44 BAB 4 MODEL EKONOMETRIKA 4.1 Spesifikasi Model Sudin Haron dengan pendekatan S-VAR 4.1.1 Pendekatan Asset Market Berdasarkan teori kaum klasik yang telah dijelaskan dalam bab 2 bahwa masyarakat melakukan penyesuaian pendapatannya yang sekarang dan yang akan datang dalam suatu cara yang dapat memberikan kepuasan maksimum. Kepuasan yang maksimum dalam hal ini adalah profit yang didapat ketika masyarakat mengalokasikan pendapatannya dalam berbagai aset. Menurut klasik, profit berupa tingkat suku bunga ditentukan oleh kekuatan tabungan atau deposito yang dinyatakan dengan S = S ( i ) Sesuai juga dalam teori asset market bahwa kebutuhan seseorang pada pasar asset disesuaikan dengan profit maximization. Sehingga dengan begitu seseorang akan dapat memutuskan untuk menyimpan uangnya dalam bentuk aset yang diinginkan. Dalam penelitian ini digunakan variabel – variabel yang berhubungan dengan pendekatan asset market, yaitu : 1. Variabel SDSM yaitu jumlah Tabungan Mudharabah. 2. Variabel TDSM yaitu jumlah Deposito Mudharabah. Kedua jenis variabel ini merupakan fasilitas pada perbankan syariah sebagai instrumen alternatif bagi masyarakat Indonesia dalam meyimpan asetnya pada perbankan syariah. Untuk mendorong masyarakat memilih aset ini tentu ada faktor yang mempengaruhinya yaitu variabel : 1. IRSD yaitu Tingkat Suku Bunga Tabungan Bank Konvensional. Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
44
BAB 4
MODEL EKONOMETRIKA
4.1 Spesifikasi Model Sudin Haron dengan pendekatan S-VAR
4.1.1 Pendekatan Asset Market
Berdasarkan teori kaum klasik yang telah dijelaskan dalam bab 2 bahwa
masyarakat melakukan penyesuaian pendapatannya yang sekarang dan yang akan
datang dalam suatu cara yang dapat memberikan kepuasan maksimum. Kepuasan
yang maksimum dalam hal ini adalah profit yang didapat ketika masyarakat
mengalokasikan pendapatannya dalam berbagai aset.
Menurut klasik, profit berupa tingkat suku bunga ditentukan oleh kekuatan
tabungan atau deposito yang dinyatakan dengan
S = S ( i )
Sesuai juga dalam teori asset market bahwa kebutuhan seseorang pada pasar
asset disesuaikan dengan profit maximization. Sehingga dengan begitu seseorang
akan dapat memutuskan untuk menyimpan uangnya dalam bentuk aset yang
diinginkan. Dalam penelitian ini digunakan variabel – variabel yang berhubungan
dengan pendekatan asset market, yaitu :
1. Variabel SDSM yaitu jumlah Tabungan Mudharabah.
2. Variabel TDSM yaitu jumlah Deposito Mudharabah.
Kedua jenis variabel ini merupakan fasilitas pada perbankan syariah sebagai
instrumen alternatif bagi masyarakat Indonesia dalam meyimpan asetnya pada
perbankan syariah. Untuk mendorong masyarakat memilih aset ini tentu ada faktor
yang mempengaruhinya yaitu variabel :
1. IRSD yaitu Tingkat Suku Bunga Tabungan Bank Konvensional.
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
45
2. IRTD yaitu Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional yang terbagi
dalam jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan.
3. RORSD yaitu Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah.
4. RORTD yaitu Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah yang terbagi dalam
jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan.
Penelitian ini mengacu pada model dasar yang digunakan dalam penelitian
sebelumnya, yaitu :
ttt uRORSDSDSM ++= *0βα
tttt uIRSDRORSDSDSM +++= 1*
0 ββα
ttt uRORTDTDSM ++= *0βα
tttt uIRTDRORTDTDSM +++= 1*
0 ββα
4.1.2 Strategi pembentukkan model
Diperlukan sebuah strategi di dalam pembentukan model VAR agar tidak
terjadi mispesifikasi di dalam pembentukannya. Karenanya estimasi model VAR
akan dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut secara berurutan.
Pertama, akan dilakukan pengujian stasioneritas dari setiap series yang
digunakan di dalam model. Hasil series stasioner akan berujung pada penggunaan
VAR dengan metode standar. Sementara series nonstasioner akan berimplikasi pada
dua pilihan VAR, VAR dalam bentuk difference atau VECM.
Keberadaan variabel nonstasioner meningkatkan kemungkinan keberadaan
hubungan kointegrasi antar variabel. Maka pengujian kointegrasi diperlukan untuk
mengetahui keberadaan hubungan tersebut. Pengujian kointegrasi sebaiknya tetap
dilakukan pada data stasioner, mengingat terdapatnya kemungkinan kesalahan
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
46
pengambilan kesimpulan pengujian unit root terkait dengan the power of the test9.
Jika tidak terdapat hubungan kointegrasi, estimasi VAR dapat dilakukan dalam
bentuk diferens. Namun Sims (1980) dan Doan (1992), menentang penggunaan
variabel diferens, walaupun jika variabel tersebut memiliki unit root. Mereka
berargumen bahwa differencing akan membuang informasi berharga yang terkait
dengan pergerakan searah data (seperti kemungkinan terdapatnya hubungan
kointegrasi). Maka penggunaan metode VAR yang sesuai data nonstasioner yang
tidak terkointegrasi pun masih menjadi perdebatan serius hingga saat ini.
4.1.3 Tahapan pembentukkan sistem
Sistem SVAR yang digunakan akan dibentuk dalam tahapan berikut secara
berurutan.
1. Uji Stasioner
Uji stasioneritas akan dilakukan dengan metode ADF dan PP sesuai dengan
bentuk tren deterministik yang dikandung oleh setiap variabel. Pengujian ini
dilakukan dengan cara membandingkan nilai statistik ADF dan PP dengan nilai kritis
MacKinnon untuk mengetahui derajat integrasi stasioneritas suatu variabel. Suatu
variabel disebut stasioner pada integrasi tertentu jika nilai statistik ADF dan PP lebih
kecil dari nilai kritis MacKinnon. PP digunakan jika terdapat structural break.10
2. Penentuan selang optimal
Guna memperoleh panjang selang yang tepat akan dilakukan 3 bentuk
pengujian secara bertahap. Pada tahap pertama akan dilihat panjang selang
maksimum sistem VAR yang stabil. Stabilitas sistem VAR dilihat dari nilai inverse
roots karakteristik AR polinomialnya. Suatu sistem VAR dikatakan stabil (stasioner)
9 Richard Harris. ‘Cointegration Analysis in Econometric Modelling’. 10 Patahan pada pergerakan data, biasa terjadi sebagai akibat dari kejadian luar biasa dalam perekonomian seperti krisis ekonomi
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
47
jika seluruh roots-nya memiliki modulus lebih kecil dari satu dan semuanya terletak
di dalam unit circle, Lutkepohl (1991).
