SISTEM REPRODUKSI PRI A Ditulis oleh yanpyuh di/pada 9 Februari 2009 Organ-organ reproduksi pria: 1. Testis o Fungsi : menghasilkan sperma o Testis dibungkus oleh skrotum dan digantung oleh funiculus spermaticus o Isinya: - Pleksus pampiniformis - Arteri testicularis - Arteri cremasterica - Ductus deferent - Fasa deferent - Nervus genitor femoralis - Fasa limfatika - Sisa prosesus vaginalis peritoneum 2. Epididimis 3. Ductus deferent
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) disebut juga Benigna Prostate Hyperplasia (BPH)
adalah hiperplasia kelenjar periuretral prostat yang akan mendesak jaringan prostat
yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah.3
2. Anatomi Prostat
Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul
fibromuskuler, yang terletak di sebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagianproksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada disebelah anterior rektum.
Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa kurang
lebih 20 gram, dengan jarak basis ke apex kurang lebih 3 cm, lebar yang paling
jauh 4 cm dengan tebal 2,5 cm.5
Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus :
1. lobus medius
2. lobus lateralis (2 lobus)
3. lobus anterior
4. lobus posterior 5,6
Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, lobus posterior akan
menjadi satu dan disebut lobus medius saja. Pada penampang, lobus medius
kadang-kadang tak tampak karena terlalu kecil dan lobus lain tampak homogen
berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut
kelenjar prostat.6
Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain adalah:
zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior, dan zona
periuretral. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional yang
letaknya proksimal dari sfincter eksternus di kedua sisi dari verumontanum dan di
zona periuretral. Kedua zona tersebut hanya merupakan 2% dari seluruh volume
prostat. Sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.7,8
Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara di kanan dari
verumontanum dibagian posterior dari uretra pars prostatika. Di sebelah depan
didapatkan ligamentum pubo prostatika, di sebelah bawah ligamentum triangulareinferior dan di sebelah belakang didapatkan fascia denonvilliers.
Fascia denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat dengan
prostat dan vesika seminalis, sedangkan lembar belakang melekat secara longgar
dengan fascia pelvis dan memisahkan prostat dengan rektum. Antara fascia
endopelvic dan kapsul sebenarnya dari prostat didapatkan jaringan peri prostat
yang berisi pleksus prostatovesikal.6
Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari :
1. Kapsul anatomis
Sebagai jaringan ikat yang mengandung otot polos yang membungkus kelenjar
prostat.2. Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler
3. Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:
1. Bagian luar disebut glandula principalis atau kelenjar prostat sebenarnya yang
menghasilkan bahan baku sekret.
2. Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga sebagai
adenomatous zone
3. Di sekitar uretra disebut periurethral gland atau glandula mukosa yang
merupakan bagian terkecil. Bagian ini serinng membesar atau mengalami hipertrofi
pada usia lanjut.
Pada BPH, kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis :
1. kapsul anatomis2. kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat yang
sebenarnya (outer zone) sehingga terbentuk kapsul
3. kapsul yang terbentuk dari jaringan fibromuskuler antara bagian dalam (inner
zone) dan bagian luar (outer zone) dari kelenjar prostat.
BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung
banyak jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian
posterior daripada lobus medius (lobus posterior) yang merupakan bagian tersering
terjadinya perkembangan suatu keganasan prostat. Sedangkan lobus anterior
kurang mengalami hiperplasi karena sedikit mengandung jaringan kelenjar.5,6
Secara histologis, prostat terdiri atas kelenjar-kelenjar yang dilapisi epitel thoraksselapis dan di bagian basal terdapat juga sel-sel kuboid, sehingga keseluruhan
epitel tampak menyerupai epitel berlapis.
Vaskularisasi
Vaskularisasi kelenjar prostat yanng utama berasal dari a. vesikalis inferior (cabang
dari a. iliaca interna), a. hemoroidalis media (cabang dari a. mesenterium inferior),
dan a. pudenda interna (cabang dari a. iliaca interna). Cabang-cabang dari arteri
tersebut masuk lewat basis prostat di Vesico Prostatic Junction. Penyebaran arteri di
produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional histologis, prostat
terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap estrogen
dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.
2. Teori Growth Factor (Faktor Pertumbuhan)
Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar
prostat. Terdapat empat peptic growth factor 1,β yaitu: basic transforming growthfactor, transforming growth factor 2, dan epidermal growth factor.β transforming
growth factor
3. Teori peningkatan lama hidup sel-sel prostat karena berkuramgnya sel yang mati
4. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)
Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang
dewasa berada dalam keadaan keseimbangan “steady state”, antara pertumbuhan
sel dan sel yang mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron
tertentu dalam jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat
berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga
terjadi proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehinggamenyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral
prostat menjadi berlebihan.
5. Teori Dehidrotestosteron (DHT)
Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari
kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh
globulin menjadi sex hormon binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam
keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam
“target cell” yaitu sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam
sitoplasma, di dalam sel, testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase
menjadi 5 dehidrotestosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma
menjadi “hormone receptor complex”. Kemudian “hormone receptor complex” ini
mengalami transformasi reseptor, menjadi “nuclear receptor” yang masuk kedalam
inti yang kemudian melekat pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA.
RNA ini akan menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan
kelenjar prostat.5,6,8,10
5. Patofisiologi BPH
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan
akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat
guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkanperubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi,
terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor
ini disebut fase kompensasi.
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada
saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu
dikenal dengan gejala-gejala prostatismus.
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam
fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke
seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada
kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter
atau terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan
mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalamgagal ginjal.7
Hiperplasi prostat
↓
Penyempitan lumen uretra posterior
↓
Tekanan intravesikal ↑
Buli-buli Ginjal dan Uretero Hipertrofi otot detrusor - Refluks vesiko-ureter
o Trabekulasi - Hidroureter
o Selula - Hidronefrosis
o Divertikel buli-buli - Pionefrosis Pilonefritis
- Gagal ginjal
Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu
komponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan
dengan adanya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars
prostatika sehingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal)
sedangkan komponen dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya,
yang merupakan alpha adrenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergikreseptor akan menghasilkan kontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus.
Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga
tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik.6
6. Gambaran Klinis BPH
Gejala hiperplasia prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun
keluhan di luar saluran kemih.
1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruktif dan
gejala iritatif. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara parsprostatika karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor
untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama sehingga kontraksi terputus-
putus.
Gejalanya ialah :
1. Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistancy)
Pertanyaan Jawaban dan skorKeluhan pada bulan terakhir Tidak sekali <20% <50% 50% >50% Hampir selalu
a. Adakah anda merasa buli-buli tidak kosong setelah berkemih 0 1 2 3 4 5
b. Berapa kali anda berkemih lagi dalam waktu 2 menit 0 1 2 3 4 5
c. Berapa kali terjadi arus urin berhenti sewaktu berkemih 0 1 2 3 4 5
d. Berapa kali anda tidak dapat menahan untuk berkemih 0 1 2 3 4 5
e. Beraapa kali terjadi arus lemah sewaktu memulai kencing 0 1 2 3 4 5
f. Berapa keli terjadi bangun tidur anda kesulitan memulai untuk berkemih 0 1 2 3 4
5
g. Berapa kali anda bangun untuk berkemih di malam hari 0 1 2 3 4 5
Jumlah nilai :0 = baik sekali 3 = kurang
1 = baik 4 = buruk
2 = kurang baik 5 = buruk sekali
Timbulnya dekompensasi vesica urinaria biasanya didahului oleh beberapa faktor
pencetus, antara lain:
o Volume vesica urinaria tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca dingin, menahan
kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan atau minuman yang mengandung
diuretikum (alkohol, kopi) dan minum air dalam jumlah yang berlebihan
o Massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual atau
mengalami infeksi prostat akuto Setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kontraksi otot
detrusor atau yang dapat mempersempit leher vesica urinaria, antara lain:
golongan antikolinergik atau alfa adrenergik.7
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas berupa
gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan
tanda dari hidronefrosis)., atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau
urosepsis.
3. Gejala di luar saluran kemih
Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalisatau hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat
miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.7
7. Diagnosis BPH
a. Anamnesis : gejala obstruktif dan gejala iritatif
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus
BNO berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya
batu/kalkulosa prostat dan kadangkala dapat menunjukkan bayangan vesica
urinaria yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine.Selain itu juga bisa menunjukkan adanya hidronefrosis, divertikel kandung kemih
atau adanya metastasis ke tulang dari carsinoma prostat.
