WP/3/2018 WORKING PAPER FRAGMENTASI INTERNATIONAL FINANCE DAN PENINGKATAN PROTEKSIONISME Reza Anglingkusumo, Berry A. Harahap, Fitria I. Triswati, Pakasa Bary, Anggita Cinditya M. Kusuma, M. Bagus Arya 2018 Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh penulis dalam paper ini merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan penulis dan bukan merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan resmi Bank Indonesia.
35
Embed
FRAGMENTASI INTERNATIONAL FINANCE DAN PENINGKATAN ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
WP/3/2018
WORKING PAPER
FRAGMENTASI INTERNATIONAL FINANCE DAN
PENINGKATAN PROTEKSIONISME
Reza Anglingkusumo, Berry A. Harahap, Fitria I. Triswati,
Pakasa Bary, Anggita Cinditya M. Kusuma, M. Bagus Arya
2018
Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh penulis dalam paper ini merupakan
kesimpulan, pendapat, dan pandangan penulis dan bukan merupakan kesimpulan, pendapat, dan
pandangan resmi Bank Indonesia.
0
Fragmentasi International Finance dan Peningkatan Proteksionisme
Reza Anglingkusumo, Berry A. Harahap, Fitria I. Triswati, Pakasa Bary, Anggita Cinditya M. Kusuma, M. Bagus Arya 1
Abstrak
Penelitian ini memetakan kondisi fragmentasi internasional finance, memahami dampak proteksionisme hubungan finansial antarnegara melalui
dual gravity model serta mengevaluasi risiko peningkatan fragmentasi terhadap makroekonomi melalui Global VECM, khususnya terhadap shock
eksternal.
Beberapa temuan antara lain adalah (i) terdapat tendensi fragmentasi
setelah krisis finansial global: foreign direct investment dan portofolio investment dari negara utama lebih terkonsentrasi, serta adanya penurunan cross-border claims yang belum kembali ke tingkat semula; (ii) terdapat
hubungan positif antara arus perdagangan dan arus finansial secara bilateral sehingga penurunan perdagangan akan berimplikasi pada
penurunan hubungan finansial; (iii) ada proteksi perdagangan terindikasi akan menurunkan perdagangan antarnegara, dan menurunkan FDI dari negara ketiga: dan (iv) fragmentasi finansial membuat dampak spillover shock eksternal terhadap perekonomian Indonesia berubah, antara lain adalah dampak kenaikan suku bunga AS ke output Indonesia menjadi lebih
besar.
Keywords: financial integration, cross border banking, gravity, spillover, global VECM
JEL classification: E60, F30
1 Kepala Grup, Peneliti Ekonomi Senior, dan Peneliti Ekonomi di Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia London, Bank Indonesia. Pandangan dalam
paper ini merupakan pandangan penulis dan tidak semata-mata merefleksikan pandangan Bank Indonesia.
1
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan small open economy yang sangat dipengaruhi oleh
kondisi finansial global. Financial depth yang masih tertinggal di satu sisi membuat
Indonesia kurang vulnerable, tetapi di sisi lain membuat kapasitas pembiayaan
ekonomi relatif terbatas. Tren kebijakan dunia saat ini diwarnai oleh meningkatnya
kecenderungan proteksi, baik pada arus barang maupun arus modal yang kemudian
dapat membuat kondisi pembiayaan internasional semakin terdisintegrasi atau
terfragmentasi.
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia berkepentingan untuk mengetahui
risiko peningkatan proteksionisme dan fragmentasi international finance sebab
selain dapat berdampak terhadap risiko stabilitas perekonomian domestik dari kejut
(shock) eksternal, juga dapat berdampak terhadap potensi pembiayaan eksternal.
Selain itu, pemahaman atas hal tersebut juga dapat dikembangkan lebih lanjut
terkait dampak fragmentasi international finance terhadap risiko stabilitas sistem
keuangan (SSK) dan formulasi kebijakan moneter yang tepat dalam menjaga
stabilitas perekonomian.
