Top Banner
¯2Ù{´ G¡+Ýo ¯2lµo KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai bagian dari tugas akademis di Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat beriring salam semoga tercurah baginda Rasulullah SAW, yang telah memperjuangkan agama Islam dan keselamatan kaum muslimin serta memberikan tuntunan kepada umat manusia menuju akhlakul karimah. Pembawa syariat bagi seluruh manusia dalam setiap ruang dan waktu hingga akhir zaman. Penulis berharap skripsi ini dapat memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana (S1) dalam bidang Ekonomi Islam dari Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dibalik kekurangan dan keterbatasannya, penulis merasa sangat bahagia atas terselesaikannya skripsi ini. Selama penyusunan skripsi ini tentunya ada banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi. Namun berkat semangat dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan tersebut dapat teratasi. Kebahagiaan tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan yang terbaik i
109

G¡ +Ý o ¯2Ù{´ ¯2lµ orepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21710/2/SADAR... · 2004 Tentang wakaf dan didukung dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang

Oct 19, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

    rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai

    bagian dari tugas akademis di Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas

    Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Shalawat beriring salam semoga tercurah baginda Rasulullah SAW, yang

    telah memperjuangkan agama Islam dan keselamatan kaum muslimin serta

    memberikan tuntunan kepada umat manusia menuju akhlakul karimah. Pembawa

    syariat bagi seluruh manusia dalam setiap ruang dan waktu hingga akhir zaman.

    Penulis berharap skripsi ini dapat memenuhi persyaratan guna memperoleh

    gelar sarjana (S1) dalam bidang Ekonomi Islam dari Fakultas Syariah dan Hukum

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Dibalik kekurangan dan keterbatasannya, penulis merasa sangat bahagia atas

    terselesaikannya skripsi ini. Selama penyusunan skripsi ini tentunya ada banyak

    kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi. Namun berkat semangat dan bantuan

    dari berbagai pihak, maka segala kesulitan tersebut dapat teratasi. Kebahagiaan tak

    ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan yang terbaik

    i

  • kepada orang tua, keluarga, khususnya kepada Almarhumah Ibunda Lilis Masripah

    tercinta. Semoga segala amal dan perbuatannya diterima disisi Allah SWT.

    Akhirnya penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

    pihak-pihak yang telah berjasa dalam penyelesaiian skripsi ini, yaitu:

    1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas

    Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi

    Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    3. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH, selaku Sekretaris Program Studi

    Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Asep Saepuddin Jahar, MA, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

    juga sebagai Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas segala saran,

    masukan, arahan serta bimbingannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

    5. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan.

    6. Pimpinan dan Staff Tabung Wakaf Indonesia, khususnya Ibu Fadilannisa,

    selaku Staff Divisi Fundraising yang telah banyak membantu penulis dalam

    mencari dan mengumpulkan data untuk penyelesaian skripsi ini.

    ii

  • 7. Orang tua tercinta Ayahanda Usep BS dan Ibunda Almarhumah Lilis

    Masripah. Salam sujud penulis haturkan atas kesabaran, keikhlasan, perhatian

    dan cinta dan kasih sayang yang tak pernah pudar serta doa yang tak hentin-

    hentinya kepada Allah SWT. Senantiasa agar penulis meraih kesuksesan

    belajar dan prestasi gemilang, juga atas perjuangan mereka yang telah

    mendidik dan mengayomi serta mengajarkan makna kehidupan. Dan juga

    kepada seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan dorongan dan

    dukungan moril maupun materil.

    8. Dwi Lis Widarti, someone special bagi penulis, terima kasih atas dorongan

    semangat dan motivasinya sehingga terselesaikannya skripsi ini.

    9. Seluruh teman-teman seperjuangan, Perbankan Syariah angkatan 2005,

    khusunya kelas B. terima kasih atas persahabatan yang terjalin dan dorongan

    semangat yang diberikan. Khusunya kepada Erik Lesmana, Zainal Arifin,

    terima kasih atas printer-nya. Abdul Fatah, Arif Hamdan, Sapar, Naidy, Iyoe,

    Faaiz, Syukri dan seluruh teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu

    persatu.

    10. Teman-teman alumni, Imam Syafii, Rizal Anshor, Febri Kasrilla, Bayu

    Musthafa Arief dan Hambali. Dan juga seluruh tema-teman IKAPDH dan

    SEMARI yang tidak dapat penilis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

    dorongan semangat, kritik dan sarannya.

    iii

  • Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan Bapak, Ibu, dan saudara semua

    dengan pahala yang berlipat ganda.

    Jazaa Kumullah Khairan Katsiraa.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

    Jakarta , 16 Oktober 2010 M 8 Dzulka’dah 1431 H

    Penulis

    iv

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i

    DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… v

    BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………….. 1

    A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………… 5

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………….. 6

    D. Metode Penelitian …………………………………………….. 7

    E. Teknik Penulisan ………………………………………………. 9

    F. Studi Terdahulu ………………………………………………. 9

    G. Sistematika Penulisan ………………………………………… 11

    BAB II : KONSEP WAKAF PRODUKTIF……………………………… 13

    A. Wakaf Produktif Dalam Perspektif Fiqih …………………….. 13

    1. Pengertian Wakaf Produktif ………………………………. 13

    a. Wakaf …………………………………………………. 13

    b. Produktif ………………………………………………. 15

    c. Wakaf Produktif ………………………………………. 16

    2. Dasar Hukum Wakaf …………………………………….... 18

    3. Manfaat Wakaf Produktif …………………………………. 21

    B. Profesionalitas Nazhir Dalam Wakaf Produktif ………..……... 25

    a. Pengertian Nazhir ……………………………………..…... 25

    v

  • b. Syarat Nazhir …………………………………………..….. 27

    c. Fungsi dan Tugas Nazhir …………………………….….… 30

    d. Pengangkatan Dan Pemberhentian Nazhir ……………..…. 31

    C. Pandangan Ulama Tentang Wakaf Produktif ……………….… 35

    1. Mazhab Hanafi ……………………………………………. 36

    2. Mazhab Maliki ……………………………………………. 38

    3. Mazhab Syafi’I ……………………………………………. 38

    4. Mazhab Hambali ………………………………………….. 39

    5. Mazhab Lain ………………………………………………. 40

    6. Sayyid Sabiq ………………………………………………. 41

    BAB III : SISTEM ORGANISASI TABUNG WAKAF INDONESIA…... 43

    A. Gambaran Tabung Wakaf Indonesia ………………………….. 43

    1. Latara Belakang …………………………………………… 43

    2. Bentuk Dan Badan Hukum Tabung Wakaf Indonesia ……. 44

    3. Visi Dan Misi Tabung Wakaf Indonesia ………………….. 44

    4. Struktur Organisasi Tabung Wakaf Indonesia ……………. 45

    5. Program Wakaf Produktif Dan Sosial TWI ………………. 46

    a. Zamrud Waqf Foodcourt ……………………………… 46

    b. Depok Waqf Junction / Rumah Cahaya ………………. 47

    c. Countrywood Waqf Junction …………………………. 48

    d. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma ………………….….. 50

    vi

  • vii

    e. SMART Ekselensia Indonesia ……………………….... 51

    f. Rumah Cahaya ………………………………………… 52

    6. Peran Lembaga Tabung Wakaf Indonesia di Masyarakat … 53

    a. Pendekatan Produktif …………………………………. 54

    b. Pendekatan Non Produktif ……………………………. 55

    7. Sistem Pengelolaan Wakaf Dalam Tinjauan TWI ………… 54

    B. Nazhir Dan Pengembangan Wakaf …………………………… 55

    C. Tabung Wakaf Indonesia Dan Wakaf Produktif ……………… 59

    BAB IV : MANAJEMEN WAKAF PRODUKTIF DAN PERAN

    NAZHIR.......................................................................................... 63

    A. Peran Nazhir Tabung Wakaf Indonesia Dalam Penghimpunan

    Wakaf Produktif …………………………………………….… 63

    B. Peran Nazhir Tabung Wakaf Indonesia Dalam Penambahan Aset

    Wakaf Produktif …………………..…………………………... 79

    BAB V : PENUTUP………………………………………………………... 92

    A. Kesimpulan ……………………………………………………. 92

    B. Saran …………………………………………………………... 93

    DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 94

    LAMPIRAN

  • PROFESIONALISME NAZHIR DALAM PEMELIHARAAN DAN

    PENGEMBANGAN ASET-ASET WAKAF PRODUKTIF (Analisa Terhadap Peran Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf Pada

    Tabung Wakaf Indonesia)

    SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

    Oleh :

    SADAR RUKMANA NIM: 105046101611

    KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA 1430 H/2010 M

  • PROFESIONALISME NAZHIR DALAM PEMELIHARAAN DAN

    PENGEMBANGAN ASET-ASET WAKAF PRODUKTIF (Analisa Terhadap Peran Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf Pada

    Tabung Wakaf Indonesia)

    SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

    Oleh:

    SADAR RUKMANA NIM. 105046101611

    Pembimbing

    ASEP SAEPUDDIN JAHAR, MA, P.hD. NIP. 196912161996031001

    KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA 1430 H/2010 M

  • ABSTRAKSI

    Sadar Rukmana, 105046101611, “Profesionalisme Nazhir Dalam Pemeliharaan Dan Pengembangan Aset-Aset Wakaf Produktif” (Analisa Terhadap Peran Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf Pada Tabung Wakaf Indonesia), program strata 1 (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

    Tumbuh dan berkembangnya lembaga pengelolaan wakaf yang menghimpun, mengelola dan menyalurkan hasilnya merupakan kabar yang sangat menggembirakan, terlebih setelah diterbitkannya undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang wakaf dan didukung dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang wakaf yang dikelola secara produktif. Namun ironisnya, banyak harta wakaf yang belum dikelola secara maksimal. Dikarenakan masih banyaknya nazhir atau lembaga wakaf yang belum profesional dalam menghimpun, mengelola dan menyalurkan hasil wakaf. Sehingga sasaran dan tujuan wakaf belum tercapai.

    Berdasarkan fakta diatas maka penulis tertarik untuk membahas tentang peran nazhir profesional dalam penghimpunan dan proses penambahan aset wakaf produktif pada Tabung Wakaf Indonesia (TWI). Penelitain ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari pada data-data yang ada serta studi kepustakaan dari beberapa literatur lalu dianalisis lebih lanjut kemudian diambil suatu kesimpulan.

