Top Banner
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA TN. H DENGAN FRAKTUR PELVIS DI RUANG IGD BEDAH MINOR RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Dewasa IV Pembimbing Akademik Ns. RENI SULUNG U., S.Kep., M.Sc Disusun oleh: Puwani Okyantari (G2B009052) Liftia Salmasuci W. (G2B009047) Prasetyawan Bayu A.B. (G2B009006)
37

FRAKTUR PELVIS

Feb 08, 2016

Download

Documents

ASKEP
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: FRAKTUR PELVIS

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

PADA TN. H DENGAN FRAKTUR PELVIS

DI RUANG IGD BEDAH MINOR

RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Dewasa IV

Pembimbing Akademik

Ns. RENI SULUNG U., S.Kep., M.Sc

Disusun oleh:

Puwani Okyantari (G2B009052)

Liftia Salmasuci W. (G2B009047)

Prasetyawan Bayu A.B. (G2B009006)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2012

Page 2: FRAKTUR PELVIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. H

DENGAN FRAKTUR PELVIS

I. PENGKAJIAN

Tanggal masuk : 9 Oktober 2012 , Pukul 17.50 WIB

Tanggal pengkajian : 9 Oktober 2012 , Pukul 17.50 WIB

A. Identitas Pasien

1. Nama : Tn.H

2. Usia : 27 Tahun

3. No. Register : 01154605

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Suku Bangsa : Jawa

6. Pekerjaan : Swasta

7. Agama : Islam

8. Status Perkawinan : Belum menikah

9. Alamat : -

10. Diagnosa Medis : Fraktur Pelvis

B. Pengkajian Primer1

1. Airway

Mulut bersih, tidak terdapat sumbatan pada jalan nafas.

2. Breathing

RR: 26x/menit, nafas cepat dan dangkal, tidak terdapat nafas cuping

hidung, dipasang nasal kanul dengan O2 sebanyak 3 liter per menit,

3. Circulation

TD tidak dapat dikaji, Nadi: tidak teraba, capilarry refill > 2detik, akral

dingin, turgor kulit kurang elastis, wajah pucat, konjungtiva anemis.

4. Disability

Tingkat kesadaran composmentis, dengan nilai GCS 15 (E4M6V5).

5. Exposure

Suhu 360C, terdapat luka gores lebar dengan diameter 8cm pada lutut,

dan luka gores pada ankle

Page 3: FRAKTUR PELVIS

C. Pengkajian Sekunder

1. Keluhan Utama

Pasien mengeluh nyeri pada bagian panggul.

P : Nyeri terasa pada saat menggerakkan panggul

Q : Rasanya seperti ditusuk-tusuk.

R : Panggul dan perut

S : 6

T : Nyeri berkelanjutan

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien post kecelakaan lalu lintas ditabrak truk, jatuh dengan posisi

duduk, seketika pasien merasa kesakitan dan tidak mampu saat akan

berdiri

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, dan

penyakit ginjal.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang

mempunyai riwayat penyakit jantung, DM, maupun asma atau penyakit

bawaan yang lain.

5. Pemeriksaan Fisik

Bagian Keterangan

KepalaBentuk mesochepal, rambut hitam, penyebaran

rata, tidak terdapat luka.

MataKonjungtiva anemis, sklera ikterik, tidak terdapat

perdarahan pada mata, ukuran pupil tidak sama

kanan 5mm, kiri 3 mm

Telinga Telinga bersih, tidak terdapat sekret yang keluar,

telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada luka dan

bengkak pada telinga.

Mulut & Gigi Bibir kering pucat, tidak pecah-pecah, tidak

terdapat sariawan, mulut bersih, tidak ada

perdarahan pada gusi.

Page 4: FRAKTUR PELVIS

Leher Tidak ada luka, tidak terdapat pembesaran

kelenjar tiroid.

Jantung I :Ictus cordis tidak nampak

Pa: ictus cordis teraba di SIC V

Pe : Bunyi pekak

A : Tidak terdapat suara jantung tambahan

Paru

I : Pengembangan paru simetris antara kanan dan

kiri, tidak terdapat retraksi dinding dada,

menggunakan otot bantu pernafasan.

