Top Banner
KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN GEL EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) TERHADAP PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA PASKA PENCABUTAN GIGI Oleh : APRIYANTI KHAIRINA
43

Full paper Apriyanti K

Feb 03, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Full paper Apriyanti K

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PEMBERIAN GEL EKSTRAK DAUN KEMANGI(Ocimum sanctum L.) TERHADAP PERCEPATANPENYEMBUHAN LUKA PASKA PENCABUTAN GIGI

Oleh :

APRIYANTI KHAIRINA

Page 2: Full paper Apriyanti K

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS AIRLANGGA BHMN

SURABAYA2011

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Karya Tulis : Pengaruh Pemberian Gel EkstrakDaun Kemangi (Ocimum sanctum L.) Terhadap Percepatan Penyembuhan Luka Paska Pencabutan Gigi

Pelaksana Kegiatan :

a. Nama Lengkap : Apriyanti Khairina

b. NIM : 020810014

c. Jurusan : Fakultas Kedokteran Gigi

d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Airlangga

e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Kedungsroko 127 Surabaya

f. Alamat email : [email protected]

Surabaya, 30 September 2011

Menyetujui,

Page 3: Full paper Apriyanti K

Wakil Dekan I Pelaksana Kegiatan

Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.KesApriyanti Khairina

NIP. 196110051988031003 NIM. 020810014

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya persembahkan kepada Allah SWT,

karena atas berkat dan rahmatnya saya bisa

menyelesaikan full paper LKTI dengan judul pengaruh

pemberian gel ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum l.)

terhadap percepatan penyembuhan luka paska pencabutan

gigi dengan lancar.

Saya menyadari bahwa full paper ini terdapat

kekurangan , maka dari itu kritik dan saran yang

sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga full

paper ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama

Page 4: Full paper Apriyanti K

rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Airlangga.

Surabaya, 30 September 2011

Hormat,

Penulis

DAFTAR ISI

Page 5: Full paper Apriyanti K

Halaman

judul ..................................................

......................................................

Lembar Pengesahan

........................................................

........................................

Kata

Pengantar ..............................................

........................................................

.

Daftar Isi

........................................................

.......................................................

Daftar Gambar

........................................................

...............................................

Abstrak ................................................

........................................................

...........

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar

i

ii

ii

i

iv

vi

vi

i

1

2

2

3

4

4

4

5

5

6

Page 6: Full paper Apriyanti K

Belakang .............................................

...........................................

1.2 Rumusan

Masalah ..............................................

.....................................

1.3 Tujuan

Penelitian............................................

.........................................

1.4 Manfaat

Penelitian............................................

.......................................

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemangi (Ocimum sanctum

L.)......................................................

...........

2.1.1 Taksonomi ...................................

...................................................

2.1.2 Kandungan Gizi .............

.....................................................

...........

2.1.3 Kandungan Kimia

.....................................................

7

7

7

9

11

12

14

14

14

15

15

16

18

19

Page 7: Full paper Apriyanti K

......................

2.1.4 Khasiat dan Manfaat

.....................................................

..................

2.2 Luka .........................................................................................................

2.3 Penyembuhan

Luka ...............................................

..................................

2.3.1

Definisi ...........................................

..................................................

2.3.2 Fase-fase Penyembuhan

Luka ...............................................

...........

2.3.3 Faktor-faktor yang

mempengaruhi .......................................

..............

2.4

Makrofag ...........................................

4

8

12

12

Page 8: Full paper Apriyanti K

....................................................

....

2.5

Fibroblas ..........................................

....................................................

.....

BAB 3 METODE

PENULISAN ..........................................

....................................

3.1 Jenis Penulisan ...........................................................................................

3.2 Fokus Penulisan ........................................................................................

3.3 Sumber Data ..............................................................................................

3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................

3.5 Analisis Data .............................................................................................

BAB 4

Page 9: Full paper Apriyanti K

PEMBAHASAN .............................................

.............................................

BAB 5 KESIMPULAN DAN

SARAN ..................................................

..................

DAFTAR

PUSTAKA.................................................

................................................

Page 10: Full paper Apriyanti K

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun Kemangi (Ocimum sanctum

L.) ...............................................

Gambar 2.2 Fase-Fase Penyembuhan Luka ..........................................................

Gambar 2.3 Makrofag ...........................................................................................

Gambar 2.4 a. Fibroblas dibawah mikoroskop dengan arah membujur ................

b. Sayatan melintang fibroblas ..........................................................

Page 11: Full paper Apriyanti K

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN GEL EKSTRAK DAUN KEMANGI (OCIMUMSANCTUM L.) TERHADAP PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA PASKA