    Kesimpulan penelitian ini adalah: Pertama, Peran nazhir profesional pada TWI sangatlah berperan dan berpengaruh terhadap proses penghimpunan harta benda wakaf. Terbukti harta yang terhimpun mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2005 dana yang terhimpun sebesar Rp. 517.059.594, tahun 2006 sebesar Rp. 1.036.593.691, tahun 2007 sebesar Rp. 1.178.316.674, tahun 2008 sebesar Rp. 2.024.290.436, dan tahun 2009 sebesar Rp. 1.296.952.980 (mengalami penurunan dari tahun 2008). Sehingga total keseluruhan sebesar Rp. 6.053.213.375. Kedua, Peran nazhir profesional dalam proses penambahan aset wakaf sangat berpengaruh. Terbukti surplus yang diperoleh dari hasil investasi dan usaha s/d April 2010 sebesar Rp. 54.229.289 ditambah dengan penerimaan wakaf per 2 Juni 2010 sebesar Rp. 16.338.740.659. Jadi, total keseluruhan adalah Rp. 16.392.969.948.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Menurut data yang ada di Departemen Agama Republik Indonesia sampai

    Oktober 2007, tanah wakaf yang ada di Indonesia berjumlah 366.595 lokasi,

    dengan luas tanah 2.686.536,565,68 M2.1 Apabila jumlah tanah wakaf di

    Indonesia ini dihubungkan dengan Negara yang saat ini sedang menghadapi

    berbagai krisis termasuk krisis ekonomi, sebenarnya jumlah tanah wakaf tersebut

    merupakan suatu potensi sumber daya ekonomi untuk lebih dikembangkan guna

    membantu menyelesaikan krisis ekonomi. Sayangnya tanah wakaf yang

    jumlahnya begitu banyak, pada umumnya pemanfaatannya masih bersifat

    konsumtif dan belum dikelola secara produktif.

    Akan tetapi data mengenai jumlah seluruh aset wakaf yang sebenarnya di

    Indonesia belum diketahui secara akurat. Ini mengingat data-data tentang aset

    wakaf di Indonesia tidak terkoordinir dengan baik dan terpusat di institusi yang

    professional.2

    Di Indonesia sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola secara produktif

    dalam bentuk suatu usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak

    yang memerlukan termasuk fakir miskin. Pemanfaatan tersebut dilihat dari segi

    1 Profil Badan Wakaf Indonesia periode 2007-2010 Badan Wakaf Indonesia 2008, h.7. 2 Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia Direktorat Pengembangan Zakat dan

    Wakaf Direktorat Jenderal bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan haji tahun 2006, h.60.

  • 2

    sosial khususnya untuk kepentingan keagamaan memang efektif, tetapi

    dampaknya kurang berpengaruh positif dalam kehidupan ekonomi masyarakat.

    Apabila peruntukan wakaf hanya terbatas pada hal-hal di atas tanpa diimbangi

    dengan wakaf produktif, maka wakaf sebagai salah satu sarana untuk

    mewujudkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, tidak akan dapat

    terealisasi secara optimal.3

    Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa, salah satu kendala atau

    hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan dan pemberdayaan harta benda

    wakaf sehingga menjadikannya produktif adalah kurang maksimalnya peran

    nadzir.4 Namun demikian, setelah memperhatikan tujuan wakaf yang ingin

    melestarikan manfaat dari hasil harta wakaf, maka keberadaan nadzir profesional

    sangat di butuhkan, bahkan menempati pada peran sentral. Sebab di pundak

    nadzirlah tanggung jawab dan kewajiban memelihara, menjaga dan

    mengembangkan wakaf serta menyalurkan hasil atau manfaat dari wakaf kepada

    sasaran wakaf.

    Memang terlalu banyak contoh pengelolaan harta wakaf yang dikelola

    oleh nadzir yang sebenarnya tidak mempunyai kemampuan memadai, sehingga

    harta wakaf tidak berfungsi secara maksimal, bahkan sering membebani dan tidak

    memberi manfaat sama sekali kepada sasaran wakaf. Untuk itulah

    profesionalisme nadzir menjadi ukuran yang paling penting dalam pengelolaan

    3 Profil badan Wakaf Indonesia, h.8. 4 Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia Direktorat Pemberdayaan Wakaf

    Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam tahun 2006, h.48.

  • 3

    wakaf jenis wakaf apapun. Kualifikasi profesionalisme nadzir wakaf di Indonesia

    masih tergolong tradisional yang kebanyakan mereka menjadi nadzir lebih karena

    kepercayaan dari masyarakat, sedangkan kemampuan manajerial dalam

    mengelola wakaf masih sangat lemah.5

    Sedemikian pentingnya kedudukan nazhir dalam perwakafan, sehingga

    berfungsi tidaknya wakaf bagi mauquf ‘alaih sangat bergantung pada nazhir

    wakaf. Meskipun demikian tidak berarti bahwa nazhir mempunyai kekuasaan

    mutlak terhadap harta yang diamanahkan kepadanya.6

    Pada umumnya, para ulama telah bersepakat bahwa kekuasaan nazhir

    wakaf hanya terbatas pada pengelolaannya wakaf untuk dimanfaatkan sesuai

    dengan tujuan wakaf yang dikehendaki wakif.

    Asaf A.A. Fyzee berpendapat, sebagaimana dikutip oleh Dr. Uswatun

    Hasanah bahwa kewajiban nazhir adalah mengerjakan segala sesuatu yang layak

    untuk mengelola dan menjaga harta. Sebagai pengawas wakaf, nazhir dapat

    memperkerjakan beberapa wakil atau pembantu untuk menyelenggarakan urusan-

    urusan yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya. Oleh karena itu, nazhir

    dapat berupa nazhir perseorangan, organisasi, maupun badan hukum.

    Nazhir yang berkewajiban mengawasi dan memelihara wakaf tidak boleh

    menjual, menggadaikan, atau menyewakan harta wakaf kecuali diizinkan oleh

    5 Ibid, h.49. 6 Fiqih Wakaf, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan

    Masyarakat Islam Departemen Agama RI 2006. h. 69.

  • 4

    pengadilan. Ketentuan ini sesuai dengan masalah kewarisan dalam kekuasaan

    kehakiman yang memiliki wewenang untuk mengontrol kegiatan nazhir.7

    Untuk mengelola benda-benda wakaf secara produktif, yang pertama

    harus dilakukan adalah perlunya pembentukan suatu badan atau lembaga yang

    khusus mengelola wakaf. Struktur organisasi yang baik dan modern itu jika

    seluruh potensi kelembagaan berjalan sebagaimana mestinya dan ada mekanisme

    kontrol yang baik.8

    Selain itu juga memiliki standar operasional pengelolaan wakaf yang baik.

    Yang dimaksud dengan standar operasional pengelolaan wakaf adalah batasan

    atau garis kebijakan dalam mengelola wakaf agar menghasilkan sesuatu yang

    lebih bermanfaat bagi kepentingan masyarakat banyak.9

    Pada saat ini pengelolaan wakaf secara produktif telah diatur dengan

    Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 pasal 43 ayat 2 tentang Wakaf dan

    Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-

    Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.10 Sistem pengelolaan dan

    pengembangan wakaf dalam UU tersebut diatur pada Bab V yaitu tentang

    pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf.

    7 Ibid, h. 70. 8 Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggraan haji Departemen Agama, Paradigma Baru

    Wakaf di Indonesia, 2004, h.106. 9 Ibid, 107. 10 Undang-Undang Nomor 41 Tentang Wakaf Dan Peraturan Pemerintah Nomor 42

    Tahun 2006 Tentang Pelaksanaanya, Departemen Agama Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Tahun 2007.

  • 5

    Dalam UU tersebut juga diatur mengenai kewajiban nazhir, prinsip yang

    digunakan serta pelaksanaan pengelolaannya.

    Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai

    dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya (Pasal 42 Bab V).

    Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh nazhir

    sebagaimana di maksud dalam pasal 42 dilaksanakan sesuai dengan prinsip

    syariah (Pasal 43 ayat 1).

    Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana

    dimaksudkan pada ayat 1 dilakukan secara produktif (Pasal 43 ayat 2).11

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan mengkaji tentang

    profesionalisme nazhir dalam mengelola dan megembangkan wakaf yang

    dilakukan secara produktif di Tabung Wakaf Indonesia. Maka penulis mengambil

    judul “Profesionalisme Nazhir Dalam Pemeliharaan Dan Pengembangan Aset-

    Aset Wakaf Produktif (Analisa Terhadap Peran Nazhir Dalam Pengelolaan

    Wakaf Pada Tabung Wakaf Indonesia).

    B. Pembatasan Dan Perumusah Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Agar pembahasan dalam skripsi ini tidak melebar dan lebih terarah,

    maka penulis membatasi pembahasan ini hanya pada bagaimana

    profesionalitas nazhir dalam penghimpunan dan pengembangan aset-aset

    11 Ibid. H.22.

  • 6

    wakaf yang ada, sehingga aset wakaf tersebut dapat bertambah hasilnya dan

    menjadi lebih produktif lalu hasilnya dapat disalurkan kepada yang

    membutuhkan sesuai dengan peruntukan dan tujuan wakaf.

    2. Perumusan Masalah

    a. Bagaimanakah peran profesionalisme nazhir dalam penghimpunan aset

    wakaf produktif pada Tabung Wakaf Indonesia?

    b. Bagaimanakah peran profesionalisme nazhir dalam penambahan aset

    wakaf produktif pada Tabung Wakaf Indonesia?

    C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    a. Mengetahui seberapa besar peran profesionalisme nazhir dalam

    penghimpunan aset wakaf produktif pada Tabung Wakaf Indonesia.

    b. Mengetahui peran profesionalisme nazhir dalam penambahan aset wakaf

    produktif pada Tabung Wakaf Indonesia.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Manfaat Akademis

    1). Sebagai tambahan literatur terutama yang berkaitan dengan masalah

    wakaf khususnya wakaf produktif.

    2). Sebagai kontribusi pemikiran bagi lembaga pengelola wakaf

    umumnya, dan khususnya lembaga yang mengelola wakaf produktif.

  • 7

    3). Menambah wawasan keilmuan ekonomi Islam tentang ekonomi

    kerakyatan melalui wakaf.

    4). Bagi penulis, diharapkan dapat menambah dan memberikan

    pengetahuan lebih mengenai wakaf serta mengkaji dan

    mengembangkan penelitian tentang wakaf, khususnya wakaf

    produktif.

    b. Manfaat Praktis

    Agar dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang wakaf

    yang sejauh ini belum mengenal betul apa itu wakaf. Sehingga harta wakaf

    itu dapat dimaksimalkan dan menjadikannya produktif.

    D. Metode Penelitian

    1. Metode Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu metode

    penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis dari sumber-

    sumber yang diperoleh. Lalu dianalisis lebih lanjut kemudian diambil suatu

    kesimpulan. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang

    dikutip oleh Lexy J. Maleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang

    menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

    orang dan perilaku yang diamati.12

    12 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda karya,

    2000, cet. Ke-11, h.3.

  • 8

    2. Objek Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada Tabung Wakaf Indonesia, yang berlokasi

    di Komplek Perkantoran Margaguna No. 11, Jl. Radio Dalam Raya, Jakarta

    Selatan. Telp. 021 7211035. E-mail: [email protected], Website:

    www.tabungwakaf.com.

