GAMBARAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS JOGONALAN II KABUPATEN KLATEN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: ANIS UNTARI J210150042 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019
16
Embed
GAMBARAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN JIWA DI …eprints.ums.ac.id/73088/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 406 tahun 2009 tentang pedoman pelayanan kesehatan jiwa komunitas, yang menjelaskan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
GAMBARAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN
JIWA DI PUSKESMAS JOGONALAN II
KABUPATEN KLATEN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
ANIS UNTARI
J210150042
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
iii
1
GAMBARAN PELAKSANAAN PELAYANANAN KESEHATAN JIWA DI
PUSKESMAS JOGONALAN II KABUPATEN KLATEN
Abstrak
Latar belakang : Menurut UU No.18 tahun 2014 bahwa pelayanan kesehatan jiwa
dasar sebagaimana dimaksud pada pasal 33 ayat 2 huruf a merupakan pelayanan
kesehatan jiwa yang diselenggarakan terintegrasi dalam pelayanan kesehatan
umum di puskesmas. Hasil studi pendahuluan di dapatkan jumlah puskesmas yang
ada di Kabupaten Klaten adalah sebanyak 34 puskesmas dan hanya ada 3
puskesmas yang sudah menjalankan program posyandu jiwa. Awal ketertarikan
peneliti didapatkan bahwa Puskesmas Jogonalan II disebut sebagai puskesmas
percontohan selain itu didapatkan data bahwa setahun terakhir sebanyak 101
orang gangguan jiwa dengan diagnosa skizofrenia. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas
Jogonalan II.
Metode : Penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Peneliti menentukan subjek penelitian menggunakan teknik
pusposive sampling. Pada penelitian ini jumlah responden ada 6 orang. Dalam
melakukan penelitian penulis menggunakan pedoman wawancara yang didasarkan
pada teori. Peneliti melakukan wawancara terhadap seksi pencegahan penyakit
tidak menular, petugas pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas, dan
keluarga pasien yang pernah berobat di puskesmas. Pada penelitian ini teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasilipenelitian : Hasil penelitian ini bahwaipelaksanaani pelayanan kesehatan
jiwa dalam penanganan gangguan jiwa di jogonalan meliputi (1) pelayanan non-
medik yang sudah dilakukan yaitu penyuluhan, pelatihan, deteksi dini, konseling
dan terapi okupasi , (2) Program posyandu jiwa, deteksi dini, dan kunjungan
pasien jiwa ke rumah (3) puskesmas sudah melakukan rujuk balik. Saran untuk
puskesmas sebaiknya mempertimbangkan pelayanan kesehatan jiwa komunitas
agar semain membaik di masa mendatang.
Kata kunci : pelayanan, kesehatan jiwa, posyandu jiwa
Abstract
Background : According to Law No. 18 of 2014 that basic mental health services
as referred to in article 33 paragraph 2 letter a are mental health services held
integrated in public health services in health centers. The results of the
preliminary study in getting the number of puskesmas in Klaten Regency were 34
puskesmas and there were only 3 puskesmas that had implemented the Posyandu
mental program. The initial interest of the researchers was that the Jogonalan II
Health Center was called a pilot health center. In addition, it was obtained data
that a year ago there were 101 mental disorders diagnosed with schizophrenia.
The purpose of this study is to determine the description of the implementation of
mental health services at Jogonalan II Health Center.
2
Method : The author uses qualitative methods with a phenomenological approach.
The researcher determined the research subjects using pusposive sampling
techniques. In this study the number of respondents was 6 people. In conducting
research the author uses interview guidelines that are based on theory. The
researcher conducted an interview with the section on prevention of non-
communicable diseases, officers implementing mental health services in health
centers, and families of patients who had sought treatment at the puskesmas. In
this study data collection techniques used observation, interviews and
documentation.
Research Result : The results of this study that the implementation of mental
health services in the handling of mental disorders in jogonalan include (1) non-
medical services that have been carried out namely counseling, training, early
detection, occupational counseling and therapy, (2) mental health post program,
early detection, and patient visits soul to home (3) puskesmas have reconciled.
Suggestions for puskesmas should consider community mental health services so
that they will improve in the future.
Keywords: service, mental health, mental health post
1. PENDAHULUAN
Bentuk pelayanan kesehatan jiwa yang sudah diaplikasikan negara maju
merupakan bentuk pelayanan komprehensif yang disebut pelayanan jiwa
komunitas ( community mental health care ). Bentuk pelayanan ini merupakan
pusat pelayanan di masyarakat yang terdiri dari berbagai jenis pelayanan
kesehatan diantaranya perawat, dokter kejiwaan, farmasi, fisioterapi, ahli gizi dan
pekerja sosial terlatih (Pratiwi, 2015).
