepemipinan seseorang, ini sama halnya
dengan yang dikatakan oleh BF. Skinner (dalam
Prasojo. H, 2011) mengatakan bahwa seorang pemimpin
yang besar dapat dibentuk, tidak karena dilahirkan
(keturunan) atau dimitoskan. Senada dengan Skinner
yang mengatakan bahwa jiwa kepemimpinan sesorang
itu bisa dibentuk, Bandura (dalam Prasojo. H, 2011)
mengatakan setiap orang memiliki jiwa kepemimpinan
hal tersebut dapat dilatih melalui cara
pembelajaran, observasi dan karena pengalaman.
Berkaca dengan dua teori diatas, PLN
berasumsi setiap karyawan memiliki jiwa
kepemimpinan tergantung bagaimana situasi di
lingkungan kerja dapat mendukung hal itu
diterapakan sehingga jiwa kepemimpinan yang telah
dimiliki karyawan bisa dieksplorasi lebih lanjut.
Dengan CMC ini setiap karyawan dituntut untuk mampu
menjadi seorang pemimpin bagi karyawan yang lain,
minimal mampu memimpin dirinya sendiri.
38
Peran atasan (Asman, Spv) sebagai orang yang
terlibat langsung dalam hal penerapan dari training
CMC sebaiknya juga dibekali dengan kemampuan yang
baik ketika akan membangun rapport dengan bawahan.
Rapport Building adalah kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain sebagai salah satu cara
untuk menghasilkan kepercayaan dan pengertian.
Ketika telah terjalin hubungan yang baik antara
atasan dan bawahan kedua belah pihak akan lebih
merasa nyaman ketika sharing mengenai kendala
pekerjaan.
Dalam pengaplikasian CMC di lapangan,
didapati fenomena yang menarik. Bawasannya atasan
(Asman, Spv) yang diharapkan bisa mengayomi bawahan
ternyata kurang bisa menjalankan apa yang
diharapkan dari CMC itu sendiri yakni membangun,
melatih dan memelihara kemampuan bawahan. Ada
banyak faktor yang mendasari hal itu terjadi, mulai
dari beban pekerjaan yang tinggi disebabkan karena
39
PLN merupakan satu-satunya perusahaan yang
menyuplai tenaga listrik di Indonesia sehingga para
atasan (Asman, Spv) lebih mementingkan pekerjaan
mereka sendiri daripada harus melakukan pembinaan
terhadap bawahannya yang tentunya hal itu juga
memakan waktu banyak sedangkan beban tanggung jawab
pekerjaan juga besar, faktor selanjutnya yang
membuat CMC tidak bisa maksimal dalam
pengaplikasiannya yakni ketika training atasan
(Asman, Spv) kurang memahami mengenai pentingnya
pembinaan bagi bawahan yang menjadi tanggung
jawabnya.
Ketika semua materi dari training CMC tersebut
bisa diterapkan secara maksimal oleh atasan
terkait, bukan tidak mungkin kinerja dari karyawan
yang menjadi bawahannya bisa terdongkrak naik.
Kinerja karyawan tersebut juga banyak dipengaruhi
oleh bagaimana atasan memperlakukan bawah. Menurut
Rivai (2004) Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi atau proses memberi contoh kepada
40
pengikut-pengikutnya (bawahan) melalui berbagai
proses guna mencapai tujuan dari perusahaan itu
sendiri.
Jadi dapat dikatakan untuk mencapai
kesuksesan dalam penerapan CMC ini di lapangan yang
pertama adalah pemahaman dari atasan (Asman, Spv)
mengenai CMC ini perlu ditingkatkan agar mereka
mampu memberikan apa yang telah diharapkan dari CMC
tersebut yakni membangun, melatih dan memelihara
kompetensi pegawai atau bawahan. Kedua yakni
kemampuan dari atasan ketika membangun rapport
dengan karyawan hal ini penting dilakukan agar
antara karyawan dengan atasan terbangun trust.
Ketika semua telah dilaksanakan dengan baik tujuan
dari CMC itu akan dapat tercapai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan fenomena yang ingin dilihat
mengenai gambaran CMC (coaching, mentoring, counseling) di
PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro yang bergerak
pada bagian distribusi tenaga listrik di area
Bojonegoro dan sekitarnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat sebuah training yang diterapkan oleh
PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro, training
yang dilakukan ini dinamakan CMC (coaching,
mentoring, counseling) akan tetapi training
tersebut masih kurang efektif. Masih belum
maksimalnya penerapan CMC dikarenakan
banyak faktor mulai keterbatasan waktu
hingga kurangnya pengetahuan dari atasan
mengenai pentingnya CMC.