Temuan riset-riset terdahulu terkait global spillover secara implisit
mengindikasikan pentingnya pemetaan yang baik terkait hubungan finansial
antarnegara (lihat a.l. Harahap et al, 2015; Harahap dan Bary, 2017). Selama ini,
analisis dampak eksternal pada umumnya dilakukan secara langsung dengan
mengaitkan variabel makro antarnegara, padahal informasi yang dapat
menjustifikasi besarnya keterkaitan finansial terbilang terbatas tanpa pembanding.
Untuk menjelaskan dampak eksternal secara lebih baik dan meyakinkan, perlu
dilakukan suatu riset yang fokus dalam mengelaborasi hubungan finansial
antarnegara, termasuk isu-isu terkait, khususnya kecenderungan peningkatan
proteksionisme di pasar global, baik dari sisi perdagangan maupun hubungan
finansial.
1.2. Tujuan Kajian
Tujuan kajian ini adalah sebagai berikut:
1. Memetakan kondisi fragmentasi internasional finance secara global dengan
penekanan pada Indonesia, global financial centers, dan peer countries;
2
2. Memahami dampak proteksionisme, khususnya trade-war, terhadap hubungan
finansial antarnegara; dan
3. Memahami risiko peningkatan fragmentasi terhadap makroekonomi, khususnya
terhadap shock eksternal.
1.3. Sistematika Pembahasan
Kajian ini dibagi ke dalam lima bagian. Bagian pertama merupakan
pendahuluan kajian yang berisi latar belakang serta tujuan kajian. Bagian kedua
merupakan kumpulan studi literatur dan penelitian terdahulu. Bagian ketiga
menjelaskan metodologi dan spesifikasi data yang digunakan. Bagian keempat
memaparkan hasil analisis, kemudian bagian terakhir berupa penutup yang berisi
simpulan dan rekomendasi kebijakan.
3
2. Studi Literatur
2.1. Integrasi Finansial
Semakin berkembangnya konektivitas perekonomian global dipercaya akan
mendukung peningkatan integrasi finansial antarnegara. Stavarek et al. (2011)
menjelaskan bahwa integrasi keuangan di Eropa telah dimulai beberapa dekade
yang lalu, pada tahun 1957, dengan adanya Perjanjian Roma yang sudah berisi
prinsip-prinsip dasar untuk penciptaan pasar Eropa tunggal untuk layanan
keuangan. Penerapan mata uang tunggal Euro pada tahun 1999 merupakan
dorongan utama untuk integrasi keuangan lebih lanjut di Uni Eropa (Liebscher et
al., 2006).
Baele et al. (2004) menjelaskan bahwa suatu pasar dapat dikatakan
sepenuhnya terintegrasi secara finansial jika semua pelaku pasar potensial memiliki
karakteristik yang relevan yang sama, yaitu sebagai berikut.
1. Menghadapi satu set aturan ketika memutuskan untuk berurusan dengan
instrumen keuangan dan/atau layanan keuangan.
2. Memiliki akses yang sama ke perangkat dan/atau layanan keuangan yang sama.
3. Diperlakukan secara sama ketika aktif di pasar.
Definisi integrasi pasar keuangan terkait erat dengan hukum satu harga (the
law of one price). Hukum satu harga menyatakan bahwa jika suatu aset memiliki
risiko dan returns yang sama, aset tersebut harus dihargai secara identik di mana
pun ditransaksikan. Dengan kata lain, jika sebuah perusahaan menerbitkan
obligasi di dua negara atau wilayah, perusahaan harus membayar suku bunga yang
sama untuk kedua set pemegang obligasi (Jappelli dan Pagano, 2008). Jika hukum
satu harga tidak berlaku, ada peluang untuk arbitrase. Namun, jika investasi modal
tidak diskriminatif, setiap investor akan bebas mengeksploitasi peluang arbitrase
apa pun-yang kemudian akan lenyap-sehingga memulihkan keabsahan hukum satu
harga.
