KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN GEL EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) TERHADAP PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA PASKA PENCABUTAN GIGI Oleh : APRIYANTI KHAIRINA
KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH PEMBERIAN GEL EKSTRAK DAUN KEMANGI(Ocimum sanctum L.) TERHADAP PERCEPATANPENYEMBUHAN LUKA PASKA PENCABUTAN GIGI
Oleh :
APRIYANTI KHAIRINA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS AIRLANGGA BHMN
SURABAYA2011
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Karya Tulis : Pengaruh Pemberian Gel EkstrakDaun Kemangi (Ocimum sanctum L.) Terhadap Percepatan Penyembuhan Luka Paska Pencabutan Gigi
Pelaksana Kegiatan :
a. Nama Lengkap : Apriyanti Khairina
b. NIM : 020810014
c. Jurusan : Fakultas Kedokteran Gigi
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Airlangga
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Kedungsroko 127 Surabaya
f. Alamat email : [email protected]
Surabaya, 30 September 2011
Menyetujui,
Wakil Dekan I Pelaksana Kegiatan
Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.KesApriyanti Khairina
NIP. 196110051988031003 NIM. 020810014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya persembahkan kepada Allah SWT,
karena atas berkat dan rahmatnya saya bisa
menyelesaikan full paper LKTI dengan judul pengaruh
pemberian gel ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum l.)
terhadap percepatan penyembuhan luka paska pencabutan
gigi dengan lancar.
Saya menyadari bahwa full paper ini terdapat
kekurangan , maka dari itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga full
paper ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama
rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga.
Surabaya, 30 September 2011
Hormat,
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
judul ..................................................
......................................................
Lembar Pengesahan
........................................................
........................................
Kata
Pengantar ..............................................
........................................................
.
Daftar Isi
........................................................
.......................................................
Daftar Gambar
........................................................
...............................................
Abstrak ................................................
........................................................
...........
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
i
ii
ii
i
iv
vi
vi
i
1
2
2
3
4
4
4
5
5
6
Belakang .............................................
...........................................
1.2 Rumusan
Masalah ..............................................
.....................................
1.3 Tujuan
Penelitian............................................
.........................................
1.4 Manfaat
Penelitian............................................
.......................................
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemangi (Ocimum sanctum
L.)......................................................
...........
2.1.1 Taksonomi ...................................
...................................................
2.1.2 Kandungan Gizi .............
.....................................................
...........
2.1.3 Kandungan Kimia
.....................................................
7
7
7
9
11
12
14
14
14
15
15
16
18
19
......................
2.1.4 Khasiat dan Manfaat
.....................................................
..................
2.2 Luka .........................................................................................................
2.3 Penyembuhan
Luka ...............................................
..................................
2.3.1
Definisi ...........................................
..................................................
2.3.2 Fase-fase Penyembuhan
Luka ...............................................
...........
2.3.3 Faktor-faktor yang
mempengaruhi .......................................
..............
2.4
Makrofag ...........................................
4
8
12
12
....................................................
....
2.5
Fibroblas ..........................................
....................................................
.....
BAB 3 METODE
PENULISAN ..........................................
....................................
3.1 Jenis Penulisan ...........................................................................................
3.2 Fokus Penulisan ........................................................................................
3.3 Sumber Data ..............................................................................................
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................
3.5 Analisis Data .............................................................................................
BAB 4
PEMBAHASAN .............................................
.............................................
BAB 5 KESIMPULAN DAN
SARAN ..................................................
..................
DAFTAR
PUSTAKA.................................................
................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Daun Kemangi (Ocimum sanctum
L.) ...............................................
Gambar 2.2 Fase-Fase Penyembuhan Luka ..........................................................
Gambar 2.3 Makrofag ...........................................................................................
Gambar 2.4 a. Fibroblas dibawah mikoroskop dengan arah membujur ................
b. Sayatan melintang fibroblas ..........................................................