    3. Sumber Data

    Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden

    melalui wawancara dengan pihak yang menjadi objek penelitian dalam hal ini

    adalah Tabung Wakaf Indonesia yaitu dengan Staff Fundraising Ibu

    Fadilannisa. Data skunder, yaitu merupakan sumber data pendukung yang

    diperoleh melalui penelitian kepustakaan.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

    a). Studi Kepustakaan

    Studi kepustakaan (Library Research) yaitu metode yang digunakan

    untuk mengumpulkan data dan menganalisis data-data dari literatur yang

    berkenaan dengan masalah yang diteliti baik berupa buku, jurnal, majalah,

    artikel dan lain-lain.

    b). Studi Lapangan

    Studi lapangan (Field Research) yaitu metode yang digunakan

    untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari lapangan (hasil

    mailto:[email protected]

  • 9

    wawancara). Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan salah seorang

    Staff Divisi Fundraising TWI yaitu Ibu Fadilannisa. Dengan mengangkat

    isu yaitu peran nazhir dalam pengelolaan wakaf yang dilakukan TWI.

    5. Teknik Analisa Data

    Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis

    Deskriptif yaitu suatu teknik analisa data dimana penulis membaca,

    memepelajari, memahami dan kemudian menguraikan semua data yang

    diperoleh lalu membuat analisa-analisa komprehensif sesuai dengan rumusan

    masalah dan tujuan penelitian.

    E. Teknik penulisan

    Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini merujuk

    pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.

    F. Studi Terdahulu

    Penulis Arifin, Mahasiswa Program Studi Peradilan Agama,

    Jurusan Al Ahwal Syahsiyah, Fakultas Syariah dan

    Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006

    judul Efektivitas Nazir Dalam Pengelolaan Dan Pemanfaatan

    Harta Wakaf (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Tapak

  • 10

    Sunan Condet Balekambang Jakarta Timur)

    Jenis Penelitian Penelitian menggunakan metode Kualitatif, menggunakan

    penelitian lapangan (field research) dengan cara:

    observasi, wawancaran dan dokumentasi.

    Hasil Penelitian 1. Sistem pengelolaan harta wakaf di Pondok Pesantren

    Tapak Sunan masih menggunakan sistem lama

    (tradisional) dengan kata lain belum menggunakan

    sistem modern yang dapat mengefektifkan dan

    memberdayakan harta wakaf yang ada saat ini agar

    lebih produktif. Hal ini terlihat dengan hasil yang

    dicapai dari harta wakaf yang dikelola saat ini belum

    maksimal.

    2. Pengelolaan harta wakaf di Pondok Pesantren Tapak

    Sunan sudah efektif, karena sudah sesuai dengan

    tujuan wakif ketika mewakafkan hartanya. Akan tetapi

    hasilnya belum dapat diberikan secara maksimal

    kepada yang membutuhkan, seperti fakir miskin, anak

    terlantar, orang jompo dan lain sebagainya,

    dikarenakan masih minimnya hasil produktif yang

    didapat oleh Pondok Pesantren Tapak Sunan.

    3. Meskipun hasilnya belum dapat dibagikan secara

  • 11

    optimal, namun harta wakaf yang dikelola sudah dapat

    dirasakan manfaatnya oleh para santri, guru, pengurus,

    dan masyarakat sektar. Khususnya dari segi

    pendidikan, karena memang tujuan wakif mewakafkan

    hartanya untuk pengembngan ilmu dan pembinaan

    umat.

    G. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah

    sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang

    masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

    penelitian, metode penelitian, teknik penulisan, studi terdahulu dan

    sistematika penulisan.

    BAB II KONSEP WAKAF PRODUKTIF DAN PROFESIONALITAS

    NAZHIR. Bab ini membahas tentang wakaf produktif dalam

    perspektif fikih, pengertian wakaf produktif, dasar hukum wakaf

    produktif, manfaat wakaf produktif, profesionalitas nazhir dalam

    pengelolaan wakaf produktif, pengertian nazhir, syarat nazhir, fungsi

  • 12

    dan tugas nazhir, pengangkatan dan pemberhentian nazhir dan

    pandangan ulama tentang wakaf produktif.

    BAB III SISTEM ORGANISASI TABUNG WAKAF INDONESIA. Bab

    ini membahas tentang gambaran lembaga Tabung Wakaf Indonesia,

    nazhir dan pengembangan wakaf dan Tabung Wakaf Indonesia dan

    wakaf produktif.

    BAB IV MANAJEMEN WAKAF PRODUKTIF DAN PERAN NAZHIR.

    Pada bab ini membahas tentang peran profesionalisme nazhir Tabung

    Wakaf Indonesia dalam penghimpunan aset wakaf produktif dan peran

    profesionalisme nazhir Tabung Wakaf Indonesia dalam penambahan

    hasil wakaf produktif.

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini berisi tentang

    kesimpulan dan saran dari penulis.

  • 13

    BAB II

    KONSEP WAKAF PRODUKTIF DAN PROFESIONALITAS NAZHIR

    A. Wakaf Produktif Dalam Perspektif Fikih

    1. Pengertian Wakaf Produktif

    a. Wakaf

    Menurut bahasa, wakaf berasal dari kata bahasa arab Waqafa yang

    berarti menahan atau berhenti ditempat.1 Kata waqafa – yaqifu – waqfan

    sama artinya dengan habasa – yahbisu – tahbisan. 2 Sedangkan secara

    syara’ bahwa wakaf berarti menahan harta dan memberikan manfaatnya

    dijalan Allah.3

    Disebut menahan karena wakaf ditahan dari kerusakan, penjualan dan

    semua tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan wakaf. Dikatakan menahan,

    juga karena manfaat dan hasilnya ditahan dan dilarang bagi siapa pun selain

    dari orang-orang yang termasuk berhak atas wakaf tersebut.4

    Dalam bukunya, Mustafa Edwin Nasution mengatakan bahwa wakaf

    berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama (zatnya) kepada

    1 Farid Wadjdy, dan Mursyid. Wakaf dan kesejahteraan umat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.h.33

    2 Fiqih Wakaf, Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyaraakt Islam Departemen Agama RI, Jakarta: 2006, h. 1

    3 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, Jilid 4, Cet. Pertama Mei 2006, h.423.

    4 Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Penerjemah : Muhyiddin Mas Rida, Jakarta: Khalifa, 2005, h. 45.

  • 14

    seseorang atau nazhir (penjaga wakaf) baik berupa perorangan maupun

    lembaga, dengan ketentuan bahwa hasilnya digunakan sesuai dengan syariat

    Islam.5

    Secara term arti wakaf juga dikemukakan sebagai berikut:

    اهللا سبيل في ونافعه وصرف المال حبس اي الثمراة وتسبيل االصل حبس : الشرعي وفي

    Artinya : Wakaf menurut syara’ yaitu menahan zatnya (asal) dan memperguanakan hasilnya, yakni menahan benda dan mempergunakan manfaatnya di jalan Allah.6

    Secara harfiah wakaf bermakna “pembatasan” atau “larangan”.

    Sehingga kata Waqf (Jama’ : Auquf) digunakan dalam Islam untuk maksud

    “pemilikan dan pemeliharaan” harta benda tertentu untuk kemanfaatan

    sosial tertentu yang ditetapkan dengan maksud mencegah penggunaan harta

    wakaf tersebut di luar tujuan khusus yang telah ditetapkan tersebut.

    Dalam perspektif ekonomi, wakaf dapat didefinisikan sebagai

    pengalihan dana (aset lainnya) dari keperluan konsumsi dan

    menginvestasikannya ke dalam aset produktif yang menghasilkan

    pendapatan untuk konsumsi di masa yang akan datang baik oleh individual

    atau pun kelompok.7

    Dr. Mundzir Qahf mendefinisikan dengan bahasa kontemporer

    “wakaf adalah penahanan harta, baik muabbad (untuk selamanya) atau

    5 Mustafa Edwin Nasution, Dkk, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam,

    Jakarta:Kencana, 2007, h. 215 6 Suparman Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Darul Ulum Press,

    1999, h. 23 7 Farid Wadjdy, dan Mursyid. Wakaf dan kesejahteraan umat. h. 29-30

  • 15

    muaqqat (sementara), untuk dimanfaatkan, baik harta tersebut maupun

    hasilnya, secara berulang-ulang untuk suatu tujuan kemaslahatan umum atau

    khusus”.

    Dalam bagian lain Qahaf mengistilahkan “ wakaf dalam artian umum

    dan menurut pengertian realitasnya adalah menempatkan harta dan aset

    produktif terpisah dari tasharruf (pengelolaan) pemilikannya secara

    langsung terhadap harta tersebut serta mengkhususkan hasil atau

    manfaatnya untuk tujuan kebijakan tertentu, baik yang bersifat perorangan,

    sosial, keagamaan maupun kepentingan umum.

    Sedangkan dalam redaksi Undang-Undang Wakaf No. 41 Tahun

    2004 Bab I pasal I huruf a, menyebutkan sebagai berikut: “Wakaf adalah

    perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian

    harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka

    waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah

    dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah”.8

    b. Produktif

    Produktif (kata sifat yang berasal dari kata product) bisa diartikan

    sebagai proses operasi untuk menghasilkan barang atau jasa yang

    maksimum dengan modal yang minimum.9 Sedangkan kata produktif dalam

    8 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah

    Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaanya, h. 3. 9 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Jakarta: PT Raja Grafindo

    Persada 1997, cet ke-7, h. 202.

  • 16

    Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah sesuatu yang banyak mendatangkan

    hasil.10

    c. Wakaf produktif

    Wakaf produktif, yaitu wakaf yang bisa mendatangkan hasil atau

    pertambahan nilai. Pada dasarnya wakaf itu produktif dalam arti harus

    menghasilkan karena wakaf dapat memenuhi tujuannya jika telah

    menghasilkan dimana hasilnya dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya

    (mauquf alaih). wakaf produktif dalam arti mendatangkan aspek ekonomi

    dan kesejahteraan masyarakat.11

    Munculnya Undang-Undang Nomor 41 tentang Wakaf adalah titik

    terang perwakafan di Indonesia. Menurut undang-undang ini secara tersurat

    telah membagi harta benda wakaf kepada benda wakaf bergerak dan tidak

    bergerak. Benda tidak bergerak meliputi tanah, bangunan, tanaman, satuan

    rumah susun dan lain-lain. Sedangkan benda wakaf bergerak meliputi uang,

    logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak

    sewa dan lain sebagainya.12 Adapun nazhir wajib mengelola dan

    mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan

    peruntukannya. Jadi menurut undang-undang ini secara tersirat arti

    produktif adalah pengelolalaan harta wakaf sehingga dapat memproduksi

    10 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai

    Pustaka, 1988, h. 702. 11 Pkesinteraktif.com, diakses tanggal 10 agustus 2010 12 Undang-Undang nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf Pasal 16, h. 11

  • 17

    sesuai untuk mencapai tujuan wakaf, baik benda tidak bergerak maupun

    benda bergerak.

