Fundamental Analysis
Merupakan metode analisis yang didasarkan pada fundamental suatu
perusahaan, dimana analisa fundamental mencoba memerkirakan harga
saham yang akan datang dengan :
1. Melakukan estimasi nilai nilai fundamental yang memengaruhi
harga saham dimasa yang akan datang.
2. Menerapkan hubungan variable variable tersebut sehingga
diperoleh taksiran harga saham.
Tujuan analisis fundamental.
Secara umum
Untuk mengetahui nilai intrinsic perusahaan, misalnya prospek
dan laporan keuangan perusahaan.
Ditinjau dari dimensi pasar modal.
Dapat mengetahui nilai yang terkandung dalam suatu saham,
misalnya besaran dividend dan harga saham.
Manfaat lain
Dapat mengestimasi kondisi baik atau buruknya financial
perusahaan agar dimasa yang akan datang lebih baik atau dapat
meraih keuntungan yang lebih besar.
Tahap tahap analisis.
1. Analisis ekonomi atau pasar
a. Variable variable ekonomi makro
Lingkungan kerja ekonomi makro adalah lingkungan yang
mempengaruhi operasi perusahaan sehari hari. Dalam melakukan
analisis fundamental, penelitian terhadap kondisi ekonomi makro dan
berbagai keadaan berbagai variable utama :
Produk Domestik Bruto (PDB)
Tingkat Pengangguran.
Inflasi
Tingkat Bunga
Variable tersebut sangat mempengaruhi keputusan investor.
b. Meramalkan perubahan pasar modal.
Untuk menghasilkan kepuutusna investasi yang tepat dan
menguntungkan, investor dapat melakukan peramalan perubahan pasar
dengan melihat perubahan :
siklus ekonomi.
Variable ekonomi.
2. Analisis Industri
3. Analisis Perusahaan
Kategori faktor fundamental
Faktor-faktor fundamental yang sifatnya luas dan kompleks
tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori besar,
yaitu:
1. Faktor politik
sebagai salah satu alat indikator untuk memprediksi pergerakan
nilai tukar, sangat sulit untuk diketahui timing/waktu terjadinya
secara pasti dan untuk ditentukan dampaknya terhadap fluktuasi
nilai tukar. Ada kalanya suatu perkembangan politik berdampak pada
pergerakan nilai tukar, namun ada kalanya tidak membawa dampak apa
pun terhadap pergerakan nilai tukar.
2. Faktor keuangan.
sangat penting dalam melakukan Analisa Fundamental. Adanya
perubahan dalam kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan oleh
pemerintah, terutama dalam hal kebijakan yang menyangkut perubahan
tingkat suku bunga, akan membawa dampak signifikan terhadap
perubahan dalam fundamental ekonomi. Perubahan kebijakan ini juga
memengaruhi nilai mata uang. Tingkat suku bunga adalah penentu
utama nilai tukar suatu mata uang selain indikator lainnya seperti
jumlah uang yang beredar. Aturan umum mengenai kebijakan tingkat
suku bunga tingkat suku bunga ini adalah semakin tinggi tingkat
suku bunga semakin kuat nilai tukar mata uang. Namun, kadang kala
terdapat salah pegertian bahwa kenaikan tingkat uku bunga secara
otomatis akan memicu menguatnya nilai tukar maa uang domentik.
Perhatian terhadap suku bunga ini terutama harus dipusatkan pada
tingkat suku bunga riil, bukan pada tingkat suku bunga nominal. Ini
karena perhitungan tingkat suku bunga riil telah menyertakan
variabel tingkat inflasi di dalamnya. Jadi Faktor keuangan dapat
membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap nilai tukar suatu
negara. Perubahan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara dapat
membawa dampak (regional effect) bagi perekonomian negara-negara
lain yang terdapat dalam kawasan yang sama. Dalam era global asset
allocation, arus portofolio modal tidak lagi mengenal batas-batas
wilayah negara. para fund manager, investor, dan hedge funds yang
melakukan investasi secara global, sangat mencermati perubahan
ekonomi, bukan hanya dalam lingkup satu negara, melainkan juga
meluas hingga ke dalam lingkup satu kawasan/regional tertentu.
