FRAKTUR TERBUKA FEMUR SUPRAKONDILER DAN INTERKONDILER
(INTRAARTIKULER)Agustus 7, 2009 at 7:25 am (Bedah / Surgery) (bedah
ortopedi, fraktur, fraktur femur, fraktur terbuka) PENDAHULUANSaat
ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia.
Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadiDekade
Tulang dan Persendian. 1Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas
baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah kendaraan, jumlah
pemakai jasa angkutan dan bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan
kendaraan maka mayoritas kemungkinan terjadinya fraktur adalah
akibat kecelakaan lalu lintas. Sementara trauma trauma lain yang
dapat mengakibatkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian,
kecelakaan kerja, dan cedera olah raga.Sebagian besar fraktur
disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba dan berlebihan, yang dapat
berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh
dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan. Akibat trauma
pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya.
Kita harus dapat membayangkan rekonstruksi terjadinya kecelakaan
agar dapat menduga fraktur yang dapat terjadi. Setiap trauma yang
dapat mengakibatkan fraktur juga dapat sekaligus merusak jaringan
lunak di sekitar fraktur mulai dari otot, fascia, kulit, tulang,
sampai struktur neurovaskuler atau organ organ penting
lainnya.Fraktur bukan hanya persoalan terputusnya kontinuitas
tulang dan bagaimana mengatasinya, akan tetapi harus ditinjau
secara keseluruhan dan harus diatasi secara simultan. Harus dilihat
apa yang terjadi secara menyeluruh, bagaimana, jenis penyebabnya,
apakah ada kerusakan kulit, pembuluh darah, syaraf, dan harus
diperhatikan lokasi kejadian, waktu terjadinya agar dalam mengambil
tindakan dapat dihasilkan sesuatu yang optimal.A. FRAKTURA.1.
DEFINISI FRAKTUR DAN MEKANISME TRAUMAFraktur atau patah tulang
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya
benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan
ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh
bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius
distal patah 2.Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis
trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau
trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka
terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah
tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah
tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. 2A.2.
GEJALA DAN TANDAManifestasi klinis fraktur adalah didapatkan adanya
riwayat trauma, hilangnya fungsi, tanda-tanda inflamasi yang berupa
nyeri akut dan berat, pembengkakan lokal, merah/perubahan warna,
dan panas pada daerah tulang yang patah. Selain itu ditandai juga
dengan deformitas, dapat berupa angulasi, rotasi, atau pemendekan,
serta krepitasi. Apabila fraktur terjadi pada ekstremitas atau
persendian, maka akan ditemui keterbatasan LGS (lingkup gerak
sendi). Pseudoartrosis dan gerakan abnormal. 3, 4Tidak semua tanda
dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur, sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan X-foto, yang harus
dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu anterior-posterior dan lateral.
Dengan pemeriksaan X-foto ini dapat dilihat ada tidaknya patah
tulang, luas, dan keadaan fragmen tulang. Pemeriksaan ini juga
berguna untuk mengikuti proses penyembuhan tulang. 3, 5Diagnosis
fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik dan pemeriksaan sinar-x
pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah
tersebut. Bila berdasarkan pengamatan klinis diduga ada fraktur,
maka perlakukanlah sebagai fraktur sampai terbukti lain. 4A.3.
PEMBAGIAN FRAKTURFraktur berdasarkan derajat atau luas garis
fraktur terbagi atas 3 : complete, dimana tulang patah terbagi
menjadi dua bagian (fragmen) atau lebih, serta incomplete
(parsial). Fraktur parsial terbagi lagi menjadi:1.
Fissure/Crack/Hairline tulang terputus seluruhnya tetapi masih
tetap di tempat, biasa terjadi pada tulang pipih2. Greenstick
Fracture biasa terjadi pada anak-anak dan pada os radius, ulna,
clavicula, dan costae3. Buckle Fracture fraktur di mana korteksnya
melipat ke dalamBerdasarkan garis patah/konfigurasi tulang dibagi
menjadi 3 :1. Transversal garis patah tulang melintang sumbu tulang
(80-100o dari sumbu tulang)2. Oblik garis patah tulang melintang
sumbu tulang (100o dari sumbu tulang)3. Longitudinal garis patah
mengikuti sumbu tulang4. Spiral garis patah tulang berada di dua
bidang atau lebih5. Comminuted terdapat 2 atau lebih garis
frakturBerdasarkan hubungan antar fragmen fraktur:a. Undisplace
fragmen tulang fraktur masih terdapat pada tempat anatomisnyab.
