-
G. LAMONGAN, JAWA TIMUR
Gunungapi Lamongan (Umar R, 2005)
KETERANGAN UMUM Nama Lain : Lemongan
Nama Kawah : Lamongan
Lokasi a. Geografis Puncak b. Administratif
:
:
7o 59 LS dan 113o 20,5 BT Kabupaten Lumajang
Ketinggian : 1671 m. dpl
Tipe Gunungapi : Strato
Kota terdekat Pos Pengamatan
: Lumajang Gunung Meja, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, 7o
58 38,52 LS dan 113o 16 51,12 BT
PENDAHULUAN Gunungapi Lamongan merupakan gunungapi muda dari G.
Tarub yang posisinya
berada di bagian timur. Pertumbuhan G. Lamongan diawali
pensesaran tubuh G. Tarub yang berarah tenggara baratlaut.
Pensesaran ini mengakibatkan bagian barat G. Tarub runtuh, kemudian
pada bagian ini tumbuh G. Lamongan.
Diantara gunungapi aktif yang tersebar di Jawa Timur, G.
Lamongan merupakan gunungapi yang menarik. Di G. Lamongan terdapat
sekitar 64 pusat erupsi parasit yang terdiri dari 37 kerucut
vulkanik dan 27 buah maar (Matahelumual, 1960). Aspek lain yang
-
membuat gunungapi ini berbeda adalah bahwa G. Lamongan merupakan
gunungapi yang berkomposisi basaltis.
Cara Mencapai Puncak Cara pencapaian : Dari Pos PGA G. Meja
melewati Ranu Klakah Desa Papringan dekat G. Kene Puncak, dapat
dilakukan dengan kendaraan roda empat sampai G. Anyer, selanjutnya
berjalan kaki menuju puncak, kurang lebih 5 jam.
Inventarisasi Sumberdaya gunungapi Sumber air panas Segaran
Ditemukan di Desa Segaran, Temperatur 46oC, suhu udara 22o24oC, pH
(6), mengandung H2S, rasa air tawar, warna air : bersih, ada oksida
besi, luas kenampakan : 6x6 = 36 m2 berasosiasi dengan batuan Tupa
dan basalt, debit air = 510 l/detik.
Sumber air panas Tiris / Betok Ditemukan di Desa Segaran,
Temperatur 42oC, suhu udara 22o24oC, pH (6,5) mendekati normal,
sedikit mengandung H2S, warna air : bersih/bening, sedikit oksidasi
besi, luas kenampakan 2X3= 6m2, berasosiasi dengan batuan tupa dan
andesit, debit air = 12 l/detik. Sumberdaya gunungapi lainnya
termasuk sumberdaya mineral, energi, tata guna lahan, vegetasi
belum ada data laporannya
Wisata Potensi wisata gunungapi yang berada di sekitar kawasan
G. Lamongan berupa
maar yang berada di sekitar lereng kaki gunungapi tersebut
dengan berbagai ukuran dan bentuk morfologinya. Jumlah maar di
sekitar lereng G. Lamongan berjumlah 24 maar yang membentuk ranu.
Tiga belas ranu diantaranya terisi air seperti Ranu Klakah, Ranu
Pakis, Ranu Bedali dan beberapa Ranu lainnya (I. Matahelumual,
1990). Tetapi diantara 13 Ranu yang ada, juga dijumpai beberapa
Ranu yang sudah tidak terisi air lagi. Kemungkinan disebabkan oleh
penurunan muka air atau pola air tanah yang menyebar di
sekitarnya
Disamping pembentukan ranu-ranu, juga dijumpai kerucut yang
tumbuh disekitar lereng tubuh G. Lamongan yang jumlahnya mencapai
29 buah, diantaranya kerucut G. Jalak, G. Pakem, dan G. Pakis.
Lokasi Ranu yang berpotensi dan layak untuk dikembangkan adalah: a.
Ranu Klakah, b. Ranu Pakis,
-
c. Ranu Logong, d. Ranu Segaran
Untuk ketiga lokasi yang disebutkan pertama, disamping karena
pertimbangan faktor pencapaian lokasi serta sarana jalan menuju
lokasi yang telah beraspal baik, juga faktor bentang alam yang
relatif landai di bagian dinding ranu, sehingga lebih mudah di
jangkau hingga ke permukaan air ranu.
