Top Banner
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BAYI PREMATUR DI RSUD PARIAMAN TAHUN 2014 PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan Oleh : YENI HERAWATI NIM :……………… PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN AKADEMI KEBIDANAN SUMATERA BARAT LUBUK ALUNG 2014
27

Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

Jul 21, 2015

Download

Education

DetRia Hellyc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS

TENTANG BAYI PREMATUR

DI RSUD PARIAMAN

TAHUN 2014

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Pendidikan Diploma III Kebidanan

Oleh :

YENI HERAWATI

NIM :………………

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN SUMATERA BARAT

LUBUK ALUNG

2014

Page 2: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi prematur adalah bayi yang lahir tentang usia gestasi kurang dari dan

sama tentang 37 minggu tentang berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2500

gram (Surasmi, 2003). Di negara maju seperti Amerika Serikat, kelahiran bayi

prematur terus meningkat per tahunnya, di Indonesia kelahiran bayi prematur

justru diikuti kematian si bayi, kelahiran bayi prematur tidak bisa diabaikan begitu

saja.

Sejak tahun 1961 WHO (World Health Organization) telah mengganti

istilah prematur tentang bayi tentang berat lahir rendah (BBLR) atau Low Birth

Weight Baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi tentang berat kurang dari

2500 gram pada lahir waktu lahir disebut bayi prematur. Seorang bayi prematur

belum berfungsi seperti bayi matur, oleh sebab itu bayi akan banyak mengalami

kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya (Prawirohardjo,2004)

Setiap tahun diperkirakan bayi lahir sekitar 350.000 bayi prematur atau

berat badan lahir rendah di Indonesia. Tingginya kelahiran bayi prematur tersebut

karena saat ini 30 juta perempuan usia subur yang kondisinya kurang energi

kronik dan sekitar 80% ibu Nifas menjalani anemia difisiensi gizi. Tingginya yang

kurang gizi mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu sehingga beresiko lahir

tentang berat badan di bawah 2500 gram (Manuaba,2003).

Page 3: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

Bayi yang lahir tentang berat badan yang rendah rentan mengalami

berbagai komplikasi, baik sesaat setelah dilahirkan dan dikemudian hari, jika tidak

langsung mendapat perawatan yang tepat, inilah yang banyak dikhawatirkan para

ibu, terutama yang tengah menanti kelahiran si bayi, tidak ada cara pasti untuk

benar-benar mencegah kelahiran bayi prematur.

Bayi prematur membutuhkan dukungan nutrisi yang khusus oleh karena

derajat imaturitas biokomianya yang tinggi, laju pertumbuhannya yang cepat dan

dapat terjadi insiden komplikasi medik yang lebih besar. Bayi yang lahir prematur

juga harus diberi vaksinasi agar terhindar dari penyakit menular mematikan.

Pemberian imunisasi ini harus dikonsultasikan lebih dulu tentang dokter,

demikian juga tentang pemberian makan semi padat (Muchtar, 2004).

Untuk bayi yang lahir secara prematur tentang berat badan diatas 2000

gram, anak sudah bisa mendapatkan ASI dari si Ibu, tetapi juga ada bayi yang

belum bisa menyerap ASI, saluran cerna yang belum matang juga akan

menimbulkan dampak pada bayi prematur. Bayi prematur diharuskan dibuat di

inkubator, karena bayi tersebut seharusnya masih berada di dalam kandungan

tentang segala kenyamanannya berjuang beradaptasi tentang dunia luar. Inkubator

untuk menjaga suhu bayi supaya tetap stabil, akibat sistem pengaturan suhu dalam

tubuh bayi prematur belum sempurna, maka seharusnya bisa naik dan turun secara

drastis. Ini tentu bisa membahayakan kondisi kesehatannya. Selain itu otot-

ototnya pun relatif lebih lemah, sementara cadangan lahir cukup bulan (Muchtar,

2004).

Page 4: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

Masalah yang harus dihadapi oleh semua bayi neonatal terhadap lebih

banyak pada bayi prematur misalnya, mereka membutuhkan oksigen tiga kali

lebih banyak dibandingkan tentang bayi yang cukup umur, karena pusat

pernafasan belum sempurna. Bayi prematur memerlukan pemberian makanan

yang khusus tentang alat penetes obat atau pipa karena refleks menelan dan

menghisap yang lemah. Kehangatan bayi prematur harus diperhatikan diperlukan

peralatan khusus untuk memperoleh suhu yang hampir sama tentang suhu dalam

rahim (Hurlock, 2002).

