-
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU BADUTA TENTANG
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SANGIA WAMBULU
KABUPATEN BUTON TENGAH
TUGAS AKHIR
Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Gizi
OLEH
RASNA
NIM. P00331018108
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN DIII GIZI
2019
-
1
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU BADUTA TENTANG
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SANGIA WAMBULU KABUPATEN BUTON TENGAH
RINGKASAN
Rasna
Di bawah bimbingan Hj. Fatmawati dan Rofiqoh
Latar Belakang : Air susu ibu adalah makanan paling baik untuk
bayi karena mempunyai
komposisi yang unik, sempurna susunan biokimiawinya untuk
kebutuhan bayi, dan dapat
melindungi bayi dari infeksi dan kekurangan gizi. Air susu ibu
mulai diberikan sejak bayi lahir
dan sampai usia 6 bulan air susu ibu masih mencukupi kebutuhan
gizi bayi, bayi tidak perlu
diberi minuman atau makanan lain selain ASI (ASI eksklusif )
sebelum usia 6 bulan. Data
pemberian ASI eksklusif di Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017
sebanyak 55,56%, dan
untuk Kabupaten Buton Tengah 33,44%. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran
pengetahuan dan perilaku ibu baduta di wilayah kerja Puskesmas
Sangia Wambulu Kabupaten
Buton Tengah.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
rancangan survey, yang telah
dilaksanakan pada tanggal 24 Mei sampai 20 Juni 2019 di wilayah
kerja Puskesmas Sangia
Wambulu Kabupaten Buton Tengah. Sampel pada penelitian ini
adalah anak baduta usia 6 – 23
bulan sebanyak 65 anak baduta. Pengambilan sampel dilakukan
dengan tehnik simple random
sampling.
Hasil : Penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar 73,8%
sampel berumur 12-23 bulan.
Jenis kelamin sampel sebagian besar 55,4% adalah perempuan. Umur
31-35 tahun
merupakan responden terbanyak 32,3%. Pendidikan responden
sebagian besar 80% adalah
SMA, 80% pengetahuan responden berada pada kategori kurang,
58,4% perilaku responden
berada pada kategori tidak baik, dan 61,5% responden tidak
memberikan ASI eksklusif .
Penelitian ini menyarankan perlunya penyuluhan, penyebar luasan
informasi tentang ASI
Eksklusif di tempat-tempat umum, dan disetiap posyandu, perlunya
konseling ASI pada ibu
yang baru meahirkan di wilayah kerja Puskesmas Sangia Wambulu.
Bagi peneliti selanjutnya
dapat meneliti variabel lain dalam kaitannya dengan pemberian
ASI eksklusif.
Kata kunci : pengetahuan, perilaku, umur, pendidikan, ASI
eksklusif
Daftar bacaan : 18 (2004 – 2018)
-
2
A DESCRIPTION OF KNOWLEDGE AND BEHAVIOR OF BADUTA’S MOTHERS
ABOUT EXLUSIVE BREASFEEDING IN THE WORKINGAREA OF
THE SANGIA WAMBULU COMMUNITY HEALTH CENTER
IN CENTRAL BUTON DISTRICT
ABSTRACT
Rasna
Introduction : Breast milk is the best food for babies, because
it has a unique and
perfect composition of biochemical composition for baby’s needs
that can protect
babies from infectious diseases and malnutrition. Breast milk
began to be given from
the time the baby was born and untl the age of 6 months, breast
milk is still sufficient
for the nutritional needs not need to be given drinks or other
food besides breast milk
(exclusive breastfeeding) before the age of 6 months. Data on
exlusive breastfeeding in
Southeast Sulawesi in 2017 was 55,56%, and for center buton
district 33,44%. This
study aims to determine the description of knowledge nd behavior
of badutas mothers in
the work area of the SangiaWambulu community Health Center in
central Buton district
Method : This research is a description study with asurvey
design, which was
conducted on May 24 to June 20, 2019 in the working area of
SangiWambulu public
health center in centranbuton district. The sample in this study
was 65 million children
aged 6 – 23 months, with basjta mothers as reaspondents.
Sampling is done by simple
random sampling technique. The number of samples taken
proportionally at 10
posyandu.
Result : This study showed that the majority of 73,8% of samples
were12-23 months
old. The sexes mostly 55,4% are aged 31-35 years (32,3%). Most
respiondents’
education is 80% is high school. Respondents’ knowledge about
exlusive breastfeeding
is mostly 80% lacking. The behavior of reaspondents regarding
exlusive breastfeeding
was mostly 58,5% not good, and most of the reaspondents did not
give an
exlusivebrastfeeding 61,5%.
The researcher suggests the need for counseling about exlusive
breastfeeding both
directly and utilizing social media, electronic media and print
media as wellas
breastfeeding counseling for newly born mothers.
Keyword : exclusive breasfeeding, behavioral, knowledge.
-
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan
rahmat dan hidayah–Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Ibu Baduta
tentang
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sangia
Wambulu
Kabupaten Buton Tengah” yang merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan
pendidikan pada Jurusan Gizi Poltekkes Kendari dapat
terselesaikan.
Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, berbagai kesulitan dan
hambatan yang
penulis rasakan namun berkat bantuan beberapa pihak sehingga
pada akhirnya Karya
Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan oleh karena itu, penulis
dengan segala kerendahan
hati dan keikhlasan hati menyampaikan ucapan terima kasih kepada
:
1. Ibu Sri Yunanci. V. Gobel, SST, MPH selaku Ketua Jurusan Gizi
politeknik
Kesehatan Kendari.
2. Ibu .Dr. Hj.Fatmawati, SKM.,M.Kes selaku pembimbing utama
yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan
Karya Tulis
Ilmiah ini.
3. Ibu Rofiqoh, SKM, M.Kes selaku pembimbing pendamping yang
telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Seluruh dosen pengajar dan staf Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Kendaria tas
segala nasehat dan ilmu yang di berikan selama ini.
5. Kepala Puskesmas Sangia Wambulu dan staf yang telah
memberikan arahan dan
izin untuk melakukan penelitian di wilayah kerja puskesmas
Sangia Wambulu
Kabupaten Buton Tengah.
-
4
6. Suami tercinta La Saluhu, AMK, kedua anak saya Devi Yunarsih,
S.Kep, Ns dan
Andry Gunawan serta kedua orang tua Saai dan Amuni yang telah
memberikan
dukungan moril maupun materil selama mengikuti pendidikan di
Poltekes
Kemenkes Kendari.
7. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Kendari
yang tidak bias
disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan
yang tak ternilai
harganya.
Akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis ini
masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun untuk
kesempurnaan penulisan sangat penulis harapkan. Atas saran dan
kritikan penulis
ucapkan banyak terima kasih.
Semoga Karya Tulis Ilmah ini bermanfaat bagi pembaca, Amin
Kendari, Juli 2019
Penulis
-
5
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
..............................................................................
i
RINGKASAN
.......................................................................................................
ii
ABSTRACT..........................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR
..........................................................................................
iv
DAFTAR ISI
........................................................................................................
v
DAFTAR TABEL
................................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR
...........................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN
.......................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN
.....................................................................................
A. Latar Belakang
...................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
..............................................................................
4
C. Tujuan
Penelitian................................................................................
5
D. Manfaat
Penelitian..............................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
.......................................................................
A. Tinjauan Tentang Pengetahuan
.......................................................... 7
B. Tinjauan Tentang Perilaku
.................................................................
11
C. Tinjauan Tentang ASI Eksklusif
........................................................ 17
D. Landasan Teori Dan Landasan Konsep
............................................. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
............................................................
A. Jenis Penelitian
................................................................................
32
-
6
B. Waktu dan Tempat Penelitian
.......................................................... 32
C. Populasi dan Sampel
........................................................................
32
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
.................................................. 33
E. Pengolahan Data
.............................................................................
34
F. Analisa Data
....................................................................................
34
G. Penyajian Data
................................................................................
34
H. Definisi Operasional
........................................................................
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
................................
A. Hasil ..
..............................................................................................
36
B. Pembahasan
.....................................................................................
41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
............................................................
A. Kesimpulan
......................................................................................
45
B. Saran
...............................................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA
.........................................................................................
46
LAMPIRAN
.....................................................................................................
-
7
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Pengetahuan Gizi …………………………………………………….......... 11
2. Distribusi Sampel Menurut Umum ......………………………………….......
37
3. Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin......
…………………………........ 37
4. Distribusi Menurut Umur Responden ……………………………………….. 38
5. Distribusi Menurut Pendidikan Pesponden
…….........…………………........ 38
6. Distribusi Pengetahaun Responden Tentang Pemberian ASI
Eksklusif......... 39
7. Distribusi Perilaku Responden Tentang Pemberian ASI
Eksklusif................ 49
8. Ditribusi Responden Yang memberikan ASI Eksklusif
…………................. 40
-
8
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 . Kerangka Teori ……………………………………………............................
30
2. Kerangka Konsep ………………………………………………... .................
31
-
9
DAFTAR LAMPIRAN
2. Kuesioner Pengetahuan dan Perilaku Ibu Baduta tentang
Pemberian ASI Eksklusif
3. Master
4. Surat Izin Penelitian
5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
-
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi
karena
mengandung semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal
yang
dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal,
terutama pada
umur 0 sampai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur
0 – 6 bulan
sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara
benar setelah
itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Tedjasaputra, 2010 dalam
Sartono, 2012).
