GAMBARAN HASIL PEMERIKSAN TELUR CACING GELANG (Ascaris lumbricoides)METODE SEDIMENTASI DENGAN KECEPATAN SENTRIFUS YANG BERBEDA PADA ANAK YANG TINGGAL DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KELURAHAN PUUWATU KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari OLEH : ICHSAN WAHID INGRAT P00341014011 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2017
66
Embed
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAN TELUR CACING GELANG …repository.poltekkes-kdi.ac.id/274/1/PDF ICHSAN.pdfMorfologi telur dari sampel S5.....31 Gambar 6. Morfologi telur dari sampel S6.....31
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAN TELUR CACING GELANG (Ascaris
lumbricoides)METODE SEDIMENTASI DENGAN KECEPATAN
SENTRIFUS YANG BERBEDA PADA ANAK YANG TINGGAL
DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH
DI KELURAHAN PUUWATU KOTA KENDARI
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan PendidikanDiploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH :
ICHSAN WAHID INGRATP00341014011
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2017
ii
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Ichsan Wahid Ingrat
Nim : P00341014011
TTL : Ambon, 24 Novembr 1996
Suku/Bangsa : Tolaki/ Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri 2 Lalonggasumeeto, Tamat tahun 2008
2. Madrasah Tsanwayiah Negeri Soropia, Tamat tahun 2011
3. SMK Tunas Husada , Tamat tahun 2014
4. Tahun 2014 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan sampai sekarang.
vi
MOTTO
Tak ada peluang menuju kesuksesan tanpa ada usaha dan doa
Berusahalah semampumu walau dunia tidak mengakuimu
2. Kepala Kantor Badan Riset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah
memberikan izin penelitian.
3. Ketua Jurusan Analis Kesehatan Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.M.Pd.
4. Kepala Laboratorium Jurusan Analis Kesehatan Ibu Satya Darmayani,
S.Si.,M.Eng.
ix
5. Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.M.Pd, Bapak Petrus,SKM.,M.Kes,Ibu Tuty
Yuniarty,S.Si,.M.Kes Terimakasih atas masukan, saran dan kritik selama
menguji.
6. Ibu Reni Yunus,S.Si.,M.Sc Terimakasih telah menjadi instruktur
penelitan.
7. Bapak dan Ibu dosen Poltekes Kemenkes Kendari Jurusan Analis
Kesehatan serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan
pelayanan akademik yang diberikan selama penulis menuntun ilmu.
8. Buat kedua orang tuaku, yang telah mengasuh mendidik, membesarkan,
memotivasi, dan mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
9. Kepada Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam terselesainya
karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan
keterbatasan yang ada penulis, sehingga bentuk dan isi karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kekeliriuan, dan kekurangan.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya
Tulis ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat, khususnya
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang............................................................................................. 1
b. Rumusan Masalah ..............................................................................5
c. Tujuan Penelitian......................................................................................... 5
d. Manfaat Penelitian....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
a. Tinjauan umum Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) ............................. 6
b. Tinjauan umum pemeriksaan Telur Cacing Gelang(Ascarislumbricoides) ....................................................................................13
c. Tinjauan umum pemeriksaan Telur Cacing Metode Sedimentasi ............. 14
d. Tinjauan umum tentang Sentrifus ...................................................15
BAB III KERANGKA KONSEP
a. Dasar pemikiran......................................................................................... 19
b. Bagan kerangka pikir.......................................................................21
c. Definisi operasional dan Kriteria Objektif .......................................22
BAB IV METODE PENELITIAN
a. Jenis penelitian .......................................................................................... 24
b. Waktu dan tempat penelitian ............................................................24
c. Populasi dan sampel .................................................................................. 24
d. Instrumen penelitian ...............................................................................25
xi
e. Prosedur penelitian ...........................................................................25f. Pengolahan data................................................................................27
g. Analisa data .............................................................................................27h. Penyajian data...................................................................................27
i. Etika penelitian .................................................................................27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil penelitian......................................................................................... 29
b. Pembahasan .............................................................................................. 32
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan............................................................................................... 36
b. Saran......................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil pemeriksaan telur cacing gelang(Ascaris lumbricoides) dengankecepatan sentrifus yang berbeda ....................................................30
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Telur Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) fertile............................. 7
Gambar 2. Telur CacingGelang (Ascaris lumbricoides) infertile.......................... 8
Gambar3. Telur Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) berembrio.......................8
Gambar 4.Telur Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) decorticated...................9
Gambar 5. Morfologi telur dari sampel S5............................................................31
Gambar 6. Morfologi telur dari sampel S6............................................................31
Gambar 7. Morfologi telur dari sampel S8............................................................31
Gambar 8. Morfologi telur dari sampel S9............................................................31
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Poltekkes Kemenkes
Kendari
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Badan Riset
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 4 Surat Keterangan Bebas Labolatorium
Lampiran 5 Surat hasil penelitian
Lampiran 6 Master tabel
Lampiran 7 Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang tersebar luas didaerah
tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization
(WHO) pada tahun 2012 lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari populasi
dunia terinfeksi Soil Transmitted Helminths (STH) (Sutanto,dkk, 2008).