Pa: taktil fremitus tidak dikaji.

Pe : terdengar bunyi sonor di seluruh lapang paru

A : bronkial

AbdomenI :datar, tidak ada lesi pada abdomen

A : BU (+) 6x/menit.

Pa: terdapat nyeri tekan pada abdomen region

kanan bawah, tidak terdapat massa

Pe : Bunyi tympani

Ekstremitas

atas

Terdapat luka gores pada siku tangan kanan dan

kiri, kekuatan otot tidak dikaji.

Ekstremitas

bawah

Terdapat luka gores lebar pada lutut dan ankle

kaki kanan dan kiri, kekuatan otot tidak dikaji

Genetalia Tidak dikaji

Page 5: FRAKTUR PELVIS

6. Cairan

Tgl. INPUT OUTPUT

9/10

/12

1. Minum : tidak

dikaji

2. Infus : Belum ada

(Pada saat pengkajian

cairan infusbelum

diberikan. Pemberian

cairan 2 line

kemudian

diprogramkan pada

intervensi )

1. Urin : 300 cc

BC :

In-Out: 0-300

--300cc

(Defisit volume cairan)

7. Eliminasi

Terpasang kateter urin, dengan volume urin bag sebanyak ± 300 cc,

warna urin kuning, terdapat bercak darah pada urin.

8. Status Kecemasan

Pasien terlihat cemas, nilai kecemasan dengan skala HARS:27

(kecemasan berat)

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium (proses)

2. Rontgen

Terdapat close fraktur; cross fraktur tulang pelvis region kanan bawah,

curiga perdarahan di dalam.

Page 6: FRAKTUR PELVIS

E. TERAPI MEDIS7

NAMA

OBATDOSIS

CARA

PEMBERIANINDIKASI

KONTRA

INDIKASIEFEK SAMPING

Tranexamed Oral : 3x25

mg/kgbb/hari

IV : 3x10

mg/kgbb/hari

Oral dan IV Hematuria yang berasal dari

kandung kemih,uretra,

prostat; hematuria pasca

bedah, perdarahan seusai

ekstrasi gigi ataupun karena

trauma pada penderita

hemofilia.

Gangguan

penglihatan,

perdarahan

subaraknoid

Mual

muntah,hipotensi,

gangguan penglihatan

Ranitidin Dosis standar : 2 x

sehari 150 mg atau

300 mg pada

malam hari

sebalum tidur.

Intravena Menghilangkan gejala-

gejala ketidakmampuan

mencerna asam dan dan rasa

panas pda ulu hati, ulkus

lambung jinak dan ulkus

duodenum, refluks

esofagitis, sindroma

zollinger-ellison, dispepsia

yang menahun (kronis),

mencegah perdarahan

Tidak dianjurkan

untuk anak berusia

kurang dari 16

tahun

Adakalanya

terjadihepatitis yang

bersifat reversibel

Jarang: agranulosis,

hipersensitifitas, ruma

kulit, leukopenia &

trombositopenia yang

bersifat reversibel,

sakit kepala, pusing.

Page 7: FRAKTUR PELVIS

karena ulserasi akibat sters

atau ulserasi peptikum,

sindroma mendelson, ulkus

peptikum.

Ketorolac Dewasa < 65 tahun,

30 mg sebagai

dosis tunggal atau

30 mg tiap 6 jam

sampai maksimal

120 mg sehari.

Dewasa > 65 tahun

dengan kerusakan

ginjal dan atau

berat bdan <50 kg,

15 mg sebagai

dosis tunggal atau

15 mg tiap 6 jam

sapai maksimal 60

mg sehari.

Intravena Pengobatan jangka pendek

pada nyeri akut pasca

operasi moderat sampai

hebat.

Alergi (seperti

nasal polyp,

angiodema,

bronchopasm,

asma syndrom

stevens jhonson,

ruam

vesiculobulous)

Ulkus peptik akut

atau perdarahan

gastrointestinal.