Displace fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya,
terbagi atas: Shifted Sideways menggeser ke samping tapi dekat
Angulated membentuk sudut tertentu Rotated memutar Distracted
saling menjauh karena ada interposisi Overriding garis fraktur
tumpang tindih Impacted satu fragmen masuk ke fragmen yang
lainGambar 1. Tipe Fraktur menurut garis frakturnya
Secara umum, berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang
yang fraktur dengan dunia luar, fraktur juga dapat dibagi menjadi
2, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Disebut fraktur
tertutup apabila kulit di atas tulang yang fraktur masih utuh.
Sedangkan apabila kulit di atasnya tertembus dan terdapat luka yang
menghubungkan tulang yang fraktur dengan dunia luar maka disebut
fraktur terbuka, yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk ke
dalam luka sampai ke tulang yang patah sehingga cenderung untuk
mengalami kontaminasi dan infeksi. 2, 6B. PENATALAKSANAAN FRAKTUR
4, 6, 71. Penatalaksanaan secara UmumFraktur biasanya menyertai
trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan
terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan
sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah
dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan
penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS,
mengingat golden period 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi
infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis
secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto
radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit
dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan
lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.2. Penatalaksanaan
KedaruratanSegera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan
bingung, tidak menyadari adanya fraktur dan berusaha berjalan
dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai adanya fraktur,
penting untuk meng-imobilisasi bagian tubuh segara sebelum pasien
dipindahkan.Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan
dari kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas
harus disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk mencegah
gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan tulang
dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan
lebih lanjut.Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat
dikurangi dengan menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi
sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting untuk
mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang. Daerah yang
cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan
bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang.
Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga dilakukan
dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang sehat
bertindak sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera
ektremitas atas, lengan dapat dibebatkan ke dada, atau lengan bawah
yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal cedera harus
dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.Pada
fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk
mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali
melakukan reduksi fraktur, bahkan bila ada fragmen tulang yang
keluar melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan di
atas.Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap.
Pakaian dilepaskan dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat
dan kemudian dari sisi cedera. Pakaian pasien mungkin harus
dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai
digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.3. Prinsip
Penanganan FrakturPrinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur
meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi dan kekuatan
normal dengan rehabilitasi 4, 6:a. Reduksi, yaitu : restorasi
fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat diterima.6
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen
tulang pada kesejajarannya dan posisi anatomis normal. Sasarannya
adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi
anatomik normalnya. Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi
tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.4 Metode tertentu yang
dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya
tetap sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera
mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya
akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan
kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah
mengalami penyembuhan.Metode reduksi :1. Reduksi tertutup, pada
kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan
fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)
dengan Manipulasi dan Traksi manual. Sebelum reduksi dan
imobilisasi, pasien harus dimintakan persetujuan tindakan,
analgetik sesuai ketentuan dan bila diperlukan diberi anestesia.
Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara
gips, bidai atau alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi
akan menjaga reduksi dan menstabilkan ektremitas untuk penyembuhan
tulang. Sinar-x harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen
tulang telah dalam kesejajaran yang benar.2. Traksi, dapat
digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya
traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.3. Reduksi
terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan
pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna
dalam bentuk pin, kawat, sekrup, palt, paku atau batangan logam
dapat digunakan untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.b.