Berdasarkan data WHO (2011) dalam Nurazizah (2012)
menunjukkan
bahwa total populasi di dunia didapatkan kurang dari 40% bayi di
bawah usia 6
bulan yang mendapatkan ASI eksklusif.
Kebijakan global (WHO dan UNICEF)dan kebijakan nasional
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai 6
bulan, kemudian
diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak 6 bulan dan
meneruskan
pemberian ASI selama 2 tahun (Kemenkes RI, 2011).
Secara Nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia
berfluktuasi
dan menunjukkan kecenderungan menurun selama 3 tahun terakhir,
dimana
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari
62,2% tahun 2007
menjadi 56,2% pada tahun 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI
eksklusif
pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007
menjadi 24,3% pada
tahun 2008 (Kemenkes RI, 2011).
Rendahnya pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui disebabkan
oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor internalmeliputi rendahnya
pengetahuan dan
-
11
sikap ibu dan faktor eksternalmeliputi kurangnya dukungan
keluarga, masyarakat,
petugas kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi susu
formula, faktor
sosial budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan ibu dan
anak. Para pemangku kepentingan bidang kesehatan menyimpulkan
bahwa sebab
dasar rendahnya cakupan ASI eksklusif adalah akses bayi terhadap
ASI eksklusif
yang rendah.Akses yang rendah tersebut sangat dipengaruhi oleh
potensi spesifik
ibu sebagai figur utama, yaitu perilaku ibu.Hasil kajian
beberapa variabel dalam
kaitannya dengan perilaku ibu menyimpulkan bahwa pengetahuan,
sikap, dan
kepercayaan berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk memberikan
ASI
eksklusifpada bayinya(Prasetyono, 2009 dalam Yulianah,
2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulianah, (2013) tentang
hubungan
pengetahuan, sikap dan kepercayaan ibu dengan pemberian ASI
Eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone menunjukkan
bahwa
pemberian ASI Eksklusif masih tergolong sangat rendah (12,5%),
tingkat
pengetahuan ibu sebagian besar kurang (64,4%),sikap ibu terhadap
ASI Eksklusif
sebagian besar masih negatif (71,2%) dan Sebagian besar
responden yaitu 71,4%
yang berstatus tidak memberi ASI Eksklusif telah memberikan
makanan lain pada
bayinya sejak umur kurang 1 bulan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Salfita (2014) bahwa dari
50
responden sebanyak 29 responden (58%) berada pada kategori
perilaku ibu kurang
dalam pemberian ASI eksklusif.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, (2013)
menunjukkan
bahwa sebagian besar 87,5% responden tidak memberikan ASI
Ekslusif dan
-
12
sebesar (88,7%) responden dengan pendidikan yang rendah tidak
memberikan ASI
Eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian dari 96 sampel yang mempunyai anak
umur 6
– 24 bulan menyatakan bahwa 84 responden yang sudah
berpengetahuan baik
terkait ASI eksklusif hanya sebesar 26,2% yang memberikan ASI
eksklusif. Hal ini
menunjukan bahwa meskipun ibu sudah berpengetahuan baaik atau
kurang tidak
mempengaruhi ibu untuk tetap memberikan ASI esksklusif kepada
bayinya atau
tidak (Mamonto. 2015 dalam Safitri. 2017).
Menurut Sringati (2016) dalam Safitri (2017) menunjukan bahwa
dari total
32 responden yang memiliki pengetahuan baik tentang pemberian
ASI eksklusif
sebanyak 17 responden (53,1%), 10 responden (58,8%) yang
berpengetahuan baik
dan memberikan ASI eksklusif dan 7 responden (41,2%) yang
berpengetahuan baik
tetapi tidak memberikan ASI secara eksklusif. Sedangkan
responden yang
berpengetahuan kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif
sebanyak 15
responden (46,9%), 3 responden (20%) yang berpengetahuan kurang
baik tetapi
memberikan ASI secara eksklusif dan 12 responden berpengetahuan
kurang baik
tidak memberikan ASI secara eksklusif.
Secara teoritis pengetahuan atau kogninif merupakan domain yang
sangat
penting dalam membentuk tindakan seseoarang. Tanpa
mengesampingkan faktor
lain, diketahui bahwa pengetahuan yang baik mengenai ASI
eksklusif akan
berdampak positif terhadap pemberian ASI Eksklusif yang
dilakukan ibu. Karena
pengetahuan merupakan tahap awal dalam teori perubahan perilaku,
saat seseorang
menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya.
Sesuia teori Green
(2000) bahwa pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang
menentukan bentuk
-
13
perilaku seseorang didukukung pula oleh teori WHO yang
mengungkapkan bahwa
pengetahuan merupakan alasan pokok terladinya perubahan perilaku
seseorang
(Safitri.2017).
Data pemberian ASI eksklusif di Propinsi Sulawesi Tenggara tahun
2017
sebesar 55,56%, dan untuk Kabupaten Buton Tengah hanya 33,44%.
Data yang
diperoleh dari Puskesmas Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah
pada tahun
2018, yakni sebanyak 32 bayi umur 0-6 bulan hanya 14 bayi yang
mendapatkan
ASI Ekslusif (43,8%). Hal ini masih jauh dari Target nasional
pencapaian ASI
Eksklusif adalah sebesar 80%.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan
penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Baduta
Tentang
Pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sangia
Wambulu
Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang akan di
ajukan
adalah bagaimana gambaran pengetahuan dan perilaku ibu baduta
tentang
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sangia
Wambulu Kecamatan
Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui
gambaran
pengetahuan dan perilaku ibu baduta tentang pemberian ASI
eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Sangia Wambulu Kecamatan Sangia
Wambulu
Kabupaten Buton Tengah.
-
14
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu baduta tentang
pemberian
ASIeksklusifdiwilayah kerjaPuskesmas Sangia Wambulu
Kabupaten
Buton Tengah.
b. Untuk mengetahui gambaran perilaku ibubaduta tentang
pemberian
ASIeksklusifdi wilayah kerja Puskesmas Sangia Wambulu
Kabupaten
Buton Tengah.
c. Untuk mengetahui gambaran pemberian ASIeksklusifdi wilayah
kerja
Puskesmas Sangia Wambulu Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten
Buton Tengah.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memperkaya konsep teori yang menyangkut
ilmu
pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar bagi kepala
puskesmas dalam menentukan kebijakanuntuk meningkatkan cakupan
ASI
eksklusif padabayi 0-6 bulan sehingga dapat mencapai target yang
telah
ditentukan.
b. Bagi ibu menyusui/masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi pengetahuan
tentang
pemberian ASI eksklusif.
-
15
c. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan tentang
gambaran pengetahuan dan perilaku ibu tentang pemberian ASI
eksklusif.
d. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan yang dapat dijadikan perbandingan untuk
melakukan penelitian-penelitian ditempat lain khususnya
pengetahuan dan
perilaku ibu tentang pemberian ASI eksklusif.
-
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah merupakan hasil
dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek
tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk
tindakan seseorang. Pengetahuan ibu menyusui adalah proses
belajar tentang cara
memberikan ASI kepada bayinya untuk mencapai tingkat kesehatan
dan
kesejahteraannya.
Pengetahuan merupakan domain terbentuknya suatu perilaku,
adanya
pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI dan praktik
menyusui yang baik
dan benar merupakan landasan bagi ibu untuk melaksanakan
pemberian ASI
Ekslusif kepada bayinya segera setelah kelahiran sampai usia 6
bulan. Pengetahuan
tentang manfaat pemberian ASI Ekslusif akan menunjang
pembentukan kesadaran
ibu untuk menerapkan pemberian ASI Ekslusif (Rahmah, 2011).
Sedangkan untuk pengetahuan praktik menyusui akan menunjang ibu
untuk
menerapkan pemberian ASI Ekslusif secara nyaman dan senang yang
menunjang
keberhasilan program menyusui. Pengetahuan merupakan hasil
“tahu” dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera seseorang yakni
indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian
besar pengetahuan
manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Keraf & Dual,
2006 dalam Rahmah,
2011).
-
17
Pengetahuan ibu menyusui tentang ASI biasanya diperoleh dari
berbagai
macam sumber misalnya media massa, media elektronik, buku
petunjuk, petugas
kesehatan, media poster dan lain – lain (Istiarti, 2000 dalam
Muhrifan, 2013).
Pengetahuan ibu menyusui dalam hal ini berhubungan erat
dengan
pemilihan pangan yang dapat meningkatkan produksi ASI. Bayi yang
baru lahir
hanya mendapatkan makanan dari Air Susu Ibunya, sehingga jika
ASI ibu tidak
cukup banyak maka kebutuhan zat gizinya tidak akan terpenuhi
sehingga ibu – ibu
masih ragu dengan pentingnya ASI bagi bayi, di mana pengetahuan
ibu tentang
pemanfaatan kolostrum dan pemberian ASI eksklusif terkadang
masih kurang
sehingga banyak ibu- ibu yang tidak memberikan ASI pertamanya
kepada bayinya,
dengan alasan ASI nya bau amis, serta terkesan menjijikkan
(Muhrifan, 2013).