Kerusakan ginjal

berat

Kasus obstetrik,

kehamilan,

Dyspepsia, sakit

kepala, mengantuk,

nyeri pada tempat

suntikan, nyeri

gastrointestinal, diare,

berkeringat, mual

pusing edema,

konstipasi,melena,

stomatitis, lemah,

depresi, euphoria,

parasthesia, dyspnea,

gangguan penglihatan,

bengkak, ulkus

lambung, muntah,

mialgia, mulut kering,

vertigo, pruritis,

Page 8: FRAKTUR PELVIS

menyusui

Anak <16 tahun

Hipovolemia atau

dehidrasi

Rute epidural atau

spinal

Penyakit

cerebrovascular

Gangguan

koagulasi

Hemostatis

vasodilatasi, oliguria,

pendarahan colon,

asma, urtikaria, muka

pucat.

Ceftazidime Dewasa dan anak >

12 tahun dan anak

BB >50 kg : 1-2

hram satu kali

sehari. pada infeksi

berat yang

disebabkan

organisme moderat

sensitif, dosis dapat

Intravena Infeksi-infeksi yang

disebabkan oleh patogen

yang sensitif terhadap

ceftriaxone, seperti infeksi

saluran nafas, infeksi THT,

infeksi saluran kemih,

sepsis, meningitis, infeksi

tulang, sendi dan jaringan

lunak, infeksi intra

Hipersensitif terhadap

cephalosporin dan

penicilin (sebagai

reaksi alergi silang)

Kombinasi dengan

aminoglikosid dapat

menghasilkan efek

aditif atau sinergis,

khususnya pada

infeksi berat yang

disebabkan oleh

P.aeruginosa

Page 9: FRAKTUR PELVIS

dinaikkan dsampai

4 gram satu kali

sehari.

Bayi 14 hari : 20-

50 mg/ kg BB idak

boleh lebih dari 50

mg/kg BB, satu

kali sehari

Bayi 15 hari- 12

tahun : 20-80

mg/kg BB satu kali

sehari. Dosis

intravena > 50

mg /kg BB harus

diberikan melalui

infus paling sedikit

30 menit

abdominal, infeksi genital

(termasuk gonore),

profilaksis perioperatif, dan

infeksi pada pasien dengan

gangguan pertahanan tubuh.

streptococcus faecalis.

Page 10: FRAKTUR PELVIS

II. ANALISA DATA

NO. DATA MASALAH ETIOLOGI

1. DS:

Pasien mengatakan lemas

Pasien mengatakan kesemutan pada kaki

Pasien mengatakan tenggorokannya terasa kering

DO:

Wajah dan seluruh tubuh terlihat pucat

Turgor kulit kurang elastis.

Suhu 36o C

Nadi tidak teraba

TD tidak terdeteksi

Volume urin di dalam urin bag 300 cc

Capillary refil >2detik

Akral dingin

Tidak ada sianosis

Ketidakefektifan perfusi jaringan Hipovolemi

2. DS:

Pasien mengatakan perut dan panggulnya terasa sakit

Skala Nyeri :

P : Nyeri terasa pada saat menggerakkan panggul

Nyeri Deformitas tulang

Page 11: FRAKTUR PELVIS

Q : Rasanya seperti ditusuk-tusuk.

R : Panggul dan perut

S : 6

T : berkelanjutan

DO:

Wajah klien terlihat sedang menahan sakit

RR : 26 x/menit

Hasil rontgen terdapat close fraktur; cross fraktur

tulang pelvis region kanan bawah, curiga perdarahan

di dalam.

3. DS:

Pasien berteriak-teriak meminta segera di operasi

Pasien ingin bangun dari bed

DO:

Pasien kurang kooperatif

Pasien berteriak-teriak

Pasien memaksakan diri untuk bangun

RR:26x/menit

Nilai kecemasan dengan skala HARS: 27 (kecemasan

berat)

Ketidakefektifan pola nafas Ansietas

Page 12: FRAKTUR PELVIS

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN 2

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d hipovolemi

2. Nyeri b.d deformitas tulang

3. Ketidakefektifan pola nafas b.d ansietas

IV. PERENCANAAN / INTERVENSI 3,4

TANGGALNO.