    Wakaf produktif yang dipelopori Badan Wakaf Indonesia adalah

    menciptakan aset wakaf yang benilai ekonomi, termasuk dicanangkannya

    Gerakan Nasional Wakaf Uang oleh Presiden Republik Indonesia pada

    tanggal 8 Januari 2010. Wakaf uang sebagai fungsi komoditi selain fungsi

    nilai tukar, standar nilai, alat saving adalah untuk dikembangkan dan

    hasilnya disalurkan untuk memenuhi peruntukannya

    Wakaf produktif, berarti bahwa wakaf yang ada memperoleh prioritas

    utama ditujukan pada upaya yang lebih menghasilkan.13

    Wakaf juga kerap diarahkan kepada wakaf benda tidak bergerak

    seperti tanah dan bangunan. Di antara benda bergerak yang ramai

    diperbincangkan adalah wakaf yang dikenal dengan istilah cash waqf. Cash

    waqf diterjemahkan dengan wakaf tunai atau wakaf uang. Ialah wakaf yang

    dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum

    dalam bentuk uang tunai.14

    13 http://one.indoskripsi.com, diakses tanggal 21 Juli 2010. 14 Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat

    Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI , Jakarta,:2008, h.1.

    http://one.indoskripsi.com/

  • 18

    2. Dasar Hukum Wakaf

    a. Al Qur’an

    Wakaf tidak secara tegas dan jelas disebutkan dalam Al Quran, namun

    ada beberapa ayat yang dipandang sebagai landasan dalam perwakafan.

    Berikut dalil yang menjadi dasar disyariatkannya wakaf:

    “Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS : Al Hajj : 77)

    “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”(QS : Ali Imran : 92)

    ☺⌧

  • 19

    “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS : Al Baqarah : 261).15

    ⌦ “Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS : Al An’am : 165).

    b. Hadits

    انقطع ادم ابن مات اذا : قال وسلم اهللا صلى اهللا رسول ان هريرة ابى عن

    يدعوله صالح ولد او , به ينتفع علم او , جارية صدقة : ثالث من اال عمله

    .)مسلم رواه(“Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya” (HR. Muslim).

    , بخيبر ارضا اصاب الخّطاب بن عمر اّن عنهما اهللا رضى عمر ابن عن

    إّنى , اهللا رسول يا : فقال , فيها يستْامره وسّلم عليه اهللا صّلى الّنبي فاتى

    15 Direktorat Pemberdayaan Wakaf Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf (Jakarta:

    Direktorat Pemberdayaan Wakaf Departemen Agama, 2006), h.11.

  • 20

    “Dari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar ra. Memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada Rasulullah untuk memohon petunjuk. Umar berkata : Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadakau? Rasulullah menjawab : Bila kamu suka, kamu tahan (pokoknya) tanah itu, dan kamu sedekahkan (hasilnya). Kemudian Umar melakukan shadaqah, tidak dijual, tidak diwariskan dan tidak juga dihibahkan. Berkata Ibnu Umar : Umar menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, budak belian, sabilillah, ibnu sabil atau tamu. Dan tidak mengapa atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta” (HR. Muslim). Dalam sebuah hadits lain disebutkan :

    التى سهم الماائه ان وسلم عليه اهللا صلى للنبي عمر قال : قال عمر ابي عن

    اللنبى فقال, بها اتصدق ان قداردت منها الى اعجب قط هاال اصب لم بخيبر

    )مسلم و البخاري رواه (ثمرتها وسبل اصلها احبسى : وسلم عليه اهللا صلىDari Ibnu Umar, Ia berkata : “Umar mengatakan kepada Nabi Muhammad saw, saya mempunyai seratus dirham saham di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta yang paling saya kagumi seperti itu, tetapi saya ingin menyedekahkannya. Nabi saw, mengatakan kepada Umar : tahanlah (jangan di jual, hibah atau wariskan) asal (pokok) dan jadikan buahnya sedekah untuk sabilillah. (HR. Bukhari dan Muslim).16

    16 Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI Tahun 2008, h.19

  • 21

    3. Manfaat Wakaf Produktif

    Hasil pengelolaan dana wakaf produktif dapat dimanfaatkan secara

    lebih luas dalam rangka kesejahteraan masyarakat banyak. Jika selama ini

    aspek kesejahteraan masyarakat kurang atau bahkan tidak tertangani secara

    memadai oleh pemerintah, dana-dana yang dihasilkan dari pengelolaan wakaf

    produktif dapat membantu meringankan tugas-tugas negara, minimal untuk

    kalangan umat Islam sendiri. Lebih-lebih kondisi riil umat Islam Indonesia

    yang menduduki jumlah mayoritas sampai saat ini masih jauh dari sejahtera.17

    Oleh karena itu dana-dana segar yang didapatkan dari hasil

    pemberdayaan wakaf produktif tersebut tidak hanya untuk kepentingan yang

    selalu terkait dengan ibadah secara sempit seperti bangunan masjid, musalla,

    makam, pondok pesantren dan lain-lain, tapi juga bisa dimanfaatkan untuk

    kepentingan sosial yang lebih luas dan menyeluruh. Pemahaman lama yang

    menempatkan pemanfaatan dari benda wakaf hanya untuk ibadah yang bersifat

    formil harus sudah ditinggalkan. Karena aspek kesejahteraan itu sendiri

    memiliki variable yang sangat luas. Variabel-variabel tersebut meliputi

    17 Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, Direktorat Pemberdayaan

    Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI tahun 2008, h. 71

  • 22

    pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial dan pengembangan ekonomi melalui

    pemberdayaan usaha kecil dan menengah.

    Sebagai suatu lembaga keagamaan, di samping berfungsi sebagai

    ibadah kepada Allah, wakaf juga berfungsi sosial. Dalam fungsinya sebagai

    ibadah, wakaf diharapkan menjadi bekal bagi kehidupan wakif (pemberi

    wakaf) dihari akhirat karena pahalanya akan terus menerus mengalir selama

    harta wakaf itu dimanfaatkan.

    Adapun dalam fungsi sosialnya, wakaf merupakan aset yang sangat

    bernilai dalam pembangunan. Peranannya dalam pemerataan kesejahteraan di

    kalangan umat dan penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu sasaran

    wakaf.

    Dengan demikian, jika wakaf dikelola dengan baik maka akan sangat

    menunjang pembangunan, baik di bidang ekonomi, agama, sosial, budaya,

    politik maupun pertahanan keamanan. Di berbagai negara yang perwakafannya

    sudah berkembang dengan baik, wakaf merupakan salah satu pilar ekonomi

    yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Negara yang sangat berpengalaman dalam mengembangkan wakaf,

    antara lain Mesir dan Turki. Wakaf di Mesir dikelola oleh Badan Wakaf Mesir

    yang berada di bawah Wizaratul Auqaf. Salah satu di antara kemajuan yang

    telah dicapai oleh Badan Wakaf Mesir adalah berperannya harta wakaf dalam

    meningkatkan ekonomi masyarakat. Pengelolaannya dilakukan dengan cara

  • 23

    menginvestasikan harta wakaf di bank Islam dan berbagai perusahaan, seperti

    perusahaan besi dan baja. Dengan dikembangkannya wakaf secara produktif,

    wakaf di Mesir dapat dijadikan salah satu lembaga yang diandalkan

    pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan umat.

    Di samping Mesir, masih ada beberapa negara yang mengelola wakaf

    secara produktif, salah satunya adalah Turki. Di Turki, wakaf dikelola oleh

    Direktorat Jenderal Wakaf. Dalam mengembangkan wakaf, pengelola

    melakukan investasi di berbagai perusahaan, antara lain: Ayvalik and Aydem

    Olive Oil Corporation; Tasdelen Healthy Water Corporation; Auqaf Guraba

    Hospital; Taksim Hotel (Sheraton); Turkish Is Bank; Aydin Textile Industry;

    Black Sea Copper Industry; Contruction and Export/Import Corporation;

    Turkish Auqaf Bank.18

    Hasil pengelolaan wakaf itu kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan

    pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi rakyat, dan kepentingan sosial

    lainnya.

    Sementara di Indonesia, saat ini kemiskinan dan pengangguran masih

    menjadi masalah yang belum terselesaikan. Walaupun pemerintah telah

    menerapkan berbagai kebijakan, namun kebijakan pemerintah itu belum

    mampu mengentaskan kemiskinan. Kemiskinan merupakan persoalan yang

    18 Uswatun Hasanah, Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat,

    http://republika.co.id:8080/berita/52971/wakaf_untuk_kesejahteraan_umat, Diakses Tanggal 10 Agustus 2010

  • 24

    menakutkan, yang dapat merajalela dan berpengaruh kepada sistem kehidupan

    yang lebih makro, sehingga tidak ada jalan lain kecuali harus dilenyapkan.

    Kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat sebenarnya tidak

    sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi merupakan

    tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Untuk menghadapi

    masalah kemiskinan tersebut, sebenarnya dalam Islam ada beberapa lembaga

    yang potensial untuk dikembangkan untuk mengatasi kemiskinan, salah satu di

    antaranya adalah wakaf. Untuk menghadapi masalah kemiskinan tersebut,

    sebagaimana pengalaman Mesir dan Turki sudah seharusnya kita

    mengembangkan wakaf produktif.

    Sudah selayaknya bangsa Indonesia umumnya dan umat Islam

    khususnya menyambut baik kehadiran Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004

    tentang Wakaf karena Benda wakaf yang diatur dalam undang-undang tentang

    wakaf ini tidak dibatasi benda tidak bergerak saja, melainkan juga benda-benda

    bergerak lainnya yang tidak bertentangan dengan syariat Islam termasuk wakaf

    uang dan surat berharga.

    Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari manfaat wakaf ini,

    diantaranya: Pertama, harta benda yang diwakafkan dapat tetap terpelihara dan

    terjamin kelangsungannya. Tidak perlu khawatir barangnya hilang atau pindah

  • 25

    tangan karena secara prinsip barang wakaf tidak tidak boleh ditassarrufkan,

    apakah itu dalam bentuk menjual, dihibahkan atau diwariskan.19

    Kedua, pahala dan keuntungan bagi si wakif akan tetap mengalir

    walaupun suatu ketika ia telah meninggal dunia, selagi benda wakaf itu masih

    ada dan dimanfaatkan. Ketiga, manfaat wakaf merupakan salah satu sumber

    dana yang sangat penting manfaatnya bagi kehidupan agama dan umat.