Pada tahap kedua, panjang selang optimal akan dicari dengan menggunakan
kriteria informasi yang tersedia. Kandidat selang yang terpilih adalah panjang selang
menurut kriteria Likelihood Ratio (LR), Final Prediction Error (FPE), Akaike
Information Critrion (AIC), Schwarz Information Criterion (SC), dan Hannan-Quin
Criterion (HQ). Jika kriteria informasi hanya merujuk pada sebuah kandidat selang
maka, kandidat tersebutlah yang optimal. Jika diperoleh lebih dari satu kandidat,
maka pemilihan dilanjutkan pada tahap ketiga.
Pada tahap terakhir ini, nilai Adjusted R2 variabel VAR dari masing-masing
kandidat selang akan diperbandingkan, dengan penekanan pada variabel-variabel
terpenting dari sistem VAR tersebut. Selang optimal akan dipilih dari sistem VAR
dengan selang tertentu yang menghasilkan nilai Adjusted R2 terbesar pada variabel-
variabel penting di dalam sistem
3. Pengujian hubungan kointegrasi
Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang atau ekuilibrium antara
variabel-variabel yang tidak stasioner. Dengan kata lain, walau secara individual
variabel-variabel tersebut tidak stasioner, namun kombinasi linier antara variabel
tersebut dapat menjadi stasioner.
Pengujian hubungan kointegrasi dilakukan dengan menggunakan selang
optimal sesuai dengan pengujian sebelumnya. Sementara penentuan asumsi
deterministik yang melandasi pembentukan persamaan kointegrasi didasarkan pada
nilai kriteria informasi AIC dan SC. Berdasarkan asumsi deterministik tersebut akan
diperoleh informasi mengenai banyaknya hubungan kointegrasi antar variabel sesuai
dengan metode Trace dan Max.
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
48
Dalam melakukan pengujuan kointegrasi ada beberapa hal yang harus
diperhatikan :11
1. Kointegrasi menyatakan hubungan linier dari variabel yang non-stationary.
2. Semua variabel harus terintegrasi pada derajat yang sama.
Jika satu grup memiliki n variabel, bisa terdapat n-1 vektor kointegrasi yang
independen; artinya ada lebih dari satu persamaan kointegrasi, atau variabel satu
dengan lainnya terkointegrasi melalui berbagai cara
4. Uji stabilitas model SVAR
Sama seperti stabilitas sistem VAR dan VEC, stabilitas sistem SVAR juga
akan dilihat dari nilai inverse roots karakteristik AR polinomialnya. Hal ini dapat
dilihat dari nilai modulus di tabel AR-roots-nya, jika seluruh nilai AR-rootsnya
dibawah 1, maka sistem tersebut stabil.
4.1.4 Urutan variabel (ordering) yang digunakan dan formulasi model S-
VAR
Pembentukkan sistem struktural VAR menitikberatkan komposisi
pembentukkan modelnya pada spesifikasi hubungan struktural antar variabel di
dalam modelnya. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan variabel – variabel yang
terbagi menjadi 2 persamaan, skema variabel yang digunakan pada persamaan
tersebut adalah :
1. RORSD(-1)
IRSD
M1
IPM
11 Ruslan Prijadi.Menyusun Makalah Praktikum Riset Keuangan.Kuliah PRK.2004
SDSM
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
49
Skema di atas menunjukkan bahwa 4 variabel independen, yaitu tingkat
bagi hasil tabungan mudharabah BMI (RORSD), tingkat suku bunga tabungan
(IRSD), jumlah uang beredar (M1) dan Indeks Produksi Manufaktur (IPM) akan
berpengaruh secara langsung terhadap jumlah tabungan mudharabah Muamalat
(SDSM). Secara sederhana model S-VAR nya akan berbentuk sebagai berikut :
eRORSD(-1) = f (u RORSD(-1))
eIRSD = f (u IRSD)
eM1 = f (u M1)
eIPM = f (u IPM)
Sehingga model persamaan Sudin Haron menjadi sebagai berikut :
sistem persamaan diatas dikenal juga sebagai Struktural VAR atau bentuk sistem
primitif. Kedua variabel tersebut (Y dan Z), secara individual dipengaruhi secara
langsung oleh variabel yang lain, dan secara tidak langsung oleh nilai selang dari
12 Perubahannya dipengaruhi oleh perubahan variabel lain 13 Perubahannya tidak dipengaruhi oleh perubahan variabel lain atau hanya dipengaruhi oleh perubahannya sendiri 14 Setiap variabel saling mempengaruhi perubahan antar variabel baik secara langsung maupun tidak langsung 15 Menurut Sims, dalam VAR tidak terdapat dikotomi variabel eksogen dan endogen. Jika memang terdapat hubungan kausalitas simultan antar variabel yang diamati, maka variabel-variabel tersebut akan diperlakukan sama.
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
54
setiap variabel di dalam sistem. Sistem persamaan tersebut dapat dibentuk ke dalam
notasi matriks berikut:
{ {t1t10t ε
zt
yt
x
1t
1t
Γ
2221
1211
Γ
20
10
x
t
t
B
21
12
εε
zy
γγγγ
bb
zy
1bb1
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡+⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡+⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡=⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡
−
−
−
321434 21321434 21
t1t10t εxΓΓBx ++= − ................(2)
Dengan mengalikan inverse B pada notasi matriks persamaan (2) diatas, akan
diperoleh:
t1t10t1
1t11
01
t exAAεBxΓBΓBx ++=++= −−
−−− .......(3)
atau dalam bentuk persamaan bivariate:
1t1t121t1110t ezayaay +++= −−
2t1t221t2120t ezayaaz +++= −− ...............(4)
Sistem inilah yang disebut sebagai sistem VAR dalam bentuk standar atau
reduced form. Sistem tersebut juga merepresentasikan sebuah bentuk Wold-Moving
Average. Karena ytε dan ztε white noise16, maka te pun akan memiliki rata-rata 0,
varians yang konstan, serta non-otokorelasi serial.