DXTUJUAN RENCANA TINDAKAN TTD

9/10/12 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

1x24 jam tidak ada gangguan perfusi jaringan

perifer pasien dengan kriteria hasil :

1. Tekanan darah dalam batas normal 110/70

mmHg - 120/80 mmHg

2. Nadi dalam batas normal 60 – 100 kali per

menit

3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi,

Elastisitas turgor kulit baik, membran

mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang

berlebihan.

4. Intake oral dan intravena adekuat

1. Monitor status hidrasi ( kelembaban

membran mukosa, nadi adekuat)

2. Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer

(nadi perifer, edema, kapilary refill, warna

dan temperatue ekstremitas)

3. Evaluasi nadi perifer dan edema

4. Inspeksi kulit adanya luka

5. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi

cairan (BUN , Ht , osmolalitas urin,

albumin, total protein )

6. Monitor vital sign setiap 15 menit – 1 jam

7. Kolaborasi pemberian cairan IV

Page 13: FRAKTUR PELVIS

5. Pengisian kapiler < 2 detik

6. Warna kulit tidak pucat

7. Suhu kulit hangat

8. Tidak ada nyeri ekstremitas

8. Monitor status nutrisi

9. Berikan cairan oral

10. Atur kemungkinan tranfusi

11. Persiapan untuk tranfusi

12. Pasang kateter jika perlu

9/10/12 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

1x24 jam, nyeri pasien dapat berkurang dengan

kriteria hasil :

1. Wajah tampak rileks

2. TTV normal

3. Kebutuhan tidur pasien tercukupi (7-8

jam/hari)

4. Pasien tidak terbangun di malam hari

5. Pasien melaporkan nyeri berkurang

1. Pengkajian nyeri PQRST

2. Observasi TTV dan skala nyeri secara

teratur

3. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

4. Jelaskan kepada keluarga peran yang dapat

dilakukan jika pasien merasakan nyeri

5. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien

serta keluarganya

Kolaborasi dengan dokter : pemberian

analgetik

9/10/12 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

1x30 menit kebutuhan oksigen pasien dapat

terpenuhi dengan kriteria hasil :

1. Pasien tidak lagi sesak nafas

2. RR : 16-24 x/menit

1. Pantau irama, kedalaman dan pola nafas

2. Catat pergerakan dada, kaji

kesimetrisannya, penggunaan otot bantu

pernafasan, dan retraksi otot dada

3. Pantau suara nafas tambahan

Page 14: FRAKTUR PELVIS

3. Pasien tidak lagi menggunakan otot bantu

pernafasan untuk bernafas.

4. Tidak lagi terdapat retraksi dada.

5. Skala kecemasan (Hars) turun menjadi 20

4. Pantau pola nafas

5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

6. Catat posisi trakea

7. Auskultasi suara nafas

8. Kaji skala kecemasan

9. Jelaskan semua prosedur dan apa yang

dirasakan selama prosedur

10. Temani pasien untuk memberikan

keamanan dan mengurangi takut

11. Libatkan keluarga untuk mendampingi

klien

12. Instruksikan pada pasien untuk

menggukana teknik relaksasi nafas dalam

Page 15: FRAKTUR PELVIS

V. IMPLEMENTASI dan EVALUASI

TANGGAL NO.

DX

WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

9/10/12 1&2

1

1

1

1

21.00 wib

21.05 wib

21.10 wib

21.10 wib

21.15 wib

1. Memantau TTV 15 menit-1

jam

2. Memantau status hidrasi

( kelembaban membran

mukosa, nadi adekuat)

3. Mengkaji secara komprehensif

sirkulasi perifer (nadi perifer,

edema, kapilary refill, warna

dan temperatue ekstremitas)

4. Menginspeksi adanya luka

pada kulit

5. Memonitor hasil lab yang

sesuai dengan retensi cairan

S: -

O:

TD: tidak terdeteksi, N: tidak teraba, RR: ,

Suhu : 36,4O C

S: -

O: membran mukosa lembab & nadi tidak

teraba

S: -

O: kapilary refill >2, warna kulit pucat,

ektremitas dingin, terdapat edema pada

area panggul

S: -

O: Terdapat luka gores lebar dengan

diameter 8 cm pada lutut, dan luka gores

pada ankle

S: -

O: sample darah sudah diambil dan dikirim

Page 16: FRAKTUR PELVIS

1

1

1

1

22.00 wib

22.30 wib

21.15 wib

21.30 wib

(BUN , Ht , osmolalitas urin,

albumin, total protein )

6. Kolaborasi pemberian cairan

IV Ringer Laktat dan NaCl

dengan diguyur.

7. Kolaborasi perencanaan

pemberian transfuse PRC

8. Memasang kateter urin

9. Monitor intake dan urin output

setiap 8 jam

ke lab,sedang menunggu hasil

S: -

O: memberikan cairan infus 2 line kanan :

RL, kiri: Nacl.

S: -

O: -

S: -

O: volume urin bag ± 300 cc, warna urin

kuning, terdapat bercak darah pada urin.

S: Pasien meraasa lemas

O: pasien mendapat intake cairan dari infus

2 line dan tranfusi darah 1 colf (250 ml)

9/10/12 2 19.00 wib 1. Pengkajian nyeri PQRST S:

Pasien terlihat menahan rasa sakit

P : Nyeri terasa pada saat menggerakkan

panggul

Q : Rasanya seperti ditusuk-tusuk.

R : Panggul dan perut

S : 6

Page 17: FRAKTUR PELVIS

19.10 wib

19.15 wib

19.25 wib

19.35 wib

19.00 wib

2. Observasi TTV dan skala nyeri

secara teratur

3. Ajarkan teknik relaksasi dan

distraksi

4. Jelaskan kepada keluarga

peran yang dapat dilakukan

jika pasien merasakan nyeri

5. Jelaskan sebab dan akibat

nyeri pada klien serta

keluarganya

6. Kolaborasi dengan dokter :

pemberian analgetik

T : Nyeri berkelanjutan

O: Nadi tidak teraba

S: -

O: TD: tidak terdeteksi, N: tidak teraba,

RR: , Suhu : 36,4O C

S: pasien marah-marah

O: teknik tarik nafas dalam sudah

dilakukan,pasien kurang kooperatif.

S: pasien mengatakan akan melakukan

anjuran dari perawat

O: -

S:

O: keluarga memahami penjelasan dari

pearwat

S: -

O: Memberikan injeksi ketorolac melalui

IV dsn drip di infus RL

9/10/12 3 18.00 wib 1. Memantau pernafasan, irama,

kedalaman dan pola nafas

S: -

O: RR: 26x/menit, nafas cepat dan

Page 18: FRAKTUR PELVIS

18.05 wib

18.10 wib

18.10 wib

18.15 wib

19.00 wib

19.30 wib

18.30 wib

2. Mencatat pergerakan dada,

kaji kesimetrisannya,

penggunaan otot bantu

pernafasan, dan retraksi otot

dada

3. Memantau suara nafas

tambahan

4. Memantau pola nafas

5. Palpasi kesimetrisan ekspansi

paru

6. Mencatat posisi trakea

7. Auskultasi suara nafas

8. Memberikan terapi oksigen 3

dangkal.

S: -

O: Pergerakan dada simetris, tidak terdapat

retraksi dada, fase inspirasi lebih panjang

dari pada fase ekspirasi

S: -

O: Tidak terdapat suara nafas tambahan

S: -

O: RR : 26 x / menit, nafas cepat dan

dangkal

S: -

O: Pergerakan dada simetris

S: -

O: posisi trakea berada di tengah, tidak

terjadi pergeseran.

S: -

O: Suara nafas normal, tidak ada bunyi

tambahan

S: -

Page 19: FRAKTUR PELVIS

19.30

WIB

liter per menit

9. Memantau pola nafas

O: dipasang nasal kanul

S : -

O : RR : 24 x/menit

VI. EVALUASI AKHIR/HASIL

TANGGAL/JAM NO. DX EVALUASI TTD

9 Oktober 2012 1 S:

Pasien masih merasa lemas

O:

Tidak ada tanda tanda dehidrasi, membran mukosa lembab, tidak ada rasa

haus yang berlebihan.