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN GEL EKSTRAK DAUN KEMANGI (OCIMUMSANCTUM L.) TERHADAP PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA PASKA
PENCABUTAN GIGI
Pendahuluan: Di bidang kedokteran gigi sering dilakukan perawatanberkaitan dengan luka misalnya akibat tindakan pencabutan gigi.Perawatan luka bertujuan menghentikan perdarahan, membersihkanarea luka dari benda asing, sel mati dan bakteri untuk prosespenyembuhan. Latar belakang: Pada beberapa keadaan sepertipengaruh obat atau penyakit sistemik tertentu, luka tidak dapat berhentidengan cepat. Untuk mengatasi hal itu, tanaman obat dapat digunakanuntuk mempercepat penyembuhan luka. Berdasarkan penelitian, ekstrakmetanol dan air dari daun kemangi (Ocimum sanctum L.) memiliki sifatanti-inflamasi, imunostimulator dan penyembuh luka. Metode: penelitianini menggunakan gel ekstrak kemangi dengan konsentrasi 5,10, dan 20 %dan CMC-Na 3% untuk kelompok kontrol. Seluruh sampel dilakukanpencabutan gigi insisivus kiri bawah dengan arah tarikan dan kekuatanyang sama. Pada hari ke-4, dilakukan eksekusi dengan mengeluarkanmandibula kemudian dibuat sediaan HPA. Sediaan dilihat dibawahmikroskop pembesaran 400x kemudian dilakukan penghitungan selmakrofag dan fibroblas. Semua data dilakukan uji ANOVA satu arah dan
uji LSD. Pembahasan : Ekstrak daun kemangi mengandung Saponin,Flavonoid, Triterpenoid, dan Tannin yang dapat mempercepatpenyembuhan luka tersebut. Flavonoid sebagai imunostimulan dapatmengaktifkan limfosit T untuk mensekresi limfokin sehingga menariklebih banyak makrofag ke daerah luka. Saponin meningkatkan proliferasimonosit sehingga meningkatkan jumlah makrofag. Makrofag mensekresigrowth factor seperti FGF,PDGF,TGF-β,dan EGF yang menarik lebih banyakfibroblas ke daerah luka, mensintesis kolagen serta meningkatkanproliferasi pembuluh darah kapiler. Peningkatan jumlah makrofagmerangsang sekresi growth factor, meningkatkan proliferasi fibroblasdan mempercepat penyembuhan luka. Kesimpulan : Pemberian gelekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum l.) dapat mempercepatpenyembuhan luka paska pencabutan gigi.
Keywords : Luka, Daun kemangi, Pencabutan gigi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di bidang kedokteran gigi sering dilakukan
perawatan berkaitan dengan luka misalnya akibat
tindakan pencabutan gigi. Luka adalah kerusakan
jaringan tubuh oleh karena jejas fisik yang menyebabkan
terganggunya kontinuitas struktur normal dari jaringan
(Robbins et al, 2006). Perawatan luka bertujuan
menghentikan perdarahan, membersihkan area luka dari
benda asing, sel mati dan bakteri untuk proses
penyembuhan. Pada beberapa keadaan seperti usia,
pengaruh obat atau penyakit sistemik tertentu, luka
tidak dapat berhenti dengan cepat. Untuk mengatasi hal
itu, tanaman obat dapat digunakan untuk mempercepat
penyembuhan luka. Penggunaan tanaman sebagai obat sudah
dikenal luas baik di negara berkembang maupun negara
maju. Di Asia dan Afrika 70-80% populasi masih
tergantung pada obat tradisional sebagai pengobatan
primer (WHO, 2008).
Salah satu tanaman obat yang ada di Indonesia
adalah kemangi (Ocimum sanctum L.). Kemangi (Ocimum sanctum
L.) telah digunakan secara tradisional dalam pengobatan
sistem Siddha dan Ayuverda di India untuk mengobati
infeksi, penyakit kulit, gangguan hepar, penawar racun
gigitan ular dan kepiting (Shetty et al, 2008). Meskipun
di Indonesia daun kemangi banyak digunakan sebagai
sayur mentah (lalapan) . (Dahati, 2008).
Berdasarkan penelitian Ghodwani et al,
ekstrak metanol dan air dari daun kemangi (ocimum
sanctum L.) memiliki sifat anti-inflamasi, analgesik, dan
imunostimulator (Shetty et al, 2008 cit Ghodwani et al,
1987). Kemangi (Ocimum sanctum L.) juga dapat bermanfaat
sebagai penyembuh luka. Pada penelitian Anjana Goel et
al, pemberian secara topikal ekstrak kemangi (Ocimum
sanctum L.) 10 % dalam bentuk gel pada luka eksisi
memberikan efek peningkatan kontriksi luka dan
kecepatan epitelialisasi pada luka. Terjadi penyembuhan
luka lebih awal pada pemberian ekstrak Ocimum sanctum L.
dengan meningkatkan produksi TNF-α (Goel et al., 2009).
Daun kemangi (Ocimum sanctum L.) mengandung minyak
volatil eugenol, urosolic acid, carvacrol,linalool, limatrol, caryophyllene,
metil carvicol (Rahman et al, 2011). Batang dan daun
mengandung saponin, flavonoid, triterpenoid, dan tanin
(Jaggi et al, 2003). Kemangi (Ocimum sanctum L.) memiliki
sifat antioksidan yang dapat mempercepat penyembuhan
luka (Shetty et al, 2008) . Flavonoid dari Ocimum
sanctum L.dapat menangkap radikal bebas yang telah diuji
secara in vitro. (Uma Devi et al, 2000).