Demikian pula tentang pemberian ASI eksklusif masih kurang
memenuhi
dengan berbagai faktor penyebab, antara lain kemampuan produksi
ASI yang
kurang, pegetahuan ibu menyusui yang kurang dan anggapan bahwa
akan
mempengaruhi penampilan dari ibunya dapat mempengaruhi pemberian
ASI
kepada bayinya.
Oleh karena itu pengetahuan ibu menyusui perlu ditingkatkan
terutama
untuk memenuhi dan meningkatkan produksiASI melalui penyuluhan
dan konsumsi
makanan yang cukup (Muhrifan, 2013).
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut
Notoatmodjo
(2010) mempunyai enam tingkat, yakni :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari
sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat
-
18
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, “tahu” ini
adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan, menguraikan,
mendifinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat
menyebutkan
tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara
benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi
materi tersebut
secara benar.Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi
harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya
terhadap obyek yang dipelajari.Misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus
makan makanan yang bergizi.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang
telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi
di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat
menggunakan
rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,
dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem
solving cycle)
di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang
diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur
organisasi
-
19
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan
(membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5. Sintesis (Synthsis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru
dari formulasi–formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun,
dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan
sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek.Penilaian-penilaian
itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang
telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara anak-anak yang
cukup gizi
dengan anak-anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi
terjadinya wabah
diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu
tidak memberikan
ASI, dan sebagainya.
Kategori pengetahuan gizi bisa dibagi dalam 3 kelompok yaitu
baik,
sedang, dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan
menetapkan cut of
point dari skor yang telah dijadikan persen.
-
20
Tabel 1
Pengetahuan Gizi
Kategori Pengetahuan Gizi Skor
Baik >80%
Sedang 60 – 80 %
Kurang < 60 %
Sumber : Khomsan, 2004
B. Tinjauan Tentang Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku adalah semua kegiatan atau
aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak
diamati oleh pihak
luar.
Menurut Skiner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), perilaku
merupakan respon
atau reaksi seseoarang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar).
Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa teori perilaku,
yaitu:
1. Teori Stimulus Organisme
Teori stimulus organisme adalah bahwa penyebab terjadinya
perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang
berkomunikasi
dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi
(sources), misalnya
kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara, sangat menentukan
keberhasilan
perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
2. Teori Festinger (Dissonance Theory)
Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan
ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri
yang berusaha
untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi
keseimbangan dalam
diri individu, maka berarti sudah terjadi ketegangan diri lagi,
dan keadaan ini
-
21
disebut consonance (keseimbangan). Ketidakseimbangan terjadi
karena dalam
diri individu terdapat pengetahuan, pendapat atau keyakinan.
Apabila individu
menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut
menimbulkan
pendapat atau keyakinan yang berbeda, bertentangan di dalam diri
individu itu
sendiri maka terjadilah dissonance.
3. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku
individu
tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang
dapat
mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang
dapat
dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.
4. Teori Kurt Lewin
Teori Kurt Lewin adalah suatu keadaan yang seimbang antara
kekuatan-
kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan
penahan (restining
forces).
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku
dapat di
bedakan menjadi dua, yakni:
a. Perilaku Tertutup
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau
tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas
oleh orang lain.
b. Perilaku Terbuka
-
22
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan
atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh
orang lain.
Teori Behavior adalah teori yang mempelajari perilaku
manusia.
Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam
menjelaskan
tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan
(stimulus)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons)
hukum-hukum
mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini
adalah
bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa
diramalkan, dan
bisa ditentukan. Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam
tingkah laku
tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui
pengalaman-
pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan
hadiah.
Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena
tingkah laku
tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena
semua
tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak,
merupakan
tingkah laku yang dipelajari (Desmita, 2011).
Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah
laku
dalam mempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam
tubuh atau
mencermati penilaian orang tentang penasarannya.
Behaviorisme
menginginkan psikologi sebagai pengetahuan yang ilmiah, yang
dapat
diamati secara obyektif. Data yang didapat dari observasi diri
dan intropeksi
diri dianggap tidak obyektif. Jika ingin menelaah kejiwaan
manusia, amatilah
perilaku yang muncul, maka akan memperoleh data yang dapat
-
23
dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Jadi behaviorisme
sebenarnya adalah
sebuah kelompok teori yang memiliki kesamaandalam mencermati
dan
menelaah perilaku manusia yang menyebar di berbagai wilayah,
selain
Amerika teori ini berkembang di daratan Inggris, Perancis, dan
Rusia. Tokoh-
tokoh yang terkenal dalam teori ini meliputi E.L.Thorndike,
I.P.Pavlov,
B.F.Skinner, J.B.Watson, dll.
1) Thorndike
Menurut Thorndike, salah seorang pendiri aliran tingkah laku,
teori
behavioristik dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi
antara
stimulus (yang berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan
respons (yang
juga berupa pikiran, perasaan, dan gerakan). Jelasnya menurut
Thorndike,
perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret
(dapat
diamati), atau yang non-konkret (tidak bisa diamati).
Meskipun Thorndike tidak menjelaskan bagaimana cara mengukur
berbagai tingkah laku yang non-konkret (pengukuran adalah satu
hal yang
menjadi obsesi semua penganut aliran tingkah laku), tetapi teori
Thorndike
telah memberikan inspirasi kepada pakar lain yang datang
sesudahnya.
Teori Thorndike disebut sebagai aliran koneksionisme
(connectionism).
Prosedur eksperimennya ialah membuat setiap binatang lepas
dari
kurungannya sampai ketempat makanan. Dalam hal ini apabila
binatang
terkurung maka binatang itu sering melakukan bermacam-macam
kelakuan, seperti menggigit, menggosokkan badannya ke sisi-sisi
kotak,
dan cepat atau lambat binatang itu tersandung pada palang
sehingga kotak
terbuka dan binatang itu akan lepas ke tempat makanan.
-
24
2) Ivan Petrovich Pavlov
Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik)
adalah
proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap
hewan
anjing, di mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan
stimulus
bersyaratsecara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi
yang
diinginkan. Dari contoh tentang percobaan dengan hewan anjing
bahwa
dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat
dikendalikan
melalui cara dengan mengganti stimulus alami dengan stimulus
yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan,
sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus
yang
berasal dari luar dirinya
1) John B. Watson
Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang
sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk
tingkah
laku yang bisa diamati (observable). Dengan kata lain,
Watson
mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi
dalam
belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu
diketahui.
Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak
siswa
tidak penting. Semua itu penting. Akan tetapi, faktor-faktor
tersebut tidak
bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.
Hanya
dengan asumsi demikianlah, menurut Watson, dapat diramalkan
perubahan
apa yang bakal terjadi pada siswa. Hanya dengan demikian pula
psikologi
dan ilmu belajar dapat disejajarkan dengan ilmu lainnya seperti
fisika atau
biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empiris.
Berdasarkan
-
25
uraian ini, penganut aliran tingkah laku lebih suka memilih
untuk tidak
memikirkan hal-hal yang tidak bisa diukur, meskipun mereka
tetap
mengakui bahwa hal itu penting.
4) Burrhus Frederic Skinner Menurut Skinner, deskripsi antara
stimulus dan
respons untuk menjelaskan parubahan tingkah laku (dalam
hubungannya
dengan lingkungan) menurut versi Watson tersebut adalah
deskripsi yang
tidak lengkap. Respons yang diberikan oleh siswa tidaklah
sesederhana itu,
sebab pada dasarnya setiap stimulus yang diberikan berinteraksi
satu
dengan lainnya, dan interaksi ini akhirnya mempengaruhi respons
yang
dihasilkan. Sedangkan respons yang diberikan jugamenghasilkan
berbagai
konsekuensi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkah
laku
siswa.
Proses perkembangan behavior berlangsung secara bertahap,
dalam
arti:
a. Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat atau
mendalam
atau meluas secara kualitatif maupun kuantitatif (prinsip
progressif)
b. Bahwa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsi
organisme itu
terdapat interpedensi sebagai kesatuan integral yang harmonis
(prinsip
sistematik)
c. Bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu
berlangsung
secara beraturan dan tidak kebetulan dan meloncat- loncat
(prinsip
berkesinambungan).
Ciri – ciri Teori Behavior yaitu pertama, aliran ini
mempelajari
perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan mengamati
perbuatan
-
26
dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan.
Pengalaman-pengalaman batin
di kesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang dipelajari.
Oleh sebab
itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala
perbuatan
dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur
yang paling
sederhana yakni perbuatan- perbuatan bukan kesadaran yang
dinamakan
refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap
suatu pengarang.
Manusia dianggap sesuatu yang kompleks refleks atau suatu mesin.
Ketiga,
behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang
adalah
sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia
hanya
makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan
pendidikan
dapat mempengaruhi reflek keinginan hati (Syah, 2011)
C. Tinjauan TentangASI Eksklusif
1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan hidup yang megandung sel-sel
darah
putih, immunoglobulin, enzim dan hormon serta protein spesifik
dan zat gizi
lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak
(Kemenkes RI, 2011).