    Jadi, manfaat dari hasil wakaf yang dapat dirasakan oleh mauquf alaih

    adalah tersedianya berbagai sarana yang dihasilkan dari hasil pengelolaan

    wakaf, di antaranya adalah pada bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang

    pelayanan sosial dan bidang pengembangan usaha kecil dan menengah.

    B. Profesionalitas Nazhir Dalam Wakaf Produktif

    1. Konsep Nazhir

    a. Pengertian Nazhir

    Meskipun dalam fikih tradisional para ulama tidak memasukkan

    nazhir sebagai salah satu rukun wakaf, namun nazhir merupakan unsur yang

    sangat penting karena berkembang tidaknya suatu perwakafan sangat

    ditentukan nazhir.

    Nazhir berasal dari kata bahasa Arab nadzaro – yandzuru – nadzron

    yang mempunyai arti menjaga, memelihara, mengelola dan mengawasi.

    19 Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Jakarta:Ciputat Press, 2005, h.40

  • 26

    Adapun nazhir adalah isim fa’il dari kata nazoro yang kemudian dapat

    diartikan dalam bahasa Indonesia dengan pengawas atau penjaga.20

    Sedangkan nazhir wakaf atau bisa disebut nazhir adalah orang atau

    pihak yang diberi wewenang untuk bertindak atas harta wakaf, baik

    mengurus, mengembangkan, memelihara, dan mendistribusikan hasilnya

    kepada orang yang berhak menerimanya.

    Muhammad Daud Ali dalam bukunya “Sistem Ekonomi Islam, Zakat

    dan Wakaf” mengatakan bahwa nazhir wakaf adalah orang atau badan yang

    memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sebaik-

    baiknya sesuai dengan wujud dan tujuannya.21

    Dengan demikian, nazhir berarti orang yag berhak untuk bertindak

    atas harta wakaf, baik untuk mengurusnya, memeliharanya dan

    mendistribusikan hasil wakaf kepada orang yang berhak menerimanya.

    Nazhir mengerjakan segala kemungkinan harta itu tumbuh dengan baik dan

    kekal.

    20 Mustafa Edwin Nasution, Uswatun Hasanah, Wakaf Tunai; Inovasi Financial

    Islam, Peluang Dan Tantangan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat, (Jakarta: PSTTI-UI, 2006), h. 63

    21 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, Jakarta:UI-Press, 2006, h. 91

  • 27

    Adapun pengertian nazhir dalam redaksi Undang-Undang Nomor 41

    Tahun 2004 tentang wakaf, adalah pihak yang menerima harta benda wakaf

    dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.22

    Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, tampak

    bahwa nazhir sebagai pihak yang bertugas memelihara dan mengurusi wakaf

    mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perwakafan, sehingga

    berfungsi tidaknya benda wakaf tergantung dari nazhir itu sendiri. Oleh

    karena itu, agar benda atau harta wakaf dapat berfungsi sebagaimana

    mestinya maka harta itu harus dijaga dan dikembangkan sesuai dengan

    manfaatnya.

    b. Syarat Nazhir

    Pada dasarnya, siapapun dapat menjadi nazhir asalkan orang itu

    cakap dalam melakukan tindakan hukum. Namun, mengingat tujuan wakaf

    ialah menjadikan harta wakaf sebagai sumber dana yang produktif tentu saja

    memerlukan nazhir yang mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara

    profesional dan bertanggungjawab. Adapun syarat-syarat nazhir, baik

    perseorangan, organisasi maupun badan hukum adalah sebagai berikut:

    1. Perseorangan

    22 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah

    Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaannya, Departemen Agama, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Tahun 2007, h. 3

  • 28

    Perseorangan hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi

    persyaratan:

    a. Warga Negara Indonesia

    b. Beragama Islam

    c. Dewasa

    d. Amanah

    e. Mampu secara jasmani dan rohani, dan

    f. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum23

    2. Organisasi

    Organisasi hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi

    persyaratan:

    a. Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan

    nazhir perseorangan, dan

    b. Organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan,

    kemasyarakatan dan/atau keagamaan Islam.24

    3. Badan Hukum

    Badan hukum hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi

    persyaratan:

    23 Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi Dan Keuangan

    Syariah Kontemporer, h.240 24 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf , Departemen Agama,

    Jakarta, h. 67

  • 29

    a. Pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi

    persyaratan nazhir perseorangan

    b. Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan

    perundang-undangan yang berlaku, dan

    c. Badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial,

    pendidikan, kemasyarakatan dan/atau keagamaan Islam.25

    Selain syarat-syarat pribadi sebagai nazhir, nazhir profesional juga

    harus memiliki syarat-syarat berikut:

    1. Syarat Moral

    a. Paham tentang hukum wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan syariah

    maupun perundang-undangan negara RI.

    b. Jujur, amanah dan adil sehingga dapat dipercaya dalam proses

    pengelolaan dan pentassarrufan kepada sasaran wakaf.

    c. Tahan godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha.

    d. Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tantangan.

    e. Punya kecerdasan, baik emosional maupun spiritual.

    2. Syarat Manajemen

    a. Mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam leadership.

    b. Visioner.

    25 Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi Dan Keuangan

    Syariah Kontemporer, h.241

  • 30

    c. Mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual, sosial dan

    pemberdayaan.

    d. Profesional dalam bidang pengelolaan harta.

    e. Ada masa bakti nazhir.

    f. Memiliki program kerja yang jelas.

    3. Syarat Bisnis

    a. Mempunyai keinginan.

    b. Mempunyai pengalaman dan atau siap untuk dimagangkan.

    c. Punya ketajaman melihat peluang usaha sebagaimana layaknya

    enterpreneur.26

    c. Fungsi Dan Tugas Nazhir

    Dalam UU Nomor 41 tentang Wakaf Pasal 9, Nazhir meliputi

    perseorangan, organisasi atau badan hukum. Tugasnya, mengelola dan

    mengembangkan wakaf sesuai dengan peruntukannya, yaitu berkenaan

    dengan melakukan pengadministrasian harta benda wakaf; mengelola dan

    mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan

    26 Direktorat pemberdayaan wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

    Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Tahun 2006, h. 52

  • 31

    peruntukannya; mengawasi dan melindungi harta benda wakaf; melaporkan

    pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia.27

    Tugas nazhir yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan

    ini membutuhkan kemampuan yang sesuai dengan potensi dan peruntukan

    wakaf. Dalam hal pengadministrasian menuntut kecakapan hukum dari

    seorang nazhir, tugas pengelolaan dan pengembangan menuntut keterampilan

    (skill) dan kemampuan menejerial nazhir untuk mencapai tujuan wakaf,

    sedangkan pengawasan dan pelaporan menuntut kemampuan audit dari

    seorang nazhir agar dapat menghitung dan mengkalkulasi hasil pengelolaan

    harta wakaf.28

    Dengan kata lain, nazhir berkewajiban menjalankan pengelolaan

    resiko (manajemen resiko) terhadap harta benda wakaf yang dipercayakan

    wakif kepadanya. Manajemen resiko merupakan pilar penting dalam tata

    kelola organisasi yang baik atau Good Corporate Governanace, yang mutlak

    harus diterapkan dalam pelaksanaan Badan Wakaf Indonesia.29

    Nazhir mempunyai tugas :

    1. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf

    2. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan,

    fungsi dan peruntukkannya

    27 HM. Cholis Nafis, Menggagas Nazhir Wakaf Yang Profesinal, AntarNews.com,

    Diakses Tanggal 10 Agustus 2010. 28 Ibid.

    29 Republika Online, Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif, diakses tanggal 9 juni 2010.

  • 32

    3. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf

    4. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia30

    Dalam melaksanakan tugas, nazhir memperoleh pembinaan dari

    Menteri dan Badan Wakaf Indonesia. Dalam rangka pembinaan, nazhir harus

    terdaftar pada Menteri dan Badan Wakaf Indonesia.31

    d. Pengangkatan Dan Pemberhentian Nazhir

    Pengangkatan nazhir merupakan suatu yang sangat penting dalam

    perwakafan walaupun para Ulama tidak menjadikan nazhir sebagai rukun

    dalam wakaf, namun pengangkatan nazhir itu perlu supaya harta wakaf dapat

    terjaga dengan baik. Oleh karena itu, maka di dalam sistem perwakafan di

    Indonesia dijelaskan dan ditentukan posisi nazhir sebagai pemelihara dan

    pengurus benda wakaf atau harta wakaf dan Undang-Undang wakaf juga

    menjadikan bahwa nazhir merupakan salah satu unsur penting dan

    perwakafan dianggap tidak sah apabila tidak ada nazhir.

    Dalam Undang-Undang wakaf dijelaskan bahwa pengangkatan dan

    pemberhentian nazhir ada perbedaan antara nazhir perseorangan, organisasi

    dan badan hukum.

    Dalam pasal 4 ayat 1 dijelaskan bahwa nazhir perseorangan ditunjuk

    oleh wakif dengan memenuhi persyaratan menurut undang-undang.32 Nazhir

    30 Bab 1 pasal 11 Undang-Undang No. 41 tentang Wakaf, Departemen Agama

    Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam 2007, h.9. 31 Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi Dan Keuangan

    Syariah Kontemporer, Universitas Muhammadiyyah Surakarta, Surakarta: 2008, h.241

  • 33

    perseorangan harus merupakan suatu kelompok yang terdiri paling sedikit 3

    (tiga) orang, dan salah seorang diangkat menjadi nazhir. Nazhir perseorangan

    itu harus didaftarkan pada menteri yang bersangkutan dan BWI melalui

    Kantor Urusan Agama setempat. Jika di daerah itu tidak terdapat Kantor

    Urusan Agama, maka pendaftaran dilakukan melalui Kantor Urusan Agama

    terdekat atau Kantor Departemen Agama atau perwakilan Badan Wakaf

    Indonesia di Provinsi/Kabupaten/Kota.

    Salah seorang dari nazhir perseorangan tersebut harus bertempat

    tinggal di kecamatan atau daerah dimana harta wakaf berada. Hal ini

    dimaksudkan agar harta wakaf itu dapat lebih terkontrol oleh nazhir.

    Kemudian berhentinya nazhir perseorangan dari kedudukannya

    adalah disebabkan apabila: meninggal dunia, berhalangan tetap pada daerah

    dimana harta wakaf berada, mengundurkan diri dan/atau diberhentikan oleh

    BWI. Berhentinya salah seorang nazhir perseorangan tidak mengakibatkan

    berhenti pula nazhir perseorangan lainnya dalam melaksanakan tugasnya

    sebagai nazhir.

    Untuk nazhir organisasi, pengangkatannya harus didaftarkan terlebih

    dahulu pada Menteri yang bersangkutan dan BWI melalui Kantor Urusan

    Agama setempat. Syarat menjadi nazhir organisasi adalah harus bergerak di

    bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan dan/atau keagamaan Islam.

    32 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan

    Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaannya, Departemen Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Tahun 2007, h. 64.

