BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leher femur adalah tempat yang paling sering terkena fraktur pada manula. Sebagian besar pasien adalah wanita berusia delapan puluh atau sembilan puluhan, dan kaitannya dengan osteoporosis demikian nyata sehingga insidensi fraktur leher femur digunakan sebagai ukuran osteoporosis yang berkaitan dengan umur dalam pengkajian kependudukan. Namun hal ini bukan semata-mata akibat penuaan; fraktur cenderung terjadi pada penderita osteopenia diatas rata-rata, banyak diantaranya mengalami kelainan yang menyebabkan kehilangan jaringan tulang dan kelemahan tulang misalnya osteomalsia, diabetes, stroke, alkoholisme dan penyakit kronis lain; beberapa keadaan ini juga menyebabkan meningkatnya kecenderungan jatuh. Sebaliknya, fraktur leher femur jarang terjadi pada orang-orang negroid dan pasien dengan osteoartritis pinggul. Fraktur neck femur (leher femur) adalah salah satu jenis fraktur yang dapat sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Sering kali diderita pada penderita berusia lanjut dengan berbagai penyulit, sehingga hasil 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leher femur adalah tempat yang paling sering terkena fraktur pada
manula. Sebagian besar pasien adalah wanita berusia delapan puluh atau sembilan
puluhan, dan kaitannya dengan osteoporosis demikian nyata sehingga insidensi
fraktur leher femur digunakan sebagai ukuran osteoporosis yang berkaitan dengan
umur dalam pengkajian kependudukan.
Namun hal ini bukan semata-mata akibat penuaan; fraktur cenderung
terjadi pada penderita osteopenia diatas rata-rata, banyak diantaranya mengalami
kelainan yang menyebabkan kehilangan jaringan tulang dan kelemahan tulang
misalnya osteomalsia, diabetes, stroke, alkoholisme dan penyakit kronis lain;
beberapa keadaan ini juga menyebabkan meningkatnya kecenderungan jatuh.
Sebaliknya, fraktur leher femur jarang terjadi pada orang-orang negroid dan
pasien dengan osteoartritis pinggul.
Fraktur neck femur (leher femur) adalah salah satu jenis fraktur yang dapat
sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Sering kali diderita pada penderita
berusia lanjut dengan berbagai penyulit, sehingga hasil akhirnya pada penderita
sangat memberatkan. Pada usia muda dapat terjadi pada trauma yang cukup besar,
dan saat ini angkanya meningkat dengan pesat karena tingginya angka trauma
yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Kaput femur mendapatkan aliran darah dari tiga sumber, yaitu:
Pembuluh darah intramedular di dalam leher femur
o Arteri sirkumflex lateral yang mensuplai daerah anterior
o Arteri sirkumflex medial yang mensuplai daerah posterior
Pembuluh darah servikal asendensdalam retinakulum kapsul sendi
Pembuluh darah dari ligamentum teres ( arteri teres kapitis)
2
Pada saat terjadi fraktur pembuluh darah intramedular dan pembuluh
darah retinakulum selalu mengalami robekan, bila terjadi pergeseran fragmen.
Fraktur transervikal adalah fraktur yang bersifat intrakapsuler yang
mempunyai kapasitas yang sangat rendah dalam penyembuhan karena adanya
kerusakan pembuluh darah, periosteum yang rapuh serta hambatn dari cairan
sinovia.
I. Mekanisme trauma
Low energy trauma :
Jatuh pada daerah trokanter baik karena jatuh dari tempat yang
tidak terlalu tinggi seperti terpeleset di kamar mandi dimana
panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi
High-energy trauma :
Biasanya pada kecelakaan lalu lintas
Stress-fraktur:
Biasanya pada atlet, penari balet, atau pasien dengan osteoporosis
atau osteopeni
2.2 Mekanisme Trauma
Jatuh pada daerah trokanter baik karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari
tempat yang tidak terlalu tinggi seperti terpeleset di kamar mandi dimana panggul
dalam keadaan fleksi dan rotasi.
2.3 Klasifikasi
1. Lokasi
Menurut lokasi fraktur dapat berupa fraktur subkapital, transervikal dan basal,
yang kesemuanya terletak di dalam simpai sendi panggul atau intrakapsular;
fraktur intertrokanter dan subtrokanter terletak ekstrakapsuler.
3
Patah tulang intrakapsuler umumnya sukar mengalami pertautan dan
cenderung terjadi nekrosis avaskular kaput femur. Perdarahan kolum yang terletak
intraartikuler dan pendarahan kaput femur berasal dari proksimal a. sirkumfleksa
femoris lateralis melalui simpai sendi. Sumber pendarahan ini putus pada patah
tulang intraartikuler.