4.3.3 Spesifikasi dan Identifikasi
Spesifikasi model VAR meliputi pemilihan variabel dan banyaknya selang
yang digunakan di dalam model. Sesuai dengan metodologi Sims (1980), variabel yang
digunakan di dalam persamaan VAR dipilih berdasarkan model ekonomi yang relevan.
Teori ekonomi jelas berperan di dalam pemilihan variabel ini, karena itu Bernanke dan
Blinder (1992) menyebutnya sebagai pendekatan semi-structural VAR.
16 Residual yang memiliki rata-rata 0, varians yang konstan, serta non-otokorelasi serial.
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
55
Pemilihan selang optimal akan memanfaatkan kriteria informasi yang
diperoleh dari Akaike Information Critera (AIC), dan Schwarz Criteria (SC).
Akaike Information Critera (AIC)
AIC memberikan penalti atas tambahan variabel (termasuk variabel selang),
yang mengurangi derajat kebebasan. Oleh karena itu, lag optimal akan ditemukan pada
spesifikasi model yang memberikan nilai AIC paling minimum.
N2k
Nε̂ΣlogAIC
2i +⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛=
Dimana 2iε̂Σ merupakan jumlah dari kuadrat residual, N adalah jumlah
observasi, dan k adalah banyaknya parameter yang diestimasi persamaan VAR.
Schwarz Criteria (SC)
Seperti AIC, SC juga memberikan penalti atas penambahan variabel, namun
dengan tingkat penalti yang lebih berat dari AIC. Seperti pada AIC lag optimal dengan
metode ini akan ditemukan pada spesifikasi model yang memberikan nilai SC
minimum.
NlogNk
Nε̂ΣlogSC
2i +⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛=
Tidak berbeda dengan tahapan persamaan simultan, VAR juga perlu untuk
melakukan identifikasi persamaan sebelum melakukan estimasi model. Kondisi
overidentified akan diperoleh jika jumlah informasi yang dimiliki melebihi jumlah
parameter yang ingin diestimasi. Jika jumlah informasi dan jumlah parameter yang
diestimasi sama, akan diperoleh kondisi exactly identified atau just identified.
Sementara jika jumlah informasi kurang dari jumlah parameter yang diestimasi akan
tercipta kondisi underidentified. Hasil identifikasi pada sebuah sistem persamaan
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
56
simultan menjadi penting karena pengaruhnya pada proses estimasi. Proses estimasi
hanya dapat dilakukan pada kondisi overidentified dan just identified.
Kembali pada model yang dibangun diatas, identifikasi dari sistem persamaan
VAR akan menghasilkan 9 informasi yang terdiri atas 6 koefisien estimasi
( 222112112010 a,a,a,a,a,a ), kalkulasi atas nilai varians 1te dan 2te , serta kovarians
( 1te , 2te ). Sementara parameter yang harus diestimasi berjumlah 10, yang terdiri atas 2
membatasi sistem persamaan VAR sehingga shock ytε tidak dapat secara langsung
mempengaruhi nilai tz , sebaliknya ztε dapat secara langsung mempengaruhi ytε
dan ztε . Hal ini berimplikasi pada kebutuhan akan keberadaan urutan kausalitas
(ordering) di dalam sebuah sistem persamaan VAR. Pada contoh diatas, ordering-
nya berbentuk YZ → .
Penentuan bentuk ordering yang tepat tentunya adalah yang sesuai dengan
dasar teori yang digunakan. Karenanya dalam pembentukan sistem persamaan
VAR perlu diketahui sebelumnya dari dasar teori, apakah perubahan suatu variabel
memiliki dampak langsung terhadap variabel yang lain atau tidak. Akan tetapi
ketepatan bentuk ordering sendiri sangat bergantung pada seberapa besar korelasi
antar residualnya17. Sebagai acuan sederhana (rule of thumb) digunakan patokan
nilai korelasi 0.2 sebagai signifikansi keberadan korelasi antar residual. Secara
mutlak, nilai korelasi antar residual yang berada dibawah nilai 0.2,
mengindikasikan tidak terlalu berpengaruhnya bentuk ordering yang digunakan.
17 Misalkan besar korelasi antara 1te dan 2te pada contoh diatas
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
60
Sebaliknya jika nilai mutlak korelasi antar residual berada diatas 0.2
mengindikasikan kebutuhan penggunaan ordering yang tepat.
2. Variance Decomposition (VD)
Variance Decomposition (VD) menjelaskan proporsi pergerakan suatu
variabel akibat shock dari variabel itu sendiri relatif terhadap dampaknya kepada
pergerakan variabel lain, secara berurutan. Dengan kata lain, sebenarnya VED
memberikan informasi tentang seberapa penting perubahan setiap inovasi random,
secara relatif, terhadap perubahan variabel di dalam VAR.
Variance Decomposition (VD) pun tidak terlepas dari masalah
underidentification karena keberadaannya sebagai bagian dari analisa VAR dan
seperti pada kasus – kasus sebelumnya, structural decomposition juga dapat
diterapkan pada Variance Decomposition (VD) dengan memperhatikan
kebutuhannya sesuai dengan nilai korelasi residual antar variabel yang digunakan.
4.3.6 Stasioneritas, kointegrasi dan Structural Vector Auturegression
(S-VAR)
1. Stasioneritas
Asumsi yang sangat penting dalam analisis time series adalah kestasioneran
data. Data time series dikatakan stasioner jika secara stokastik data menunjukkan
pola yang konstan dari waktu ke waktu atau dengan kata lain tidak terdapat
kenaikan atau penurunan pada data.
Data time series secara umum dikatakan stasioner jika nilai mean dan
autocovariancenya tidak tergantung pada waktu model pengujian Augmented
Dickey Fuller (ADF Test) secara umum sebagai berikut :
ttt YY ερµ ++= −1 ,
dimana µ = parameter
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
61
ρ = error
Y dikatakan series yang stasioner jika 11 <<− ρ dan jika nilai absolut dari
1>ρ maka series tersebut dikatakan eksplosif. Sehingga dapat kita katakan bahwa
sebuah hipotesa dikatakan stasioner jika nilai 1>ρ . Hipotesa yang dapat disusun
sebagai berikut :
H0 : 1=ρ
H1 : 1<ρ
Untuk ADF Test, test statistiknya adalah t – statistik untuk setiap lag
dari dependent variabel. Hipotesa nol ditolak maka series tersebut dikatakan
stasioner dan sebaliknya jika hipotesa nol diterima maka series tersebut dikatakan
tidak stasioner. Stasioner dari sebuah variabel menjadi penting karena pengaruhnya
pada hasil estimasi regresi palsu (spurious regression), dimana nilai koefisien yang
dihasilkan dari estimasi menjadi tidak valid dan sulit untuk dijadikan pedoman.
