Top Banner
1 GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK PADA ANAK YANG MEMILIKI ALERGI DI DESA SUKA DAME KECAMATAN SILANGKITANG Oleh : ROSIDWIKASARI 130100176 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 Universitas Sumatera Utara
63

GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

1

GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI)

CAMPAK PADA ANAK YANG MEMILIKI ALERGI DI DESA

SUKA DAME KECAMATAN SILANGKITANG

Oleh :

ROSIDWIKASARI

130100176

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara

Page 2: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI)

CAMPAK PADA ANAK YANG MEMILIKI ALERGI DI DESA

SUKA DAME KECAMATAN SILANGKITANG

SKRIPSI

Skripsiinidiajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehkelul

usanSarjanaKedokteran

Oleh:

ROSIDWIKASARI

1301001176

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara

Page 3: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Universitas Sumatera Utara

Page 4: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

ABSTRAK

Vaksin terdiri dari komponen aktif (antigen) dan komponen tambahan

yang tidak jarang memicu reaksi hipersensitivitas. Pada vaksin campak,

komponen yang digunakan tumbuh pada kultur fibroblast dari embrio ayam,

sehingga pemberian vaksin campak pada anak yang alergi memerlukan

pengawasan. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan alergi pada

anak terhadap timbulnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) campak.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Silangkitang, pada bulan Maret-

Desember 2016, menggunakan studi potong lintang dengan data primer dan data

sekunder dengan kriteria inklusi anak berusia 1-6 tahun yang sudah mendapat

imunisasi campak. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan

kuesioner yang dikeluarkan oleh ISAAC dan kuesioner terpandu yang telah

divalidasi dan dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Uji

statistik yang digunakan yaitu chi square dengan nilai p dianggap bermakna

apabila <0,05.

Dari 130 responden yang mendapatkan imunisasi campak, 26 responden

mengalami KIPI campak dan 42 responden memiliki alergi. Setelah dilakukan uji

hipotesis menggunakan chi-square dengan kemaknaan 0,05 (α=5%) diperoleh

tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara KIPI campak terhadap alergi

yang dimiliki pada anak (CI:0,46-2,82).

Kata kunci: Vaksin campak, hipersensitivitas, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

(KIPI), alergi

Universitas Sumatera Utara

Page 5: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

ABSTRACT

Vaccine consists of active (antigens) and additional components which

have the potential to cause hypersensitivity. In measles vaccine, components are

grown in fibroblast cultures from chicken embrio, which renders its usage on

children with hypersensitivity needing special care. This research is aimed to

determine the correlation between allergy in children and the adverse effect

following immunization (AEFI) of measles.

This study is conducted in Silangkitang Subdistrict from March-December

2016 with a cross-sectional approach using primary and secondary data, with an

inclusion criteria of children in the age range of 1-6 years old who previously

receieved measles vaccination. Data were obtained using 2 quetionnaires, 1

published by ISAAC and 1 published and validated by the Health Department of

Indonesia. Chi-square analysis was used in this study, and p is accepted as

significant if <0,05.

From 130 respondents who had received measles vaccination, 26

respondents experienced an AEFI measles and 42 respondents had an allergic

reaction. Chi-square analysis with a significane of 0,05 (α=5%) drevealed no

significant correlation between AEFI measles and allergies in children (CI:0,46-

2,82).

Key words: measles vaccination, hypersensitivity, adverse effect following

immunization (AEFI), allergy

Universitas Sumatera Utara

Page 6: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh.

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala petunjuk yang

telah dikaruniakan-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan

berjudul “Gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Campak pada Anak

yang Memiliki Alergi” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

kelulusan Sarjana Kedokteran.

Besar harapan penulis, penelitiaan ini nantinya dapat bermanfaat bagi

masyarakat luas khususnya bagi perkembangan ilmu kedokteran. Penelitian ini

mampu terselesaikan karena adanya dukungan dari banyak pihak, kepada mereka

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah

memberikan balasan yang sebaik-baiknya, diantaranya :

1. Dr. dr. Aldy S Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Mahrani Lubis, M.Ked (Ped), Sp.A selaku Dosen Pembimbing I yang

telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing, mendukung,

serta memberikan masukan kepada penulis sehingga penelitian skripsi ini

dapat diselesaikan dengan maksimal.

3. dr. Dudy Aldiansyah, M.Ked (OG), Sp.OG selaku Dosen Pembimbing II

yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing,

mendukung, serta memberikan masukan kepada penulis sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan dengan maksimal.

4. Dr. dr. Sarma Nursani L.Raja, M.Ked (OG), Sp.OG selaku Dosen Penguji

skripsi yang telah memberikan saran serta masukan yang berguna dalam

pelaksanaan skripsi ini.

5. dr. Causa T. Mariedina, M.Ked (PA), Sp.PA selaku Dosen Penguji yang

telah memberikan yang telah memberikan saran serta masukan yang

berguna dalam pelaksanaan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

6. Komisi Etik dan Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini.

7. Romidin dan Susiati, rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga

untuk orang tua tercinta, atas kasih sayang yang begitu besar dan

kesabaran dalam mendidik dan memberikan dukungan serta tanpa henti

mendo’akan di setiap pilihan penulis bersama saudari-saudari tercinta Eva

Roselina dan Nizar Pangestu.

8. Amellia, Ira, Vania, Hana, Cindy, Eka, Iis, sahabat penulis yang telah

memberi saran, komentar serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Peduli Masyarakat (IMPM) USU yang

tiada henti memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Dalam skripsi ini, penulis tidak memungkiri masih terdapat banyak

kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat membutuhkan saran dan masukkan

guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Medan, Desember 2016

Penulis

Rosidwikasari

130100176

Universitas Sumatera Utara

Page 8: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... i

Abstrak ........................................................................................................ ii

Abstract ........................................................................................................ iii

Kata Pengantar .......................................................................................... iv

Daftar Isi ..................................................................................................... vi

Daftar Tabel ................................................................................................ ix

Daftar Gambar ........................................................................................... x

Daftar Singkatan ......................................................................................... xi

Daftar Lampiran ......................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang........................................................................1

1.2. Rumusan Masalah....................................................................2

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4

2.1. Alergi ....................................................................................... 4

2.1.1. Definisi ....................................................................... 4

2.1.2. Epidemiologi .............................................................. 4

2.1.3. Patofisiologi ............................................................... 4

2.1.4. Manifestasi Klinis ....................................................... 6

2.1.5. Diagnosa ..................................................................... 7

2.2. Imunisasi Campak .................................................................... 7

2.2.1. Definisi ....................................................................... 7

2.2.2. Epidemiologi .............................................................. 8

2.2.3. Komposisi Vaksin ....................................................... 8

2.2.4. Jadwal Pemberian Imunisasi ....................................... 8

2.2.5. Dosis dan Cara Pemberian .......................................... 9

2.2.6. Kontra - Indikasi Imunisasi ......................................... 10

Universitas Sumatera Utara

Page 9: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

2.2.7. Reaksi KIPI ............................................................................ 10

2.2.7.1. Definisi ....................................................... 10

2.2.7.2. Epidemiologi .............................................. 10

2.2.7.3. Gejala Klinis ............................................... 11

2.3. Gambaran KIPI campak pada anak alergi ................................. 12

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ............................................................................................. 13

3.1. Kerangka Teori......................................................................... 13

3.2. Kerangka Konsep ..................................................................... 14

3.3. Hipotesis .................................................................................. 14

BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................... 15

4.1. Rancangan Penelitian ............................................................... 15

4.1.1. Jenis Penelitian ............................................................. 15

4.1.2. Tempat dan Periode Penelitian ...................................... 15

4.1.2.1. Tempat Penelitian ......................................... 15

4.1.2.2. Periode Penelitian ......................................... 15

4.2. Populasi dan Subjek Penelitian ................................................. 15

4.2.1. Populasi Penelitian ........................................................ 15

4.2.2. Subjek Penelitian .......................................................... 15

4.2.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ......................................... 16

4.2.4. Besar Sampel ................................................................ 16

4.3. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 17

4.3.1. Metode .......................................................................... 17

4.3.2. Alat ............................................................................... 17

4.3.3. Jenis Data ..................................................................... 17

4.4. Definisi Operasional ................................................................. 18

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ................................................... 19

4.5.1. Pengolahan Data ........................................................... 19

4.5.2. Analisa Data ................................................................. 19

Universitas Sumatera Utara

Page 10: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 20

5.1. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................... 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................... 20

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ..................................... 20

5.1.3. Distribusi Frekuensi Manifestasi Klinis KIPI Campak ... 22

5.1.4. Distribusi Frekuensi Penyakit Alergi ............................. 22

5.1.5. Hubungan Alergi terhadap Timbulnya KIPI Campak .... 23

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden .............................................. 24

5.2.2. Manifestasi Klinis KIPI Campak .................................. 25

5.2.3. Penyakit Alergi ............................................................ 26

5.2.4. HubunganAlergi terhadap Timbulnya KIPI Campak ..... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 30

6.1. Kesimpulan .............................................................................. 30

6.2. Saran ........................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 31

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 11: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

DAFTAR TABEL

Tebel 2.1. Reaksi alergi ..................................................................... 6

Tabel 2.2. Gejala klinis KIPI menurut lokasinya ................................ 11

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ................... 21

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Manifestasi Klinis KIPI Campak ....... 22