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi.ASI mempunyai
komposisi yang unik, sempurna susunan biokimiawi untuk kebutuhan
bayi, dan
dapat melindungi bayi dari infeksi dan kekurangan gizi. Tidak
ada bahan
makanan lain yang sebaik ASI oleh karena itu dianjurkan
memberikan ASI
kepada anak sampai berusia 6 bulan, setelah itu bayi membutuhkan
makanan
tambahan lain selain ASI (Husaini, 2001 dalam Aminah, 2011).
-
27
2. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
Kemenkes RI (2011), ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan
kepada
bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau
mengganti
dengan makanan atau minuman lain.
Rizki (2013), yang dimaksud dengan ASI Eksklusif adalah
menyusui
bayi secara murni dimana bayi hanya di beri ASI saja selama 6
bulan tanpa
tambahan cairan apapun, seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh, air putih
dan tanpa pemberian makanan tambahan lain, seperti pisang, bubur
susu,
biskuit, bubur atau nasi tim.
3. Jenis-jenis ASI
Menurut Hesti (2013), jenis ASI di bedakan dalam tiga jenis,
yaitu :
a. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan berwarna kuning keemasanyang
dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah ibu melahirkan yang
keluar
antara 2-4 hari.
Kolostrum adalah susu pertama yang di hasilkan oleh payudara
ibu
berbentuk cairan berwarna kekuningan atau sirup bening yang
mengandung protein lebih tinggi dan sedikit lemak dari pada susu
yang
matang (Rizki, 2013).
b. ASI Peralihan (Transisional Milk)
ASI Peralihan (Transisional Milk) merupakan air susu ibu yang
di
hasilkan setelah keluarnya kolostrum. Air susu ibu peralihan
keluar antara
8-20 hari, dimana kadar lemak, laktosa dan vitamin larut air
lebih tinggi,
-
28
dan kadar protein dan mineral lebih rendah, serta mengandung
lebih
banyak kalori dari pada kolostrum.
Air susu masa peralihan (masa transisi) adalah ASI yang di
hasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh. Pada masa
ini, susu
transisi mengandung lemak dan kalori yang lebih tinggi dan
protein yang
lebih rendah daripada kolostrum (Rizki, 2013).
c. ASI Matang (Mature Milk)
ASI matang (Mature Milk) yaitu air susu ibu yang di hasilkan
sekitar 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi
antara ± 300-
850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi
(Hesti, 2013).
ASI mature merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari
kesepuluh
sampai seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi bayi yang terus
berubah
disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. ASI
ini
berwarna putih kebiru-biruan (seperti susu krim) dan mengandung
lebih
banyak kalori dari pada kolostrum ataupun ASI transisi (Rizki,
2013).
4. Manfaat ASI Eksklusif 6 bulan
a. Untuk Bayi
1) Sebagai nutrisi terbaik bagi bayi
2) Meningkatkan daya tahan tubuh
3) Meningkatkan kecerdasan
4) Meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan anak
5) Melindungi dari infeksi gastrointestinal
6) Bayi yang ASI eksklusif selama 6 bulan tingkat
pertumbuhannya
sama dengan yang ASI eksklusif 4 bulan.
-
29
7) ASI eksklusif 6 bulan ternyata tidak menyebabkan kekurangan
zat
besi.
b. Untuk Ibu
1) Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan
sehingga
memberi jarak anak yang lebih panjang atau menunda kehamilan
berikutnya.
2) Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak
membutuhkan zat besi sebanyak ketika mengalami menstruasi.
3) Ibu lebih cepat langsing.
Manfaat ASI lainnya bagi keluarga adalah ASI tidak
merepotkan serta ASI dapat mengurangi pengeluaran belanja
rumah
tangga. Manfaat ASI bagi negara meliputi ASI dapat
menurunkan
angka kematian dan kesakitan pada anak, ASI mengurangi
subsidi
rumah sakit untuk perawatan ibu dan anak, ASI mengurangi
subsidi
biaya perawatan anak sakit, ASI mengurangi devisa untuk
pembelian
susu formula, serta ASI meningkatkan kualitas generasi
penerus.
5. Keunggulan dan Manfaat Menyusui
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa
aspek
yaitu aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek
kecerdasan,
neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.
a. Aspek Gizi
1) Kolostrum
Kolostrum (susu pertama) adalah ASI yang keluar pada hari-
hari pertama setelah bayi lahir (4-7 hari), berwarna
kekuning-
-
30
kuningan dan lebih kental karena mengandung banyak vitamin
A,
protein dan zat kekebalan yang penting untuk kesehatan bayi.
Berikut ini manfaat kolostrum, yakni:
a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama
diare.
b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung
dari
hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun
sedikit
namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena
itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
c) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan
mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai
dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang
pertama berwarna hijau kehitaman.
2) Komposisi ASI
a) ASI mudah dicerna karena selain mengandung zat gizi yang
sesuai juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat
gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
b) ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang
berguna
untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
c) Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki
perbandingan antara whey dan casein yang sesuai untuk bayi.
Rasio whey dengan casein merupakan salah satu keunggulan ASI
dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih
-
31
banyak yaitu 65 : 35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI
lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai
perbandingan whey :casein adalah 20 : 80 sehingga tidak
mudah
diserap.
d) Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
(1) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak
dalam ASI yang berfungsi sebagai neurotransmiter dan
berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan
pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan
berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
(2) Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)
adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated
fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak
yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan
anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat
dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor)
yaitu masing-masing dari omega 3 (asam linolenat) dan
omega 6 (asam linoleat).
b. Aspek Imunologik
1) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas
kontaminasi.
2) Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum atau ASI kadarnya
cukup
tinggi. Sekretori IgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan
bakteri
patogen E. Coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
-
32
3) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen
zat
kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100 ml tertinggi
diantara
semua cairan biologis. Dengan mengikat besi maka laktoferin
bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman tertentu yaitu
Stafilokokus dan E.Coli yang juga memerlukan zat besi untuk
pertumbuhannya. Selain menghambat bakteri tersebut laktoferin
dapat
pula menghambat pertumbuhan jamur kandida.
4) Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E.Coli
dan
Salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali
lebih
banyak dari pada susu sapi. Konsentrasinya dalam ASI sangat
banyak
(400 µg/ml) dan merupakan komponen terbesar dalam fraksi
whey
ASI. Lysosim stabil dalam cairan dengan pH rendah seperti
cairan
lambung sehingga masih banyak dijumpai lysosim dalam tinja
bayi.
Keunikan lysosim lainnya adalah bila faktor protektif lain
menurun
kadarnya sesuai tahap lanjut ASI maka lysosim justru meningkat
pada
6 bulan pertama setelah kelahiran.
5) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari
4000 sel
per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu : Bronchus-Asociated
Lympocyte
Tissue (BALT) antibodi pernapasan, Gut Asociated Lympocyte
Tissue
(GALT) antibodi saluran pernafasan dan Mammary Asociated
Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
6) Faktor bifidusyaitu sejenis karbohidrat yang mengandung
nitrogen,
menunjang pertumbuhan bakteri lactobacilus bifidus.
Laktobasilus
-
33
bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan
asam
asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat
asam
sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti
bakteri
E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi, shigela dan
jamur.
Laktobasilus mudah tumbuh cepat dalam usus bayi yang
mendapat
ASI karena ASI mengandung polisakarida yang berikatan dengan
nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan laktobasilus
bifidus.
Susu sapi tidak mengandung faktor ini.
c. Aspek Psikologis
1) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui bahwa ibu mampu
menyusui
dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui
dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi
akan
meningkatkan hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya
akan
meningkatkan produksi ASI.
2) Interaksi ibu dan bayi. Pertumbuhan dan perkembangan
psikologik
bayi tergantung pada kesatuan bayi-ibu tersebut.
3) Pengaruh kontak langsung ibu-bayi. Ikatan kasih sayang
ibu-bayi
terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin
to skin
kontact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi
merasakan
kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang
sudah
dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
-
34
d. Aspek Kecerdasan
1) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat
dibutuhkan
untuk perkembangan sistem syaraf otak yang dapat
meningkatkan
kecerdasan bayi.
2) Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI
memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6
point
lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada
usia 8,5
tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
e. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara koordinasi syaraf menelan,
menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat
lebih
sempurna.
f. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu
mengeluarkan
biaya untuk makanan bayi sampai umur 6 bulan. Dengan demikian
akan
menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula
dan
peralatannya.
g. Aspek penundaan kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan
kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi
alamiah
yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi
(MAL)
(Kemenkes RI, 2008 dalam Muhrifan, 2013).
-
35
6. Kendala pemberian ASI Eksklusif
Ada beberapa kendala yang sering di jadikan alasan oleh ibu
untuk
tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, antara lain:
a) Produksi ASI kurang
Alasan ini merupakan alasan utama para ibu untuk tidak
memberikan ASI secara Eksklusif. Walaupun banyak ibu-ibu yang
merasa
ASInya kurang, tetapi hanya sedikit sekali yang secara biologis
memang
kurang produksi ASInya. Selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan
ASI
yang cukup bagi bayinya.
b) Ibu kurang memahami tata laksana ASI yang benar
Misalnya pentingnya memmberikan ASI, bagaimana ASI keluar,
bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi
dapat
mengisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal,
termasuk
cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dengan bayinya.
c) Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi di beri susu formula
(relaksasi)
Relaksasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti
menyusui ingin memulai menyusui kembali. Biasanya setelah
tidak
menyusui beberapa lama produksi ASI akan berkurang dan bayi
akan
malas menyusui dari ibunya apalagi kalau sudah di beri susu
formula.
d) Bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding.
