Top Banner
LAPORAN PRAKTEK PEMBELAJARAN KLINIK RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL PERIODE 03 NOVEMBER – 06 DESEMBER 2014 PELAYANAN INFORMASI OBAT DISUSUN OLEH: Dewi Winni Fauziah 1307045002 Agustina Susilowati 1307045003 Keni Ida Cahyati 1307045007 Nurlia Oktaviyanti 1307045008 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU KEFARMASIAN MINAT FARMASI KLINIK i
30

Formulir Pelayanan Informasi

Dec 19, 2015

Download

Documents

Pelayanan informasi obat farmasi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Formulir Pelayanan Informasi

LAPORAN PRAKTEK PEMBELAJARAN KLINIK

RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTULPERIODE 03 NOVEMBER – 06 DESEMBER 2014

PELAYANAN INFORMASI OBAT

DISUSUN OLEH:

Dewi Winni Fauziah 1307045002

Agustina Susilowati 1307045003

Keni Ida Cahyati 1307045007

Nurlia Oktaviyanti 1307045008

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU KEFARMASIANMINAT FARMASI KLINIK

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA2014

i

Page 2: Formulir Pelayanan Informasi

KATA PENGANTAR

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah

sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal ini sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang

Standar Pelayanan Rumah Sakit, menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah

sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan

rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang

bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan

masyarakat. Hal ini ditunjang dengan adanya peran farmasis klinik di rumah sakit

tersebut. Oleh karena kebutuhan pemahaman dan penerapan asuhan kefarmasian

di rumah sakit ini menjadi latar belakang diselenggarakannya Pembelajaran Klinik

di rumah sakit untuk mahasiswa Pascasarjana Farmasi Peminatan Farmasi Klinik

Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Pembelajaran Klinik yang diadakan di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul ini dipandang perlu dengan tujuan:

1. Menunjukkan kemampuan secara profesional dalam memantau dan

menilai terapi pasien menggunakan pendekatan yang berorientasi bagi

keamanan terapi untuk pasien.

2. Menunjukkan kemampuan mendapatkan informasi obat dan mengevaluasi

literatur medis.

3. Menunjukkan kemampuan komunikasi dengan tenaga kesehatan lain

untuk mencapai keberhasilan terapi pasien.

Manfaat dari Pembelajaran Klinik ini mahasiswa diberi kesempatan

melakukan kegiatan kefarmasian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul

secara paripurna sehingga dapat memahami peran farmasis klinik di rumah sakit,

sehingga dapat meningkatkan ketrampilan dalam bidang profesi secara teknis dan

kemampuan komunikasi baik dengan sejawat farmasis, tenaga kesehatan lain,

pasien maupun masyarakat.

Atas keberhasilan terselenggaranya Pembelajaran Klinik di Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Bantul ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:

ii

Page 3: Formulir Pelayanan Informasi

1. Nur Indriyastuti, S.Si., Apt selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Bantul.

2. Budiyono, S.Far., Apt selaku Pembimbing proses Pembelajaran Klinik

Interna di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul.

3. dr. H. Barkah Djaka P, Sp.PD selaku Pembimbing proses

Pembelajaran Klinik Penyakit Dalam di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Bantul.

4. Seluruh staf Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul atas bantuan

selama proses Pembelajaran Klinik.

5. Dr. dr. Akrom, M.Kes selaku pembimbing Pembelajaran Klinik

Pascasarjana Farmasi Klinik Universitas Ahmad Dahlan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan umum ini masih banyak

terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan.

Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber informasi

untuk perkembangan dunia kesehatan umumnya dan dunia farmasi klinik

khususnya.

Yogyakarta, Desember 2014

iii

Page 4: Formulir Pelayanan Informasi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................. iv

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1

BAB II. DASAR TEORI.............................................................................. 3

BAB III. KEGIATAN.................................................................................... 8

iv

Page 5: Formulir Pelayanan Informasi

BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di Rumah

sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Sesuai dengan SK

MenKesRI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di

Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan

berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk

pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Menurut SK MenKes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Rumah Sakit bahwa tugas pokok pelayanan farmasi adalah

melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa

maupun dalam keadaan gawat darurat sesuai dengan keadaan pasien maupun

fasilitas yang tersedia, menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional

berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika profesi, melaksanakan KIE

(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai obat, menjalankan pengawasan

obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku, melakukan dan memberi pelayanan

bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan; mengadakan penelitian di

bidang farmasi, serta memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar

pengobatan dan formularium rumah sakit.

Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi,

mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigmalama drug oriented ke

paradigma baru patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan

kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu

dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat

dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.

Pesatnya perkembangan IPTEK mendorong percepatan teknologi dan

penelitian di bidang obat. Meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat

tentang kesehatan juga mendorong masyarakat menuntut pelayanan kesehatan

termasuk pelayanan informasi tentang obat. Di sisi lain hubungan antara dokter

dan pasien yang masih belum sejajar, membuat komunikasi yang terbangun antara

1

Page 6: Formulir Pelayanan Informasi

dokter dan pasien juga relatif terbatas. Pada umumnya dokter hanya memberikan

penjelasan secukupnya sesuai pertanyaan pasien. Sementara pasien dengan

keawamannya terkadang tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Informasi

mengenai penyakit dan obat yang disampaikan oleh dokter sering kali terbatas.

Pelaksanaan pelayanan informasi obat merupakan kewajiban farmasis

yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor:

922/MENKES/PER/X1993 pasal 11, dimana pelayanan ini wajib didasarkan pada

kepentingan masyarakat. Dengan melaksanakan kewajiban ini, farmasis

mendapatkan legal protection, selain keuntungan lainnya seperti membangun

kepercayaan pasien terhadap tenaga farmasi.

2

Page 7: Formulir Pelayanan Informasi

BAB II

DASAR TEORI

A. Pengertian

Menurut keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 PIO

merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberi

informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker,

perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Adapun tujuan dari PIO yaitu:

1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga

kesehatan di lingkungan rumah sakit

2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan

Terapi

3. Meningkatkan profesionalisme apoteker

4. Menunjang terapi obat yang rasional

Pelayanan informasi obat dapat diberikan antara lain kepada:

1. Pasien atau keluarga pasien

2.Tenaga kesehatan : dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, asisten

apoteker, dan lain-lain

3. Pihak lain : manajemen, tim/kepanitiaan klinik, dan lain-lain

Kegiatan PIO berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang

bersifat aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan

informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak menunggu

pertanyaan melainkan secara aktif memberikan informasi obat, misalnya

penerbitan buletin, brosur, leaflet, seminar dan sebagainya. Pelayanan bersifat

pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat

sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima.

Menjawab pertanyaan mengenai obat dan penggunaannya merupakan

kegiatan rutin suatu pelayanan informasi obat. Pertanyaan yang masuk dapat

disampaikan secara verbal (melalui telepon, tatap muka) atau tertulis (surat

melalui pos, faksimili atau e-mail). Pertanyaan mengenai obat dapat

3

Page 8: Formulir Pelayanan Informasi

bervariasi dari yang sederhana sampai yang bersifat urgen dan kompleks yang

membutuhkan penelusuran literatur serta evaluai secara seksama .

Perbedaan PIO dan Konseling

PIO Konseling

Lokasi tempat tidak masalah

Tidak perlu tatap muka

Orientasi kepada tenaga kesehatan

Literatur yang dibutuhkan lebih

kompleks

Lokasi mudah dijumpai dan

dekat dengan outlet apotek

Perlu tatap muka

Orientasi kepada pasien dan

keluarga pasien

Literatur yang dibutuhkan relatif

standar

Langkah-langkah sistematis pemberian informasi obat oleh petugas PIO,

antara lain:

1. Penerimaan permintaan Informasi Obat: mencatat data permintaan

informasi dan mengkategorikan permasalahan: aspek farmasetik

(identifikasi obat, perhitungan   farmasi, stabilitas dan toksisitas obat),

ketersediaan obat, harga obat,efek samping obat, dosis obat, interaksi obat,

farmakokinetik, farmakodinamik, aspek farmakoterapi, keracunan,

perundang-undangan.

2. Mengumpulkan latar belakang masalah yang ditanyakan : menanyakan

lebih dalam tentang karakteristik pasien dan menanyakan apakah sudah

diusahakan mencari informasi sebelumnya

3. Penelusuran sumber data : rujukan umum, rujukan sekunder dan bila perlu

rujukan   primer.