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Penyakit Alergi ................................. 23

Tabel 5.4. Hubungan Penyakit Alergi terhadap Timbulnya KIPI

Campak ............................................................................. 24

Universitas Sumatera Utara

Page 12: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Mekanisme reaksi alergi ............................................. 5

Gambar 2.2. Jadwal Imunisasi Anak, Rekomendasi

IDAI (2014) ................................................................ 9

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian ........................................... 13

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian ....................................... 14

Universitas Sumatera Utara

Page 13: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

DAFTAR SINGKATAN

AEFI Adverse Events Following Immunization

APC Antigen Presenting Cell

BIAS Bulan Imunisasi Anak Sekolah

BMJ British Medical Journal

CAM Chick Chorioallantonik Membrane

CDC Center for Disease Control and Prevention

IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia

ISAAC International Study of Asthma and Allergies in

Chilhood

HIV Human Immunodeficiency Virus

KIPI Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

MDG’S Millennnium Development Goals

MMR Measles, Mumps and Rubella

MMRV Measles, Mumps, Rubella and Varicella

MR Measles and Rubella

SD Sekolah Dasar

RS Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara

Page 14: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Lembar Penjelasan

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Lampiran 4. Kuesioner ISAAC (International Study of Asthma and Allergies in

Chilhood

Lampiran 5. Formulir Investigasi KIPI

Lampiran 6. Ethical Clearance

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

Lampiran 8. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 15: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai

penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi adalah suatu

upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit

tersebut tidak akan sakit atau hanya akan mengalami suatu penyakit ringan.1 Salah

satunya penyakit menular yang sering terjadi adalah penyakit campak.

Menurut World Health Organization (WHO), campak adalah penyakit

serius yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Pada tahun 1980, sebelum

vaksinasi luas, campak diperkirakan menyebabkan 2,6 juta kematian setiap tahun.

Penyakit ini tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian di kalangan anak-

anak secara global, meskipun ketersediaan vaksin yang aman dan efektif. Sekitar

114.900 orang meninggal akibat campak pada tahun 2014, sebagian besar anak-

anak dibawah usia 5 tahun. Campak disebabkan oleh virus family paramyxovirus.

Selama tahun 2000-2014, vaksinasi campak dicegah yang diperkirakan 17,1 juta

kematian. Kematian campak secara global telah menurun 79% dari perkiraan

546.800 di tahun 2000 dan 114.900 di tahun 2014.2

Dari Profil Kesehatan Indonesia, Indonesia memiliki cakupan imunisasi

campak pada tahun 2014 sebesar 94,67% yang berarti telah memenuhi target 90%

dari yang telah ditetapkan secara nasional. Seluruh bayi di Provinsi Jawa Barat,

Kepulauan Riau, Lampung, dan Nusa Tenggara Barat telah mendapatkan

imunisasi campak. Sedangkan provinsi dengan cakupan terendah yaitu Papua

sebesar 61% diikuti oleh Nusa Tenggara Timur sebesar 69,20% dan Kalimantan

Selatan sebesar 69,55%.1

Adapun reaksi simpang yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following Immunization (AEFI) adalah

kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin

ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, atau

Universitas Sumatera Utara

Page 16: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

akibat kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, atau hubungan kausal

yang tidak dapat ditentukan.3 Data di Indonesia tahun 2008-2010 menemukan

kasus KIPI 544 kasus. Pada beberapa kasus reaksi disebabkan oleh vaksin, pada

kasus lain penyebabnya adalah kesalahan pemberian vaksin, tetapi sebagian besar

umumnya tidak berhubungan dengan vaksin.4 Kasus KIPI campak berupa demam

terjadi 1/6 dosis, ruam kulit ringan 1/20 dosis, kejang yang disebabkan demam

1/3000 dosis, reaksi alergi serius 1/1.000.000 dosis.3

Alergi merupakan sebuah penyakit pada anak yang diperkirakan

meningkat seiring dengan pola kehidupan yang berhubungan dengan pengaruh

lingkungan, yaitu paparan allergen. Allergen penyebab alergi dapat masuk ke

dalam tubuh melalui beberapa cara seperti inhalasi, kontak langsung, saluran

cerna, atau suntikan.5 Penyakit tersebut termasuk di dalamnya asma, rhinitis,

anafilaksis, alergi obat, alergi makanan, eksema, alergi binatang, urtikaria, dan

angioedema. Peningkatan penyakit alergi secara global terjadi sekitar 30-40% dari

populasi dunia yang dipengaruhi oleh satu atau lebih kondisi alergi.6 Peningkatan

penyakit alergi tersebut terjadi pada umur 18 tahun dimana mulai muncul gejala

pada umur 12 bulan, terdiri 11% alergi respiratori, 6% alergi makanan, dan 12%

alergi kulit.7

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, dibutuhkan penelitian terkini

mengenai “Gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imuniasasi (KIPI) Campak

pada Anak yang memiliki Alergi”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut “Bagaimana gambaran Kejadian Ikutan

Pasca Imunisasi (KIPI) campak pada anak yang alergi?”

Universitas Sumatera Utara

Page 17: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah :

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada

anak yang memiliki alergi.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui gambaran imunisasi campak pada anak.

2. Mengetahui gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) campak

pada anak.

3. Mengetahui alergi tipe apa yang sering menimbulkan KIPI pada

imunisasi campak.

4. Hubungan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) campak pada anak

yang memiliki alergi.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Praktis (Aplikatif)

1. Membantu kegiatan pengumpulan data tentang KIPI yakni dalam hal

pencatatan dan pelaporan semua reaksi simpang yang timbul setelah

pemberian imunisasi campak.

2. Sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan imunisasi campak

pada anak yang memiliki alergi.

3. Memberi informasi kepada masyarakat khususnya orangtua agar

mengetahui pentingnya imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit

campak pada anak.

1.4.2. Manfaat Teoritis (Akademis)

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran KIPI Campak

pada anak yang memiliki alergi sehingga penilitian ini dapat jadi

pertimbangan untuk pelaksanaan imunisasi campak pada anak yang

memiliki alergi.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Alergi

2.1.1. Definisi

Alergi adalah perubahan reaksi tubuh/pertahanan tubuh terhadap suatu

benda asing yang terdapat di dalam lingkungan hidup sehari-hari.8 Alergi adalah

suatu reaksi hipersensitivitas yang diawali oleh mekanisme imunologis, yaitu

akibat induksi oleh IgE yang spesifik terhadap alergen tertentu, yang berikatan

dengan sel mast. Reaksi timbul akibat paparan terhadap bahan yang pada

umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan, disebut

alergen.5

2.1.2. Epidemiologi

Penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering dijumpai di

masyarakat. Diperkirakan 10-20% penduduk pernah atau sedang menderita

penyakit tersebut.9 Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Semarang kasus

alergi pada anak laki-laki dan anak perempuan tidak didapatkan perbedaan

bermakna dari distribusi jenis kelamin.5 Sedangkan pada studi populasi, penyakit

alergi didapatkan pada usia yang berbeda-beda, contohnya alergi makanan dan

eksim terutama pada anak, sedangkan asma bronkial didapatkan pada anak dan

dewasa, sedangkan rhinitis alergika didapatkan pada dekade kedua dan ketiga.10

2.1.3. Patofisiologi

Mekanisme timbulnya alergi adalah reaksi hipersensitivitas tipe I dalam

klasifikasi Gell dan Coombs yang diperantarai reaksi IgE. Reaksi hipersensitivitas

tipe ini timbul segera sesudah tubuh terpajan dengan alergen. Pada reaksi tipe I,

alergen yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan respon imun berupa produksi

IgE.11

Alergen yang masuk ke dalam tubuh, akan ditangkap oleh sistem imun

nonspesifik yaitu APC (Antigen Presenting Cell). APC akan mengaktifkan Th2

Universitas Sumatera Utara

Page 19: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

yang akan mengeluarkan interleukin 4, suatu sitokin yang akan merangsang sel B

berkembang menjadi sel plasma yang meproduksi IgE.12 Fase ini disebut fase

sensitisasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikat

silang oleh reseptor spesifik pada permukaan sel mast/basofil.11

Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan

antigen yang spesifik dan sel mast/basofil melepas isinya yang berisikan granul

yang menimbulkan reaksi. Hal ini terjadi oleh ikatan silang antara antigen dan

IgE.11

Fase efektor yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis)

sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast/basofil dengan aktivitas

farmakologik.11

Gambar 2.1. Mekanisme reaksi alergi.11

Respons alergi diklasifikasikan menjadi dua kategori: hipersensitivitas tipe

cepat dan hipersensitivitas tipe lambat. Pada hipersensitivitas tipe cepat, respon

alergi muncul dalam waktu sekitar 20 menit setelah orang yang telah tersensitisasi

terpajan ke suatu alergen. Pada hipersensitivitas tipe lambat, reaksi umumnya

belum muncul sampai satu hari atau lebih setelah pajanan. Perbedaan dalam

waktu ini disebabkan oleh perbedaan mediator yang berperan. Suatu alergen

mungkin mengaktifkan respon sel B atau sel T. Reaksi alergi tipe cepat

melibatkan sel B dan dipicu oleh interaksi antibodi dengan antigen, sedangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 20: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

reaksi tipe lambat melibatkan sel T dan merupakan respons imunitas selular yang

lebih lambat terhadap alergen.12

2.1.4. Manifestasi Klinis

Manifestasi reaksi tipe I dapat bervariasi dari lokal, ringan sampai berat

dan keadaan yang mengancam nyawa seperti anafilaksis dan asma berat11 (Tabel

2.1). Tabel 2.1. Reaksi alergi 11

Jenis alergi Alergen umum Gambaran Anafilaksis Obat, serum, bisa,

dan kacang-kacangan Edema dengan peningktan permeabiltas vaskular, berkembang menjadi oklusi trakea, kolaps sirkulasi, dan kemungkinan meninggal.