41
42
2. CMC (coaching, mentoring, counseling) ini
merupakan training yang ditujukan untuk
pembinaan kemampuan karyawan guna
membimbing/melatih, memantau dan memberikan
konseling terhadap bawahan atau sesama
pegawai.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian selama PKN,
beberapa saran bagi penelitian selanjutnya maupun
kepada pihak PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro,
sebagai berikut :
1. Bagi PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro
Dengan ditemukan fenomena dilapangan akan
kecenderungan dari karyawan hanya sekedar
menggugurkan kewajiban dengan mengikuti
43
training, alangkah baiknya dari perusahaan
memberikan semacam evaluasi penilaian yang
berkaitan dengan training CMC misalnya
menggunakan teknik penilaian 360 derajat,
dimana penilaian dilakukan oleh orang yang
berhubungan langsung dalam bekerja, bisa
jadi bawahan, rekan sejawat ataupun atasan.
Diharapkan bagi karyawan PT. PLN (Persero)
Area Bojonegoro mampu menjalan proses training
dengan sepenuh hati, tidak hanya sebagai
formalitas penggugur kewajiban
2. Bagi Pembaca atau Peserta PKN Selanjutnya
Bagi pembaca atau pihak yang berkepentingan.
Hasil dari PKN ini mampu dijadikan sebagai
bahan pertimbangan bagaimana memberikan
intervensi kedepannya agar training CMC ini
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Dessler, G. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, EdisiKetujuh, Alih Bahasa oleh Benjamin Molan. Jakarta: Prenhallindo
Fadilla, A, H. 2009. Kepemimpinan Transformasional,Kepercayaan dan Berbagi Pengetahuan dalam Organisasi.Jurnal Psikologi UGM Vol. 36, No 2.
Hamalik, O. 2007. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan:Pendekatan Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Mangkunegara, A. P. 2006. Evaluasi Kinerja SDM.Bandung: Refika Aditama
Moleong, J, L. 1988. Metodologi penelitian Kualitatif. RosdaKarya. Bandung.
Nitisemito, A, S. 1996, Manajemen Personalia (ManajemenSumber Daya Manusia), Edisi Revisi, CetakanKedelapan. Jakarta : Ghallia Indonesia
Prasojo, H. 2011. Pengaruh Kompleksitas Tugas Dan Stres KerjaTerhadap Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Dan KepuasanKerja. Skripsi S1 pada Universitas PembangunanNasional Yogyakarta : tidak diterbitkan
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta Bandung.
Sulistyowati, E. 2009. Analisis Pelaksanaan Mentoring dalamPembentukan Konsep Diri Pelajar SMA Pada Lembaga Ilna YouthCentre Bogor. Skripsi S1 pada Universitas Islam
44
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : tidakditerbitkan
Styoro, Agus, C, W. 2013. Pengaruh Pelatihan dan KreativitasTerhadap Kinerja Karyawan Bagian Teknisi pada PT. PLN (Persero)Area Bojonegoro. Jurnal Ilmu Manajemen Unesa Vol. 1,No 4.
Situs Resmi PT. PLN (Persero) 2011. Diakses September,28, 2014, from http://www.pln.co.id/
45
LAMPIRAN
46
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Kegiatan selama PKN
Hari ke- Hari/Tanggal Kegiatan
1. Senin, 18
Agustus 2014
Hari pertama
melakukan PKN di
PLN Area
Bojonegoro.
Perkenalan dengan
karyawan di bagian
sekretariat dan
SDM, kemudian
mendapatkan
penjelasan
mengenai struktur
organisasi dan
dikenalakan job spec
dan job desk yang
ada di PLN Area
Bojonegoro. Selain
itu juga diberi
v
beberapa data
untuk kepentingan
laporan PKN
2.Selasa, 19
Agustus 2014
Pada hari kedua
ini mulai ada
tugas dari kantor,
tugas disini
bersifat
administratif.
Pertama ditugaskan
untuk membuat SP
kepada perusahaan
rekanan PLN
kemudian
dilanjutkan untuk
membuat PJ kepada
rekanan perusahaan
yang ditunjuk.