PENCABUTAN GIGI

Pendahuluan: Di bidang kedokteran gigi sering dilakukan perawatanberkaitan dengan luka misalnya akibat tindakan pencabutan gigi.Perawatan luka bertujuan menghentikan perdarahan, membersihkanarea luka dari benda asing, sel mati dan bakteri untuk prosespenyembuhan. Latar belakang: Pada beberapa keadaan sepertipengaruh obat atau penyakit sistemik tertentu, luka tidak dapat berhentidengan cepat. Untuk mengatasi hal itu, tanaman obat dapat digunakanuntuk mempercepat penyembuhan luka. Berdasarkan penelitian, ekstrakmetanol dan air dari daun kemangi (Ocimum sanctum L.) memiliki sifatanti-inflamasi, imunostimulator dan penyembuh luka. Metode: penelitianini menggunakan gel ekstrak kemangi dengan konsentrasi 5,10, dan 20 %dan CMC-Na 3% untuk kelompok kontrol. Seluruh sampel dilakukanpencabutan gigi insisivus kiri bawah dengan arah tarikan dan kekuatanyang sama. Pada hari ke-4, dilakukan eksekusi dengan mengeluarkanmandibula kemudian dibuat sediaan HPA. Sediaan dilihat dibawahmikroskop pembesaran 400x kemudian dilakukan penghitungan selmakrofag dan fibroblas. Semua data dilakukan uji ANOVA satu arah dan

Page 12: Full paper Apriyanti K

uji LSD. Pembahasan : Ekstrak daun kemangi mengandung Saponin,Flavonoid, Triterpenoid, dan Tannin yang dapat mempercepatpenyembuhan luka tersebut. Flavonoid sebagai imunostimulan dapatmengaktifkan limfosit T untuk mensekresi limfokin sehingga menariklebih banyak makrofag ke daerah luka. Saponin meningkatkan proliferasimonosit sehingga meningkatkan jumlah makrofag. Makrofag mensekresigrowth factor seperti FGF,PDGF,TGF-β,dan EGF yang menarik lebih banyakfibroblas ke daerah luka, mensintesis kolagen serta meningkatkanproliferasi pembuluh darah kapiler. Peningkatan jumlah makrofagmerangsang sekresi growth factor, meningkatkan proliferasi fibroblasdan mempercepat penyembuhan luka. Kesimpulan : Pemberian gelekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum l.) dapat mempercepatpenyembuhan luka paska pencabutan gigi.

Keywords : Luka, Daun kemangi, Pencabutan gigi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di bidang kedokteran gigi sering dilakukan

perawatan berkaitan dengan luka misalnya akibat

tindakan pencabutan gigi. Luka adalah kerusakan

jaringan tubuh oleh karena jejas fisik yang menyebabkan

terganggunya kontinuitas struktur normal dari jaringan

(Robbins et al, 2006). Perawatan luka bertujuan

Page 13: Full paper Apriyanti K

menghentikan perdarahan, membersihkan area luka dari

benda asing, sel mati dan bakteri untuk proses

penyembuhan. Pada beberapa keadaan seperti usia,

pengaruh obat atau penyakit sistemik tertentu, luka

tidak dapat berhenti dengan cepat. Untuk mengatasi hal

itu, tanaman obat dapat digunakan untuk mempercepat

penyembuhan luka. Penggunaan tanaman sebagai obat sudah

dikenal luas baik di negara berkembang maupun negara

maju. Di Asia dan Afrika 70-80% populasi masih

tergantung pada obat tradisional sebagai pengobatan

primer (WHO, 2008).

Salah satu tanaman obat yang ada di Indonesia

adalah kemangi (Ocimum sanctum L.). Kemangi (Ocimum sanctum

L.) telah digunakan secara tradisional dalam pengobatan

sistem Siddha dan Ayuverda di India untuk mengobati

infeksi, penyakit kulit, gangguan hepar, penawar racun

gigitan ular dan kepiting (Shetty et al, 2008). Meskipun

di Indonesia daun kemangi banyak digunakan sebagai

sayur mentah (lalapan) . (Dahati, 2008).

Berdasarkan penelitian Ghodwani et al,

ekstrak metanol dan air dari daun kemangi (ocimum

sanctum L.) memiliki sifat anti-inflamasi, analgesik, dan

imunostimulator (Shetty et al, 2008 cit Ghodwani et al,

1987). Kemangi (Ocimum sanctum L.) juga dapat bermanfaat

sebagai penyembuh luka. Pada penelitian Anjana Goel et

al, pemberian secara topikal ekstrak kemangi (Ocimum

Page 14: Full paper Apriyanti K

sanctum L.) 10 % dalam bentuk gel pada luka eksisi

memberikan efek peningkatan kontriksi luka dan

kecepatan epitelialisasi pada luka. Terjadi penyembuhan

luka lebih awal pada pemberian ekstrak Ocimum sanctum L.

dengan meningkatkan produksi TNF-α (Goel et al., 2009).

Daun kemangi (Ocimum sanctum L.) mengandung minyak

volatil eugenol, urosolic acid, carvacrol,linalool, limatrol, caryophyllene,

metil carvicol (Rahman et al, 2011). Batang dan daun

mengandung saponin, flavonoid, triterpenoid, dan tanin

(Jaggi et al, 2003). Kemangi (Ocimum sanctum L.) memiliki

sifat antioksidan yang dapat mempercepat penyembuhan

luka (Shetty et al, 2008) . Flavonoid dari Ocimum

sanctum L.dapat menangkap radikal bebas yang telah diuji

secara in vitro. (Uma Devi et al, 2000).

Sampai saat ini sudah dilaporkan berbagai khasiat

Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap berbagai penyakit dan

berperan dalam penyembuhan luka, akan tetapi belum ada

laporan mengenai pengaruh pemberian ekstrak daun

kemangi (Ocimum sanctum L.) dalam bentuk gel secara

topikal dalam meningkatkan sel makrofag pada luka

paska pencabutan gigi. Oleh karena itu perlu dilakukan

penggalian informasi lebih dalam. Diharapkan dengan

teknik penyembuhan tersebut akan bermanfaat bagi dunia

kedokteran gigi dalam perawatan luka.