Bentuk paling sederhana dari series yang tidak stasioner adalah bentuk
random walk seperti ttt yy ε+= −1 . Dimana tε merupakan gangguan random yang
bersifat stasioner. Series y memiliki konstanta yang nilainya cendrung berubah
sesuai dengan perubahan waktu, sehingga tidak stasioner. Akan tetapi random walk
disebut difference stasionary series, karena turunan pertamanya berbentuk
stasioner, ttt yy ε+= −1 .
Sebuah difference stasionary series dikatakan terintegrasi dan dilambangkan
sebagai I(d), dimana d merupakan tingkat integrasinya. Tingkat integrasi
merupakan banyaknya unit root yang dikandung di dalam sebuah series, atau
berapa kali operasi differensial harus dilakukan untuk membuat series menjadi
stasioner. Pada kasus random walk di atas, unit rootnya 1, maka y merupakan series
I(1). Sebuah series yang stasioner akan memiliki I(0).
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
62
Metode formal untuk mengetahui stasioneritas sebuah series dikenal dengan
unit root test. Terdapat 2 macam metode pengujian unit root yang sudah digunakan
secara luas. Pertama, metode Dickey-Fuller (DF) dan Augmented Dickey-Fuller
(ADF), yang kedua adalah metode Phillips-perron (PP).
2. Kointegrasi
Kointegrasi dapat diartikan sebagai suatu hubungan jangka panjang antara
variabel – variabel yang tidak stasioner. Keberadaan hubungan kointegrasi
memberikan peluang bagi data – data yang secara individual tidak stasioner untuk
menghasilkan sebuah kombinasi linier di antara mereka sehingga tercipta kondisi
yang stasioner. Secara sederhana, dua variabel disebut terkointegrasi jika hubungan
kedua variabel tersebut dalam jangka panjang akan mendekati atau mencapai
kondisi ekuilibriumnya.
3. Structural Vector Auturegression (S-VAR)
Seperti VECM, SVAR juga merupakan VAR yang terestriksi. Akan tetapi
terdapat perbedaan dalam restriksi. SVAR merestriksi berdasarkan hubungan
teoritis yang kuat akan skema (peta hubungan) bentuk urutan (ordering) variabel-
variabel yang digunakan dalam sistem VAR yang teoritis (Theoritical VAR).
Model SVAR pada dasarnya dikembangkan dengan menggunakan basis
model VAR biasa. Model SVAR digunakan untuk memperoleh ortogonalisasi non
recursive dari error term dalam kerangka analisis impulse response/ untuk
memperoleh ortogonalisasi non recursive dari error term maka harus dibentuk
sejumlah restriksi yang mengidentifikasikan komponen struktural dalam error
term.18
18 Billmeier dan Bonatot (2002) dalam Exchange Rate Pass Through and Monetary Policy in Croatia.
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
63
Sebagai contoh Yt adalah vektor variabel endogen dengan k elemen dan
[ ]∑ = !tt eeEε adalah matriks covariance dari residual. Maka model SVAR dapat
diestimasi sebagai berikut :
tt BAe µ=
dimana te dan tµ adalah vektor k observed residual dan vektor k unobserved
struktural inovasi. A dan B adalah k x k matriks yang akan diestimasi. Struktural
inovasi tµ diasumsikan orthonormal sehingga covarians matriksnya adalah matriks
identitas [ ] IE tt =!µµ . Dengan asumsi orthonormal inovasi tµ tersebut maka
jumlah restriksi yang perlu dilakukan sebanyak k(k+1)/2 untuk menyelesaikan
sebanyak 2k2 parameter yang tidak diketahui pada matriks A dan B. Jadi matriks A
adalah matriks lower-triangular sedangkan B adalah matriks diagonal.
A =
⎟⎟⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
1......01.........001000100001
21
3231
21
nn aa
aaa
dan B =
⎟⎟⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
nnb
bb
b
00000...000000000000000
33
22
11
4.3 Data yang Digunakan dan Karakteristik Variabel
4.3.1 Data yang digunakan
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data time series bulanan
dari tingkat suku bunga tabungan, tingkat suku bunga deposito berjangka 1,3,6,12
pada perbankan konvensional, jumlah tabungan dan jumlah deposito pada Bank
Muamalat Indonesia, tingkat bagi hasil tabungan mudharabah dan tingkat bagi hasil
deposito berjangka mudharabah 1,3,6,12 juga pada Bank Muamalat Indonesia.
Sebagian data dalam penelitian ini diperoleh dari publikasi Bank Indonesia,
dan sebagian lagi yaitu data jumlah tabungan mudharabah, jumlah deposito
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
64
mudharabah 1, 3, 6, 12 bulan, tingkat bagi hasil tabungan mudharabah dan tingkat
bagi hasil deposito berjangka mudharabah 1,3,6,12 yang diperoleh dari Bank
Muamalat Indonesia. Penggunaan data dari Bank Muamalat Indonesia dikarenakan
Bank Syariah ini adalah Bank Syariah pertama di Indonesia yang sudah tentu
mempunyai pangsa yang lebih besar dari bank – bank syariah lainnya.
Periode penelitian yang akan digunakan adalah dari bulan Januari tahun
2002 sampai bulan Desember tahun 2005. Pengambilan periode penelitian ini
dikarenakan terbatasnya data publikasi yang dikeluarkan oleh Bank Muamalat
Indonesia, jadi ruang lingkup penelitian ini menggunakan data time series bulanan
selama 48 bulan.
Data – data time series yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
website Bank Indonesia (www.bi.go.id) terutama data tingkat suku bunga tabungan
dan deposito berjangka 1.3.6.12 bank konvensional dan data jumlah tabungan
mudharabah dan deposito berjangka mudharabah 1,3,6,12 bank syariah.
Berikut ini ada 13 variabel yang digunakan dalam penelitian dan akan
dijelaskan tentang variabel – variabel tersebut disertai dengan definisi
operasionalnya.
