www.futurumcorfinan.com Page 1 PSAK 22 (revisi 2010) tentang Kombinasi Bisnis (adopsi International Financial Reporting Standard 3 “Business Combinations” (revisi 2008): Beberapa Implikasi terhadap Perpajakan – BAGIAN 2B BAB III BIAYA TRANSAKSI PENERBITAN INSTRUMEN KEUANGAN 2.2 Biaya-Terkait Akuisisi untuk Penerbitan Efek Utang dan Efek Ekuitas Kombinasi bisnis dalam Lampiran A Istilah PSAK 22 (revisi 2010) didefinisikan sebagai: Suatu transaksi atau peristiwa lain dimana pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau lebih bisnis. Pihak pengakuisisi mungkin memperoleh pengendalian atas pihak yang diakuisisi dengan beberapa cara, misalnya [PSAK 22 (revisi 2010) Lampiran B Panduan Aplikasi bagian Identifikasi Kombinasi Bisnis (Penerapan Paragraf 3) B05): Sukarnen DILARANG MENG-COPY, MENYALIN, ATAU MENDISTRIBUSIKAN SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS DARI PENULIS Untuk pertanyaan atau komentar bisa diposting melalui website www.futurumcorfinan.com
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
www.futurumcorfinan.com
Page 1
PSAK 22 (revisi 2010) tentang Kombinasi
Bisnis (adopsi International Financial
Reporting Standard 3 “Business
Combinations” (revisi 2008):
Beberapa Implikasi terhadap Perpajakan – BAGIAN 2B
BAB III
BIAYA TRANSAKSI PENERBITAN INSTRUMEN KEUANGAN
2.2 Biaya-Terkait Akuisisi untuk Penerbitan Efek Utang dan Efek Ekuitas
Kombinasi bisnis dalam Lampiran A Istilah PSAK 22 (revisi 2010) didefinisikan sebagai:
Suatu transaksi atau peristiwa lain dimana pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian
atas satu atau lebih bisnis.
Pihak pengakuisisi mungkin memperoleh pengendalian atas pihak yang diakuisisi dengan
beberapa cara, misalnya [PSAK 22 (revisi 2010) Lampiran B Panduan Aplikasi bagian
Entitas pada umumnya membayar berbagai biaya dalam penerbitan atau perolehan kembali
instrumen ekuitasnya. Biaya tersebut antara lain berupa biaya pendaftaran dan komisi lain
yang ditetapkan, biaya yang dibayarkan kepada penasehat hukum, akuntan, dan penasehat
profesional lain, biaya percetakan dan materai. Biaya transaksi yang timbul dari transaksi
ekuitas dicatat sebagai pengurang ekuitas (setelah dikurangi dampak pajak
penghasilan), sepanjang biaya tersebut merupakan biaya tambahan yang dapat
diatribusikan secara langsung dengan transaksi ekuitas, tetapi diabaikan jika tidak dapat
diatribusikan secara langsung. Biaya transaksi ekuitas yang diabaikan tersebut diakui
sebagai beban.
Jadi dari paragraf 38 dan 40 PSAK 50 (revisi 2010), biaya transaksi terkait penerbitan efek
ekuitas yang dapat diperlakukan sebagai pengurang ekuitas adalah biaya-biaya yang
secara langsung diatribusikan dengan transaksi ekuitas.
Dasar pemahaman perlakuan biaya transaksi terkait transaksi ekuitas sebagai pengurang
ekuitas dapat dijelaskan sebagai berikut
o Dalam IAS 32 tentang Financial Instruments: Presentation Basis untuk Kesimpulan
(Basis for Conclusions) BC33, dijelaskan perlakuan bahwa biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung tersebut disajikan sebagai pengurang ekuitas
didasarkan kepada pemahaman bahwa biaya-biaya transaksi tersebut terjadi sebagai
suatu bagian yang diperlukan guna menyelesaikan suatu transaksi ekuitas, sehingga
seharusnya diperlakukan sebagai bagian dari transaksi dimana biaya-biaya tersebut
memiliki kaitan (langsung). Mengkaitkan transaksi ekuitas dengan biaya transaksinya
memberikan gambaran hasil neto yang diperoleh dari penerbitan efek ekuitas, dan
dengan demikian, perlu juga disajikan demikian di bagian Ekuitas di Laporan Posisi
Keuangan.
www.futurumcorfinan.com
Page 5
Ketentuan dalam PSAK 50 (revisi 2010) paragraf 38 dan 40 di atas (yang merupakan
adopsi dari IAS 32) pada dasarnya mengambil perlakuan akuntansi yang sudah
dijelaskan dalam SIC-17 (2000) tentang Equity – Costs of an Equity Transaction. SIC-
17 yang sudah dicabut tersebut sehubungan dengan telah direvisinya IAS 32 pada
tahun 2003 (yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2005), menyebutkan bahwa2:
Transaction costs, defined as incremental external costs directly attributable to an
equity transaction, should be accounted for as a deduction from equity.