3. Faktor ekonomi.
indikator ekonomi adalah salah satu faktor yang tidak dapat
dipisahkan dan merupakan bagian penting dari keseluruhan faktor
fundamental itu sendiri. Indikator- indikator ekonomi yang sering
digunakan dalam analisa fundamental, yaitu:
a. Produk nasional bruto (PNB)
adalah total produksi barang dan jasa yang diproduksi oleh
penduduk negara tersebut baik yang bertempat tinggal/ berdomisili
di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri dalam suatu
periode tertentu.
b. Produksi domestik bruto (PDB)
adalah penjumlahan seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu negara baik oleh perusahaan dalam negeri maupun oleh
perusahaan asing yang beroperasi di dalam negara tersebut pada
suatu waktu/ periode tertentu.
c. Tingkat inflasi
Salah satu cara pemerintah dalam menanggulangi inflasi adalah
dengan melakukan kebijakan menaikkan tingkat suku bunga. Penggunaan
tingkat inflasi sebagai salah satu indikator fundamental ekonomi
adalah untuk mencerminkan tingkat PDB dan PNB ke dalam nilai yang
sebenarnya. Nilai GDP dan GNP riil merupakan indikator yang sangat
penting bagi seorang investor dalam membandingkan peluang dan
risiko investasinya di mancanegara.
Indikator-indikator inflasi yang biasanya digunakan oleh para
investor:
a. Indeks harga produksi atau Producer Price Index (PPI)
adalah indeks yang mengukur rata-rata perubahan harga yang di
terima oleh produsen domestic untuk setiap output yang dihasilkan
dalam setiap tingkat proses produksi. Data PPI dikumpulkan dari
berbagai sektor ekonomi terutama dari sektor manufaktur,
pertambangan, dan pertanian.
b. Indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI)
adalah digunakan untuk mengukur rata-rata perubahan harga eceran
dari sekelompok barang dan jasa tertentu. Index CPI dan PPI
digunakan oleh seorang Trader sebagai indikator untuk mengukur
tingkat inflasi yang terjadi.
c. Neraca pembayaran atau balance of payment
adalah suatu neraca yang terdiri dari keseluruhan aktivitas
transaksi perekonomian internasional suatu negara, baik yang
bersifat komersial maupun finansial, dengan negara lain pada suatu
periode tertentu. Neraca pembayaran ini mencerminkan seluruh
transaksi antara penduduk, pemerintah, dan pengusaha dalam negeri
dan pihak luar negeri, seperti transaksi expor dan impor, investasi
portofolio, transaksi antar Bank Sentral, dan lain-lain. Dengan
adanya neraca pembayaran ini kita mengetahui kapan suatu negara
mengalami surplus maupun defisit. Secara garis besar Balance of
Payment dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
Neraca perdagangan yang merupakan selisih antara total ekspor
dan impor barang, jasa, dan transfer. Dalam perhitungannya, neraca
perdagangan ini tidak mencakup transaksi-transaksi asset finansial
dan kewajiban (hutang). Data ini merupakan indikator tren
perdagangan luar negeri yang merupakan aliran bersih dari total
ekspor dan imporbarang dan jasa sebagai penerimaan atau
penghasilan. Dengan adanya transaksi ekspor maka akan diterima
sejumlah uang yang nantinya akan menambah permintaan terhadap mata
uang negara eksportir. Begitu pula sebaliknya pada impor barang dan
jasa dimana sejumlah uang harus dikeluarkan guna membayar barang
dan jasa yang kita impor, hal ini akan menambah penawaran akan mata
uang negara importir.
Aliran Modal
yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung, dimana
pada investasi langsung, investor dari luar negeri melakukan
penanaman modal dalam aset riil misalnya saja membangun pabrik,
gedung perkantoran dll.Investasi ini biasanya bersifat jangka
panjang. Sedangkan investasi tidak langsung dapat kita temui di
dalam investasi instrument keuangan. Misalnya seorang investor
melakukan pembelian saham atau obligasi di bursa Indonesia. Maka
investor tersebut harus menukarkanmata uangnya ke rupiah supaya
dapat membeli saham ataupun obligasi di Indonesia.
d. Tingkat pengangguran
adalah suatu indikator yang dapat memberikan gambaran tentang
kondisi rill berbagai sektor ekonomi. Indikator ini dapet dijadikan
alat untuk menganalisa sehat/tidaknya perekonomian suatu negara.
Apabila perekonomian berada dalam kondisi baik maka akan tercapai
tingkat pengangguran yang rendah. Tetapi jika perekonomian dalam
keadaan lesu maka tingkat pengangguran pun meningkat.
e. Kurs valuta asing
adalah nilai perbandingan atau bisa juga disebut nilai tukar
antara suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs ini
biasanya digunakan sebagai indikator utama untuk melihat kekuatan
ekonomi ataupun tingkat kestabilan perekonomian suatu Negara. Jika
kurs mata uang negara tersebut tidak stabil maka dapat dikatakan
bahwa perekonomian negara tersebut tidak baik atau sedang mengalami
krisis ekonomi. Untuk itu perlu bagi suatu Negara untuk memiliki
mata uang yang stabil agar perekonomian negara tersebut dapat
berjalan denganlancar dan membentuk suatu tren pertumbuhan.
f. PSNCR - Public Sector Net Cash Requirement atau kebutuhan
tunai sektor public
yaitu jumlah uang yang harus dipinjam pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya. Sebab pemerintah seringkali
mengeluarkan lebih dari yang mereka terima dari penerimaan pajak,
dan satu-satunya cara untuk menambah kekurangannya adalah dari
meminjam.