1.2 Rumusan Masalah

Page 15: Full paper Apriyanti K

Apakah pemberian gel ekstrak daun kemangi (Ocimum

sanctum L.) dapat mempercepat penyembuhan luka dengan

meningkatkan jumlah sel makrofag dan sel fibroblas pada

luka paska pencabutan gigi?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh pemberian gel ekstrak

daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap percepatan

penyembuhan luka dengan meningkatnya jumlah sel

makrofag dan sel fibroblas pada luka paska pencabutan

gigi.

1.4 Manfaat

1. Dapat melihat adanya aktivitas sistem

kekebalan tubuh yang baik pada luka paska pencabutan

gigi yang telah diberi gel ekstrak daun kemangi

(Ocimum sanctum L.).

2. Diharapkan pembuatan gel ekstrak daun Kemangi

(Ocimum sanctum L.) dapat menjadi alternatif pengobatan

dalam mengobati luka paska pencabutan gigi.

Page 16: Full paper Apriyanti K

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemangi (Ocimum sanctum L.)

2.1.1 Taksonomi :

Page 17: Full paper Apriyanti K

Kingdom : Plantae

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaceae

Genus : Ocimum

Spesies : Ocimum tenuiflorum

Nama Binomial : Ocimum tenuiflorum atau Ocimum sanctum

L. (Pattanayak et al., 2010)

Gambar 2.1 Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) (Forest & Starr, 2008)

2.1.2 Kandungan Gizi Kemangi

Kemangi (Ocimum sanctum L.) mengandung Vitamin C, A

dan mineral (Anbarasu dan Vijayalakshmi, 2007) seperti

Kalsium, Zink, dan Besi, dan kandungan fitonutrien

lainnya. Kemangi dapat meningkatkan efisiensi

pencernaan, absorbsi dan penggunaan nutrisi dari

makanan dan herba lainnya. Tanaman ini juga mengandung

4,2 gram protein, 0,5 gram lemak, 2,3 gram karbohidrat,

25 mg kalsium, 287 fosfor, 15,1 mg besi dan vitamin C

per 100 gramnya (Pattanayak et al, 2010).

Page 18: Full paper Apriyanti K

2..1.3 Kandungan Kimia Kemangi

Pada daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) segar terdapat

minyak atsiri yang memiliki kandungan terbesar berupa

eugenol yang merupakan phenolic compound (1-hydroxy-2 methoxy-

4-allylbenzene) (Prakash & Gupta, 2005). Selain itu,

kemangi (Ocimum sanctum L.) juga mengandung flavonoid,

(Udupa et al, 2006) seperti orientin dan vicenin (Shetty et

al, 2008). Pada bagian biji kaya akan unsaturtaed fatty acid

yang terdiri atas palmitic acid (11,69 %), stearic acid (3,19

%), oleic acid (13,82%), linoleic acid (52,24 %) dan linolenic acid

(16,63 %) (Gupta et al, 2006).

Daunnya mengandung minyak volatil eugenol, urosolic acid,

carvacrol,linalool, limatrol, caryophyllene, metil carvicol. Sedangkan

bijinya mengandung minyak volatil yang terdiri atas

fatty acid dan sitosterol (Rahman et al, 2011). Batang

dan daun mengandung saponin, flavonoid, triterpenoid,

dan tanin (Jaggi et al, 2003). Kemangi juga mengandung

rosmarinic acid, apigenin, cirsimaritin, isothymusin (6,7-dimethoxy-5, 8,4-

trihydroxyflavone) dan isothymonin. Dua zat flavonoid yang

larut dalam air : Orientin (8-C-β-glucopyranosyl-3-4,5,7-

tetrahydroxyflav-2-en-3-one) dan vicenin (6-C-β-D-glucopyranosyl

apigenin) (Rahman et al, 2011).

2.1.4 Khasiat dan Manfat Kemangi

Page 19: Full paper Apriyanti K

Bagian-bagian dari kemangi seperti, daun, bunga,

batang, akar, dan biji diketahui menunjukkan efek

terapeutik dan telah digunakan dalam pengobatan

tradisional, sebagai ekspektoran, analgesik,

antikanker, antiasma, antiemetik, antidiabetes,

antifertilitas, hepatoprotektif, hipotensi, hipolipid

dan antistress. Ocimum sanctum L. juga telah digunakan

untuk mengobati demam, bronkitis, artritis, dan

konvulsi (Rahman et al, 2011).

Kemangi (Ocimum sanctum L.) atau Holy basil di Inggris

dan Tulsi di India memiliki sifat analgesik (Godwhani

et al., 1987), antioksidan (Uma Devi, 2000),

antiinflamasi(Singh et al., 1997), dan sifat

imunostimulan (Vaghasiya et al., 2010).