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
65
Tabel.4-1
Variabel operasional dalam penelitian
No. Variabel Definisi 1 SDSM Tabungan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia 2 TDSM Deposito Mudharabah Bank Muamalat 3 IRSD Tingkat Suku Bunga Tabungan Bank Konvensional 4 IRTD1 Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional jangka waktu 1 bulan 5 IRTD3 Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional jangka waktu 3 bulan 6 IRTD6 Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional jangka waktu 6 bulan 7 IRTD12 Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional jangka waktu 12 bulan 8 RORSD Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah Bank Syariah 9 RORTD1 Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Bank Syariah jangka waktu 1 bulan 10 RORTD3 Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Bank Syariah jangka waktu 3 bulan 11 RORTD6 Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Bank Syariah jangka waktu 6 bulan 12 RORTD12 Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Bank Syariah jangka waktu 12 bulan 13 M1 Jumlah Uang Beredar 14 IPM Index Produksi Manufaktur
Untuk menguji dan mengestimasi seluruh sistem persamaan yang digunakan
di dalam penelitian ini akan digunakan software Eviews 4.1. Software ini dipilih
karena spesialisasinya di dalam kalkulasi ekonometrika, terutama ekonometrika
time series.
4.3.2 Karakteristik Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi
3 jenis, yaitu variabel pendanaan, variabel moneter, dan variabel indikator
kekayaan dan pendapatan. Untuk jenis variabel pendanaan yang digunakan adalah
• Variabel SDSM merupakan variabel yang menggambarkan jumlah tabungan
mudharabah milik masyarakat yang terdapat di Bank Muamalat Indonesia.
Variabel ini dipakai karena merupakan sumber pendanaan utama bagi Bank
Muamalat Indonesia. Tabungan mudharabah tentu sangat berkorelasi dengan
tingkat bagi hasil, dan masyarakat yang menyimpan dananya dalam tabungan
mudharabah lebih sebagai tujuan transaksi.
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
66
• Variabel TDSM merupakan variabel yang menggambarkan jumlah deposito
mudharabah milik masyarakat yang terdapat di Bank Muamalat Indonesia.
Variabel ini digunakan dalam penelitian karena merupakan sumber pendanaan
yang terbesar kedua setelah tabungan mudharabah. Deposito mudharabah di
Bank Muamalat Indonesia juga memiliki korelasi dengan tingkat bagi hasil
sama seperti variabel SDSM. Masyarakat yang menyimpan dananya dalam
bentuk deposito mudharabah umumnya memiliki tujuan untuk investasi
sehingga sifat dari variabel ini adalah jangka panjang.
Sedangkan untuk jenis dari variabel moneter yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
• Variabel IRSD yaitu variabel yang menggambarkan tingkat suku bunga
tabungan dari bank konvensional. Variabel ini digunakan dalam penelitian
karena merupakan variabel penentu yang menentukan seberapa besar
pengaruhnya terhadap jumlah tabungan mudharabah di Bank Muamalat
Indonesia. Variabel ini juga yang biasanya dijadikan indikator oleh masyarakat
untuk memilih menyimpan dananya di bank konvensional.
• Variabel IRTD yaitu variabel yang menggambarkan tingkat suku bunga
deposito dari bank konvensional. Variabel ini digunakan dalam penelitian
karena merupakan variabel penentu yang menentukan seberapa besar
pengaruhnya terhadap jumlah deposito mudharabah di Bank Muamalat
Indonesia. Variabel ini juga yang menjadi indikator masyarakat dalam
menyimpan dananya di bank konvensional dalam bentuk deposito. Karena
variabel IRTD dianggap sebagai tingkat pengembalian dari deposito, maka
IRTD memiliki jangka waktu jatuh tempo yaitu 1,3,6, dan 12 bulan yang tiap
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
67
jangka waktunya memiliki tingkat yang berbeda sesuai dengan tingkat
risikonya.
• Variabel RORSD merupakan variabel yang menggambarkan tingkat
pengembalian berupa bagi hasil atas dana yang telah disimpan oleh masyarakat
dalam bentuk tabungan. Variabel ini digunakan dalam penelitian karena sangat
berkorelasi dengan jumlah tabungan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia.
Variabel ini berbeda dengan IRSD, RORSD bukanlah bunga tetapi tingkat
pengembalian yang ditentukan di awal berdasarkan nisbah yang disepakati oleh
pihak penabung dan bank.
• Variabel RORTD merupakan variabel yang menggambarkan tingkat
pengembalian berupa bagi hasil atas dana yang telah disimpan oleh masyarakat
dalam bentuk deposito. Variabel ini digunakan dalam penelitian karena sangat
berkorelasi dengan jumlah deposito mudharabah di Bank Muamalat Indonesia.
Variabel ini juga memiliki jangka waktu jatuh tempo sesuai dengan deposito
mudharabahnya.
Dua jenis variabel terakhir yang digunakan adalah variabel indikator
kekayaan dan pendapatan yaitu
• Variabel M1 atau jumlah uang beredar yaitu salah satu alat yang digunakan
oleh pemerintah dalam mengatur kebijakan moneternya. Perubahan dalam
jumlah uang beredar dapat menjadi dampak utama pada kondisi ekonomi.
Peningkatan dalam jumlah uang beredar membuat dana pinjaman menjadi lebih
murah, sehingga menekan biaya meminjam. Maka diharapkan masyarakat akan
meningkatkan konsumsinya dan mengurangi tabungan. Untuk itu jumlah uang
beredar diasumsikan memiliki hubungan yang positif terhadap deposit.
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
68
• Variabel Indeks Produksi Manufaktur sebagai proxi dari tingkat GDP. Index
Produksi Manufaktur (IPM) merupakan angka index produksi dari industri yang
dispesifikasi berdasarkan International Standard Industry Classification (ISIC)
untuk semua aktifitas perekonomian. Sehingga variabel ini cukup spesifik
mewakili tingkat pendapatan bulanan dari masyarakat.
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
31
BAB 3
PROFIL PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk.
3.1 Sejarah pendirian dan perkembangan Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakarsai
oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia. Ide pendirian Bank
Muamalat berawal dari lokakarya “Bunga bank dan Perbankan” yang
diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) bertempat di Cisarua, Bogor
tanggal 18 – 20 Agustus 1990. Ide ini kemudian dipertegas lagi dalam Musyawarah
Nasional (Munas) MUI IV di Hotel Sahid Jaya Jakarta tanggal 22 – 25 Agustus 1990.
Bank Muamalat Indonesia memulai kegiatan operasinya pada 1 Mei 1992 atau 27
Syawal 1412 H. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim
se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat
juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham
Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan.
Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor,
diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam
modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka
di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
32
pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai
lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai
titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development
Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni
1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh
karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang
penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu
tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba.
Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah
terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2 triliun, modal
pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4
miliar pada tahun 2004.