Sering kali sebelum ASI keluar bayi sudah di beri air putih,
air
gula, madu, susu formula dengan dot. Hal ini akan menyebabkan
bayi
malas menyusui.
-
36
e) Kelainan bayi
Bayi yang menderita sakit atau dengan kelainan kongenital
akan
menganggu proses menyusu. Kelainan ini perlu di tatalaksa dengan
benar
agar keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses
menyusui.
f) Ibu bekerja
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI Eksklusif,
karena waktu ibu bekerja, bayi dapat di beri ASI perah yang di
perah
sehari sebelumnya.
g) Anggapan susu formula lebih praktis
Pendapat ini tidak benar karena untuk membuat susu formula
di
perlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang
harus steril dan
perlu waktu untuk mendinginkan susu yang baru di buat. Sementara
ASI
siap pakai dengan suhu yang tepat setiap saat serta tidak
memerlukan
perlengkapan apapun.
7. Cara Pemberian ASI
Menurut Roesli (2005) dalam Muhrifan (2013), mengatakan
bahwa
cara pemberian ASI/cara menyusui yang baik dan benar, yaitu
:
b. Posisi badan ibu dan badan bayi :
1) Ibu harus duduk dan berbaring dengan santai
2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar
kepala
3) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap keibu
4) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara
ibu
5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
-
37
6) Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu
garis
dengan leher lengan bayi
7) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan
pantat
bayi dengan lengan ibu bagian dalam
c. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu
2) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain
menopang di
bawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari
telunjuk
dan jari tengah (bentuk gunting) di belakang areola (Kalang
Payudara).
3) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (mooting
refleks)
dengan cara :
a) Menyentuh bibir dengan puting susu
b) Menyentuh sisi mulut puting susu
c) Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar
dan lidah ke bawah.
d) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara
meekan
bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala.
e) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan
berhadap-
hadapan dengan hidung bayi.
f) Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri
langit-langit
mulut bayi.
g) Usahakan sebagian oreola (kalang payudara) masuk ke mulut
bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-
-
38
langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang
lunak
(palatum molle).
h) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan
gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari smus
lactiferous
yang terletak dibawah kalang payudara.
i) Setelah bayi menyusui atau mengisap payudara dengan baik,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
j) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara
dengan
hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas.
Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari
payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
k) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk
mengelus-
elas bayi.
D. LandasanTeori DanLandasan Konsep
1. Landasan Teori
Menurut Green (2000), menyatakan bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing), yang
terdiri dari
pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan, sistem nilai, tingkat
pendidikan,
tingkat sosial ekonomi dan pekerjaan. Faktor
pemungkin(enabling), yang
terdiri dari ketersediaan sumber daya, pengetahuan petugas,
peran petugas,
jarak ke pelayanan kesehatan, dan faktor penguat (reinforcing)
yang terdiri dari
undang-undang, peraturan, dukungan toma dan toga, dukungan
keluarga,
dukungan suami, sikap dan perilaku petugas. Dalam penelitian ini
membahas
tentang pemberian ASI Eksklusif yang di pengaruhi oleh faktor
predisposisi
-
39
yang meliputi umur ibu, paritas, pengetahuan ibu, pendidikan
ibu, pekerjaan
ibu, sikap ibu, dan kepercayaan ibu.Faktor pemungkin meliputi
tempat
melahirkan, penolong persalinan, kunjungan ke tenaga kesehatan,
pengetahuan
petugas kesehatan tentang ASI, dan peran petugas kesehatan.
Adapun faktor penguat meliputi dukungan keluarga, promosi
susu
formula, sikap petugas kesehatan dan perilaku petugas kesehatan
yang akan di
gambarkan pada bagan kerangka teori berikut ini:
Sumber : Green (2000) Health Promotion Planning Educational
And
Environment Approach
Gambar 1 : Kerangka Teori
Faktor predisposisi:
1. Pengetahuan ibu tentang
ASI Eksklusif
2. Umur ibu
3. Paritas
4. Pendidikan ibu
5. Pekerjaan ibu
6. Sikap ibu terhadap
pemberian ASI Eksklusif
Faktor pemungkin :
1. Tempat melahirkan
2. Penolong persalinan
3. Kunjungan ke tenaga
kesehatan
4. Pengetahuan petugas
kesehataan tentang ASI
5. Peran petugas kesehatan
Faktor penguat :
1. Dukungan keluarga
2. Promosi susu formula
3. Sikap petugas kesehatan
4. Perilaku petugas kesehatan
Pemberian ASI
-
40
2. Landasan Konsep
Gambar 2 : Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
:Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Pekerjaan
Ibu Pemberian ASI
Eksklusif
Pendidikan
Ibu
Kepercayaan
Ibu
Pengetahuan
Ibu
Sikap Ibu
Perilaku Ibu
-
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
rancangan survey.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 24 Meisampai 20 Juni 2019
bertempat
di wilayah kerja Puskesmas Sangia WambuluKecamatan Sangia
Wambulu
Kabupaten Buton Tengah.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh baduta yang ada di
wilayah
kerja Puskesmas Sangia Wambulu Kecamatan Sangia Wambulu
Kabupaten
Buton Tengah yang berjumlah 200anak.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu
anak
badutausia6-23 bulan sebanyak 65 anak baduta. Responden adalah
ibu dari
anakbaduta.
a. Pengambilan sampel dilakukan secara proposional dari
masing-masing
posyandu yang ada di wilayah Kecamatan Sangia Wambulu.
b. Penentuan besar sampel ditentukan dengan rumus : Lameslow, S,
Hoswer
Jr, DW, Klar, J & Lwangn, SK, 1997 :
N = NZ².P.Q / d² (N-1) + Z².P.Q
Ket :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
Z = Nilai Standar Distribusi Normal yang dipilih (1,96)
P = Perkiraan Variable 0,5
-
42
Q = 1-P (0,5)2
Besar sampel dalam penelitian ini adalah :
n = ���(�,��) .�,�.�,�
(�,�).(����)�(�,��).�,�.�,�
= ���(�,��).�,��
(�,��)(���)��,��.�,��
= ���
�,��
= 65,08 = 65
Banyaknya sampel masing-masing posyandu sebagai berikut :
1. Posyandu Anggrek 8 sampel
2. Posyandu Mawar 6 sampel
3. Posyandu Mongiwa 5 sampel
4. Posyandu Melati 4 sampel
5. Posyandu Matahari 5 sampel
6. Posyandu Dahlia 7 sampel
7. Posyandu Melai 5 sampel
8. Posyandu Nusa Indah 8 sampel
9. Posyandu Kamboja 9 sampel
10. Posyandu Kemuning 8 sampel
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
a. Data tentang karakteristik sampel dan responden di kumpulkan
melalui
wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner.
b. Data tentang pengetahuan ibudi kumpulkan melalui wawancara
kepada
responden dengan menggunakan kuesioner.
c. Data tentang perilaku ibudi kumpulkan melalui wawancara
kepada
responden dengan menggunakan kuesioner.
-
43
2. Data Sekunder
Meliputi data tentang gambaran umum lokasi penelitian yang
diperoleh
dari penelusuran dokumen.
E. Pengolahan Data
1. Data pengetahuan ibu baduta yang diperoleh dari hasil
wawancara,
selanjutnyadilakukan skoring kemudian dijumlahkan, selanjutnya
dibagi
dengan total skor dan dikali 100%.
Cukup : Jika skor jawaban ≥60 %
Kurang : Jika skor jawaban
-
44
2. Perilaku ibu tentang ASI eksklusif adalah tindakan seorang
ibu menyusui
tentang ASI kepada bayinya dengan kriteria objektif :
Baik : Jika skor jawaban ≥ 60%
Tidak baik : Jikaskor jawaban < 60% (Alimu, 2010)
3. Baduta adalah anak laki-laki dan perempuan yang berusia 0 -
23 bulan. Dalam
penelitian ini baduta adalah anak laki-laki dan perempuan yang
berusia 6 - 23
bulan.
-
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Sangia Wambulu terletak di Kelurahan Tolandona
Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah. Luas wilayah
kerja
Puskesmas sebesar 605 km² terbagi menjadi 6 wilayah (5 desa dan
1 kelurahan).
Seluruh wilayah puskesmas mudah diakses dengan menggunakan
kendaraan
roda dua ataupun roda empat.
Jumlah penduduk pada tahun 2019 sebanyak 5.159 jiwa terdiri dari
laki-
laki 2.574 jiwa dan perempuan 2.585 jiwa. Jumlah balita 598
balita (bayi 108
dan anak balita 490),
Jumlah tenaga kesehatan yang ada sebanyak 56 orang dengan
rincian
sebagai berikut : dokter 1 orang, perawat 30 orang, bidan 15
orang, gizi 4 orang,
kesling 2 orang, farmasi 1 orang, analis kesehatan 1 orang,
perawat gigi 1 orang
dan kesehatan masyarakat 1 orang (Profil Puskesmas Sangia
Wambulu Tahun
2018).
