GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BAYI PREMATUR DI RSUD PARIAMAN TAHUN 2014 PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan Oleh : YENI HERAWATI NIM :……………… PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN AKADEMI KEBIDANAN SUMATERA BARAT LUBUK ALUNG 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS
TENTANG BAYI PREMATUR
DI RSUD PARIAMAN
TAHUN 2014
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Oleh :
YENI HERAWATI
NIM :………………
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
AKADEMI KEBIDANAN SUMATERA BARAT
LUBUK ALUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi prematur adalah bayi yang lahir tentang usia gestasi kurang dari dan
sama tentang 37 minggu tentang berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2500
gram (Surasmi, 2003). Di negara maju seperti Amerika Serikat, kelahiran bayi
prematur terus meningkat per tahunnya, di Indonesia kelahiran bayi prematur
justru diikuti kematian si bayi, kelahiran bayi prematur tidak bisa diabaikan begitu
saja.
Sejak tahun 1961 WHO (World Health Organization) telah mengganti
istilah prematur tentang bayi tentang berat lahir rendah (BBLR) atau Low Birth
Weight Baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi tentang berat kurang dari
2500 gram pada lahir waktu lahir disebut bayi prematur. Seorang bayi prematur
belum berfungsi seperti bayi matur, oleh sebab itu bayi akan banyak mengalami
kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya (Prawirohardjo,2004)
Setiap tahun diperkirakan bayi lahir sekitar 350.000 bayi prematur atau
berat badan lahir rendah di Indonesia. Tingginya kelahiran bayi prematur tersebut
karena saat ini 30 juta perempuan usia subur yang kondisinya kurang energi
kronik dan sekitar 80% ibu Nifas menjalani anemia difisiensi gizi. Tingginya yang
kurang gizi mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu sehingga beresiko lahir
tentang berat badan di bawah 2500 gram (Manuaba,2003).
Bayi yang lahir tentang berat badan yang rendah rentan mengalami
berbagai komplikasi, baik sesaat setelah dilahirkan dan dikemudian hari, jika tidak
langsung mendapat perawatan yang tepat, inilah yang banyak dikhawatirkan para
ibu, terutama yang tengah menanti kelahiran si bayi, tidak ada cara pasti untuk
benar-benar mencegah kelahiran bayi prematur.
Bayi prematur membutuhkan dukungan nutrisi yang khusus oleh karena
derajat imaturitas biokomianya yang tinggi, laju pertumbuhannya yang cepat dan
dapat terjadi insiden komplikasi medik yang lebih besar. Bayi yang lahir prematur
juga harus diberi vaksinasi agar terhindar dari penyakit menular mematikan.
Pemberian imunisasi ini harus dikonsultasikan lebih dulu tentang dokter,
demikian juga tentang pemberian makan semi padat (Muchtar, 2004).
Untuk bayi yang lahir secara prematur tentang berat badan diatas 2000
gram, anak sudah bisa mendapatkan ASI dari si Ibu, tetapi juga ada bayi yang
belum bisa menyerap ASI, saluran cerna yang belum matang juga akan
menimbulkan dampak pada bayi prematur. Bayi prematur diharuskan dibuat di
inkubator, karena bayi tersebut seharusnya masih berada di dalam kandungan
tentang segala kenyamanannya berjuang beradaptasi tentang dunia luar. Inkubator
untuk menjaga suhu bayi supaya tetap stabil, akibat sistem pengaturan suhu dalam
tubuh bayi prematur belum sempurna, maka seharusnya bisa naik dan turun secara
drastis. Ini tentu bisa membahayakan kondisi kesehatannya. Selain itu otot-
ototnya pun relatif lebih lemah, sementara cadangan lahir cukup bulan (Muchtar,
2004).
Masalah yang harus dihadapi oleh semua bayi neonatal terhadap lebih
banyak pada bayi prematur misalnya, mereka membutuhkan oksigen tiga kali
lebih banyak dibandingkan tentang bayi yang cukup umur, karena pusat
pernafasan belum sempurna. Bayi prematur memerlukan pemberian makanan
yang khusus tentang alat penetes obat atau pipa karena refleks menelan dan
menghisap yang lemah. Kehangatan bayi prematur harus diperhatikan diperlukan
peralatan khusus untuk memperoleh suhu yang hampir sama tentang suhu dalam
rahim (Hurlock, 2002).
Selama bayi berada di rumah sakit dan di bawah perawatan dokter, Bidan
dan Perawat, orang tua tidak terlampau khawatir tentang ketidak berdayaannya,
akan tetapi bila bayi sudah dibawa pulang dan orang tua bertanggung jawab atas
perawatannya, maka ketidakberdayaan bayi menjadi bahaya psikologi yang hebat.