The Interpretation applies to transactions involving the issuance or acquisition of
instruments of the reporting enterprise that are classified by that enterprise as
equity and result in a net increase or decrease to equity. Typical examples of
equity transactions subject to the Interpretation would include the issuance of
common shares for cash and the acquisition by an enterprise of its own equity
instruments.
Costs of a stock exchange listing of shares already outstanding, a secondary
offering of shares, a share split, or a stock dividend would not be considered costs
of an equity transaction subject to the Interpretation.
o Pendekatan di atas juga sejalan atau konsisten dengan prinsip umum dalam IAS 32
atau PSAK 50 (revisi 2010), sebagaimana disebutkan dalam paragraf 38, dimana
perlakuan atas bunga, dividen, kerugian dan keuntungan yang berkaitan dengan
instrumen keuangan. Kalau item tersebut terkait dengan instrumen ekuitas, item
tersebut akan dimasukkan ke dalam bagian ekuitas. Di lain pihak, jika item tersebut
terkait dengan instrumen yang dikategorikan sebagai liabilitas keuangan, maka item
tersebut dimasukkan dalam pendapatan atau beban. Secara lengkapnya paragraf 38
PSAK 50 (revisi 2010) menyebutkan bahwa:
Bunga, dividen, kerugian dan keuntungan yang berkaitan dengan instrumen
keuangan atau komponen yang merupakan liabilitas keuangan diakui sebagai
pendapatan atau beban dalam laporan laba rugi.
Distribusi kepada pemegang saham instrumen ekuitas didebit oleh entitas secara
langsung ke ekuitas, setelah dikurangi dampak pajak penghasilan terkait. Biaya
transaksi yang timbul dari transaksi ekuitas, dicatat sebagai pengurang ekuitas,
setelah dikurangi dampak pajak penghasilan terkait.
Dari paragraf di atas, dapat dipahami bahwa klasifikasi suatu instrumen keuangan di
laporan posisi keuangan atau neraca menentukan bagaimana bunga, dividen,
kerugian dan keuntungan terkait dengan instrumen tersebut akan dilaporkan di
2 Diambil dari http://www.iasplus.com/en/standards/interpretations/interp62.
www.futurumcorfinan.com
Page 6
laporan laba rugi. Dengan demikian, kerugian terkait dengan suatu instrumen
keuangan yang dikategorikan sebagai ekuitas pihak penerbit efek ekuitas tersebut
akan dilaporan oleh pihak penerbit efek ekuitas sebagai bagian dari mutasi atau
perubahan ekuitas dan tidak dibebankan ke laporan laba rugi.
Hal di atas dipertegas dalam paragraf 39 PSAK 50 (revisi 2010), sebagai berikut:
Klasifikasi instrumen keuangan sebagai liabilitas keuangan atau instrumen ekuitas
menentukan apakah bunga, dividen, kerugian dan keuntungan terkait dengan
instrumen tersebut diakui sebagai pendapatan atau beban dalam laporan laba rugi.
Jadi pembayaran dividen atas saham yang sepenuhnya diakui sebagai liabilitas, diakui
sebagai beban sebagaimana pembayaran bunga atas obligasi. Demikian juga,
keuntungan dan kerugian yang terkait dengan penebusan atau pembiayaan kembali
liabilitas keuangan diakui dalam laporan laba rugi, sedangkan penebusan atau
pembiayaan kembali instrumen ekuitas diakui sebagai perubahan ekuitas.
Perubahan nilai wajar instrumen ekuitas tidak diakui dalam laporan keuangan.
Di sini terdapat 3 (tiga) hal yang perlu mendapat penjelasan, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan instrumen ekuitas?
PSAK 50 (revisi 2010) paragraf 7 memberikan definisi instrumen ekuitas sebagai
setiap kontrak3 yang memberikan hak residual atas aset suatu entitas setelah
dikurangi dengan seluruh liabilitasnya.
Hak residual in tidak perlu merupakan hak proporsional dengan urutan yang sama
dengan seluruh hak residual lainnya, misalnya, ia dapat saja berupa suatu hak
atas jumlah tetap dari saham entitas yang dapat memiliki urutan atau kedudukan
pertama. Untuk tujuan penentuan apakah suatu instrumen keuangan merupakan
instrumen ekuitas dan bukan merupakan liabilitas keuangan, PSAK 50 (revisi
2010) atau IAS 32 mewajibkan pihak penerbit untuk menerapkan definisi
instrumen ekuitas yang diperluas, dimana disebutkan dalam paragraf 12 PSAK 50
(revisi 2010).