Kemangi (O.sanctum) memiliki sifat antioksidan yang

dapat mempercepat penyembuhan luka. (Shetty S. et al.,

2008) . Flavonoid dari O.sanctum dapat menangkap radikal

bebas yang telaah diuji secara in vitro dan menunjukkan

aktivitas anti lipoperoksidase secara in vivo pada

konsentrasi rendah (Uma Devi et al, 2000). Menurut Joshi

& Parle, ekstrak kemangi dapat digunakan sebagai

pengobatan gangguan kognitif seperti demensia dan

penyakit Alzheimer (Joshi & Parle, 2006).

Kemangi (Ocimum sanctum L.) juga dapat bermanfaat

sebagai penyembuh luka. Pada penelitian Anjana Goel et

al, pemberian secara topikal ekstrak kemangi (Ocimum

Page 20: Full paper Apriyanti K

sanctum L.) 10 % dalam bentuk gel pada luka eksisi

memberikan efek peningkatan kontriksi luka dan

kecepatan epitelialisasi pada luka. Terjadi penyembuhan

luka lebih awal pada pemberian ekstrak Ocimum sanctum L.

dengan meningkatkan produksi TNF-α (Goel et al., 2009).

Menurut penelitian Udupa et al, ekstrak etanol daun

kemangi (Ocimum sanctum L.) mempercepat penyembuhan luka

dan dapat mengatasi aksi penekanan penyembuhan luka

oleh dexamethasone. Pemeriksaan secara histologis pada

hari ke-10 menunjukkan jaringan granulasi dengan

perkembangan matriks yang baik, kolagen tersusun dengan

baik dan membentuk bundle diantara sel, serta terdapat

neovaskularisasi yang lebih baik.(Udupa, 2006)

Sedangkan berdasarkan penelitian Shetty et al,

kelompok yang diberi ekstrak air dan alkohol dari

kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat mempercepat penyembuhan

luka dibanding kelompok kontrol dan berfungsi sebagai

prohealer. (Shetty et al, 2008)

2.2 Luka

Luka adalah kerusakan jaringan tubuh oleh karena

jejas fisik yang menyebabkan terganggunya kontinuitas

struktur normal dari jaringan (Robbins, 2006).

2.3 Penyembuhan Luka

Page 21: Full paper Apriyanti K

2.3.1 Definisi

Penyembuhan adalah penggantian sel mati oleh sel

hidup atau jaringan fibrosa, dan terjadi melalui

regenerasi atau organisasi. Hasil akhir tergantung dari

keseimbangan lokal diantara kedua faktor tersebut.

(Lawler et al, 2002).

2.3.2 Fase-Fase Penyembuhan Luka

Secara umum fase penyembuhan luka dibagi menjadi 3

tahap, yaitu :

1. Fase inflamasi

Inflamasi adalah suatu reaksi kompleks terhadap

agen atau bahan yang merugikan misalnya mikroba dan sel

yang rusak (biasanya nekrosis), yang berupa respons

vaskular, migrasi, dan aktivasi leukosit serta reaksi

sistemik. Respons peradangan terdiri atas dua komponen

utama, yaitu reaksi vaskular dan reaksi selular. Banyak

jaringan dan sel terlibat dalam reaksi-reaksi ini,

termasuk cairan dan protein plasma, sel dalam darah,

pembuluh darah, serta konstituen selular dan

ekstraselular dari jaringan ikat.

Radang akut terjadi beberapa jam atau hari, dan

menunjukkan usaha tubuh untuk menghancurkan atau

menetralkan agen penyebab. Gambaran makroskopik berupa

tanda-tanda utama dari Celcus yang meliputi tumor

(Pembengkakan), rubor (kemerahan), calor (panas setempat

Page 22: Full paper Apriyanti K

berlebihan) dan dolor (rasa sakit). Selain itu dapat

pula terjadi functiolaesa. Tahap-tahap mikroskopis

berkaitan dengan perubahan-perubahan dinamis dalam

pembuluh darah, aliran darah dan aktivitas leukosit.

Biasanya terjadi :

2. Fase proliferasi

Sitokin dan growth factor yang disekresi pada saat

fase inflamasi akan menstimulasi fase proliferatif.

Dimulai paling cepat hari ke-3 post injury dan berlangsung

hingga 3 minggu. Fase ini dibedakan dengan pembentukan

jaringan granulasi yang mengandung sel-sel inflamasi,

fibroblas,dan vaskularisasi baru. (Peterson, 2003)

Fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis

kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan

adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka

(Perdanakusuma, 2003). Fungsi kolagen yang lebih

spesifik adalah membentuk jaringan baru (connective tissue

matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh

fibroblas, memberikan tanda bahwa makrofag, pembuluh

darah baru dan juga fibroblas sebagai satu kesatuan

unit dapat menuju tempat terjadinya luka (Shejbal et al,

2004).

3. Fase remodelling

Fase remodelling dapat berlangsung beberapa tahun

dan melibatkan keseimbangan antara degradasi dan

pembentukan matriks. Karena metabolisme untuk

Page 23: Full paper Apriyanti K

penyembuhan luka berkurang maka kapiler muda yang

sangat banyak jumlahnya berkurang. Di bawah petunjuk

sitokin dan growth factor, matriks kolagen mengalami

degradasi, resintesisasi, reorganisasi, dan mengalami

stabilisasi oleh ikatan silang molekul menjadi skar.