Baltzer et al. (2008) mengklasifikasikan tiga kategori pengukuran integrasi
keuangan, yaitu (i) berbasis harga (price-based) yang menangkap perbedaan dalam
harga aset di berbagai pasar nasional yang berbeda; (ii) berbasis berita (news-based)
yang menganalisis dampak yang dimiliki faktor-faktor umum pada pengembalian
4
suatu aset; (iii) berbasis kuantitas (quantity-based) yang bertujuan mengukur efek
gesekan pada permintaan dan penawaran sekuritas.
Pengukuran integrasi finansial berbasis harga juga mengacu pada hukum
satu harga, yaitu aset dengan arus kas identik dan karakteristik risiko harus
memiliki harga yang sama, terlepas dari lokasi di mana diperdagangkan. Literatur
yang paling banyak tentang integrasi harga mengeksploitasi gagasan bahwa
pergerakan harga pasar/pengembalian saham memang merupakan indikator
integrasi (Kearney dan Lucey, 2004). Cara termudah untuk mengukur co-movement
adalah menghitung korelasi antara harga dan pengembalian. Cara yang lebih
canggih untuk memeriksa co-movements pengembalian pasar keuangan adalah
berfokus pada hubungan pasar saham jangka panjang dengan menggunakan teknik
kointegrasi. Idenya adalah pengujian hubungan ekonomi yang masuk akal ada di
bawah hipotesis keseimbangan jangka panjang antarseri waktu nonstasioner.
Bagian besar dari literatur tentang integrasi harga tidak tertarik pada hubungan
pasar saham jangka panjang, tetapi lebih tertarik pada spillovers volatilitas di pasar
keuangan dan dalam kecepatan transmisi guncangan lintas batas.
Sementara pengukuran integrasi finansial berbasis berita menyatakan bahwa
dalam pasar yang terintegrasi, guncangan lokal dapat secara efektif terdiversifikasi
dan harga terutama didorong oleh faktor-faktor umum. Sejalan dengan logika itu,
langkah-langkah berbasis berita memeriksa bagaimana pengembalian nasional
bergantung pada pengembalian pada aset tolok ukur (umum). Ceteris paribus,
semakin besar proporsi variasi harga yang dijelaskan oleh faktor-faktor umum,
semakin besar tingkat integrasi. Langkah kunci dalam penerapan ukuran ini adalah
spesifikasi faktor umum.
Kemudian pengukuran berbasis kuantitas dapat dibangun dari data arus
keuangan lintas batas. Integrasi keuangan regional harus meningkatkan pasokan
keuangan di negara-negara yang kurang berkembang secara finansial dari daerah
integrasi. Proses integrasi harus meningkatkan investasi lintas batas antarnegara.
Brouwer (2005) berpendapat bahwa integrasi pasar keuangan merupakan
proses pasar keuangan dalam suatu ekonomi menjadi lebih terintegrasi dengan
perekonomian di negara lainnya atau dengan perekonomian di seluruh dunia. Hal
itu menyiratkan peningkatan arus modal serta kecenderungan harga dan return aset
keuangan yang diperdagangkan di berbagai negara memiliki nilai yang sama.
Idealnya, lembaga keuangan akan dapat mengoperasikan atau menawarkan
layanan keuangan lintas batas serta membangun hubungan antara perbankan,
5
ekuitas, dan jenis pasar keuangan lainnya. Integrasi keuangan juga dapat timbul
tanpa adanya perjanjian eksplisit. Bentuk integrasi seperti itu-termasuk masuknya
bank asing ke pasar domestik-merupakan partisipasi asing di pasar asuransi dan
dana pensiun serta perdagangan sekuritas di luar negeri dan pinjaman langsung
oleh perusahaan domestik di pasar internasional.