Pendarahan oleh arteri di dalam ligamentum teres sangat terbatas dan dan
sering tidak berarti. Pada luksasi arteri ini robek. Epifisis dan daerah trokanter
cukup kaya pendarahannya, karena mendapat darah dari simpai sendi, periost, dan
a. nutrisia diafisis femur.
4
Patah tulang kolum femur yang terletak intraartikuler sukar sembuh karena
bagian proksimal pendarahannya sangat terbatas, sehingga memerlukan fiksasi
kokoh untuk waktu yang cukup lama. Semua patah tulang di daerah ini umumnya
tidak stabil sehingga tidak ada cara reposisi tertutup terhadap fraktur ini, kecuali
jenis fraktur yang impaksi, baik yang subservikal atau yang basal.
Adanya oeteoporosis pada tulang mengakibatkan tidak tercapainya fiksasi
kokoh oleh pin pada fiksasi intern. Tambahan lagi periosteum fragmen
interkapsular leher femur tipis sehingga kemampuannya terbatas dalam
penyembuhan tulang. Oleh karena itu pada pertautan fraktur hanya tergantung
pada pembentukan kalus endosteal. Yang penting sekali ialah aliran darah ke
kolum dan kaput femur yang robek pada saat terjadinya fraktur.
Fraktur regio intertrokanterika pada femur lazim ditemukan. Nekrosis
avaskular tidak mengancam, karena kapsula koksa dan pembuluh darahnya tetap
utuh. Fraktura intertrokanterika paling baik diterapi secara bedah untuk
menghindari 12 sampai 14 minggu immobilisasi yang diperlukan untuk terapi
konservatif. Terutama pada orang tua, morbiditas terapi bedah kurang dari yang
menyertai perawatan konservatif lama. Karena fraktura ini biasa timbul pada
orang tua, maka diperlukan evaluasi prabedah yang cermat.
Fraktura intertrokanterika diklasifikasikan menurut lokasi garis fraktura
dan derajat kominuta (Boyd) :
1. Fraktura tipe I, adalah fraktura tunggal sepanjang linea intertrokanterika.
Fraktrus ini dapat direduksi dengn traksi longitudinal dan rotasi interna serta
immobilisasi dengan pemasangan sekrup dan plat samping.
2. Fraktura tipe II, adalah kominutif dan bisa lebih sulit direduksi. Fiksasi
dengan sekrup dan plat samping, tetapi reduksi fragmen proksimal (kaput dan
kollum0 pada vagus bisa diperlukan untuk mencapai kontak tulang medial
danstabilitas.
3. Fraktura tipe III dan IV, timbul pada regio subtrokanterika femur dan tidak
stabil, yang menjadi sifatnya. Fraktura ini mungkin disokong adekuat dengan
sekrup dan plat samping konvensional, serta penggunaan batang intramedulla
bersama dengan batang kollum femoris memberikan stabilitas lebih baik.
5
Pada fraktur subtrokanter fraktur berada pada atau dibawah trokanter
minor, fraktur mungkin bersifat melintang, oblik atau spiral dan sering kominutif.
Fragmen bagian atas berfleksi dan tampak seakan-akan pendek; batang beradduksi
dan bergeser ke bagian proksimal.
Pada fraktur subtrokanter reduksi terbuka dan fiksasi internal merupakan
terapi pilihan. Untuk fraktur pada tinggak trokanter minor, sekrup dan plat
pinggul kompresi (dinamis) hasilnya memuaskan. Pada fraktur yang lebih rendah
daripada tingkat ini, daya penekukan jauh lebih hebat, sehingga lebih baik
menggunakan paku intramedular dengan pen atau skrup pengunci yang
dimasukkan pada leher femur dan kaput. Kalau korteks medial bersifat kominutif
atau defisien, harus ditambah cangkokan tulang.
Reduksi tertutup dapat dilaksanakan pada fraktur subtrokanter, dan dapat
diindikasikan untuk fraktur kominutif berat bila fiksasi internal tak dapat
dilaksanakan atau tidak aman, dan juga diindikasikan untuk fraktur terbuka.
Traksi kerangka dipasang lewat pen femur distal, sehingga memungkinkan
gerakan lutut secara bebas. Karena fragmen proksimal ditarik ke dalam keadaan
duduk atau terbaring dengan pinggul dan lutut difleksikan 90˚ dan sedikit
terabduksi. Traksi perlu dipertahankan selama tiga bulan; karena itu metode itu
kurang coccok untuk manula.