3 “Kontrak” dan “kontraktual” mengacu pada suatu kesepakatan antara dua pihak atau lebih, yang
memiliki konsekuensi ekonomi yang jelas dan kecil peluangnya akan diabaikan oleh pihak-pihak yang terlibat, umumnya karena pemenuhan kesepakatan ini dapat dipaksakan secara hukum. Dengan demikian kontrak dan instrumen keuangan mungkin memiliki bentuk yang beragam dan tidak perlu dalam bentuk tertulis [PSAK 50 (revisi 2010) paragraf 09].
www.futurumcorfinan.com
Page 7
Paragraf 12 menjelaskan lebih lanjut bahwa:
Ketika penerbit menerapkan definisi di paragraf 7 (di atas) untuk menentukan
apakah instrumen keuangan merupakan instrumen ekuitas, dan bukan
merupakan liabilitas keuangan, maka instrumen tersebut merupakan instrumen
ekuitas jika, dan hanya jika, kedua kondisi (a) dan (b) berikut terpenuhi:
(a) Instrumen tersebut tidak memiliki kewajiban kontraktual:
(i) Untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain;
atau
(ii) Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan
entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan
penerbit.
(b) Jika instrumen tersebut akan atau mungkin diselesaikan dengan instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas, instrumen tersebut merupakan:
(i) Nonderivatif yang tidak memiliki kewajiban kontraktual bagi penerbitnya
untuk menyerahkan suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas
yang diterbitkan entitas; atau
(ii) Derivatif yang akan diselesaikan hanya dengan mempertukarkan
sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu
instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas. Untuk tujuan ini, rights, opsi
atau waran untuk memperoleh suatu jumlah yang tetap instrumen
ekuitas yang dimiliki entitas untuk jumlah yang tetap dari berbagai mata
uang adalah instrumen ekuitas jika entitas menawarkan rights, opsi atau
waran prorata terhadap semua pemilik yang ada saat ini pada kategori
yang sama pada instrumen ekuitas nonderivatif yang dimiliki. Juga,
untuk tujuan ini instrumen ekuitas yang diterbitkan penerbit tidak
termasuk instrumen yang memiliki semua fitur dan memenuhi
persyaratan yang dijelaskan di paragraf 13 dan 14, atau paragraf 15
dan 16, atau instrumen yang merupakan kontrak untuk menerima atau
menyerahkan instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas di masa yang
akan datang.
2. Bagaimana kalau biaya-biaya transaksi tersebut terkait dengan efek utang dan
juga efek ekuitas?
Terdapat petunjuk yang diberikan dalam paragraf 41 PSAK 50 (revisi 2010)
dimana disebutkan bahwa:
Biaya transaksi yang terkait dengan penerbitan instrumen keuangan majemuk
dialokasikan pada komponen liabilitas dan ekuitas dari instrumen secara
www.futurumcorfinan.com
Page 8
proporsional dengan alokasi hasil yang diperoleh. Biaya transaksi yang terkait
dengan lebih dari satu transaksi (misalnya biaya yang timbul dari penawaran atas
sejumlah saham dan pencatatan saham lainnya secara bersamaan) dialokasikan
pada seluruh transaksi tersebut dengan menggunakan dasar alokasi yang
Sesuai dengan 41 PSAK 50 (revisi 2010), apabila timbul biaya transaksi terkait
dengan penerbitan obligasi konvertibel tersebut di atas, misalnya Rp100.000,
maka biaya transaksi yang terkait dengan penerbitan instrumen keuangan
majemuk dialokasikan pada komponen liabilitas dan ekuitas dari instrumen secara
proporsional dengan alokasi hasil yang diperoleh.
Menggunakan contoh ilustrasi PSAK 50 (revisi 2010) di atas, maka biaya
transaksi sebesar Rp100.000 dialokasikan sebagai berikut:
Jumlah
(Rupiah)
Dasar
Alokasi
(%)
Hasil Alokasi
Biaya
Transaksi
Komponen liabilitas 1.848.122 92.4 92.400
Komponen ekuitas 151.878 7.6 7.600
Total hasil penerbitan obligasi
konvertibel
2.000.000 100.0 100.000
Sesuai dengan paragraf 40 PSAK 50 (revisi 2010), biaya transaksi yang timbul
dari transaksi ekuitas di atas dicatat sepanjang biaya tersebut merupakan biaya
tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung dengan transaksi ekuitas,
biaya transaksi dicatat sebagai pengurang ekuitas (setelah dikurangi dampak
pajak penghasilan, jika ada).
