i GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ILEUM AYAM RAS PEDAGING YANG DI BERI TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM RANSUM SKRIPSI Oleh: YESSY ANATALIA SIAGIAN I 111 12 905 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
60
Embed
GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIAN ... · Sampel usus diambil pada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUS BAGIANILEUM AYAM RAS PEDAGING YANG DI BERI TEPUNG DAUN
KELOR (Moringa oleifera) DALAM RANSUM
SKRIPSI
Oleh:
YESSY ANATALIA SIAGIANI 111 12 905
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
ii
GAMBARAN HISTOLOGIS DAN TINGGI VILI USUS HALUSBAGIAN ILEUM AYAM RAS PEDAGING YANG DI BERI TEPUNG
DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM RANSUM
SKRIPSI
Oleh:
YESSY ANATALIA SIAGIANI 111 12 905
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana FakultasPeternakan Universitas Hasanuddin
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan
yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang selalu melimpah kepada umat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian hingga penyusunan tugas
akhir yang berjudul “Gambaran Histologis dan Tinggi Vili Usus Halus bagian
Ileum Ayam Ras Pedaging yang diberi Tepung Daun Kelor (Moringa
oleifera) dalam Ransum” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Tak lupa pula penulis
mengucapkan syukur kepada Ibunda Maria yang senantiasa memberi
perlindungan dan hantaran doa kepada anak-Nya Yesus Kristus atas segala
kesehatan dan berkat selama penyusunan tugas akhir ini hingga selesai.
Penulis mengakui banyak hambatan dan kesulitan yang dialami dalam
menyelesaikan tugas akhir ini. Tetapi berkat kerja keras, semangat, dorongan,
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
Tibalah saat yang paling dinantikan sekaligus mengharukan bagi penulis,
yaitu menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus, seindah, dan sebanyak
mungkin kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini,
antara lain kepada:
1. Ibu drh. Hj. Farida Nur Yuliati selaku pembimbing utama dan Bapak Ir.
Mustakim Mattau, MS selaku pembimbing anggota yang telah banyak
vi
meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan serta
nasehat dari awal penelitian hingga selesainya penulisan tugas akhir ini.
2. Bapak Dr. Muhammad Ihsan Andi Dagong, S.Pt., M.Si., Ibu Prof. Dr. drh.
Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc., dan Bapak Prof. Dr. Ir. Djoni Prawira
Rahardja, M.Sc. sebagai pembahas yang telah memberikan masukan dalam
proses perbaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Ir.Mustakim Mattau, MS selaku Pembimbing Akademik, Bapak Dr. Ir.
Wempie Pakiding, M.Sc selaku pembimbing Seminar Pustaka dan Ibu Dr.
Nahariah, S.Pt., M.P. selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan terima
kasih atas bimbingan dan masukan selama ini.
4. Dekan, Pembantu Dekan I, II dan III dan seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas
Peternakan yang telah melimpahkan ilmunya kepada penulis selama berada
dibangku perkuliahan, serta Bapak/Ibu Staf Pegawai Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin yang telah membantu dalam proses akademik.
5. Bapak Dr. Ir.Wempie Pakiding. M.Sc Kepala Laboratorium Ilmu Ternak
Unggas dan Ibu drh. Hj. Farida Nur Yuliati, M.Si selaku Kepala
Laboratorium Mikrobiologi Ternak.
6. Bapak Muhammad Yunus, Nuraeni, S.Pt dan Tri Astuti, S.Pt selaku teman
penelitian yang telah banyak mengajarkan arti kerjasama, kebersamaan dan
pengertian selama proses penelitian.
7. Kanda Rachman Hakim S.Pt., M.P., Azhar S.Pt, Urfiana Sara S.Pt, Rajma
teman KMK Unhas yang tak dapat disebukan satu per satu.
17. Tempat kediaman selama penulis menimba ilmu di kota daeng “ Kost Oma at
Kampung Rama Lor.5, Perm. Puri Yuhan Permai, Ramsis Unhas Putri dan
Rumah BTP Blok B/252 terima kasih karena sudah menjadi tempat yang
mengajarkan arti hidup mandiri.
18. Green Office Bawakaraeng (Kantor Oriflame) dan Jaringan Drelin.biz yang
telah memberikan peluang bagi penulis untuk mengejar impian dan bisa
menghasilkan secara materiil.
ix
19. Semua keluarga besar khususnya buat Oma Emming, Opa Miner, Oma
Theresia, Om Teo, Om deon, Tante Puji, Tante Rian, Tante Iin, Bunda
Kristin, Tante Ike yang telah banyak mendoakan dan mensupport penulis
selama ini.
Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua malaikat yang menjadi titipan
Tuhan yakni kedua orang tua yang tercinta, Ayahanda Antonius Sanda Rupa dan
Ibunda Damaris Bumbungan. Terima kasih atas setiap tetasan keringat, air mata,
canda tawa, suka duka, semangat dan doa setiap hari yang tak henti-hentinya
kalian panjatkan kepada Tuhan yang selalu menjadi kekuatan dalam diri penulis
sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Papa dan
Mama gelar ini kupersembahkan untuk kalian orang terhebatku, dan kepada
saudara-saudariku: Adris, Liga, Hedwig, Monica, Ella dan si bungsu (Edo)
serta kedua sepupu Indriani dan Novi yang sudah dianggap seperti saudara
sendiri terima kasih atas doa dan support yang berlimpah yang diberikan hingga
penulis mampu menyelesaikan studi ini
Dengan sangat rendah hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik serta saran pembaca sangat
diharapkan adanya oleh penulis demi perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan nantinya, terlebih khusus di bidang peternakan. Semoga makalah
skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca terutama bagi saya sendiri.
Makassar, November 2016
Penulis
x
ABSTRAK
YESSY ANATALIA SIAGIAN. I111 12 905. Gambaran Histologis dan TinggiVili Usus Halus Bagian Ileum Ayam Ras Pedaging yang Diberi Tepung DaunKelor (Moringa oleifera) dalam Ransum. Di bawah bimbingan: Farida NurYuliati dan Mustakim Mattau.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui atau mengevaluasi pengaruhpemberian tepung daun kelor dalam ransum terhadap gambaran histologis usushalus bagian ileum. Sebanyak 72 ekor ayam ras pedaging umur 15 hari strainLohmann dipelihara secara intensif sampai umur 35 hari berdasarkan RancanganAcak Lengkap yang terdiri dari 3 perlakuan dengan 3 ulangan dan 8 ekor sebagaisub ulangan. Perlakuan berupa penambahan tepung daun kelor dalam pakan basaldengan level yang berbeda (masing-masing 0, 2%, dan 4 %). Sampel usus diambilpada akhir penelitian untuk menganalisis parameter histologis. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa gambaran histologis pada usus halus bagian ileum denganpemberian tepung daun kelor dengan level 2% dan 4% dalam ransum mengalamikerusakan sel yaitu hiperplasia epitel, nektrotik epitel, peradangan danpendarahan. Semakin tinggi level pemberian tepung daun kelor dalam pakansemakin pendek vili usus halus bagian ileum.
Kata kunci: Ayam Pedaging, Histologis, Vili, Ileum, Tepung Daun Kelor
xi
ABSTRACT
YESSY ANATALIA SIAGIAN. I111 12 905. Histological and height villiileum in small intestine of broilers fed dietary of Moringa oleifera Leaf Meal(MOLM). Supervised by: Nur Farida Yuliati and Mustakim Mattau.
An experiment was carried out evaluate the effects of broilers fed dietaryMoringa oleifera Leaf Meal (MOLM) on the histological ileum of small intestine.A total of 72 Lohmann strain of broilers chickens 15 days reared intensively up to35 days rondomly divided into 3 treatments with 3 replication of 8 broilers. Thetreatments were he addition of Moringa leaf powder in the basal feed withdifferent levels (respectively 0, 2%, and 4%). Intestinal samples taken at the endof the study to analyze the parameters histological. The results showed that feddietary Moringa oleifera Leaf Meal (MOLM) 2% dan 4% damaged cells in ileumof small intestine like as hyperplasia epithel, necrotic epithel, inflamation, andbleed. The higher the level of Moringa oleifera Leaf Meal (MOLM) in fed gettingshorter villi of small intestine in ileum
Pada saat ayam berumur 35 hari, sebanyak 1 ekor dari setiap unit
percobaan diambil secara acak, kemudian dilakukan pemotongan dan pemisahan
setiap bagian usus halus. Setelah itu, mengambil bagian ileum ±2-3 cm dan
dimasukkan kedalam botol yang berisi larutan alkohol 10% +aquades lalu dibawa
ke Laboratorium Patologi BB-Vet Maros untuk prosedur selanjutnya.