Urtikaria akut

Sengatan serangga Bentol dan merah di daerah sengatan serangga dapat pula menimbulkan rekasi hipersensitifitas tipe IV.

Rhinitis alergi Polen (hay fever), tungau, dan debu rumah

Edema dan iritasi mukosa nasal.

Asma Polen, tungau, dan debu rumah

Konstriksi bronkial, peningkatan produksi mukus, dan inflamasi saluran nafas.

Makanan Kerang, susu, telur, ikan, dan bahan asal gandum

Urtikaria yang gatal dan potensial menjadi anafilaksis.

Ekzem atopi Polen, tungau, debu rumah, dan beberapa makanan

Inflamsi pada kulit yang terasa gatal, biasanya merah dan ada kalanya vesicular.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

2.1.5. Diagnosa

Berikut ini adalah cara menegakkan diagnosa untuk alergi :

a. Anamnesa

Diagnosa alergi ditegakkan berdasarkan anamnesa gejala yang dialami dan

kemungkinan penyebab alergen.13 Perlu juga ditanyakan kapan gejala

timbul, sudah berapa lama, hal-hal yang dapat merangsang timbulnya

gejala, apakah gejala berhubungan musim, apakah gajala mengganggu

aktivitas serta riwayat keluarga menderita keluhan yang sama dan apakah

sudah pernah mendapat pegobatan.10

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang lengkap harus dibuat, dengan perhatian ditujukan

terhadap penyakit alergi bermanifestasi kulit, konjungtiva, nasofaring, dan

paru. Kalau seseorang datang dengan keluhan hidung, maka perhatian

lebih lanjut ditujukan lagi terhadap pemeriksaan hidung dan

kerongkongan, baik dari luar maupun dari dalam rongga hidung.9

c. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan fisik terbagi menjadi 2, yaitu :13

o Pemeriksaan in vitro

Pemeriksaan dapat dilakukan berupa hitung eosinofil total, hitung

eosinofil dalam sekret, kadar serum IgE total, dan kadar IgE

spesifik yang bermanfaat dalam penegakan diagnosa penyakit

alergi.

o Pemeriksaan in vivo

Pada pemeriksaan ini dapat dilakukan uji kulit dan uji provokasi

sehingga dapat menegakkan diagnosa alergi.

2.2. Imunisasi Campak

2.2.1. Definisi

Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah

terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.14 Virus

campak termasuk dalam famili paramyxovirus.15 Penularan melalui udara ataupun

Universitas Sumatera Utara

Page 22: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

kontak langsung dengan penderita. Kandungan vaksin campak ini adalah virus

yang dilemahkan.16 Pemberian imunisasi ini untuk menimbulkan kekebalan aktif

terhadap penyakit campak (morbili/measles).17 Saat ini ada beberapa macam

vaksin campak:15

• Monovalent

• Kombinasi vaksin campak dengan vaksin rubela (MR)

• Kombinasi dengan mumps dan rubela (MMR)

• Kombinasi dengan mumps, rubela dan varisela (MMRV)

2.2.2. Epidemiologi

Penyakit campak bersifat endemi di seluruh dunia, namun terjadinya

epidemi cenderung tidak beraturan. Pada umumnya epidemi terjadi pada

permulaan musim hujan, mungkin disebabkan karena meningkatnya kelangsungan

hidup virus pada keadaan kelembaban yang relatif rendah.15

Dari Profil Kesehatan Indonesia, Indonesia memiliki cakupan imunisasi

campak pada tahun 2014 sebesar 94,67% yang berarti telah memenuhi target 90%

dari yang telah ditetapkan secara nasional.1 Sedangkan menurut WHO dengan

MDG’s (Millennium Development Goals) programnya The Expanded Programme

on Immunization telah mencanangkan target global untuk mereduksi insidens

campak sampai 90,5% dan mortalitas sampai 95,5% daripada tingkat pre-EPI

pada tahun 1995.15

2.2.3. Komposisi Vaksin

Vaksin campak berasal dari virus hidup, yaitu CAM 70 (chick

chorioallantonik membrane) yang dilemahkan dan mengandung kanamisin sulfat

dan eritromisin. Vaksin ini berbentuk beku kering dan dilarutkan dalam 5 cc

pelarut aquades.16

2.2.4. Jadwal Pemberian Imunisasi

Imunisasi campak menurut Permenkes no 42 tahun 2013, diberikan 3 kali

pada umur 9 bulan, 24 bulan dan kelas 1 SD (Sekolah Dasar). Untuk anak yang

Universitas Sumatera Utara

Page 23: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

telah mendapat imunisasi MMR (measles, mumps, and rubella) umur 15 bulan,

imunisasi campak umur 24 bulan tidak diperlukan.18

Gambar 2.2. Jadwal Imunisasi Anak, Rekomendasi IDAI (2014)18

2.2.5. Dosis dan Cara Pemberian

Dosis dan cara pemberian imunisasi campak adalah sebagai berikut:15

a. Dosis vaksin campak 0,5 ml, sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih

dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml

cairan pelarut.

b. Pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan pada lengan kiri

walaupun dapat diberikan secara intramuskular.

c. Imunisasi campak diberikan lagi pada umur 2 tahun dan saat masuk

sekolah Sekolah Dasar yaitu Program BIAS (Bulan Imunisasi Anak

Sekolah).

Universitas Sumatera Utara

Page 24: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

2.2.6. Kontra - Indikasi Imunisasi

Kontraindikasi pemberian imunisasi campak adalah anak:17

Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam

Dengan penyakit gangguan kekebalan

Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan

Dengan kekurangan gizi berat

Dengan penyakit keganasan

Dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan

eritromisin (antibiotik).

2.2.7. Reaksi KIPI

2.2.7.1.Definisi

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following

Immunization (AEFI) adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi

baik berupa efek vaksin ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek

farmakologis, atau kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, atau

hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.3 KIPI adalah semua kejadian sakit

dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi.19

Pada umumnya reaksi terhadap obat atau vaksin dapat merupakan reaksi

simpang (adverse events), atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek

langsung vaksin. Reaksi simpang vaksin antara lain dapat berupa efek

farmakologi, efek samping (side effects), interaksi obat, intoleransi, reaksi

idiosinkrasi, dan reaksi alergi yang umumnya secara klinis sulit dibedakan satu

dengan lain. Reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein telur (vaksin campak,

gondong, influenza, dan demam kuning), antibiotik, bahan pengawet (neomisin,

merkuri), atau unsur lain yang terkandung dalam vaksin.3

Universitas Sumatera Utara

Page 25: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

2.2.7.2.Epidemiologi

Data di Indonesia tahun 2008-2010 menemukan kasus KIPI 544 kasus,

133 kasus diantaranya ditemukan hubungan kuasalitas kategori certain dan 36

kasus termasuk dalam kategori probable. Pada beberapa kasus reaksi disebabkan

oleh vaksin, pada kasus lain penyebabnya adalah kesalahan pemberian vaksin,

tetapi sebagian besar umumnya tidak berhubungan dengan vaksin.4 Kasus KIPI

campak berupa demam terjadi 1/6 dosis, ruam kulit ringan 1/20 dosis, kejang yang

disebabkan demam 1/3000 dosis, reaksi alergi serius 1/1.000.000 dosis.3

2.2.7.3.Gejala Klinis

Gejala klinis KIPI pada campak bisa berupa:3

o Demam yang lebih dari 39,5°C

o Reaksi alergi berupa anafilaksis, urtikaria, dermatitis, edema

o Ensefalopati

o Ruam morbili

o Trombositopenia

Table 2.2. Gejala klinis KIPI menurut lokasinya19

Reaksi KIPI Gejala KIPI Lokal Abses pada tempat suntikan

Limfadenitis Reaksi local lain yang berat,misalnya selulitis, BCG-itis

SSP Kelumpuhan akut Ensefalopati Ensefalitis Meningitis Kejang

Lain-lain Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema Reaksi anafilaksis Syok anafilaksis Arthralgia Demam tinggi >38,5°C Episode hipotensif-hiporesponsif Otsteomielitis Menangis menjerit yang terus menerus (3 jam) Sindrom syok septik

2.3. Gambaran KIPI Campak Pada Anak Alergi

Universitas Sumatera Utara

Page 26: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Vaksin merupakan komponen aktif (antigen) dan komponen tambahan.