2. Karakteristik sampel dan responden
a. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari baduta usia 6-23
bulan
dengan distribusi sebagai berikut :
-
46
Tabel 2
Distribusi Sampel Menurut Umur
No Umur (bulan) Jumlah
n %
1. 6 - 11 17 26,2
2. 12-23 48 73,8
Jumlah 65 100
Sumber : Data Primer
Dari tabel 2 di atas menunjukan bahwa sampel terbanyak
adalah
usia12 - 23 bulan sebanyak 48 sampel (73,8%), sisanya 17 (26,2%)
dengan
usia 6 - 11 bulan.
Distribusi sampel menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
3 di
bawah ini.
Tabel 3
Distribusi Menurut Jenis Kelamin Sampel
No Umur (bulan) Jumlah
n %
1. Laki-laki 29 44,6
2. Perempuan 36 55,4
Jumlah 65 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 3 di atas sampel menurut jenis kelamin
laki-laki
sebanyak 29 (44,6%), dan perempuan sebanyak 36 (55,4%).
b. Responden
Responden pada penelitian ini adalah ibu baduta. Pada tabel 4
dapat
dilihat distribusi responden menurut umur.
-
47
Tabel 4
Distribusi Menurut Umur Responden
No Umur (tahun) Jumlah
n %
1. 19-25 14 21,5
2. 26-30 20 30,8
3. 31-35 21 32,3
4. 36-40 7 10,8
5. 41-45 3 4,6
Jumlah 65 100
Dari tabel4 di atas menunjukan bahwa distribusi umur
responden
terbanyak adalah rentang umur 31-35 tahun sebanyak 21
responden
(32,3%), dan yang paling sedikit rentang umur 41-45 tahun
sebanyak 3
responden (4,6%).
Karakteristik lain yang dikumpulkan selain umur responden
adalah
pendidikan responden. Adapun distribusi pendidikan responden
sebagai
berikut :
Tabel 5
Distribusi Menurut Pendidikan Responden
No Umur (tahun) Jumlah
n %
1. SD 9 13,9
2. SMP 9 13,9
3. SMA 32 49,2
4. Perguruan Tinggi 15 23,0
Jumlah 65 100
Sumber : Data Primer
-
48
Berdasarkan table 5 menunjukan bahwa jumlah responden yang
terbanyak adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA 32
responden (49,2%), dan yang sedikit dengan tingkat pendidikan SD
dan
SMP masing-masing 9 responden (13,8%).
3. Variabel Penelitian
a. Pengetahuan
Tabel 6
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang ASI eksklusif
No Pengetahuan Jumlah
n %
1. Cukup 13 20
2. Kurang 52 80
Jumlah 65 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 6 menunjukan bahwa sebagian besar tingkat
pengetahuan responden masih sangat kurang (80%), sedangkan
responden
dengan pengetahuan baik sebanyak 13 (20%).
b. Perilaku
Tabel 7
Distribusi Perilaku Responden Tentang Pemberian ASI
eksklusif
No Perilaku Jumlah
n %
1. Baik 27 41,6
2. Tidak Baik 38 58,4
Jumlah 65 100
Sumber : Data Primer
-
49
Tabel 7 menunjukan bahwa dari 65 responden yang berperilaku
baik
sebanyak 25 (38,5%), dan responden dengan perilaku tidak baik
sebanyak
40 (61,5%).
Tabel 8
Distribusi Responden Yang Memberikan ASI Ekskusif
No Pengetahuan Jumlah
n %
1. Ya 25 38,5%
2. Tidak 40 61,5%
Jumlah 65 100
Sumber : Data Primer
Tabel 8 menunjukan bahwa 40 (61,5%) responden tidak
memberikan
ASI ekslusif dan 25 (38,5%) memberikan ASI eksklusif dari 65
responden.
B. Pembahasan
1. Pengetahuan
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari
sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting
dalam membentuk tindakan seseorang.Pengetahuan merupakan hasil
dari tahu,
dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek
tertentu (Notoatmodjo, 2010). Jadi pengetahuan sangat dibutuhkan
agar ibu
menyusui dapat mengetahui mengapa mereka harus memberikan ASI
saja
tanpa makanan/minuman lain selai ASI pada bayi sejak lahir
sampai usia 6
bulan sehingga tidak berdampak pada kesehatan bayi mereka.
-
50
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 65 responden
sebanyak 13
responden (20%) dengan pengetahuan cukup, dan responden yang
berpengetahuan kurang masih tinggi sebanyak 52 responden (80%).
Umur
responden yang terbanyak antara 31- 35 tahun sebanyak 21
responden (32,3%),
yang paling sedikit umur 41-45 tahun sebanyak 3 responden
(6,6%).
Pendidikan responden terbanyak adalah SMA sebanyak 32 responden
(49,2%)
dan yang paling sedikit adalah pendidikan SD dan SMP
masing-masing 9
(13,8%).
Pengetahuan ibu menyusui tentang ASI biasanya diperoleh dari
berbagai macam sumber misalnya media massa, media elektronik,
buku
petunjuk, petugas kesehatan, media poster dan lain – lain
(Istiarti, 2000 dalam
Muhrifan, 2013).
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa umur responden
terbanyak
antara 31-35 tahun (32,3%) dimana pada usia tersebut merupakan
usia dewasa
dimana sudah banyak informasi serta pengalaman yang didapat.
Namun
kenyataannya sebagain besar responden masih memiliki pengetahuan
yang
kurang tentang pemberian ASI esklusif.
Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan.
Hasil
Penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden (49,2%)
dengan
pendidikan SMA sehingga menyebabkan kurangnya pemahaman tentang
ASI
pemberian ASI eksklusif. Hal ini sebandingdengan hasil
penelitian yang
dilakukan oleh Rahmawati (2013) tentang hubungan antara
karakteristik ibu,
peran petugas kesehatan dan dukungan keluarga dengan pemberian
ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten
Bone
-
51
menunjukan bahwa sebagain besar responden (88,7) dengan
pendidikan rendah
tidak memberikan ASI eksklusif.
Berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa ibu yang
memilki
pengetahuan baik karena mendapat informasi yang memadai melalui
media
masa, media elektornik serta petugas kesehatan.Sedangkan ibu
yang
berpengetahuan kurang diduga disebaban kurangnya pemahaman
tentang
informasi yang diterima baik dari media masa, media elektornik
maupun dari
petugas kesehatan, walaupun dizaman sekarang ini mengakses
informasi
kesehatan terutama melalui media elektornik adalah hal yang
mudah utnuk
dilakukan setiap orang.
2. Perilaku
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 65 responden
yang
memiliki perilaku baik dalam pemberian ASI eksklusif sebanyak 27
orang (
41,6% ) dan responden yang memiliki perilaku tidak baik sebanyak
38 orang (
58,4 % ).
Perilaku menurut Notoatmodjo (2010), adalah semua kegiatan
atau
aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak
diamati oleh pihak luar. Sedangkan sikap merupakan kesiapan
atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan pelaksanaan motif tertentu,
sikap belum
merupakan tindakan aktifitas, akan tetapi adalah merupakan
predisposisi
tindakan atau perilaku.
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner,
responden (ibu baduta) memberikan makanan/ minuman lain selain
ASI
pada bayi umur 0-6 bulan karena beberapa alasan : ASI kurang,
bayi terlanjur
-
52
mendapat susu formula, ibu bekerja dan putting
luka/lecet/bengkak. Karena
beberapa alasan tersebut responden memberikan susu formula
kepada
bayinya disamping air susu ibu sebelum berumur 6 bulan. Ada
pula
responden yang memberikan air beras bahkan air teh kepada
bayinya. Selain
memberikan minuman lain selain ASI juga diberikan makanan berupa
pisang,
bubur bayi instan dan makanan saring yang dibuat sendiri oleh
ibu.
Di wilayah kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone
menunjukan bahwa pemberian ASI eksklusif masih tergolong
sangat
rendah karena 71,4% ibu telah memberikan makanan lain pada
bayinya
sejak umur kurang dari 1 bulan (Yulianah, 2013).
Perilaku adalah tingkah laku yang sepenuhnya ditentukan oleh
aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan. Seseorang terlibat
dalam
tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya
melalui
pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku
tersebut
dengan hadiah. Semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun
yang
merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari
(Desmita,2011).
Ibu responden dengan perilaku baik memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya dengan alasan air susu ibu bermanfaat untuk
menjaga
kesehatan bayi dan ibu bayi itu sendiri. Anjuran petugas
kesehatan untuk
memberikan ASI ekslusif kepada bayi 0-6 bulan juga merupakan
alasan
responden yang memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.
-
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan
sebagai
berikut :
1. Sebagian besar (80%) pengetahuan responden tentang pemberian
ASI
kurang.
2. Perilaku responden tentang pemberian ASI ekslusif sebagian
besar
(58,4%) tidak baik.
3. Pemberian ASI ekslusif juga rendah yaitu 38,5%.
B. Saran
1. Untuk menambah pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
Eksklusif
maka disarankan agar pihak puskesmas lebih sering melakukan
penyuluhan, dengan memanfaatkan media massa, media elektronik
jangan
hanya kepada ibu balita tetapi juga kepada ibu hamil.