Sampai saat ini sudah dilaporkan berbagai khasiat
Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap berbagai penyakit dan
berperan dalam penyembuhan luka, akan tetapi belum ada
laporan mengenai pengaruh pemberian ekstrak daun
kemangi (Ocimum sanctum L.) dalam bentuk gel secara
topikal dalam meningkatkan sel makrofag pada luka
paska pencabutan gigi. Oleh karena itu perlu dilakukan
penggalian informasi lebih dalam. Diharapkan dengan
teknik penyembuhan tersebut akan bermanfaat bagi dunia
kedokteran gigi dalam perawatan luka.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah pemberian gel ekstrak daun kemangi (Ocimum
sanctum L.) dapat mempercepat penyembuhan luka dengan
meningkatkan jumlah sel makrofag dan sel fibroblas pada
luka paska pencabutan gigi?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pemberian gel ekstrak
daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap percepatan
penyembuhan luka dengan meningkatnya jumlah sel
makrofag dan sel fibroblas pada luka paska pencabutan
gigi.
1.4 Manfaat
1. Dapat melihat adanya aktivitas sistem
kekebalan tubuh yang baik pada luka paska pencabutan
gigi yang telah diberi gel ekstrak daun kemangi
(Ocimum sanctum L.).
2. Diharapkan pembuatan gel ekstrak daun Kemangi
(Ocimum sanctum L.) dapat menjadi alternatif pengobatan
dalam mengobati luka paska pencabutan gigi.
Kingdom : Plantae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Spesies : Ocimum tenuiflorum
Nama Binomial : Ocimum tenuiflorum atau Ocimum sanctum
L. (Pattanayak et al., 2010)
Gambar 2.1 Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) (Forest & Starr, 2008)
2.1.2 Kandungan Gizi Kemangi
Kemangi (Ocimum sanctum L.) mengandung Vitamin C, A
dan mineral (Anbarasu dan Vijayalakshmi, 2007) seperti
Kalsium, Zink, dan Besi, dan kandungan fitonutrien
lainnya. Kemangi dapat meningkatkan efisiensi
pencernaan, absorbsi dan penggunaan nutrisi dari
makanan dan herba lainnya. Tanaman ini juga mengandung
4,2 gram protein, 0,5 gram lemak, 2,3 gram karbohidrat,
25 mg kalsium, 287 fosfor, 15,1 mg besi dan vitamin C
per 100 gramnya (Pattanayak et al, 2010).
2..1.3 Kandungan Kimia Kemangi
Pada daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) segar terdapat
minyak atsiri yang memiliki kandungan terbesar berupa
eugenol yang merupakan phenolic compound (1-hydroxy-2 methoxy-
4-allylbenzene) (Prakash & Gupta, 2005). Selain itu,
kemangi (Ocimum sanctum L.) juga mengandung flavonoid,
(Udupa et al, 2006) seperti orientin dan vicenin (Shetty et
al, 2008). Pada bagian biji kaya akan unsaturtaed fatty acid
yang terdiri atas palmitic acid (11,69 %), stearic acid (3,19
%), oleic acid (13,82%), linoleic acid (52,24 %) dan linolenic acid
(16,63 %) (Gupta et al, 2006).
Daunnya mengandung minyak volatil eugenol, urosolic acid,
carvacrol,linalool, limatrol, caryophyllene, metil carvicol. Sedangkan
bijinya mengandung minyak volatil yang terdiri atas
fatty acid dan sitosterol (Rahman et al, 2011). Batang
dan daun mengandung saponin, flavonoid, triterpenoid,
dan tanin (Jaggi et al, 2003). Kemangi juga mengandung
rosmarinic acid, apigenin, cirsimaritin, isothymusin (6,7-dimethoxy-5, 8,4-
trihydroxyflavone) dan isothymonin. Dua zat flavonoid yang
larut dalam air : Orientin (8-C-β-glucopyranosyl-3-4,5,7-
tetrahydroxyflav-2-en-3-one) dan vicenin (6-C-β-D-glucopyranosyl
apigenin) (Rahman et al, 2011).
2.1.4 Khasiat dan Manfat Kemangi
Bagian-bagian dari kemangi seperti, daun, bunga,
batang, akar, dan biji diketahui menunjukkan efek
terapeutik dan telah digunakan dalam pengobatan
tradisional, sebagai ekspektoran, analgesik,
antikanker, antiasma, antiemetik, antidiabetes,
antifertilitas, hepatoprotektif, hipotensi, hipolipid
dan antistress. Ocimum sanctum L. juga telah digunakan
untuk mengobati demam, bronkitis, artritis, dan
konvulsi (Rahman et al, 2011).
Kemangi (Ocimum sanctum L.) atau Holy basil di Inggris
dan Tulsi di India memiliki sifat analgesik (Godwhani
et al., 1987), antioksidan (Uma Devi, 2000),
antiinflamasi(Singh et al., 1997), dan sifat
imunostimulan (Vaghasiya et al., 2010).
Kemangi (O.sanctum) memiliki sifat antioksidan yang
dapat mempercepat penyembuhan luka. (Shetty S. et al.,
2008) . Flavonoid dari O.sanctum dapat menangkap radikal
bebas yang telaah diuji secara in vitro dan menunjukkan
aktivitas anti lipoperoksidase secara in vivo pada
konsentrasi rendah (Uma Devi et al, 2000). Menurut Joshi
& Parle, ekstrak kemangi dapat digunakan sebagai
pengobatan gangguan kognitif seperti demensia dan
penyakit Alzheimer (Joshi & Parle, 2006).