Selama bayi berada di rumah sakit dan di bawah perawatan dokter, Bidan

dan Perawat, orang tua tidak terlampau khawatir tentang ketidak berdayaannya,

akan tetapi bila bayi sudah dibawa pulang dan orang tua bertanggung jawab atas

perawatannya, maka ketidakberdayaan bayi menjadi bahaya psikologi yang hebat.

Dari survey awal di dapat dari rekam medik RSUD Pariaman Tahun 2013

terdapat 917 persalinan. Dari persalinan tersebut terdapat 220 kasus bayi prematur

dan sudah 29 orang diantaranya meninggal dunia.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi

Prematur di RSUD Pariaman Tahun 2014”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang

Perawatan Bayi Prematur di RSUD Pariaman Tahun 2014”.

Page 5: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang

Perawatan Bayi Prematur di RSUD Pariaman tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas di RSUD Pariaman

Tahun 2014

1.3.2.2 Untuk mengetahui kejadian bayi prematur di RSUD Pariaman

1.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang

perawatan bayi prematur di RSUD Pariaman

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pendidikan

Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/i tentang perawatan bayi prematur

dan sebagai bacaan di perpustakaan Jurusan Kebidanan di Akademi

Kebidanan Sumatera Barat

1.4.2 Bagi Masyarakat

Untuk menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang

perawatan bayi prematur.

1.4.3 Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang perawatan bayi prematur

dan juga sebagai pengalaman penulis dalam mengaplikasikan riset

keperawatan.

Page 6: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas

Tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Pariaman Tahun 2014. Variabel yang

digunakan adalah variabel independen tingkat pengetahuan, sedangkan variabel

dependen Perawatan Bayi Prematur. Penelitian ini direncanakan pada bulan

Desember tahun 2014. Populasi penelitian adalah seluruh ibu nifas yang berada

di RSUD Pariaman. Teknik pengambilan sampel dilakukan tentang cara

accidental sampling. Jenis penelitian metode deskriptif analitik dan desain penelitian

penelitian cross sectional.

Page 7: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengetahuan

2.1.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

(Notoatmodjo, 2003: 127).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rongers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003: 128)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri

seseorang tersebut terjadi proses berurutan yaitu :

1. Awareness (Kesadaran)

yaitu orang tersebut menyadari arti mengetahui objek terlebih dahulu.

2. Interest (merasa tertarik)

yaitu orang mulai tertarik kepada objek.

3. Evaluation (menimbang-nimbang)

7

Page 8: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

yaitu menimbang-nimbang baik dan tidaknya objek tersebut bagi dirinya.

4. Trial

yaitu dimana orang telah mencoba perilaku baru.

5. Adaption

yaitu subjek telah berprilaku baru sesuai tentang pengetahuan, kesadaran, dan

sikapnya terhadap objek.

2.1.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) ada beberapa cara untuk memperoleh

pengetahuan, yaitu :

1. Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan tentang menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba

tentang kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba

kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and errol (gagal atau

salah) atau metode coba-salah/ coba-coba.

2. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan

tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang

Page 9: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan

turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Tentang kata lain,

pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu

pengetahuan.

Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh

orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan

kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran

sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut

menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar.

3. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini

mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan,

atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

4. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan tentang perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut

berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuannya. Tentang kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi

maupun deduksi.

5. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Page 10: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,

logis, dan ilmiah. Cara ini disebut ”metode penelitian ilmiah”.

1.1.1.3 Faktor-faktor yang Berhubungan tentang Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah :

1. Pengalaman

Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari

pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan tentang cara

pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara

tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu.

2. Pendidikan

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya

pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.

3. Kepercayaan

Adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa

menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Sering diperoleh dari orang tua,

kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan

dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang dalam

Page 11: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama. Kepercayaan

dapat tumbuh bila berulang kali mendapatkan informasi yang sama.

1.1.1.4 Tingkat Pengetahuan

Tingkat ini bertujuan untuk mengelompokkan tingkah laku suatu

masyarakat atau individu yang diinginkan, bagaimana individu itu berfikir,

berbuat sebagai hasil dari suatu unit pengetahuan yang telah diberikan.