4. Formulasikan jawaban sesuai dengan permintaan : jawaban jelas, lengkap

dan benar, jawaban dapat dicari kembali pada rujukan asal dan tidak boleh

memasukkan pendapat pribadi.

5. Pemantauan dan tindak lanjut : menanyakan kembali kepada penanya

manfaat informasi yang telah diberikan baik lisan maupun tertulis.

4

Page 9: Formulir Pelayanan Informasi

Sumber informasi obat yang diberikan antara lain:

1. Sumber daya, meliputi :

a) Tenaga kesehatan

Dokter, apoteker, dokter gigi, perawat, tenaga kesehatan lain.

b) Pustaka

Terdiri dari majalah ilmiah, buku teks, laporan penelitian dan farmakope.

c) Sarana

Fasilitas ruangan, peralatan, komputer, internet, dan perpustakaan.

d) Prasarana

Industri farmasi, Badan POM, Pusat informasi obat, Pendidikan tinggi

farmasi, Organisasi profesi (dokter, apoteker, dan lain-lain).

2. Pustaka sebagai sumber informasi obat, digolongkan dalam 3 (tiga) kategori

a) Pustaka primer

Artikel asli yang dipublikasikan penulis atau peneliti, informasi yang

terdapat didalamnya berupa hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal

ilmiah.

Contoh pustaka primer :

(1). Laporan hasil penelitian

(2). Laporan kasus

(3). Studi evaluatif

(4). Laporan deskriptif

b) Pustaka sekunder

Berupa sistem indeks yang umumnya berisi kumpulan abstrak dari

berbagai kumpulan artikel jurnal. Sumber informasi sekunder sangat

membantu dalam proses pencarian informasi yang terdapat dalam sumber

informasi primer. Sumber informasi ini dibuat dalam berbagai data base,

contoh : medline yang berisi abstrak-abstrak tentang terapi obat,

International Pharmaceutikal Abstract yang berisi abstrak penelitian

kefarmasian.

5

Page 10: Formulir Pelayanan Informasi

c) Pustaka tersier

Berupa buku teks atau data base, kajian artikel, kompendia dan

pedoman praktis. Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi yang

berisi materi yang umum, lengkap dan mudah dipahami.

Menurut undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 23 dan

pasal 24.

Pasal 23 menyatakan bahwa:

(1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan

kesehatan.

(2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang

keahlian yang dimiliki.

(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib

memiliki izin dari pemerintah.

(4) Selama memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilarang mengutamakan kepentingan yang bernilai materi.

(5) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 24 menyatakan bahwa:

(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus

memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna

pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur

operasional.

(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi.

(3) Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar

pelayanan, dan standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Setelah terjadi interaksi antara penanya dan pemberi jawaban, maka

kegiatan tersebut harus didokumentasikan. Manfaat dokumentasi adalah :

6

Page 11: Formulir Pelayanan Informasi

1) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan

dalam menjawab pertanyaan dengan lengkap.

2) Sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa

3) Catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya.

4) Media pelatihan tenaga farmasi

5) Basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan layanan.

6) Bahan audit dalam melaksanakan Quality Assurance dari pelayanan

informasi obat.

Evaluasi ini digunakan untuk menilai atau mengukur keberhasilan

pelayanan informasi obat itu sendiri dengan cara membandingkan tingkat

keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan pelayanan informasi obat

Untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan pelayanan informasi

obat, indikator yang dapat digunakan antara lain :

1) Meningkatkan jumlah pertanyaan yang diajukan.

2) Menurunnya jumlah pertanyaan yang tidak dapat dijawab.

3) Meningkatnya kualitas kinerja pelayanan.

4) Meningkatnya jumlah produk yang dihasilkan (leflet, buletin, ceramah).

5) Meningkatnya pertanyaan berdasarkan jenis pertanyaan dan tingkat

 kesulitan.

6) Menurunnya keluhan atas pelayanan (Anonim, 2006).

7

Page 12: Formulir Pelayanan Informasi

BAB III

KEGIATAN

FORMULIR PELAYANAN INFORMASI OBAT

(MENJAWAB PERTANYAAN)

I. PEMBERI PERTANYAAN

Nama : Budiyono S.Far., Apt.