Alergi terhadap komponen tambahan, terutama alergi makanan tidak jarang terjadi

pada anak kecil. Alergi telur mempengaruhi 2,5% bayi, dan alergi susu sapi 2,2%

bayi. Vaksinasi harus hati-hati sebelum diinjeksikan. Oleh karena itu orang tua

harus ditanya apakah anak pernah memiliki tanda-tanda alergi atau gejala setelah

vaksinasi jika mereka tidak didiagnosa alergi.20

Reaksi alergi seperti asma, eksim dan pilek boleh imunisasi, tetapi harus

sangat berhati-hati jika anak alergi berat terhadap telur. Jika ada riwayat reaksi

anafilaktik terhadap telur (urtikaria luas, pembengkakan mulut atau tenggorokan,

kesulitan bernafas, mengi, penurunan tekanan darah atau syok) merupakan

kontraindikasi untuk vaksin influenza dan demam kuning. Sedangkan vaksin

vaksin MMR (Measles-Mumps-Rubella) karena kejadian reaksi anafilaktik sangat

jarang, masih boleh diberikan dengan pengawasan.21 Komponen yang digunakan

dalam vaksin MMR tumbuh pada kultur fibroblast dari embrio ayam.22

Vaksin campak, gondok dan rubella (MMR) adalah bagian dari program

vaksinasi anak di Denmark. Vaksinasi awal diberikan saat anak berusia 15 bulan,

dan vaksinasi ulang diberikan pada usia empat tahun. Hal ini diketahui bahwa

anak-anak dapat bereaksi anafilaksis terhadap vaksin MMR yang mengandung

protein telur. Di Denmark, pedoman klinis nasional merekomendasikan bahwa

anak-anak dengan alergi telur divaksinasi pada bangsal anak meskipun

rekomendasi sudah berubah di negara lain. Berdasarkan penelitian Andersen &

Jorgensen, menyimpulkan bahwa vaksin MMR dapat diberikan sehingga aman

untuk anak-anak yang didiagnosis dengan alergi telur.23

Universitas Sumatera Utara

Page 27: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

27

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Teori

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

kerangka teori dalam penelitian ini adalah:

keterangan:

= Diteliti

= Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian

Imunisasi Campak

Kejadian Ikutan Paska Imunisasi

(KIPI)

Alergi

Riwayat KIPI sebelumnya

Pasien immunocompromised

BBLR

Pasien HIV

Pasien human immunoglobulin

Lokal

- Abses pada tempat suntikan

- Limfadenitis - Reaksi local lain

yang berat, misalnya selulitis

SSP

- Kelumpuhan akut

- Ensefalopati

- Ensefalitis

- Meningitis

- Kejang

Lain-lain

- Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema

- Reaksi anafilaksis - Syok anafilaksis - Arthralgia - Trombositopenia - Ruam morbili - Demam tinggi >38,5°C - Episode hipotensif-

hiporesponsif - Otsteomielitis - Menangis menjerit

yang terus menerus (3 jam)

- Sindrom syok septik

Universitas Sumatera Utara

Page 28: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

3.2. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

aa

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

3.3. Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan alergi yang dimiliki anak dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) campak.

Alergi KIPI Campak

Universitas Sumatera Utara

Page 29: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

31

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

4.1.1. Jenis Rancangan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik untuk mengetahui

gambaran KIPI campak pada anak yang alergi. Desain penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah cross-sectional. Dalam studi cross-sectional peneliti

melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu.24

4.1.2. Tempat dan Periode Penelitian

4.1.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di posyandu Desa Suka Dame Kecamatan

Silangkitang.

4.1.2.2. Periode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Desember 2016.

4.2. Populasi dan Subjek Penelitian

4.2.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak yang berusia 1 – 6 tahun

dan sudah pernah mendapatkan imunisasi campak.

4.2.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah anak-anak berusia 1-6 tahun dan sudah

mendapatkan imunisasi campak. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode

non-probability sampling dengan jenis consecutive sampling. Pada jenis ini,

Universitas Sumatera Utara

Page 30: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

semua subjek yang datang berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan

dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.25

4.2.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi:

a. Anak yang berusia 1-6 tahun yang sudah mendapatkan imunisasi campak.

b. Orang tua atau wali yang bersedia menjadi responden dan mengisi

kuisioner yang diberikan.

Kriteria Eksklusi

a. Orang tua atau wali yang tidak mampu berbahasa Indonesia dengan baik

dan lancar (hanya dapat berbahasa daerah).

4.2.4. Besar Sampel

Rumus besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

Keterangan : n = besar sampel Zα = kesalahan tipe I = 0,05 ; Zα = 1,96 Zβ = kesalahan tipe II = 0,2 ; Zβ = 0,842 P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diteliti = 0,019 26 Q2 = 1 – P2 = 1 – 0.019 = 0.981 P1 – P2 = selisih proporsi yang dianggap bermakna = 20% = 0,2 P1 = 0,2 + 0.019 = 0,219 Q1 = 1- P1= 1- 0.219 = 0,781 P = 1/2 ( P1 + P2 ) = 0,119 Q = 1 – P = 1-0,119 = 0,881

Universitas Sumatera Utara

Page 31: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini dibulatkan

menjadi 40 orang.

4.3. Teknik Pengumpulan Data

4.3.1. Metode

Pengumpulan data responden menggunakan teknik wawancara yaitu

responden mengisi sendiri kuesioner yang disediakan. Sebelum responden

mengisi kuesioner, peneliti memberikan informasi tentang prosedur penelitian

secara lengkap. Apabila sudah paham, responden diminta untuk mengisi lembar

informed consent sebagai pernyataan persetujuan untuk terlibat dalam penelitian.

4.3.2. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian adalah kuesioner yang telah

divalidasi dan dikeluarkan oleh International Study of Asthma and Allergies in

Chilhood (ISAAC). Dan kuesioner terpandu yang telah divalidasi dan dikeluarkan

oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia

4.3.3. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder yang diperoleh secara langsung dari orang tua atau wali anak

dengan cara kuesioner.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

4.4. Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat Ukur Hasil Skala

Ukur

1. Alergi Perubahan

reaksi

tubuh/pertahana

n tubuh terhadap

suatu benda

asing yang

terdapat didalam

lingkungan

hidup sehari-

hari.

Wawanca

ra

Kuesioner

Internation

al Study of

Asthma and

Allergies in

Chilhood

(ISAAC)

Ya, apabila

anak sedang

mengalami

alergi.

Tidak, apabila anak

tidak sedang

mengalami

alergi.

Nomi

nal

2. Kejadia

n Ikutan

Pasca

Imunisa

si

(KIPI)

Campak

Kejadian medik

yang

berhubungan

dengan

imunisasi baik

berupa efek

vaksin ataupun

efek samping,

toksisitas, reaksi

sensitivitas, efek

farmakologis,

atau kesalahan

program,

koinsidensi,

reaksi suntikan,

atau hubungan

kausal yang

tidak dapat

ditentukan.

Wawanca

ra

Kuesioner

terpandu

Ya, apabila

anak

mengalami

salah satu

gejala KIPI

pada

campak.

Tidak, apabila anak

tidak

memiliki

salah satu

gejala KIPI

pada

campak.

Nomi

nal

Universitas Sumatera Utara

Page 33: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

4.5.1. Pengolahan Data

Semua data dikumpulkan, dicatat, dan dikelompokkan kemudian

dimasukkan ke komputer dan selanjutnya diolah dengan menggunakan program

statistik komputer.

4.5.2. Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi. Sedangkan, guna menganalisis hubungan antar variabel,

baik variabel independen maupun dependen digunakan uji statistik chi square (x2)

dengan nilai p dianggap bermakna apabila p<0,05.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian yang dimulai dari bulan Maret hingga bulan Desember 2016

dilaksanakan di DesaSuka Dame yang berlokasi di Kecamatan Silangkitang.

Kecamatan Silangkitang adalah salah satu dari daftar nama kecamatan di

Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan

Silangkitang memiliki jumlah penduduk sebanyak 28.282 jiwa.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Pada penelitian ini, dengan menggunakan rumus besar sampel didapatkan

80 orang tetapi saat melakukan penelitian didapatkan besar sampel menjadi 130

orang. Karakteristik responden yang ada dapat dibedakan berdasarkan jenis

kelamin, usia mendapat imunisasi campak, tempat mendapatkan imunisasi

campak, adanya alergi, serta timbulnya KIPI campak. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 5.1.

Dari tabel 5.1 dapat diketahui jumlah responden dalam penelitian ini

adalah 130 orang. Dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden berjenis

kelamin laki-laki yaitu 76 orang (58,5%) sedangkan berjenis kelamin perempuan

berjumlah 54 orang (41,5%). Usia responden terbanyak saat mendapat imunisasi

campak adalah pada saat usia <1 tahun yaitu sebanyak 45 orang (34,6%). Dari

data yang ada, tempat terbanyak yang responden sering kunjungi untuk

mendapatkan imunisasi campak yaitu di posyandu sebanyak 85 orang (65,4%).

Universitas Sumatera Utara

Page 35: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%) Jenis Kelamin Laki-laki 76 58,5 Perempuan 54 41,5 Usia < 1 tahun 45 34,6 1 tahun 11 8,5 2 tahun 21 16,2 3 tahun 27 20,8 4 tahun 25 19,2 5 tahun 1 8 Tempat Imunisasi Posyandu 85 65,4 Praktek Swasta 25 19,2 Puskesmas 20 15,4 KIPI Campak Ada 26 20,0 Tidak Ada 104 80,0 Alergi Ada 42 32,3 Tidak Ada 88 67,7

Total 130 100

Dari tabel di atas ditemukan dari seluruh responden hanya 26 orang

(20,0%) yang memiliki manifestasi klinis KIPI campak dan sisanya yaitu 104

orang (80,0%) tidak memiliki manifestasi KIPI campak. Sedangkan responden

yang memiliki alergi terdapat 42 orang (32,3%) dan 88 orang (67,7%) yang tidak

memiliki alergi.