2. Pielografi Intravena (IVP)
Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya:
1. kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis
2. memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh adanya
indentasi prostat (pendesakan vesica urinaria oleh kelenjar prostat) atau ureter di
sebelah distal yang berbentuk seperti mata kail atau hooked fish
3. penyulit yang terjadi pada vesica urinaria yaitu adanya trabekulasi, divertikel,
atau sakulasi vesica urinaria4. foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin
3. Sistogram retrograd
Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka sistogram
retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi.
4. USG secara transrektal (Transrectal Ultrasonography = TURS)
Untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostat, adanya kemungkinan
pembesaran prostat maligna, sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi
prostat, menentukan volume vesica urinaria dan jumlah residual urine, serta
mencari kelainan lain yang mungkin ada di dalam vesica urinaria seperti batu,
tumor, dan divertikel.5. Pemeriksaan Sistografi
Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan
urine ditemukan mikrohematuria. Sistografi dapat memberikan gambaran
kemungkinan tumor di dalam vesica urinaria atau sumber perdarahan dari atas bila
darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen di dalam vesica. Selain itu
juga memberi keterangan mengenai basar prostat dengan mengukur panjang
uretra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam uretra.
6. MRI atau CT jarang dilakukan
Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam – macam
potongan.e. Pemeriksaan Lain
1. Uroflowmetri
Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh : -
daya kontraksi otot detrusor
• tekanan intravesica
• resistensi uretra
Angka normal laju pancaran urin ialah 10-12 ml/detik dengan puncak laju pancaran
Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak
dapat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi ototdetrusor yang melemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan
pemeriksaan tekanan pancaran dengan menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram.
Dengan cara ini maka sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran urin dapat
diukur.
3. Pemeriksaan Volume Residu Urin
Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat
sederhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin
yang masih tinggal atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah
miksi, dapat pula dilakukan dengan membuat foto post voiding pada waktu
membuat IVP. Pada orang normal sisa urin biasanya kosong, sedang pada retensiurin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin lebih dari 100
cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada
penderita prostat hipertrofi.3,6,8,10,11
8 Diagnosis Banding
1. Kelemahan detrusor kandung kemih
1. kelainan medula spinalis
2. neuropatia diabetes mellitus
3. pasca bedah radikal di pelvis
4. farmakologik
2. Kandung kemih neuropati, disebabkan oleh :1. kelainan neurologik
2. neuropati perifer
3. diabetes mellitus
4. alkoholisme
5. farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik)
3. Obstruksi fungsional :
1. dis-sinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara kontraksi detrusor
menyebabkan penderita datang kepada dokter. Derajat berat gejala klinik dibagi
menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume
urin, yaitu:
- Derajat satu, apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur
ditemukan penonjolan prostat, batas atas mudah diraba dan sisa urin kurang dari
50 ml.- Derajat dua, apabila ditemukan tanda dan gejala sama seperti pada derajat satu,
prostat lebih menonjol, batas atas masih dapat teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml
tetapi kurang dari 100 ml.
- Derajat tiga, seperti derajat dua, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan
sisa urin lebih dari 100 ml
- Derajat empat, apabila sudah terjadi retensi urin total.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan
berat gangguan miksi yang disebut WHO PSS (WHO Prostate Symptom Score). Skor
ini berdasarkan jawaban penderita atas delapan pertanyaan mengenai miksi. Terapi
non bedah dianjurkan bila WHO PSS tetap dibawah 15. Untuk itu dianjurkanmelakukan kontrol dengan menentukan WHO PSS. Terapi bedah dianjurkan bila
WHO PSS 25 ke atas atau bila timbul obstruksi.3,11
Pembagian derajat beratnya hiperplasia prostat derajat I-IV digunakan untuk
menentukan cara penanganan.
• Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan operatif, melainkan dapat
diberikan pengobatan secara konservatif.
• Derajat dua sebenarnya sudah ada indikasi untuk melakukan intervensi operatif,
dan yang sampai sekarang masih dianggap sebagai cara terpilih ialah trans uretral
resection (TUR). Kadang-kadang derajat dua penderita masih belum mau dilakukan
operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan pengobatan
konservatif.• Derajat tiga, TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi yang cukup
berpengalaman biasanya pada derajat tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60
gram. Apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak akan
selesai dalam satu jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka.
• Derajat empat tindakan pertama yang harus segera dikerjakan ialah
membebaskan penderita dari retensi urin total, dengan jalan memasang kateter
atau memasang sistostomi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
untuk melengkapi diagnostik, kemudian terapi definitif dapat dengan TURP atau
operasi terbuka.3,11
Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala, meningkatkankualitas hidup dan menghindari komplikasi akibat obstruksi yang berkepanjangan.
Tindakan bedah masih merupakan terapi utama untuk hiperplasia prostat (lebih dari
90% kasus). Meskipun demikian pada dekade terakhir dikembangkan pula beberapa
terapi non-bedah yang mempunyai keunggulan kurang invasif dibandingkan dengan
terapi bedah. Mengingat gejala klinik hiperplasia prostat disebabkan oleh 3 faktor
yaitu pembesaran kelenjar periuretral, menurunnya elastisitas leher vesika, dan
berkurangnya kekuatan detrusor, maka pengobatan gejala klinik ditujukan untuk :
dan tidak diperbolehkan minuman alkohol agar tidak sering miksi. Setiap 3 bulan
lakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur.5
2. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah untuk:1. mengurangi resistensi leher buli-buli blocker (penghambat alfa
adrenergik)α dengan obat-obatan golongan
2. menurunkan volume prostat dengan cara menurunkan kadar hormon
testosteron/dehidrotestosteron (DHT)
α Obat Penghambat adrenergik
Dasar pengobatan ini adalah mengusahakan agar tonus otot polos di dalam prostat
dan leher vesica berkurang dengan menghambat rangsangan alpha adrenergik.
Seperti diketahui di dalam otot polos prostat dan leher vesica banyak terdapat
reseptor alpha adrenergik. Obat-obatan yang sering digunakan prazosin, terazosin,
doksazosin, dan alfuzosin. Obat penghambat alpha adrenergik yang lebih selektif terhadap otot polos prostat yaitu α1a (tamsulosin), sehingga efek sistemik yang tak
diinginkan dari pemakai obat ini dapat dikurangi. Dosis dimulai 1 mg/hari
sedangkan dosis tamzulosin 0,2-0,4 mg/hari. Penggunaan antagonis alpha 1
adrenergik untuk mengurangi obstruksi pada vesica tanpa merusak kontraktilitas
detrusor.
Obat-obatan golongan ini memberikan perbaikan laju pancaran urine, menurunkan
sisa urine dan mengurangi keluhan. Obat-obat ini juga memberi penyulit hipotensi,
pusing, mual, lemas, dan meskipun sangat jarang bisa terjadi ejakulasi retrograd,
biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam waktu 1-2 minggu
setelah pemakaian obat.
Obat Penghambat Enzim 5 Alpha Reduktase
Obat yang dipakai adalah finasterid (proskar) dengan dosis 1x5 mg/hari. Obat
golongan ini dapat menghambat pembentukan dehidrotestosteron sehingga prostatyang membesar dapat mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat daripada
golongan alpha blocker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang sangat
besar. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan libido dan
ginekomastia. 3,4,12
Fitoterapi
Merupakan terapi alternatif yang berasal dari tumbuhan. Fitoterapi yang digunakan
untuk pengobatan BPH adalah Serenoa repens atau Saw Palmetto dan Pumpkin
Seeds. Keduanya, terutama Serenoa repens semakin diterima pemakaiannya dalam
upaya pengendalian prostatisme BPH dalam konteks “watchfull waiting strategy”.
Saw Palmetto menunjukkan perbaikan klinis dalam hal:• frekuensi nokturia berkurang
• aliran kencing bertambah lancar
• volume residu di kandung kencing berkurang
• gejala kurang enak dalam mekanisme urinaria berkurang.
• bersifat antiinflamasi dan anti oedema dengan cara menghambat aktivitas enzim
cyclooxygenase dan 5 lipoxygenase. 4,5
3. Terapi Operatif
Tindakan operasi ditujukan pada hiperplasi prostat yang sudah menimbulkan
penyulit tertentu, antara lain: retensi urin, batu saluran kemih, hematuri, infeksisaluran kemih, kelainan pada saluran kemih bagian atas, atau keluhan LUTS yang
tidak menunjukkan perbaikan setelah menjalani pengobatan medikamentosa.
Tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi terbuka atau operasi endourologi
transuretra.