Integrasi keuangan tidak hanya mencakup integrasi pasar atau layanan
keuangan, tetapi juga dapat mengambil bentuk lain. Bentuk-bentuk tersebut tidak
perlu saling berhubungan atau sebagai bentuk lanjutan (tahap) dari proses
integrasi. Liebscher dkk. (2006) menunjukkan bahwa integrasi dapat mengambil
banyak bentuk dan menyajikan berbagai aspek sebagai berikut.
a) Integrasi moneter, baik melalui serikat mata uang (Eropa, Barat, dan Afrika
Tengah) atau melalui dolarisasi, seperti di Amerika Latin dan Karibia.
b) Liberalisasi capital account.
c) Subkontrak ke luar negeri dari layanan keuangan atau infrastruktur, seperti
dalam hal pencatatan efek pada bursa efek luar negeri.
d) Foreign entry.
e) Konvergensi dan harmonisasi regulasi.
Baele et al. (2004) atau Komisi Ekonomi untuk Afrika (2008)
mempertimbangkan tiga manfaat integrasi keuangan yang diterima secara luas,
yaitu (a) lebih banyak peluang untuk pembagian risiko dan diversifikasi risiko, (b)
alokasi modal yang lebih baik di antara peluang investasi, dan (b) potensi
pertumbuhan yang lebih tinggi. Beberapa studi juga mempertimbangkan financial
development sebagai konsekuensi menguntungkan dari integrasi keuangan.
Gambar 2.1. Manfaat Integrasi Finansial
Sumber: Stavarek et al. (2011)
2.2. Fragmentasi Finansial dan Proteksionisme
Berkebalikan dengan integrasi finansial, konsep fragmentasi finansial secara
umum didefinisikan sebagai proses disintegrasi dalam pasar keuangan. Integrasi di
6
dalam pasar keuangan seharusnya dapat dicapai ketika semua agen ekonomi
menghadapi aturan yang sama dan memiliki akses yang sama terhadap instrumen
keuangan atau layanan di pasar keuangan (Baele et al., 2004). Sebagai contoh, pada
pasar obligasi korporasi, fragmentasi finansial dapat didefinisikan sebagai
perbedaan spread antardua sekuritas meskipun karakteristik risikonya serupa
(Horny et al., 2016).
OECD (2014) menjelaskan bahwa sejak krisis keuangan global tahun 2008,
financial fragmentation telah menjadi ciri yang semakin umum di pasar internasional
yang ditandai oleh penurunan drastis pada kepemilikan lintas batas dan oleh
perbedaan yang kuat antar-spread kredit inti bank, terutama di kawasan Eropa.
Fragmentasi terkadang dapat menguntungkan beberapa negara secara individu
pada tingkat nasional dalam jangka pendek, sehingga keadaan tersebut perlu
diwaspadai bagi pemulihan ekonomi global dan stabilitas jangka panjang.
OECD juga menjelaskan bahwa terdapat interpretasi yang berbeda mengenai
arti financial fragmentation, misalnya, apakah perbedaan itu mengacu pada
perbedaan pasar keuangan nasional dan regional dengan tingkat harga, peraturan
yang berbeda antaryurisdiksi yang berbeda, atau inkonsistensi antarperaturan
keuangan dalam yurisdiksi yang sama. Beberapa juga mengasosiasikan fragmentasi
keuangan dengan proteksionisme. Fragmentasi keuangan pada umumnya
disebabkan oleh peraturan yang tidak terkoordinasi dan/atau ekstrateritorial. Di
beberapa negara, regulator mendorong bank untuk meningkatkan pinjaman
nasional dengan mengorbankan kegiatan operasional lintas batas, sedangkan di
bank-bank asing lainnya regulator diharuskan untuk merestrukturisasi kegiatan
operasional mereka di satu yurisdiksi ke perusahaan induk lokal yang dikapitalisasi
dan didanai secara terpisah. Salah satu konsekuensi dari financial fragmentation
adalah dapat melemahkan kemampuan lembaga keuangan untuk menjalankan
bisnisnya. Diversifikasi peraturan oleh yurisdiksi yang berbeda menyebabkan
meningkatnya biaya bagi bank, yang kemudian diserahkan ke klien, yang pada
gilirannya berdampak pada perdagangan lintas batas (cross-border trade).