Analisis fundamental perusahaan
Secara umum, analisis fundamental ini melibatkan banyak sekali
variabel data yang harus dianalisa, dimana beberapa di antara
variabel tersebut yang cukup penting untuk diperhatikan yaitu:
Pertumbuhan pendapatan (revenue growth)
Rasio laba terhadap saham yang beredar ( earning per
share-EPS)
Rasio pertumbuhan EPS
Rasio harga saham terhadap laba perlembar saham (price earning
ratio)
Rasio harga saham terhadap pertumbuhan laba perseroan ( price
earning growth ratio) Rasio harga saham terhadap penjualan
(price/sales ratio)
Rasio harga saham terhadap nilai buku (price book value)
Rasio hutang perseroan ( debt ratio)
Margin pendapatan bersih (net profit margin)
Menghitung rasio
Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio secara garis besar di bagi
dalam 5 kategori utama antara lain, yaitu : keuntungan
(profitability), harga (price), likuiditas (liquidity), daya
ungkit (leverage), dan efisiensi.
Rasio laba terhadap saham beredar (EPS)
EPS= Keuntungan bersih / Jumlah saham beredar
Rasio adalah digunakan untuk mengukur suatu tingkat keuntungan
dari perusahaan. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai pada
kwartal yang sama pada tahun sebelumnya untuk menggambarkan
pertumbuhan tingkat keuntungan perusahaan. Hasil perhitungan rasio
ini dapat digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun penurunan
harga saham suatu perusahaan di bursa saham.
Rasio pertumbuhan EPS
Diperoleh dengan memperbandingkan nilai rasio laba terhadap
saham beredar (EPS)pada tahun berjalan dengan nilai EPS pada
kwartal yang sama pada tahun sebelumnya untuk menggambarkan
pertumbuhan tingkat keuntungan perusahaan. Hasil perhitungan rasio
ini dapat digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun penurunan
harga saham suatu perusahaan di bursa saham.
Rasio harga saham terhadap laba perlembar saham
P/E Ratio = Harga saham / EPS
Biasa juga disebut dengan P/E Ratioyang dihitung dengan cara
membagi harga saham dengan
keuntungan perlembar saham. Rasio ini digunakan untuk
membandingkan suatu perusahaan
dengan P/E Ratiorata-rata dari perusahaan dalam kelompok
industri sejenis.
Rasio harga saham terhadap pertumbuhan laba perseroan (PEG
ratio)
PEG Ratio = P/E ratio / pertumbuhan tahunan EPS
Semakin rendah PEG Ratio suatu perusahaan maka berarti harga
sahamnya adalah dibawah
harga semestinya ( undervalued) dan perusahaan memiliki rasio
pertumbuhan EPS yang tinggi.
Misalnya suatu perusahaan dengan pertumbuhan EPS sebesar 21.5%
dengan P/E Ratio sebesar 37.3% maka PEG Ratio nya adalah
21.5/37.3=0.576.
Rasio harga saham terhadap penjualan (P/S ratio)
P/S Ratio = Harga saham / penjualan per lembar saham
Rasio ini biasanya digunakan untuk menilai suatu perusahaan yang
masih baru atau belum
mendapatkan keuntungan dimana rasio ini. Semakin rendah P/S
ratiosuatu perusahaan
dibandingkan dengan perusahaan lain dalam kelompok industri yang
sejenis menunjukkan semakin bagus perusahaan tersebut.
Rasio harga saham terhadap nilai buku (PB/V Ratio)
PB/V Ratio = Harga saham / (total harta -total hutang)
Semakin rendah PB/V rasionya berarti harga saham tersebut murah
atau berada dibawah harga sebenarnya, namun hal ini juga dapat
berarti ada sesuatu yang merupakan kesalahan mendasar pada
perusahaan tersebut. Misalnya perusahaan XXX memiliki harta sebesar
Rp. 100 milyar dan hutangnya sebesar Rp. 70 milyar maka nilai buku
perusahan tersebut adalah Rp. 30 milyar dan apabila saham yang
beredar 500 juta maka berarti setiap saham mewakili Rp. 600 nilai
buku, dengan harga perlembar saham sebesar Rp. 1.200 maka berarti
PB/V rasio perusahaan tersebut adalah 1.200/600 = 2.