1. Prostatektomi terbuka
a.1. Retropubic infravesica (Terence Millin)
Keuntungan :
• Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar pada subservikal
• Mortaliti rate rendah
• Langsung melihat fossa prostat• Dapat untuk memperbaiki segala jenis obstruksi leher buli
• Perdarahan lebih mudah dirawat
• Tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak perlu selama bila
Yaitu reseksi endoskopik malalui uretra. Jaringan yang direseksi hampir seluruhnya
terdiri dari jaringan kelenjar sentralis. Jaringan perifer ditinggalkan bersama
kapsulnya. Metode ini cukup aman, efektif dan berhasil guna, bisa terjadi ejakulasi
retrograd dan pada sebagaian kecil dapat mengalami impotensi. Hasil terbaik
diperoleh pasien yang sungguh membutuhkan tindakan bedah. Untuk keperluan
tersebut, evaluasi urodinamik sangat berguna untuk membedakan pasien denganobstruksi dari pasien non-obstruksi. Evaluasi ini berperan selektif dalam penentuan
perlu tidaknya dilakukan TUR.
Saat ini tindakan TUR P merupakan tindakan operasi paling banyak dikerjakan di
seluruh dunia. Reseksi kelenjar prostat dilakukan trans-uretra dengan
mempergunakan cairan irigan (pembilas) agar supaya daerah yang akan direseksi
tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah
berupa larutan non ionik, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik pada
saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah adalah H2O
steril (aquades).
Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik sehingga cairan inidapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah vena yang terbuka pada
saat reseksi. Kelebihan air dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia relatif atau
gejala intoksikasi air atau dikenal dengan sindroma TUR P. Sindroma ini ditandai
dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran somnolen, tekanan darah meningkat,
dan terdapat bradikardi.
Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh
dalam keadaan koma dan meninggal. Angka mortalitas sindroma TURP ini adalah
sebesar 0,99%. Karena itu untuk mengurangi timbulnya sindroma TUR P dipakai
cairan non ionik yang lain tetapi harganya lebih mahal daripada aquades, antara
lain adalah cairan glisin, membatasi jangka waktu operasi tidak melebihi 1 jam, dan
memasang sistostomi suprapubik untuk mengurangi tekanan air pada buli-buliselama reseksi prostat.
Keuntungan :
• Luka incisi tidak ada
• Lama perawatan lebih pendek
• Morbiditas dan mortalitas rendah
• Prostat fibrous mudah diangkat
• Perdarahan mudah dilihat dan dikontrol
Kerugian :
• Teknik sulit
• Resiko merusak uretra• Intoksikasi cairan
• Trauma sphingter eksterna dan trigonum
• Tidak dianjurkan untuk BPH yang besar
• Alat mahal
• Ketrampilan khusus
Komplikasi:
- Selama operasi: perdarahan, sindrom TURP, dan perforasi
- Pasca bedah dini: perdarahan, infeksi lokal atau sistemik
- Pasca bedah lanjut: inkontinensia, disfungsi ereksi, ejakulasi retrograd, dan
striktura uretra.
b.2.Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP)
Metode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstruktif, tetapi ukuranprostatnya mendekati normal. Pada hiperplasia prostat yang tidak begitu besar dan
pada pasien yang umurnya masih muda umumnya dilakukan metode tersebut atau
incisi leher buli-buli atau bladder neck incision (BNI) pada jam 5 dan 7. Terapi ini
juga dilakukan secara endoskopik yaitu dengan menyayat memakai alat seperti
yangg dipakai pada TUR P tetapi memakai alat pemotong yang menyerupai alat
penggaruk, sayatan dimulai dari dekat muara ureter sampai dekat ke
verumontanum dan harus cukup dalam sampai tampak kapsul prostat.
Kelebihan dari metode ini adalah lebih cepat daripada TUR dan menurunnya
kejadian ejakulasi retrograde dibandingkan dengan cara TUR.
b.3.Trans Urethral Laser of the Prostate (Laser prostatectomy)Oleh karena cara operatif (operasi terbuka atau TUR P) untuk mengangkat prostat
yang membesar merupakan operasi yang berdarah, sedang pengobatan dengan
TUMT dan TURF belum dapat memberikan hasil yang sebaik dengan operasi maka
dicoba cara operasi yang dapat dilakukan hampir tanpa perdarahan.
Waktu yang diperlukan untuk melaser prostat biasanya sekitar 2-4 menit untuk
masing-masing lobus prostat (lobus lateralis kanan, kiri dan medius). Pada waktu
ablasi akan ditemukan pop corn effect sehingga tampak melalui sistoskop terjadi
ablasi pada permukaan prostat, sehingga uretra pars prostatika akan segera
menjadi lebih lebar, yang kemudian masih akan diikuti efek ablasi ikutan yang akan
menyebabkan “laser nekrosis” lebih dalam setelah 4-24 minggu sehingga hasil
akhir nanti akan terjadi rongga didalam prostat menyerupai rongga yang terjadisehabis TUR.
Keuntungan bedah laser ialah :
1. Tidak menyebabkan perdarahan sehingga tidak mungkin terjadi retensi akibat
bekuan darah dan tidak memerlukan transfusi
2. Teknik lebih sederhana
3. Waktu operasi lebih cepat
4. Lama tinggal di rumah sakit lebih singkat
5. Tidak memerlukan terapi antikoagulan
6. Resiko impotensi tidak ada
7. Resiko ejakulasi retrograd minimalKerugian :
Penggunaan laser ini masih memerlukan anestesi (regional).6,8,11
3. Invasif Minimal
1. Trans Urethral Microwave Thermotherapy (TUMT)
Cara memanaskan prostat C ini mulai diperkenalkan dalam tiga tahun terakhir°C –
47°sampai 44,5 ini. Dikatakan dengan memanaskan kelenjar periuretral yang
yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr.
Sutomo, 1994 : 193).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius
(Marilynn, E.D, 2000 : 671).
ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pastikelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya
dengan BPH adalah proses penuaan. Ada beberapa faktor kemungkinan penyebab antara lain :
1. DihydrotestosteronPeningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epiteldan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteronPada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen danpenurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
4. Berkurangnya sel yang matiEstrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma danepitel dari kelenjar prostat.
5. Teori sel stemSel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit (Roger Kirby,
1994 : 38).
PATHWAY
Pathway Download DISINI
GEJALA BPH
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai Syndroma
Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
1. Gejala Obstruktif yaitu :a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertaidengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekananintravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkankarena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankantekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancarandestrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan diuretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belumpuas.
2. Gejala Iritasi yaitu :
a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi
pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing
DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis BPH dilakukan beberapa cara antara lain
1. Anamnesa
Kumpulan gejala pada BPH dikenal dengan LUTS (Lower Urinary TractSymptoms) antara lain: hesitansi, pancaran urin lemah, intermittensi,
terminal dribbling, terasa ada sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi dan
gejala iritatif dapat berupa urgensi, frekuensi serta disuria.
2. Pemeriksaan Fisika. Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi
dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut,dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok –septik.
b. Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk
mengetahui adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis. Pada daerahsupra simfiser pada keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasiterasa adanya ballotemen dan klien akan terasa ingin miksi. Perkusidilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin
c. Penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose meatus,striktur uretra, batu uretra, karsinoma maupun fimosis.
d. Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitise. Rectal touch / pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk menentukan
konsistensi sistim persarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat.Dengan rectal toucher dapat diketahui derajat dari BPH, yaitu :
Derajat I = beratnya ± 20 gram. Derajat II = beratnya antara 20 – 40 gram.
Derajat III = beratnya > 40 gram.3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar guladigunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien.
b. Pemeriksaan urin lengkap dan kultur.c. PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai
kewaspadaan adanya keganasan.4. Pemeriksaan Uroflowmetri
5. Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secaraobyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter denganpenilaian :
a. Flow rate maksimal > 15 ml / dtk = non obstruktif.b. Flow rate maksimal 10 – 15 ml / dtk = border line.c. Flow rate maksimal < 10 ml / dtk = obstruktif.
d. Pemeriksaan Imaging dan Rontgenologik BOF (Buik Overzich ) :Untuk melihat adanya batu dan metastase
pada tulang. USG (Ultrasonografi), digunakan untuk memeriksa konsistensi,
volume dan besar prostat juga keadaan buli – buli termasukresidual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal,transuretral dan supra pubik.
IVP (Pyelografi Intravena). Digunakan untuk melihat fungsiexkresi ginjal dan adanya hidronefrosis.
Pemeriksaan Panendoskop. Untuk mengetahui keadaan uretradan buli – buli.
PENATALAKSANAAN
Modalitas terapi BPH adalah :
1. Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3 – 6 bulan kemudian setiap
tahun tergantung keadaan klien
2. Medikamentosa
Terapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat
tanpa disertai penyulit. Obat yang digunakan berasal dari: phitoterapi
(misalnya: Hipoxis rosperi, Serenoa repens, dll), gelombang alfa blocker dan
golongan supresor androgen.
3. Pembedahana. Indikasi pembedahan pada BPH adalah :
Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urinakut.