21
Preparasi sampel histologi
Pembuatan preparat histologi dilakuakan dengan membuat preparat
Hematoxylin Eosin (HE) dengan penginterprestasian data yang dilakukan
bekerjasama dengan Balai Besar Veteriner (BB-Vet) Maros (Lampiran 1).
Parameter yang Diukur
1. Gambaran Histotologis Usus halus bagian Ileum
Preparat yang telah diwarnai dengan Hematoxylin Eosin (HE) (Lampiran
1) kemudian melakukan interprestasi gambar menggunakan camera optilab untuk
membandingkan normal atau tidaknya setiap bagian usus tersebut dengan
perbesaran 40X dibawah mikroskop.
2. Tinggi Vili
Cara pengukuran tinggi vili dilakukan menggunakan komputer layar datar
dengan program Microsoft Office Picture Manager pada perbesaran 10x dan
dengan bantuan mikroskop serta camera optilab. Mula-mula standar ukuran μm
ditentukan lebih dahulu dengan bantuan komputer yaitu berapa nilai perbesaran
yang dipakai atau diinginkan dan dikonversikan ke dalam satuan panjang (μm).
Analisis Data
Berdasarkan jenis data dalam penelitian ini yaitu kualitatif maka analisa
data dilakukan dengan analisis statistik deksriptif dengan penyajian data dalam
bentuk gambar dan tabel (Gazpersz, 1991). Gambaran histopatologi atau tingkat
22
kerusakan suatu jaringan di nilai berdasarkan skor dengan penjelasan sebagai
berikut:
0 = Tidak ada perubahan (Normal)
1 = Sangat ringan
2 = Ringan
3 = Sedang
4 = Berat
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Histologis Usus Halus bagian Ileum
Gambaran histologis usus halus bagian ileum ayam broiler yang diberi
tepung daun kelor dalam ransum dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3.
Gambar 1. Gambaran Histologis Usus Halus bagian Ileum Ayam Broileryang di beri tepung daun kelor dalam ransum (kontrol)(tingkat kerusakan jaringan tidak ada /normal dengan skor 0).(A) Pewarnaan HE, Pembesaran obyektif 10x, (B) PewarnaanHE, Pembesaran obyektif 40x.
A
B
Vili
24
Gambar 2. Gambaran Histologis Usus Halus bagian Ileum Ayam Broileryang di beri tepung daun kelor dalam ransum dengankonsentrasi 2% (tingkat kerusakan jaringan dengan skor 3) .Ditemukan perdarahan (merah) dan nekrotik epitel (biru). (A)Pewarnaan HE, Pembesaran obyektif 10x, (B) PewarnaanHE, Pembesaran obyektif 40x.
A
B
Vili
A
25
Gambar 3. Gambaran Histologi Usus Halus bagian Ileum Ayam Broileryang di beri tepung daun kelor dalam ransum dengankonsentrasi 4% (tingkat kerusakan jaringan dengan skor 4) .Ditemukan hiperplasia epitel (hitam) ,nekrotik epitel (biru),dan sel radang meningkat luas (merah). (A) Pewarnaan HE,Pembesaran obyektif 10x, (B) Pewarnaan HE, Pembesaranobyektif 40x.
Hasil pengamatan histologis usus halus bagian ileum (Gambar 1, 2 dan 3)
menunjukkan bahwa pada perlakukan P0 (kontrol) memiliki tingkat kerusakan
tidak ada atau normal. Perlakuan P1 (2% tepung daun kelor ditambahkan dalam
A
B
Vili
26
ransum) memiliki tingkat kerusakan jaringan dengan skor 3 (sedang) yang
ditunjukkan dengan adanya hiperplasia epitel dan perdarahan. Sedangkan pada
perlakuan P3 (4% tepung daun kelor ditambahkan dalam ransum) memiliki
tingkat kerusakan jaringan dengan skor 4 (berat) yang ditunjukkan dengan adanya
nekrotik epitel, hiperplasia epitel dan sel radang meningkat luas. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi level pemberian tepung daun kelor dalam
pakan dapat merusak sel usus bagian ileum . Tingginya tingkat kerusakan jaringan
yang terjadi diduga disebabkan oleh kadar anti nutrisi dalam tepung daun kelor
yang tinggi sehingga belum sepenuhnya dapat dicerna dalam usus . Widodo
mengatakan bahwa senyawa anti nutrisi paling tinggi yang terdapat dalam daun
kelor yaitu tannin .Tannin yang terdapat dalam daun kelor diduga bisa memicu
terhambatnya proses pencernaan dalam saluran cerna. Kumar, (1992)
manambahkan bahwa mekanisme kerja dari zat anti-nutrisi ini berbeda-beda
tergantung pada jenis senyawa dan asal tanaman yang menghasilkan seyawa
tersebut, misalnya inaktivasi beberapa jenis nutrisi, menghambat proses cerna,
atau penggunaan nutrisi tertentu dalam metabolisme.