3.2 Produk Bank Muamalat Indonesia
Produk Bank Muamalat Indonesia pada dasarnya terbagi menjadi 2 yaitu
produk bagi penyimpan dana atau biasa disebut produk pendanaan dan produk bagi
pengelola dana atau biasa disebut produk pembiayaan. Pada penelitian ini produk
yang digunakan adalah produk pendanaan khususnya produk simpanan yaitu
tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.
3.2.1 Tabungan Mudharabah
Tabungan yang berakad mudharabah ini merupakan sarana investasi murni
sesuai syariah dalam mata uang Rupiah yang memungkinkan nasabah melakukan
penyetoran dan penarikan tunai dengan sangat mudah. Ada beberapa jenis dari
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
33
tabungan mudharabah ini, yaitu Tabungan Ummat, Tabungan Ummat Junior,
Kartu Shar-e, dan Tabungan Haji Arafah.
Perkembangan yang terjadi pada jumlah Tabungan Mudharabah di Bank
Muamalat Indonesia dapat dilihat pada grafik di bawah ini
Grafik 3-1
Jumlah Tabungan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia Periode 2002 - 2005
(Milliar Rp)
447,746
662,542
1190,607
1631,316
0200
400600
8001000
12001400
16001800
2002 2003 2004 2005Tahun
Jum
lah
Sumber : Laporan Neraca Bank Muamalat Indonesia Tahun 2002-2005
Pada grafik di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah tabungan mudharabah
Bank Muamalat Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 2002 sampai
2005. Peningkatan jumlah tabungan mudharabah ini dipengaruhi oleh semakin
besarnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah disamping
juga dipengaruhi oleh tingkat bagi hasil yang ditawarkan. Hal ini terlihat bahwa
Bank Syariah khususnya Bank Muamalat Indonesia telah dipercaya oleh
masyarakat Indonesia untuk menyimpan dana dalam bentuk tabungan
mudharabah.
Sementara itu jumlah tabungan Bank Umum dapat dilihat pada grafik di
bawah.
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
34
Grafik 3-2.
Jumlah Tabungan Bank Umum Periode 2002 - 2005
(Milliar Rp)
189421
238742
291786 275458
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
2002 2003 2004 2005Tahun
Jum
lah
Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2002 - 2005
Grafik di atas menggambarkan kondisi pertumbuhan jumlah tabungan Bank
Umum pada akhir bulan Desember periode 2002 sampai 2005. Kondisi
pertumbuhan jumlah tabungan Bank Umum dari tahun 2002 sampai 2004 terus
mengalami peningkatan, namun pada tahun 2005 jumlahnya menurun. Hal ini
dikarenakan pada tahun 2004 dimana jumlah uang beredar (M2) yang ada di
masyarakat terus meningkat sehingga membuat Bank Indonesia bertindak untuk
membatasinya dengan meningkatkan tingkat suku bunga. Kondisi tersebut
akhirnya berpengaruh terhadap jumlah tabungan dari tahun 2002 sampai 2004.
Jumlah tabungan pada tahun 2005 menurun oleh karena tingkat suku bunga
deposito yang meningkat sehingga nasabah lebih cendrung untuk menyimpan
uangnya pada bentuk deposito.
Dapat dibandingkan bahwa pertumbuhan jumlah tabungan mudharabah
lebih tajam dari pada jumlah tabungan Bank Umum. Hal ini dapat membuktikan
bahwa Bank Muamalat Indonesia yang notabene baru berdiri tahun 1991,
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
35
ternyata telah mampu menarik masyarakat untuk menabung uangnya di bank
syariah.
3.2.2 Deposito Mudharabah
Deposito Mudharabah merupakan pilihan investasi dalam mata uang Rupiah
atau USD dengan jangka waktu 1,3,6, dan 12 bulan. Produk ini ditujukan bagi
nasabah yang ingin berinvestasi secara halal, murni sesuai syariah karena dana
tersebut akan diinvestasikan secara optimal untuk membiayai berbagai macam
usaha produktif yang berguna bagi kepentingan umat. Grafik di bawah berikut
akan menjelaskan bagaimana pertumbuhan dari deposito mudharabah Bank
Muamalat Indonesia tahun 2002 sampai 2005 :
Grafik 3-3. Jumlah Deposito Mudharabah
Bank Muamalat Indonesia Periode 2002 - 2005(Milliar Rp)
1074,196
1592,962
2698,564
3685,59
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
2002 2003 2004 2005Tahun
Jum
lah
Sumber : Laporan Neraca Bank Muamalat Indonesia Tahun 2002-2005
Sama dengan grafik tabungan mudharabah sebelumnya, pada grafik di atas
dapat dijelaskan bahwa jumlah deposito mudharabah Bank Muamalat Indonesia
juga terus mengalami peningkatan dari tahun 2002 sampai 2005. Salah satu
sumber pendanaan ini ternyata lebih diminati dibanding dengan tabungan
mudharabah. Hal ini dapat terlihat pada jumlahnya yang lebih besar. Umumnya
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
36
peningkatan jumlah deposito mudharabah ini dipengaruhi oleh tingkat bagi hasil
yang ditawarkan karena pada fasilitas deposito ini nasabah bertujuan untuk
menginvestasikan uangnya. Dengan adanya peningkatan dalam deposito
mudharabah ini juga, maka semakin tumbuhnya rasa kepercayaan masyarakat
terhadap bank syariah khususnya Bank Muamalat Indonesia.
Apabila kita melihat jumlah deposito Bank Umum, maka seperti grafik di
bawah ini :
Grafik 3.4.
Jumlah Deposito Berjangka Bank Umum Periode 2002 - 2005
(Milliar Rp)
215590 208334 209189
292171
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
2002 2003 2004 2005Tahun
Jum
lah
Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 2002 - 2005
Pada grafik tersebut dijelaskan bahwa kondisi pertumbuhan jumlah deposito
berjangka Bank Umum pada akhir Desember periode 2002 sampai 2005
cendrung menurun lambat kemudian tahun 2005 meningkat drastis. Hal ini
dikarenakan return deposito yaitu tingkat suku bunga deposito yang cendrung
menurun dari tahun 2002 sampai 2004 lalu meningkat drastis pada tahun 2005.
Apabila dibandingkan dengan jumlah deposito mudharabah Bank Muamalat
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
37
Indonesia, maka jelas pertumbuhan dari jumlah deposito mudharabah BMI terus
meningkat dengan pesat. Sama halnya dengan jumlah tabungan mudharabah,
bahwa ternyata kepercayaan masyarakat pada Bank Muamalat Indonesia
khususnya untuk fasilitas deposito sangat besar.