Kemangi (Ocimum sanctum L.) juga dapat bermanfaat
sebagai penyembuh luka. Pada penelitian Anjana Goel et
al, pemberian secara topikal ekstrak kemangi (Ocimum
sanctum L.) 10 % dalam bentuk gel pada luka eksisi
memberikan efek peningkatan kontriksi luka dan
kecepatan epitelialisasi pada luka. Terjadi penyembuhan
luka lebih awal pada pemberian ekstrak Ocimum sanctum L.
dengan meningkatkan produksi TNF-α (Goel et al., 2009).
Menurut penelitian Udupa et al, ekstrak etanol daun
kemangi (Ocimum sanctum L.) mempercepat penyembuhan luka
dan dapat mengatasi aksi penekanan penyembuhan luka
oleh dexamethasone. Pemeriksaan secara histologis pada
hari ke-10 menunjukkan jaringan granulasi dengan
perkembangan matriks yang baik, kolagen tersusun dengan
baik dan membentuk bundle diantara sel, serta terdapat
neovaskularisasi yang lebih baik.(Udupa, 2006)
Sedangkan berdasarkan penelitian Shetty et al,
kelompok yang diberi ekstrak air dan alkohol dari
kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat mempercepat penyembuhan
luka dibanding kelompok kontrol dan berfungsi sebagai
prohealer. (Shetty et al, 2008)
2.2 Luka
Luka adalah kerusakan jaringan tubuh oleh karena
jejas fisik yang menyebabkan terganggunya kontinuitas
struktur normal dari jaringan (Robbins, 2006).
2.3 Penyembuhan Luka
2.3.1 Definisi
Penyembuhan adalah penggantian sel mati oleh sel
hidup atau jaringan fibrosa, dan terjadi melalui
regenerasi atau organisasi. Hasil akhir tergantung dari
keseimbangan lokal diantara kedua faktor tersebut.
(Lawler et al, 2002).
2.3.2 Fase-Fase Penyembuhan Luka
Secara umum fase penyembuhan luka dibagi menjadi 3
tahap, yaitu :
1. Fase inflamasi
Inflamasi adalah suatu reaksi kompleks terhadap
agen atau bahan yang merugikan misalnya mikroba dan sel
yang rusak (biasanya nekrosis), yang berupa respons
vaskular, migrasi, dan aktivasi leukosit serta reaksi
sistemik. Respons peradangan terdiri atas dua komponen
utama, yaitu reaksi vaskular dan reaksi selular. Banyak
jaringan dan sel terlibat dalam reaksi-reaksi ini,
termasuk cairan dan protein plasma, sel dalam darah,
pembuluh darah, serta konstituen selular dan
ekstraselular dari jaringan ikat.
Radang akut terjadi beberapa jam atau hari, dan
menunjukkan usaha tubuh untuk menghancurkan atau
menetralkan agen penyebab. Gambaran makroskopik berupa
tanda-tanda utama dari Celcus yang meliputi tumor
(Pembengkakan), rubor (kemerahan), calor (panas setempat
berlebihan) dan dolor (rasa sakit). Selain itu dapat
pula terjadi functiolaesa. Tahap-tahap mikroskopis
berkaitan dengan perubahan-perubahan dinamis dalam
pembuluh darah, aliran darah dan aktivitas leukosit.
Biasanya terjadi :
2. Fase proliferasi
Sitokin dan growth factor yang disekresi pada saat
fase inflamasi akan menstimulasi fase proliferatif.
Dimulai paling cepat hari ke-3 post injury dan berlangsung
hingga 3 minggu. Fase ini dibedakan dengan pembentukan
jaringan granulasi yang mengandung sel-sel inflamasi,
fibroblas,dan vaskularisasi baru. (Peterson, 2003)
Fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis
kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan
adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka
(Perdanakusuma, 2003). Fungsi kolagen yang lebih
spesifik adalah membentuk jaringan baru (connective tissue
matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh
fibroblas, memberikan tanda bahwa makrofag, pembuluh
darah baru dan juga fibroblas sebagai satu kesatuan
unit dapat menuju tempat terjadinya luka (Shejbal et al,
2004).
3. Fase remodelling
Fase remodelling dapat berlangsung beberapa tahun
dan melibatkan keseimbangan antara degradasi dan
pembentukan matriks. Karena metabolisme untuk
penyembuhan luka berkurang maka kapiler muda yang
sangat banyak jumlahnya berkurang. Di bawah petunjuk
sitokin dan growth factor, matriks kolagen mengalami
degradasi, resintesisasi, reorganisasi, dan mengalami
stabilisasi oleh ikatan silang molekul menjadi skar.