Estimasi dual gravity model (finansial dan perdagangan) sesuai pendapat
Aviat dan Coeurdacier (2007) dan Ananchotikul et al., (2015) dilakukan dengan
variabel dependen cross-border asset yang juga dikaitkan dengan perdagangan
bilateral. Desain dual gravity tersebut mengindikasikan bahwa hubungan
perdagangan bilateral akan mempengaruhi hubungan finansial bilateral dan
sebaliknya.
7
Dombret (2013) menjelaskan bahwa sumber fragmentasi pasar keuangan
yang paling jelas adalah adanya mata uang yang berbeda. Misalnya di kawasan euro,
sumber fragmentasi tersebut dieliminasi dengan diperkenalkannya euro, bahkan
sebelum tahun 1999 ada berbagai inisiatif politik dengan tujuan untuk mengatasi
fragmentasi pasar di Eropa. Yang paling menonjol adalah pasar internal European
Union (EU) yang menjamin pergerakan bebas atas barang, modal, layanan, dan
tenaga kerja.
Richards (2017) menjelaskan bahwa fragmentasi pasar modal internasional
menambah biaya bagi pengguna (misalnya karena lembaga keuangan perlu memiliki
lebih banyak modal dan aset yang lebih likuid jika mereka harus beroperasi di
bawah sejumlah rezim peraturan yang berbeda daripada di bawah satu rezim) dan
membawa risiko untuk stabilitas keuangan (misalnya jika peraturan-peraturan yang
berbeda mengarah pada arbitrase peraturan antarmereka). Akan tetapi, cukup sulit
untuk memperkirakan potensi biaya fragmentasi untuk ekonomi riil karena tidak
jelas seberapa jauh risiko fragmentasi akan terwujud. Di sisi lain, terdapat
kemungkinan untuk mengidentifikasi manfaat bagi ekonomi riil yang muncul dari
integrasi pasar modal internasional (yaitu keuntungan akan hilang jika pasar modal
terfragmentasi).
Fragmentasi finansial juga akan sangat dipengaruhi oleh meningkatnya risiko
proteksionisme. The Swedish National Board of Trade (2016) menyebutkan bahwa
pendekatan terhadap proteksionisme sangat bervariasi antarnegara dan institusi
yang berbeda. Namun, dua fitur utama proteksionisme yang disorot oleh sebagian
besar lembaga yang disurvei adalah (1) diskriminasi dan (2) pembatasan
perdagangan.
8
Gambar 2.2. Proteksionisme: Diskriminasi dan Trade-Restrictiveness
Sumber: Swedish National Board of Trade (2016)
2.3. Fragmentasi Finansial dan Dampak Spillover
Bijsterbosch dan Falagiarda (2015) mempelajari dampak makroekonomi dari
fragmentasi keuangan di kawasan euro dengan menganalisis peran guncangan
supply shocks selama periode prakrisis, bust, dan pascakrisis. Mereka mengestimasi
time-varying parameter vector autoregression (TVP-VAR) dengan volatilitas stokastik
model Primiceri (2005) untuk negara-negara kawasan euro dan mengidentifikasi
guncangan struktural dengan menerapkan pembatasan tanda pada fungsi respon
impuls berdasarkan model teoretis oleh Gerali et al. (2010). Hasilnya menunjukkan
bahwa pada periode pascakrisis ada peningkatan kuat dalam heterogenitas lintas
negara yang mencerminkan fragmentasi keuangan di wilayah Eropa yang terkait
dengan krisis utang dan neraca bank yang lemah.