Dari kedua jenis fasilitas pendanaan yang telah dijelaskan di atas, dapat
disimpulkan bahwa keduanya memiliki faktor yang sama dalam mempengaruhi
perkembangan jumlah tabungan dan deposito baik pada Bank Umum maupun Bank
Muamalat Indonesia. Faktor tersebut adalah return yang berupa tingkat suku bunga
pada Bank Umum dan tingkat bagi hasil pada Bank Muamalat Indonesia. Namun,
pada Perbankan Syariah ada faktor lain yang berpengaruh yaitu faktor keyakinan
tentang hukum islam yang mengharamkan riba.
Selain kedua jenis produk simpanan di atas, sumber pendanaan lain berupa
giro wadiah. Di bawah ini dapat dilihat komposisi sumber pendanaan pada Bank
Muamalat Indonesia.
Tabel. 3-1 Komposisi Dana Pihak Ketiga BMI yang dihimpun7
Outstanding
Jenis Dana 2002 2003 2004 2005 Giro Wadiah 187.050 261.149 446.154 514.102 Tabungan Mudharabah 447.746 662.542 1.190.607 1.631.316 Deposito Mudharabah 1.074.196 1.592.962 2.698.564 3.685.590 Total 1.708.992 2.516.653 4.335.325 5.830.747
Dari tabel di atas terlihat bahwa sumber pendanaan yang terbesar pada Bank
Muamalat Indonesia adalah deposito mudharabah. Sedangkan yang terbesar kedua
adalah tabungan mudharabah dan yang terakhir adalah giro wadiah. Untuk melihat
berapa pertumbuhan sumber pendanaan pada Bank Muamalat Indonesia, dapat dilihat
pada tabel di bawah.
7 Bank Muamalat Indonesia. Laporan Neraca Tahun 2002-2005.
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
38
Tabel. 3-2 Komposisi Dana Pihak Ketiga BMI yang dihimpun
Pertumbuhan
Jenis Dana 2003 2004 2005 Giro Wadiah 39,61% 70,84% 15,23% Tabungan Mudharabah 47,97% 79,70% 37,02% Deposito Mudharabah 48,29% 69,41% 36,58% Total 47,26% 72,27% 34,49%
Pada tabel menunjukkan bahwa Bank Muamalat Indonesia mengalami
pertumbuhan total pendanaan yang terbesar pada tahun 2004 yaitu sebesar 72,27%.
Data pertumbuhan yang lebih rinci juga dapat dilihat dalam tabel bahwa
pertumbuhan deposito mudharabah lebih tinggi dibandingkan dengan kedua sumber
pendanaan yang lain pada tahun 2003. Meskipun jumlah tabungan mudharabah selalu
lebih rendah daripada deposito mudharabah, namun pada tahun 2005 dan 2006
pertumbuhan dari tabungan mudharabah ternyata paling tinggi dibanding sumber
pendanaan yang lain yaitu sebesar 79,70% dan 37,02%.
Jumlah pendanaan Bank Muamalat Indonesia apabila dibandingkan dengan
Perbankan syariah secara keseluruhan, maka dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 3-3 Komposisi DPK BMI terhadap perbankan syariah
Share
Jenis Dana 2002 2003 2004 2005 Giro Wadiah 48,34% 40,97% 27,54% 25,14% Tabungan Mudharabah 54,92% 41,14% 36,48% 37,33% Deposito Mudharabah 61,61% 45,82% 38,67% 40,21% Total 58,02% 43,96% 36,55% 37,42%
Pada tabel di atas menjelaskan bahwa ternyata share jumlah Dana Pihak Ketiga Bank
Muamalat Indonesia terhadap DPK perbankan syariah keseluruhan perlahan
mengalami penurunan dari tahun 2002 sampai 2005. Penurunan ini membuktikan
bahwa nasabah yang menyimpan uangnya pada Bank Muamalat Indonesia semakin
berkurang pada tahun 2005. Hal ini lebih dikarenakan sistem pelayanan atau yang
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
39
berhubungan dengan operasional dari Bank Muamalat Indonesia sendiri bukan pada
tingkat bagi hasil atau faktor yang lain. Sementara itu, nasabah yang berkurang pada
Bank Muamalat Indonesia bukanlah beralih menjadi nasabah Bank Konvensional
melainkan beralih ke Bank Syariah yang lain. Kondisi ini dibuktikan dengan angka
rasio Dana Pihak Ketiga Bank Muamalat Indonesia terhadap Dana Pihak Ketiga
Bank Umum, seperti ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel. 3-4 Komposisi Dana Pihak Ketiga BMI terhadap Bank Umum
Share
Jenis Dana 2002 2003 2004 2005 Giro Wadiah 0,74% 0,8% 1,26% 1,49% Tabungan Mudharabah 0,24% 0,28% 0,41% 0,59% Deposito Mudharabah 0,49% 0,75% 1,29% 1,26% Total 0.40,% 0,53% 0,81% 0,96%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rasio DPK pada Bank Muamalat
Indonesia terhadap Bank Umum terus mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan
bahwa DPK pada Bank Muamalat Indonesia yang berkurang bukan beralih ke Bank
Konvensional. Peningkatan rasio ini juga menjelaskan bahwa kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan syariah yang diwakili oleh Bank Muamalat Indonesia
semakin besar.
Sumber Dana Pihak Ketiga (DPK) dari Bank Umum sendiri dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel. 3-5 Komposisi Dana Pihak Ketiga Bank Umum yang dihimpun8
Outstanding
Jenis Dana 2002 2003 2004 2005 Giro 25182 31400 35374 34369 Tabungan 189421 238742 291786 275458 Deposito 215590 208334 209189 292171 Total 430193 478476 536349 601998
8 Bank Indonesia. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia Tahun 2002-2005.
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
40
Berdasarkan data outstanding di atas bahwa pada Bank Umum komposisi DPK yang
terbesar dari tabungan dan deposito. Di antara keduanya tidak ada yang sangat
mendominasi. Hal ini tentu berbeda dengan komposisi DPK dari Bank Muamalat
Indonesia yang didominasi oleh deposito mudharabah. Sementara itu pertumbuhan
dari komposisi DPK pada Bank Umum dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel. 3-6 Komposisi DPK Bank Umum yang dihimpun
Pertumbuhan
Jenis Dana 2003 2004 2005 Giro 24,69% 12,66% -2,84% Tabungan 26,04% 22,22% -5,93% Deposito -3,37% 0,41% 39,67% Total 11,22% 12,10% 12,24%
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan yang paling dominan
adalah pada fasilitas deposito tahun 2005 yaitu 39,67 %. Sementara itu untuk giro
dan tabungan cendrung menurun dan tahun 2005 mengalami pertumbuhan yang
negatif.