PT. Kilat
Wahana
Jenggala
PT. Karunia
Jaya Elektrika3. Rabu, 20 Agustus
2014
Sama dengan hari
sebelumnya, disini
vi
saya mendapatkan
tugas untuk
membuat SP dan PJ
kepada rekan
bisnis PLN area
Bojonegoro.
CV. Mulia
Teknik
CV. Mulia
Teknik
CV. Rizmar
Berkarya
Bersama
4.Kamis, 21
Agustus 2014
Tidak banyak
mendapat tugas
dari kantor, hanya
diminta untuk
membantu meng-
input data. Karena
pembimbing
lapangan sedang
ada urusan di luar
kota
5. Jum’at, 22
Agustus 2014
Mengikuti agenda
kantor olahraga
vii
pagi mulai pkl
06:00 WIB
Membantu pekerjaan
adminstrasi kantor
6.Senin, 25
Agustus 2014
Diberi data yang
berkaitan untuk
laporan PKN
Membuat SP dan PJ
bagi perusahaan
CV. Multi
Karya Cipta
Mandiri
CV.Kurniawan
Abadi
CV. Sejati
Teknik
PT. Mediatek
Intratama
PT. Inmash
Teknik
7.Selasa, 26
Agustus 2014
Hanya membantu
pekerjaan
administrasi
kantor
viii
8.Rabu, 27 Agustus
2014
Mengerjakan
pekerjaan
adminstrasi kantor
Mengikuti acara
kantor pelepasan
jamaah haji kantor
area PLN
Bojonegoro
9.Kamis, 28
Agustus 2014
Membuat SP dan PJ
bagi perusahaan
PT. MASAYU DWI
SATRIA
10.Jum’at, 29
Agustus 2014
Mengikuti agenda
kantor olahraga
pagi mulai pkl
06:00 WIB
Membuat SP dan PJ
bagi perusahaan
PT. Dinar
Sinergi Solusi11. Senin, 1
September 2014
Membuat SP dan PJ
bagi perusahaan
PT. Kurniawan
Abadi
PT. Kurnia
ix
Surya Inti
12.Selasa, 2
September 2014
Membantu
mengerjakan
pekerjaan
administrasi
kantor
13.Rabu, 3
September 2014
Membantu meng-
input data
Membantu pekerjaan
yang ada di kantor
Melakukan
wawancara I
14.Kamis, 4
September 2014
Membantu pekerjaan
yang ada di kantor
15.Jum’at, 5
September 2014
Mengikuti agenda
kantor olahraga
pagi mulai pkl
06:00 WIB
Membantu pekerjaan
yang ada di kantor
16. Senin, 8
September 2014
Membuat surat
pengadaan dan PJ
bagi perusahaan
PT. Karunia
x
Jaya Elektrika
PT. Karunia
Jaya Elektrika
17.Selasa, 9
September 2014
Membuat SP bagi
perusahaan
PT. Karunia
Jaya Elektrika
PT. Karunia
Jaya Elektrika
18.Rabu, 10
September 2014
Membantu pekerjaan
yang ada di kantor
Membuat SP dan PJ
bagi perusahaan
PT. Masayu Dwi
Satria
19.Kamis, 11
September 2014
Membantu pekerjaan
yang ada di kantor
20. Jum’at, 12
September 2014
Mengikuti agenda
kantor olahraga
pagi mulai pukul
06.00 WIB
Membantu pekerjaan
yang ada di kantor
xi
Melakukan
wawancara II
21.Senin, 15
September 2014
Membuat SP dan PJ
bagi perusahaan
PT. Anindo
Bertahannuts
Perkasa
PT. Kusuma
Jaya Anugrah
PT. Kusuma
Jaya Anugrah
PT. Adyota
Prawara
22.Selasa, 16
September 2014
Membantu pekerjaan
yang ada di kantor
Melakukan
wawancara III
23.Rabu, 17
September 2014
Membantu pekerjaan
yang ada di kantor
Membuat SP dan PJ
bagi perusahaan
PT. Karunia
Jaya
Elektrika
xii
PT. Adyota
Prawara
Berpamitan dengan
karyawan bagian
pelayanan dan
administrasi
xiii
LAMPIRAN 2
Surat ijin PKN dari kampus
xiv
LAMPIRAN 3
Surat diterima PKN dari PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro
xv
LAMPIRAN 4
Lembar monitoring
Dosen Pembimbing
xvi
LAMPIRAN 5
Lembar monitoring
Pembimbing lapangan
xvii
xviii
xix
LAMPIRAN 6
Lembar penilaian dari PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro
xx
LAMPIRAN 7
Alur training di Kantor Area
xxi
xxii
xxiii
Lampiran 8
Metode training CMC
xxiv
Lampiran 8
Instrumen pengumpulan data
Panduan Wawancara