5.1.3. Distribusi Frekuensi Manifestasi Klinis KIPI Campak

Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan sampel yang memiliki

manifestasi klinis KIPI campak pada responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara

Page 36: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Manifestasi Klinis KIPI campak

Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%)

Manifestasi Klinis KIPI Campak

Demam tinggi >39°C 12 9,2

Lesu 8 6,2

Menangis Menjerit 3 2,3

Bengkak di tempat suntikan 3 2,3

Total 26 100

Tabel diatas menunjukkan, dari 130 orang yang menjadi sampel penelitian

ini terdapat 26 orang (20,0%) memiliki KIPI campak dan 104 orang (80,0%) yang

tidak memiliki KIPI campak. Demam >39°C merupakan manifestasi klinis KIPI

campak yang paling sering muncul saat penelitian ini yaitu terjadi pada 12 orang

(9,2%). Diikuti oleh lesu yang terjadi pada 8 orang (6,2%), menangis menjerit

terjadi pada 3 orang (2,3%) dan reaksi lokal berupa bengkak di tempat suntikan

terjadi pada 3 orang (2,3%).

5.1.4. Distribusi Frekuensi Penyakit Alergi

Berdasarkan hasil penelitian, dari 130 responden imunisasi campak

terdapat42 orang (32,2%) yang memiliki alergi dan yang tidak memiliki alergi

terdapat 88 orang (67,7%).

Universitas Sumatera Utara

Page 37: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Penyakit Alergi

Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%)

Tipe Alergi

Telur 18 13,8

Dermatitis Atopi 17 13,1

Asma 3 2,3

Rhinitis 1 0,8

Rhinitis + Dermatitis atopi 1 0,8

Telur + Dermatitis atopi 2 1,5

Total 42 100

Dari tabel diatas menunjukkan jenis-jenis alergi yang terdapat pada

penelitian ini. Untuk single allergy disease, alergi telur menunjukkan posisi

tertinggi penyakit alergi yang ditemukan pada penelitian ini yaitu 18 orang

(13,8%), yang selanjutnya diikuti oleh dermatitis atopiterjadi pada 17 orang

(13,1%), asma 3 orang (2,3%), dan rhinitis 1 orang (0,8%). Sedangkan untuk

multy allergy disease sampel yang mengalami alergi telur sekaligus dermatitis

atopi terdapat 2 orang (1,5%), dan rhinitis sekaligus dermatitis atopi terdapat 1

orang (0,8%).

5.1.5. Hubungan Penyakit Alergi terhadap Timbulnya KIPI Campak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana hubungan

antara KIPI campak terhadap penyakit alergi pada anak. Tabel 5.4 dibawah ini

menjelaskan bagaimana hubungan antara kedua variable tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Tabel 5.4. Hubungan Penyakit Alergi terhadap Timbulnya KIPI Campak

Alergi

KIPI Campak

Total

95%CI

Pvalue Ya Tidak

Ya 9 33 42

0,963 Tidak 17 71 88 0,46-2,82

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan terdapat 26

responden yang mengalami manifestasi klinis KIPI campak dan sisanya tidak

mengalami manifestasi KIPI campak. Dari 42 responden yang memiliki alergi

terdapat 9 responden yang mengalami manifestasi klinis KIPI campak dan sisanya

33 responden tidak mengalami manifestasi klinis KIPI campak, sedangkan pada

kelompok lain yakni kelompok yang tidak memiliki alergi terdapat 17 responden

mengalami manifestasi klinis KIPI campak dan 71 responden yang tidak

mengalami manifestasi klinis KIPI campak.Setelah dilakukan uji hipotesa dengan

menggunakan chi-squarediperoleh nilai p (p value) sebesar 0,963 (p>0,05) serta

Confidence Interval0,46-2,82.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian ini menunjukkan responden terbanyak adalah laki-laki

(58,5%) dan perempuan (41,5%). Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan

di Sumatera Barat menunjukkan responden terbanyak adalah laki-laki (50,9%).27

Usia terbanyak responden saat melakukan imunisasi campak pada usia

<1tahun (34,6%). Hasil inisangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan di

Solo yang menunjukkan kelompok usia anak saat melakukan imunisasi campak

terbanyak adalah usia2-3 tahun (47%) dari 216 responden. Alasan yang

menyebabkan tidak tepat waktu dalam mengimunisasi anaknya adalah 8 ibu yang

mengatakan karena sedang pergi ke luar kota, 11 ibu mengatakan anak sedang

mengalami sakit sehingga tidak bisa diberi imunisasi, ada satu ibu mengatakan

Universitas Sumatera Utara

Page 39: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

bahwa di desa tempat ibu ini harus menunggu ada beberapa balita yang di

imunisasi jadi tidak bisa kalau hanya mengimunisasi satu anak saja padahal sudah

jadwal yang seharusnya untuk mendapatkan imunisasi karena menunggu dahulu

jadi imunisasi balita ibu ini terlambat dan 22 ibu mengatakan lupa untuk datang

mengimunisasikan balitanya tepat waktu.28Sedangkan penelitian yang dilakukan

di Semarang terdapat sedikit persamaan dimana dari 90 orang, umur terbanyak

saat anak melakukan imunisasi campak yaitu umur 1 sampai 2 tahun (58,9%).29

Tempat imunisasi terbanyak dipilih berturut-turut adalah di posyandu

(65,4%), diikuti praktek swasta (19,2%) dan puskesmas (15,4%). Hasil ini sedikit

berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Semarang dimana dari 63 responden

yang melakukan imunisasi campak tempat terbanyak yang dipilih untuk

melakukan imunisasi campak yaitu praktek swasta (57,1%) dan di

puskesmas/posyandu (42,9%).29 Penelitian yang dilakukan di Medan juga

mengatakan tempat imunisasi terbanyak dipilih berturut-turut adalah RS (28,3%),

praktek swasta (23,9%), dan Puskesmas serta Posyandu (masing-masing

17,2%).30Hal ini bisa disebabkan banyak faktor antara lain faktor status pekerjaan.

Ibu yang bekerja tidak bisa mengimunisasikan anaknya di posyandu karena

posyandu dilaksanakan pada hari kerja, sehingga mereka mengimunisasikan

anaknya ke praktek dokter atau bidan swasta. Faktor letak tempat imunisasi

(posyandu) juga dapat mempengaruhi, sebaiknya tempat imunisasi berada

ditempat yang mudah didatangi masyarakat sehingga tidak menyulitkan

masyarakat untuk mengimunisasikan anaknya.29

5.2.2. Manifestasi Klinis KIPI Campak

Berdasarkan hasil penelitian, dari 130 responden didapatkan manifestasi

klinis KIPI campak terdapat dua kelompok yakni 104 orang (80,0%) yang bebas

KIPI campak dan 26 orang (20,0%) yang memiliki KIPI campak. Manifestasi

klinis KIPI campak yang paling sering muncul ialah demam tinggi >39°C (9,2%),

diiikuti oleh lesu (6,2%), menangis menjerit (2,3%) dan bengkak pada tempat

suntikan (2,3%). Immunise Australia Program mengatakanKIPI campak yang

sering muncul adalah demam, kemerahan, nyeri atau bengkak ditempat suntikan

Universitas Sumatera Utara

Page 40: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

dan reaksi anafilaktik yang sangat jarang terjadi.31 Archives of Iranian

Medicinejuga mengatakan KIPI yang sering muncul adalah Demam dan kejang

(49,6%), diikuti kejang tanpa demam, parotitis, ensefalopati dan reaksi

anafilaksis.32

Sedangkan penelitian yang dilakukan di Chinadari 28 responden,KIPI

campak yang paling banyak muncul yaitu kemerahan berbentuk papul.

Selanjutnya diikuti nyeri perut, demam, kemerahan berbentuk papul disertai

edema ekstremitas bilateral bawah dengan nyeri, dan nyeri perut disertai dengan

edema ekstremitas bilateral bawah dengan nyeri.33Penelitian yang dilakukan di

Irlandia juga mengatakan dari 446 vaksin yang diberi ke resonden hanya 6 orang

yang mengalami KIPI campak yaitu ruam vesikel, ruam urtikaria, ruam makular,

wajah kemerahan dan lesu.26

5.2.3. Penyakit Alergi

Dari hasil penelitian, terdapat dua kelompok yakni 42 orang (32,3%) yang

memiliki alergi dan 88 orang (67,7%) yang tidak memiliki alergi. Untuk single

allergy disease,alergi terhadap telur menunjukkan posisi tertinggi diikuti oleh

dermatitis atopi, asma dan rhinitis.Hasil penelitian yang dilakukan di Irlandia,

terdapat 310 orang mendapat rujukan ke bagian gawat darurat dikarenakan alergi.

Yang terbanyak mendapat rujukan yakni alergi telur (84,2%), diikuti memiliki

reaksi alergi pada vaksinasi sebelumnya, multiple alergi, alergi kacang, alergi

antibiotik, alergi susu, dermatitis atopi, dan tanpa diketahui penyebabnya.26

Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.