Faktor kendala alam juga perlu diperhatikan, yaitu berhubungan
dengan aktivitas gempa bumibumi tektonik yang pernah terjadi pada
tahun 1925, 1985, dan 1988, yang menyebabkan terbentuknya retakan
tanah didekat ranu tersebut. Disamping itu juga faktor kendala alam
yang disebabkan oleh akitivitas vulkanisme yang terjadi di sekitar
G. Lamongan.
Ranu Segaran juga termasuk kawasan ranu yang layak untuk
dikembangkan walaupun kendala pencapaian lokasi yang relatif jauh
dari lintas utama jalan propinsi. Nilai tambah pada Ranu Segaran
adalah terdapatnya mata airpanas yang dijumpai di daerah Tiris,
berdekatan dengan lokasi ranu kemungkinan akan sangat mendukung
wisata gunungapi pada kawasan Ranu Segaran.
SEJARAH LETUSAN 1799, terjadi erupsi pada kawah pusat 1806,
sesudah berhenti 7 tahun, pada April mulai mengeluarkan asap tebal
dan sedikit batuan gunungapi.
Pada malam hari keliatan lidah api. Suara gemuruh dan gempa bumi
vulkanik kadang-kadang terjadi.
1808 terjadi erupsi di kawah utama 1818, 1821, 1822, 21
Desember22 Januari, terjadi erupsi pada kawah utama dan kawah
parasit. Erupsi di
kawah utama disertai semburan lava pijar 1824 erupsi di kawah
utama yang disertai leleran lava pijar 1826, erupsi exlposif di
kawah utama disertai semburan bom vulkanik 1829, erupsi eksplosif
di kawah utama disertai suara gemuruh dan semburan material pijar.
Terjadi leleran
lava. 1830, PebruariMaret terjadi erupsi pada kawah pusat,
terjadi leleran lava 1838 (4-6 Juli, 18 Oktober), terjadi erupsi
normal di kawah utama, semburan lava pijar yang berulang-
ulang 1841, erupsi di kawah utama, diikuti longsoran pada
sebagian dinding kawah 1843, erupsi-erupsi di kawah utama, disertai
semburan lava pijar. 3 orang tewas. 1844, erupsi abu di kawah utama
1847, 26 Maret-26 Juni, terjadi erupsi normal pada kawah pusat,
erupsi-erupsi di kawah utama, disertai
leleran lava
-
1848, Juni-September terjadi erupsi normal pada kawah pusat,
erupsi parasiter dan aliran lava 1849, erupsi di kawah utama,
disertai leleran lava 1856, 1 Maret sampai 14 Juni terjadi erupsi
di kawah utama 1859, PebruariMaret terjadi erupsi di kawah utama.
Mulai 27 Februari pukul 23.00 jatuh hujan abu di
daerah Probolinggo. 28 Pebruari pukul 06.00 abu sampai daerah
Pamekasan. 1860, terjadi erupsi pada kawah utama 1864, 9 dan 10
Juni malam terjadi hujan abu sekitar lereng G. Lamongan, dan
puncaknya berwarna
kemerah-merahan. 12 Juni sebagian dinding kawah runtuh. 2 Juli
di Lumajang dan Pasuruan jatuh hujan abu yang mengandung belerang,
erupsi di kawah utama, terjadi leleran lava
1869, 6 April, pukul 07.00 kegiatan meningkat dan terjadi aliran
lava, 6 rumah di Desa Solok terbakar. 12 September terjadi erupsi
di kawah utama, yang mengakibatkan 8 orang meninggal, karena
tertimpa bom gunungapi dan abu. 1870, 2 Maret, pukul 06.00 terjadi
erupsi, lamanya 3 jam. 18 Agustus terjadi hujan abu sampai
Krakatau
1871, 2224 Januari, di lereng selatan dan puncak Barat terjadi
hujan abu, di waktu malam hari terlihat lidah api di sekitar
puncak
1872, 15 Agustus18 September terjadi hujan abu di sekitar puncak
1873, 20 Mei, pagi hari dan 20 Agustus terjadi erupsi asap pada
kawah pusat 1877, 11 Mei selama 24 jam terjadi hujan abu di daerah
Probolinggo. Hujan abu ini sampai Pasuruan dan
Surabaya. 18 bahu tanaman rakyat rusak. Aliran lava sejauh 2 km
dari puncak. 1883, 13 April terjadi erupsi parasiter dengan aliran
lava di lereng Barat Daya pada titik ketinggian 950 m.
Lava ini panjangnya 3500 m, lebar 300 m, dan tebal antara 10
sampai 15 m, kecepatan 1 m/jam. Akibat aliran lava ini banyak pohon
dan tanaman rakyat rusak.