Fibroblas mulai menghilang dan kolagen tipe III yang

terdeposisi saat fase granulasi digantikan oleh kolagen

tipe I yang lebih kuat. (Peterson, 2003)

Gambar 2.2 Fase-fase penyembuhan Luka (Pilonidal, 2010)

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan

Luka

Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi penyembuhan

luka, antara lain (Kumar et al, 2005):

1. Faktor umum

Page 24: Full paper Apriyanti K

a. Umur

Pada orang lanjut usia biasanya penyembuhan lebih

lambat dibadingkan anak-anak, hal ini diduga

disebabkan karena berkurangnya suplai darah pada

orang yang sudah tua. Penyembuhan luka pada orang

lanjut usia mengalami perlambatan akibat penurunan

aliran darah dan oksigenasi jaringan oleh berbagai

penyakit sistemik seperti diabetes melitus atau

aterosklerosis. Pada orang lanjut usia fungsi imun

dan gizi juga akan berkurang.

b. Nutrisi

Pada orang yang makan sedikit protein menyebabkan

kadar protein dalam darah sangat rendah, dapat

menghambat sintesa kolagen sehingga memperlambat

penyembuhan. Keadaan ini menyebabkan luka sukar

sembuh dan dapat menyebabkan keadaan yang lebih

parah.

c. Vitamin

Dari sejumlah nutrisi yang ada, vitamin C

merupakan salah satu nutrisi penting yang

dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka. Vitamin

C sangat berguna untuk pembentukan asam hialuron

yang merupakan zaat perekat antar jaringan yang

sangat penting. Hal ini menyebabkan kualitas dan

kuantitas jaringan rendah sehingga kalau terluka

penyembuhannya lambat. Kekurangan vitamin A juga

Page 25: Full paper Apriyanti K

dapat menghambat perbaikan jaringan setelah

terkena jejas atau trauma.

d. Hormon

Misalnya hormon kortison. Pemberian kortison pada

suatu radang akan menyebabkan gangguan pada

mekanisme perubahan pembuluh darah dan pembentukan

eksudat radang yang sedikit sekali atau terhambat

sehingga leukosit dan daya fagositosisnya

berkurang.

e. Status Metabolit

Diabetes melitus dapat menghambat penyembuhan luka

karena pada penyakit Diabetes Melitus dapat

terjadi angiopati vaskuler pada jaringan.

f. Status sirkulasi

Status sirkulasi dapat menguur penyembuhan luka.

Persediaan darah yang tidak adekuat sering

diakibatkan oleh arterosclerosis atau abnormalitas

dari vena yang memperlambat drainage vena dan juga

mengganggu proses penyembuhan.

2. Faktor Lokal

a. Suplai darah

Kekurangan darah akan menyebabkan tubuh kekrangan

zat yang sangat dibutuhkan, misalnya vitamin dan

oksigen. Hal ini dengan sendirinya akan

menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan.

b. Benda asing

Page 26: Full paper Apriyanti K

Adanya benda asing akan menghambat penyembuhan

karena benda asing ini merupakan suatu rangsangan

pada jaringan yang tetap akan memelihara adanya

radang.

c. Pergerakan jaringan

Misalnya pada patah tulang, jika kedua bagian itu

tetap ada pergerakan, maka proses penyembuhannya

akan terhambat. Sebaliknya, penyembuhan akan

dipercepat jika kedua bagian itu tidak bergerak

atau difiksasi.

d. Besarnya kerusakan jaringan

Jika ada kerusakan total dari suatu organ,

biasanya tidak dapat diperbaiki dengan sempurna.

e. Infeksi

Infeksi merupakan salah satu hal yang penting yang

dapat mengahmbat penyembuhan. Pada keadaan ini

dibutuhkan debridement untuk menghasilkan proses

penyembuhan yang sempurna.

f. Ukuran, lokasi, dan tipe dari luka

Luka pada daerah dengan vaskularisasi yang tinggi

seperti wajah, akan dapat sembuh dengan cepat

daripada daerah dengan vaskularisasi yang rendah,

misalnya kaki. Luka yang kecil akan cepat sembuh

dengan sedikit bekas luka daripada luka yang

besar.

2.4 Makrofag

Page 27: Full paper Apriyanti K

Sel makrofag terdapat di jaringan dan berasal dari

sel monosit ketika masih beredar dalam darah. Saat

proses hematopoiesis di sumsum tulang, sel progenitor

granulosit-monosit berdiferensiasi menjadi promonosit,

yang kemudian meninggalkan sumsum tulang dan menuju ke

dalam darah, yang selanjutnya berdiferensiasi menjadi

monosit. Monosit bersirkulasi selama 8 jam dalam aliran

darah dan selama itu terus mengalami pembesaran bentuk.

Sel-sel ini kemudian bermigrasi ke jaringan dan

berdiferensiasi lagi menjadi makrofag. Sel ini

berukuran besar dengan sebuah inti bulat dan

diameternya mungkin lebih dari 22 µm. Diferensiasi sel

ini menyebabkan meningkatnya kemampuan fagositosis sel

dan meningkatnya level enzim hidrolitik. (Goldsby et

al., 2003; Kirkwood et al., 2006)

Dalam sistem imun, makrofag mempunyai 2 kemampuan

utama, yaitu berperan sebagai sel efektor dalam respon

imun alami selular dengan fagositosisnya, dan sebagai

sel penyaji kepada limfosit T-helper dalam rangka

pengenalan epitop pada respon imun adaptif humoral.