Kebijakan kesehatan mental dapat secara luas didefinisikan sebagai
statemen resmi oleh pemerintah atau otoritas kesehatan yang memberikan arahan
keseluruhan untuk kesehatan mental dengan mendefinisikan visi, nilai, prinsip dan
tujuan, dan dengan menetapkan model tindakan yang luas untuk mencapai visi
tersebut menurut WHO (World Health Organization) (2014).
Puskesmas merupakan layanan dasar yang dapat mengurangi stigma
gangguan jiwa di masyarakat (Greasley & Small, 2015). Temuan ini diperkuat
oleh Kakuma (2011) yang menemukan bahwa negara dengan pendapatan
menengah dan rendah memiliki pengalokasian dana yang juga rendah untuk
program kesehatan mental.
Berdasarkan dari data yang didapatkan oleh peneliti di dapatkan hasil
jumlah puskesmas yang ada di Kabupaten Klaten adalah sebanyak 34 puskesmas
dari 25 kecamatan. Dari 34 puskesmas didapatkan bahwa ada 3 puskesmas
3
sebagai percontohan pelayanan kesehatan jiwa yaitu Puskesmas Manisrenggo
Kecamatan Manisrenggo, Puskesmas Kayumas kecamatan Klaten Utara, dan
Puskesmas Jogonalan II di Kecamatan Jogonalan.
Berdasarkan hasil satu tahun terakhir kasus tertinggi terdapat di
Puskesmas Jogonalan 2 yaitu sebanyak 101 penderita dengan diagnosa
skizofrenia. Sedangkan di Puskesmas Manisrenggo sebanyak 70 penderita dengan
diagnosa skizofrenia dengan jumlah 64 dan dengan psikotik sebanyak 6 penderita.
Data yang di dapatkan di Puskesmas Kayumas yaitu sebanyak 60 penderita
dengan diagnosa skizofrenia.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran pelaksanaan
pelayanan kesehatan jiwa komunitas medik dan non-medik, dapat mengetahui apa
saja program yang sudah diberikan untuk pasien gangguan jiwa dan untuk
mengetahui apakah puskesmas sudah memberikan program rujuk baik.
2. METODEI
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganilis
peristiwa, kondisi dan peran yang dilakukan Seksi PTM (Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular) dan jiwa Dinas Kabupaten Klaten, tenaga
kesehatan Puskesmas Jogonalan II dan keluarga pasien dengan metode berupa
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yang di maksud
pertimbangan adalah orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang
diharapkan peneliti. Maka di dapatkan responden berjumlah 6 orang yaitu 1 orang
seksi PTM (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular) dan jiwa, 1
orang tenaga kesehatan di puskesmas pemegang program jiwa, dan 4 orang
keluarga pasien.
4
Gambar 1. Proses jalannya penelitian
Uji Keabsahan Hasil Penelitian Menurut Bungin (2010) menyatakan bahwa ada
satu cara paling mudah dalam menguji keabsahan hasil penelitian adalah dengan
melakukan triangulasi peneliti, triangulasi metode, triangulasi teori, dan
triangulasi sumber data.