Penyakit infeksi kecacingan merupakan salah satu penyakit yang
masih menjadi masalah dinegara berkembang termaksud di Indonesia. Di
Indonesia sekitar 60-90% penduduk menderita infeksi yang ditularkan melalui
tanah (siregar, 2006). Salah satu infeksi kecacingan disebabkan oleh Ascaris
lumbricoides (Inayati, 2015).
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, Provinsi Sulawesi
Tenggara memiliki prevalensi kecacingan dari hasil survey tahun 2000 adalah
40,01%, untuk kota Kendari yaitu sebesar 31,12%. Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kota Kendari jumlah penderita penyakit kecacingan tahun 2015
berjumlah 291 orang. (Dinkes Kota Kendari,2016). Sementara berdasarkan
data profil kesehatan kota Kendari jumlah penderita kecacingan tahun 2001
sebanyak 432 orang dan tahun 2002 menjadi 467, dari data tersebut dapat
diketahui bahwa terjadi pertambahan jumlah penderita sebanyak 35 orang atau
7% (profil kesehatan kota Kendari, 2001).
Salah satu penyebab infeksi cacing usus adalah Ascaris lumbricoides
atau lebih dikenal dengan cacing gelang yang penularannya dengan
perantaraan tanah (Soil Transmited Helminths). Infeksi yang disebabkan oleh
cacing ini disebut Ascariasis.
Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar diseluruh
dunia, lebih banyak di temukan di daerah beriklim panas dan lembab. Di
beberapa daerah tropik derajat infeksi dapat mencapai 100% dari penduduk.
Pada umumnya lebih banyak ditemukan pada anak-anak berusia 5-10 tahun
2
sebagai host (penjamu) yang juga menunjukkan beban cacing yang lebih
tinggi (Haryanti E. 1993).
Ascariasis adalah penyakit cacing yang paling besar prevalensinya
diantara penyakit cacing lainnya (Widoyono, 2008). Sekitar 40 hingga 60
persen penduduk Indonesia menderita cacingan dan dataWorld Health
Organization (WHO) menyebutkan lebih dari satu milliar penduduk dunia
juga menderita cacingan. Sebagian besar penderita cacingan hidup di wilayah
kumuh. Dan penderita di kalangan anak sekolah pun masih cukup tinggi
(Pedoman Pengendalian Cacingan, 2006).
Ascariasis merupakan infeksi cacing paling lazim di dunia, walau
demikian pada pengendaliannya hanya mendapat sedikit perhatian (Nelson,
2000). Di Indonesia sendiri, program pemberantasan cacingan dilakukan sejak
zaman penjajahan oleh sektor kesehatan saja. Langkah yang dilakukan
meliputi pengobatan dan pembuatan jamban. Pemberantasan cacingan
dilakukan secara Nasional pertama kali pada Tahun 1975 setelah dibentuk unit
stuktural di Direktorat JendralPencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular(PM3). Program pemberantasan cacingan dilakukan oleh DEPKES RI
Tahun 2006 lalu dengan sasaran pengendalian terhadap cacingan di seluruh
daerah di Indonesia, dengan kerjasama antara pemerintah daerah, petugas
kesehatan, dan juga masyarakat (Pedoman Pengendalian Cacingan, 2006).