Kariadi Semarang yaitu anak yang berusia 2-5 tahun yang memiliki posisi

tertinggi alergi yaitu rhinitis alergi selanjutnya diikuti dermatitis atopi dan

asma.5Pada penelitian yang dilakukan di Medan juga mengatakan dengan sampel

121 orang menyatakan 59,5% dari sampelnya tersebut menderita rhinitis alergi

diikuti oleh asma dan dermatitis.34SedangkanCenter for Disease Control and

Prevention (CDC) mengatakan alergi pada anak yang dimulai umur 12 bulan

terdiri 11% alergi respiratori, 6% alergi makanan, dan 12% alergi kulit.7

Universitas Sumatera Utara

Page 41: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

5.2.4. Hubungan Penyakit Alergi terhadap Timbulnya KIPI Campak

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara

anak yang memiliki alergi dengan timbulnya KIPI campak (CI:0,46-2,82;p:0,963)

yang telah diuji dengan menggunakan uji hipotesis chi-square. Hal ini didukung

oleh penelitian yang dilakukan di Irlandia, yang menyatakan anak yang memiliki

alergi terutama alergi telur aman untuk pemberian vaksin campak. Dalam

penelitiannya dari 310 orang mendapatkan vaksin campak dan memiliki alergi

hanya 6 orang yang mengalami reaksi langsung dari vaksinasi berupa reaksi

ringan seperti demam atau muntah,26

Pada penelitian yang dilakukan diHellerod Hospital Denmark, juga

didapatkan tidak adanya reaksi anafilaksis atau reaksi alergi terhadap pemberian

vaksin MMR pada anak yang memiliki alergi telur maupun asma. Sebanyak 36

pasien didiagnosis teridentifikasi alergi telur pada saat umur <1 tahun diantaranya

terdapat 15 pasien dengan gejala asma kronis, 14 pasien tidak ada gejala asma dan

4 pasien tidak terdapat informasi tentang gejala asma.23

Penelitian yang dilakukan di Spanyol juga menyatakan dari 26 total pasien

dengan alergi telur tidak mengalami reaksi apapun (baik lokal maupun sistemik)

setelah menerima vaksin MMR dalam dosis tunggal . Sehingga dapat disimpulkan

bahwa MMR dapat diberi pada anak-anak yang memiliki alergi terhadap telur

dengan aman.22 Dalam penelitian lain juga didapatkan konsentrasi protein telur

sedikit di dalam vaksin MMR sehinggga faktor resiko terjadi reaksi anafilaksis

rendah. Di Eropa, prevalensi anafilaksis karena vaksin MMR diperkirakan 1,2

kasus per satu juta dosis. Di AS, kejadian dilaporkan 3,5 kasus per satu juta dosis.

Menariknya, sebagian besar dari reaksi alergi MMR terjadi pada pasien tanpa

alergi telur. Oleh karena itu, besar kemungkinan pemicunya adalah komponen

vaksin lain, seperti gelatin. Tidak lengkapnya ketersediaan data yang

menunjukkan resiko tambahan untuk reaksi alergi pada anak alergi telur

dibandingkan dengan non alergi untuk vaksin MMR ataupun vaksin campak.20

Vaksin MMR dibuat dari kultur sel yang menggunakan fibroblast embrio

ayam. Vaksin ini sedikit mengandung protein telur. Konsekuensinya pada anak

yang alergi telur ringan atau berat, vaksinasi MMR memberikan resiko rendah

Universitas Sumatera Utara

Page 42: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

timbul anafilaksis. Menariknya ditemukan mayoritas reaksi hipersensitivitas lain

setelah vaksinasi MMR diakibatkan oleh komponen lain selain protein telur. 35Kontroversi seputar MMR dan alergi telur telah terjadi sangat lama meskipun

protein telur ayam dalam vaksin diproses dengan sangat teliti dan dibuat

konsentrasi yang sangat rendah untuk memicu reaksi alergi. Di Eropa dan

sekitarnya hubungan MMR dan alergi telur telah berubah selama bertahun-tahun

yang lalu. Vaksin MMR untuk anak yang alergi telur telah diterbitkan sejak tahun

2000. Konsultan dokter anak di University Hospital Coventry Inggris menyatakan

bahwa anak dengan alergi telur ringan dapat divaksinasi dengan aman dalam

pelayanan primer dan direkomendasikan untuk anak yang sebelumnya pernah

mengalami reaksi alergi yang signifikan harus divaksinasi di rumah sakit.36

Di Indonesia, vaksin campak yang digunakan berasal dari virus hidup,

yaitu CAM 70 (chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan dan

mengandung kanamisin sulfat dan eritromisin. Vaksin ini berbentuk beku kering

dan dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades.16 Vaksin campak sebagian besar

diproduksi di sel embrio ayam, tetapi ada beberapa vaksin yang tumbuh di sel

diploid manusia. Vaksin campak sebagian besar juga mengandung antibiotik

dengan dosis kecil (25 µg dari neomisin per dosis).37 Saat ini hanya sedikit

laporan reaksi alergi karena vaksin yang mengandung antibiotik. Namun, pasien

yang mengalami reaksi anafilaksis terhadap antibiotik spesifik sebaiknya

menghindari vaksinasi yang mengandung antibiotik spesifik tersebut.35

Komponen lain dalam vaksin campak seperti sorbitol dan gelatin

digunakan sebagai stabilisator vaksin, yang digunakan untuk melindungi vaksin

dari kondisi yang tidak diinginkan seperti panas yang berlebihan atau proses

freeze-drying.Ketika digunakan dalam vaksin, gelatin bersifat cross-reactive dan

berasal dari sapi atau babi. Gelatin digunakan sebagai stabilisator pada vaksin

yang mengandung virus hidup namun dilemahkan dan mengakibatkan reaksi

paling banyak dibandingkan dengan komponen lain.Orang dengan alergi makanan

gelatin dapat mengalami reaksi anafilaksis setelah injeksi vaksin yang

mengandung gelatin, namun telah dilaporkan bahwa orang tanpa alergi makanan

gelatin dapat juga mengalami reaksi anafilaksis terhadap vaksin yang

Universitas Sumatera Utara

Page 43: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

mengandung gelatin. Di Jepang, setelah diperkenalkan vaksin yang tidak

mengandung gelatin, insiden reaksi alergi menurun tajam.35

Di Indonesia, vaksin campak mengandung antibiotik yaitu kanamisin

sulfat tidak lebih dari 100 mcg dan Eritromisin tidak lebih dari 30 mcg serta

pelarut yang mengandung air untuk injeksi.38Sehingga untuk indonesia sendiri

KIPI campak akibat alergi gelatin sudah jarang terjadi karena vaksin di Indonesia

sudah tidak mengandung gelatin. Namun pada anak yang memiliki alergi

antibiotik tersebut sebaiknya menghindari vaksinasi yang mengandung antibiotik

tersebut. Untuk itusangat perlu dilakukan komunikasi yang baikkepada orang tua

yang memiliki anak yang alergi terhadap telur ataupun alergi terhadap komponen

lain dari vaksin campak untuk menghindari reaksi yang tidak diinginkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Anak usia < 1 Tahun yang paling banyak mendapatkan imunisasi campak

pada penelitian ini.

2. Demam >39°C merupakan gejala paling banyak muncul setelah pemberian

imunisasi campak.

3. Alergi telur masih sering menimbulkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

campak.

4. Tidak terdapat hubungan antara Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi campak

yang timbul dengan alergi yang dimiliki pada anak.

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Petugas Kesehatan

Walaupun tidak terdapat hubungan KIPI campak pada anak alergi,

diharapkan petugas tetap melakukan komunikasi yang baik kepada orangtua yang

memiliki anak dengan kemungkinan adanya alergi sehingga dapat meminimalisasi

terjadi nya KIPI campak pada anak terutama yang memiliki alergi.

6.2.2. Bagi Puskesmas di Desa Suka Dame

Diharapkan lebih untuk lebih melakukan sosialisasi mengenai pentingnya

imunisasi dalam rangka meningkatkan peran puskesmas sebagai pelayanan

kesehatan primer/ yang paling dekat dengan masyarakat.

6.2.3. Bagi Institusi Pendidikan di Fakultas Kedokteran USU

Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang resiko

munculnya KIPI campak pada anak yang alergi pada tempat pelayanan kesehatan

lain agar jumlah sampel lebih banyak sehingga didapatkan data yang lebih akurat.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia

pada Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015. p. 117-120.

Diunduh dari:

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-

indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf [diakses tanggal 13 April

2016]

2. World Health Organization (WHO). Media Center. Measles; 2016.

Diunduh dari: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs286/en/

[diakses tanggal 13 April 2016]

3. Akib AP, dan Purwanti A. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Dalam: Ranuh IGNG, Hariyono S, Sri RSH, Cissy BK, Ismoedijanto,

Soedjatmiko. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Jakarta : IDAI; 2014. ed 5.

p. 212-237.

4. Satari HI. Pelaporan KIPI. Dalam: Ranuh IGNG, Hariyono S, Sri RSH,

Cissy BK, Ismoedijanto, Soedjatmiko. Pedoman Imunisasi Di Indonesia.

Jakarta: IDAI; 2014. ed 5. p. 239-245.

5. Wistiani, dan Notoatmojo H. Hubungan Pajanan Alergen Terhadap

Kejadian Alergi pada Anak. Sari Pediatri. 2011;13(3):185-7.