1884, 14 Januari16 April dan 23 Juni terjadi erupsi normal pada
kawah utama 1885-1886, 28 Maret, bagian puncak sebelah Barat yang
dahulunya berbentuk kerucut tampak terbelah
maka terlihatlah erupsi yang keluar dari celah tersebut. Pada
bulan April terlihat aliran lava kearah Barat Daya, sepanjang 1,6
km, lebar 25 m, tebal antara 510 meter. Oktober 1886 terjadi hujan
abu di sekitar Desa Padagangan
1887, dalam bulan Juli dan November terjadi erupsi normal pada
kawah utama. Skala erupsi IV, volume bahan erupsi : 0,010 km3, BD
2,3, energi kalor yang dilepaskan 2.9, 10, 23 erg, kesetaraan Bom
Atom 34.4.
1889, April, terjadi erupsi freatik. 7 September terjadi hujan
abu di Probolinggo. Oktober dan November terjadi peningkaatan
aktivitas.
1890, MaretMei dan SeptemberDesember terjadi erupsi normal pada
kawah utama 1891, Januari ?, SeptemberOktober, terjadi erupsi
normal pada kawah utama dan aliran lava 1892, November, terjadi
erupsi normal pada kawah utama, awan panas, daerah rusak 1896, 5
September, terjadi erupsi abu dan pasir, disertai suara dentuman
dan gemuruh. 9 September
terjadi hujan abu di Desa Papringan dan Suberweringin setebal
1,5 cm. Penyebaran abu ini sampai di daerah Probolinggo, Besuki,
Welingi dan Surabaya
1898, 5 Februari terjadi erupsi dasyat dari suatu titik yang
letaknya di lereng Barat, gunung ini pada ketinggian 400 m dpl.
Titik erupsi ini membentuk suatu bukit, dengan sisa aliran lava di
Timur Laut G. Kene (tinggi 43 m), bukit baru yang terbentuk ini
disebut G. Anyar.
-
1925 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi retakan
tanah.
1978 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi retakan
tanah.
1985 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi retakan
tanah.
1988 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi retakan
tanah.
1989 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi retakan
tanah.
1991 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi retakan
tanah.
2005 terjadi peningkatan kegempa bumian
Lingkaran hitam = pusat gempa bumi tahun 1988, garis penuh
adalah retakan yang terjadi pada tahun 1925, 1978, 1985 dan
1988.
Karakter Letusan Gunungapi Lamongan mempunyai karakter erupsi
sangat unik yaitu : 1. Jika terjadi kegiatan maka pusat kegiatannya
selalu disamping kawah utama yang berada di puncak 2. Selain itu,
dikelilingi oleh tidak kurang dari 60 pusat erupsi parasitik yang
terdiri dari kerucut vulkanik dan maar
Periode Erupsi Dari awal sampai tahun akhir, periode erupsi
variatif : (dari tahun 1799 s/d 1898) : 7 tahun, 2, 9, 5, 2, 2, 3,
1, 8, 3, 1, 2, 3, 2, 7, 5, 3, 5, 1, 1, 1, 3, 3, 6, 1, 2, 1, 1, 1,
1, 1, 2, 3, 2 tahun (1898).
-
GEOLOGI Stratigrafi Berdasarkan data geologi menunjukkan bahwa
produk Gunungapi Lamongan dapat dikelompokkan menjadi produk erupsi
pusat G. Tarub (Lamongan Tua), Lamongan Muda (Lamongan Sekarang),
hasil erupsi samping, erupsi eksentrik, erupsi freatik, dan endapan
sekunder (Sukhyar dkk, 1980). Hasil erupsi kawah pusat sebagian
besar terdiri atas lava dan jatuhan piroklastik, sedangkan hasil
erupsi samping umumnya berupa aliran lava, sedangkan erupsi
eksentrik terdiri atas lava saja atau piroklastik dan kombinasi
lava serta piroklastik. Adapun hasil proses sekunder umunya berupa
lahar dan endapan fluviatil. Data geologi baik dari peneliti
terdahulu maupun dari hasil penyelidikan langsung di lapangan tidak
ditemukan adanya produk erupsi G. Lamongan yang berupa endapan
aliran piroklastik. Diantara produk-produk Lamongan tersebut belum
ada yang dilengkapi dengan table umur absolute baik dari analisis
Potassium Argon (K/Ar) maupun Karbon 14 (14C). Urutan satuan batuan
produk G. Lamongan dari tua ke muda sbb, Endapan Piroklastik Pandan
(PDP) ; terdiri dari piroklastik, pasir lapilli sampai bom