Senyawa anti-nutrisi bukanlah merupakan karakteristik intrinsik dari
senyawa tersebut, melainkan tergantung pada kondisi saluran pencernaan
ternak/manusia yang mengkonsumsi senyawa tersebut. Tripsin inhibitor yang
diketahui sebagai senyawa anti-nutrisi dalam daun kelor yang diberikan pada pada
ternak ruminansia tidak menunjukkan dampak negatif karena senyawa ini akan
terdegradasi dalam rumen (Kakengi et al., 2005).
27
Peningkatan kerusakan jaringan pada P1 dan P2 diduga disebabkan oleh
meningkatnya dosis pemberian tepung daun kelor. Selain tannin, senyawa anti
nutrisi lainnya yang terdapat pada tanaman kelor adalah saponin. Walapun
kadarnya hanya sedikit tetapi saponin dalam tanaman kelor diduga dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan apabila tepung daun kelor
diberikan pada dosis yang tinggi dapat mengakibatkan iritasi saluran pencernaan
ayam. Iritasi dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan terjadinya
peradangan serta terganggunya proses pencernaan ayam ( Dwipayanti, 2008).
Proses pencernaan ayam yang terhambat akan berpengaruh terhadap proses
penyerapan nutrisi yang secara tidak langsung berdampak pada bobot hidup
ternak. Pada penelitian dengan perlakuan yang sama Nuraeni (2016) menyatakan
bahwa penambahan tepung daun kelor dalam pakan pada perlakuan P1 dan P2
tidak berbeda nyata dengan perlakuan P0 (kontrol). Hal ini tersebut diduga karena
adanya kesamaan manajemen dalam pemeliharaan, jenis kelamin, dan umur yang
seragam, bibit yang sama serta kandungan asam amino yang kurang bervariasi
dalam ransum yang diberikan. Sejalan dengan pendapat Winedar dkk., (2007)
bahwa pertambahan berat badan disebabkan secara langsung oleh ketersediaan
asam amino pembentuk jaringan sehingga konsumsi protein pakan berhubungan
langsung dengan proses pertumbuhan. Salah satu pembentuk jaringan untuk
konsumsi protein yaitu asam- asam amino yang dihasilkan dari proses penyerapan
nutrisi dalam usus halus bagian ileum.
Daun kelor Moringa oleifera mempunyai kandungan bahan aktif seperti
flavonoid, phenols, alkaloid, dan isotiosianat. Senyawa-senyawa tersebut juga
28
terkandung dalam tanaman obat lain yang mekanisme kerjanya kemungkinan
sama. Parhusip (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan
aktif seperti flavonoid, phenols, dan alkaloid dalam ekstrak Andaliman dapat
menyerang membran sitoplasma dan mempengaruhi integritasnya, kerusakan pada
membran ini mengakibatkan peningkatan permeabilitas dan kebocoran sel yang
diikuti dengan keluarnya materi intraseluler. Kebocoran sel bakteri dapat
disebabkan karena rusaknya ikatan hidrofobik komponen penyusun membran sel
seperti protein, fosfolipid, serta komponen-komponen yang berikatan secara
hidrofilik karena bereaksi dengan fenol. Hal ini berakibat meningkatnya
permeabilitas membran sel dan memungkinkan masuknya senyawa-senyawa
fitokimia ke dalam sel, sehingga berakibat keluarnya substansi sel seperti protein
dan asam nukleat yang mengakibatkan kematian sel. Kematian sel pada usus
menyebabkan terjadinya nekrosis jaringan sehingga dalam hal ini mengakibatkan
tingginya tingkat kerusakan pada usus.