Klien dengan residual urin > 100 ml. Klien dengan penyulit. Terapi medikamentosa tidak berhasil. Flowmetri menunjukkan pola obstruktif.
b. Pembedahan dapat dilakukan dengan : TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat ® 90 – 95 % ) Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy Perianal Prostatectomy Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy
II. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli, distensikandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria. Tujuan :Nyeri hilang / terkontrolKriteria hasil: Klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol, menunjukkanketrampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasiindividu. Tampak rileks, tidur / istirahat dengan tepat
Rencana Tindakan:
No RENCANA TINDAKAN RASIONAL
1 Dorong pasien untuk berkemih
tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba
dirasakan
Meminimalkan retensi urina
distensi berlebihan pada
kandung kemih
2 Observasi aliran urina perhatian
ukuran dan kekuatan pancaran
urina
Untuk mengevaluasi obstruksi
dan pilihan intervensi
3 Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemih
Retensi urine meningkatkantekanan dalam saluran
perkemihan yang dapat
mempengaruhi fungsi ginjal
4 Berikan cairan sampai 3000 ml
sehari dalam toleransi jantung
Peningkatkan aliran cairan
meningkatkan perfusi ginjal
serta membersihkan ginjal
,kandung kemih dari
pertumbuhan bakteri
5 Berikan obat sesuai indikasi(antispamodik)
Mengurangi spasme kandungkemih dan mempercepat
penyembuhan
III. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pascaobstruksi diuresis. Tujuan: Keseimbangan cairan tubuh tetap terpelihara.Kriteria hasil: Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan dengan: tanda-tanda vital stabil, nadi perifer teraba, pengisian perifer baik, membranmukosa lembab dan keluaran urin tepat.Rencana Tindakan:
No RENCANA TINDAKAN RASIONAL1 Awasi keluaran tiap jam bila
pemeriksaan laboratorium sesuaiindikasi, contoh: Hb / Ht, jumlah sel
darah merah. Pemeriksaan koagulasi,
jumlah trombosit
Berguna dalam evaluasi
kehilangan darah / kebutuhan
penggantian. Serta dapat
mengindikasikan terjadinya
komplikasi misalnya penurunan
faktor pembekuan darah
IV. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ataumenghadapi prosedur bedah Tujuan: Pasien tampak rileks.Kriteria hasil: Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi,menunjukkan rentang yang yang tepat tentang perasaan dan penurunan rasatakutRencana Tindakan:
No RENCANA TINDAKAN RASIONAL
1 Dampingi klien dan bina
hubungan saling percaya
Menunjukkan perhatian dan
keinginan untuk membantu
2 Memberikan informasi tentang
prosedur tindakan yang akan
dilakukan
Membantu pasien dalam
memahami tujuan dari suatu
tindakan
3 Dorong pasien atau orang
terdekat untuk menyatakan
masalah atau perasaan
Memberikan kesempatan pada
pasien dan konsep solusi
pemecahan masalah
V. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhanpengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi Tujuan : Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit danprognosisnyaKriteria hasil: Melakukan perubahan pola hidup atau prilasku ysng perlu,berpartisipasi dalam program pengobatanRencana Tindakan:
Memberikan dasar pengetahuandimana pasien dapat membuat
pilihan informasi terapi.
Post Operasi :
I. Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisisekunder pada TUR-P Tujuan: Nyeri berkurang atau hilang.Kriteria hasil o Klien mengatakan nyeri berkurang / hilango Ekspresi wajah klien tenang.o Klien akan menunjukkan ketrampilan relaksasi.o Klien akan tidur / istirahat dengan tepat.o Tanda – tanda vital dalam batas normal
Rencana Tindakan:
No RENCANA TINDAKAN RASIONAL
1 Jelaskan pada klien tentang
gejala dini spasmus kandung
kemih
Kien dapat mendeteksi gajala dini
spasmus kandung kemih
2 Pemantauan klien pada
interval yang teratur selama
48 jam, untuk mengenal
gejala – gejala dini dari
spasmus kandung kemih
Menentukan terdapatnya
spasmus sehingga obat – obatan
bisa diberikan
3 Jelaskan pada klien bahwa
intensitas dan frekuensi akan
berkurang dalam 24 sampai48 jam
Memberitahu klien bahwa
ketidaknyamanan hanya
temporer
4 Beri penyuluhan pada klien
agar tidak berkemih ke
seputar kateter
Mengurang kemungkinan
spasmus.
5 Anjurkan pada klien untuk Mengurangi tekanan pada luka
8 Observasi tanda – tanda vital Mengetahui perkembangan lebih
lanjut.
9 Kolaborasi dengan dokter
untuk memberi obat – obatan
(analgesik atau anti
spasmodik )
Menghilangkan nyeri dan
mencegah spasmus kandung
kemih.
II. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alatselama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering. Tujuan: Klien tidak menunjukkan tanda – tanda infeksi.
Kriteria hasil: o Klien tidak mengalami infeksi.o Dapat mencapai waktu penyembuhan.o Tanda – tanda vital dalam batas normal dan tidak ada tanda – tanda
III. Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakanpembedahan .Tujuan: Tidak terjadi perdarahan.Kriteria hasil: o Klien tidak menunjukkan tanda – tanda perdarahan .o Tanda – tanda vital dalam batas normal .o Urine lancar lewat kateter .
Rencana Tindakan
No RENCANA TINDAKAN RASIONAL
1 Jelaskan pada klien tentangsebab terjadi perdarahan
setelah pembedahan dan
tanda – tanda perdarahan
Menurunkan kecemasan kliendan mengetahui tanda – tanda
perdarahan. Umumnya dilepas 3– 6 jam setelah pembedahan
6 Observasi: Tanda – tanda vital
tiap 4 jam,masukan dan
haluaran dan warna urine
Deteksi awal terhadap
komplikasi, dengan intervensi
yang tepat mencegah kerusakan
jaringan yang permanen
IV. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akanimpoten akibat dari TUR-P.
Tujuan: Fungsi seksual dapat dipertahankanKriteria hasil:o Klien tampak rileks dan melaporkan kecemasan menurun .o Klien menyatakan pemahaman situasi individual .o Klien menunjukkan keterampilan pemecahan masalah .o Klien mengerti tentang pengaruh TUR – P pada seksual.
V. Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kuranginformasiTujuan: Klien dapat menguraikan pantangan kegiatan serta kebutuhanberobat lanjutan .Kriteria hasil: o Klien akan melakukan perubahan perilaku.o Klien berpartisipasi dalam program pengobatan.o Klien akan mengatakan pemahaman pada pantangan kegiatan dan
kebutuhan berobat lanjutan
Rencana tindakan:
No RENCANA TINDAKAN RASIONAL
1 Beri penjelasan untuk
mencegah aktifitas berat
selama 3-4 minggu
Dapat menimbulkan perdarahan
2 Beri penjelasan untuk
mencegah mengedan waktu
BAB selama 4-6 minggu; dan
memakai pelumas tinja
untuk laksatif sesuaikebutuhan
Mengedan bisa menimbulkan
perdarahan, pelunak tinja bisa
mengurangi kebutuhan
mengedan pada waktu BAB
3 Pemasukan cairan sekurang–
kurangnya 2500-3000
ml/hari
Mengurangi potensial infeksi dan
gumpalan darah
4 Anjurkan untuk berobat
lanjutan pada dokter
Untuk menjamin tidak ada
komplikasi
5 Kosongkan kandung kemih
apabila kandung kemih
sudah penuh
Untuk membantu proses
penyembuhan
VI. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahan Tujuan: Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi.Kriteria hasil: o Klien mampu beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup.
o Klien mengungkapan sudah bisa tidur .o Klien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur .
Rencana tindakan:
No RENCANA TINDAKAN RASIONAL1 Jelaskan pada klien dan
keluarga penyebab gangguan
tidur dan kemungkinan cara
untuk menghindari
Meningkatkan pengetahuan
klien sehingga mau kooperatif
dalam tindakan perawatan
2 Ciptakan suasana yang
mendukung, suasana tenang
dengan mengurangi
kebisingan
Suasana tenang akan
mendukung istirahat
3 Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan penyebab
gangguan tidur
Menentukan rencana mengatasi
gangguan
4 Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat yang
dapat mengurangi nyeri
(Analgesik)
Mengurangi nyeri sehingga klien
bisa istirahat dengan cukup
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana AsuhanKeperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan PendokumentasianPerawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan ProsesKeperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya,Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
4. Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University
Press. Surabaya5. Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.
TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretramenggunakan resektroskop.
TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efekmerugikan terhadap potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat yangmengalami pembesaran antara 30-60 gram, kemudian dilakukan reseksi. Cairan irigasi
digunakan secara terus-menerus dengan cairan isotonis selama prosedur. Setelahdilakukan reseksi, penyembuhan terjadi dengan granulasi dan reepitelisasi uretra parsprostatika (Anonim,FK UI,1995).
Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang dilengkapibalon 30 ml, untuk memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung kemih.Irigasi kanding kemih yang konstan dilakukan setelah 24 jam bila tidak keluar bekuandarah lagi. Kemudian kateter dibilas tiap 4 jam sampai cairan jernih. Kateter dingkatsetelah 3-5 hari setelah operasi dan pasien harus sudah dapat berkemih dengan lancar.
TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP ialah gejala-gejala dari sedangsampai berat, volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien cukup sehat untuk menjalanioperasi. Komplikasi TURP jangka pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia atau
retensio oleh karena bekuan darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah strikturauretra, ejakulasi retrograd (50-90%), impotensi (4-40%). Karena pembedahan tidakmengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan timbul kembali 8-10 tahunkemudian.
Published by Bupa's health information team, April 2009. Diterbitkan oleh tim informasikesehatan Bupa's, April 2009.
This factsheet is for people who are planning to have a type of prostate surgery called
transurethral resection of the prostate (TURP), or who would like information about it. factsheet
ini adalah untuk orang-orang yang berencana untuk memiliki jenis operasi prostat disebut reseksitransurethral dari prostat (TURP), atau yang ingin memperoleh informasi tentang hal itu.
TURP is an operation to remove some of an enlarged prostate gland. TURP adalah operasi untuk menghapus beberapa kelenjar prostat membesar.
Your care will be adapted to meet your individual needs and may differ from what is described
here. perawatan Anda akan disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan pribadi Anda dan mungkin berbeda dari apa yang dijelaskan di sini. So it's important that you follow your surgeon's advice.
Jadi, sangatlah penting bahwa Anda mengikuti saran dokter bedah Anda.
• About TURP Tentang TURP • What are the alternatives to TURP? Apa saja alternatif untuk TURP? • Preparing for your operation Persiapan untuk operasi Anda • About the operation Tentang operasi • What to expect afterwards Apa yang diharapkan setelah • Recovering from TURP Memulihkan dari TURP • What are the risks? Apa resikonya? • Further information Informasi lebih lanjut • Questions and answers Pertanyaan dan jawaban • Related topics Topik terkait • Sources Sumber
About TURP Tentang TURP
TURP is the most common operation for an enlarged prostate (benign prostatic hyperplasia or
BPH). TURP adalah operasi yang paling umum untuk pembesaran prostat (benign prostatichyperplasia atau BPH). BPH, sometimes known as benign prostatic hypertrophy, benign
prostatic obstruction, is an overgrowth of cells of the prostate that blocks the flow of urine,
making it difficult to pass urine. BPH, kadang-kadang dikenal sebagai hipertrofi prostat jinak,obstruksi prostat jinak, merupakan pertumbuhan berlebih dari sel-sel prostat yang menghalangi
aliran urin, sehingga sulit untuk buang air kecil.
The prostate and surrounding structures Prostat dan struktur sekitarnya
What are the alternatives to TURP? Apa saja alternatif
untuk TURP?
You may need surgery if your symptoms get worse and medicines don't help. Anda mungkin
memerlukan pembedahan jika gejala-gejala menjadi lebih buruk dan obat-obatan tidak membantu. There are alternative procedures depending on the severity of your condition: Ada
prosedur alternatif tergantung pada beratnya kondisi Anda:
• transurethral incision of the prostate transurethral insisi prostat• open prostatectomy terbuka prostatektomi• minimally invasive or keyhole surgery such as microwave therapy,
electrovaporisation and laser vaporisation minimal invasif atau pembedahan
lubang kunci seperti terapi microwave, electrovaporisation dan penguapanlaser
Your surgeon will discuss which procedure is most suitable for you. Anda dokter bedah yang
akan membahas prosedur yang paling cocok untuk Anda.
Preparing for your operation Persiapan untuk operasi Anda
Your surgeon will explain how to prepare for your operation. Dokter bedah Anda akan
menjelaskan cara mempersiapkan untuk operasi Anda. For example, if you smoke you will be
asked to stop, as smoking increases your risk of getting a wound infection and slows your recovery. Misalnya, jika Anda merokok Anda akan diminta untuk berhenti, seperti merokok
meningkatkan risiko Anda mendapatkan infeksi luka dan memperlambat pemulihan Anda.
You will need to stay in hospital for about four days. Anda akan perlu tinggal di rumah sakit
selama sekitar empat hari.
The operation is usually done under general anaesthesia. Operasi ini biasanya dilakukan dengan
anestesi umum. This means you will be asleep during the operation. Ini berarti Anda akan tidur
selama operasi. Alternatively, you may prefer to have the surgery under spinal or epidural
anaesthesia. Atau, Anda dapat memilih untuk memiliki operasi di bawah anestesi spinal atauepidural. This completely blocks feeling from the waist down and you will stay awake during the
operation. Blok ini benar-benar merasakan dari pinggang ke bawah dan Anda akan tetap terjaga
selama operasi. You may be offered a sedative with a spinal anaesthetic to help you relax during
the operation. Anda mungkin menawarkan obat penenang dengan anestesi tulang belakang untuk membantu Anda rileks selama operasi.
Your surgeon will advise which type of anaesthesia is most suitable for you. Dokter bedah Anda
akan memberi tahu jenis anestesi yang paling cocok untuk Anda.
If you're having general anaesthesia, you will be asked to follow fasting instructions. Jika Anda
mengalami anestesi umum, Anda akan diminta untuk mengikuti petunjuk berpuasa. Typically
you must not eat or drink for about six hours beforehand. Biasanya Anda tidak harus makan atau
minum selama sekitar enam jam sebelumnya. However, some anaesthetists allow occasional sipsof water until two hours before a general anaesthetic. Namun, beberapa dokter anestesi
memungkinkan sesekali minum sedikit air sampai dua jam sebelum anestesi umum.
At the hospital your nurse will explain how you will be cared for during your stay. Di rumahsakit perawat Anda akan menjelaskan bagaimana Anda akan dirawat selama Anda tinggal. Your
nurse may check your heart rate, blood pressure and test your urine. perawat Anda dapat
memeriksa denyut jantung, tekanan darah, dan tes urine Anda.
Your surgeon will usually ask you to sign a consent form. Dokter bedah Anda biasanya akanmeminta Anda untuk mengisi sebuah formulir persetujuan. This confirms that you understand
the risks, benefits and possible alternatives to the procedure and have given your permission for
it to go ahead. Ini menegaskan bahwa Anda memahami risiko, manfaat dan alternatif yang
mungkin untuk prosedur dan telah diberi izin Anda untuk itu untuk terus maju.
You may be asked to wear compression stockings to help prevent blood clots forming in the
veins in your legs. Anda mungkin diminta untuk mengenakan kaus kaki kompresi untuk
membantu mencegah pembekuan darah terbentuk di pembuluh darah di kaki Anda. You mayneed to have an injection of an anticlotting medicine called heparin as well as, or instead of,
stockings. Anda mungkin perlu suntikan obat heparin anticlotting disebut juga, atau bukan,
The operation itself takes up to an hour and a half. Operasi itu sendiri memakan waktu sampai
satu jam setengah.
TURP is performed using a narrow, flexible, tube-like telescopic camera called an endoscope.TURP dilakukan menggunakan, sempit fleksibel, kamera teleskopik seperti tabung yang disebut
endoskop. The endoscope is inserted into your urethra (the tube that carries urine from the
bladder and out through the penis). endoskopi yang dimasukkan ke dalam uretra Anda (tabungyang membawa urin dari kandung kemih dan keluar melalui penis). Your surgeon will then cut
out and remove the middle of your enlarged prostate using specially adapted surgical
instruments. Dokter bedah Anda akan dipotong dan menghapus tengah prostat diperbesar Andamenggunakan instrumen bedah khusus disesuaikan.
During the operation, your bladder is flushed with a sterile solution to remove the pieces of
prostate tissue. Selama operasi, kandung kemih Anda memerah dengan larutan steril untuk
menghapus potongan jaringan prostat.
What to expect afterwards Apa yang diharapkan setelah
You will need to rest until the effects of the anaesthetic have passed. Anda harus beristirahat
sampai efek dari anestesi telah berlalu. You may not be able to feel or move your legs for several
hours after a spinal or epidural anaesthetic. Anda mungkin tidak dapat merasakan ataumemindahkan kedua kaki Anda selama beberapa jam setelah anestesi spinal atau epidural.
You may need pain relief to help with any discomfort as the anaesthetic wears off. Anda
mungkin perlu nyeri bantuan untuk membantu dengan ketidaknyamanan sebagai obat bius habis.