Infeksi cacing Ascaris lumbricoides tidak hanya menyerang anak-anak
tetapi semua umur dan jenis kelamin. Ascaris lumbricoides dewasa hidup
dalam rongga usus halus manusia seekor cacing betina dapat bertelur
sebanyak 200.000 butir sehari yang dapat berlangsung selama masa hidupnya
(sekitar 1 tahun). Telur tidak menetas dalam tubuh manusia tetapi akan keluar
bersama tinja hospes (Safar, 2010).
Ascaris lumbricoides dinamakan juga cacing perut (Giant intensial
roundworm) berhabitat diusus besar dan penyakit yang ditimbulkannya
dinamakan Ascariasis. Dalam membicarakan spesies ini perlu juga
dibicarakan spesies lain yang menginfeksi hewan, tetapi dapat menginfeksi
manusia yaitu Ascaris suum sebagai pembanding.
3
Penularan dapat terjadi dengan cara kontak langsung misalnya kaki,
tangan atau kuku terkotaminasi tanah yang mengandung telur cacing. Apabila
berlebihan dapat menyebabkan gangguan penyerapan gizi, anemia, gangguan
pertubuhan dan menurunan kecerdasan pada anak, serta penurunan
produktivitas pada orang dewasa. Infeksi terjadi tanpa gejala sehingga
penyakit ini kurang mendapatkan perhatian (Inayati, 2015).
Dalam mendiagnosis penyakit yang disebabkan oleh parasit, adapun
cara yang harus dilakukan yaitu analisa pemeriksaan telur cacing dengan
metode langsung dan tidak langsung. Untuk pemeriksaan metode tidak
langsung dilakukan dengan teknik sedimentasi. Metode ini digunakan untuk
mendiagnosis infeksi parasit ketika tahap diagnosis dapat ditemukan pada
tinja. Berguna sebagai bagian dari pemeriksaan rutin atau ketika tanda klinis
menunjukkan terjadi peningkatan kecurigaan infeksi parasit (Natadisastra,
Djaenudin, 2010).
Teknik ini sering digunakan dalam melakukan pemeriksaan diagnosa
terhadap infeksi kecacingan. Kecepatan sentrifus diukur dalam revolution per
minutes (rpm). Sentrifus menurut jenisnya dibagi dalam 3 fungsi berdasarkan
pada kecil besarnya kecepatan yaitu, General Purpose Centrifuge, Micro
Sentrifuge, Speciality Sentrifuge. Pada General Purpose Centrifuge yang
dirancang untuk pemisahan sampel urine, serum atau cairan lain dari bahan
padat yang tidak larut. Sentrifus ini biasanya berkecepatan 0-4000 rotasi
permenit(rpm), dan bisa menampung sampel dari 5-100 mL.Pada pemeriksaan
sedimentasi dengan kecepatan sentrifus 2000 rotasi permenit (rpm) belum ada
penelitian yang melaporkan bahwa sentrifus tidak bisa menggunakan
kecepatan dibawa 2000 rotasi permenit(rpm) atau diatas 2000 rotasi permenit
(rpm).
Pencemaran tanah merupakan penyebab terjadinya transmisi telur
cacing dari tanah kepada manusia melalui tangan atau kuku yang mengandung
telur cacing, lalu ke mulut bersama makanan. Tinggi rendahnya frekuensi
tingkat kecacingan berhubungan dengan kebersihan diri dan sanitasi
lingkungan yang menjadi sumber infeksi. Nematoda usus merupakan
4
kelompok yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia Karena masih
banyak yang mengidap cacing ini sehubungan banyaknya faktor yang
menunjang untuk hidup suburnya cacing parasiter ini. Faktor penunjang ini
antara lain keadaan alam serta iklim, sosial ekonomi, pendidikan, kepadatan
penduduk serta masih berkembangnya kebiasaan yang kurang baik (Akhsin
Zulkoni, 2010).
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di Sekitar pembuangan
akhir sampah di kelurahanpuuwatu , yang sebelumnya tidak pernah dilakukan
penelitian mengenai pemeriksaan telur cacing gelang (Ascaris lumbricoides)
pada anak-anak yang berumur 5-12 tahun yang tinggal disekitar tempat
pembuangan akhir sampah dikelurahan puuwatu. Selain itu, masih ditemukan
anak-anak yang tidak memperhatikan kebersihan perorangan seperti bermain
di tanah, sebagian anak tidak menggunakan alas kaki, serta kuku-kuku yang
tidak di potong dan kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dan
sesudah bermain di tanah. Sehingga dengan kondisi tersebut dapat menjadi
faktor penyebab resiko terjadinya kecacingan pada anak dimungkinkan dapat
terjadi.