Histologi Usus Halus bagian Ileum (Tinggi Vili) Ayam Pedaging
Pengaruh penambahan tepung daun kelor dalam ransum terhadap tinggi
vili usus halus bagian ileum pada ayam pedaging umur 35 hari dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5. Tinggi Vili Usus bagian Ileum Ayam Ras Pedaging yang diberi TepungDaun Kelor dalam Ransum
Perlakuan Rata-rata Tinggi vili (µm)P0 936,47P1 414,69P2 351,29
Tabel 5 memperlihatkan bahwa tinggi vili pada P0 (kontrol)yaitu
936,47µm lebih tinggi dibandingkan dengan P1 (2%) dan P2 (4%) yaitu 414,69
µm dan 351,29 µm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan
tepung daun kelor dalam ransum maka semakin pendek vili usus halus bagian
ileum. Hal ini diakibatkan karena terjadinya peradangan dan sel radang pada usus
halus sehingga menyebabkan vili rusak dan memendek. Hal ini sejalan dengan
pendapat Henderson et al., (1999) yang mengatakan bahwa peradangan pada
saluran cerna mengakibatkan villi usus halus memendek dan sekum membesar
disertai infiltrasi sel radang. Pemendekan dan pembesaran vili akan mengurangi
kerapatan vili (Winarsih, 2005).
Penambahan tepung daun kelor dalam ransum pada perlakuan P1 (2%) dan
(4%) dapat memperpendek tinggi vili usus selama masa pertumbuhan. Vili yang
tinggi menunjukkan bahwa kondisi usus lebih baik daripada vili yang pendek. Hal
ini didukung oleh gambaran histologi ileum yang menggambarkan pada perlakuan
P0 (kontrol) susunan vili terlihat normal sedangkan pada P1 (2%) dan P2(4%)
vili-vili usus mengalami kerusakan(hiperplasia epitel, nekrotik epitel dan terjadi
peradangan serta pendarahan). Awad et al,. (2008) menyatakan bahwa
peningkatan tinggi vili pada usus dengan fungsi pencernaan dan absorbsi terjadi
karena bentuk vili utuh yang merupakan ekspresi lancarya sistem transportasi
nutrisi keseluruh tubuh. Rofiq (2003) menyatakan bahwa daya serap nutrisi pada
usus halus dipengaruhi oleh luas permukaan bagian dalam usus (lipatan, villi dan
mikrovilli) dan lamanya transit digesta dalam usus.
30
Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan P1 (2%) dan P2 (4%)
mengalami penurunan tinggi vili. Pada penilitian dengan perlakuan yang sama,
Nuraeni (2016) menyatakan bahwa pemberian tepung daun kelor dalam pakan
dengan level 2% dan 4% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot
hidup ayam pedaging. Hal ini menunjukkan kondisi ayam masih baik, namun
sudah mulai terjadi kerusakan, seperti vili yang pendek sehingga mengakibatkan
proses absorbsi terganggu.
31
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Gambaran histologis pada usus halus bagian ileum dengan pemberian
tepung daun kelor dengan level 2% dan 4% dalam ransum mengalami
kerusakan sel yaitu hiperplasia epitel, nektrotik epitel, peradangan dan
pendarahan.
2. Semakin tinggi level pemberian tepung daun kelor dalam pakan semakin
pendek vili usus halus bagian ileum.
Saran
Sebaiknya dalam pakan ayam tidak disarankan untuk menambahkan
tepung daun kelor pada level 2% dan 4% sehingga perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut tentang teknik dan taraf pemberian tepung daun kelor yang lebih
efektif pada ayam pedaging.
32
DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2007. Pengukuran nilai kecernaan pakan yang mengandung limbah udangwindu produk fermentasi pada ayam broiler. Laporan Penelitian. UniversitasPadjajaran. Bandung.
Aderinola, O. A., T. A. Rafiu, A.O. Akinwumi, T. A. Alabi, and O. A. Adeagbo.2013. Utilization of Moringa oleifera leaf as feed supplement in broiler diet.Int. J. Food Agric. Vet. Sci., 3(3): 94-102.
Alfiansyah, Muhammad. 2011. Anatomi dan Pencernaan Usus Halus. http://www.sentra-edukasi.com/. Diakses tanggal 05 Februari 2016.
Asmawati. 2013. The effect of in ovo feeding on hatching weight and smallintestinal tissue development of native chicken. (Disertasi) FakultasPeternakan Unniversitas Hasanuddin. Makassar.
Austic, R. E. and Nesheim., 1990. Poultry Production, 13th ed. Lea andFebiger.Philadelph. London. p.29-30.