Dengan demikian, komponen ekuitas di atas sebesar Rp151.878 akan disajikan
sebesar Rp144.278, sesudah dikurangi dengan alokasi biaya transaksi sebesar
Rp7.600.
[Contoh 10] Ilustrasi terkait dengan pemisahan instrumen keuangan majemuk
yang memiliki fitur derivatif melekat berganda, sebagai berikut:
Diasumsikan bahwa hasil (proceeds) yang diterima dari penerbitan selembar
callable convertible bond adalah sebesar Rp60.
Nilai obligasi sejenis tanpa opsi beli atau konversi ekuitas adalah sebesar
Rp57.
www.futurumcorfinan.com
Page 15
Berdasarkan model penetapan harga opsi (option pricing model), harga dari
sebuah fitur opsi beli yang dilekatkan pada sebuah obligasi tanpa opsi
konversi ekuitas adalah sebesar Rp2.
Dari contoh ilustrasi di atas, alokasi nilai komponen instrumen liabilitas dan
ekuitas berdasarkan paragraf 34 PSAK 50 (revisi 2010) adalah sebagai berikut:
Keterangan Jumlah
(Rupiah)
Nilai yang dialokasikan kepada komponen liabilitas (Rp57 – Rp2) 55
Nilai yang dialokasikan kepada komponen ekuitas (Rp60 – Rp55) 5
Total hasil penerbitan callable convertible bond 60
Apabila terdapat biaya-biaya transaksi dari penerbitan callable convertible bond
tersebut, maka biaya tersebut akan dialokasikan berdasarkan hasil yang
diperoleh, dimana menggunakan contoh ilustrasi, adalah 91.67% (55/60) untuk
komponen instrumen liabilitas dan 8.33% (5/60) untuk komponen instrumen
ekuitas.
Contoh Ilustrasi 11 dari PSAK 50 (revisi 2010) adalah terkait dengan pembelian
kembali instrumen yang dapat dikonversi, namun hanya akan diambil CI40 – CI41
mengenai alokasi hasil penerbitan instrumen yang bersangkutan.
Untuk penyederhanan ilustrasi, pada saat penerbitan instrumen tersebut,
Nilai nominal dari instrumen tersebut diasumsikan sama dengan nilai
tercatat agregat komponen liabilitas dan ekuitas dalam laporan keuangan,
jadi tidak ada premi atau diskon.
Setoran pajak dihapuskan dalam contoh ini.
Keterangan contoh ilustrasi tersebut adalah sebagai berikut:
Pada tanggal 1 Januari 1999, Entitas A menerbitkan sebuah debenture
(obligasi tanpa jaminan) dengan tingkat bunga kupon 10%, yang dapat
dikonversi dengan nilai nominal sebesar Rp1.000 dan akan jatuh tempo pada
tanggal 31 Desember 2008.
Debenture ini dapat dikonversi menjadi saham biasa Entitas A dengan harga
konversi Rp25 per lembar.
Bunga akan dibayar tunai setiap setengah-tahunan.
Pada tanggal penerbitannya, Entitas A dapat menerbitkan instrumen utang
berjangka 10 (sepuluh) tahun dengan tingkat bunga kupon 11%.
www.futurumcorfinan.com
Page 16
Dalam laporan keuangan Entitas A, nilai tercatat debenture pada saat
penerbitannya dialokasikan sebagai berikut:
Keterangan Jumlah
(Rupiah)
Komponen Liabilitas
Nilai kini dari 20 kali pembayaran bunga tengah-tahunan
sebesar Rp50 dengan tingkat bunga diskonto sebesar 11%
597
Nilai kini dari nilai nominal Rp1.000 yang jatuh tempo dalam
10 tahun dengan tingkat bunga diskonto sebesar 11%
majemuk setengah-tahunan (compounded)
343
Total komponen instrumen liabilitas 940
Komponen Ekuitas
Hasil residu yang merupakan selisih antara Rp1.000
dikurangi total komponen instrumen liabilitas Rp940
60
Total hasil yang diperoleh dari penerbitan debenture
konvertibel
1.000
Apabila terdapat biaya-biaya transaksi dari penerbitan debenture konvertibel
tersebut, maka biaya tersebut akan dialokasikan berdasarkan hasil yang
diperoleh, dimana menggunakan contoh ilustrasi, adalah 94.0% (940/1.000) untuk
komponen instrumen liabilitas dan 6.0% (60/1.000) untuk komponen instrumen
ekuitas.