You will have a catheter to drain urine from your bladder into a bag. Anda akan memiliki kateter untuk mengalirkan urin dari kandung kemih ke dalam tas. The catheter is also used to wash out
your bladder with a sterile solution. kateter ini juga digunakan untuk mencuci kandung kemih
dengan larutan steril. This helps to flush out any blood clots in your bladder. Hal ini membantu
untuk flush out setiap gumpalan darah di dalam kandung kemih Anda.
Tell your surgeon or nurse if your bladder starts feeling full - sometimes a small blood clot can
block the catheter. Beritahu dokter bedah atau perawat jika kandung kemih Anda mulai merasa
penuh - kadang-kadang gumpalan darah kecil dapat memblokir kateter.
The catheter will be removed when your urine begins to run clear. kateter akan dihapus bila urinAnda mulai menjalankan jelas. This is usually within two to three days. Ini biasanya dalam dua
sampai tiga hari.
You may have a drip in your arm to prevent dehydration - this will be removed once you're
drinking enough fluid. Anda mungkin telah infus di lengan Anda untuk mencegah dehidrasi - iniakan dihapus setelah Anda minum cukup cairan.
You will be encouraged to get out of bed and move around as this helps prevent chest infections
and blood clots in your legs. Anda akan didorong untuk keluar dari tempat tidur dan bergerak di
sekitar karena hal ini membantu mencegah infeksi dada dan pembekuan darah di kaki Anda.
You will usually be able to go home after about four days. Anda biasanya akan bisa pulang ke
rumah setelah sekitar empat hari.
You will need to arrange for someone to drive you home. Anda akan perlu untuk mengatur
seseorang untuk mengantarmu pulang. You should try to have a friend or relative stay with youfor the first 24 hours. Anda harus mencoba punya teman atau kerabat yang tinggal bersama Anda
selama 24 jam pertama.
Recovering from TURP Memulihkan dari TURP
If you need pain relief, you can take over-the-counter painkillers such as paracetamol or ibuprofen. Jika Anda perlu bantuan sakit, Anda dapat mengambil obat penghilang rasa sakit
over-the-counter seperti parasetamol atau ibuprofen. Always read the patient information thatcomes with your medicine and if you have any questions, ask your pharmacist for advice. Selalu baca informasi pasien yang datang dengan obat Anda dan jika Anda memiliki pertanyaan,
mintalah apoteker untuk nasihat.
General anaesthesia can temporarily affect your coordination and reasoning skills, so you
shouldn't drink alcohol, operate machinery or sign legal documents for 48 hours afterwards.anestesi umum sementara dapat mempengaruhi koordinasi dan keterampilan penalaran, sehingga
Anda tidak harus minum alkohol, mengoperasikan mesin atau menandatangani dokumen hukum
selama 48 jam setelah itu.
You should drink enough fluid to flush out your bladder and help you to recover. Anda harusminum cukup cairan untuk flush out kandung kemih Anda dan membantu Anda untuk
memulihkan. You should drink enough so that your urine appears pale yellow. Anda harus
minum cukup sehingga Anda muncul urin kuning pucat.
It can take up to six weeks to recover fully from TURP. Ini bisa memakan waktu hingga enamminggu untuk sembuh dari TURP. After two weeks you can resume your normal activities,
including sex. Setelah dua minggu, Anda dapat melanjutkan aktivitas normal, termasuk seks.
You shouldn't do any strenuous activity for about six weeks after the operation. Anda tidak harusmelakukan aktivitas berat selama sekitar enam minggu setelah operasi.
Follow your surgeon's advice about driving. Ikuti saran dokter bedah Anda tentang mengemudi.You shouldn't drive until you're confident that you could perform an emergency stop without
discomfort. Anda tidak harus drive sampai Anda yakin bahwa Anda bisa menjalankanmenghentikan darurat tanpa ketidaknyamanan. This is usually about six weeks after the
operation. Hal ini biasanya sekitar enam minggu setelah operasi.
TURP is commonly performed and generally safe. TURP biasanya dilakukan dan biasanya
aman. However, in order to make an informed decision and give your consent to the procedure,
you need to be aware of the possible side-effects and the risk of complications. Namun, untuk membuat suatu keputusan dan memberikan persetujuan Anda untuk prosedur ini, Anda harus
sadar akan efek samping yang mungkin dan risiko komplikasi.
Side-effects of TURP Efek samping TURP
These are the unwanted, but mostly mild and temporary effects of a successful treatment. Ini
adalah tidak diinginkan, tapi sebagian besar ringan dan sementara efek dari perawatan yang
berhasil. For example, feeling sick as a result of the general anaesthetic and some discomfortfrom the catheter. Misalnya, merasa sakit sebagai akibat dari anestesi umum dan beberapa
ketidaknyamanan dari kateter.
Some specific side-effects can be expected as a result of this operation, including the following.
Beberapa efek samping yang spesifik bisa diharapkan sebagai hasil dari operasi ini, termasuk
berikut.
• Blood in the urine or semen - this will clear up after about two weeks. Darahdalam urin atau air mani - hal ini akan jelas setelah sekitar dua minggu.
• An urgent need to pass urine. Kebutuhan mendesak untuk buang air kecil. You may also feel a burning sensation when you do pass urine - this will clearup after a few weeks. Anda juga dapat merasakan sensasi terbakar ketikaAnda buang air kecil - hal ini akan jelas setelah beberapa minggu.
• Incontinence (urine leakage) - talk to your doctor if this happens, but it nearlyalways clears up. Inkontinensia (kebocoran urin) - berbicara dengan dokterAnda jika hal ini terjadi, tapi hampir selalu membersihkan up.
• Impotence - this isn't usually a problem and some men find their erections
improve. Impotensi - ini biasanya tidak masalah dan beberapa orangmenemukan mereka meningkatkan ereksi.
• Retrograde ejaculation - where semen passes into your bladder duringorgasm instead of out of the penis. Retrograde ejakulasi - di mana air manimasuk ke dalam kandung kemih selama orgasme, bukan keluar dari penis.Retrograde ejaculation isn't usually a problem, but it may reduce fertility.Ejakulasi retrograd biasanya tidak masalah, tetapi dapat mengurangikesuburan.
If you develop a fever, have pain when passing urine or if your urine is smelly, you should see
your GP as you may have an infection. Jika Anda mengembangkan demam, merasakan sakitketika lewat air seni atau jika urin Anda bau, Anda akan melihat dokter karena Anda mungkin
memiliki infeksi.
Complications of TURP Komplikasi TURP
This is when problems occur during or after the operation. Ini terjadi ketika masalah terjadi
selama atau setelah operasi. Most men aren't affected. Kebanyakan pria tidak terpengaruh. The
possible complications of any operation include an unexpected reaction to the anaesthetic,
excessive bleeding or developing a blood clot, usually in a vein in the leg (deep vein thrombosis,
DVT). Komplikasi yang mungkin timbul dari operasi apapun termasuk reaksi tak terduga untuk
pendarahan, anestesi berlebihan atau mengembangkan suatu bekuan darah, biasanya dalam suatu pembuluh darah di kaki (deep vein thrombosis, DVT).
Specific complications of this operation include those listed below. Khusus komplikasi operasiini termasuk yang tercantum di bawah ini.
• Infection. Infeksi. You will be given antibiotics before the operation if you're athigh risk. Anda akan diberikan sebelum operasi antibiotik jika Anda berisikotinggi.
• TURP syndrome. TURP sindrom. This is where the fluid used to flush yourbladder during the operation is absorbed into your body. Di sinilah fluidayang digunakan untuk flush kandung kemih selama operasi yang diserap kedalam tubuh Anda. This can cause low blood pressure (hypotension) and youmay feel sick or vomit. Hal ini dapat menyebabkan tekanan darah rendah(hipotensi) dan Anda mungkin merasa sakit atau muntah.
• Repeating the operation. Mengulangi operasi. This may be required if yourprostate grows back, or if too little was removed during the first operation.Hal ini mungkin diperlukan jika prostat Anda tumbuh kembali, atau jikaterlalu sedikit telah dihapus selama operasi pertama.
The exact risks are specific to you and differ for every person, so we haven't included statistics
here. Risiko tepat ditujukan khusus untuk Anda dan berbeda untuk setiap orang, jadi kami tidak
termasuk statistik di sini. Ask your surgeon to explain how these risks apply to you. Mintalahdokter bedah Anda untuk menjelaskan bagaimana risiko tersebut berlaku bagi Anda.