(Subowo, 2009) Makrofag memiliki kemampuan mencerna

antigen eksogen, seperti mikroorganisme dan antigen

endogen seperti sel host yang mati dan debris seluler.

Membran makrofag memiliki reseptor untuk beberapa kelas

antibodi jika suatu antigen dilapisi dengan antibodi

yang sesuai, maka kompleks antigen-antibodi akan

berikatan dengan reseptor antibodi pada membran

Page 28: Full paper Apriyanti K

makrofag dan proses ini meningkatkan kerja fagositosis

makrofag. (Goldsby et al., 2003).

Aktivasi sel makrofag dapat dilakukan oleh

mediator yang dilepaskan oleh limfosit (limfokin) yang

dirangsang oleh antigen atau mitogen pada permukaannya.

Dapat pula oleh induksi komponen komplemen, interferon

(IFN) atau oleh endotoksin (LPS) produk bakteri. Sel

makrofag yang teraktifkan mengalami perubahan seperti

bentuknya menjadi lebih pipih, memiliki tepi yang

berigi-rigi, mengandung banyak lisosom, dan bersifat

lebih fagositik. (Subowo, 2009). Fagosit mononuclear

(makrofag) seringkali berfungsi sebagai kontrol

perubahan pada sistem imun, menjaga keseimbangan antara

reaksi pro dan anti inflamasi. Sel ini terbagi atas

fagosit mononuclear aktif secara jalur klasik (M1) atau

jalur alternatif (M2) (Van Ginderachter, et al.,2006)

Gambar 2.3 Sel makrofag (Cheng, & Ganta, 2008)

2.5 Fibroblas

Page 29: Full paper Apriyanti K

Fibroblas merupakan jaringan ikat yang tebentuk

dari diferensiasi sel mesenkim. Fibroblas berbentuk sel

besar gepeng dan bercabang-cabang, yang dari samping

terlihat bentuk gelendong atau fusiform. Inti lonjong

dan diliputi membran inti yang halus disertai sedikit

granula kromatin halus. Fibroblas merupakan sel utama

yang terdapat pada jaringan ikat padat seperti tendon,

tersusun di barisan paralel pada tendon, badan sel

tersebut berbentuk kumparan dalam deretan bila dilihat

menggunakan mikroskop dengan arah membujur, pada

sayatan melintang, secara garis besar sel tampak

sebagai bidang berbentuk bintang, gelap di antara

gelondong kolagen (Fawcett, 2002).

a

b Gambar 2.4 a. Fibroblas dibawah mikoroskop dengan arah membujur b. Sayatan melintang fibroblas (Fawcett,

2002)

Komponen dalam proses penyembuhan luka, antara

lain, koagulasi dan keradangan, fibroplasia, perbaikan

matriks, angiogenesis, epitelisasi, dan faktor-faktor

pertumbuhan. Beraneka ragam sel ditemukan dalam proses

Page 30: Full paper Apriyanti K

penyembuhan luka seperti trombosit, neutrofil,

makrofag, fibroblast, sel endotel, keratinosit, dan sel

epitel yang memegang peranan sangat penting (Farida,

2003).

Pada kondisi jaringan terluka, sel fibroblas

muncul pada 2-3 hari paska terjadinya luka dan mencapai

jumlah maksimal pada hari ke 7-14 paska luka. Sel

fibroblas muncul sebagai tanda dimulainya tahap

proliferasi pada proses penyembuhan luka. Sel fibroblas

ikut menjadi bagian dari jaringan granulasi yang

terdiri dari pembuluh-pembuluh darah kecil yang

terbentuk dari jaringan ikat kendor dan mengandung

fibroblas serta sel-sel radang (Robbins dan Kumar,

2005).

Page 31: Full paper Apriyanti K

BAB 3

METODE PENULISAN

3.1 Jenis Penulisan

Dalam melakukan penulisan karya tulis ilmiah

dipergunakan bermacam macam metode, tergantung dari

sifat dan masalah yang sedang dianalisis. Dengan

memperhatikan tujuan penulisan yang dikaitkan dengan

topik yang diteliti, maka

dengan ide awal gel ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum

L.) dapat mempercepat penyembuhan luka paska pencabutan

gigi dilakukan penelitian studi kepustakaan dengan

pendekatan kualitatif. Penulisan ini dilakukan dengan

tujuan untuk memaparkan dan menjelaskan sejumlah

variabel yang terkait dengan masalah yang ditulis

dengan mengeksplorasi teori yang dikaitkan dengan

proses patofisiologi luka paska pencabutan gigi,

patofisiologi penyembuhan luka, kandungan daun kemangi

Page 32: Full paper Apriyanti K

(Ocimum sanctum L.) dan efek kandungan daun kemangi (Ocimum

sanctum L.) pada proses penyembuhan luka

3.2 Fokus Penulisan

Fokus penulisan adalah penetapan masalah yang

menjadi pusat perhatian penulisan. Melalui penetapan

fokus penulisan akan dapat membatasi studi agar

terkonsentrasi, sehingga didapatkan informasi yang

relevan dengan permasalahan.