  • 34

    Adapun pengurus organisasi itu harus memenuhi syarat sebagaimana nazhir

    perseorangan dan salah seorang pengurus organisasi tersebut harus juga

    berdomisili di Kabupaten/Kota tempat harta wakaf berada.33

    Nazhir organisasi berhenti, bubar atau dibubarkan adalah sesuai

    dengan ketentuan Anggaran Dasar organisasi yang bersangkutan. Apabila

    salah seorang nazhir yang diangkat oleh nazhir organisasi meninggal dunia,

    mengundurkan diri, berhalangan tetap dan/atau dibatalkan kedudukannya

    sebagai nazhir, maka nazhir yang bersangkutan harus diganti.

    Adapun prosedur penggantiannya adalah organisasi itu harus

    melaporkannya kepada KUA setempat atau KUA terdekat untuk selanjutnya

    diteruskan kepada BWI dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)

    hari sejak kejadian tersebut.

    Kemudian nazhir badan hukum. Dalam pendirian dan

    pengangkatannya harus didaftarkan terlebih dahulu pada Menteri yang

    bersangkutan dan BWI melalui Kantor Urusan Agama setempat atau yang

    terdekat. Nazhir badan hukum juga harus bergerak dibidang sosial,

    pendidikan, kemasyarakatan dan/atau keagamaan Islam. Syarat dari pengurus

    nazhir badan hukum juga harus memenuhi sebagaimana persayaratan nazhir

    perseorangan dan juga salah seorang dari pengurus itu harus berdomisili di

    Kabupaten/Kota dimana harta wakaf itu berada.

    33 Ibid, h. 66.

  • 35

    Nazhir badan hukum dapat diberhentikan apabila dakal kurun waktu

    1 (satu) tahun sejak Akta Ikrar Wakaf (AIW) tidak melaksanakan tugasnya,

    artinya nazhir itu tidak mengurus dan mengelola harta wakaf yang

    diserahkan wakif, maka kepala KUA baik atas inisiatif sendiri maupun atas

    usul wakif atau ahli warisnya berhak mengusulkan kepada BWI untuk

    pemberhentian dan penggantian nazhir.34

    Nazhir profesional harus membuat laporan secara berkala kepada

    Menteri yang bersangkutan dan BWI mengenai kegiatan perwakafan yang

    dilakukannya. Adapun masa bakti nazhir adalah 5 (lima) tahun dan dapat

    diangkat kembali. Untuk pengangkatan kembali nazhir itu dilakukan oleh

    BWI, dengan ketentuan adalah apabila yang bersangkutan telah

    melaksanakan tugasnya dengan baik dalam periode sebelumnya sesuai

    dengan ketetntuan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan.

    C. Pandangan Ulama Tentang Wakaf Produktif

    Secara tekstual, penjelasan tentang wakaf tidak terdapat dalam Al Quran

    dan as-Sunnah, namun makna dan kandungan wakaf terdapat dalam dua sumber

    hukum Islam tersebut. Di dalam Al Quran sering menyatakan konsep wakaf

    dengan ungkapan yang menyatakan tentang derma harta (infaq) demi kepentingan

    34 Ibid, h. 69.

  • 36

    umum. Sedangkan dalam hadits sering kita temui ungkapan wakaf dengan

    ungkapan habs (tahan).

    Semua ungkapan yang ada di Al Quran dan al Hadits senada dengan arti

    wakaf ialah penahanan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa musnah

    seketika dan untuk penggunaan yang mubah serta dimaksudkan untuk

    mendapatkan keridhaan Allah SWT. Benda yang diwakafkan harus bersifat tahan

    lama dan tidak mudah musnah. Harta yang diwakafkan kemudian menjadi milik

    Allah, dan berhenti dari peredaran (transaksi) dengan tidak boleh diperjual

    belikan, tidak boleh diwariskan dan tidak boleh dihibahkan.35

    Wakaf menurut para Ulama Imam Mazhab merupakan suatu perbuatan

    sunnat untuk tujuan kebaikan, seperti membantu pembangunan sektor keagamaan

    baik pembangunan segi material maupun untuk pembangunan spiritual.

    Sebagiamana halnya zakat, wakaf merupakan income dana umat Islam yang

    sangat potensial bila dikembangkan. Sebagai contoh Mesir telah berhasil

    memprogram wakaf sejak seribu tahun yang lalu.

    Bagi ulama Imam Mazhab, persoalan wakaf mereka sepakat mengatakan

    bahwa itu termasuk amal jariyah.36 Namun yang menjadi polemik mereka dan

    pengikutnya adalah permasalahan pemahaman terhadap wakaf itu sendiri. Apakah

    harta wakaf yang telah diberikan si wakif masih menjadi miliknya atau lepas

    35 Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, Departemen Agama RI Dirjen

    Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf , Jakarta 2006. H.31-32 36 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, Ciputat Press, Ciputat: 2005, h.

    74.

  • 37

    seketika saat ia menyerahkan kepada mauquf ‘alaih (penerima wakaf)? Seperti

    permasalahan ini, kita coba melihat pokok-pokok yang menjadi sisi perbedaan

    bagi mereka dari pendapat masing-masing mereka ini.

    Sebagai bahan komperatif, perlu dikemukakan pendapat masing-masing

    Imam Mazhab sekitar persoalan wakaf, sehingga memperjelas prinsip yang

    mereka pakai. Berikut ini diuraikan masing-masing pendapat imam mazhab :

    1. Mazhab Hanafi

    Menurut pendapat Abu Hanifah maka harta yang telah diwakafkan

    menurut mazhab ini tetap berada pada milik wakif dan boleh ditarik kembali

    oleh si wakif. Jadi harta itu tidak berpindah hak milik, hanya hasil manfaatnya

    yang diperuntukkan pada tujuan wakaf. Dalam hal ini Imam Abu Hanifah

    memberikan pengecualian pada tiga hal, yakni wakaf masjid, wakaf yang

    ditentukan keputusan Pengadilan dan wakaf wasiat. Selain tiga hal tersebut

    yang dilepaskan hanya hasil manfaatnya saja bukan benda itu secara utuh.37

    Terhadap wakaf masjid, yaitu apabila seseorang mewakafkan hartanya

    untuk kepentingan masjid, atau seseorang membuat pembangunan dan

    diwakafkan untuk masjid, maka status wakaf di dalam masalah ini ada.

    Karena diwakafkan seseorang untuk masjid, maka secara spontan itu

    berpindah menjadi milik Allah dan tanggallah kekuasaan si wakif dalam kasus

    ini.

    37 Ibid, h. 75

  • 38

    Wakaf yang ditentukan keputusan pengadilan, yaitu bila terjadi suatu

    sengketa tentang harta wakaf yang tak dapat ditarik lagi oleh orang yang

    mewakafkannya atau ahli warisnya. Kalau pengadilan memutuskan bahwa

    harta itu menjadi harta wakaf. Terangkatlah khilafiyah setelah adanya putusan

    hakim.

    Abu Hanifah menjelaskan, dengan diwakafkannya suatu harta bukan

    berarti menjadi suatu keharusan untuk lepasnya pemilikan wakif, oleh sebab

    itu bolehlah rujuk dan mengambil kembali wakaf itu. Boleh pula menjualnya,

    karena menurut Abu Hanifah bahwa wakaf sama halnya dengan barang

    pinjaman dan sebagiamana halnya dalam soal pinjam-meminjam, si pemilik

    tetap memiliki, boleh menjual dan memintanya kembali, seperti ‘ariyah.38

    Argumentasi lain yang dijadikan Abu Hanifah sebagai alasan bahwa

    harta wakaf yang telah diwakafkan tetap menjadi milik wakif dengan

    menganalogikan dan menyamakannya dengan Sa’ibah seperti yang terdapat

    dalam surat Al-Maidah ayat 103, dan ini sangat dilarang Allah SWT. Kedua

    argumen inilah menurut Abu Hanifah bahwa wakaf sebagai akad tabarru’.

    2. Mazhab Maliki

    Mazhab Malik berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta

    yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah

    wakif melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta

    38 Ibid, h. 76

  • 39

    tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan

    manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakafnya.39

    Menurut interpretasi Malikiyah, tidak terputus hak si wakif terhadap

    harta yang diwakafkannya. Yang terputus itu hanyalah dalam hal bertasarruf.

    3. Mazhab Syafi’i

    Menurut Syafi’i, harta yang diwakafkan terlepas dari si wakif atau

    menjadi milik Allah dan berarti menahan harta untuk selama-lamanya.

    Menurutnya juga, wakaf tidak boleh ditentukan jangka waktunya,

    sebagaimana yang dibolehkan Maliki. Disyaratkan benda yang tahan lama dan

    tidak cepat habisnya. Alasannya ialah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu

    Umar tentang tanah di Khaibar. Imam Syafi’i memahami tidakan Umar

    mensedeqahkan hartanya dengan tidak menjual, mewariskan dan

    menghibahkan, juga sebagai Hadits karena Nabi melihat tindakan Umar itu

    dan Rasulullah ketika itu hanya diam. Maka diamnya Rasul dapat ditetapkan

    sebagai hadis taqriry, walaupun telah didahului oleh hadis qauly.

    Syafi’i juga tidak membolehkan harta wakaf itu untuk di sedekahkan,

    dijual, diwariskan dan dihibahkan.40

    4. Mazhab Hambali

    Menurut Ahmad bin Hanbal, wakaf adalah melepaskan harta yang

    diwakafkan dari kepemilikan wakif. Wakif tidak boleh melakukan apa saja

    39 Fiqif Wakaf, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan

    Masyarakat Islam Departemen Agama RI, jakarta: 2006, h. 2. 40 Ibid, h. 77

  • 40

    terhadap harta yang diwakafkan. Harta wakaf tidak dapat diwariskan dan

    wakif tidak dapat melarang mauquf ‘alaih dalam hal penyaluran hasil wakaf

    selama disalurkan sesuai tujuannya.

    Selanjutnya Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa wakaf terjadi

    karena dua hal. Pertama, karena kebiasaan (perbuatan) bahwa dia itu dapat

    dikatakan mewakafkan hartanya. Seperti seseorang mendirikan mesjid,

    kemudian mengizinkan orang shalat di dalamnya secara spontanitas bahwa ia

    telah mewakafkan hartanya itu menurut kebiasaan (‘urf). Walaupun secara

    lisan ia tidak menyebutkannya, dapat dikatakan wakaf karena sudah

    kebiasaan.

    Kedua, dengan lisan baik dengan jelas (sarih) atau tidak. Atau ia

    memakai kata-kata habastu, wakaftu, sabaltu, tasadaqtu, abdadtu, harramtu.