Further information Informasi lebih lanjut
• Health outcomes of Bupa operations Kesehatan hasil operasi Bupawww.bupa.co.uk/healthsurveys www.bupa.co.uk / healthsurveys
Transurethral resection of the prostate (TURP) Q&As
Transurethral reseksi prostat (TURP) Q & Sebagai
See our answers to common questions about transurethral resection of the prostate (TURP) ,including: Lihat jawaban kami untuk pertanyaan umum tentang reseksi transurethral dari prostat
(TURP) , termasuk:
• I'm having an operation for benign prostatic hyperplasia (BPH). Sayamengalami operasi untuk benign prostatic hyperplasia (BPH). How long will ittake to recover from my operation? Berapa lama waktu yang dibutuhkanuntuk pulih dari operasi saya?
• I have heard about laser surgery for an enlarged prostate - what is this? Akutelah mendengar tentang operasi laser untuk diperbesar prostat - apa ini?
• What is TURP syndrome? Apa TURP sindrom?
Related topics Topik terkait
• Caring for surgical wounds Merawat luka bedah • Compression stockings Kompresi stoking • Deep vein thrombosis Deep vein thrombosis • Enlarged prostate (benign prostatic hyperplasia) Pembesaran prostat
(hiperplasia prostat jinak) • General anaesthesia Anestesi umum • Impotence Ketidakmampuan • Local anaesthesia and sedation Anestesi lokal dan obat penenang • Low blood pressure Tekanan darah rendah • Over-the-counter painkillers Over-the-counter obat pereda sakit • Prostate cancer Kanker prostat • Urge incontinence Inkontinensia
Sources Sumber
• Wilt TJ, N'Dow J. Benign prostatic hyperplasia. Layu TJ, J. N'Dow jinak prostatichyperplasia. Part 2: management. Bagian 2: Manajemen. BMJ 2008; 336:206-210. www.bmj.com BMJ 2008; 336:206-210. www.bmj.com
• Guidelines on benign prostatic hyperplasia. Pedoman benign prostatichyperplasia. European Association of Urology, 2004. www.uroweb.org Asosiasi Urologi Eropa, 2004. www.uroweb.org
• Transurethral microwave therapy for BPH. Transurethral microwave terapi
untuk BPH. Bandolier. www.jr2.ox.ac.uk , accessed 3 September 2008Bandolier. www.jr2.ox.ac.uk , diakses 3 September 2008
• Hoffman RM, Monga M, Elliot SP, et al. Hoffman RM, M Monga, SP Elliot, et al.Microwave thermotherapy for benign prostatic hyperplasia. Microwavethermotherapy untuk benign prostatic hyperplasia. Cochrane Database of Systematic Reviews 2007, Issue 4. Cochrane Database of Review, Sistematik2007 Issue 4. Art. Art. No: CD004135. No: CD004135. DOI:10.1002/14651858. DOI: 10.1002/14651858. pub2. www.cochrane.org pub2.www.cochrane.org
• Transurethral electrovaporisation of the prostate. Transurethralelectrovaporisation prostat. National Institute for Health and ClinicalExcellence (NICE), 2003, Interventional Procedure Guidance 14.
www.nice.org.uk Institut Nasional untuk Kesehatan dan Klinis Excellence(NICE) 2003,, Pedoman Prosedur Intervensi 14. www.nice.org.uk
• Harkaway RC, Issa MM. Harkaway RC, Issa MM. Medical and minimallyinvasive therapies for the treatment of benign prostatic hyperplasia. Medisdan terapi invasif minimal untuk pengobatan benign prostatic hyperplasia.Prostate Cancer Prostatic Dis 2006; 9:204-214. www.nature.com/pcan ProstatKanker prostat Dis 2006; 9:204-214. www.nature.com / pcan
• Potassium-titanyl-phosphate (KTP) laser vaporisation of the prostate forbenign prostatic obstruction. Kalium-titanyl-fosfat (KTP) penguapan laser dariprostat untuk obstruksi prostat jinak. National Institute for Health and ClinicalExcellence (NICE), 2005, Interventional Procedure Guidance 120.www.nice.org.uk Institut Nasional untuk Kesehatan dan Klinis Excellence(NICE) 2005,, 120 Interventional Prosedur Bimbingan. www.nice.org.uk
• Some practical advice. Beberapa saran praktis. Prostate UK.www.prostateuk.org , accessed 3 September 2008 Inggris prostat.www.prostateuk.org , diakses 3 September 2008
• Longmore M, Wilkinson IB, Rajagopolan S. Oxford Handbook of ClinicalMedicine. Longmore M, IB Wilkinson, S. Rajagopolan Oxford HandbookKedokteran Klinis. 6th ed. 6 ed. Oxford: Oxford University Press, 2004: 496-497 Oxford: Oxford University Press, 2004: 496-497
• Personal communication, Mr Raj Persad, Consultant Urologist, Spire BristolHospital, 10 October 2008 Komunikasi pribadi, Bapak Raj Persad, Konsultanurologist, Spire Bristol Rumah Sakit, 10 Okt 2008
Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan olehkarena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan
fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika ( Lab / UPF Ilmu Bedah
RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193 ).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua dari 50
tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius( Marilynn, E.D, 2000 : 671 ).
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti
kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya
dengan BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain :
1). Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi
2). Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteronyang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3). Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan transforming
growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.4). Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar
prostat.
5). Teori sel stemSel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit ( Roger Kirby, 1994 : 38 ).
4. Gejala Benigne Prostat Hyperplasia
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai Syndroma
Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
1. Gejala Obstruktif yaitu :
a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yangdisebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama
meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika. b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuanotot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan waktuuntuk dapat melampaui tekanan di uretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
2. Gejala Iritasi yaitu :
a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari(Nocturia) dan pada siang hari.
c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.
2. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis BPH dilakukan beberapa cara antara lain
Kumpulan gejala pada BPH dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) antara lain:
hesitansi, pancaran urin lemah, intermittensi, terminal dribbling, terasa ada sisa setelah miksidisebut gejala obstruksi dan gejala iritatif dapat berupa urgensi, frekuensi serta disuria.
2) Pemeriksaan Fisik
1. Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi dapat meningkat padakeadaan kesakitan pada retensi urin akut, dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta
urosepsis sampai syok - septik.
2. Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk mengetahui adanyahidronefrosis, dan pyelonefrosis. Pada daerah supra simfiser pada keadaan retensi akan
menonjol. Saat palpasi terasa adanya ballotemen dan klien akan terasa ingin miksi.
Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin.3. Penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose meatus, striktur uretra, batu
uretra, karsinoma maupun fimosis.
4. Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis5. Rectal touch / pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk menentukan konsistensi sistim persarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat. Dengan rectal toucher dapat diketahui
derajat dari BPH, yaitu :
a). Derajat I = beratnya lebih kurang 20 gram. b). Derajat II = beratnya antara 20 – 40 gram.
c). Derajat III = beratnya > 40 gram.
3) Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula digunakan untuk
memperoleh data dasar keadaan umum klien.• Pemeriksaan urin lengkap dan kultur.• PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan adanya
keganasan.
4) Pemeriksaan Uroflowmetri
Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara obyektif pancaran urin
dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian :a). Flow rate maksimal > 15 ml / dtk = non obstruktif.
c). Flow rate maksimal < 10 ml / dtk = obstruktif.5) Pemeriksaan Imaging dan Rontgenologik
a). BOF (Buik Overzich ) :Untuk melihat adanya batu dan metastase pada tulang.
b). USG (Ultrasonografi), digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar prostat juga keadaan buli – buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal,
b). Retropubic Atau Extravesical Prostatectomc). Perianal Prostatectomy
d). Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy
4). Alternatif lain (misalnya: Kriyoterapi, Hipertermia, Termoterapi, Terapi Ultrasonik .
B. Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :
Pre Operasi :
1). Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung kemih unmtuk berkontraksi
secara adekuat.
2). Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.
3). Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis..
4). Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi prosedur bedah5). Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi
Post Operasi :1) Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada TUR-P
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan, kateter,
irigasi kandung kemih sering.
3) Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan4) Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat dari
TUR-P.
5) Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri sebagai efek pembedahan
B. Perencanaan
1. Sebelum Operasi
a. Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran
prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung kemih untuk berkontraksi
secara adekuat.
1) Tujuan : tidak terjadi obstruksi3) Kriteria hasil :
Berkemih dalam jumlah yang cukup, tidak teraba distensi kandung kemih
4) Rencana tindakan dan rasional
1. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
R/ Meminimalkan retensi urina distensi berlebihan pada kandung kemih2. Observasi aliran urina perhatian ukuran dan kekuatan pancaran urina
R / Untuk mengevaluasi ibstruksi dan pilihan intervensi
3. Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemihR/ Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan yang dapat mempengaruhi
fungsi ginjal4. Berikan cairan sampai 3000 ml sehari dalam toleransi jantung.R / Peningkatkan aliran cairan meningkatkan perfusi ginjal serta membersihkan ginjal ,kandung
kemih dari pertumbuhan bakteri
5. Berikan obat sesuai indikasi ( antispamodik)R/ mengurangi spasme kandung kemih dan mempercepat penyembuhan
b. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli – buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.