6. World Allergy Organization (WAO). White Book on Allergy. A World

Federation Of Allergy,Asthma & Clinical Immunology Societies;2011.

Diunduh dari http://www.worldallergy.org/UserFiles/file/WAO-White-

Book-on-Allergy_web.pdf [diakses tanggal 15 April 2016]

7. Center for Disease Control and Prevention (CDC). Summary Health

Statistics for U.S. Children: National Health Interview Survey 2012. U.S

Departement of Health and Human Service;2013. Diunduh dari:

http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_10/sr10_258.pdf [diakses tanggal

15 April 2016].

Universitas Sumatera Utara

Page 46: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

8. Widjaja WC. Google Book : Mencegah & Mengatasi Alergi & Asma Pada

Balita. Tanggerang: Kawan Pustaka;2005. p. 1-3.

9. Tanjung A, dan Yunihastuti E. Prosedur Diagnostik Penyakit Alergi.

Dalam: Setiati S, Idrus A, Aru WS, Marcellus SK, Bambang S, Ari FS.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta: Interna Publishing; 2014: 1 . ed

6. p. 473-7.

10. Mahdi A. Dinajani SA. Penatalaksanaan Penyakit Alergi. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI;2008. ed 2. p. 1-9.

11. Baratawidjaja KG, dan Rengganis I. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013. ed 10. p. 369-

381.

12. Sherwood, dan Lauralee. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. trans.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011. ed 6. p. 481-4.

13. Sudewi NP. Berbagai Teknik Pemeriksaan Untuk Menegakkan Diagnosis

Penyakit Alergi. Sari Pediatri. 2009;11(3):174-7.

14. Maryanti D, Sujianti, dan Tri Budiarti. Buku Ajar Neonatus,Bayi & Balita.

Jakarta: Trans Info Media (TIM); 2011. p. 249.

15. Salimo H, dan Soegijanto S. Campak. Dalam: Ranuh IGNG, Hariyono S,

Sri RSH, Cissy BK, Ismoedijanto, Soedjatmiko. Pedoman Imunisasi Di

Indonesia. Jakarta: IDAI; 2014. ed. p. 313-321.

16. Lisnawati L. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta: Trans Info Media

(TIM); 2011. p. 70-3.

17. Maryunani A. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: CV.

Trans Info Media (TIM); 2010. p. 207-220.

18. Hadinegoro SRS. Jadwal Imunisasi. Dalam: Ranuh IGNG, Hariyono S, Sri

RSH, Cissy BK, Ismoedijanto, Soedjatmiko. Pedoman Imunisasi Di

Indonesia. Jakarta: IDAI; 2014. ed 5. p. 54-55.

19. Proverawati A. Dan Citra SDA. Imunisasi Dan Vaksinasi. Yogyakarta:

Nuha Medika; 2010. p. 82-93.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

20. Franceschini F, Paolo B, Silvia C, Giuseppe C, Liotti L, Diego P, dkk.

Vaccination In Children With Allergy To Non Active Vaccine

Components. Clinical & Translational Medicine. 2015;4:3 [diakses tanggal

13 Mei 2016]

21. Soedjatmiko, Alan RT. Tanya Jawab Bayi/Anak Sedang Sakit Atau

Sedang Dalam Pengobatan; 2013. Diunduh dari:

http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/tanya-jawab-bayi-anak-

sedang-sakit-atau-sedang-dalam-pengobatan [diakses tanggal 17 Mei

2016]

22. Carballo IC, Pastor MCD, Zavala BB, Cano MS, dan Caballer BH. Safety

Of Measles-Mumps-Rubella Vaccine (MMR) In Patients Allergic To

Egg;2007. Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17594874

[diakses tanggal 13 Mei 2016]

23. Andrsen, DV, dan Jorgensen IM. MMR Vaccination Of Children With

Egg Allergy Is Safe;2013. Diunduh dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23461988 [diakses tanggal 13 Mei

2016]

24. Alatas H, Karyomanggolo WT, Musa DA, Boediarso A, Oesman+ IN,

Idris NS. Desain Penelitian. Dalam : Sudigdo S & Sofyan I. Dasar-dasar

Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : CV. Sagung Seto;2014. ed 5. p.

104-113.

25. Sastroasmoro S. Pemilihan Subyek Penelitian. Dalam : Sudigdo S &

Sofyan I. Jakarta : CV. Sagung Seto;2014. ed 5. p. 88-101.

26. Cronin J, Scorr A, Russell S, McCoy S, Walsh S, dan O’Sullivan R. A

Review of a Paediatric Emergency Department Vaccination Programme

for Patients at Risk of Allergy/Anaphylaxis. Acta

Paediatrica.2012;101:941-5.

27. Sundoro J, Novilia SB, Syafrial, Rini M. Protektivitas, Reaksi Lokal dan

Sistemik Pascaimunisasi dengan Vaksin Campak (Bio Farma) dari Bets

Vaksin yang Berbeda pada Anak Sekolah Dasar di Sumatera

Barat.2015;47:3. Diunduh dari:

Universitas Sumatera Utara

Page 48: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/595/0 [diakses

tanggal: 31 Maret 2016]

28. Destiyanta, Aditya Putra. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan

Pengetahuan Ibu dengan Ketepatan Jadwal Mengikuti Imunisasi Camak Di

Wilayah Kerja Puskesmas Weru Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah

Surakarta;2015 Diunduh dari

eprints.ums.ac.id/39740/12/Naskah%20Publikasi.pdf [diakses tanggal:29

November 2016]

29. Khalimah, Umi. Hubungan Antara Karakteristik dan Sikap Ibu Batita

Dengan Praktek Imunisasi Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran

Gunungpati Semarang. Universitas Negeri Semarang;2007. Diunduh dari:

lib.unnes.ac.id/1015/1/1954.pdf [diakses tanggal: 29 November 2016]

30. Inger Hs. Hubungan Antara Faktor Resiko Dan Manifestasi Klinis

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Universitas Sumatera Utara,

Medan;2015.

31. Australian Government. Immunise Australia Program: Measles, Mumps,

Rubella, Varicella Vaccine Information for health professionals;2013.

Diunduh dari:

http://www.immunise.health.gov.au/internet/immunise/publishing.nsf/cont

ent/IT0167-cnt [diakses tanggal: 13 Mei 2016]

32. Esteghamati A, Abbasali K, Ramin H, Mohammad MG, Masoud SA,

Shahnaz A, Frank M. Adverse Reactions Following Immunization with

MMR Vaccine in Children at Selected Provinces of Iran. Archives of

Iranian Medicine.2011;14:2.

33. Shu M, Qinglian L, Jin W, Rui A, Chaomei Y, Gang F, Chaomin W,

Wenjun G. Measles vaccine adverse events reported in the mass

vaccination campaign of Sichuan province, China from 2007 to 2008.

Elsevier;2009.

34. Hidayatullah A. Hubungan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif

terhadap Insidensi Penyakit Alergi pada Anak. Universitas Sumatera

Utara, Medan;2015.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

35. Chung EH. Vaccine Allergies. Clinical And Experimental Vaccine

Research. Korean Vaccine Society;2013. Diunduh dari:

http://www.ecevr.org/ [diakses tanggal: 13 Mei 2016]

36. Bandi S, and MacDougall C. MMR and Egg Allergy: to Vaccinate or not

Vaccinate?. British Journal of General Practice;2010. Diunduh dari:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2930231/ [diakses tanggal

14 Mei 2016]

37. World Health Organization (WHO). Information Sheet Observed Rate of

Vaccine Reaction Measles, Mumps And Rubella Vaccines;2014. Diunduh

dari:

http://www.who.int/vaccine_safety/initiative/tools/MMR_vaccine_rates_in

formation_sheet.pdf [diakses tanggal: 29 Mei 2016]

38. Biofarma. Vaksin Campak. Diunduh dari:

http://www.biofarma.co.id/produk/vaksin-campak-beku-kering/ [diakses

tanggal: 13 Desember 2016]

Universitas Sumatera Utara

Page 50: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : ROSIDWIKASARI Jenis Kelamin : Perempuan Tempat/ Tanggal Lahir : Sidorejo I / 19 Januari 1995 Warga Negara : Indonesia Status : Belum Menikah Agama : Islam Alamat : Jalan Melati Raya Perumahan Grand Pavilion

no.131 Medan Nomor Telepon : 085262588668 Email : [email protected]

Universitas Sumatera Utara

Page 51: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Riwayat Pendidikan :

1. SD NEGERI NO 115494 SUKA DAME ( 2001-2007)

2. SMP Negeri 3 Bilah Hulu (2007-2010)

3. SMA Negeri 3 Rantau Utara (2010-2013)

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2013-Sekarang)

Riwayat Organisasi :

1. Sekretaris Divisi Logistik Ikatan Mahasiswa Peduli Masyarakat (IMPM)

USU periode 2015-2016

2. Anggota Divisi Logistik Ikatan Mahasiswa Peduli Masyarakat (IMPM)

USU periode 2016-Sekarang

Universitas Sumatera Utara

Page 52: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Saya, Rosidwikasari, saat ini sedang menjalani Program Sarjana

Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Sehubungan dengan persyaratan penyelesaian studi saya untuk memperoleh gelar

sarjana kedokteran, saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul

“Gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Campak pada Anak yang

Memiliki Alergi”.