2. Disarankan kepada tenaga kesehatan di puskesmas (khususnya
tenaga gizi)
untukmelakukan konseling menyusui kepada ibu yang baru
melahirkan.
-
54
DAFTAR PUSTAKA
Aminah. 2011. Faktor-Faktor
yangMempengaruhiRendahnyaPemberianASIEkslusif di
Kelurahan Lora Kecamatan Lora
KabupatenBombana.PoliteknikKesehatanKendariJurusanGizi. Karya
Tulis
Ilmiah
Desmita.2011.
PsikologiPerkembanganPesertaDidik.RemajaRosdakarya: Bandung
Haryani.2014. AlasanTidakDiberikanAsiEksklusif olehIbuBekerja di
Kota Mataram
Nusa Tenggara Barat.UniversitasUdayana Denpasar. Tesis
Hesti, Widuri. 2013. Cara Mengelola ASI
EksklusifBagiIbuBekerjaGoysen Publishing:
Yogyakarta
Kemenkes, RI. 2011. Pedoman Pengelolaan Air Susu Ibu di Tempat
Bekerja. Jakarta
Khomsan, 2004. PangandanGiziuntukKesehatan.Penerbit PT Raja
GrafindoPersad:
Jakarta.
Muhrifan, Andi. 2013.Faktor-Faktor yang Berhubungan
denganPemberianASI
Eksklusif padaBayi 0-6 Bulan di Wilayah
KerjaPuskesmasKondaKecamatanKondaKabupatenKonawe Selatan.
PoliteknikKesehatanKendariJurusanGizi. Skripsi
Nurazizah. 2012. Pengaruh Penyuluhan Melalui Media KIE Mengenai
ASI Eksklusif
dan IMD Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil di Kelurahan
Pengasinan
Kecamatan Sawangan Depok. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Program
Sarjana Ekstensi Depok. Skripsi
Notoatmodjo. 2010. PendidikandanPerilakuKesehatan.RinekaCipta :
Jakarta
Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Gizi, 2018. Pedoman Menulis
Karya Ilmiah
Rahmah, Siti. 2011.Faktoryang MempengaruhiPemberianASI Ekslusif
di Wilayah
KerjaPuskesmasPaiKecamatanWeraKabupatenBima.SekolahTinggiIlmuKeseh
atanTamalatea.Skripsi
Rahmawati, dkk. 2013.HubunganAntaraKarakteristikIbu,
PeranPetugasKesehatan Dan
DukunganKeluargadenganPemberianAsiEksklusif di Wilayah
KerjaPuskesmasBontoCaniKabupaten Bone.Program
StudiIlmuGiziFakultasKesehatanMasyarakatUniversitasHasanuddin
Makassar.Jurnal
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Rizki, Natia. 2013. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Nuha Medika:
Yogyakarta
-
55
Salfita, DewidanAsmanidar. 2014. Faktor –Faktor yang
MempengaruhiPerilakuIbuDalamPemberianASI EksklusifPadaBayi 0 -
6
Bulan Di PuskesmasManggengKecamatanManggengKabupaten Aceh
Barat
DayaTahun 2014. Jurnal dedwi.pdf
Sartono, 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu, Pendidikan Ibu dan
Dukungan Suami
dengan Praktek Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Muktiharjo
Kidul
Kecamatan Telogosari Kota Semarang.Program Studi Gizi
Universitas
Muhammadiyah Semarang.Skripsi
Syah, Muhibbin.
2011.PsikologiPendidikanDenganPendekatanBaru.PT.RemajaRosdaKarya.
Bandung
Yulianah, Nana dkk. 2013. Hubungan antaraPengetahuan, Sikap dan
KepercayaanIbu
denganPemberianAsiEksklusif di Wilayah
KerjaPuskesmasBontoCaniKabupaten Bone. Universitas Hassanudin.
Skripsi
-
Lampiran 1
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Alamat :
Umur/Tanggal Lahir : tahun/
Dengan ini menyatakan bersedia dan mau berpartisipasi menjadi
responden penelitian
untuk pembuatan proposal yang akan dilakukan oleh Rasna
mahasiswi kelas RPL Program
D III Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Gizi
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Kendari, April 2019
Mengetahui,
Peneliti Responden
( Rasna ) (..................................)
-
LAMPIRAN 2
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU BADUTA UMUR 6 – 23
BULAN TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SANGIA WAMBULU KABUPATEN BUTON TENGAH
I. Identitas Sampel
1. Nama Sampel :
2. Umur Sampel :
3. Jenis Kelamin :
II. Identitas Responden
1. Nomor Responden : …………………………………………….
2. Nama Ibu : …………………………………………….
3. Alamat : …………………………………………….
4. Umur Ibu : …………………………………………….
5. Agama : …………………………………………….
6. Jumlah Anggota Keluarga : …………………………………………….
7. Pendidikan Ibu : …………………………………………….
8. Pemberian ASI eksklusif : ya tidak
III. Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif
1 Apakah ibu pernah mendengar istilah
ASI Eksklusif?
a) Ya (1) (Lanjut no. 2)
b) Tidak (0) (Lanjut no. 3)
2 Bila jawaban ya, apa yang ibu ketahui
tentang ASI Eksklusif?
a) ASI Eksklusif adalah pemberian ASI selama 6
bulan tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, madu, air putih, air teh serta tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, bubur
susu, biskuit, bubur nasi, kecuali vitamin, mineral
dan obat (2)
b) Tidak tahu (0)
c) Lainnya (sebutkan.................)
3 Menurut ibu, apa yang ibu ketahui a) Matur dan prematur
(2)
-
tentang jenis ASI? b) Tidak tahu (0)
4 Apakah ibu tahu apa kandungan ASI? a) Ya (1)
b) Tidak (0)
5 Jika “ya” sebutkan!
( jawaban lebih dari satu)
a) Energi (1)
b) Protein (1)
c) Lemak (1)
d) Karbohidrat (1)
e) Vitamin (1)
f) Mineral (1)
g) Zat kekebalan (1)
h) Lainnya (sebutkan) ....................
6 Apakah ibu tahu manfaat pemberian
ASI eksklusif pada bayi?
a) Ya (1)
b) Tidak (0) (lanjut ke no 9)
7 Jika “ya” sebutkan!
(jawaban lebih dari satu)
a) ASI dapat mencegah bayi dari penyakit infeksi (1)
b) ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi (1)
c) Lainnya (sebutkan)..........
8 Menurut ibu, apa ASI eksklusif dapat
melindungi bayi dari suatu penyakit ?
a) Ya (1)
b) Tidak (0)
9 Bila jawaban no 8 ya, apa alasannya
( jawaban lebih dari satu)
a) Terdapat anti bodi dalam ASI (1)
b) Bayi tidak mengalami kekurangan gizi (1)
c) ASI tidak menimbulkan alergi (1)
10 Menurut ibu, kendala dalam pemberian
ASI Eksklusif adalah
( jawaban lebih dari satu)
a) Produksi ASI kurang (1)
b) Kelainan bayi (1)
c) Ibu bekerja (1)
d) Anggapan susu formula lebih praktis (1)
e) Lainnya (sebutkan) ....................
11 Menurut ibu apakah ASI dapat diganti
dengan makanan/minuman lain?
a) Ya (1)
b) Tidak (0)
12. Bila jawaban no. 11 ya, dengan apa ASI
diganti?
a) Susu formula (1)
b) Air the/air tajin (0)
13. Apakah ibu engetahu nama air susu
yang pertama kali keluar setelah
melahrkan?
a) Ya (1)
b) Tidak (0)
14. Bila tahu apakah namanya? …………………………..
15. Menurut ibu adakah manfaat dari
memberikan air susu yang pertama kali
keluar setelah melahirkan?
a) Ada (1)
b) Tidak (0)
IV, Perilaku Ibu tentang ASI Eksklusif
1. Apakah ibu memberikan ASI saja atau ditambah dengan susu
formula kepada bayi?
a. Ya (0)
b. Tidak (2)
2. Berapa lama ibu memberikan ASI kepada bayi?
-
a. Sampai umur 6 bulan (2)
b. Kurang dari umur 6 bulan (0)
c. Lebih dari umur 6 bulan
3. Apakah ibu memberikan ASI yang pertama kali keluar kepada
bayi?
a. Ya (2)
b. Tidak (0)
4. Apakah ibu memberikan minuman/makanan lain selain ASI saat
bayi berusia 0 – 6
bulan?
a. Ya (lanjut nomor 6) (0)
b. Tidak (lanjut nomor 5) (2)
5. Apa alasan ibu memberikan ASI eksklusif?
a. Anjuran petugas kesehatan
b. Banyak kebaikan dan manfaat ASI bagi ibu, bayi dan
keluarga
c. Dapat mempererat kasih sayang antara ibu dan bayi
6. Apa alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif?
a. Produksi ASI kurang
b. Bayi terlanjur mendapat susu formula
c. Puting ibu lecet/luka/bengkak
d. Ibu bekerja
7. Kapan ibu mulai memberikan makanan tambahan pada bayi?
a. < 6 bulan (0)
b. ≥ 6 bulan (2)
8. Apakah ibu melakukan perawatan khusus pada payudara untuk
memperlancar ASI?