1). Tujuan
Nyeri hilang / terk2). Kriteria hasil
Klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol, menunjukkan ketrampilan relaksasi dan aktivitas
terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individu. Tampak rileks, tidur / istirahat dengan tepat.
pengisian perifer baik, membran mukosa lembab dan keluaran urin tepat.
3). Rencana tindakan dan rasional
a). Awasi keluaran tiap jam bila diindikasikan. Perhatikan keluaran 100-200 ml/.R/ Diuresisi yang cepat dapat mengurangkan volume total karena ketidakl cukupan jumlahnatrium diabsorbsi tubulus ginjal.
b). Pantau masukan dan haluaran cairan
R/ Indikator keseimangan cairan dan kebutuhan penggantian.c). Awasi tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan nadi dan pernapasan, penurunan tekanan
darah, diaforesis, pucat,
R/ Deteksi dini terhadap hipovolemik sistemik
d). Tingkatkan tirah baring dengan kepala lebih tinggiR/ Menurunkan kerja jantung memudahkan hemeostatis sirkulasi.
g). Kolaborasi dalam memantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh:
Hb / Ht, jumlah sel darah merah. Pemeriksaan koagulasi, jumlah trombosiR/ Berguna dalam evaluasi kehilangan darah / kebutuhan penggantian. Serta dapat
mengindikasikan terjadinya komplikasi misalnya penurunan faktor pembekuan darah,
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi prosedur bedah.
2. Pemantauan klien pada interval yang teratur selama 48 jam, untuk mengenal gejala – gejala
dini dari spasmus kandung kemih.
R/ Menentukan terdapatnya spasmus sehingga obat – obatan bisa diberikan3. Jelaskan pada klien bahwa intensitas dan frekuensi akan berkurang dalam 24 sampai 48 jam.
R/ Memberitahu klien bahwa ketidaknyamanan hanya temporer.
4. Beri penyuluhan pada klien agar tidak berkemih ke seputar kateter.R/ Mengurang kemungkinan spasmus.
5. Anjurkan pada klien untuk tidak duduk dalam waktu yang lama sesudah tindakan TUR-P.
R / Mengurangi tekanan pada luka insisi6. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, termasuk latihan nafas dalam, visualisasi.
R / Menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.
7. Jagalah selang drainase urine tetap aman dipaha untuk mencegah peningkatan tekanan padakandung kemih. Irigasi kateter jika terlihat bekuan pada selang.
R/ Sumbatan pada selang kateter oleh bekuan darah dapat menyebabkan distensi kandung kemih
dengan peningkatan spasme.
8. Observasi tanda – tanda vitalR/ Mengetahui perkembangan lebih lanjut.
9. Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat – obatan (analgesik atau anti spasmodik )R / Menghilangkan nyeri dan mencegah spasmus kandung kemih.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan, kateter,irigasi kandung kemih sering.
Tujuan: Klien tidak menunjukkan tanda – tanda infeksi .
Kriteria hasil:- Klien tidak mengalami infeksi.
- Dapat mencapai waktu penyembuhan.- Tanda – tanda vital dalam batas normal dan tidak ada tanda – tanda shock.Rencana tindakan:
1. Pertahankan sistem kateter steril, berikan perawatan kateter dengan steril.
R/ Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi2. Anjurkan intake cairan yang cukup ( 2500 – 3000 ) sehingga dapat menurunkan potensial
infeksi.
R/ . Meningkatkan output urine sehingga resiko terjadi ISK dikurangi dan mempertahankan
fungsi ginjal.3. Pertahankan posisi urobag dibawah.
R/ Menghindari refleks balik urine yang dapat memasukkan bakteri ke kandung kemih.
4. Observasi tanda – tanda vital, laporkan tanda – tanda shock dan demam.R/ Mencegah sebelum terjadi shock.
5. Observasi urine: warna, jumlah, bau.
R/ Mengidentifikasi adanya infeksi.6. Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat antibiotik.
R/ Untuk mencegah infeksi dan membantu proses penyembuhan
3. Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan .
Tujuan: Tidak terjadi perdarahan.
Kriteria hasil:- Klien tidak menunjukkan tanda – tanda perdarahan .
- Tanda – tanda vital dalam batas normal .
- Urine lancar lewat kateter .Rencana tindakan:
1. Jelaskan pada klien tentang sebab terjadi perdarahan setelah pembedahan dan tanda – tanda
perdarahan R/ Menurunkan kecemasan klien dan mengetahui tanda – tanda perdarahan
2. Irigasi aliran kateter jika terdeteksi gumpalan dalm saluran kateter
R/ Gumpalan dapat menyumbat kateter, menyebabkan peregangan dan perdarahan kandung
kemih3. Sediakan diet makanan tinggi serat dan memberi obat untuk memudahkan defekasi .
R/ Dengan peningkatan tekanan pada fosa prostatik yang akan mengendapkan perdarahan .
4. Mencegah pemakaian termometer rektal, pemeriksaan rektal atau huknah, untuk sekurang –
kurangnya satu minggu .R/ Dapat menimbulkan perdarahan prostat .
5. Pantau traksi kateter: catat waktu traksi di pasang dan kapan traksi dilepas .R/ Traksi kateter menyebabkan pengembangan balon ke sisi fosa prostatik, menurunkan
perdarahan. Umumnya dilepas 3 – 6 jam setelah pembedahan .
6. Observasi: Tanda – tanda vital tiap 4 jam,masukan dan haluaran dan warna urine
R/ Deteksi awal terhadap komplikasi, dengan intervensi yang tepat mencegah kerusakan jaringanyang permanen .
4. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat dari TUR-P.Tujuan: Fungsi seksual dapat dipertahankan
Kriteria hasil:
- Klien tampak rileks dan melaporkan kecemasan menurun .- Klien menyatakan pemahaman situasi individual .
- Klien menunjukkan keterampilan pemecahan masalah .
- Klien mengerti tentang pengaruh TUR – P pada seksual.
Rencana tindakan :
1 . Beri kesempatan pada klien untuk memperbincangkan tentang pengaruh TUR – P terhadapseksual .
R/ Untuk mengetahui masalah klien .
2 . Jelaskan tentang : kemungkinan kembali ketingkat tinggi seperti semula dan kejadianejakulasi retrograd (air kemih seperti susu)
R/ Kurang pengetahuan dapat membangkitkan cemas dan berdampak disfungsi seksual
3 . Mencegah hubungan seksual 3-4 minggu setelah operasi .
4 . Dorong klien untuk menanyakan kedokter salama di rawat di rumah sakit dan kunjungan
lanjutan .
R / Untuk mengklarifikasi kekhatiran dan memberikan akses kepada penjelasan yang spesifik.
5. Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasiTujuan: Klien dapat menguraikan pantangan kegiatan serta kebutuhan berobat lanjutan .
Kriteria hasil:- Klien akan melakukan perubahan perilaku.
- Klien berpartisipasi dalam program pengobatan.
- Klien akan mengatakan pemahaman pada pantangan kegiatan dan kebutuhan berobat lanjutan .
Rencana tindakan:1. Beri penjelasan untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4 minggu .
R/ Dapat menimbulkan perdarahan .
2. Beri penjelasan untuk mencegah mengedan waktu BAB selama 4-6 minggu; dan memakai
pelumas tinja untuk laksatif sesuai kebutuhanR/ Mengedan bisa menimbulkan perdarahan, pelunak tinja bisa mengurangi kebutuhan
mengedan pada waktu BAB3. Pemasukan cairan sekurang–kurangnya 2500-3000 ml/hari.
R/ Mengurangi potensial infeksi dan gumpalan darah .
4. Anjurkan untuk berobat lanjutan pada dokter.
R/. Untuk menjamin tidak ada komplikasi .5. Kosongkan kandung kemih apabila kandung kemih sudah penuh .
R/ Untuk membantu proses penyembuhan .
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahanTujuan: Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi.Kriteria hasil:
- Klien mampu beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup.
- Klien mengungkapan sudah bisa tidur .- Klien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur .
Rencana tindakan:
1. Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur dan kemungkinan cara untuk
menghindari.R/ meningkatkan pengetahuan klien sehingga mau kooperatif dalam tindakan perawatan .
2. Ciptakan suasana yang mendukung, suasana tenang dengan mengurangi kebisingan .
R/ Suasana tenang akan mendukung istirahat3. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab gangguan tidur.
R/ Menentukan rencana mengatasi gangguan
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat mengurangi nyeri ( analgesik ).R/ Mengurangi nyeri sehingga klien bisa istirahat dengan cukup .