Menurut Notoatmodjo (2003: 128) pengetahuan yang dicakup di dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkat, yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya,

termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap

suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang

diterima. Untuk mengetahui orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

tentang menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan

sebagainya. Contohnya : dapat menyebutkan tentang persiapan persalinan.

2) Memahami (Comprehensive)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat mengintervensikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Application)

Page 12: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari dalam situasi yang real. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau pengumuman hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas,

menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan tentang kemampuan unuk melakukan penilaian terhadap suatu

objek. Penilaian ini berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan responden diteliti hanya sampai tahu (know) dan

memahami (comprehensive) saja. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

tentang menggunakan kuisioner yang menanyakan tentang pengetahuan ibu hamil

tentang kehamilan resiko tinggi.

Page 13: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

2.1.2 Bayi Prematur

2.1.2.1 Pengertian

Bayi prematur atau bayi pre-term adalah bayi yang berumur keNifasan

kurang dari 37 mingggu tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian besar bayi

lahir tentang berat badan kurang dari 2500 gram adalah bayi prematur (Surasmi,

2003).

2.1.2.2 Derajat Bayi Prematur

Derajat bayi prematur menurut Usher (1975) menggolongkan bayi

prematur dalam 3 kelompok :

1. Bayi yang sangat prematur ( extremely premature ) 24-30 minggu.

2. Bayi derajat prematur yang sedang (moderately premature) 31-36

minggu.

3. Boderline premature : masa gestasi 37-38 minggu. (Prawirohardjo,

2002).

2.1.2.3 Faktor-Faktor Menyebabkan Terjadinya Persalinan Prematur

Faktor-faktor menyebabkan terjadinya persalinan prematur adalah :

a) Faktor Ibu

1. Gizi saat Nifas yang kurang.

2. Riwayat keNifasan Prematur sebelumnya.

3. Penyakit menahun Ibu

4. Umur < 20 tahun atau > 35 tahun.

Page 14: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

b) Faktor KeNifasan

1. Nifas tentang hidramnion.

2. Nifas ganda.

3. Perdarahan anterpartum.

4. Komplikasi Nifas : Pre-eklampsia / eklampsia, KPD.

c) Faktor Janin

1. Cacatan bawaan.

2. Infeksi dalam rahim

d) Faktor yang belum diketahui ( Manuaba, 2003 ).

2.1.2.4 Karakteristik Bayi Prematur

Adapun karakteristik bayi prematur adalah : berat badan kurang dari 2500

gr, panjang < 45 cm, umur keNifasan < 37 minggu, kulit transparan, otot-otot

lemah, pernapasan tidak teratur, lingkaran dada < 30 cm, lingkaran kepala < 33

cm (Manuaba, 2003).

2.1.2.5 Kelainan Yang Sering Timbul

Karena kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuh bayi prematur baik

anotomik maupun psiologik maka mudah timbul beberapa kalainan seperti :

a. Suhu Tubuh

b. Pernapasan

c. Gangguan Alat Pencernaan

d. Hepar Yang Immatur

Page 15: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

e. Ginjal Yang Immatur

f. Pendarahan diotak

g. Gangguan Imonologi (Prawirohardjo, 2002)

2.1.2.6 Perawatan Bayi Prematur

Mengingat belum sempurnanya kerja alat tubuh untuk pertumbuhan dan

penyesuaiaan diri tentang lingkaran hidup diluar uterus, maka perawatan

pengawasan bayi prematur adalah :

1) Pengaturan Suhu

Bayi prematur yang capat akan kehilangan panas karena pusat

pengaturan panas badan belum berfungsi tentang baik, metabolismenya

rendah. Oleh karena itu bayi prematur harus dirawat dalam inkubator,

sehingga panas badannya mendekati suhu dalam rahim (Prawirohardjo,

2002)

2) Makanan Bayi

Refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, lambung kecil daya

enzim pencernan terutama lipase masih kurang. Bayi tentang berat badan

kurang dari 1500 gr kurang mampu mengisap ASI atau susu botol, dalam

hal ini diberi minuman melalui sonde lambung. Tetapi bila daya isap kecil

ASI dapat dipompa dan diberi tentang sendok. (Prawirohardjo, 2002).