1. Tanggal
Interview
2. Interviewer
3. Interviewee
4. Posisi di
Perusahaan
5. Lama Bekerja di
Perusahaan
6. Lokasi
Wawancara
7. Suasana
Wawancara
xxv
Guideline Wawancara
1. Apakah ada training di kantor Area?
2. Apakah CMC (Coaching, Mentoring,
Counseling) murni merupakan training dari
kantor Area?
3. Siapakah yang diikutsertakan dalam CMC
tersebut?
4. Bagaimana mekanisme seorang karyawan
mengikuti CMC? Apakah ditunjuk oleh
atasan atau ada surat perintah atau
bagaimana?
5. Bapak sendiri apakah pernah mengikuti
training CMC?
6. Inti dari training CMC itu apa?
7. Kemudian mengenai jalannya training itu
seperti apa? Dilakukan berapa hari? Dan
materi apa saja yang diberikan?
xxvi
8. Selama ini, hambatan terbesar dari proses
CMC itu apa?
9. Apakah ada penilaian setelah
dilaksanakannya proses CMC ini
xxvii
VERBATIM
No. Intervieweer/
Interviewee
Wawancara
1. Iter Selamat siang bapak
2. Itee Owh iya selamat siang
3. Iter Bagaimana kabar Bapak hari ini?
4. Itee Baik kok mas
5. Iter Begini Pak, seperti yang telahsaya utarakan kemarin kalausekarang saya meminta waktu luandari Bapak untuk diwawancara.
6. Itee Iya mas gak apa-apa kebetulan inikan juga waktu istirahat dan gakganggu pekerjaan kok. Emm apa iniyang mau ditanyakan?
7. Iter Disini kan saya mengambil temamengenai training ya intinya mautanya seputar masalah training yangada di kantor Area ini
8. Itee Oww begitu, iya silahkan aja mas
9. Iter Bisa diceritakan Bapak bagaimanakantor Area ini mengukur kinerjadari seorang pegawai?
10. Itee Untuk mengukur kinerja pegawai,kita punya aplikasi dari pusat,namanya SIMKAPENAS (sisteminformasi manajemen kinerja
xxviii
pegawai nasional). Jadi gambarandari aplikasi ini, kinerja darikoorporat sudah ditentukan olehpusat, kemudian kinerja korporatakan diturunkan kepeda unit-unityang ada dibawahnya, tentu saja,kinerja direksi akan inline dengangeneral manager (GM), kinerja GMakan inline dengan manager area dankinerja manager area akan inlinedengan kinerja Assiten Manager(Asman) yang ada disini. Dandisitu tolak ukurnya sudah adasemua, misalnya dalam sebulanberapa kali gangguan jaringankita, berapa kali listrik padam,bagaimana respon time ketika listrikpadam, seberapa cepat itu kitaukur semua. Kemudian berapatunggakan kita, kan ada sajapelanggan yang cuma mau pake ajatapi gak mau bayar, semakin banyakpelanggan yang tidak membayartepat waktu, itu juga masuk dalamindikator kinerja kita.Selanjutnya ada lagi berapakerusakan trafo termasuk jugaberapa persen progres pekerjaanyang terlah dilakukan oleh PLN.Nah kinerja secara korporat dibagihabis kepada seluruh unit dan itusama, antara PLN Area Bojonegorodengan PLN Area Malang, Banyuwangiitu tolak ukurnya sama semua. Jadikita menjalankan misi dariperusahaan yang benar-benar satu
xxix
tujuan. Setiap 6 bulan kitamemasukkan rencana kerja kita (PLNArea Bojonegoro) ke SIMKAPENASkemudian setiap pegawai akanmendapatkan salinan kerja darikorporat yang mana akan menjaditanggung jawab pegawai dan itumasuk dipenilaian.
11. Iter Seperti yang bapak jelaskan tadi,untuk mencapai tujuan yang sama,PLN Area Bojonegoro yangberafiliasi langsung dengan PLNDistribusi Jawa Timur, apakahtugasnya hanya mendistribusikanlistrik atau ada lain, misalmengahasilkan atau bagaimanaBapak?