2. Radiologis
1. Berdasarkan keadaan fraktur
Tidak ada pergeseran fraktur
Fragmen distal, rotasi eksterna, abduksi dan dapat bergeser
ke proksimal
Fraktur impaksi
2. Klasifikasi menurut Garden
Tingkat I : Fraktur tidak lengkap atau tipe abduksi atau impaksi
Tingkat II: Fraktur lengkap tanpa adanya pergeseran
Tingkat III : Fraktur langkap disertai dengan sebagian pergeseran
tetapi masih ada perlekatan
6
Tingkat IV :Fraktur lengkap disertai dengan pergeseran penuh
3. Klasifikasi menurut Pauwel
Tipe I : fraktur dengan garis fraktur 30˚
Tipe II : fraktur dengan garis fraktur 50˚
Tipe III : fraktur dengan garis fraktur 70˚
2.4 Patologi
Kaput femur mendapat aliran darah dari tiga sumber, yaitu :
1. Pembuluh darah intrameduler di dalam leher femur
2. Pembuluh darah servikal asendens dalam retinakulum kapsul sendi
3. Pembuluh darah dari ligamen yang berputar
Pasokan intramedula selalu terganggu oleh fraktur; pembuluh retinakular
juga dapat terobek kalau terdapat banyak pergeseran. Pada manula, pasokan yang
tersisa dalam ligamentum teres sangat kecil dan pada 20% kasus, tidak ada. Itulah
7
yang menyebabkan tingginya insidensi nekrosis avaskular pada fraktur leher
femur yang disertai pergeseran.
Fraktur transervikal, menurut definisi, bersifat intrakapsular. Fraktur ini
penyembuhannya buruk karena :
1. Dengan robeknya pembuluh kapsul, cedera itu melenyapkan persendian
darah utama pada kaput;
2. Tulang-tulang intraartikular hanya mempunyai periosteum yang tipis dan
tidak ada kontak dengan jaringan lunak yang dapat membantu
pembentukan kalus;
3. Cairan sinovial mencegah pembekuan hematoma akibat fraktur itu.
Oleh karena itu ketetapan aposisi dan impaksi fragmen tulang menjadi
lebih penting dari biasanya. Terdapat bukti bahwa aspirasi hemartrosis dapat
meningkatkan aliran darah dalam kaput femoris dengan mengurangi tamponade.
2.5 Gambaran Klinis
Biasanya terdapat riwayat jatuh, yang diikuti nyeri pinggul. Tungkai
pasien terletak pada rotasi lateral, dan terlihat pemendekan bila dibandingkan
tungkai kiri dengan tungkai kanan. Jarak antara trochanter mayor dan spina iliaka
anterior superior lebih pendek, karena trokanter terletak lebih tinggi akibat
pergeseran tungkai ke kranial. Namun, tidak semua fraktur nampak demikian
jelas. Pada fraktur yang terimpaksi pasien mungkin masih dapat berjalan; dan
pasien yang sangat lemah atau cacat mental mungkin tidak mengeluh sekalipun
mengalami fraktur bilateral.
2.6 Pemeriksaan Radiologis
Pada foto rontgen dapat diketahui apakah ada fraktur dan pergeseran.
Biasanya patahan itu jelas tapi fraktur yang terimpaksi dapat terlewatkan bila
tidak hati-hati. Pergeseran dinilai melalui bentuk bayangan tulang yang abnornal
8
dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular pada kaput femoris dan ujung leher
femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang terimpaksi atau tak bergeser
(stadium I dan II Garden) dapat membaik setelah fiksasi interna, sementara fraktur
yang bergeser sering mengalami non-union dan nekrosis avaskular.
2.7 Tatalaksana
Tatalaksana operatif hampir selalu dilakukan pada penderita fraktur leher
femur baik orang dewasa muda maupun dewasa tua karena :
Perlu reduksi yang akurat dan stabil
Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah
komplikasi paru-paru dan ulkus dekubitus.
Fraktur yang bergeser tidak akan menyatu tanpa fiksasi interna. Fraktur
yang terimpaksi dapat dibiarkan menyatu, tetapi selalu terdapat resiko pergeseran
pada fraktur-fraktur itu, sekalipun berada di tempat tidur; jadi fiksasi akan lebih
aman.
Prinsip terapi adalah reduksi yang tepat, fiksasi secara erat dan aktivitas
dini. Bila pasien dibawah anestesi, pinggul dan lutut difleksikan dan paha yang
mengalami fraktur ditarik ke atas, kemudian dirotasikan secara internal, lalu
diekstensikan dan diabduksi; akhirnya kaki diikat pada footpiece. Pengawasan
dengan sinar-X diguanakan untuk memastikan reduksi pada foto anteroposterior
dan lateral. Diperlukan reduksi yang tepat pada fraktur stadium III dan IV; fiksasi
pada fraktur yang tak tereduksi hanya mengundang kegagalan. Kalau fraktur
stadium III dan IV tidak dapat direduksi secara tertutup, dan pasien berumur
dibawah 60 tahun, dianjurkan untuk melakukan reduksi terbuka melalui
pendekatan anterolateral.