Fibroblas mulai menghilang dan kolagen tipe III yang
terdeposisi saat fase granulasi digantikan oleh kolagen
tipe I yang lebih kuat. (Peterson, 2003)
Gambar 2.2 Fase-fase penyembuhan Luka (Pilonidal, 2010)
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan
Luka
Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi penyembuhan
luka, antara lain (Kumar et al, 2005):
1. Faktor umum
a. Umur
Pada orang lanjut usia biasanya penyembuhan lebih
lambat dibadingkan anak-anak, hal ini diduga
disebabkan karena berkurangnya suplai darah pada
orang yang sudah tua. Penyembuhan luka pada orang
lanjut usia mengalami perlambatan akibat penurunan
aliran darah dan oksigenasi jaringan oleh berbagai
penyakit sistemik seperti diabetes melitus atau
aterosklerosis. Pada orang lanjut usia fungsi imun
dan gizi juga akan berkurang.
b. Nutrisi
Pada orang yang makan sedikit protein menyebabkan
kadar protein dalam darah sangat rendah, dapat
menghambat sintesa kolagen sehingga memperlambat
penyembuhan. Keadaan ini menyebabkan luka sukar
sembuh dan dapat menyebabkan keadaan yang lebih
parah.
c. Vitamin
Dari sejumlah nutrisi yang ada, vitamin C
merupakan salah satu nutrisi penting yang
dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka. Vitamin
C sangat berguna untuk pembentukan asam hialuron
yang merupakan zaat perekat antar jaringan yang
sangat penting. Hal ini menyebabkan kualitas dan
kuantitas jaringan rendah sehingga kalau terluka
penyembuhannya lambat. Kekurangan vitamin A juga
dapat menghambat perbaikan jaringan setelah
terkena jejas atau trauma.
d. Hormon
Misalnya hormon kortison. Pemberian kortison pada
suatu radang akan menyebabkan gangguan pada
mekanisme perubahan pembuluh darah dan pembentukan
eksudat radang yang sedikit sekali atau terhambat
sehingga leukosit dan daya fagositosisnya
berkurang.
e. Status Metabolit
Diabetes melitus dapat menghambat penyembuhan luka
karena pada penyakit Diabetes Melitus dapat
terjadi angiopati vaskuler pada jaringan.
f. Status sirkulasi
Status sirkulasi dapat menguur penyembuhan luka.
Persediaan darah yang tidak adekuat sering
diakibatkan oleh arterosclerosis atau abnormalitas
dari vena yang memperlambat drainage vena dan juga
mengganggu proses penyembuhan.
2. Faktor Lokal
a. Suplai darah
Kekurangan darah akan menyebabkan tubuh kekrangan
zat yang sangat dibutuhkan, misalnya vitamin dan
oksigen. Hal ini dengan sendirinya akan
menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan.
b. Benda asing
Adanya benda asing akan menghambat penyembuhan
karena benda asing ini merupakan suatu rangsangan
pada jaringan yang tetap akan memelihara adanya
radang.
c. Pergerakan jaringan
Misalnya pada patah tulang, jika kedua bagian itu
tetap ada pergerakan, maka proses penyembuhannya
akan terhambat. Sebaliknya, penyembuhan akan
dipercepat jika kedua bagian itu tidak bergerak
atau difiksasi.
d. Besarnya kerusakan jaringan
Jika ada kerusakan total dari suatu organ,
biasanya tidak dapat diperbaiki dengan sempurna.
e. Infeksi
Infeksi merupakan salah satu hal yang penting yang
dapat mengahmbat penyembuhan. Pada keadaan ini
dibutuhkan debridement untuk menghasilkan proses
penyembuhan yang sempurna.
f. Ukuran, lokasi, dan tipe dari luka
Luka pada daerah dengan vaskularisasi yang tinggi
seperti wajah, akan dapat sembuh dengan cepat
daripada daerah dengan vaskularisasi yang rendah,
misalnya kaki. Luka yang kecil akan cepat sembuh
dengan sedikit bekas luka daripada luka yang
besar.
2.4 Makrofag
Sel makrofag terdapat di jaringan dan berasal dari
sel monosit ketika masih beredar dalam darah. Saat
proses hematopoiesis di sumsum tulang, sel progenitor
granulosit-monosit berdiferensiasi menjadi promonosit,
yang kemudian meninggalkan sumsum tulang dan menuju ke
dalam darah, yang selanjutnya berdiferensiasi menjadi
monosit. Monosit bersirkulasi selama 8 jam dalam aliran
darah dan selama itu terus mengalami pembesaran bentuk.
Sel-sel ini kemudian bermigrasi ke jaringan dan
berdiferensiasi lagi menjadi makrofag. Sel ini
berukuran besar dengan sebuah inti bulat dan
diameternya mungkin lebih dari 22 µm. Diferensiasi sel
ini menyebabkan meningkatnya kemampuan fagositosis sel
dan meningkatnya level enzim hidrolitik. (Goldsby et
al., 2003; Kirkwood et al., 2006)
Dalam sistem imun, makrofag mempunyai 2 kemampuan
utama, yaitu berperan sebagai sel efektor dalam respon
imun alami selular dengan fagositosisnya, dan sebagai
sel penyaji kepada limfosit T-helper dalam rangka
pengenalan epitop pada respon imun adaptif humoral.