12. Itee Kebetulan kita disini membawahibeberapa unit yang mana tugaspokok kita hanya mendistribusikantenaga listrik dibawah pengawasankita, meliputi Rayon BojonegoroKota, Rayon, Sumberrejo, RayonPadangan, Rayon Jatirogo, RayonTuban, Rayon Brondong, RayonLamongan dan Rayon Babat.
13. Iter Ow jadi hanya mendistribusikan?
14. Itee Iya betul, karena PLN itu macem-macem mas, ada distribusi, adapembangkit, ada PUSDIKLAT (pusatpendidikan dan pelatihan)
15. Iter Jadi penilaian kinerja seperti ituya Pak? Kemudian bagaimana setelahdilakukan penilaian kinerja
xxx
pegawai didapati penurunan kinerjakaryawan? Apakah ada training khususyang diberikan?
16. Itee Kalo ada kinerja pegawai, tanggungjawab utama kemudian ada padaatasan langsung bagaima atasanmemberikan, emm kami menyebutnyaCMC (Coaching, Mentoring, Counseling)
17. Iter Apa itu Pak CMC? Apakah sebuahtraining yang ditujukkan langsungkepada pegawai yang kinerjanyaturun atau bagaimana?
18. Itee Begini mas, CMC ini merupakan toolsdari pusat yang mana tujuannyamemberi kemampuan dari Asman ataupegawai yang telah mencapai leveltertentu yang memiliki bawahanagar mampu membangun, melatih danmemelihara kinerja dari bawahanyang menjadi tanggung jawabnya.
19. Iter Jadi training CMC ini tidak secaralangsung untuk pegawai yangkinerjanya turun?
20. Itee Tidak mas, ini diberikan kepadaatasan, yang mana materi CMC yangdidapat dapat diaplikasikan ketikaada bawahannya yang mengalamipenurunan kinerja.
21. Iter Apakah CMC ini merupakan inisiatifdari PLN Area Bojonegoro?
22. Itee Seperti tadi dijelaskan, CMC inimerupakan tools dari PLN pusat yangdapat diterapakan oleh seluruh
xxxi
kantor Area. Dan tidak perlu harusdi PUSDIKLAT (pusat pendidikan danpelatihan) untuk melaksanakantraining CMC
23. Iter Bagaimana pak seorang Asmanmenjalankannya?
24. Itee Ya kita lihat dulu bagaimanakinerjanya itu, misal kalaumenyimpangnya tidak terlalumencolok kita lakukan coaching,kita ajak bicara, kita ajakrembukan masalah apa yang sedangia hadapi sehingga mengakibatkanpenurunan kinerja pegawaitersebut. Dengan harapan ketika iatelah menemukan tempat untukbercerita, sharing permasalahan,menemukan solusi harapan kitakinerja pegawai tersebut bisakembali membaik. Ketika caratersebut masih tidak berpengaruhsignifikan, sebagai atasan wajibmenjadi mentor yang baik, kitaajak rembukkan lagi, tapimetodenya berbeda dengan coachingtadi, atasan memberikan contohbagaimana mengerjakan sesuatubiasanya ini dilakukan kepada anakbuah yang kurang pengalamanataupun pegawai baru. Terakhirketika kedua tahapan tidak cocok,sebagai atasan bisa memberikanrekomendasi pelatihan mana yangpas untuk diikuti oleh pegawaitersebut.
xxxii
25. Iter Kemudian bagaimana Pak seorangAsman atau pegawai mengikutitraining CMC tersebut? Apakahditunjuk atau bagaimana?
26. Itee Di PLN ini ada sebuah kewajibanmas, setiap karyawan setidaknyaharus mengikuti sebuah trainingsebanyak 2 kali dalam setahun,baik training yang diselenggarakankantor Area atau PUSDIKLAT. UntukCMC ini kita mendapat suratperintah dari atasan untukmengikuti, jadi tidak setiapkaryawan boleh mengikuti, harusada rekomendasi dari atasan.
27. Iter Bapak sendiri apakah pernahmengikuti CMC?
28. Itee Pernah mas, awal tahun kemarinsaya mengikuti CMC ini
29. Iter Kantor Area Bojonegoro kan jugamenyelenggarakan training CMC,terakhir kapan ini dilakukan?
30. Itee Seingat saya, terakhirdiselenggarakan CMC disini itutanggal 16-17 Juni 2014 kemarin.Tiap sesinya dilakukan selama 2hari dengan mendatangkanpraktikisi dari Pusdiklat Pandaan
31. Iter Selama dua hari tersebut itupeserta hanya mendapat materi atauada praktik menangani kasus?Semacam role play seperti itu?