Tempat pembuangan akhir sampah Puuwatu Kota Kendari merupakan
satu-satunya areal penampungan akhir sampah yang masih aktif di Kota
Kendari. Sampah setiap harinya yang dihasilkan oleh masyarakat Kota
Kendari kemudian akan dibuang di tempat pembuangan sampah sementara
dan akhirnya akan diangkut oleh petugas sampah ke tempat pembuangan akhir
sampah Puuwatu Kota Kendari. Diantara tumpukan sampah yang penuh
dengan berbagai bahan buangan, terdapat aktivitas pemulung mengais sampah
yang dimanfaatkan untuk dijual kembali.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Gambaran pemeriksaan telur cacing
gelang(Ascaris lumbricoides) dengan metode sedimentasi pada kecepatan
sentrifus yang berbeda pada anak yang tinggal disekitar tempat pembuangan
akhir sampah di KelurahanPuuwatu Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara.”
5
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh kecepatan sentrifusterhadap keberadaan telur
cacing gelang (Ascaris lumbricoides)metode sedimentasi?
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahuikeberadaan telur cacing gelang (Ascaris
lumbricoides) kecepatan sentrifus yang berbeda padafeses dengan metode
sedimentasi.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui keberadaan telur cacing gelang (Ascaris
lumbricoides) pada kecepatan sentrifus pada 1000,2000,3000 dan 4000
rotasi permenit(rpm) dengan menggunakanmetode sedimentasi.
b. Untuk mengetahui morfologi telur cacing gelang (Ascaris
lumbricoides) pada kecepatan sentrifus yang berbeda.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a. Sebagai bahan informasi kepada mahasiswa hendak melakukan
pemeriksaan mengenai gambaran kecepatan sentrifus 1000, 3000 , dan
4000 rotasi permenit (rpm) terhadap keberadaan telur gelang(Ascaris
lumbricoides) pada feses dengan metode sedimentasi.
b. Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan yang bersangkutan
mengenai masalah yang teliti.
2. Manfaat teoritis
Peneliti dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang
kesehatan masyarakat terutama mengenai infeksi telur cacing
gelang(Ascaris lumbricoides).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Cacing Gelang(Ascaris Lumbricoides)
1. Klasifikasi dan Morfologi Cacing Gelang(Ascaris lumbricoides)
Klasifikasi cacing gelang(Ascaris lumbricoides)
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Secernentea
Ordo : Ascaridida
Superfamili : Ascaridoidea
Famili : Ascarididae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides.
Cacing nematoda ini adalah cacing berukuran besar, berwarnaputih
kecoklatan atau kuning pucat. Cacing jantan berukuran panjangantara 10-31
cm, sedangkan cacing betina panjang badannya antara 22-35 cm. Kutikula
yang halus bergaris-garis tipis menutupi seluruhpermukaan badan cacing.
Ascaris lumbricoides mempunyai mulutdengan tiga buah bibir, yang terletak
sebuah di bagian dorsal dan duabibir lainnya terletak subventral (Soedarto,
2011).
Selain ukurannya lebih kecil daripada cacing betina, cacing
jantanmempunyai ujung posterior yang runcing, dengan ekor melengkung
kearah ventral. Di bagian posterior ini terdapat 2 buah spikulum yangukuran
panjangnya sekitar 2 mm, sedangkan di bagian ujung posteriorcacing terdapat
juga banyak papil-papil yang berukuran kecil. Bentuktubuh cacing betina
membulat (conical) dengan ukuran badan lebih besardan lebih panjang
daripada cacing jantan dan bagian ekor yang lurus, tidak melengkung
(Soedarto, 2011).