Intake intravena adekuat

Pengisian kapiler < 2 detik

Warna kulit tidak pucat

Suhu kulit hangat

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Pantau tanda-tanda vital

Page 20: FRAKTUR PELVIS

Pantau terapi cairan yang sedang diberikan,

pantau transfusi darah yag sedang di berikan

9 Oktober 2012 2 S:

Pasien sedikit lebih tenang

O:

Wajah pasien tampak lebih rileks

Pasien melaporkan nyeri berkurang

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Pantau aktivitas yang menyebabkan nyeri.

9 Oktober 2012 3 S: -

O:

Pasien sudah tidak sesak nafas

Pasien tidak lagi sesak nafas

RR : 16-24 x/menit

Pasien tidak lagi menggunakan otot bantu pernafasan untuk bernafas.

Tidak lagi terdapat retraksi dada.

Skala kecemasan (Hars) turun menjadi 20

A:

Page 21: FRAKTUR PELVIS

Masalah teratasi sebagian

P:

Pantau terapi oksigen yang sedang diberikan

Page 22: FRAKTUR PELVIS

PEMBAHASAN

Tn. H datang ke IGD RSUD Dr. Moewardi pada pukul 17.50 WIB rujukan

dari RS PKU Karanganyar dengan keluhan nyeri akibat kecelakaan lalu lintas.

Perawat melakukan pengkajian dan ditemukan adanya tanda-tanda fraktur yaitu pain

(nyeri), pallor (pucat), pulse (nadi) tidak teraba, parestesia (terasa panas) dan

paralisis. Setelah ditemukannya tanda-tanda tersebut, dilakukan pemeriksaan rontgen

untuk memastikan kecurigaan adanya fraktur. Hasil pemeriksaan rontgen

menunjukkan adanya close fraktur : cross fraktur tulang pelvis region kanan bawah

curiga perdarahan di dalam. Kegawatan yang dapat terjadi pada pasien dengan

fraktur cruris adalah komplikasi segera yang dialami pasien yakni Trombosis vena

ilio-femoral, komplikasi ini sering ditemukan dan sangat berbahaya, apabila ada

keraguan sebaiknya diberikan antikoagulan secara rutin untuk profilaktik, Robekan

kandung kemih terjadi apabila ada disrupsi simfisis pubis atau tusukan dari bagian

tulang panggul yang tajam, Robekan uretra terjadi karena adanya disrupsi simfisis

pubis pada daerah uretra parsmembranosa8, pada kasus ini dari ketiga komplikasi

diatas, ada 2 komplikasi yang sudah dibantah oleh dokter bedah orthopedi yakni

robekan kandung kemih dan uretra, akan tetapi untuk komplikasi Trombosis vena

ilio-femoral masih membutuhkan pemantauan lebih intemsif lagi, sehingga untuk

mencgah perdarahan yang lebih hebat lagi diberikan terapi medic berupa injeksi

tranexameduntuk menghentikan perdarahan.

Hasil pemeriksaan rontgen pada Tn. H menyebutkan adanya curiga

perdarahan di dalam. Fraktur pelvis (panggul) seringkali disertai perdarahan yang

berat, oleh karena adanya gaya yang membuka rongga pelvis menyebabkan

kerusakan kompleks ligament dan merobek fleksus vena di pelvis dan kadang

merobek arteri iliaka interna. Bila perdarahan pelvis banyak maka akan terjadi cepat

penurunan tekanan darah ditandai dengan lemas, kehilangan kesadaran secara

perlahan, kadang gelisah. Tn. H terlihat lemas, pucat, nadi tidak teraba, tekanan

darah menurun, konjungtiva anemis dan hasil pemeriksaan laboratorium

menunjukkan Hb 9 g/dl. Maka dari itu dilakukan pemberian transfuse darah PRC 2

kantong. Transfusi darah PRC diberikan pada pasien yang salah satunya mengalami

perdarahan kronis yang ada tanda oksigen need (rasa sesak, mata berkunang,

Page 23: FRAKTUR PELVIS

palpitasi, pusing dan gelisah). PRC diberikan sampai tanda oksigen need hilang. PRC

diberikan biasanya pada Hb 8-10 gr/dl. Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl

diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %5.