(Subowo, 2009) Makrofag memiliki kemampuan mencerna
antigen eksogen, seperti mikroorganisme dan antigen
endogen seperti sel host yang mati dan debris seluler.
Membran makrofag memiliki reseptor untuk beberapa kelas
antibodi jika suatu antigen dilapisi dengan antibodi
yang sesuai, maka kompleks antigen-antibodi akan
berikatan dengan reseptor antibodi pada membran
makrofag dan proses ini meningkatkan kerja fagositosis
makrofag. (Goldsby et al., 2003).
Aktivasi sel makrofag dapat dilakukan oleh
mediator yang dilepaskan oleh limfosit (limfokin) yang
dirangsang oleh antigen atau mitogen pada permukaannya.
Dapat pula oleh induksi komponen komplemen, interferon
(IFN) atau oleh endotoksin (LPS) produk bakteri. Sel
makrofag yang teraktifkan mengalami perubahan seperti
bentuknya menjadi lebih pipih, memiliki tepi yang
berigi-rigi, mengandung banyak lisosom, dan bersifat
lebih fagositik. (Subowo, 2009). Fagosit mononuclear
(makrofag) seringkali berfungsi sebagai kontrol
perubahan pada sistem imun, menjaga keseimbangan antara
reaksi pro dan anti inflamasi. Sel ini terbagi atas
fagosit mononuclear aktif secara jalur klasik (M1) atau
jalur alternatif (M2) (Van Ginderachter, et al.,2006)
Gambar 2.3 Sel makrofag (Cheng, & Ganta, 2008)
2.5 Fibroblas
Fibroblas merupakan jaringan ikat yang tebentuk
dari diferensiasi sel mesenkim. Fibroblas berbentuk sel
besar gepeng dan bercabang-cabang, yang dari samping
terlihat bentuk gelendong atau fusiform. Inti lonjong
dan diliputi membran inti yang halus disertai sedikit
granula kromatin halus. Fibroblas merupakan sel utama
yang terdapat pada jaringan ikat padat seperti tendon,
tersusun di barisan paralel pada tendon, badan sel
tersebut berbentuk kumparan dalam deretan bila dilihat
menggunakan mikroskop dengan arah membujur, pada
sayatan melintang, secara garis besar sel tampak
sebagai bidang berbentuk bintang, gelap di antara
gelondong kolagen (Fawcett, 2002).
a
b Gambar 2.4 a. Fibroblas dibawah mikoroskop dengan arah membujur b. Sayatan melintang fibroblas (Fawcett,
2002)
Komponen dalam proses penyembuhan luka, antara
lain, koagulasi dan keradangan, fibroplasia, perbaikan
matriks, angiogenesis, epitelisasi, dan faktor-faktor
pertumbuhan. Beraneka ragam sel ditemukan dalam proses
penyembuhan luka seperti trombosit, neutrofil,
makrofag, fibroblast, sel endotel, keratinosit, dan sel
epitel yang memegang peranan sangat penting (Farida,
2003).
Pada kondisi jaringan terluka, sel fibroblas
muncul pada 2-3 hari paska terjadinya luka dan mencapai
jumlah maksimal pada hari ke 7-14 paska luka. Sel
fibroblas muncul sebagai tanda dimulainya tahap
proliferasi pada proses penyembuhan luka. Sel fibroblas
ikut menjadi bagian dari jaringan granulasi yang
terdiri dari pembuluh-pembuluh darah kecil yang
terbentuk dari jaringan ikat kendor dan mengandung
fibroblas serta sel-sel radang (Robbins dan Kumar,
2005).
BAB 3
METODE PENULISAN
3.1 Jenis Penulisan
Dalam melakukan penulisan karya tulis ilmiah
dipergunakan bermacam macam metode, tergantung dari
sifat dan masalah yang sedang dianalisis. Dengan
memperhatikan tujuan penulisan yang dikaitkan dengan
topik yang diteliti, maka
dengan ide awal gel ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum
L.) dapat mempercepat penyembuhan luka paska pencabutan
gigi dilakukan penelitian studi kepustakaan dengan
pendekatan kualitatif. Penulisan ini dilakukan dengan
tujuan untuk memaparkan dan menjelaskan sejumlah
variabel yang terkait dengan masalah yang ditulis
dengan mengeksplorasi teori yang dikaitkan dengan
proses patofisiologi luka paska pencabutan gigi,
patofisiologi penyembuhan luka, kandungan daun kemangi
(Ocimum sanctum L.) dan efek kandungan daun kemangi (Ocimum
sanctum L.) pada proses penyembuhan luka
3.2 Fokus Penulisan
Fokus penulisan adalah penetapan masalah yang
menjadi pusat perhatian penulisan. Melalui penetapan
fokus penulisan akan dapat membatasi studi agar
terkonsentrasi, sehingga didapatkan informasi yang
relevan dengan permasalahan.