7
Morfologi Ascaris lumbricoidesmorfologi telur terdapat 2 macam jenis
telur yaitu telur yang mengalami pembuahan (fertil) dan yang tidak
mengalami pembuahan (infertil). Dari kedua jenis telur ini kadang dijumpai
telur yang tanpa dilapisi albumin (dekortikasi) dan telur yang utuh/dilapisi
albumin (kortikasi).
a) Ciri-ciri telur cacing gelang (Ascaris lumbricoides) fertil:
1. Berbentuk oval
2. Ukuran : panjang 45-75 μm dan lebar 35-50 μm
3. Dinding 3 lapis : lapisan luar yang tebal berkelok-kelok (lapisan
albumin), lapisan kedua dan ketiga relatif halus (lapisan hialin dan
vitelin)
4. Telur berisi embrio
5. Berwarna kuning kecoklatan
Gambar.1 Telur Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)fertile.
b) Ciri-ciri telur cacing gelang (Ascaris lumbricoides) infertil :
1. Bentuk oval memanjang (kedua ujungnya agak datar).
2. Ukuran : panjang 88-94 μm dan lebar 40-45 μm.
3. Dinding 2 lapis : lapisan luar yang tebal berkelok-kelok sangat
kasar/tidak teratur (lapisan albumin), lapisan kedua relatif halus
(lapisan hialin).
4. Telur berwarna granula refraktil berwarna kuning kecoklatan.
8
Gambar 2. Telur cacing gelang(Ascaris lumbricoides)infertile.
c) Ciri-ciri telur cacing gelang (Ascaris lumbricoides) berembrio :
1. Didalam telur berisi embrio/larva
2. Embrio bersifat infektif
3. Bentuk kira-kira 2-3 minggu ditanah
Dalam pertumbuhannya, telur cacing gelang(Ascaris
lumbricoides)dimulai bentuk satu sel (telur inilah yang dikeluarkan
bersama tinja) kemudian berkembang melalui pembelahan sel menjadi
morulla, gastrula dan telur berembrio. Telur berembrio yang mengandung
larva stadium ketiga adalah telur yang infeksius.
Gambar3. Telur cacing gelang (Ascaris lumbricoides) berembrio.
d) Ciri-ciri telur cacing gelang (Ascaris lumbricoides) decorticated
1. Telur dibuahi
2. Kehilangan lapisan albuminoid
3. Dinding tebal mulus
Telur fertil tanpa lapisan protein (decorticated eggs) berwarna
keabu-abuan dan sangat menyerupai telur hookworm. Telur ini hanya
memiliki dua lapisan, yaitu lapisan glycogen dan lipiodal saja. Lapisan
terluarnya hilang, beberapa kepustakaan nengatakan bahwa telur ini hanya
9
terjadi dilaboratorium,yaitu saat melakukan pewarnaan dengan lugol,
lapisan luar telur menghilang dan tinggal lapisan dalamnya saja.
Untuk keperluan praktikum, decorticated egg secara laboratorium
dapat dibuat dengan jalan menambahkan hypochlorite dan H2SO4.
Gambar 4 Telur cacinggelang(Ascaris lumbricoides) decorticated
2. Siklus Hidup cacing gelang (Ascaris lumbricoides)
Pada tinja penderita Ascariasis yang membuang air tidak pada
tempatnya dapat mengandung telur Ascariasis yang telah dibuahi. Telur
ini akan matang dan menjadi bentuk yang infektif dalam waktu 21 hari
dalam lingkungan yang sesuai. Bentuk infektif ini, jika tertelan oleh
manusia menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus
menuju pembuluh darah atau saluran limfa, kemudian dialirkan ke
jantung. Dari jantung kemudian dialirkan menuju ke paru-paru (Widodo,
2013).
Larva di paru-paru menembus dinding pembuluh darah,lalu
dinding alveolus, masuk rongga alveolus kemudian naik ke trakea
melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju faring,
sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita batuk karena
rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam oesofagus, lalu menuju
ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak
telur matang tertelan sampai cacing dewasa berteur dibutuhkan waktu
kurang lebih 2 bulan (Gandahusada dkk, 2000; CDC).