3. Bagaimana dengan biaya transaksi yang terkait dengan lebih dari satu transaksi?
Baris kedua dari paragraf 41 PSAK 50 (revisi 2010) memberikan petunjuk terkait
hal ini, dimana disebutkan bahwa:
Biaya transaksi yang terkait dengan penerbitan instrumen keuangan majemuk
dialokasikan pada komponen liabilitas dan ekuitas dari instrumen secara
proporsional dengan alokasi hasil yang diperoleh. Biaya transaksi yang terkait
dengan lebih dari satu transaksi (misalnya biaya yang timbul dari penawaran
atas sejumlah saham dan pencatatan saham lainnya secara bersamaan)
dialokasikan pada seluruh transaksi tersebut dengan menggunakan dasar
alokasi yang rasional dan konsisten dengan transaksi serupa.
www.futurumcorfinan.com
Page 17
Situasi ini seringkali didapatkan dimana suatu entitas menawarkan sahamnya ke
publik melalui pasar modal, atau yang umum dikenal sebagai penawaran umum
saham perdana (Initial Public Offering – IPO). Dalam proses IPO, suatu entitas
akan menerbitkan saham baru (dapat berupa peningkatan modal dasar
(authorized capital stock), atau peningkatan modal ditempatkan (subscribed
capital stock)) yang ditawarkan kepada pihak investor guna memperoleh dana
segar dan, bersama-sama dengan saham yang sudah diterbitkan sebelumnya,
akan dicatatkan (listed) di bursa efek4. Di sini yang perlu dicermati, terdapat 2
(dua) saham yang dicatatkan di bursa efek, yaitu:
a) Saham-saham yang sudah diterbitkan sebelum rencana IPO, saham mana
dimiliki oleh pemegang saham yang ada.
b) Saham-saham baru yang diterbitkan dalam rangka IPO dimana saham baru
tersebut ditawarkan ke investor publik.
Biaya-biaya yang terkait pada saham golongan a) di atas guna dicatatkan di bursa
efek bukan merupakan biaya transaksi terkait dengan penerbitan instrumen
ekuitas, melainkan semata-mata biaya yang dikeluarkan agar saham-saham
tersebut menjadi lebih dapat dijual ke publik (marketable), dan tidak dapat
dikatakan biaya-terkait penerbitan saham.
4 Dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI)
(http://www.idx.co.id/Home/Information/ForCompany/HowToBeaListedCompany/tabid/177/language/id-ID/Default.aspx) yang diakses pada tanggal 27 Juni 2012, diperoleh keterangan sebagai berikut: Saham yang dicatatkan di BEI dibagi atas dua papan pencatatan yaitu Papan Utama dan Papan Pengembangan dimana penempatan dari Perusahaan Tercatat didasarkan pada pemenuhan persyaratan pencatatan awal pada masing-masing papan pencatatan. Papan Utama ditujukan untuk Perusahaan Tercatat yang berskala besar, khususnya dalam hal nilai Aktiva Berwujud Bersih (Net Tangible Assets) yang sekurang-kurangnya Rp100 miliar. Sementara Papan Pengembangan dimaksudkan untuk perusahaan-perusahaan yang belum dapat memenuhi persyaratan pencatatan di Papan Utama, termasuk perusahaan yang prospektif namun belum membukukan keuntungan. Persyaratan Pencatatan Saham adalah sebagai berikut: 1. Badan hukum Calon Perusahaan Tercatat berbentuk Perseroan Terbatas (PT). 2. Pernyataan Pendaftaran yang disampaikan ke Bapepam dan LK telah menjadi efektif. 3. Memiliki Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota Dewan Komisaris,
memiliki Direktur tidak terafiliasi, memiliki Komite Audit atau menyampaikan pernyataan untuk membentuk Komite Audit paling lambat 6 bulan setelah tercatat, memiliki Sekretaris Perusahaan.
4. Nilai nominal saham sekurang-kurangnya Rp100. 5. Calon Perusahaan Tercatat tidak sedang dalam sengketa hukum yang diperkirakan dapat
mempengaruhi kelangsungan perusahaan. 6. Bidang usaha baik langsung atau tidak langsung tidak dilarang oleh Undang-Undang yang
berlaku di Indonesia. 7. Khusus calon Perusahaan Tercatat yang bergerak dalam industri pabrikan, memiliki sertifikat
AMDAL dan tidak dalam masalah pencemaran lingkungan dan calon Perusahaan Tercatat yang bergerak dalam industri kehutanan harus memiliki sertifikat ecolabelling (ramah lingkungan).