skoria Lava Lamongan Tua (Llt) ; lava basalt olivin Lava Erupsi
Samping Tua Lamongan (Llst) tua basalt olivin Lava Muda Lamongan
(Llm); lava basalt olivin Endapan piroklastik Geni (GP); terdiri
dari piroklastika lepas, skoria, basaltik Lava Parang (Pl) ; lava
basalt piroksima Endapan Piroklastik Lamongan (Lp); terdiri dari
bahan piroklastika yang tersusun oleh
andesit basaltik terubah dan basalt skoria, lepas sampai
tergabung lemah Lava Erupsi Samping Muda G. Lamongan (Llsm) ; jenis
batuan basalt, olivin dan
piroksin dalam masa dasar kaca gunungapi dan mikrokistalin
Endapan Lahar Muda (Elm) ; endapan lahar tergabung lemah sampai
kuat, terdiri dari
bongkah lava basalt, masa dasar pasir lanau tufaan Sedangkan di
bawah produk G. Lamongan adalah : G. Tarub dan G. Argopuro
Struktur Geologi G. Lamongan (1671 m dpl) yang dikelilingi
banyak kerucut eksentrik atau parasit
(epigones) adalah sangat aktif dalam daerah yang mempunyai sumbu
barat-timur sepanjang 37 km dan sumbu utara-selatan sepanjang 18
km. G. Lamongan dan kerucut-kerucut epigones tersebut terletak pada
sayatan depresi sumbu antiklin Pulau Jawa
-
(Bemmelen, 1949). Demikian juga system fissure antara
timur-timurlaut (ENE) sampai barat-baratdaya (WSW) terbuka
sepanjang 4 km antara Zona Klakah dan Zona Puncak G. Lamongan,
disertai gempa bumi lokal (Bemmelen, 1949). Oleh karena itu daerah
kompleks G. Lampongan cukup sering terjadi gempa bumi yang
mengakibatkan rekahan-rekahan baru. Adanya banyak ranu/maar dan
bukit-bukit lava dan piroklastik di daerah Lamongan pada masa lalu
kemungkinan berhubungan erat dengan adanya pola-pola struktur yang
berkembang di daerah ini. Dengan demikian bukan suatu hal yang
tidak mungkin bahwa proses yang sama dapat juga terjadi pada suatu
waktu.
Peta Geologi G. Lamongan
GEOFISIKA Seismik
Pemantauan kegempa bumian G. Lamongan dilakukan dari Pos PGA, di
Kecamatan Klakah-Lumajang dengan menggunakan seismograf tipe PS 2,
satu komponen bersistem RTS. Kegempa bumian G. Lamongan umumnya
didominasi oleh gempa bumi tektonik, sedangkan gempa bumi vulkanik
jarang terekam.
-
Data kegempaan terkahir yang tercatat yaitu : Pada 04 Januari
2005 pukul 20:00 status Gunungapi Lamongan dinaikkan dari Aktif
Normal menjadi Waspada sehubungan dengan adanya peningkatan jumlah
Gempa Bumi Vulkanik Dalam yang terjadi secara cepat pada pukul
16:32. Peningkatan jumlah tersebut berlangsung sekitar 2,5 jam, dan
kemudian pada pukul 18:55 mulai terjadi Gempa Bumi Tremor menerus
dengan amplitude lebih besar dari 20 mm.
Sebelum terjadi peningkatan kegempaan tersebut, pada pukul 10.00
terjadi gempa bumi terasa yang bersumber di Situbondo berkekuatan
4,6 skala Richter.
Pada pukul 12:55 (05 Januari) terjadi gempa bumi terasa dengan
skala MMI I-III. Gempa bumi terasa mulai sering terjadi hingga
siang hari (lebih kurang sebanyak 30 kali yang dapat dirasakan di
Pos PGA G. Meja). Gempa bumi terasa tersebut banyak dirasakan oleh
semua orang di sekeliling G. Lamongan.
Pada jam 05:00 kembali terjadi Gempa Bumi Tektonik Jauh dengan
kekuatan 4.85 Skala Richter yang bersumber di laut selatan
(keterangan BMG)
Pada 5 Januari 2005 tercatat 430 kali Gempa Bumi Tektonik Local,
90 Gempa Bumi Vulkanik Dalam (VA) dan 1 Gempa Bumi Tektonik Jauh.
Kegempaan mulai menurun, sementara Gempa Bumi Tremor masih menerus
namun amplitudanya semakin kecil.
Suhu air Ranu tidak menunjukkan adanya peningkatan. Pengukuran
suhu yang dilakukan pada tanggal 05 dan 06 Januari 2005 tercatat
29o-30oC untuk Ranu Klakah dan Ranu Pakis. Sementara Tinggi
permukkan air Ranu Klakah turun 4 cm dan Ranu Pakis turun 9 cm
dibanding pengukuran bulan November 2004. Namun pengukuran yang
dilakukan pada tanggal 06 Januari 2005, masing-masing menunjukkan
peningkatan tinggi muka air sebesar 5 cm.