Adapun fokus dalam penulisan ini adalah :
Efek pemberian gel ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum
L.) dalam proses penyembuhan luka paska pencabutan gigi
3.3 Sumber Data
Sumber data penulisan karya tulis ini adalah data
sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam
penulisan ini bersumber dari jurnal, literatur buku,
situs internet dan dokumen lain yang relevan dengan
obyek penulisan bersangkutan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada
penulisan ini adalah dokumentasi. Teknik dokumentasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data dari dokumen,
literatur atau arsip termasuk internet sesuai dengan
masalah yang ditulis.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis
data sekunder. Data yang sudah dikumpulkan dari
berbagai sumber, kemudian diseleksi dan
diklasifikasikan
menurut fokus penulisan, sehingga mampu menjelaskan dan
menjawab permasalahan. Selanjutnya data tersebut diolah
dengan melakukan penggalian
teori, pemikiran dan penafsiran.
BAB 4
PEMBAHASAN
Ekstrak Daun kemangi (Ocimum sanctum)
Kandungan (Saponin, flavonoid, triterpenoid, Tannin)
Flavonoid
Imunostimulan
Limfosit TLimfokin
Makrofag
Mempercepat penyembuhan
luka
Saponin
Proliferasi monosit
Proliferasi fibroblas & pembuluh darah kapiler (endotel)
Luka bekas pencabutan gigi
Sekresi growth factor (FGF,PDGF,TGF-β,EGF)
Ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) mengandung
Saponin, Flavonoid, Triterpenoid, dan Tannin. (Jaggi et
al, 2003). Apabila diberikan pada luka bekas pencabutan
gigi dapat mempercepat penyembuhan luka tersebut.
Mekanismenya berupa flavonoid dapat berperan sebagai
imunostimulan (Dashputre & Naikwade, 2010) yang dapat
mengaktifkan sel limfosit T untuk mensekresi limfokin
sehingga dapat menarik lebih banyak makrofag ke daerah
luka (Vagashiya et al, 2010). Sedangkan saponin dapat
meningkatkan proliferasi monosit (Rajput et al, 207)
sehingga dapat meningkatkan jumlah makrofag. Makrofag
mensekresi growth factor seperti FGF,PDGF,TGF-β,dan EGF
yang dapat menarik lebih banyak fibroblas ke daerah
luka dan mensintesis kolagen serta meningkatkan
proloferasi pembuluh darah kapiler (Diegelmann & Evans,
2004; Barrientos et al 2008). Dengan adanya peningkatan
jumlah makrofag yang merangsang sekresi growth factor
sehingga meningkatkan proliferasi fibroblas yang dapat
mempercepat penyembuhan luka.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pemberian gel ekstrak kemangi (Ocimum sanctum L.)
dapat mempercepat penyembuhan luka dengan meningkatkan
jumlah sel makrofag dan sel fibroblas pada luka paska
pencabutan gigi?
5.2 Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut tentang pengaruh
pemberian gel ekstrak daun kemangi (ocimum sanctum l.)
terhadap percepatan penyembuhan luka paska
pencabutan gigi secara invivo
2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang efek samping,
indikasi, dan kontra indikasi pemberian gel ekstrak
daun kemangi (ocimum sanctum l.) dalam mempercepat
penyembuhan luka paska pencabutan gigi
DAFTAR PUSTAKA
Dashputre, N.L., Naikwade, N.S., 2010. Preliminary
Immunomodulator Activity
of Aqueous and Ethanoli Leaves Extrats of Oimum basilium Linn in
Mice. International Journal of PharmTech Research.
Vol.2, No.2; 1342-1349.
Diegelmann,R.F., Evans,M.C., 2004. Wound Healing: An
Overview of Acute,
Fibrotic, and Delayed Healing. Frontiers in Bioscience.9:
283-289.
Farida R. 2003. Reaksi Radang. Majalah Kedokteran Gigi.Edisi khusus II Oktober 2003. UniversitasIndonesia. H469-72
Fawcett and Bloom. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta; EGC
Forest dan Kim Starr. 2008. Plants of Hawaii. Available at
http://www.hear.org/starr. downloaded on June 5th
2011.
Goddhwani S. Godhwani JL. Yas DS. Ocimum sanctum L.: an
experimental study
evaluating its anti-inflammatory, analgesic, and antipyretic activity
in animals. J Ethnopharamacol. 1987; 21;153-63.
Goel, A., Kumar, S., Singh D.K., dan Bhatia, A.K. 2010.
Wound Healing
Potential Of Ocimum sanctum L. Linn. with Induction Of Tumor
Necrosis Factor-Α. Indian Journal of Experimental
Biology. Vol. 48. Pp. 402-406.
Goldsby, R.A., Kindt, T.J., Osborne, B.A., Kuby, J.
2003. Imunobiology. 5th
Edition. USA : W.H. Freeman and Company. Pp. 24-56
Gupta, S., Mediratta, P.K., Singh, S., Sharma, K.K.,
Shukla, R. 2006.