10
3. Patologi dan Gambaran Klinis cacing gelang(Ascaris lumbricoides)
Kelainan klinik dapat disebabkan larva maupun cacing gelang
dewasa Ascaris lumbricoides. Patologi dan gambaran klinis yang terjadi
disebabkan oleh :
a) Migrasi larva
Kelainan akibat larva yaitu demam selama beberapa hari
pada periode larva menembus dinding usus dan bermigrasi akhirnya
sampai ke paru. Biasanya pada waktu tersebut ditemukan eosinofilia
pada pemeriksaan darah. Foto thoraks menunjukkan adanya infiltrat
yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut
Sindrom Loeffler yang hanya ditemukan pada orang yang pernah
terpajan dan rentan terhadap antigen Ascaris atau bilamana terdapat
infeksi berat. Pada penderita penyakit yang juga disebut
pneumonitisAscaris, dapat ditemukan gejala ringan seperti batuk
ringan sampai pneumonitis berat yang berlangsung selama 2-3
minggu. Kumpulan gejala termasuk batuk, mengi, sesak nafas, agak
meriang, sianosis, takikardi, rasa tertekan pada dada atau sakit dada,
dan di dalam dahak kadang-kadang ada darah. Gejala-gejala
berlangsung selama 7-10 hari dan menghilang secara spontan pada
waktu larva bermigrasi keluar paru (Margono, 2011).
b) Cacing dewasa
Terdapatnya cacing Ascaris dewasa dalam jumlah yang besar
di usus halus dapat menyebabkan abdominal distension dan rasa
sakit. Keadaan ini juga dapat menyebabkan lactose intolerance,
malabsorpsi dari vitamin A dan nutrisi lainnya. Hepatobiliary dan
pancreaticascariasis terjadi sebagai akibat masuknya cacing dewasa
dari duodenum ke orificium ampullary dari saluran empedu, timbul
kolik empedu, kolesistitis, kolangitis, pankreatitis dan abses hepar
(Suriptiastuti, 2006).
Jumlah cacing yang banyak sangat berhubungan dengan
terjadinya malnutrisi, defisit pertumbuhan dan gangguan kebugaran
11
fisik, di samping itu masa cacing itu sendiri dapat menyebabkan
obstruksi. Hidup dalam rongga usus halus manusia mengambil
makanan terutama karbohidrat dan protein, seekor cacing akan
mengambil karbohidrat 0,14 g/hari dan protein 0,035 g/hari (Siregar,
2006).
4.Pengobatan cacing gelang(Ascaris lumbricoides)
Obat-obat yang digunakan untuk terapi Ascariasis adalah:
a) Pirantel pamoat Derivat pirimidin ini berkhasiat terhadap Ascaris,
Oxyuris, dan cacing tambang, tetapi tidak efektif terhadap Trichiuris.
Mekanisme kerjanya berdasarkan pelumpuhan cacing dengan jalan
menghambat penerusan impuls neuromuskular. Lalu
parasitdikeluarkan oleh peristaltik usus tanpa memerlukan laksans.
Efek sampingnya ringan berupa gangguan saluran cerna dan kadang
sakit kepala. Dosis yang diberikan pada cacing kremi dan gelang
adalah 2-3 tablet dari 250 mg, anak-anak 1½-2 tablet sesuai usia
(10mg/kg). Pada cacing cambuk dosisnya sama selama 3 hari (Tjay
dan Rahardja, 2007).
b) Mebendazol Ester-metil dari benzimidazol ini adalah
antihelmintikum berspektrum luas yang sangat efektif terhadap
cacing kermi, gelang, pita, cambuk dan tambang. Mekanisme
kerjanya melalui perintangan pemasukan glukosa dan mempercepat
penggunaannya (glikogen) pada cacing. Tidak perlu diberikan
laksans. Efek sampingnya jarang terjadi dan berupa gangguan
saluran cerna seperti sakit perut dan diare. Dosis dewasa dan anak-
anak sama,yakni pada infeksi cacing gelang, tambang, benang, pita
dan cambuk 2 dd 100 mg selama 3 hari, bila perlu diulang setelah 3
minggu (Tjay dan Rahardja, 2007).
c) Albendazol Derivat karbamat dari benzimidazol ini berspektrum luas
terhadap Ascaris, Oxyuris, Taenia,Ancylostoma, Strongyloides dan
Trichiuris. Efek sampingnya berupa gangguan lambung-usus,
12
demam, dan rontok rambut. Dosis pada ascariasis, enterobiasis,
ancylostomiasis, trichuriasis anak dan dewasa single dose 400 mg
d.c, pada strongyloidiasis 1 dd 400 mg d.c selama 3 hari (Tjay dan
Rahardja, 2007).
d) Piperazin Zat basa ini sangat efektif terhadap Oxyuris dan
Inayati, N TantotosErtinYustin ,Fihirudin,. 2015. Infeksicacing soil transmittedhelmintspadapenjualtanamanhiasdiBintaro Kota Mataram.Tesis.PolitekhnikKesehatanKemenkesMataram.