    Bila menggunakan kalimat seperti ini maka ia harus mengiringinya dengan

    niat wakaf. Bila telah jelas seseorang mewakafkan hartanya, maka si wakif

    tidak mempunyai kekuasaan bertindak atas benda itu dan juga menurut

    Hambali tidak bisa menariknya kembali. Hambali menyatakan, benda yang

    diwakafkan itu harus benda yang dapat dijual, walaupun setelah jadi wakaf

    tidak boleh dijual dan harus benda yang kekal zatnya karena wakaf bukan

    untuk waktu tertentu, tapi buat selama-lamanya.

    5. Mazhab Lain

  • 41

    Mazhab lain sama dengan mazhab ketiga, namun berbeda dari segi

    kepemilikan atas benda yang diwakafkan yaitu menjadi milik mauquf ‘alaih,

    maskipun mauquf ‘alaih tidak berhak melakukan suatu tindakan atas benda

    wakaf tersebut, baik menjual atau menghibahkannya.41

    Dari beberapa definisi yang dipaparkan oleh para ulama, wakaf dapat

    diartikan melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif kepada

    mauquf ‘alaih dan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebajikan

    (sosial) yang mana harta wakaf tersebut dilarang menjualnya,

    menghibahkannya, dan mewariskannya atau lain sebagainya.

    Menukar dan mengganti benda wakaf, dalam penalaran ulama,

    terdapat perbedaan antara benda wakaf yang berbentuk masjid dan bukan

    masjid. Yang bukan mesjid dibedakan lagi menjadi benda bergerak dan benda

    tidak bergerak. Terhadap benda wakaf yang berbetuk masjid, selain Ibn

    Taimiyyah dan sebagian Hanabalah sepakat menyatakan terlarang

    menjualnya. Sementara terhadap benda wakaf yang tidak berupa mesjid,

    selain mazhab Syafi'iyah membolehkan menukarnya, apabila tindakan

    demikian memang benar-benar sangat diperlukan.42

    41 Fiqih wakaf, (Jakarta, Direkorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal

    Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI Tahun 2006), cet-4, h.2 42 Candra Boy Seroza, Wakaf Dalam Pandangan Ulama Fikih Dan Peraturan

    Perundang-Undangan Di Indonesia, dari http://one.indoskripsi.com, diakses tanggal 9 juni 2010.

    http://one.indoskripsi.com/

  • 42

    Namun mereka berbeda dalam menentukan persyaratannya. Ulama

    Hanafiyah membolehkan penukaran benda wakaf tersebut dalam tiga hal:

    Pertama, apabila wakif memberi isyarat akan kebolehan menukar tersebut

    ketika ikrar. Kedua, apabila benda wakaf itu tidak dapat lagi dipertahankan.

    Ketiga, jika kegunaan benda pengganti wakaf itu lebih besar dan lebih

    bermanfaat.

    Ulama Malikiyah juga menentukan tiga syarat, yaitu: Pertama, wakif

    ketika ikrar mensyaratkan kebolehan ditukar atau dijual. Kedua, benda wakaf

    itu berupa benda bergerak dan kondisinya tidak seusai lagi dengan tujuan

    semula diwakafkan. Ketiga, apabila benda wakaf pengganti dibutuhkan untuk

    kepentingan umum, seperti pembangunan mesjid, jalan raya dan sebagainya.43

    6. Sayyid Sabiq

    Tidak sah mewakafkan barang yang rusak dengan pemanfaatannya

    seperti, lilin, makanan, uang dan sesuatu yang cepat rusak seperti, bau-bauan

    dan tumbuh-tumbuhan aromatik. Juga tidak diperbolehkan mewakafkan

    sesuatu yang tidak boleh dijual belikan seperti, barang tanggungan, anjing,

    babi dan binatang buas lainnya.44

    43 Ibid.

    44 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, Jilid 4, Cet. Pertama Mei 2006, h.423.

  • 43

    Adapun sesuatu yang sah untuk diwakafkan aialah tanah, perabot

    yang bisa dipindahkan, mushaf, kitab, senjata dan binatang.45

    45 Ini merupakan mazhab mayoritas ulama Abu Hanifah, Abu Yusuf dan satu

    riwayat dari Malik berpendapat bahwa tidak sah mewakafkan suatu binatang.

  • 43

    BAB III

    SISTEM ORGANISASI TABUNG WAKAF INDONESIA

    A. Gambaran Lembaga Tabung Wakaf Indonesia

    1. Latar Belakang

    Pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan

    secara terus menerus menurut kita untuk mencari alternatif solusi yang dapat

    mendorongnya lebih cepat. Salah satu alternatif solusi itu adalah mobilisasi

    dan optimalisasi peran wakaf secara efektif dan professional.

    Tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga amil zakat, terlebih

    setelah lahinya UU tentang zakat dan UU tentang wakaf, membuktikan bahwa

    peran dan potensi umat dalam pembangunan sangatlah potensial. Demikian

    juga dengan keberadaan lembaga wakaf.

    Oleh karenanya, secara pasti dibutuhkan peran nazhir wakaf yang

    amanah dan professional sehingga penghimpunan, pengelolaan dan

    pengalokasian dana wakaf menjadi optimal. Meski saat ini kebutuhan akan

    adanya nazhir wakaf masih belum mendapat perhatian utama dari umat.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, pada tanggal 14 Juli 2005,

    Dompet Dhuafa mendirikan Tabung Wakaf Indonesia yang berperan dalam

    memberikan sosialisasi, edukasi, dan advokasi wakaf, serta mengelola harta

    wakaf dari masyarakat maupun institusi.1

    1 Tabungwakaf.com, diakses tanggal o4 agustus 2010.

  • 44

    2. Bentuk dan Badan Hukum Tabung Wakaf Indonesia

    Sesuai dengan UU RI No. 41 tahun 2004, Tabung Wakaf Indonesia

    (adalah nazhir wakaf) berbentuk badan hukum, dan karenanya persyaratan

    yang akan dipenuhi adalah:

    a. Pengurus badan hukum Tabung Wakaf Indonesia ini memenuhi

    persyaratan sebagai nazhir perseorangan sebagaimana dimaksud pada

    pasal 9 (1) UU wakaf no. 41 tahun 2004.

    b. Badan hukum ini adalah badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    c. Badan hukum ini bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan

    dan atau keagamaan Islam.

    d. Tabung Wakaf Indonesia merupakan badan unit atau badan otonom dari

    dan dengan landasan badan hukum Dompet Dhuafa Republika, sebagai

    sebuah badan yayasan yang telah kredibel dan memenuhi persyaratan

    sebagai nazhir wakaf sebagaiamana dimaksud UU wakaf tersebut.2

    3. Visi dan Misi Tabung Wakaf Indonesia

    Visi

    Menjadi lembaga wakaf berorientasi global yang mampu menjadikan

    wakaf sebagai salah satu pilar kebangkitan ekonomi umat yang berbasiskan

    sistem ekonomi berkeadilan.

    2 Dompet Dhuafa Republika, Profil Tabung Wakaf Indonesia, (Jakarta : Tabung

    Wakaf Indonesia, 2006)

  • 45

    Misi

    Mendorong pertumbuhan ekonomi umat serta optimalisasi peran wakaf

    dalam sektor sosial dan ekonomi produktif.3

    4. Struktur Organisasi Tabung Wakaf Indonesia

    PRESIDEN DIREKTUR DOMPET DHUAFA

    DEWAN PEMBINA DEWAN SYARIAH

    DIREKTUR TWI

    PROGRAM & GRANT MANAGEMENT FUNDRAISING

    SUPPORTING HRD, GA, legal & Finance

    STAFF STAFF STAFF

    3 Tabungwakaf.com

  • 46

    Dewan Syariah : Prof. KH. M. Amin Suma Bobby Herwibowo Izzudin Abdul Manaf, Lc. MA Dewan Pembina : Parni Hadi Eri Sudewo S. Sinansari Ecip Didin Hafidhuddin Rahmad Riyadi Haidar Bagir Houtman Z. Arifin Erry Riyana Hardjapamekas Presiden direktur Dompet dhuafa : Ismail A. Said Direktur Tabung Wakaf Indonesia : Veldy V. Armita Manager Program & Grant Management : Hendra Jatnika Manager Fundraising : Noviati Endang Mustaqimah Manager Keuangan : Mekar Susestyojati Manager HRD & Legal : Destria Merryana A.4

    5. Program Wakaf Produktif dan Program Sosial TWI

    Terdapat enam buah program wakaf produktif dan program sosial yang

    dicanangkan oleh Tabung Wakaf Indonesia, diantaranya ialah:

    a. Zamrud Waqf Foodcourt5

    Dengan program ini, TWI ingin membuka ruang usaha bagi para

    pedagang kecil, sekalugus mendayagunakan harta wakaf. Jadi, ada dua

    manfaat yang didapat dari program ini. Pertama, para pedagang kecil

    4 Brosur Tabung Wakaf Indonesia, Terdapat Juga Dalam Website Tabungwakaf.com. 5 Tabungwakaf.com, tanggal 4 Agustus 2010

  • 47

    memperoleh ruang usaha yang strategis dan baik. Kedua, harta wakaf

    yang diamanahkan oleh para wakif kepada TWI akan mendatangkan

    surplus. Surplus inilah yang nantinya disalurkan untuk mereka yang

    membutuhkan. Dengan demikian aset wakaf ini akan menghasilkan

    manfaat yang lestari, dan pahala yang abadi. Pembangunan foodcourt,

    selain memanfaatkan aset Dompet Dhuafa yang masih ‘tidur’, juga dalam

    rangka membina pedagang kecil agar tak menajdi ‘gelandangan di negeri

    sendiri’.

    Foodcourt sendiri bukan sekedar nama. Sesuai namanya, diatas

    lahan tersebut akan disediakan tempat parkir dengan kapasitas 4-5 buah

    mobil dan 15-20 motor. Juga disediakan mushalla dan toilet yang terjaga

    kebersihannya. Adapun lokasi Zamrud Foodcourt ini terletak di RT. 000

    RW. 00, Cimuning – Mustika Jaya Kota Bekasi, luas tanah 252 meter

    persegi.

    b. Depok Waqf Junction / Rumah Cahaya

    Depok Waqf Junction (DWJ) berlokasi di Jl. Keadilan, Kecamatan

    Sukmajaya-Depok, di atas tanah wakaf dari Bapak Agus Murdianto. 6

    Awalnya Depok Waqf Junction adalah perpustakaan bertajuk

    Rumah Cahaya (Rumah baCA dan mengHAsilkan karYA) yang membuka

    program pelatihan menulis untuk masyarakat. Oleh TWI, Rumah Cahaya

    ini dipugar menjadi dua lantai dan dikombinasikan dengan aset properti.

    6 Brosur Tabung Wakaf Indonesia

  • 48

    Lantai pertama dipugar menjadi 3 buah toko yang akan disewakan.

    Sedangkan lantai kedua diperuntukkan untuk ruang perpustakaan dan

    pelatihan menulis.