Rasio hutang perseroan
Debt Ratio = Total Utang / Total Aset
Rasio ini mengukur seberapa banyak aset yang dibiayai oleh
hutang. Misalnya, rasio hutang 30 % artinya bahwa 30% dari aset
dibiayai oleh hutang. Rasio hutang bisa berarti buruk pada situasi
ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, dimana perusahaan yang
memiliki debt rasio yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan,
namun selama ekonomi baik dan suku bunga rendah maka dapat
meningkatkan keuntungan.
Margin pendapatan bersih
Margin pendapatan bersih= Pendapatan bersih / Total
penjualan
Net profit margin adalah rasio tingkat profitabilitas yang
dihitung dengan cara membagi keuntungan bersih dengan total
penjualan Rasio ini menunjukan keuntungan bersih dengan total
penjualan yang di peroleh dari setiap penjualan.
Perputaran inventaris
Perputaran inventaris=Biaya barang yang terjual /Inventaris
Inventory turnover adalah rasio efisiensi yang dihitung dengan
membagi biaya barang yang terjual dengan inventaris, yang
menunjukkan seberapa efisien perusahaan mengatur inventarisnya,
yaitu berapa kali perputaran inventaris selama satu tahun. Jenis
rasio ini sangat bergantung pada jenis industri di mana perusahaan
berada. Sebagai contoh, toko kue akan mempunyai tingkat perputaran
yang jauh lebih tinggi daripada pabrik pesawat. Sehingga yang perlu
diperhatikan adalah membandingkan hasil yang diperoleh dengan rasio
dari perusahaan- perusahaan yang lain dalam industri yang
sejenis.
SOAL DAN JAWABAN ANALYSIS FUNDAMENTAL
1. Langkah apa saja yang harus dilakukan dalam melakukan analisa
fundamental saham?
a. Amati dan pelajari kondisi makro ekonomi dan pasar. Disini
Anda dapat melihat bidang usaha yang sedang baik dan prospeknya
bagus.
b. Analisa laporan keuangan perusahaan tersebut untuk mengetahui
kinerjanya.
c. Membandingkan dengan perusahaan pesaing yang sejenis.
d. Analisa harga saham tersebut apakah sudah murah.
e. Menilai efesiensi operasional perusahaan tersebut.
f. Memperhatikan kredibilitas manajemen dan pemegang saham
mayoritas.
g. Mencari informasi dari sumber lain (berita, analisis media
massa atau perusahaan sekuritas, hasil riset dan isu-isu) yang
berhubungan dengan perusahaan tersebut.
h. Milikilah saham-saham perusahaan dengan memahami betul
kinerjanya, bidang bisnisnya, siapa yang menjalankannya dan prospek
bisnisnya kedepan.
2. Contoh : Analisa Astra Internasional dengan data 5 tahun
terakhir:
1. Return On Equity
Rata-rata dalam 5 tahun terakhir di atas 15% (Data Perusahaan
39.05% Memenuhi ). Dihitung dengan cara membagi Laba Bersih dengan
Rata-rata Nilai Ekuitas. Rasio ini sebenarnya juga sudah
dipublikasikan dalam laporan keuangan perusahaan ataupun oleh Bursa
Efek Indonesia. Berikut ini adalah cuplikan yang saya ambil dari
Bursa Efek Indonesia.
Berturut-turut, data ROE adalah 46.44%, 41.11%, 42.65%, 33.98%,
dan 31.06%. Jika di rata-ratakan berarti 39.05% (Dari total
semuanya dibagi 5).
Untuk point no 2 4, angka tersebut tidak selalu tercantum dalam
laporan keuangan sehingga harus dihitung secara manual. Untuk itu,
diperlukan data Ekuitas (atau Book Value Per Share), Penjualan dan
Net Income (atau Earning Per Share). Data yang saya peroleh adalah
sebagai berikut:
Untuk menghitung tingkat pertumbuhan, maka metode yang digunakan
bukan menggunakan rata-rata seperti perhitungan ROE di atas. Tapi
menggunakan metode return geometrik atau tingkat pertumbuhan yang
memperhitungkan faktor bunga berbunga. Data yang dibutuhkan juga
sebetulnya tidak memerlukan data 5 tahun terakhir, cukup data pada
akhir tahun 2007 dan data pada akhir 2012. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut Growth = (Nilai Tahun 2012 / Nilai Tahun
2007) ^ (1/5) 1.