Page 16: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

3) Mencegah Infeksi

Bayi prematur mudah sekali terkena infeksi, karena pembentukan

antibodinya belum sempurma dan juga kamampuan leukosit masih kurang

(Manuaba, 2003).

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo).

Kerangka konsep penelitian yang berjudul “Gambaran Tingkat

Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Pariaman

Tahun 2014 dapat digambarkan pada skema 3.1. berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi

Prematur di RSUD Pariaman Tahun 2014

Tingkat Pengetahuan

Bayi Prematur

Page 17: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

2.3 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah menyusun pengertian untuk suatu variabel dan

menggambarkan aktivitas yang diperlukan untuk mengukurnya (Brockopp

Dorothy, 2000).

No Variabel Defenisi

Operasional

Alat

ukur

Cara ukur Hasil ukur Skala

ukur

1 Tingkat

Pengetahuan

Tingkat

pengetahuan ibu

nifas dalam

memahami

terhadap

perawatan bayi

prematur

Kuesioner Tentang

mengajukan

pertanyaan

tertutup dari

20 pertanyaan

betul bernilai

1 dan salah 0

Kategori

1. Tinggi jika nilai > 50%

2. Rendah jika nilai ≤ 50 %

Ordinal

2 Perawatan

bayi

prematur

bayi yang

berumur

kehamilan

kurang dari 37

mingggu tanpa

memperhatikan

berat badan

Page 18: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif analitik dan desain

penelitian penelitian cross sectional dimana variabel independen yaitu tingkat

pengetahuan dan variabel dependen perawatan bayi prematur dikumpulkan dalam

waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2002: 26).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di RSUD Pariaman. Penelitian ini

telah dilaksanakan bulan Desember tahun 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di RSUD Pariaman

tahun 2014 yang berjumlah

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang dipilih oleh peneliti untuk berpartisipasi

dalam suatu penelitian. Sampel pada penelitian ini di ambil dengan menggunakan teknik

”accidental sampling” artinya sampel yang diambil yaitu ibu hamil yang datang ke RSUD

Priaman saat penelitian berlangsung, yang berjumlah orang.

23

Page 19: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data yang diperoleh dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang diisi

langsung oleh responden.

3.4.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh dari RSUD Pariaman.

3.5 Teknik Pengolahan Data

3.5.1 Pemeriksaan Data (Editing)

Setelah kuesioner diisi dan dikembalikan oleh responden, kemudian diperiksa

untuk memastikan data yang benar, bersih dan terisi lengkap. Yang dilakukan pada

kegiatan pemeriksaan data ini ialah menjumlah dan melakukan korelasi. Menjumlah

ialah menghitung banyaknya lembaran daftar pertanyaan apakah sesuai denagn jumlah

yang telah ditentukan. Korelasi ialah proses membenarkan atau menyelesaikan hal -hal

yang salah atau kurang jelas.

3.5.2 Pengkodean Data (Coding)

Setelah dilihat data yang diisi dengan lengkap lalu dilakukan pemberian nomor

pada setiap jawaban agar mempermudah dalam mengolah data. Tingkat pengetahuan

kalau benar di beri kode 1 dan salah di beri kode 0 sedangkan perawatan bayi prematur

di beri kode ya jika skor ≥ 6-10 dan tidak jika skor < 6.

Page 20: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

3.5.3 Memasukkan Data (Entry)

Memasukkan data yang telah diberi kode kedalam tabel dan diolah melalui

komputer, dengan menggunakan program SPSS ( Statistical Product And Service

Solutions ).

3.5.4 Pembersihan Data (Cleaning)

Setelah dientry, data diperiksa kembali sehingga benar-benar bersih dari

kesalahan.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Analisis Univariat

Analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian,

yaitu tingkat pengetahuan ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi (Notoatmodjo,

2002: 187). Untuk menentukan persentase digunakan rumus sebagai berikut :

100xn

FP %

Keterangan :

P = Persentase data yang dicari

F = Jumlah frekuensi nilai jawaban yang benar (jumlah skor)

n = Jumlah seluruh item yang dinilai (jumlah sampel)

(Arikunto, 2002: 37).

Page 21: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

3.6.1.1 Tingkat Pengetahuan

Untuk mengetahui pengetahuan responden terlebih dahulu diberi skor pada

setiap pertanyaan yang terdiri dari 20 item pertanyaan. Jawaban yang dianggap benar

diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.