Awad, W.A., K. Ghareeb, S. Nitclu S. Pasteiner, S.A. Raheem, and J. Bohm.2008. Efect of dietary inclusion of probiotic, prebiotic and symbiotic onintestinal glucose absorb'tion of broiler chickens. Lrt. J. Poult. Sci. 7: 688-691.
Banjo, O.S. 2012. Growth and performance as affected by inclusion of Moringaoleifera leaf meal in broiler chicken diet. J. Biol. Agric. Healthcare, 2: 35-38.
Chivapat, S., P. Sincharoenpokai, P. Suppajariyawat, A. Rungsipipat, S.Phattarapornchaiwat, and V. Chantarateptawan. 2012. Safety evaluation ofethanolic extract of Moringa oleifera Lam. Seed in experimental animals.Thai. J. Vet. Med. 42(3): 343-352.
Cwayita, W. 2014. Effects of feeding Moringa oleifera leaf meal as an additiveon growth performance of chicken, physico- chemical shelf-life indicators,fatty acids profiles and lipid oxidation of broiler meat. Masters ThesisFaculty of Science and Agriculture, University of Fort Hare, Alice, SouthAfrica.
Denbow DM. 2000. Gastrointestinal anatomy and physiology. Di dalam: WhittowJC, editor. Sturkie’s Avian Physiology. Ed ke-5. London: Academic Pr. hlm299-325.
Du, P.L., P.H. Li, R. Y. Yang, and J. C. Hsu. 2007. Effect of dietarysupplementation of Moringa oleifera on growth performance, blood
33
characteristics and immune response in broiler. J. Chinese Society Anim.Sci. 36(3): 135-146.
Dwipayanti N. M. Y. 2008. Profil organ dalam serta histopatologi usus dan hatiayam kampung terinfeksi cacing Ascaridia galli yang diberi tepung daunjarak (jathropa curcas l.). (Skripsi). Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Fahey J. W. 2005. Moringa oleifera: A review of the medical evidence for itsnutritional, therapeutic and propylactic properties. Part 1. Trees for LifeJournal. 1:5-15.
Fuglie, L. J. 2001. The Miracle Tree (The Multiple Atribute of Moringa). Senegal:CWS Dakkar.
Gaspersz, 1991. Teknik analisis dalam penelitian percobaan. Tarsito: Bandung
Ghosh, J.D. dan Singh, J. 1994. Acute Ascaridiosis in chickens. A Report. IndianVeterinary Journal. Vol. Edition: 717-719.
Grubben, G.J.H. 2004. Plant Resources of Tropical Africa 2 Vegetables. Belanda:PROTA Foundation.
Hamzah. 2013. Respon Usus Dan Karakteristik Karkas pada Ayam Ras PedagingDdngan Berat Badan Awal Berbeda yang dipuasakan setelah Menetas. Skripsi.Universitas Hasanuddin: Makassar.
Ibrahim, S. 2008. Hubungan ukuran-ukuran usus halus dengan berat badanbroiler. Agripet : Vol (8) No. 2: 42-46.
Kakengi, A.M.V., M.N. Shem, S.V. Sarwatt and T. Fujihara. 2005. Can Moringaoleifera be used as protein supplementation for ruminants? Asian-Aust. J.Anim. Sci., 18(1): 42-47.
Kumar, R. 1992. Antinutritional factors, the potential risks of toxicity andmethods to alleviate them. Proceedings of the FAO ExpertConsultation held at the Malaysian Agricultural Research andDevelopment Institute (MARDI) in Kuala Lumpur, Malaysia, 14-18October, 1991. Andrew Speedy and Pierre-Luc Puglise (eds).
Makkar, H. P. S and Becker, K. 1997. “Nutrient and Anti Guality Factors onDifferent Morphological Parts of the Moringa Tree”. Journal of AgriculturalScience 128: 31.
Moyo, B., S. Oyedemi, P. J. Masika, and V. Muchenje. 2012. Polyphenoliccontent and antioxidant properties of Moringa oleifera leaf meal extractsand enzymatic activity of liver from goats supplemented with Moringaoleifera/Sunflower cake. Meat Sci., 02: 29.
Ningtias, A. S. 2013. Comparison of Growth Performance of Broilers, Kampong,and Backcross3 (Gallus gallus domesticus Linnaeus, 1758) Based on
34
Morphometri and Histological Structure of Ileum and Breast Muscle.(Skripsi) Fakultas Biologi. Universitas Gajah Mada.