8. Persyaratan pencatatan awal yang berkaitan dengan hal finansial didasarkan pada laporan keuangan Auditan terakhir sebelum mengajukan permohonan pencatatan.
www.futurumcorfinan.com
Page 18
Dalam peristiwa yang lain, saham-saham golongan a) di atas dapat juga termasuk
dalam penjualan saham di pasar sekunder dimana saham-saham tersebut dijual
oleh pemegang saham yang ada kepada pihak investor lainnya, dan dalam hal ini,
pihak pemegang saham menerima pembayaran dari pihak investor. Dengan
demikian, transaksi ini tidak terkait dengan perusahaan karena perusahaan tidak
menerima hasil penjualan saham tersebut dalam akun bank-nya. Biaya-biaya
yang terkait dengan transaksi demikian bukan merupakan biaya-terkait transaksi
ekuitas, dan dengan demikian, akan dibebankan ke laporan laba rugi periode
berjalan.
Dari dua peristiwa di atas, dapat dilihat bahwa hanya biaya-biaya yang terjadi
guna penerbitan saham-saham baru untuk memperoleh tambahan modal, dalam
hal ini melalui penawaran umum perdana atau juga rights issue, yang merupakan
biaya transaksi terkait instrumen ekuitas dan dengan demikian, disajikan sebagai
pengurang ekuitas.
Ketentuan ini mengakibatkan perlunya bagi suatu entitas:
melakukan identifikasi biaya-biaya yang secara spesifik dapat diatribusikan
atau dikaitkan dengan penerbitan saham baru. Dalam hal ini biaya
transaksinya dicatat sebagai pengurang ekuitas.
melakukan identifikasi atas biaya-biaya inkremental yaitu biaya-biaya yang
hanya terjadi pengeluarannya karena adanya IPO atau rights issue, yang
kemudian dilakukan alokasi biaya-biaya inkremental tersebut antara saham-
saham baru dan saham-saham lama dengan menggunakan dasar alokasi
yang rasional dan konsisten dengan transaksi serupa [paragraf 41 PSAK 50
(revisi 2010)].
Dalam paragraf 41 PSAK 50 (revisi 2010) tidak diberi penjelasan lanjutan
mengenai apa yang dimaksud dengan dasar alokasi yang rasional dan
konsisten. Rasio antara jumlah lembar saham lama dan lembar saham baru
dapat saja digunakan sebagai dasar alokasi yang rasional.
Dalam pertemuan IFRIC di bulan Juli 2008 (proyek Transaction Costs
Deducted from Equity (Agenda Paper 6D)5), terdapat pembahasan isu terkait
5 Diunduh pada tanggal 27 Juni 2012 dari
http://www.ifrs.org/NR/rdonlyres/2CEB67A5-387B-4721-A7D6-434FBD7E780D/0/0807ob6C.pdf Appendix A halaman 7.
mencakup biaya-biaya yang dapat secara langsung dialokasikan ke
transaksi ekuitas.
Di sini memang terdapat beberapa istilah yang berdekatan:
o biaya langsung (direct costs).
o biaya yang secara langsung dapat diatribusikan (directly
attributable costs).
o biaya eksternal.
o biaya langsung internal (internal direct costs).
Permasalahannya adalah sejauh mana biaya-biaya transaksi, dengan
berbagai istilah yang dapat dikaitkan tersebut, dapat dikurangkan dari
ekuitas. Biaya-biaya yang dapat diperlakukan sebagai pengurang
ekuitas dapat bervariasi mulai dari:
hanya biaya-biaya eksternal (dimana pemahaman ini sejalan
dengan ketentuan dalam SIC-17 (2000) tentang Equity – Costs
of an Equity Transaction (SIC-17 yang sudah dicabut tersebut
sehubungan dengan telah direvisinya IAS 32 pada tahun 2003
(yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2005)).
Pendekatan yang juga memasukkan biaya-biaya eksternal dan
internal yang secara ketat hanya mencakup biaya yang secara
langsung dapat diatribusikan ke transaksi ekuitas. Pendekatan
ini akan mengeluarkan biaya-biaya, sebagai contoh, semua
biaya gaji (payroll) yang bersifat non-variabel).
Pendekatan yang mencakup seluruh biaya-biaya eksternal dan
internal yang dapat dikaitkan atau diatribusikan ke transaksi
ekuitas.