Penggunaan angka 5 karena data 5 tahun terakhir. Sementara
^(1/5) sama dengan artinya Akar Pangkat 5.
2. Equity Growth
di atas 15% dalam 5 tahun (Data Perusahaan 27.21% Memenuhi)
Perhitungan Equity Growth menggunakan Jumlah Ekuitas, yaitu
sebesar 26.963 milliar pada tahun 2007 dan sebesar 89.814 milliar
pada tahun 2012. Dengan rumus di atas, maka angka pertumbuhannya =
(89.814 / 26.963) ^(1/5) 1 = 27.21%.
Selain menggunakan nilai Ekuitas, bisa juga menggunakan nilai
Book Value Per Share (terutama apabila anda ragu memasukkan Hak
Minoritas atau tidak).
3. Sales Growth
di atas 15% dalam 5 tahun (Data Perusahaan 21.79% Memenuhi)
Data Net Revenue 2007 = 70.183, Data Net Revenue 2012 = 188.053.
Tingkat pertumbuhannya = (188.053 / 70.183) ^ (1/5) 1 = 21.79%
4. Earning Growth
di atas 15% dalam 5 tahun terakhir (Data Perusahaan 28.07%
Memenuhi)
Data Net Income 2007 = 6.519, Data Net Income 2012 = 22.460.
Tingkat pertumbuhannya = (22.460 / 6.519) ^ (1/5) 1 = 28.07%
Apabila anda ragu dengan istilah comprehensive income bisa
menggunakan Earning Per Share.
5. Free Cash Flow Growth
di atas 15% dalam 5 tahun terakhir (Data Perusahaan -157% Tidak
Memenuhi)
Informasi mengenai free cash flow tidak tersedia untuk umum.
Namun bisa dihitung. Cara yang paling sederhana untuk menghitung
Free Cash Flow adalah dengan Operating Cash Flow + Investing Cash
Flow. Selisih dari kedua cashflow tersebut, apabila positif berarti
sisanya bebas dipergunakan perusahaan untuk apapun, apakah mau
digunakan pembagian dividen atau disimpan. Sementara jika negatif,
berarti perusahaan membutuhkan pendanaan dari pihak eksternal
membiayai ekspansi dan operasionalnya. Idealnya memang selalu
positif, artinya perusahaan bisa memenuhi seluruh kegiatan ekspansi
dari keuntungan operasional. Namun tidak jarang kegiatan ekspansi
membutuhkan investasi besar sehingga dibutuhkan pendanaan dari
pihak luar. Dalam konteks ini, angka Free Cash Flow akan
negatif.
Free Cash Flow 2007 = 11.244 + (3.030) = 8.214
Free Cash Flow 2012 = 8.932 + (9437) = -505
Angka pertumbuhan =(-505 / 8214)^(1/5) 1 = -157%
3. Mengapa Analisa Fundamental Penting Bagi Trader?
Analisa fundamental bertujuan memberikan gambaran mengenai
pergerakan harga yang terjadi yang disebabkan oleh peristiwa
ekonomi tertentu.
4. Jika kita berpatokan hanya pada P/BV, kemungkinan besar kita
akan melewatkan peluang-peluang investasi pada perusahaan yang
bagus. Mengapa?
Katakanlah saat ini P/BV suatu saham adalah 1. Jika ROE (return
on shareholder equity) saham tersebut adalah 20%, maka dapat
dikatakan return yang didapatkan oleh investor juga 20%. Secara
intuitif kita akan mengetahui bahwa dengan ROE yang tetap, saham
dengan P/BV yang lebih rendah akan memberikan return yang lebih
besar. Demikian pula sebaliknya, jika P/BV naik, maka return yang
kita dapatkan akan turun. Masalahnya, banyak perusahaan dengan
kondisi fundamental yang bagus dijual dengan P/BV yang tinggi. Bagi
saya hal tersebut masih wajar. Kenapa bisa?
Secara historis, ROE rata-rata emiten di IDX adalah 18% (untuk
saat ini sebaiknya diterima dahulu pernyataan tersebut. Jika suatu
emiten memberikan ROE yang lebih besar daripada 18%, pasar akan
mengapresiasinya dengan mengijinkan harganya naik sehingga P/BV-nya
juga naik. Emiten yang memiliki ROE 36% (dua kali lipat ROE
rata-rata) akan memiliki P/BV yang tinggi.
Mari kita perhatikan persamaan berikut:
P/BV = Price / shareholder equity per share
= (Price / EPS) x (EPS / shareholder equity per share)
Jadi:
P/BV = P/E ratio x ROE
Jika suatu emiten memiliki P/E ratio 10x dan ROE 20%, maka P/BV
nya akan menjadi 2x.