NRC (National Research Centre). 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9ed.National Academy Press. Washington DC.
Nuraeni. 2016. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Kelor Moringa oleifera dalamRansum terhadap Karakteristik Karkas dan NonKarkas Broiler. (Skripsi).Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Nursjamsiah. 1994. Efek campuran rumput gajah, dedak jagung dan konsentratkomersial terhadap performa sapi PO. (Skripsi). Fakultas PeternakanUniversitas Padjajaran, Bandung.
Ogbe, A. O. and J. P. Affiku. 2012. Effect of polyherbal aqueous extract (Moringaoleifera, Arabic gum, and wild Ganoderma lucidum) in comparison withantibiotic on growth performance and haematological parameters of broilerschickens. Res. J. Recent Sci., 1(7):10-18.
Parhusip, A.J.N. 2006. Kajian Mekanisme Antibakteri Ekstrak Andaliman(Zanthoxylum acanthopodium DC) terhadap Bakteri Patogen Pangan.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Portugaliza, H.P. and T.J. Fernandez. 2011. Growth performance of Cobb broilersgiven varying concentration of Malunggay (Moringa oleifera Lam.)aqueous leaf extract. Online J. Anim. Feed Res., 2(6): 465-469.[http://www.science-line.com/index]
Rahmanto. 2012. Struktur histologik usus halus dan efesiensi pakan ayamkampung dan ayam broiler. (Skripsi). Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta.
Rofiq, M. N. 2003. Potensi Suspensi Teh Fermentasi Kombucha (STK) dalammengontrol infeksi Salmonella sp. dan pengaruhnya terhadap performanayam broiler. Tesis. Fakultas Peternakan, Institut Pertanaian Bogor. Bogor.
Sjofjan, O. 2008. Efek Penggunaan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dalamPakan Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging. Fakultas PeternakanUniversitas Brawijaya. Malang.
Sugito dan M. Delima. 2007. Dampak Cekaman Panas terhadap PertambahanBobot Badan, Rasio Heterofil:Limfosit dan Suhu Tubuh Ayam Broiler. J.Ked. Hewan 3(1): 216-226.
Sun, X. 2004. Broiler performance and intestinal alterations when fed drug-freediets. Thesis.Animal and Poultry Science. Blacksburg. Virginia.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar TernakUnggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
35
Suthama, N dan S.M. Ardiningasasi. 2012. Perkembangan fungsi fisiologissaluran pencernaan ayam Kedu periode starter. Laporan Penelitian. FakultasPeternakan. UNDIP. Semarang.
Teteh, A., E. Lawson, K. Tona, E. Decuypere and M. Gbeassor. 2013. Moringaoleifera leaves: Hydro-alcoholic extract and effect on growth performanceof broilers. Int. J. Poult. Sci., 12(7): 401-405.
Winarsih, W. 2005. Pengaruh probiotik dalam pengendalian Salmonellosissubklinis pada ayam : Gambaran patologis dan performan. Disertasi.Pascasarjana Institut Pertania Bogor. Bogor.
Winedar, H., Listyawati, S dan Sutarno. 2004. Daya Cerna Protein Pakan,Kandungan Protein Daging, dan Pertambahan Berat Badan Ayam Broilersetelah Pemberian Pakan yang Difermentasi dengan EffectiveMicroorganisms-4 (EM-4). Universitas Sebelas Maret (UNS). Surakarta.
Wresdiyati, U., Laila, S.R., Setio R., Arief, I.A., Astawan, M. 2013. ProbiotikIndigenus Meningkatkan Profil Kesehatan Usus Halus Tikus yang DiinfeksiEnteropathogenic E. coli. Departemen Anatomi, Fisiologi, danFarmakologi. Fakultas Kedokteran Hewan. IPB. Bogor.
Yang, R.Y., L.C. Chang, J.C. Hsu, B.B.C. Weng, M. C. Palada, M.L. Chadha, andV. Levasseur. 2006. Nutritional and functional properties of Moringaleaves-from germplasm to plant, to food, to health. Proceeding seminar:Moringa and other highly nutritious plant resources: strategies, standardsand markets for a better impact on nutrition in Africa. Ghana.
Zhou, Z.X., Y. Isshiki., K. Yamauchi and Y. Nakahiro. 1990. Effects of forcefeeding and dietary cereals on gastrointestinal size, intestinal absorptiveability and endogenous Nitrogen in ducks. Br. Poult. Sci. 31:307-317.