Abascal et al. (2013) melakukan kajian pada empat pasar keuangan di Eropa
(interbank, sovereign debt, equity, dan CDS) untuk menentukan determinan pasar
yang menimbulkan spillover ketidakstabilan dan menyebabkan fragmentasi di pasar
lainnya dengan menggunakan metodologi yang dikembangkan oleh Diebold dan
Yilmaz (2012). Pada metode tersebut diperkirakan ukuran dari spillovers
menggunakan model Generalized VAR yang terdiri atas empat persamaan yang
terhubung dengan first difference dari tingkat fragmentasi pada empat pasar yang
dianalisis. Spillover dari pasar A ke B didefinisikan sebagai tingkat variasi dalam
perubahan fragmentasi di pasar B yang tidak disebabkan oleh perubahan
sebelumnya dari fragmentasi di empat pasar yang ada. Hal itu disebabkan oleh
shocks dalam perubahan tingkat fragmentasi di negara A.
9
Hasil kajian menunjukkan bahwa sebelum akhir tahun 2010 sebagian besar
spillovers dalam fragmentasi disebabkan oleh fragmentasi dalam tingkat risiko
kredit di sektor perbankan. Setelah 2010, penggerak utama fragmentasi adalah
utang sovereign debt. Hal itu bertepatan dengan awal krisis utang negara Eropa.
Tingkat maksimum spillovers pada fragmentasi yang disebabkan oleh sektor
perbankan terjadi setelah awal subprime crisis pada musim panas tahun 2007. Sejak
saat itu spillover yang disebabkan oleh sektor perbankan menurun karena pengaruh
yang lebih kuat dari pasar interbank dan terutama pasar sovereign debt. Peran pasar
saham telah sangat menurun dan hampir dapat diabaikan selama 2012. Hal itu
menunjukkan bahwa fragmentasi di pasar saham hampir sepenuhnya terjadi
karena pasar lainnya dan terutama dari guncangan yang berasal dari pasar
sovereign debt.
10
3. Metodologi
3.1. Fragmentasi dan Integrasi Finansial
Analisis terkait integrasi dan fragmentasi finansial banyak bersifat deskriptif.
Data yang digunakan, antara lain, adalah data arus investasi portofolio secara
bilateral dari Coordinated Portfolio Investment Survey (CPIS) dan data arus investasi
langsung secara bilateral dari Coordinated Direct Investment Survey (CDIS). Kedua
produk tersebut diterbitkan oleh International Monetary Fund (IMF). Selain itu,
digunakan juga data Locational Banking Statistics dari Bank for International
Settlements, khususnya terkait dengan cross border claims dan cross-border
liabilities.
Penelitian ini fokus pada metode quantity-based measures karena metode
tersebut dapat digunakan untuk mencapai ketiga tujuan penelitian. Selain analisis
integrasi finansial, data flow investasi dapat digunakan pada analisis model gravitasi
dan sebagai bobot eksternal pada model global VAR.
Salah satu ukuran yang akan digunakan pada pembahasan bagian ini adalah
konsentrasi investasi. Dengan mengadopsi ide Herfindahl-Hirschman Index yang
sering kali digunakan pada analisis struktur pasar, akan didefinisikan suatu
formula konsentrasi investasi sebagai berikut.
πΎπ =β(πΉπππ€ππ(100)
β πΉπππ€πππ½π=1
)
2π½
π=1
πΎπ adalah konsentrasi investasi negara i dan πΉπππ€ππ adalah besaran arus
investasi dari I ke j. Dengan formula tersebut, konsentrasi investasi dapat berada di
kisaran 0 hingga 10000, kisaran 10000 adalah kondisi yang paling terkonsentrasi.
3.2. Dual Gravity
Model gravitasi perdagangan pertama kali diperkenalkan oleh Tinbergen
(1962). Pada saat itu model tersebut tidak didasarkan oleh teori. Model tersebut
menyatakan bahwa perdagangan antar-dua negara merupakan fungsi dari ukuran
ekonomi kedua negara dan juga merupakan fungsi terbalik dari jarak (distance) yang
digunakan sebagai proksi biaya transportasi.