Imobilisasi Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang
benar sampai terjadi penyatuan. Sasarannya adalah mempertahankan
reduksi di tempatnya sampai terjadi penyembuhan. Metode untuk
mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat eksternal
(bebat, brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi,
balutan) dan alat-alat internal (nail, lempeng, sekrup, kawat,
batang, dll).Tabel 1. Perkiraan Waktu Imobilisasi yang
Dibutuhkanuntuk Penyatuan Tulang Fraktur
c. Rehabilitasi Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan
kekuatan normal pada bagian yang sakit. Untuk mempertahankan dan
memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi
adalah peninggian untuk meminimalkan bengkak, memantau status
neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan isometrik dan
pengaturan otot, partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan
melakukan aktifitas kembali secara bertahap dapat memperbaiki
kemandirian fungsi. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula
diusahakan sesuai batasan terapeutik.Tabel 2. Ringkasan Tindakan
terhadap Fraktur
C. KOMPLIKASI FRAKTUR 1, 6, 7a. Komplikasi segera1. Komplikasi
lokal dapat berupa kerusakan kulit, pembuluh darah (hematom, spasme
arteri, dan kontusio), kerusakan saraf, kerusakan otot, dan
kerusakan organ dalam.2. Komplikasi sistemik syok hemoragikb.
Komplikasi awal1. Komplikasi lokal sekuele dari komplikasi segera,
berupa nekrosis kulit, gangren, trombosis vena, komplikasi pada
persendian (artritis), dan pada tulang (infeksi/osteomielitis).2.
Komplikasi sistemik emboli lemak, emboli paru, pneumonia, tetanus,
delerium tremens.c. Komplikasi lanjut1. Komplikasi pada persendian
dapat terjadi kontraktur dan kekakuan sendi persisten, penyakit
sendi degeneratif pasca trauma.2. Komplikasi tulang yakni
penyembuhan tulang abnormal (malunion, delayed union dan non
union).Mal union adalah keadaan dimana tulang menyambung dalam
posisi tidak anatomis, bisa sembuh dengan pemendekan, sembuh dengan
angulasi, atau sembuh dengan rotasi.Delayed union adalah proses
penyembuhan patah tulang yang melebihi waktu yang diharapkan, hal
ini berarti bahwa proses terjadi lebih lama dari batas waktu yaitu
umumnya 3-5 bulan.6Non union adalah keadaan dimana suatu proses
penyembuhan patah tulang berhenti sama sekali dan penyembuhan patah
tulang tidak akan terjadi tanpa koreksi pembedahan.3. Komplikasi
pada otot miositis pasca trauma, ruptur tendo lanjut4. Komplikasi
saraf Tardy nerve palsyD. PROSES PENYEMBUHAN FRAKTURSecara ringkas
tahap penyembuhan fraktur dibagi menjadi 5 tahap sebagai berikut 4,
6 :1. Stadium Pembentukan Hematom : Hematom terbentuk dari darah
yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah yang robek Hematom
dibungkus jaringan lunak sekitar (periosteum & otot) Terjadi
sekitar 1-2 x 24 jam2. Stadium Proliferasi Sel / Inflamasi :
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar
lokasi fraktur Sel-sel ini menjadi precursor osteoblast Sel-sel ini
aktif tumbuh ke arah fragmen tulang Proliferasi juga terjadi di
jaringan sumsum tulang Terjadi setelah hari ke-2 kecelakaan
terjadi3. Stadium Pembentukan Kallus : Osteoblast membentuk tulang
lunak (kallus) Kallus memberikan rigiditas pada fraktur Jika
terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu
Terjadi setelah 6-10 hari setelah kecelakaan terjadi4. Stadium
Konsolidasi : Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi.