Profesi : Apoteker

No. Telp : -

Jam : 08.00

Tanggal : 30 November 2014

Jawaban : Biasa

Pertanyaan : 1. Dosis suplemen kalsium yang efektif dan aman pada ibu

hamil ?

2. Dosis vitamin D yang aman dan efektif pada ibu hamil ?

II. ANALISIS PERTANYAAN

Klasifikasi pertanyaan : 1. Dosis Suplemen kalsium pada ibu hamil yang aman

dan efektif

2. Dosis Vitamin D pada ibu hamil yang aman dan

efektif

Keyword : 1. Efficacy, Calcium suplementation, Pregnancy,

double-blind, multicenter

2. Efficacy, Safety,Vitamin D, Pregnancy, double-blind,

multicenter

Arah searching : Literature/ Website

8

Page 13: Formulir Pelayanan Informasi

III. SEARCHING

Literatur:

1. Efficacy, Calcium suplementation, Pregnancy double-blind, multicenter

Jenis Literatur

Nama Literatur

Primer Literatur A

9

Page 14: Formulir Pelayanan Informasi

Sekunder Literatur B

I. PERSIAPAN MENJAWAB

Critical Aprisal:

Materi A B C D E

Kesesuaian Judul-Isi 5 4 4 4 3

Kredibilitas Penulis 4 4 3 3 3

10

Page 15: Formulir Pelayanan Informasi

Kesesuaian Judul-Kesimpulan 4 4 3 3 3

Ketepatan Metode 4 4 3 3 3

Kesimpulan Bias/ Memihak penulis 3 4 3 3 3

Kejelasan/ ketegasan kesimpulan 4 4 4 3 3

Jumlah 24 24 20 19 18

Nilai 1-5

II. PENYAMPAIAN JAWABAN

Lama Searching : 1 jam

Lama Penyiapan : 1,5 jam

Lama Penyampaian : 6 jam

Kepuasan Penanya : Ya, Sedang, Pertanyaan Susulan

Keterangan : Copy literature dilampirkan dalam menjawab pertanyaan.

Kelompok : I B

III. PEMBAHASAN

Literatur A

Menurut WHO, 2013. Pemberian suplemen kalsium selama kehamilan

terbukti aman pada ibu hamil dan janin. Suplemen kalsium secara signifikan dapat

menurunkan resiko preeclampsia dan tekanan darah tinggi (dengan atau tanpa

proteinuria).

11

Page 16: Formulir Pelayanan Informasi

Rekomendasi :

Menurut WHO, 2013. Suplemen kalsium direkomendasikan untuk pencegahan

preeclampsia pada wanita hamil, terutama pada wanita dengan resiko tinggi

hipertensi.

Adapun Dosis suplemen kalsium yang direkomendasikan sebesar 1.5-2 gram/

hari.

Penggunaan suplemen kalsium ini dapat mulai diberikan sejak 20 minggu

kehamilan.

12

Page 17: Formulir Pelayanan Informasi

Literatur B

Dalam jurnal “Randomized, placebo-controlled, calcium supplementation trial

inpregnant Gambian women accustomed to a low calcium intake: effects on

maternal blood pressure and infant growth” (Gail, 2011), Penelitian ini menguji

efek penggunaan suplemen kalsium karbonat pada wanita hamil (1500 mg Ca / d).

Desain Penelitian ini adalah acak, double-blind, paralel, placebo percobaan

suplementasi diberikan dari 20 minggu kehamilan (P20) sampai melahirkan

(kalsium: n = 330; plasebo, n = 332). Pengukuran tekanan darah diamati di P20

dan kemudian 4 minggu sampai 36 minggu kehamilan (P36), dan langkah-

langkah antropometri bayi diambil pada 2, 13, dan 52 minggu setelah persalinan.