Adapun fokus dalam penulisan ini adalah :

Efek pemberian gel ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum

L.) dalam proses penyembuhan luka paska pencabutan gigi

3.3 Sumber Data

Sumber data penulisan karya tulis ini adalah data

sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam

penulisan ini bersumber dari jurnal, literatur buku,

situs internet dan dokumen lain yang relevan dengan

obyek penulisan bersangkutan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada

penulisan ini adalah dokumentasi. Teknik dokumentasi

merupakan suatu teknik pengumpulan data dari dokumen,

Page 33: Full paper Apriyanti K

literatur atau arsip termasuk internet sesuai dengan

masalah yang ditulis.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis

data sekunder. Data yang sudah dikumpulkan dari

berbagai sumber, kemudian diseleksi dan

diklasifikasikan

menurut fokus penulisan, sehingga mampu menjelaskan dan

menjawab permasalahan. Selanjutnya data tersebut diolah

dengan melakukan penggalian

teori, pemikiran dan penafsiran.

Page 34: Full paper Apriyanti K

BAB 4

PEMBAHASAN

Ekstrak Daun kemangi (Ocimum sanctum)

Kandungan (Saponin, flavonoid, triterpenoid, Tannin)

Flavonoid

Imunostimulan

Limfosit TLimfokin

Makrofag

Mempercepat penyembuhan

luka

Saponin

Proliferasi monosit

Proliferasi fibroblas & pembuluh darah kapiler (endotel)

Luka bekas pencabutan gigi

Sekresi growth factor (FGF,PDGF,TGF-β,EGF)

Page 35: Full paper Apriyanti K

Ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) mengandung

Saponin, Flavonoid, Triterpenoid, dan Tannin. (Jaggi et

al, 2003). Apabila diberikan pada luka bekas pencabutan

gigi dapat mempercepat penyembuhan luka tersebut.

Mekanismenya berupa flavonoid dapat berperan sebagai

imunostimulan (Dashputre & Naikwade, 2010) yang dapat

mengaktifkan sel limfosit T untuk mensekresi limfokin

sehingga dapat menarik lebih banyak makrofag ke daerah

luka (Vagashiya et al, 2010). Sedangkan saponin dapat

meningkatkan proliferasi monosit (Rajput et al, 207)

sehingga dapat meningkatkan jumlah makrofag. Makrofag

mensekresi growth factor seperti FGF,PDGF,TGF-β,dan EGF

yang dapat menarik lebih banyak fibroblas ke daerah

luka dan mensintesis kolagen serta meningkatkan

proloferasi pembuluh darah kapiler (Diegelmann & Evans,

2004; Barrientos et al 2008). Dengan adanya peningkatan

jumlah makrofag yang merangsang sekresi growth factor

sehingga meningkatkan proliferasi fibroblas yang dapat

mempercepat penyembuhan luka.

Page 36: Full paper Apriyanti K

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pemberian gel ekstrak kemangi (Ocimum sanctum L.)

dapat mempercepat penyembuhan luka dengan meningkatkan

jumlah sel makrofag dan sel fibroblas pada luka paska

pencabutan gigi?

5.2 Saran

Page 37: Full paper Apriyanti K

1. Perlu penelitian lebih lanjut tentang pengaruh

pemberian gel ekstrak daun kemangi (ocimum sanctum l.)

terhadap percepatan penyembuhan luka paska

pencabutan gigi secara invivo

2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang efek samping,

indikasi, dan kontra indikasi pemberian gel ekstrak

daun kemangi (ocimum sanctum l.) dalam mempercepat

penyembuhan luka paska pencabutan gigi

DAFTAR PUSTAKA

Page 38: Full paper Apriyanti K

Dashputre, N.L., Naikwade, N.S., 2010. Preliminary

Immunomodulator Activity

of Aqueous and Ethanoli Leaves Extrats of Oimum basilium Linn in

Mice. International Journal of PharmTech Research.

Vol.2, No.2; 1342-1349.

Diegelmann,R.F., Evans,M.C., 2004. Wound Healing: An

Overview of Acute,

Fibrotic, and Delayed Healing. Frontiers in Bioscience.9:

283-289.

Farida R. 2003. Reaksi Radang. Majalah Kedokteran Gigi.Edisi khusus II Oktober 2003. UniversitasIndonesia. H469-72

Fawcett and Bloom. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta; EGC

Forest dan Kim Starr. 2008. Plants of Hawaii. Available at

http://www.hear.org/starr. downloaded on June 5th

2011.

Goddhwani S. Godhwani JL. Yas DS. Ocimum sanctum L.: an

experimental study

evaluating its anti-inflammatory, analgesic, and antipyretic activity

in animals. J Ethnopharamacol. 1987; 21;153-63.

Goel, A., Kumar, S., Singh D.K., dan Bhatia, A.K. 2010.

Wound Healing

Potential Of Ocimum sanctum L. Linn. with Induction Of Tumor

Necrosis Factor-Α. Indian Journal of Experimental

Biology. Vol. 48. Pp. 402-406.

Goldsby, R.A., Kindt, T.J., Osborne, B.A., Kuby, J.

2003. Imunobiology. 5th

Edition. USA : W.H. Freeman and Company. Pp. 24-56

Page 39: Full paper Apriyanti K

Gupta, S., Mediratta, P.K., Singh, S., Sharma, K.K.,

Shukla, R. 2006.