Pada penelitian ini, saya akan memberikan beberapa pertanyaan yang

berhubungan dengan riwayat imunisasi, KIPI yang mungkin pernah dialami anak

setelah imunisasi campak serta alergi yang ada apada anak Bapak/ Ibu pada saat

imunisasi campak diberikan. Saya meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab

pertanyaan tersebut. Partisipasi Bapak/ Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela

tanpa paksaan apapun. Hasil jawaban dan wawancara tidak akan disalahgunakan

untuk kepentingan lain dan akan tetap dirahasiakan.

Dalam penelitian ini, Bapak/Ibu terlebih dahulu akan mengisi identitas

diri. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi subjek penelitian, dipersilahkan untuk

menandatangani lembar persetujuan. Jika selama penelitian ini terdapat hal-hal

yang kurang jelas, maka Bapak/ Ibu dapat bertanya langsung kepada peneliti,

saya, Rosidwikasari (085262588668). Demikian lembar penjelasan ini saya

sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Medan, ………………..2016

Hormat saya,

Rosidwikasari

Universitas Sumatera Utara

Page 53: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(Informed Consent)

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian :

“Gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Campak pada Anak yang Memiliki Alergi”.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : . .

Umur : . .

Alamat : . .

adalah orang tua/ wali dari:

Nama :. .

Umur :. .

Alamat :. .

Menyatakan bersedia dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Medan,………………...2016

Saksi, Yang membuat pernyataan

( ________________ ) ( )

Universitas Sumatera Utara

Page 54: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Lampiran 4

Petunjuk Pengisian Kuesioner: Beri tanda √ pada kotak jawaban yang benar. Bila salah, silang (X) jawaban yang salah tersebut lalu isi pilihan pada kotak yang benar dengan tanda √.

Contoh:

Jawaban tidak Ya

Tidak √

Jawaban ya

Ya √

Tidak

Salah jawab Ya

Tidak √

Nama Anak : . .

Umur : . .

Tanggal Lahir : . / / .

Jenis Kelamin : Laki-Laki/Perempuan (coret yang tidak perlu).

Alamat : . .

Berat lahir anak : . .

Nama Ayah : . .

Nama Ibu : . .

Pekerjaan Ayah : . .

Pekerjaan Ibu : . .

Universitas Sumatera Utara

Page 55: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Beri tanda √ pada kotak yang Bapak/ Ibu anggap benar. 1. Pernahkah anak anda mengalami mengi atau bengek atau Ya

suara napas berbunyi “ngik”? Tidak

Bila menjawab “Tidak” langsung ke nomor 6

2. Pernahkah anak anda mengalami mengi atau bengek atau Ya suara napas berbunyi “ngik” dalam 12 bulan terakhir? Tidak

Bila menjawab “Tidak” langsung ke nomor 6 3. Dalam waktu 12 bulan terakhir berapa kalikah

anak anda mendapat serangan mengi atau bengek atau suara napas berbunyi “ngik” tersebut?

1 sampai 3 kali

4 sampai 12 kali Lebih dari 12 kali

4. Dalam waktu 12 bulan terakhir

berapa kalikah rata-rata tidur malam anak anda terganggu karena mengi atau bengek atau napas berbunyi “ngik” tersebut?

Tidak pernah

Kurang 1 malam/minggu Lebih dari 1 malam/ minggu

5. Dalam 12 bulan terakhir, apakah mengi atau benegk atau Ya

suara napas “ngik” yang dialami anak anda sedemikian berat Tidaksehingga hanya dapat mengucapkan sepatah dua patah kata saja dalam satu hirupan napas

6. Apakah anak anda pernah menderita asma? Ya

Tidak

7. Dalam 12 bulan terakhir, pernahkah anak anda menderita Ya

mengi atau bengek atau suara napas “ngik” setelah Tidak

berolahraga atau kegiatan berat lainnya?

Universitas Sumatera Utara

Page 56: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

8. Dalam 12 bulan terakhir, pernahkah anak anda menderita Ya

batuk kering pada malam hari yang bukan karena flu atau Tidak

penyakit infeksi saluran napas?

9. Pernahkah anak anda bersin-bersin atau ingusan atau hidung Ya

tersumbat meskipun tidak sedang flu? Tidak

Bila menjawab “Tidak” langsung ke nomor 14

10 Pernahkah anak anda bersin-bersin atau ingusan atau hidung Ya

tersumbat meskipun tidak sedang flu dalam 12 bulan Tidak

terakhir?

Bila menjawab “Tidak” langsung ke nomor 14

11. Dalam 12 bulan terakhir apakah bersin-bersin atau ingusan Ya

atau hidung tersumbat yang disebutkkan diatas tadi disertai Tidak

dengan mata berair dan gatal?

12.Dalam 12 bulan terakhir, pada bulan apakah

anak anda menderita batuk kering pada malam hari yang bukan karena flu atau penyakit infeksi saluran napas tersebut timbul? (boleh lebih dari satu)

Januari Juli

Februari Agustus

Maret

September

April Oktober

Mei November

Juni Desember

13. Dalam waktu 12 bulan terakhir, seberapa besar pengaruh geala hidung anak anda terhadap kegiatan anak anda sehari-hari?

Tidak Berpengaruh

Sedikit sedang

Besar pengaruhnya

Universitas Sumatera Utara

Page 57: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

14. Apakah anak anda menderita bersin atau ingusan atau Ya

hidung tersumbat pada musim tertentu tetapi bukan flu? Tidak

15. apakah anak anda pernah menderita kemerahan yang gatal Ya di kulit, hilang timbul dalam jangka waktu 6 bulan? Tidak

Bila menjawab “Tidak” langsung ke nomor 20

16. apakah anak anda pernah menderita kemerahan yang gatal Ya di kulit, hilang timbul dalam jangka waktu 6 bulan, dalam Tidak 12 bulan terakhir?

Bila menjawab “Tidak” langsung ke nomor 20

17. Apakah kulit kemerahan dan gatal tersebut timbul pada Ya salah satu atau beberapa tempat di bawah ini: Tidak Lipatan siku, lipatan lutut, pergelangan kaki bagian dalam, bokong bagian bawah, sekitar leher, telinga, atau mata?

18. Pada umur berapakah kulit merah dan gatal Kurang dari 2 tahun tersebut pertama kali timbul? Antara 2-4 tahun Lebih dari 4 tahun

19. Apakah kemerahan dan gatal pada kulit tersebut pernah Ya sambuh/ hilang seluruhnya dalam 12 bulan terakhir? Tidak 20. Dalam 12 bulan terakhir, berapa

kalikah rata-rata anak anda tidak dapat tidur malam karena kemerahan dan gatal tersebut?

21. Pernahkah anak anda menderita eksim?

Tidak pernah Kurang 1 malam/minggu

lebih dari 1 malam/minggu

Ya Tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 58: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

vi

Lampiran 5.

Imunisasi

Imunisasi (Vaksin) Tanggal

Cara Pemberian (Intra kutan, Sub-kutan, IM, tetes)

Jumlah Vaksin

(ml/tetes) Lokasi Penyuntikan

Tempat imunisasi :

Riwayat penyakit yang pernah/ sedang diderita

- Alergi terhadap : - telur

- antibiotik (neomisin)

- Reaksi terhadap imunisasi sebelumnya

Jika ada, imunisasi (vaksin)________ Reaksi timbul pada tangal____________

Gejala dan lamanya gejala __________________________________________

Diagnosis________________________________________________________

- Berat Badan Lahir Rendah

Jika ada :

- Pemakaian obat-obat steroid

Posyandu

Pos PIN

Sekolah

Puskesmas

Balai Pengobatan

Rumah

Praktek swasta RS/ RB

Lain

Ada Tidak Ada

Ada Tidak Ada

Ada Tidak Ada

Ada Tidak Ada

1500 – 2499,9 gr 1000 – 1499,9 gr < 1000 gr

Ada Tidak Ada

Universitas Sumatera Utara

Page 59: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Perjalanan Manifestasi Klinis Kasus KIPI Pada Anak/ Bayi/ WUS

Gejala Tidak Ya Jika ya, timbulnya

gejala sejak :

Lama

gejala

Tanggal Pukul Jam/ Hari

Bengkak di tempat

suntikan

Bentol, bengkak,

merah dan gatal

- pada kulit

- pada bibir

- pada mata

Demam tinggi > 39 oC

Nyeri kepala

Nyeri otot

Lesu

Batuk/ pilek

Mencret

Muntah

Sesak Napas

Kuning/ Ikterik

Perdarahan

Kejang

Kelemahan/

kelumpuhan otot

lengan/ tungkai

Pingsan (sinkop)

Penurunan kesadaran

Tanda-tanda syok

anafilaktik

Universitas Sumatera Utara

Page 60: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Sakit kepala

Menangis menjerit > 3

jam

Lemas & kebas

seluruh tubuh

Ruam pada kulit

Pembengkakan

kelenjar getah bening

(leher/ketiak/lipat

paha)

Sakit disertai

kelemahan pada

lengan yang disuntik

Bengkak, kemerahan,

nyeri (reaksi Arthus)

Universitas Sumatera Utara

Page 61: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Universitas Sumatera Utara

Page 62: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Universitas Sumatera Utara

Page 63: GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK ...

Lampiran 8

Universitas Sumatera Utara