Selain itu, diberikan terapi infuse Ringer Laktat dengan diguyur untuk memenuhi

kebutuhan cairan intravaskuler, mengatasi jika terjadi asidosis, mencegah kolaps

vena.

Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. Pada fraktur dapat mengakibatkan

terputusnya kontinuitas jaringan sendi, tulang bahakan kulit pada fraktur terbuka

sehingga merangsang nociseptor sekitar untuk mengeluarkan histamin, bradikinin

dan prostatglandin yang akan merangsang serabut A-delta untuk menghantarkan

rangsangan nyeri ke sum-sum tulang belakang, kemudian dihantarkan oleh serabut-

serabut saraf aferen yang masuk ke spinal melalu “dorsal root” dan sinaps pada

dorsal horn. Impuls-impuls nyeri menyeberangi sum-sum belakang pada

interneuron-interneuron dan bersambung dengan jalur spinal asendens, yaitu

spinothalamic tract (STT) dan spinoreticuler tract (SRT). STT merupakan sistem

yang diskriminatif dan membawa informasi mengenai sifat dan lokasi dari stimulus

kepada thalamus kemudian ke korteks untuk diinterpretasikan sebagai nyeri. Nyeri

terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi6. Tn. H

diajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan diberikan obat analgesic untuk

mengurangi nyeri. Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan dan membuat

perasaan lebih nyaman. Obat analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga

pasien menjadi lebih nyaman.

Tn. H terlihat cemas berat, skor 27 dengan skala Hars. Adanya kecemasan

berat yang dialami Tn. H menyebabkan ketidakefektifan pola nafas. Frekuensi nafas

Tn. H yaitu 26 kali/per menit, fase inspirasi lebih panjang daripada fase ekspirasi.

Oleh karena itu diberikan tindakan keperawatan pemberian terapi oksigen 3

liter/menit dengan menggunakan nasal kanul. Tujuan dari pemberian terapi oksigen

ini yaitu memberikan aliran gas oksigen lebih dari 20 % pada tekanan satu atmosfir

sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah.

Intervensi yang telah diberikan belum dapat mencapai kriteria hasil yang

sesuai dikarenakan intervensi tersebut harus dilakukan dengan estimasi waktu yang

Page 24: FRAKTUR PELVIS

lebih lama sehingga intervensi yang telah dilakukan perawat harus di laporkan

kepada perawat jaga selanjutnya untuk ditindaklanjuti. Sehingga tindakan

keperawatan yang telah dilakukan dengan waktu implementasi 12 jam belum dapat

mengatasi masalah keperawatan pada Tn. H secara tuntas.

Page 25: FRAKTUR PELVIS

KEPUSTAKAAN

1. Jackson, marilynn, lee. (2011).Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis.

Jakarta: Erlangga

2. Herdman, Heather.Ed.2010. Nanda International: Diagnosis keperawatan

Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.Jakarta: EGC

3. Johnson,marion,dll Ed.2000.Nursing outcomes classification (NOC) Second

Edition.USA : Moby Inc

4. Mccloskey, joanne C&Gloria M. Bulechek.2000. Nursing Interventions

classification (NIC). Third edition.USA : Moby Inc

5. Anonim. 2008. Packed Red Cell. http://www.jevuska.com. Diakses tanggal 14

Oktober 2012.

6. Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal

BedahEdisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

7. Theodorus,Dr.2006.Penuntun Praktis Peresepan Obat.Jakarta: EGC

8. Graham Apley & Louis Solomon. 1995. Buku Ajar Ortopedi Dsn Fraktur

Sistem Apley. Edisi Ketujuh. Tahun, Widya Medika Jakarta.