Dalam Lampiran A dari pertemuan IFRIC Juli 2008 tersebut
diberikan ilustrasi terkait penerapan IAS 32.37 menggunakan
contoh berikut ini:
Biaya gaji (payroll) untuk seorang manajer relasi investor (investor
relations manager) yang barusan diperkerjakan untuk membantu
proses penawaran saham umum perdana (IPO) dan ternyata
mengajukan pengunduran diri sesudah IPO terlaksana. Apakah
biaya gaji manajer tersebut selama masa kerjanya sampai IPO
terlaksana dapat diperlakukan sebagai pengurang ekuitas? Dalam
hal ini kondisi “inkremental/tambahan” terpenuhi, namun
www.futurumcorfinan.com
Page 22
demikian, tidak jelas apakah biaya-biaya tersebut dapat dikatakan
memenuhi ketentuan “secara langsung dapat diatribusikan”
sehubungan dengan IPO karena bisa saja kegiatan manajer
tersebut pada dasarnya lebih terkait dengan membangun
hubungan perusahaan dengan pihak investor dalam pengertian
yang lebih umum. Apakah ada perbedaan jika manajer hubungan
investor tersebut bukan merupakan karyawan perusahaan tapi
merupakan perorangan yang dipekerjakan secara freelancer
untuk membantu perusahaan selama proses IPO?
Biaya-biaya untuk kursus pelatihan bahasa bagi manajemen
perusahaan agar mampu menjalankan “road show” ke berbagai
negara asing. Apakah biaya-biaya tersebut dapat sebagai
pengurang ekuitas meskipun manfaat dari kursus pelatihan
bahasa tersebut pada umumnya dapat dipergunakan untuk
berbagai keperluan, dan tidak hanya untuk “road show”?
Fee sukses spesial (bonus) yang dibayarkan ke pihak manajemen
apabila IPO berhasil dilaksanakan. Apakah biaya-biaya tersebut
dapat dianggap secara langsung dapat diatribusikan ke IPO atau
menjadi bagian dari kompensasi atau gaji manajemen yang
bersifat normal (dan dengan demikian, diperlakukan sebagai
biaya overhead umum yang tidak memiliki kaitan langsung)?
Tentunya tantangan yang ada adalah bagaimana mengartikan istilah
“directly attributable (secara langsung dapat diatribusikan)” terkait
dengan istilah [biaya] “inkremental atau tambahan” seperti yang
digunakan dalam IAS 32.37, agar supaya dapat ditarik suatu garis
antara biaya-biaya yang dapat sebagai pengurang ekuitas dengan
biaya-biaya yang harus diakui sebagai biaya dalam laporan laba rugi.
Dalam IAS 32.37 tampak bahwa hal ini tidak secara jelas diberikan
panduan terkait isu ini.
Menurut IAS 32.37, istilah “inkremental atau tambahan” berarti biaya-
biaya yang dapat dihindarkan atau tidak terjadi pengeluarannya
seandainya transaksi ekuitas tersebut tidak terjadi. Namun demikian,
istilah “inkremental” juga dapat ditemukan pada IAS/IFRS lainnya,
misalnya:
IAS 17.38 “Initial direct costs are often incurred by lessors and
include amounts such as commissions, legal fees and internal
costs that are incremental and directly attributable….”.
www.futurumcorfinan.com
Page 23
IAS 39.9 “Transaction costs are incremental costs that are
directly attributable ….”.
Tentunya dipahami bahwa suatu istilah hendaknya digunakan dalam
pengertian yang sama dalam semua IAS/IFRs kecuali istilah tersebut
memang dimaksudkan memiliki pengertian yang berbeda. Namun
kalaupun istilah “inkremental” dalam IAS 32.37ini memang
dimaksudkan berbeda, maka diharapkan bahwa hal ini memperoleh
penjelasan atau setidak-tidaknya diindikasikan demikian dalam
standar yang bersangkutan.
Isu kedua adalah terkait dengan apa yang dimaksud dengan transaksi
ekuitas. Sebagai contoh, apakah biaya-biaya yang terjadi guna
mencatatkan (listing) saham-saham yang sudah ada pada bursa efek
merupakan biaya dari suatu transaksi ekuitas.
Ketika saham-saham baru diterbitkan bersamaan dengan penawaran
saham umum perdana dari saham-saham yang ada, apakah seluruh
biaya yang terjadi terkait dengan suatu transaksi ekuitas?
Analisa staff IASB mengingatkan bahwa kejadian IPO tidak selalu
merupakan suatu transaksi ekuitas sebagaimana dimaksud dalam IAS
32.