a. Ya (2)
b. Tidak (0)
9. Bila jawaban ya, dengan apa ibu melakuannya?
a. Perawatan jamu (2)
b. Pemijatan payudara (2)
c. Lain-lain : obat-obatan, suplemen (2)
10. Apa yang ibu lakukan agar produksi ASI lebih banyak?
-
a. Makan lebih banyak sayur-sayuran (2)
b. Minum vitamin (2)
c. Minum Jamu (2)
d. Olahraga (2)
e. Mengurangi pekerjaan yang berat (2)
-
LAMPIRAN 2
MASTER TABEL
Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Ibu Baduta Tentang Pemberiana
ASI Eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah
No
Kode Umur L/ ASI Pengetahuan Perilaku
Sam bulan P eksk Kode Um Pendidi Total Skor %
Kriteria Total Skor %
Kriteria
pel lusif Responden ur kan Skor Jawaban Skor Jawaban
1 Ah 12 L Ya Ny.Sr 24 SD 25 14 56 Kurang 40 28 70 Baik
2 Hr 7 L Ya Ny. Er 35 S1 25 14 56 Kurang 40 28 70 Baik
3 Ss 23 P Ya Ny. Nn 43 D3 25 25 100 Cukup 40 26 65 Baik
4 By 23 P Ya Ny. En 38 SMP 25 14 56 Kurang 40 26 65 Baik
5 Ck 20 P Tidak Ny. Yt 26 SMP 25 17 68 Cukup 40 30 75 Baik
6 Cl 9 P Tidak Ny. Sf 40 D2 25 16 64 Kurang 40 12 30 Tdk
Baik
7 Wd 12 P Tidak Ny. Al 27 SMP 25 13 52 Kurang 40 16 40 Tdk
Baik
8 At 7 L Ya Ny. Ah 27 SMA 25 14 56 Kurang 40 32 80 Baik
9 Ym 11 L Tidak Ny. Ft 35 SMA 25 14 56 Kurang 40 20 50 Tdk
Baik
10 Kd 15 L Tidak Ny. Sn 27 SMA 25 12 48 Kurang 40 18 45 Tdk
Baik
11 Tf 12 P Ya Ny. Nr 39 SD 25 15 60 Kurang 40 34 85 Baik
12 Bs 13 L Tidak Ny. Ev 33 SMA 25 18 72 Cukup 40 22 55 Tdk
Baik
13 Ns 20 P Tidak Ny. Rm 19 SD 25 14 56 Kurang 40 20 50 Tdk
Baik
14 Hp 21 P Tidak Ny. Zm 22 SMA 25 14 56 Kurang 40 14 35 Tdk
Baik
15 Mn 21 P Ya Ny. Sm 29 SMA 25 19 76 Cukup 40 34 85 Baik
-
16 Hh 20 L Ya Ny. Mi 37 SMP 25 14 56 Kurang 40 32 80 Baik
17 Ys 22 L Tidak Ny. St 33 SMA 25 12 48 Kurang 40 14 35 Baik
18 Mk 19 P Tidak Ny. Sk 26 SD 25 11 44 Kurang 40 16 40 Tdk
Baik
19 Mr 10 P Ya Ny. Nh 33 SMA 25 14 56 Kurang 40 26 65 Baik
20 Da 23 L Tidak Ny. Ei 32 SMA 25 12 48 Kurang 40 18 45 Tdk
Baik
21 Rn 12 L Tidak Ny. Em 33 SMA 25 14 56 Kurang 40 18 45 Tdk
Baik
22 Wy 12 L Ya Ny. Wr 33 D2 25 11 44 Kurang 40 30 75 Baik
23 Lr 11 P Tidak Ny. Jm 23 SMA 25 17 68 Cukup 40 34 85 Baik
24 Mt 14 L Tidak Ny. Fl 28 SMA 25 6 24 Kurang 40 18 45 Tdk
Baik
25 Sh 13 P Tidak Ny. Ml 35 SMA 25 14 56 Kurang 40 16 40 Tdk
Baik
26 Td 14 L Ya Ny. Rl 29 SMA 25 11 44 Kurang 40 26 65 Baik
27 Wk 15 L Ya Ny. As 30 D3 25 24 96 Cukup 40 16 40 Tdk Baik
28 Ci 15 P Tidak Ny. Et 35 SD 25 13 52 Kurang 40 14 35 Tdk
Baik
29 Sm 17 P Ya Ny. Ss 29 SMA 25 21 84 Cukup 40 14 35 Tdk Baik
30 Ns 21 L Ya Ny. Sp 34 D3 25 18 72 Cukup 40 20 50 Tdk Baik
31 Ar 20 P Tidak Ny. 0n 26 SMP 25 9 36 Kurang 40 18 45 Tdk
Baik
32 Gn 11 P Tidak Ny. Wa 29 SD 25 13 52 Kurang 40 18 45 Tdk
Baik
33 Fr 6 P Tidak Ny. Wn 34 SMA 25 7 28 Kurang 40 20 50 Tdk
Baik
34 Mc 8 L Ya Ny. Sy 22 SMA 25 18 72 Cukup 40 20 50 Tdk Baik
35 Zr 23 L Tidak Ny. Rt 42 SMP 25 14 56 Kurang 40 14 35 Tdk
Baik
36 Ed 20 P Ya Ny. Nr 30 SMA 25 13 52 Kurang 40 28 70 Baik
37 Yy 13 P Tidak Ny. Ns 31 S1 25 17 68 Cukup 40 24 60 Baik
38 Mm 13 P Ya Ny. Mr 28 SMP 25 15 60 Kurang 40 24 60 Baik
39 Gl 12 L Tidak Ny. Hr 30 SMP 25 14 56 Kurang 40 30 75 Baik
40 Hr 12 P Ya Ny. Af 34 SMA 25 7 28 Kurang 40 26 65 Baik
41 Fs 15 L Tidak Ny. Rs 22 SMA 25 14 56 Kurang 40 10 25 Tdk
Baik
42 Fh 18 P Tidak Ny. Rm 24 SMA 25 12 48 Kurang 40 10 25 Tdk
Baik
-
43 St 19 L Tidak Ny. Zl 40 SMP 25 10 40 Kurang 40 12 30 Tdk
Baik
44 Dl 12 L Tidak Ny. Ns 23 SMA 25 11 44 Kurang 40 10 25 Tdk
Baik
45 Qy 17 P Ya Ny. Rg 32 SMA 25 15 60 Kurang 40 32 80 Baik
46 Vh 22 P Ya Ny. WI 23 SMA 25 13 52 Kurang 40 30 75 Baik
47 Cc 21 P Tidak Ny. Ft 25 SMP 25 17 68 Cukup 40 12 30 Tdk
Baik
48 Hi 21 P Tidak Ny. Hm 36 SMA 25 11 44 Kurang 40 16 40 Tdk
Baik
49 Nw 7 P Ya Ny. Uk 35 SMP 25 11 44 Kurang 40 28 70 Baik
50 Ry 9 L Ya Ny. Sa 21 SMP 25 12 48 Kurang 40 26 65 Baik
51 Hs 9 P Tidak Ny. Nl 35 SMA 25 13 52 Kurang 40 14 35 Tdk
Baik
52 At 16 P Tidak Ny. Rr 23 SMA 25 7 28 Kurang 40 16 40 Tdk
Baik
53 Af 20 L Ya Ny. Wt 22 SD 25 7 28 Kurang 40 28 70 Baik
54 Wl 6 L Ya Ny. Sv 28 SMA 25 12 48 Kurang 40 12 30 Tdk Baik
55 Km 18 P Tidak Ny. Yn 34 D3 25 14 56 Kurang 40 20 50 Tdk
Baik
56 Ml 14 L Tidak Ny. Sb 25 SMA 25 11 44 Kurang 40 14 35 Tdk
Baik
57 Bs 15 P Tidak Ny. Wn 30 SD 25 12 48 Kurang 40 10 25 Tdk
Baik
58 Ta 15 P Tidak Ny. We 19 SD 25 8 32 Kurang 40 16 40 Tdk
Baik
59 Pn 13 L Tidak Ny. Sk 36 SMA 25 14 56 Kurang 40 12 30 Tdk
Baik
60 Rm 12 L Tidak Ny. Wf 35 D2 25 13 52 Kurang 40 18 45 Tdk
Baik
61 Nc 6 P Tidak Ny. Sf 33 SMA 25 15 60 Kurang 40 16 40 Tdk
Baik
62 Ku 7 P Tidak Ny. Ms 34 SMA 25 23 92 Cukup 40 28 70 Baik
63 Yb 8 L Ya Ny. Wi 33 SMP 25 11 44 Kurang 40 32 80 Baik
64 Vr 10 L Tidak Ny. As 28 S1 25 19 76 Cukup 40 30 75 Baik
65 Rl 11 P Tidak Ny. Wn 43 SD 25 10 40 Kurang 40 16 40 Tdk
Baik
-
DOKUMENTASI
cover.pdf (p.1)HALAMAN PENGESAHAN.fix.pdf (p.2-3)ringkasan-bab
v.pdf (p.4-58)Lampiran 1.pdf (p.59-63)LAMPIRAN 2 Master Tabel.pdf
(p.64-66)FOTO.pdf (p.67-69)