Iskandar. 2013. MetodologiPenelitianPendidikandanSosial. Jakarta :Referens
Mardiana, Djarismawati. (2008) PrevalensiCacingUsusPada MuridSekolahDasarWajibBelajarPelayananGerakanTerpaduPengentasanKemiskinan Daerah Kumuh Di Wilayah DKI Jakarta,JurnalEkologiKesehatanVolume 7, No.2, Agustus, 2008, hlm.19
Supranto. J 2000, Statistik (TeoridanAplikasi), EdisiKeenam, Jakarta,Erlangga.
Suriptiastuti. 2006. Re-emergenciChikungunya:EpidemiologidanPeranVektorPadaPenyebaranPenyakit. Journal http://www.univmed.org/wpcontent /uploads /2012 /04/Suriptiastuti - vol-26- no-2. pdf diaksestanggal 27 januari 2014 jam22:34.
Sutanto,Inge, Is Suhariah I, Pudji K. S, Saleha S. 2008. ParasitologiKedokteran,EdisiKeempat, Jakarta :BalaiPenerbit FKUI.
Team Depdikbud. 1993.Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Tjay, Tan HoandanKiranaRahardja, 2007, Obat-ObatPentingKhasiat,PenggunaandanEfek-EfekSampingnya, EdisiKeenam, 262, 269-271, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta.
Widodo H. 2013. ParasitologiKedokteran. Jogjakarta : D-medika
Widoyono. 2008. PenyakitTropis, Epidemiologi, Penularan, PencegahandanPemberantasannya. Jakarta : EMS H. 34.
LAMPIRANDOKUMENTASI HASIL PENELITIAN
a. Pra Analitik1)Persiapan Sampel
Pengambilan sampel feses disekitar tempat pembuangan sampah diKeluarahan Puuwatu.
2) Persiapan Alat Dan Bahana. Alat
Mikroskop Sentrifus
LAMPIRANDOKUMENTASI HASIL PENELITIAN
a. Pra Analitik1)Persiapan Sampel
Pengambilan sampel feses disekitar tempat pembuangan sampah diKeluarahan Puuwatu.
2) Persiapan Alat Dan Bahana. Alat
Mikroskop Sentrifus
LAMPIRANDOKUMENTASI HASIL PENELITIAN
a. Pra Analitik1)Persiapan Sampel
Pengambilan sampel feses disekitar tempat pembuangan sampah diKeluarahan Puuwatu.
2) Persiapan Alat Dan Bahana. Alat
Mikroskop Sentrifus
Tusuk gigi Saringan
Slide Tes Deck Glass
Timbangan Analitik Batang Pengaduk
Tusuk gigi Saringan
Slide Tes Deck Glass
Timbangan Analitik Batang Pengaduk
Tusuk gigi Saringan
Slide Tes Deck Glass
Timbangan Analitik Batang Pengaduk
b. Bahan
b. AnalitikProses sentrifus Pemisahan sediment
b. Bahan
b. AnalitikProses sentrifus Pemisahan sediment
b. Bahan
b. AnalitikProses sentrifus Pemisahan sediment
c. Pasca Analitik
Sampel 5 : Telur cacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) fertile.
Sampel 6 :Telur cacing gelang ( Ascaris lumbricoides )infertile.
Sampel 8 Telur cacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) berembrio.
c. Pasca Analitik
Sampel 5 : Telur cacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) fertile.
Sampel 6 :Telur cacing gelang ( Ascaris lumbricoides )infertile.
Sampel 8 Telur cacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) berembrio.
c. Pasca Analitik
Sampel 5 : Telur cacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) fertile.
Sampel 6 :Telur cacing gelang ( Ascaris lumbricoides )infertile.
Sampel 8 Telur cacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) berembrio.
2
Sampel 9 :Telurcacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) fertile.
2
Sampel 9 :Telurcacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) fertile.
2
Sampel 9 :Telurcacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) fertile.