Antidiabetic, antihypercholesterolaemic and antioxidant ffect of
Ocimum sanctum L. (Linn) seed oil. Indian Journal of
Experimental Biology. Vol. 44. Pp. 300-304.
Jaggi, R.K., R Madaan dan B. Singh. 2003. Anticonvulsant
potential of holy basil.
Ocimum sanctum Linn. And its cultures. Indian J. Exp.
Biol. 41; 1329-1333.
Joshi, H dan Milind Parle. 2006. Evaluation of nootropic
potential of Ocimum
sanctum L. Linn in mice. Indian Journal of Experimental
Biology. Vol. 44. Pp.133-136.
Kirkwood, K.L., Nisengard, R.J, Haake, S.K., Miyasaki,
K.T., 2006. Immunity
and Inflammatin : Basic Concepts. In: M.G. Newman,
H.H. Takei, F.A. Carranza, Klokkevold (Eds.). Carranza’s
Cliniccal Periodontology, Ed. 10th.
Missouri : Saunders Elsevier., pp. 209-227.
Kumar V., Abul K. Abbas., Nelson Fausto. 2005. Robbins
and Cotran Pathologic
Basis of Disease. 7th ed. Philadelphia: Elsevier
Saunders. Pp: 107-114.
Lawler et al W., Ahmed A., Hume W.J. 2002. Buku Pintar
Patologi Untuk
Kedokteran Gigi. Alih bahasa: Agus Djaya. Jakarta :
EGC. H.15-17.
Mishra, P dan Mishra , S. 2011. Study of antibacterial activity
of Ocimum
sanctum exract against gram positive and gram negative bacteria.
Am. J. Food Technol. 6: 336-341.
Pattanayak, P., P.Behera, D. Das dan S.K. Panda. 2010.
Ocimum sanctum Linn. A
resevoir plant for therapeutic applications. An overview.
Pheog. Rev., 4: 95-105.
Peterson, Ellis, Hupp, Tucker. 2003. Contemporary Oral and
Maxilofacial
Surgery. 4th ed. Mosby, St. Louis
Prakash, P. Dan Neelu Gupta. 2005. Therapeutic uses of
Ocimum sanctum L. Linn
(Tulsi) with a note on eugenol and its pharmacological actions : A
short review. Indian J Physiol Pharmacol. 49 (2) :
125-131.
Rahman, S., Islam, R.,Kamruzzaman, M. Alam, K. Dan
Jamal A. 2011. Ocimum
sanctum L. : A review of Phytochemical and Pharmacological
Profile. American Journal of Drug Discovery and
Development. 1-15.
Rajput, Z.I., Hu, S., Xiao, C., Arijo, A.G., 2007.
Adjuvant effects of saponins on
animal immune responses. Journal of Zhejiang
University Science Review. Vol. 8(3): 153-161.
Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. 2006. Pocket Companion to
Pathologic Basis
of Disease. 7th ed. Philadelphia : WB Saunders. Pp:
46-47.
Shejbal Drazen . 2004. Strategies in the treatment of Keloid and
Hypertrophic
Scars. Acta clin Croat. Pp: 417-422.
Singh, S dan Mujumdar D.K. 1997. Evaluation of anti-
inflamattory activity of
fatty acids of Ocimum sanctum fixed oil. Indian J Exp Biol.
35. 380.
Subowo. 2009. Imunobiologi. Edisi ke-2. Jakarta : Sagung
Seto. Hal. 12-164.
Sudarsono, Gunawan D, Wahyuono S, Donatus IA, Purnomo.
Tumbuhan obat II
(hasil penelitian, sifat-sifat, dan
penggunaannya). Yogyakarta : Pusat Studi
Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada; 2002.
Udupa, S.L., Shetty, S., Udupa, A.L., Somayaji, S.N.
2006. Effect of Ocimum
sanctum L. Linn. On normal and dexamethasone suppressed
wound healing. Indian Journal of Experimental
Biology. Vol. 44. Pp 49-54.
Uma Devi P, Ganasoundari A,Vrinda B, Srinivasan K.K.
dan Unnikrishnan K.
2000. Radiation protection by the Ocimum flavonoids orientin
and vicenin: Mechanism of action, Radiat Res, 154. P.
455.
Vaghasiya, J., Datani, M., Nandkumar, K., Malaviya, S.,
Jivani, N., 2010.
Comparative Evaluation Of Alcoholic And Aqueous Extracts Of
Ocimum sanctum L. For Immunomodulatory Activity.
International Journal On Pharmaceutical And
Biological Research. Vol. 1(1), 2010, 25-29
Van Ginderachter, J.A., Movahedi, K., Hassanzadeh G.G.,
Meerschaut, S.,
Beschin, A., Raes, G., De Baetselier, P., 2006.
Classical and alternative activation of mononuclear phagocytes:
picking the best of both worlds for tumor promotion.
Immunobiology; 211(6-8):487-501.
WHO. Traditional medicine. Available from URL:
Http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/.
Accesed on November 20th 2010.