Diperoleh hasil Sebanyak 525 (kalsium: n = 260; plasebo: n = 265) wanita yang

diukur BP pada P36 diperoleh hasil pasien sehat. Pada P20, rata-rata (6SD)

Tekanan darah sistolik (SBP) adalah 101,2 6 9.0 dan 102.1 6 9.3 mm Hg, dan

diastolik tekanan darah (DBP) adalah 54,5 6 7,3 dan 55,8 67,8 mm Hg, pada

pemberian kalsium dan kelompok plasebo, hal ini menunjukkan tidak

berpengaruh signifikan suplemen kalsium pada perubahan antara P20 dan P36

(kalsium dibandingkan dengan plasebo; rata 6 SEM) di SBP (20,64 6 0,65%; P =

0,3) atau DBP (20,22 6 1,15%; P = 0,8). Tidak ada pengaruh yang signifikan dari

suplementasi kalsium pada BP, kenaikan berat badan kehamilan, setelah

melahirkan berat badan, atau berat bayi, panjang, dan factor pertumbuhan. Dapat

dilihat pada tabel :

13

Page 18: Formulir Pelayanan Informasi

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan suplemen kalsium tidak mempengaruhi

peningkatan tekanan darah pada wanita hamil. Dosis yang dapat digunakan yaitu

1500 mg/hari. Atau jika dalam bentuk tablet dapat dikonsumsi 1700-1900

mg/hari.

14

Page 19: Formulir Pelayanan Informasi

2. Efficacy, Safety,Vitamin D, Pregnancy, double-blind, multicenter

Jenis Literatur

Nama Literatur

Primer Literatur A

15

Page 20: Formulir Pelayanan Informasi

Sekunder Literatur B

I. PERSIAPAN MENJAWAB

Critical Aprisal:

Materi A B C D E

Kesesuaian Judul-Isi 5 4 4 4 3

Kredibilitas Penulis 4 4 3 3 3

Kesesuaian Judul-Kesimpulan 4 4 3 3 3

Ketepatan Metode 4 4 3 3 3

Kesimpulan Bias/ Memihak penulis 3 4 3 3 3

Kejelasan/ ketegasan kesimpulan 4 4 4 3 3

16

Page 21: Formulir Pelayanan Informasi

Jumlah 24 24 20 19 18

Nilai 1-5

II. PENYAMPAIAN JAWABAN

Lama Searching : 1 jam

Lama Penyiapan : 1,5 jam

Lama Penyampaian : 6 jam

Kepuasan Penanya : Ya, Sedang, Pertanyaan Susulan

Keterangan : Copy literature dilampirkan dalam menjawab pertanyaan.

Kelompok : I B

III. PEMBAHASAN

Jurnal A

Dari jurnal berjudul Jurnal Clinical trial berjudul “Vitamin D

Supplementation During Pregnancy: Double-Blind, Randomized Clinical Trial of

Safety and Effectiveness “ (Bruce W Hollis, 2011). Disebutkan bahwa mulai dari

kehamilan 12 sampai 16 minggu, suplemen vitamin D dengan dosis 4000 IU / hari

adalah yang paling efektif dalam memenuhi kebutuhan vitamin D selama

kehamilan, Penggunaan pada ibu hamil dan neonatus tidak terjadi peningkatan

risiko toksisitas. Dengan dosis 4000 IU vitamin D per hari sudah dapat mencapai

status gizi vitamin D dan hormon yang optimal selama kehamilan.

17

Page 22: Formulir Pelayanan Informasi

Jurnal B

Review artikel yang berjudul “Vitamin D and Its Role During Pregnancy

in Attaining Optimal Health of Mother and Fetus “ (Carol L, 2013). Umumnya

pada kehamilan sering tejadi dimana tubuh kekurangan vitamin D. Dosis vitamin

D 4000 IU/ hari paling efektif dalam meningkatkan status vitamin D ibu hamil.

18

Page 23: Formulir Pelayanan Informasi

DAFTAR PUSTAKA

WHO, 2013. Guideline: Calcium supplementation in pregnant women

Gail, et al, 2011. Randomized, placebo-controlled, calcium supplementation trial inpregnant Gambian women accustomed to a low calcium intake: effects on maternal blood pressure and infant growth. Medical Research Council Human Nutrition Research

Bruce W Hollis, 2011. Vitamin D Supplementation During Pregnancy: Double-Blind, Randomized Clinical Trial of Safety and Effectiveness. American Society for Bone and Mineral Research

Carol L, 2013.Vitamin D and Its Role During Pregnancy in Attaining Optimal Health of Mother and Fetus. ISSN 2072-6643, www.mdpi.com/journal/nutrients

19