Kontribusi dalam beberapa dekade terakhir telah menunjukkan bahwa
landasan teoretis konsisten dengan model gravitasi. Anderson (1979) menunjukkan
11
bahwa arus perdagangan berhubungan positif dengan ukuran negara pengimpor
dan pengekspor. Bergstrand (1985) menunjukkan bahwa model gravitasi dapat
diturunkan langsung dari model perdagangan berdasarkan persaingan monopolistik
yang dikembangkan oleh Krugman (1980). Selain itu, model gravitasi dapat berasal
dari penjelasan perdagangan melalui proporsi faktor (Deardorff, 1998), melalui
model tipe Ricardian (Eaton dan Kortum, 2002), dan melalui model perdagangan
internasional atas differentiated goods dengan firm heterogeneity (Helpman et al.,
2008). Selanjutnya, Evenett dan Keller (2002) menunjukkan bahwa model gravitasi
bekerja lebih baik daripada model Heckscher-Ohlin dalam menjelaskan pola
perdagangan manufaktur.
Selain perdagangan, model gravitasi juga secara empiris diterapkan pada
arus finansial bilateral yang pertama kali dilakukan oleh Portes dan Rey (2005).
Seperti model gravitasi di sisi perdagangan, model gravitasi atas arus finansial juga
dapat dibuktikan konsisten dengan teori. Sebagai contoh, Martin dan Rey (2004)
serta Aviat dan Coeurdacier (2007) menjelaskan konsistensi hal tersebut melalui
teori asset holdings, sementara Schmeiser (2013) menjelaskan derivasi model
gravitasi FDI melalui model persaingan monopolistik.
Aviat dan Coeurdacier (2007) menduga bahwa terdapat hubungan
komplementer antara hubungan perdagangan dan hubungan finansial secara
bilateral sehingga peningkatan yang satu akan mendorong peningkatan yang
lainnya. Menurut derivasi yang dilakukan oleh Antras dan Cabarello (2009),
hubungan komplementer itu khususnya terjadi pada negara berkembang. Oleh
karena itu, dilakukan penambahan variabel arus finansial pada persamaan gravitasi
perdagangan dan sebaliknya.
Dengan mempertimbangkan penjelasan di atas, model spesifikasi gravity
yang akan digunakan dilakukan secara country-pair (dua indeks: i dan j). Untuk
model gravitasi di sisi perdagangan adalah sebagai berikut.
πππ = πΌ0πππΌ1ππ
πΌ2π·ππΞ±3π΄ππ
Ξ±4πππΊππ
Sementara itu, model gravitasi di sisi finansial adalah sebagai berikut.
π΄ππ = π½0πππ½1ππ
π½2π·ππΞ²3πππ
Ξ²4ππΎπ»ππ
πππ dan π΄ππ masing-masing merupakan ekspor dan arus finansial dari negara
i ke j; π dan π· masing-masing adalah PDB dan jarak (distance); πΊππ dan π»ππ masing-
masing adalah set dummy atau variable control lain untuk persamaan gravitasi
12
perdagangan dan persamaan gravitasi finansial. Banyak penelitian sebelumnya,
seperti Anderson dan Van Wincoop (2003) menggunakan, antara lain, kesamaan
bahasa yang digunakan serta hubungan kolonial antara importir dan eksportir.
Kesamaan bahasa dan hubungan kolonial cenderung meningkatkan arus
perdagangan. Selain itu, spesifikasi umum model gravitasi untuk menganalisis
dampak perjanjian perdagangan internasional adalah dengan menggunakan dummy
perdagangan internasional antara importir dan eksportir. Hal itu disebabkan adanya
dampak trade creation dari perjanjian internasional tersebut.