36
Lampiran
Lampiran 1. Prosedur Histopatologi
1. Fiksasi
Sampel jaringan difiksasi dengan Buffered Neutral Formalin (BNF),
volume Buffered Neutral Formalin (BNF) minimal 10 kali volume jaringan. Pada
umumnya waktu yang diperlukan untuk fiksasi sempurna adalah 48 jam.
2. Pemotongan Spesimen
a. Spesimen yang dipilih untuk pemeriksaan, dipotong setebal 0,5-1 cm.
b. Potongan spesimen dimasukkan dalam keranjang pemprosesan dengan
disertai dengan label nomor spesimen yang ditulis dengan pensil.
c. Sisa spesimen dengan Buffered Neutral Formalin (BNF) disimpan dalam
botol bertutup rapat. Selanjutnya botol ini disimpan berurutan dan
dibuang apabila telah melebihi 3 bulan dan ditulis dalam formulir
pemusnahan sampel.
3. Prossesing dan Embedding
Embedding cassete yang telah diisi spesimen jaringan dimasukkan kedalam
tissue processor dengan pengaturan waktu sebagai diuraikan pada tabel dibawah
ini.
Tabel. 1. Prosedur tissue processor dan pengaturan waktu
b. Gunakan pisau mikrotom yang masih tajam, ketebalan potongan 5-6
mikron. Pilih potongan jaringan terbaik dari pita yang terbentuk.
c. Potongan yang terpilih direntangkan pada floating out yang bersuhu sekitar
400C yang terlebih. Suhu yang ideal akan mengakibatkan potongan jaringan
merentang sempurna, tidak berkerut.
d. Taburkan gelatin powder sebanyak 5 gram untuk 100 cc aquadest dan
biarkan larut sempurna.
e. Potongan yang bagus, tidak tergores, tidak mengkerut dipilih dan diambil
dengan gelas slide yang sudah bernomer sesuai dengan nomer epi/patologi.
f. Slide yang berisi tempelan potongan jaringan ditempatkan diatas pelat
pemanas slide, minimal dua jam.
5. Pewarnaan
a. Sebelum pewarnaan dilakukan, semua bahan pewarna harus diperiksa
kejernihannya dan disesuaikan dengan jadwal penggantian yang tersedia
(3 kali penggunaan setiap pemakaian).
b. Tahapan pewarnaan:
Tabel 2. Tahap Pewarnaan Mayers Hematoxylin EosinNo Reagensia Waktu
1 Xylol I 2 menit2 Xylol II 2 menit3 Alkohol 100% I 1 menit4 Alkohol 100% II 1 menit5 Alkohol 95% I 1 menit6 Alkohol 95% II 1 menit7 Mayer’s Haematoxylin 15 menit8 Rendam dalam Tap Water 20 menit9 Masukkan dalam Eosin 15 detik -2
39
menit10 Alkohol 95 % III 2 menit11 Alkohol 95 % IV 2 menit12 Alkohol 100% III 2 menit13 Alkohol 100% IV 2 menit14 Akohol 100%V 2 menit15 Xylol III 2 menit16 Xylol IV 2 menit17 Xylol V 2 menit
Setelah selesai pewarnaan dilakukan coverslipping, siapkan coverslips
secukupnya sesuai dengan jumlah preparat yang baru saja diwarnai lalu teteskan
1-2 tetes “entellan” pada tiap coverslip. balik dan tutupkan pada slide preparat
yang baru saja diwarnai, cegah jangan sampai terbentuk gelembung udara, biarkan
preparat yang sudah tertutup dengan coverslip lalu dibiarkan sampai mengering
sempurna. Bersihkan slide glass dengan xylol lalu berilah nomor sesuai dengan
nomor yang ada dietiket slide glass tersebut dan siap untuk diperiksa di bawah
mikroskop cahaya.
6. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan d bawah mikroskop untuk melihat
perubahan morfologis dari contoh spesimen yang diperiksa. Pemeriksaan
dilakukan sebanyak 5x lapangan pandang lalu dirata2 skor kelainan yang didapat
atau persentase kerusakan pada 5x lapangan pandang tersebut.
Apendiks
1. Mayers Hematoxylin Eosin
1.1. Alat dan Bahan:
a. Staining Jar 20b. Preparat Slidesc. Timerd. Mounting