Menurut Arikunto (2006: 253) penilaian tingkat pengetahuan dibagi 2 yaitu :

a. Tinggi : Jika nilai > 50%

b. Rendah : Jika nilai ≤ 50%

3.6.1.2 Kehamilan Resiko Tinggi

Kehamilan resiko tinggi di lihat dari skor Poedji Rochjati :

a. Ya : Skor ≥ 6-10

b. Tidak : Skor < 6

3.6.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan program

SPSS ( Statistical Product And Service Solutions ) untuk menguji hipotesis, apakah ada

Page 22: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

hubungan tingkat pengetahuan dan status ekonomi ibu hamil dengan kehamilan resiko

tinggi dengan menggunakan uji chi- square ( x2 ) dengan derajat kepercayaan 95 %.

Rumus Uji Chi-Squere menurut Eko Budiarto (2002: 216) :

E

EX

22 )0(

Keterangan :

X2 = Chi-squere

0 = Nilai pengamatan

E = Nilai harapan

Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas

kemaknaan α = 0,05 sehingga bila :

P ≤ 0,05 hasil statistik dinilai bermakna, jika P > 0,05 maka hasil statistik tidak bermakna.

Page 23: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

A. Populasi dan Sampel

a) Populasi

Populasi adalah seluruh kelompok yang terdiri dari manusia atau benda

yang memenuhi kumpulan kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti (Aan

Patricia, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang berada di

wilayah kerja RSUD Pariaman sebanyak 917 orang.

b) Sampel

Sampel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan

penelitian atau faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan

diteliti (Sumardi, 2000). Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan

secara accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang kebetulan ada di

lokasi peneliti sewaktu peneliti melakukan pengambilan data.

Page 24: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

Sampel pada penelitian ini adalah ibu nifas yang datang ke RSUD Pariaman

pada bulan Desember 2014.

B. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan tentang cara memberikan kuesionerkuesioner

penelitian tentang perawatan bayi prematur yang terdiri dari 20 item pertanyaan

tentang pilihan jawaban multiple choice. Adapun proses pengumpulan data

dilakukan tentang terlebih dahulu meminta izin dari bagian pendidikan, kemudian

meminta izin kepada Direktur RSUD Pariaman.

Setelah itu peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden untuk

berpartisipasi dalam penelitian. Setelah itu peneliti menjelaskan cara pengisian

kuesioner. Bila ada hal-hal yang kurang jelas tentang cara pengisian kuesioner dan

setelah kuesioner terisi tentang lengkap, peneliti mengumpulkan kembali

kuesioner tersebut.

C. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan, maka dilakukan pengolahan data tentang

langkah-langkah sebagai berikut :

a) Editing

Dilakukan pengecekan kelengkapan pada data yang telah terkumpul, jika

terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data akan

diperbaiki tentang pemeriksaan dan dilakukan pendataan ulang terhadap

responden.

Page 25: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

b) Coding

Pemberian kode dalam bentuk angka pada setiap data yang telah

terkumpul untuk mepermudah memasukkan data ke dalam data tabel.

c) Tabulating

Memasukkan data yang telah terkumpul ke dalam bentuk distribusi

frekuensi.

D. Analisa Data

Dalam penelitian ini, analisa data akan dilakukan secara deskriptif tentang

melihat frekuensi, persentase, mean, median, modus, standar deviasi yang

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Selanjtnya akan dilakukan

pembahasan penelitian tentang menggunakan teori dan tinjauan kepustakaan.

Page 26: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,s, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi V,

Rineka Cipta, Jakarta

Clover, dkk, 1995, Perawatan Bayi Prematur, Arca : Jakarta

Nifaston, 1995, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi Enam, EGC :

Jakarta

Nursalam, 2002, Manajemen Keperawatan, Edisi Pertama, Salemba Medika :

Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu Kebidanan, Edisi Tiga Cetakan Keenam –

Jakarta

Notoatmodjo S, 2003, Metodologi Penelitian, Jakarta

Tucker Martin Susan, 1998, Standar Perawatan Pasien, EGC : Jakarta

Page 27: Gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas

Manuaba Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana untuk Pendidikan, EGC : Jakarta

Pasponegoro, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Pasien, EGC : Jakarta

Surasmi Asnining, dkk, 2003, Perawatan Bayi Resiko Tinggi, EGC : Jakarta