Fraktur teraba telah menyatu Secara bertahap menjadi tulang mature
Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah kecelakaan5. Stadium Remodeling
: Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks
fraktur Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast Pada
anak-anak remodeling dapat sempurna, pada dewasa masih ada tanda
penebalan tulang.Proses penyembuhan tulang sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, mencakup: usia, lokasi dan jenis fraktur,
kerusakan jaringan sekitar fraktur, banyaknya gerakan pada fragmen
fraktur, pengobatan, adanya infeksi atau penyakit lain yang
menyertai (seperti diabetes mellitus), derajat trauma, gap antara
ujung fragmen dan pendarahan pada lokasi fraktur. 6, 8E. FRAKTUR
TERBUKAE.1. KLASIFIKASIFraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat
yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya
fraktur 2, sebagaimana yang terlihat pada Tabel 1.Tabel 3. Derajat
Patah Tulang Terbuka Menurut Gustillo dan Anderson (1976)
Kemudian Gustillo et al. (1984) membagi tipe III dari
klasifikasi Gustillo dan Anderson (1976) menjadi tiga subtipe,
yaitu tipe IIIA, IIIB dan IIIC (Tabel 2). 8 IIIA terjadi apabila
fragmen fraktur masih dibungkus oleh jaringan lunak, walaupun
adanya kerusakan jaringan lunak yang luas dan berat. IIIB fragmen
fraktur tidak dibungkus oleh jaringan lunak sehingga tulang
terlihat jelas atau bone expose, terdapat pelepasan periosteum,
fraktur kominutif. Biasanya disertai kontaminasi masifdan merupakan
trauma high energy tanpa memandang luas luka. III C terdapat trauma
pada arteri yang membutuhkan repair agar kehidupan bagian distal
dapat dipertahankan tanpa memandang derajat kerusakan jaringan
lunak.Tabel 4. Klasifikasi lanjutfraktur terbuka tipe III (Gustillo
dan Anderson, 1976) oleh Gustillo, Mendoza dan Williams (1984)
E.2. PENATALAKSANAAN KHUSUS PADA FRAKTUR TERBUKAFraktur terbuka
merupakan suaru keadaan darurat yang memerlukan penanganan yang
terstandar untuk mengurangi risiko infeksi. Selain mencegah infeksi
juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi
anggota gerak.Beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur terbuka
adalah 6:1. Obati fraktur terbuka sebagai suatu kegawatan.2. Adakan
evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat
menyebabkan kematian.3. Berikan antibiotik dalam ruang gawat
darurat, di kamar operasi dan setelah operasi.4. Segera dilakukan
debridemen dan dan irigasi yang baik.5. Ulangi debridemen 24-72 jam
berikutnya.6. Stabilisasi fraktur.7. Biarkan luka terbuka antara
5-7 hari.8. Rehabilitasi anggota gerak yang terkena.Sedangkan
tahap-tahap pengobatan fraktur terbuka adalah sebagai berikut 6:1.
Pembersihan luka.Dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl
fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang
melekat.1. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati
(debridemen).Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya
merupakan daerah tempat pembenihan bakteri sehingga diperlukan
eksisi secara operasi pada kulit, jaringan subkutaneus, lemak,
fasia, otot, dan fragmen-fragmen yang lepas.1. Penutupan kulit.2.
Pemberian antibakteri.Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah
infeksi. Antibiotik diberikan dalam dosis yang besar sebelum, pada
saat, dan sesudah tindakan operasi.1. Pencegahan tetanus.Semua
penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan
tetanus. Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup
dengan pemberian toksoid. Tapi bagi yang belum, dapat diberikan 250
unit tetanus imunoglobulin.1. Pengobatan fraktur itu sendiri.F.
FRAKTUR FEMURF.1. ANATOMI FEMUR 10Gambar 2. Anatomi Femur
Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum,
trochanter major dan trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih
kurang dua pertiga bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari os
coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat
lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan
ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris
dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada
fovea.Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur,
berjalan ke bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih
kurang 125 derajat (pada wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu
panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat
dirubah oleh penyakit.Trochanter major dan minor merupakan tonjolan
besar pada batas leher dan batang. Yang menghubungkan dua
trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista
intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya
terdapat tuberculum quadratum.Bagian batang femur umumnya
menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin dan bulat pada permukaan
anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat rabung, linea
aspera. Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.Tepian
medial berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris medialis
menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis.Tepian lateral
menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada
permukaan posterior batang femur, di bawah trochanter major
terdapat tuberositas glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan
linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal dan
membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya,