Sebagaimana disebutkan di atas suatu IPO atau pencatatan saham di
bursa efek dapat saja terjadi tanpa penerbitan saham baru, atau
bersamaan dengan saham yang sudah diterbitkan sebelumnya
diperdagangkan di pasar sekunder. Biaya-biaya yang disebutkan di
atas banyak bukan merupakan hasil dari suatu transaksi ekuitas, tapi
lebih merupakan biaya-biaya yang dapat secara langsung
diatribusikan ke peristiwa entitas menjadi perusahaan publik dan/atau
emiten7. Hanya biaya-biaya inkremental atau tambahan yang terkait
7 Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum dalam rangka menjaring dana bagi
kegiatan usaha perusahaan atau pengembangan usaha perusahaan. Usaha mendapatkan dana tersebut dilakukan dengan menjual efek [efek utang atau efek ekuitas] kepada masyarakat luas melalui pasar modal. Ada sedikit perbedaan antara emiten dengan perusahaan publik. Pengertian emiten adalah perusahaan yang melakukan penawaran umum, sedangkan perusahaan publik adalah yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00,- (tiga miliar Rupiah) atau memiliki jumlah pemegang saham dan modal yang disetor yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 angka 22).
www.futurumcorfinan.com
Page 24
secara langsung dengan penerbitan instrumen ekuitas baru atau
akuisisi instrumen ekuitas yang sebelumnya beredar yang
memenuhi ketentuan IAS 32.
Staff IASB setuju kepada pemahaman bahwa biaya-biaya inkremental
atau tambahan tidak harus terbatas pada biaya-biaya eksternal
(tidak seperti SIC-17 yang hanya membatasi biaya-biaya inkremental
pada biaya eksternal). IASB dengan sengaja meniadakan ketentuan
bahwa biaya transaksi hanya terbatas pada biaya eksternal, guna
memperbolehkan entitas memperlakukan komisi yang dibayarkan ke
tenaga penjualan internal sebagai biaya akuisisi kontrak (yaitu biaya
transaksi) sama seperti komisi yang dibayarkan ke agen untuk
memperoleh kontrak yang sama.
Bagaimanapun juga, pihak staff IASB melihat bahwa seharusnya
pihak entitas tetap dapat:
o melakukan identifikasi atas biaya eksternal yang telah terjadi
sebagai alternatif biaya internal, dan
o biaya-biaya internal yang terjadi di luar pengeluaran yang berjalan
(on-going) atau rutin, sehingga tidak semata-mata alokasi atas
biaya gaji dari staf permanen yang seharusnya tetap dapat
ditugaskan ke proyek lainnya.
Kesimpulan staf IASB sebagai berikut:
Biaya transaksi yang diakui sebagai pengurang ekuitas menurut IAS 32.37
adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh entitas pada saat penerbitan atau
perolehan kembali instrumen ekuitas entitas itu sendiri.
Ada sedikit perbedaan antara emiten dengan perusahaan publik, dimana kalau emiten sudah pasti perusahaan publik karena telah memenuhi persyaratan sebagai perusahaan publik dilihat dari jumlah pemegang saham dan modal minimal yang harus disetor. Emiten melakukan penawaran umum dan sahamnya diperdagangkan di bursa efek (yaitu pasar sekunder). Perusahaan publik belum tentu dapat dikategorikan sebagai emiten karena belum tentu perusahaan publik tersebut melakukan penawaran umum atau tercatat (listing) di bursa efek. Perusahaan publik dapat menjadi emiten pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka melakukan penawaran umum dinyatakan efektif karena sudah diterima dan memperoleh persetujuan dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPEM-LK). Namun sebagai perusahaan publik, kendati tidak melalui penawaran umum, perusahaan publik tetap wajib menyampaikan pernyataan pendaftaran ke BAPEPAM-LK. Baik emiten maupun perusahaan publik, keduanya tergolong dalam pengertian “Perusahaan Terbuka” (Tbk). Dikutip dari buku Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. M. Irsan Nasarudin, SH. dan Indra Surya, SH, LL.M. Jakarta: Prenada Media, 2004. halaman 151 dan 155.
www.futurumcorfinan.com
Page 25
Aktivitas lainnya yang dilaksanakan pada saat yang sama, misalnya menjadi
perusahaan publik atau mencatatkan saham di bursa efek bukan merupakan
bagian dari transaksi ekuitas.
Staff IASB percaya bahwa pengertian “inkremental” dan “secara langsung
dapat diatribusikan” secara memadai digunakan dengan cara yang sama di
seluruh IFRS. Dengan demikian, kedua istilah tersebut dapat diterapkan
secara konsisten.
c) Biaya-biaya transaksi apa saja yang dimaksudkan sebagai pengurang ekuitas?
Dalam penerbitan saham-saham baru (dan bahkan pembelian kembali saham
yang beredar), tentunya ada biaya-biaya yang perlu dikeluarkan oleh suatu
entitas. Biaya-biaya tersebut dapat mencakup biaya registrasi, biaya penjaminan