-
Sementara itu di Pos PGA Semeru yang terletak di G. Sawur (40 km
barat daya G. Lamongan mencatat 55 kali kejadian Gempa Bumi
Tektonik Lokal dan 4 kali gempa bumi terasa, dan di Pos PGA Bromo
di Cemoro Lawang (40 km, barat laut G. Lamongan) juga mencatat 28
kali Gempa Bumi Tektonik Local. Berkaitan dengan rentetan gempa
bumi tersebut tercatat 18 rumah yang berada di desa Ranu Gedang,
Kec. Tiris mengalami kerusakan sedang (dinding retak-retak). Pada
tanggal 6 Januari tercatat gempa bumi sebanyak 72 kali; 55 kali
Gempa Bumi Tektonik Lokal dan 17 kali Gempa Bumi Vulkanik Dalam.
Sementarara amplituda tremor semakin mengecil (< 5 mm).
Sejak tanggal 07 Januari, seismograf sudah tidak merekam lagi
Gempa Bumi Tremor. Sementara jumlah Gempa Bumi Vulkanik dan
Tektonik Lokal menurun tajam. Tercatat 7 kali Gempa Bumi Vulkanik
dan 13 kali Gempa Bumi Tektonik Local.
Untuk mengetahui arah datang (sumber gempa bumi) sejak tanggal
08 Januari dipasang lagi 2 (dua) seismometer tambahan di 2 (dua)
lokasi, yaitu di Pos PGA (G. Meja)
1 1 1 3
430
5513155151373 1110
100200300400500
1-Dec-
04
3-Dec-
04
5-Dec-
04
7-Dec-
04
9-Dec-
04
11-
Dec-
04
13-
Dec-
04
15-
Dec-
04
17-
Dec-
04
19-
Dec-
04
21-
Dec-
04
23-
Dec-
04
25-
Dec-
04
27-
Dec-
04
29-
Dec-
04
31-
Dec-
04
2-Jan-05
4-Jan-05
6-Jan-05
8-Jan-05
10-
Jan-05
12-
Jan-05
14-
Jan-05
16-
Jan-05
18-
Jan-05
20-
Jan-05
22-
Jan-05
24-
Jan-05
26-
Jan-05
28-
Jan-05
30-
Jan-05JU
MLAH
GEMPA
TANGGAL
GRAFIK GEMPA TEKTONIK G.LAMONGAN NOVEMBER-DESEMBER 2004
Tektonik Jauh
0 1 12 11 1
54
90
1772 11 1
0
20
40
60
80100
1-Dec-
04
3-Dec-
04
5-Dec-
04
7-Dec-
04
9-Dec-
04
11-
Dec-
04
13-
Dec-
04
15-
Dec-
04
17-
Dec-
04
19-
Dec-
04
21-
Dec-
04
23-
Dec-
04
25-
Dec-
04
27-
Dec-
04
29-
Dec-
04
31-
Dec-
04
2-Jan-
05
4-Jan-
05
6-Jan-
05
8-Jan-
05
10-
Jan-
05
12-
Jan-
05
14-
Jan-
05
16-
Jan-
05
18-
Jan-
05
20-
Jan-
05
22-
Jan-
05
24-
Jan-
05
26-
Jan-
05
28-
Jan-
05
30-
Jan-
05JUMLAH
GEMPA
TANGGAL
GRAFIK GEMPA VULKANIK G.LAMONGAN DESEMBER 2004 - JANUARI
2005
VAVB
-
dan di G. Cilik. Semua data yang ada direkam secara digital
dengan menggunakan Datamark LS-7000. Semua gempa bumi yang terekam
menunjukan bahwa waktu tiba gempa bumi pertama kali terekam oleh
stasiun G. Cilik, kemudian G. Meja dan terakhir terekam oleh
stasiun G. Anyar.
Salah satu hasil rekaman gempa bumi.
Lingkaran hitam = pusat gempa bumi tahun 1988, garis penuh
adalah retakan yang terjadi pada tahun 1925, 1978, a985 dan
1988.
-8000
-6000
-4000
-2000
0
2000
4000
6000
8000
-50-40-30-20-10
01020304050
-12000-10000
-8000-6000-4000-2000
020004000
00:3
0.0
00:3
0.6
00:3
1.2
00:3
1.8
00:3
2.4
00:3
3.1
00:3
3.7
00:3
4.3
00:3
4.9
00:3
5.5
00:3
6.1
00:3
6.7
00:3
7.3
00:3
7.9
00:3
8.5
00:3
9.2
00:3
9.8
00:4
0.4
00:4
1.0
00:4
1.6
00:4
2.2
00:4
2.8
00:4
3.4
00:4
4.0
00:4
4.6
Sta G. ANYAR
Sta POS/G. MEJA
Sta G. CILIK
-
Hasil analisa pusat gempa bumi dengan metoda tripartit
menunujukkan bahwa pusat gempa bumi terletak di sebelah barat G.