32. Itee Mas sendiri bagaimana ketika hanya
xxxiii
mendapat teori-teori tanpa adapraktik? Tentu akan bosan kan? Nahhal itu sama dengan teman-temanpeserta mereka akan bosan ketikahanya mendapat teori saja. Jadisetiap habis materi ada role playbagaimana hal itu dapatdijalankan.
33. Iter Boleh tau pak selama 2 hari itumateri yang didapat oleh pesertaapa saja?
34. Itee Wah banyak mas, saya kurang hafal,nanti saja saya kasih salinanmengenai training CMC itu
35. Iter Tujuan lain dari CMC itu apaBapak? Selain membangun,memelihara dan melatih kinerjadari karyawan?
36. Itee Tujuan utamanya dari CMC ya itumas, membangun, melatih danmemelihara kinerja dari karyawan,adapun tujuan lain semisal yamelatih kemampuan leadership dariAsman, kan pada kenyataannya, CMCitu menuntut kemampuan dari Asmanuntuk mengayomi bawahan.
37. Iter Nah itu tadi kan mengenaibagaimana prosedur, tahap-tahapannya, siapa saja yangmengikuti. Selanjutnya yang inginsaya tanyakan ini pak apakah dikantor area sudah menjalankanharapan CMC itu? Mulai darimembangun, melatih dan memelihara
xxxiv
kinerja bawahan
38. Itee Itu dia mas yang jadi hambatandari kami, memang saya rasa sangatbaik tujuan dari CMC itu bisamengembangkan bawahan sehinggakinerja dari kantor jugaterdongkar naik. Akan tetapi, padakenyataannya ya mas, saya sendirijuga kesulitan untuk menerapkanitu. Handycap terbesar dari kamiuntuk menjalankan adalahketerbatasan waktu, dengan bebankerja yang tinggi tentu saja kitalebih memprioritaskan pekerjaankami sendiri daripada harus men-CMC. Karena untuk sharing,mendengarkan keluh kesah kemudianmemberikan solusi tentu juga akanmemakan waktu yang lama. Alhasildi kantor Area ini tujuan dari CMCkurang dapat berjalan secaramaksimal ya karena keterbatasanwaktu itu tadi. Menurut atasanlebih mudah untuk menugaskanbawahan untuk mengikuti sebuahtraining daripada harus melakukanCMC
39. Iter Oww jadi yang jadi masalah bukanketika training CMC nya akantetapi lebih pada pengaplikasianCMC itu di lapangan?
40. Itee Benar sekali mas, kalo ketikatraining sih gak masalah kita hanyadatang kemudian mengikuti jalannyatraining sampai selesai, sudah gitu
xxxv
aja tetapi pada kenyataannya itusulit diterapkan karenaketerbatasan waktu. Owh iya mas,ada tambahan lagi, tadi sayabilang ketika training ya datengterus ikut sampai selesai, itumasalah lain yang menghambatpenerapan CMC di lapangan, karenamayoritas peserta mengikuti traininghanya sebatas formalitas,penggugur kewajiban training 2 kalisetahun, maka peserta cenderungtidak memperhatikan instruksiketika training. Hal inimengakibatkan pemahaman yangkurang dari Asman mengenaipentingnya CMC.
41. Iter Jadi begitu ya pak? Mengikutitraining hanya untuk melepaskewajiban
42. Itee Ya mayoritas seperti itu mas padakenyataanya, meskipun tidak semuaseperti itu.
43. Iter Ada tidak sih Pak penilaian dariPusdiklat selaku penanggung jawabtraining setelah CMC berlangsung?
44. Itee Selama ini sih penilaian dariPusdiklat tidak ada mas, yamungkin juga itu penyebab dariketidak maksimalan penerapan CMC.
45. Iter Owh jadi seperti itu ya Pakgambaran CMC disini
46. Itee Iya mas, memang begitu adanya CMC
xxxvi
di kantor Area Bojonegoro
47. Iter Terima kasih banyak Bapak ataskesempatan untuk melakukanwawancara
48. Itee Owh iya mas sama-sama
xxxvii
LAMPIRAN 9
Dokumentasi
Denah lokasi PT. PLN (Persero) Area Bojonegoro dan Denah kantor