Antidiabetic, antihypercholesterolaemic and antioxidant ffect of

Ocimum sanctum L. (Linn) seed oil. Indian Journal of

Experimental Biology. Vol. 44. Pp. 300-304.

Jaggi, R.K., R Madaan dan B. Singh. 2003. Anticonvulsant

potential of holy basil.

Ocimum sanctum Linn. And its cultures. Indian J. Exp.

Biol. 41; 1329-1333.

Joshi, H dan Milind Parle. 2006. Evaluation of nootropic

potential of Ocimum

sanctum L. Linn in mice. Indian Journal of Experimental

Biology. Vol. 44. Pp.133-136.

Kirkwood, K.L., Nisengard, R.J, Haake, S.K., Miyasaki,

K.T., 2006. Immunity

and Inflammatin : Basic Concepts. In: M.G. Newman,

H.H. Takei, F.A. Carranza, Klokkevold (Eds.). Carranza’s

Cliniccal Periodontology, Ed. 10th.

Missouri : Saunders Elsevier., pp. 209-227.

Kumar V., Abul K. Abbas., Nelson Fausto. 2005. Robbins

and Cotran Pathologic

Basis of Disease. 7th ed. Philadelphia: Elsevier

Saunders. Pp: 107-114.

Lawler et al W., Ahmed A., Hume W.J. 2002. Buku Pintar

Patologi Untuk

Kedokteran Gigi. Alih bahasa: Agus Djaya. Jakarta :

EGC. H.15-17.

Page 40: Full paper Apriyanti K

Mishra, P dan Mishra , S. 2011. Study of antibacterial activity

of Ocimum

sanctum exract against gram positive and gram negative bacteria.

Am. J. Food Technol. 6: 336-341.

Pattanayak, P., P.Behera, D. Das dan S.K. Panda. 2010.

Ocimum sanctum Linn. A

resevoir plant for therapeutic applications. An overview.

Pheog. Rev., 4: 95-105.

Peterson, Ellis, Hupp, Tucker. 2003. Contemporary Oral and

Maxilofacial

Surgery. 4th ed. Mosby, St. Louis

Prakash, P. Dan Neelu Gupta. 2005. Therapeutic uses of

Ocimum sanctum L. Linn

(Tulsi) with a note on eugenol and its pharmacological actions : A

short review. Indian J Physiol Pharmacol. 49 (2) :

125-131.

Rahman, S., Islam, R.,Kamruzzaman, M. Alam, K. Dan

Jamal A. 2011. Ocimum

sanctum L. : A review of Phytochemical and Pharmacological

Profile. American Journal of Drug Discovery and

Development. 1-15.

Rajput, Z.I., Hu, S., Xiao, C., Arijo, A.G., 2007.

Adjuvant effects of saponins on

animal immune responses. Journal of Zhejiang

University Science Review. Vol. 8(3): 153-161.

Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. 2006. Pocket Companion to

Pathologic Basis

Page 41: Full paper Apriyanti K

of Disease. 7th ed. Philadelphia : WB Saunders. Pp:

46-47.

Shejbal Drazen . 2004. Strategies in the treatment of Keloid and

Hypertrophic

Scars. Acta clin Croat. Pp: 417-422.

Singh, S dan Mujumdar D.K. 1997. Evaluation of anti-

inflamattory activity of

fatty acids of Ocimum sanctum fixed oil. Indian J Exp Biol.

35. 380.

Subowo. 2009. Imunobiologi. Edisi ke-2. Jakarta : Sagung

Seto. Hal. 12-164.

Sudarsono, Gunawan D, Wahyuono S, Donatus IA, Purnomo.

Tumbuhan obat II

(hasil penelitian, sifat-sifat, dan

penggunaannya). Yogyakarta : Pusat Studi

Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada; 2002.

Udupa, S.L., Shetty, S., Udupa, A.L., Somayaji, S.N.

2006. Effect of Ocimum

sanctum L. Linn. On normal and dexamethasone suppressed

wound healing. Indian Journal of Experimental

Biology. Vol. 44. Pp 49-54.

Uma Devi P, Ganasoundari A,Vrinda B, Srinivasan K.K.

dan Unnikrishnan K.

2000. Radiation protection by the Ocimum flavonoids orientin

and vicenin: Mechanism of action, Radiat Res, 154. P.

455.

Page 42: Full paper Apriyanti K

Vaghasiya, J., Datani, M., Nandkumar, K., Malaviya, S.,

Jivani, N., 2010.

Comparative Evaluation Of Alcoholic And Aqueous Extracts Of

Ocimum sanctum L. For Immunomodulatory Activity.

International Journal On Pharmaceutical And

Biological Research. Vol. 1(1), 2010, 25-29

Van Ginderachter, J.A., Movahedi, K., Hassanzadeh G.G.,

Meerschaut, S.,

Beschin, A., Raes, G., De Baetselier, P., 2006.

Classical and alternative activation of mononuclear phagocytes:

picking the best of both worlds for tumor promotion.

Immunobiology; 211(6-8):487-501.

WHO. Traditional medicine. Available from URL:

Http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/.

Accesed on November 20th 2010.

Page 43: Full paper Apriyanti K

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Apriyanti Khairina

Tempat tanggal lahir : Banjarbaru, 18

April 1990

Karya tulis yang pernah dibuat : -

Prestasi yang pernah diraih : -