Lamongan atau di sekitar Ranu Bedali dan di sebelah utara G. Cilik,
dengan kedalaman berkisar antara 1 6 km (umumnya 35 km) di bawah
permukaan.
Hasil analisa pusat gempa bumi dengan metoda Tripartit.
Gaya Berat Pengukuran gaya berat G. Lamongan dilakukan pada
tanggal 23 April - 9 Mei 1988. Daerah pengukuran gaya berat yaitu
profil jalur barattimur (daerah Karangtengah sampai Anten) dan
jalur utara selatan (daerah Ranu Bedali sampai Ranu Lamongan)
masing-masing bertemu di daerah Cibuntu. Tujuan dari penyelidikan
gaya berat ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi bawah
permukaan yang mempengaruhi terhadap aktivitas daerah penyelidikan.
di daerah yang mengalami retakan, yaitu di Kp. Curahbuntu dan Kp.
CiptoDesa Sumber Petung. Dari hasil pengukuran yang dilakukan di
daerah ini ada 12 buah dibuat permanen dari bahan campuran batu dan
semen dengan maksud sebagai titik ukur acuan bagi survei gravitasi
selanjutnya. Dari hasil pengukuran topografi di dapat sebagai
berikut:
Stasiun Bujur Lintang Ketinggian BM.1 113o 17 56.80 BT 07o
5818.20 LS 423.381 m BM.2 113o 17 31.60 BT 07o 5813.20 LS 372.847 m
BM.3 113o 17 10.90 BT 07o 58 09.10 LS 346.858 m
-
BM.4 113o 16 55.10 BT 07o 58 06.60 LS 328.905 m BM.5 113o 16
34.20 BT 07o 58 03.00 LS 307.902 m BM.6 113o 16 19.40 BT 07o 58
00.40 LS 291.951 m BM.7 113o 16 03.40 BT 07o 57 57.50 LS 282.998 m
BM.8 113o 15 47.40 BT 07o 57 54.40 LS 268.933 m BM.9 113o 16 40.60
BT 07o 58 44.80 LS 300.785 m BM.10 113o 16 33.60 BT 07o 58 26.30 LS
301.176 m BM.11 113o 16 36.80 BT 07o 57 38.80 LS 319.232 m BM.12
113o 16 40.60 BT 07o 57 30.10 LS d339.764 m
Data gravitasi (gaya berat) setelah dilakukan koreksi : (dalam
m.gal) BM.1 = 218.100 BM.5 = 217.850 BM.9 = 219.580 BM.2 = 217.635
BM.6 = 218.320 BM.10 = 218.981 BM.3 = 217.775 BM.7 = 218.641 BM.11
= 217.249 BM.4 = 217.273 BM.8 = 218.577 BM.12 = 216.910
Kesimpulan penyelidikan gaya berat di daerah Lamongan yaitu : -
Terdapat body massa bawah permukaan di antara daerah Curahbuntu dan
G. Cilik
dengan kedalaman yang dangkal dan lebar body yang kecil yang
diperkirakan berhubungan dengan krisis seismik pada Februari sampai
Maret 1988 dan erupsi kecil pada April 1988.
- Adanya anomaly negatif di Timur Curahbuntu antara BM 5 dan BM
4 yang berasosiasi dengan zona frakturasi bawah permukaan.
DEFORMASI Penelitian deformasi di G. Lamongan adalah pengukuran
jarak dengan menggunakan EDM (Electronic Distance Measurement)
sedangkan levelling yang biasanya dilakukan secara bersamaan kali
ini tidak dilakukan. Dalam penelitian ini dilakukan pemasangan
titik ukur baru sebanyak 5 buah titik ukur yang di lokasi tertentu
yang dapat saling pandang sehingga membentuk suatu jaring tri
laterasi. Di G. Lamongan, titik ukur yang dipasang ditempatkan
terutama di bagian Barat G. Lamongan yaitu di Pos PGA (DLM1),
Gunung Cilik (DLM2), Gunung Anyar (DLM3), Area Hutan Jati (DLM4),
dan bagian lereng G. Lamongan. Pemilihan lokasi ini dititik
beratkan di daerah Barat dari G. Lamongan, hal ini disebabkan
karena lava terakhir yang pernah terjadi ada di sebelah Barat.