Pada penelitian ini untuk mengujiikeabsahanipenelitiimenggunakan
triangulasi dengan sumber data.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan hasil wawancara
Tabel 1. Kesimpulan Hasil Wawancara
Kata kunci Sub tema Tema
R1: sudah ada penyuluhan,
sudah dibentuk posyandu jiwa
Penyuluhan
R2: sudah ada di tingkat kader,
remaja dan keluarga
Langkah-
langkah
penelitian
Tahap pra lapangan
Pengolahan
data
Tahap pekerjaan
lapangan
Menyusun Rancangan
Penelitian
Memilih Lapangan Penelitian
Mengurus Perizinan
Menilai Lapangan
Memahami Latar
Penelitian dan
Persiapan Diri
Menyiapkan
Perlengkapan Penelitian
Memilih Informan
pembatasan latar dan
peneliti pengenalan
hubungan peneliti
di lapangan
penampilan jumlah waktu
studi
Reduksi Data
Penyajian
Data
Penarikan Kesimpulan
5
Kata kunci Sub tema Tema
R1: sudah diberikan
pelatihan
sederhana
Jenis pelayanan
kesehatan jiwa
komunitas non-medik
R2: sudah, pelatihan sederhana
dari dkk
R1: sudah, menggunakan SLQ
deteksi dini R2: baru dilakukan ke kader
R1: dilakukan oleh bidan di
posyandu jiwa
konseling pada
saat posyandu
jiwa R2: sudah waktu posyandu jiwa
R1: sudah, memakai musik dan
keterampilan lainnya
terapi okupasi
Jenis pelayanan
kesehatan jiwa
komunitas medik
R2: bisa berkebun,
mewarnai,bermain musik dan
bernyanyi
R1: untuk dokter spesialis jiwa
belum ada
penilaian psikiatri
R2: belum
R1: hanya golongan tertentu
saja tidak semua diberikan
Pengobatan
R2: sudah diberikan oleh
dokter umum di puskesmas
R1: belum dilakukan
Psikoterapi R2: tidak ada
R1: belum ada rawat inap
rawat inap R2:belum ada
R1: sudah ada
rujuk balik
Rujuk balik R2: kalo obatnya tersedia ya
diberikan
R1: sudah dibentuk posyandu
jiwa
Posyandu jiwa
Program
R2: posyandu jiwa terus
kunjungan pasien seperti
deteksi dini
Didapatkan hasil penelitian diatas bahwa ada 4 tema dari 12 sub tema antara lain
yang sudah dilakukan dari sub tema yaitu penyuluhan, pelatihan sederhana,
deteksi dini, konseling, terapi okupasi, pengobatan. Berdasarkan tabel diatas
puskesmas sudah melakukan rujuk balik dan sudah membentuk program jiwa.
6
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pelayanan non-medik
3.2.1.1 Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan sesuatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Fitriani, 2011).
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan pada keluarga klien skizofrenia
perlu melalui penyuluhan dna pendidikan kesehatan, baik yang dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung (Wulansih, S & Arif , W, 2008).
Temuan ini diperkuat oleh Jordan, et al (2015) menyatakan bahwa
advocacy menjadi sangat penting ketika individu atau masyarakat tidak
hanya berperan sebagai pemberi informasi saja, tetapi juga menjadi bagian
dari penyelesaian masalah.
Menurut Lauber (2004) menyatakan bahwa pengetahuan yang kurang
mengenai gangguan jiwa akan meningkatkan jarak sosial.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis bahwa di Puskesmas
Jogonalan II sudah dilakukan penyuluhan kesehatan jiwa di tingkat kader,
remaja, keluarga, terakhir dilakukan pada bulan november 2018 maka
sudah sesuai dengan tujuan dari penyuluhan dapat dilaksanakan yaitu agar
dapat mengubah kebiasaan tentang kesehatan secara merata kepada warga
sekitar puskesmas kedepannya lebih sehat.
Berdasarkan uraian diatas, seksi PTM dan tenaga kesehatan di puskesmas
telah sesuai dengan kewajibannya yang diatur pada Kepmenkes RI nomor
406 tahun 2009 tentang pedoman pelayanan kesehatan jiwa komunitas,
yang menjelaskan penyuluhan harus dilakukan di puskesmas.
3.2.1.2 Penilaian Psikiatri
Pelayanan dan sumber daya kesehatan jiwa di negara berkembang
memang masih jarang ada, sehingga pelayanan dan perawatan gangguan
jiwa seharusnya dapat dilakukan oleh dokter umum dan tenaga kesehatan
lainnya. Namun untuk dapat melakukan manajemen dan diagnosis dini
7
kesehatan jiwa, dokter umum dan tenaga kesehatan lainnya tersebut harus
diberi pelatihan tentang kesehatan jiwa (Erawati, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis bahwa di Puskesmas
Jogonalan II sudah dilakukan penilaian psikiatri maka sesuai karena di
puskesmas belum ada dokter spesialis jiwa sehingga untuk pelayanan
kesehatan bagi gangguan jiwa sudah dapat dilakukan oleh dokter umum
dan tenaga kesehatan lainnya.
Berdasarkan uraian diatas, seksi PTM dan tenaga kesehatan di puskesmas
sudah sesuai dengan kewajibannya yang diatur pada Kepmenkes RI nomor
406 tahun 2009 tentang pedoman pelayanan kesehatan jiwa komunitas,
yang menjelaskan penilaian psikiatri harus diberikan kepada pasien
gangguan jiwa di puskesmas.
3.2.1.3 Program Jiwa
Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada posyandu berupa