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
41
3.3 Kinerja Bank Muamalat
Sebagai pionir Bank Syariah di Indonesia, kinerja Bank Muamalat tumbuh
secara mengesankan. Hal ini dapat dilihat pada statistik keuangan Bank Muamalat
Indonesia.
Grafik. 3-3.
Sumber : Laporan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia
Pada statistik di atas, dapat dilihat bahwa Bank Muamalat Indonesia mengalami
perkembangan dalam total aset, total pendanaan, dan total dana public dalam rentang
waktu enam tahun yaitu dari tahun 1998 sampai 2004. Sementara itu dari sisi rasio
keuangan Bank Muamalat Indonesia dapat dilihat pada statistic berikut.
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
42
Grafik. 3-4.
Sumber : Laporan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia
Pada statistik rasio keuangan Bank Muamalat Indonesia di atas terlihat
perkembangan yang baik dalam Non-Performing Finance (NPF), Financing Deposit
Ratio (FDR), Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) dalam rentang
waktu enam tahun dari tahun 1998 sampai 2004.
Di samping itu, dalam hal jaringan layanan Bank Muamalat Indonesia
bahwa dua tahun belakangan BMI melakukan panetrasi pasar dengan membuka
cabang di berbagai daerah. Semula, pada tahun 2002 Bank Syariah pertama di
Indonesia ini hanya memiliki 13 cabang, sekarang menjadi 43 cabang, selain itu,
Bank Muamalat juga menambah jaringan kantor kas, sebelumnya berjumlah 47 unit
saat ini bertambah menjadi 85 unit. Kantor Cabang Pembantu berjumlah 7 unit,
bertambah menjadi 13. jaringan layanan ini ditambah pula dengan 47 gerai Bank
Muamalat yang bekerja sama dengan PT.Pos Indonesia, maka keseluruhan jaringan
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
43
(Gerai) Bank Muamalat mencapai 189 (seratus Delapan Puluh Sembilan) titik
layanan.
Selain itu dalam rangka menjawab kesulitan masyarakat dalam akses ke
pelayanan Bank Syariah, Bank Muamalat meluncurkan kartu Shar-E, sebagai sebuah
jasa pelayanan investasi syariah berbasis teknologi yang dikombinasikan dengan
ATM dan Debit Card. Penjualan kartu Shar-E ini memanfaatkan jaringan kantor Pos
yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. selain berfungsi sebagai kartu debit di
18.000 titik layanan dan tarik tunai di lebih dari 8.888 ATM Bersama dan ATM
BCA. Shar-E dapat diperoleh di 320 jaringan SOPP Kantor Pos seluruh Indonesia,
meskipun di tempat tersebut tidak terdapat cabang Bank Muamalat.
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
69
BAB 5
HASIL DAN INTERPRETASI
5.1 Uji Stasioneritas
Pada data time series yang digunakan dalam skripsi ini, peneliti terlebih
dahulu menguji stasioneritas dari setiap variabel. Hasil uji stasioneritas data dengan
ADF t-stat dan PP t-stat dapat dilihat pada tabel di bawah.
*dimana C = konstanta; C, T = konstanta dan tren, N = tidak ada konstanta dan tren. *Pengujian pada I(1) dan I(2) hanya menggunakan C sebagai asumsi deterministiknya. (data diolah)
Nilai statistik ADF diatas kemudian akan dibandingkan dengan nilai kritis MacKinnon
untuk mengetahui derajat integrasi stasioneritas suatu variabel. Suatu variabel disebut
stasioner pada integrasi tertentu jika nilai statistik ADF lebih kecil dari nilai kritis
MacKinnon. Berikut adalah nilai kritis MacKinnon :
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
70
Tabel 5-2
Niai kritis McKinnon
Tren Deterministik 1% 5% 10% Konstanta & Tren -4,165756 -3,50851 -3,18423
Konstanta -3,581152 -2,92662 -2,601424
Pada tabel uji stasioner di atas, maka dapat diperoleh bahwa semua variable
stasioner pada tingkat critical value 1 %. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan
angka ADF statistic dan angka critical value. Dari pengujian stasioner di atas maka dapat
disimpulkan bahwa variabel yang stasioner pada tingkat level atau I(0) hanya tingkat bagi
hasil tabungan mudharabah (RORSD), tingkat bagi hasil deposito mudharabah 3 bulan
(RORTD3) dan Indeks Produksi Manufaktur (IPM). Sedangkan variabel yang lain
memiliki tingkat stasioner pada first difference I(1) dan second difference I(2).
5.2 Pemilihan Selang
Pemilihan panjang selang yang tepat sangatlah krusial bagi sebuah sistem
VAR. Jika selang terlalu pendek, model dapat terspesifikasi dengan kurang tepat (mis-
spesifikasi), sementara selang yang terlalu panjang akan mengakibatkan banyak derajat
kebebasan terbuang.
Pemilihan panjang selang optimal dengan menggunakan kombinasi tabel AR-
roots, kriteria informasi, dan Adjusted R2 secara bertahap pada setiap sistem persamaan
dapat dilihat sebagai berikut:
Pengaruh tingkat ..., Andika Novta Budiati, FE UI, 2007
71
1. Pengaruh return terhadap jumlah tabungan mudharabah di Bank Muamalat
Indonesia.
Tabel 5-3
Pemilihan Lag Optimum Model Tabungan Mudharabah
Uji Stabilitas
VAR Kriteria Informasi AR Roots Table LR FPE AIC SC HQ
Lag 5 1 1 5 1 1 Variabel Uji:
SDSM 0.995571 0.995820 RORSD 0.271137 0.026731
IRSD 0.992827 0.993460 M1 0.981354 0.976604
Adj. R2 IPM 0.202447 0.591737
Dari uji stabilitas diperoleh bahwa selang 5 merupakan selang maksimal yang
dapat menghasilkan sistem VAR yang stabil. Dengan menggunakan kriteria informasi
diperoleh 2 kandidat selang yaitu 1 dan 5. Maka sistem VAR dengan selang 5-lah yang
akan digunakan dalam penelitian.(Hasil output dapat dilihat pada lampiran )
2. Pengaruh return 1 bulan terhadap jumlah deposito mudharabah di Bank
Muamalat Indonesia.
Tabel 5-4
Pemilihan Lag Optimum Model Deposito Mudharabah 1 bulan
Uji Stabilitas
VAR Kriteria Informasi AR Roots Table LR FPE AIC SC HQ