-
STASIUN AZIMUTH Jarak Miring (m)
Jarak Datar (m)
SD (m)
TGL
DISTOMAT REFLEKTOR HOR VER 040698 DLM 2 DLM1 N022oE 272oE1612
1766.426 1765.426 0.001 050698 DLM3 DLM1 N125oE 268oE1612 4078.483
4076.656 0.002 050698 DLM4 DLM3 N145oE 269oE1515 991.811 991.127
0.001 050698 DLM4 DLM5 N205oE 277oE2621 911.811 1831.928 0.002
050698 DLM3 DLM5 N242oE 277oE5255 1853.529 1809.386 0.002 050698
DLM2 DLM5 N304oE 273oE2733 1826.973 4883.714 0.003 060698 DLM1 DLM4
N305oE 271oE3113 4893.101 4981.159 0.006 060698 DLM1 DLM5 N285oE
273oE5424 5450.989 5438.079 0.006 060698 DLM1 DLM3 N300oE 271oE4139
4078.043 4076.216 0.002
Hasil pengukuran ini merupakan awal atau referensi untuk
pengukuran berikutnya, dengan demikian kondisi internal dari G.
Lamongan ini masih belum dapat diinterpretasikan.
GEOKIMIA Kimia Batuan Penelitian kimia di G. Lamongan lebih
memusatkan perhatian terhadap produk erupsi G. Lamongan. Penelitian
ini hanya dibatasi pada analisis unsur utama SiO2, Al6O3, Fe total,
CaO, MgO Na2O, K2O, MnO, TiO2, P2O5, dan H2O. Unsur utama ini
ditentukan dengan tiga metode, yaitu ; gravimetri,
spectrofotometri, dan spketro fotometri serapan atom. Ketiga sampel
batuan diambil dari G. Lamongan, Lumajang, Jawa Timur. Hasil akhir
analisis kimia unsur utama Batuan G. Lamongan diperlihatkan pada
table di bawah ini.
SAMPEL (% MASSA) No.
SENYAWA LAB LAG LAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
SiO2 Al2O3 Fe Total CaO MgO Na2O K2O MnO TiO2 P2O5 H2O HD
45.84 22.02 13.66 8.04 3.65 2.41 1.47 0.14 0.36 0.31 0.32
0.73
45.89 21.00 13.34 10.14 4.03 1.48 1.48 0.12 0.24 0.23 0.12
0.60
45.97 22.54 13.59 7.23 2.93 1.99 1.43 0.11 0.38 0.22 0.24
0.28
Total 98.95 98.67 96.91
Kandungan SiO2 untuk ketiga sampel tersebut menunjukkan bahwa
batuan tersebut termasuk kedalam kelompok batuan Basalt. Kandungan
SiO2 dalam sampel batuan batuan G. Lamongan yang pernah di analisis
memberikan harga antara 43%-52%, dapat memberi petunjuk bahwa
gunungapi ini senantiasa sering memperlihatkan sifat efusifnya, dan
kecil tingkat eksplosifnya.
-
Beberapa contoh hasil analisa kimia batuan G. Lamongan dan
sekitarnya, di antaranya yaitu : 1. Basalt Piroksin dari lava
puncak G. Lamongan 2. Basalt Piroksin Olivin G. Anyar 3. Basalt
Piroksin Olivin G. Kenek 4. Basalt Piroksin Olivin G. Kendeng 5.
Basalt G. Melawang 6. Picro Basalt G. Geni 7. Basalt G. Geni
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Visual
Pemantauan visual dan kegempa bumian G. Lamongan dilakukan dari
Pos PGA di Kecamatan Klakah-Lumajang dengan menggunakan seismograf
tipe PS 2 satu komponen sistem RTS. Seismometer ditempatkan di G.
Anyar pada daerah aliran lava termuda hasil erupsi samping G.
Lamongan, pada koordinat 7o 59 34,20LS dan 113o
1839,80BT dengan elevasi 483 m di atas permukaan laut (dpl).
Pengamatan lainnya secara visual dilakukan pengukuran suhu
puncak/fumarola/solftara dan pengukuran sifat keasaman secara
berkala (1 bulan sekali atau 3 bulan sekali). Pembuatan peta
kawasan rawan bencana serta peta tematik lainnya. Pembuatan
bangunan-bangunan pengendali lahar. Penyuluhan terhadap masyarakat
sekitar G. Lamongan terhadap manfaat dan bahayanya gunungapi.
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Kawasan rawan bencana G.
Lamongan digambarkan dalam sebuah peta yang
disebut sebagai Peta Kawasan Rawan Bencana G. Lamongan. Peta
Kawasan Rawan Bencana G. Lamongan dapat dibagi dalam 2 tingkat
yaitu ; Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana I.