Dengan analogi gravitasi dalam perdagangan, posisi keuangan bilateral diatur
oleh dua faktor: gabungan massa keuangan pada pasangan negara dan friksi relatif
yang membatasi volume transaksi. Beberapa koefisien memiliki interpretasi yang
berbeda dalam konteks keuangan (Brei dan Peter, 2017).
Dalam teori yang disesuaikan untuk perbankan lintas batas, Bruggemann,
Kleinert, dan Prieto (2014) memperoleh persamaan gravitasi dalam model pencarian,
yaitu biaya pemantauan adalah linier dalam jarak antara bank di negara i dan
perusahaan di negara j; jarak membatasi pinjaman internasional karena
meningkatkan tingkat pinjaman dan juga mengurangi volume penyaringan antara
bank dan perusahaan di berbagai negara.
Portes and Rey (2005) menyoroti dampak geografi yang sangat besar pada
arus ekuitas lintas perbatasan: ketika jarak fisik berlipat ganda dan arus modal
setidaknya dibagi dua. Untuk menjelaskan hasil yang mengejutkan tersebut,
mereka berpendapat bahwa informasi asimetris menyebabkan biaya transaksi yang
lebih tinggi antarekonomi yang jauh.
Allen (2014) menjelaskan bahwa karena biaya yang tinggi terkait pencarian
dan informasi, agen cenderung memperoleh sedikit informasi tentang destinasi
investasi yang jauh dengan implikasi serupa untuk pola perdagangan. Dalam model
ini, information frictions memperkuat atau mengganti biaya transportasi sebagai
faktor di belakang pengaruh jarak.
Mian (2006) bahkan menunjukkan bahwa dalam kelompok perbankan, jarak
budaya dan geografis yang lebih besar antara kantor pusat bank dan perusahaan
lokalnya di luar negeri membawa mereka yang asing untuk menghindari pinjaman
hubungan kerja dengan perusahaan lokal.
Terkait metode estimasi, permasalahan pada pendekatan model gravitasi
yang pertama muncul dari estimasi pada log linearization. Hal itu disebabkan
13
Jensenβs inequality, yaitu log[E(π₯)] β πΈ[log(π₯)]. Prosedur ekonometrika secara umum
sering kali mengabaikan hal ini, tetapi kondisi tersebut berimplikasi pada parameter
yang bias. Transformasi logaritmik ini akan bermasalah pada data bernilai nol yang
sering terjadi pada data perdagangan internasional secara bilateral pada waktu
tertentu. Selain itu, terdapat tendensi heteroskedastisitas (heteroscedasticity) pada
data perdagangan internasional yang membuat estimasi least square bias. Dalam
hal ini, estimator akan menggunakan Pseudo-Poisson Maximum Likelihood (PPML)
sesuai dengan pendapat Santos-Silva dan Tenreyro (2006) untuk menghindari bias
dari log-linearization, heteroscedasticity, dan untuk treatment natural pada zero
trade value.
Penelitian ini banyak menggunakan dataset gravity model yang bersumber
dari CEPII. Database ini mencakup seluruh pasangan negara di dunia sejak tahun
1948 sampai dengan tahun 2015. Dataset ini awalnya digunakan pada Head, Mayer,
dan Ries (2010) yang telah diperbarui beberapa kali yang antara lain mencakup
jarak, PDB negara, status kesamaan bahasa, hubungan kolonial, contiguity
(berbatasan atau tidak), dan partisipasi pada perjanjian perdagangan internasional.
Selain database itu, penelitian ini juga menggunakan arus perdagangan secara
bilateral yang bersumber dari Comtrade Database (UNCTAD) yang diperoleh melalui
World Integrated Trade Solution (WITS) World Bank. Sementara itu, data FDI
bilateral diperoleh dari Coordinated Direct Investment Survey (CDIS), IMF. Data
perdagangan dan arus dana secara bilateral yang digunakan adalah data tahun
2015.
3.3. Global VAR
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Global Vector
Auto Regression (GVAR) yang dikembangkan oleh Pesaran, Schuermann, Weiner