Dari survey awal di dapat dari rekam medik RSUD Pariaman Tahun 2013
terdapat 917 persalinan. Dari persalinan tersebut terdapat 220 kasus bayi prematur
dan sudah 29 orang diantaranya meninggal dunia.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi
Prematur di RSUD Pariaman Tahun 2014”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Perawatan Bayi Prematur di RSUD Pariaman Tahun 2014”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Perawatan Bayi Prematur di RSUD Pariaman tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas di RSUD Pariaman
Tahun 2014
1.3.2.2 Untuk mengetahui kejadian bayi prematur di RSUD Pariaman
1.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
perawatan bayi prematur di RSUD Pariaman
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/i tentang perawatan bayi prematur
dan sebagai bacaan di perpustakaan Jurusan Kebidanan di Akademi
Kebidanan Sumatera Barat
1.4.2 Bagi Masyarakat
Untuk menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang
perawatan bayi prematur.
1.4.3 Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang perawatan bayi prematur
dan juga sebagai pengalaman penulis dalam mengaplikasikan riset
keperawatan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Pariaman Tahun 2014. Variabel yang
digunakan adalah variabel independen tingkat pengetahuan, sedangkan variabel
dependen Perawatan Bayi Prematur. Penelitian ini direncanakan pada bulan
Desember tahun 2014. Populasi penelitian adalah seluruh ibu nifas yang berada
di RSUD Pariaman. Teknik pengambilan sampel dilakukan tentang cara
accidental sampling. Jenis penelitian metode deskriptif analitik dan desain penelitian
penelitian cross sectional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengetahuan
2.1.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
(Notoatmodjo, 2003: 127).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rongers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003: 128)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri
seseorang tersebut terjadi proses berurutan yaitu :
1. Awareness (Kesadaran)
yaitu orang tersebut menyadari arti mengetahui objek terlebih dahulu.
2. Interest (merasa tertarik)
yaitu orang mulai tertarik kepada objek.
3. Evaluation (menimbang-nimbang)
7
yaitu menimbang-nimbang baik dan tidaknya objek tersebut bagi dirinya.
4. Trial
yaitu dimana orang telah mencoba perilaku baru.
5. Adaption
yaitu subjek telah berprilaku baru sesuai tentang pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap objek.
2.1.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005) ada beberapa cara untuk memperoleh
pengetahuan, yaitu :
1. Cara Coba-Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan tentang menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
tentang kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba
kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and errol (gagal atau
salah) atau metode coba-salah/ coba-coba.
2. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan
tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan
turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Tentang kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu
pengetahuan.
Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh
orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan
kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran
sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut
menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar.
3. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan,
atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.
4. Melalui Jalan Pikiran
Sejalan tentang perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut
berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Tentang kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi.
5. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,
logis, dan ilmiah. Cara ini disebut ”metode penelitian ilmiah”.
1.1.1.3 Faktor-faktor yang Berhubungan tentang Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah :
1. Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari
pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan tentang cara
pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara
tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu.
2. Pendidikan
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
3. Kepercayaan
Adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa
menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Sering diperoleh dari orang tua,
kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan
dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang dalam
masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama. Kepercayaan
dapat tumbuh bila berulang kali mendapatkan informasi yang sama.
1.1.1.4 Tingkat Pengetahuan
Tingkat ini bertujuan untuk mengelompokkan tingkah laku suatu
masyarakat atau individu yang diinginkan, bagaimana individu itu berfikir,
berbuat sebagai hasil dari suatu unit pengetahuan yang telah diberikan.
Menurut Notoatmodjo (2003: 128) pengetahuan yang dicakup di dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkat, yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang
diterima. Untuk mengetahui orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
tentang menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan
sebagainya. Contohnya : dapat menyebutkan tentang persiapan persalinan.
2) Memahami (Comprehensive)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat mengintervensikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari dalam situasi yang real. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi
atau pengumuman hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas,
menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan tentang kemampuan unuk melakukan penilaian terhadap suatu
objek. Penilaian ini berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang ada.
Pengukuran pengetahuan responden diteliti hanya sampai tahu (know) dan
memahami (comprehensive) saja. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
tentang menggunakan kuisioner yang menanyakan tentang pengetahuan ibu hamil
tentang kehamilan resiko tinggi.
2.1.2 Bayi Prematur
2.1.2.1 Pengertian
Bayi prematur atau bayi pre-term adalah bayi yang berumur keNifasan
kurang dari 37 mingggu tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian besar bayi
lahir tentang berat badan kurang dari 2500 gram adalah bayi prematur (Surasmi,
2003).
2.1.2.2 Derajat Bayi Prematur
Derajat bayi prematur menurut Usher (1975) menggolongkan bayi
prematur dalam 3 kelompok :
1. Bayi yang sangat prematur ( extremely premature ) 24-30 minggu.
2. Bayi derajat prematur yang sedang (moderately premature) 31-36
minggu.
3. Boderline premature : masa gestasi 37-38 minggu. (Prawirohardjo,
2002).
2.1.2.3 Faktor-Faktor Menyebabkan Terjadinya Persalinan Prematur
Faktor-faktor menyebabkan terjadinya persalinan prematur adalah :