Kawasan Rawan Bencana II Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan
yang berpotensi terlanda aliran/leleran lava, lontaran batu
(pijar), hujan abu (lebat), dan aliran lahar. Kawasan Rawan Bencana
II dapat dibedakan menjadi 2 kawasan yakni ; a. Kawasan Rawan
Bencana terhadap aliran massa berupa aliran lava dan aliran
lahar.
-
b. Kawasan Rawan Bencana terhadap material lontaran dan jatuhan
berupa lontaran batu (pijar), dan hujan batu lebat.
Daerah/dusun yang termasuk dalam kawasan ini adalah Darungan 1,
Darungan Timur, Salakjaya, Joboan, Kalibanter, Ranulanding, Bercak,
Papringan, Anter, Gunturan, dan Alun-alun. Luas kawasan ini
mencapai 60 km2. Pada kawasan ini, msyarakat diharuskan mengungsi
jika terjadi peningkatan kegiatan gunungapi, dimana peningkatan
kegiatan ini atas penentuan Pusat Vulkanologi. Masyarakat bisa
menempati tempat semula jika status kegiatan gunungapi tersebut
kembali ke tingkat normal.
Kawasan Rawan Bencana I Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan
yang berpotensi terlanda hujan abu-
pasir, aliran lahar dan kemungkinan terkena perluasan aliran
lava, serta lontaran batu (pijar). Kawasan ini dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu : a. Kawasan Rawan Bencana terhadap aliran lahar
dan kemungkinan terkena perluasan
aliran lava. b. Kawasan Rawan Bencana terhadap hujan abu-pasir
dan kemungkinan dapat terkena
lontaran batu (pijar). Daerah/dusun yang termasuk dalam kawasan
ini adalah Jurangdalem, Buku,
Maktagon, Palasari, Pekalongan, Ranugedang, Bukor, Bintaru,
Jetokan, Parsian, Darungan Barat, Angin-angin, Klempangan,
Blimbingan, Ranugedang, Darungan Timur, Tancak, Ranuagung, Tiris,
Bates, Kongsi, Andungsari, Telogosari, Segaran, Lalangan,
Curahputih, Wangkit, Kedunglier, Pakisan, Kaliglagah, Kalipenggung,
Kalijeruk, Gunungkenek, Sumbertumpak, Toroyandaya, Toroyan, Kajar,
Salak, Wangkitan, Kali Anyar, Salak Tengah, Sumberweringin,
Lebaklaok, Sumberpetung, Curahbuntu, Alun-alun I, Gunturan I,
Gunungrindang, Moleran, dan Jambuan.
Kawasan ini hanya akan terancam oleh hujan abu-pasir jika erupsi
kian membesar, penduduk disarankan untuk tinggal di dalam
rumah/perlindungan. Penggunaan masker dan kacamata sangat
dianjurkan terutama ketika berada di luar rumah/perlindungan. Luas
kawasan ini mencapai 95 km2.
Pengungsian dari kawasan ini hanya dilakukan atas perintah Pemda
setempat atas saran Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi.
-
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Lamongan
-
DAFTAR PUSTAKA Bronto. S, Situmorang. T, W. Effendi, Peta
Geologi G. Lamongan, Lumajang
Jawa Timur, 1986.
Bronto S, dkk., Peta Geologi G. Lamongan-Lumajang-Jawa Timur,
1986. Djoharman L, Restikajaya K, Laporan hasil pengukuran
deformasi sekitar G.
Tangkubanparahu dan G. Lamongan antara Desember 1987 Juli
1988.
Husein. S. H., Laporan hasil penyelidikan gaya berat sektor
barat daerah Curah Buntu G. Lamongan, 1988.
Hadisantoro. R.D, Martono. A, Sumpena A.D, Dahlan. A, 2001, Peta
Kawasan Rawan Bencana G. Lamongan (KRB).
Irawan. W, dkk., 2000, Peta Kawasan Rawan Bencana.
Sjarifudin. M.Z., Simatupang. Y. S. H, 1988, Petrokimia Batuan
G. Lamongan dan sekitarnya-Lumajang, Jawa Timur.
Syarifudin, M.Z, Simatupang. Y. S. H, 1989,Petrokimia batuan
gunungapi Lamongan dan sekitarnya-Lumajang-Jawa Timur.
Tjetjep. W. S, 1988, Penafsiran temperatur reservoir panasbumi
G. Lamongan, Kec. Tiris-Kab. Probolinggo-Jawa Timur, berdasarkan
metoda geothermometer kuantitatif.
Tjetjep .W. S, 1988, Penyelidikan Gaya Berat Sektor Barat,
Daerah Curahbuntu G. Lamongan.
Zainudin, dkk., 1997, Pengamatan visual dan seismik G.
Lamongan-Jawa Timur.