Tetapi, pada pasien tua (yang berusia lebih dari 70 tahun) cara ini jarang
diperbolehkan; kalau dua usaha yang cermat untuk melakukan reduksi tertutup
gagal, lebih baik dilaksanakan pergantian prostetik.
9
Sekali direduksi, fraktur dipertahankan dengan pen atau skrup berkanula
atau, kadang-kadang dengan sekrup kompresi geser (sekrup pinggul yang
dinamis) yang ditempelkan pada batang femur. Insisi lateral digunakan untuk
membuka femur bagian atas. Kawat pemandu, yang disisipkan di bawah kendali
fluoroskopik, digunakan untuk memastikan bahwa penempatan alat pengikat telah
tepat. Dua sekrup berkanula sudah mencukupi; keduanya harus terletak sejajar dan
memanjang sampai plat tulang subkondral; pada foto lateral keduanya berada di
tengah-tengah pada kaput dan leher, tetapi pada foto anteroposterior sekrup distal
terletak pada dengan korteks inferior leher.
Bila tatalaksana secara operatif ridak dilakukan maka cara konservatif
terbaik adalah langsung immobilisasi dengan pemberian anastesi dalam sendi dan
bantuan tongkat. Mobilisasi dilakukan agar terbentuk pseudoartrosis yang tidak
nyeri sehingga penderita diharapkan bisa berjalan dengan sedikit rasa sakit yang
dapat ditahan, serta sedikit pemendekan.
Sejak hari pertama pasien harus duduk di tempat tidur atau kursi. Dia
dilatih melakukan latihan pernafasan, dianjurkan berusaha sendiri dan memulai
berjalan (dengan alat penopang atau alat berjalan) secepat mungkin. Secara
teoritis, idealnya adalah menunda penahanan beban, tetapi ini jarang dapat
dipraktekkan.
Jenis-jenis operasi :
a. Pemasangan pin
b. Pemasangan plate and screw
Beberapa ahli mengusulkan bahwa prognosis untuk fraktur stadium III dan
IV tak dapat diramalkan sehingga penggantian prostetik selalu lebih baik. Karena
itu, kebijaksanaan kita adalah mencoba reduksi dan fiksasi pada semua pasien
yang berumur dibawah 75 tahun dan mempersiapkan penggantian untuk pasien
yang sangat tua dan sangat lemah dan pasien yang gagal menjalani reduksi
tertutup. Penggantian yang paling sedikit traumanya adalah prostesis femur atau
prostesis bipolar tanpa semen yang dimasukkan dengan pendekatan posterior.
Penggantian pinggul total mungkin lebih baik kalau terapi telah tertunda selama
10
beberapa minggu dan dicurigai ada kerusakan asetabulum, atau pada pasien
dengan penyakit metastatik atau penyakit paget.
Artroplasti; dilakukan pada penderita umur diatas 55 tahun, berupa :
Eksisi artroplasti (pseudoartrosis menurut Girdlestone)
Hemiartroplasti
Artroplasti total
2.8 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah :
1. Komplikasi yang bersifat umum ; trombosis vena, emboli paru,
pneumonia, dekubitus
2. Nekrosis avaskuler kaput femur
Nekrosis avaskular terjadi pada 30% penderita dengan fraktur yang
disertai pergeseran dan 10% pada fraktur tanpa pergeseran.tidak ada
cara untuk mendiagnosis hal ini pada saat terjadi fraktur. Beberapa
minggu kemudian, scan nanokoloid dapat memperlihatkan
berkurangnya vaskularitas. Perubahan pada sinar-X, meningkatnya
kepadatan pada kaput femoris mungkin tidak nyata selama berbualan-
bulan atau bahkan bertahun-tahun. Baik fraktur itu menyatu atau tidak,
kolapsnya kaput femoris akan menyebabkan nyeri dan semakin
hilangnya fungsi. Apabila lokalisasi fraktur lebih ke proksimal maka
kemungkinan untuk terjadi nekrosis avaskular lebih besar.
Penanganan nekrosis avaskular kaput femur dengan atau tanpa gagal
pertautan juga dengan eksisi kaput dan leher femur dan kemudian
diganti dengan protesis metal.
3. Nonunion
Lebih dari 1/3 penderita dengan fraktur leher femur tidak dapat
mengalami union terutama pada fraktur yang bergeser. Komplikasi
lebih sering pada fraktur dengan lokasi yang lebih ke proksimal. Ini
11
disebabkan kareana vaskularisasi yang jelek, reduksi yang tidak
adekuat, fiksasi yang tidak adekuat dan lokasi fraktur adalah intra-
artikuler.
Tulang di tempat fraktur remuk, fragmen terpecah dan paku atau
sekrup menjebol keluar dari tulang atau terjulur ke lateral. Pasien
mengeluh nyeri, tungkai memendek dan sukar berjalan. Metode