    Hasil sewa dari lantai pertama atau yang disebut surplus wakaf

    dari DWJ akan disalurkan untuk pendanaan program sosial di perpustakan

    Rumah Cahaya serta program pendidikan untuk kaum dhuafa.7

    c. Countrywood Waqf Junction

    Countrywood Waqf Junction (CWJ) adalah sebuah wahana niaga

    sekaligus kegiatan sosial dan merupakan kawasan ekonomi terpadu yang

    akan didirikan di atas tanah wakaf dari Ibu Eni Nuraeni. CWJ terdiri dari

    area komersial dan area sosial.

    Area komersial berupa pertokoan, foodcourt, serta lahan parkir.

    Sedangkan area sosial berupa mushalla, playground, serta lahan terbuka

    untuk berjualan para pedagang kaki lima.

    Masyarakat yang dibidik untuk menikmatinya adalah kalangan

    menegah bawah. Keluarga yang ingin rekreasi, tanpa takut segalanya

    dikomersilkan. CWJ adalah amanah dari seorang wakif tanah kepada

    Tabung Wakaf Indonesia.

    Keuntungan dari kegiatan produktif di CWJ ini, akan menjadi

    sedekah jariyah yang akan disalurkan sesuai dengan amanat para wakif

    7 Ibid,

  • 49

    untuk program kesehatan, pendidikan berkualitas untuk kaum dhuafa,

    Smart Ekselensia Indonesia dan program pemberdayaan dhuafa lainnya.

    Sesuai dengan konsep wakaf Rasulullah SAW, yang menghendaki

    agar benda wakaf pun menghasilkan surplus, maka wahana niaga

    diharapkan sebagai ‘mesin uang’ untuk operasional kegiatan sosial, yang

    bisa berbentuk bantuan biaya pendidikan, kesehatan, dapur umum, atau

    santunan sosial lainnya. Penyaluran surplus niaga ini langsung dilakukan

    langsung oleh TWI ataupun melalui jejaring yayasan Dompet Dhuafa

    lainnya.

    Salah satu program rutin yang diselenggarakan di CWJ Tabung

    Wakaf Indonesia-Dompet Dhuafa adalah pasar Sabtu-Ahad bagi PKL dan

    UKM, dengan tanpa dipungut biaya sewa, dan terbuka untuk setiap orang.

    Program ini akan dikelola bersama Baitul Mal Nusantara (BMN) dan

    menjadi bagian dari Festifal Hari Pasaran Nusantara (HPN) yang telah

    berlangsung di kota-kota Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta.

    Pembangunan CWJ Dompet Dhuafa merupakan wujud dari visi

    dan misi TWI Dompet Dhuafa untuk menjadikan gerakan wakaf produktif

    dan wakaf terpadu sebagai pilar pemerataan kesejahteraan masyarakat.

    CWJ ini berada di Jl. Menjangan Raya, RT. 001/03, Pondok Ranji

    – Ciputat Timur, Kabupaten Tangerang. Dengan luas tanah : 845 m2 .

  • 50

    d. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC)8

    Melihat tingginya kebutuhan kaum dhuafa akan layanan kesehatan

    yang bermutu dan memadai, Tabung Wakaf Indonesia menyalurkan

    surplus wakaf untuk program kesehatan dengan bekerja sama dengan

    layanan kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa Republika.

    LKC merupakan klinik kesehatan yang diperuntukkan khusus

    untuk kaum dhuafa. Sejak awal berdirinya tahun 2004 hingga saat ini,

    LKC telah membiayai secara penuh layanan kesehatan kepada 62.000

    member yang berasal dari kaum dhuafa secara gratis.

    Ke depan TWI juga menyalurkan surplus wakaf untuk Rumah

    Sehat Terpadu (RST). RST merupakan model pelayanan kesehatan

    masyarakat dhuafa terpadu, dengan fasilitas yang lengkap dan memadai.

    Program kesehatan kaum dhuafa ini berupa mini rumah sakit

    dengan pelayanan 24 jam.

    1) Unit gawat darurat

    2) Rawat jalan

    3) Apotek

    4) Rawat inap

    5) Poli gigi

    6) Poli kandungan

    7) Dokter spesialis

    8 Brosur Tabung wakaf indonesia

  • 51

    8) Konsultasi gizi

    9) Aksi luar gedung

    10) Bina ruhani pasien

    LKC ini beralamat di Ciputat Mega Mall Blok D-01 Jl. Ir. H.

    Juanda No. 34 Ciputat Tangerang.

    e. SMART Ekselensia Indonesia (SMART EI)

    Untuk program pendidikan, TWI mengalirkan manfaat wakaf

    kepada SMART Ekselensia Indonesia (SMART EI). SMART EI

    merupakan sekolah akselerasi SMP dan SMA yang ditempuh selama 5

    tahun. Siswa yang bersekolah disini adalah hasil seleksi dari seluruh

    Indonesia. Mereka yang lolos seleksi adalah anak-anak yang cerdas dari

    keluarga dhuafa.

    SMART EI telah tercatat sebagai lembaga pendidikan yang tak

    kalah dengan sekolah unggulan yang ada.9 Sekolah ini juga dirancang

    secara khusus untuk menampung anak dari kaum dhuafa yang mempunyai

    potensi.

    SMART EI juga memiliki beberapa keuggulan lain yaitu,

    memadukan sistem kurikulum Islam dan umum, dan target alumni

    SMART EI adalah mendapatkan beasiswa kedalam dan luar negeri.

    9 Ibid

  • 52

    f. Rumah Cahaya

    Rumah Cahaya atau Rumah Baca ini merupakan perpustakaan

    sekaligus pusat berkarya tulis. Tabung Wakaf Indonesia mengalokasikan

    surplus wakaf ini salah satunya untuk menjaga keberlangsungan Rumah

    Baca. Dan dari sini anak-anak yang tidak mampu bisa menikmati bacaan

    berkualitas sekaligus mengasah kemampuan sastranya.

    Rumah cahaya sendiri sebelumnya merupakan aset sosial, dimana

    di dalamnya masyarakat difasilitasi untuk gemar membaca dan dilatih

    untuk mengahsilkan karya. Dengan konsep wakaf terpadu yang digulirkan

    TWI, kini Rumah Cahaya bertransformasi menjadi Depok Waqf Junction

    (DWJ). DWJ terdiri dari aset sosial dan aset produktif. Aset sosial yakni

    Rumah Baca posisinya berada di lantai 2, sementara aset produktif berupa

    properti sarana niaga yang siap disewakan kepada masyarakat.10

    Rumah Baca sendiri masih akan dikelola bersama Forum Lingkar

    Pena (FLP). FLP inilah yang akan memanfaatkan gedung lantai dua

    Rumanh Cahaya untuk kegiatan baca dan pelatihan menulis untuk

    masyarakat.

    Secara ekonomi. Lokasi DWJ sesungguhnya sangat strategis,

    dikelilingi oleh perumahan (arah Timur dan Barat), 10 meter dari arah

    Jalan Keadilan (sebelah Timur), 250 meter dari arah Pasar Tradisional

    Musi (Barat), serta banyaknya sekolah seperti SMU 2 Depok, SMU Budi

    10 Majalah wakaf Tabung Wakaf Indonesia, Edisi 05, Tahun III, 1431 H, h. 11

  • 53

    Utomo, SMU Yapemri, dan SMP 03 Depok. Bagi masyarakat, khususnya

    warga Depok, yang tertarik dan membutuhkan tempat untuk usaha, boleh

    menjenguk kondisi DWJ. Ada tiga toko yang akan disewakan. Dua toko

    seluas 4x5 m2 yang menghadap Jl. Musi Raya, dan satu toko seluas 8x10

    m2 yang menghadap Jl. Keadilan.11

    Persyaratan untuk menyewa sangat mudah. Selain setuju dengan

    harga sewa,ada hal-hal yang harus dipatuhi antara lain: usaha tidak boleh

    berbau atau bertujuan maksiat, tidak melanggar hukum atau merugikan

    orang lain.

    Dan Rumah Cahaya ini berlokasi di Jl. Keadilan, Kecamatan

    Sukmajaya-Depok.12

    6. Peran Lembaga Tabung Wakaf Indonesia di Masyarakat

    Hadirnya Tabung Wakaf Indonesia (TWI), merupakan fase penting dari

    pelayanan yang dilakukan lewat institusi-institusi otonom yang lahir dari

    Dompet Dhuafa. Sejumlah institusi otonom yang terpilih dalam dua karakter

    kelembagaan, yakni yang sosial (charity) maupun yang produktif, pada tahap

    penguatannya setidaknya sampai kurun lima tahun mendatang, memerlukan

    dukungan finansial yang tidak kecil. Maka TWI hadir mewadahi segenap

    ikhtiar penggalangan dana wakaf tunai yang peruntukkannya terarah pada

    penguatan lembaga otonom maupun jejaring Dompet Dhuafa.

    11 Ibid. 12 Ibid.

  • 54

    Pada perjalanannya hingga saat ini, seluruh lembaga otonom maupun

    jejaring tersebut memang dapat berjalan dengan simultan karena suntikan

    dana yang diperoleh tidak hanya dari pemasukan zakat, infak dan shadaqah

    yang selama ini juga dikembangkan oleh Dompet Dhuafa pada momen-

    momen Ramadhan, namun dana itu juga didapat dari wakaf tunai hasil

    peneglolaan dan pengembangan TWI selama ini. Sehingga semakin banyak

    dana wakaf tunai yang diperoleh TWI, maka dengan sendirinya akan semakin

    bertambah pula para dhuafa yang dapat terberdayakan melalui program-

    program sosial pemberdayaannya.

    7. Sistem Pengelolaan Wakaf Dalam Tinjauan TWI

    Dalam melakukan kewajibannya selaku nazhir, Tabung Wakaf

    Indonesia harus melakukan pengelolaan dan pengembangan atas harta benda

    wakaf yang dihimpunnya sesuai denga fungsi, tujuan dan peruntukannya

    dengan prinsip-prinsip syariah, yaitu bahwa nazhir wajib mengelola dan

    mengembangkan harta wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan

    peruntukannya.13 Dimana pengelolaan yang dilakukan oleh Tabung Wakaf

    Indonesia berdasarkan dua pendekatan, yaitu :

    1. Pendekatan produktif

    Yaitu pengelolaan harta benda wakaf untuk hal-hal yang bersifat

    produktif dan menghasilkan keuntungan. Diatur dalam pasal 43 ayat 2

    13 Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 42 BAB V UU RI No. 41 tahun

    2004 tentang wakaf.

  • 55

    bahwa pengelolaan harta benda wakaf dilakukan secara produktif. Contoh

    : pembuatan rumah sakit komersial dari dana wakaf, keuntungan dari

    rumah sakit sepenuhnya untuk kegiatan kemaslahatan umat.

    2. Pendekatan non produktif

    Yaitu pengelolaan