disebut fascia poplitea.Ujung bawah femur memiliki condylus
medialis dan lateralis, yang di bagian posterior dipisahkan oleh
incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan
oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk
articulatio genu. Di atas condylus terdapat epicondylus lateralis
dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan langsung dengan
epicondylus medialis.F.2. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMURKlasifikasi
fraktur femur dapat dibagi dalam 5 :a. FRAKTUR COLLUM FEMUR:Fraktur
collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya
penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor
langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan
oleh trauma tidak langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang
mendadak dari tungkai bawah, dibagi dalam : Fraktur intrakapsuler
(Fraktur collum femur) Fraktur extrakapsuler (Fraktur
intertrochanter femur)b. FRAKTUR SUBTROCHANTER FEMURIalah fraktur
dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor,
dibagi dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan
mudah dipahami adalah klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu
:tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minortipe 2 :
garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter
minortipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas
atas trochanterminorc. FRAKTUR BATANG FEMUR (dewasa)Fraktur batang
femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan
lalu lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah
pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,
mengakibatkan penderita jatuh dalam shock, salah satu klasifikasi
fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang
berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi : tertutup
terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan
antara tulang patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat,
yaitu ; Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul
luka kecil, biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam
menembus keluar. Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka
ini disebabkan karena benturan dari luar. Derajat III : Lukanya
lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak yang
ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)d. FRAKTUR BATANG FEMUR
(anak anak)e. FRAKTUR SUPRACONDYLER FEMURFraktur supracondyler
fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal
ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot otot
gastrocnemius, biasanya fraktur supracondyler ini disebabkan oleh
trauma langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial
dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi.f. FRAKTUR
INTERCONDYLAIRBiasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur
supracondular, sehingga umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y
fraktur.g. FRAKTUR CONDYLER FEMURMekanisme traumanya biasa
kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai dengan
tekanan pada sumbu femur keatas.F.3. FRAKTUR SUPRAKONDILER FEMUR
DAN FRAKTUR INTERKONDILER 6Daerah suprakondiler adalah daerah
antara batas proksimal kondilus femur dan batas metafisis dengan
diafisis femur.Fraktur suprakondiler femur sering bersama-sama
dengan fraktur interkondiler yang memberikan masalah pengelolaan
yang lebih kompleks.
Klasifikasi menurut Neer, Grantham, Shelton (1967) : Tipe I ;
fraktur suprakondiler dan kondiler bentuk T. Tipe IIA ; fraktur
suprakondiler dan kondiler dengan sebagian metafisis (bentuk Y).
Tipe IIB ; sama seperti IIA tetapi bagian metafisis lebih kecil.
Tipe III ; fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur kondiler
yang tidak total.F.3.1. Gambaran KlinisBerdasarkan anamnesis
ditemukan riwayat trauma yang disertai pembengkakan dan deformitas
pada daerah suprakondiler. Pada pemeriksaan mungkin ditemukan
adanya krepitasi. Dapat ditemukan adanya hemartrosis yang lebih
hebat karena adanya fraktur intra-artikuler.F.3.2. Pengobatan1.
Terapi konservatif. Traksi berimbang dengan mempergunakan bidai
Thomas dan penahan lutut Pearson. Cast-bracing. Spika panggul.2.
Terapi operatif.Karena fraktur ini bersifat intra-artikuler, maka
sebaiknya dilakukan terapi operatif dengan fiksasi interna yang
rigid untuk memperoleh posisi anatomis sendi dan segera dilakukan
mobilisasi.Sumber :1. Fraktur. Diunduh dari
http://bedahugm.net/Bedah-Orthopedi/Fracture.html . Update
terakhir: 3 Agustus 2008. 2. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong, Buku
Ajar Ilmu Bedah, ed revisi, EGC. Jakarta: 1998. pp. 1138-963.
Mangunsudirejo RS. Fraktur, penyembuhan, penanganan, dan
komplikasi, buku 1. Edisi 1. Semarang: 19894. Fraktur. Diunduh dari
http://www.klinikindonesia.com/bedah/fraktur.php. Update terakhir:
7 Januari 20095. Fraktur Femur. Diunduh dari:
http://medisdankomputer.co.cc/?p=380. Update terakhir: 15 Maret
20096. Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III.
Yarsif Watampone. Makassar: 2007. pp. 352-4897. Buckley R, Panaro
CDA. General principles of fracture care. Diunduh dari
http://www.emedicine.com/orthoped/byname/General-Principles-of-Fracture-Care.htm.
Update terakhir: 19 Juli 20078. Fraktur Terbuka. Diunduh dari
http://bedahugm.net/Bedah-Orthopedi/Fraktur-Terbuka.html. Update
terakhir: 8 Januari 20099. Anatomi Femur. Diunduh dari
http://doctorology.net. Update terakhir: 6 Juni 2009