This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
REVIEW RESEP JAMU ANTIHEMOROID
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Saintifikasi Jamu
Oleh:
Kelompok 9
Rochmad Riyadhus Sholichin 152211101075
Rizky Jauzi 152211101079
Katasha Viga Anggriagati 152211101083
Yudi Choirudin Ashari 152211101084
Ichlasul Amalia Erfani 152211101098
Yuniar Wahyu Rahmawati 152211101107
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Kemenkes RI, 2012).
Budaya “back to nature” saat ini sangat popular diseluruh dunia termasuk
Indonesia. Pemanfaatan tanaman berkhasiat yang dikenal dengan obat herbal
mengalami perkembangan sangat pesat.Indonesiamemiliki kekayaan tanaman obat
dan ramuan jamu dari berbagai suku yang tersebar di berbagai wilayah indonesia,
mulai Sabang sampai Merauke. Jamu adalah warisan leluhur bangsa yang telah
dimanfaatkan secara turun temurun untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan.
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, menunjukkan bahwa 49,53%
penduduk Indonesia menggunakan jamu baik untuk menjaga kesehatan maupun
untuk pengobatan karena sakit. Dari penduduk yang mengkonsumsi jamu, sebanyak
95,6% menyatakan merasakan manfaat minum jamu. Hasil Riskesdas tahun 2010
juga menunjukkan bahwa dari masyarakat yang mengkonsumsi jamu, 55,3%
mengkomsumsi jamu dalam bentuk cairan ( infusum /dekok), sementara sisanya
(44,7%) mengkonsumsi jamu dalam bentuk serbuk, rajangan, dan pil/kapsul/ tablet
(Badan Litbang Kesehatan , 2010).
Saintifikasi jamu adalah sebuah upaya dan proses pembuktian secara ilmiah
jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan, tidak hanya berdasarkan
pengalaman turun menurun, namun khasiat jamu dibuktikan secara keilmuan melalui
penelitian (Depkes RI, 2010).
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus hemoroidalis
(Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis
dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum
(Nugroho, 2011). Hemoroid (wasir) merupakan dilatasi karena varises pada pleksus
venosus di submukosa anal dan parianal (Mitchell, 2006).
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wasir
Wasir atau hemoroid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa
pelebaran pembuluh (dilatasi) vena. Pelebaran pembuluh darah tersebut di sebut
venecsia atau varises daerah anus dan perianus. Hemoroid sering menyebabkan
kesulitan untuk defekasi.Wasir berhubungan dengan konstipasi kronis disertai dengan
penarikan feces. Gejala yang paling sering terjadi adalah perdarahan lewat dubur,
nyeri, pembengkakan atau penonjolan di daerah dubur, sekret, atau keluar cairan
melalui dubur, rasa tidak puas waktu buang air besar, dan rasa tidak nyaman di
daerah pantat (Suprijono, 2009).
Wasir atau hemoroid adalah penyakit umum di kalangan orang dewasa. Lebih
dari separuh pria dan wanita berusia 50 tahun dan lebih tua akan mengalami gejala
wasir. Wasir jarang terjadi pada anak-anak tetapi sekarang ada beberapa laporan
menyatakan terjadinya wasir pada anak-anak, dan orang tua . Di Amerika Serikat tiga
perempat dari individu terkena wasir, dan sekitar setengah dari mereka di atas usia 50
yang memerlukan pengobatan, namun hanya sekitar 4 % mereka yang terkena wasir
mencari perawatan medis. Menurut The Merck wasir Pedoman definisi Varises
pembuluh darah dari pleksus hemoroid, sering disebabkan oleh peradangan,
trombosis , dan perdarahan. Definisi terbaru dari wasir adalah Vascular Cushio, yang
terdiri dari submukosa tebal yang mengandung pembuluh darah vena dan arteri
(Gami et al., 2011).
2.2 Jamu
Djamoe merupakan singkatan dari djampi yang berarti doa atau obat dan
oesodo (husada) yang berarti kesehatan. Dengan kata lain djamoe berarti doa atau
obat untuk meningkatkan kesehatan. Pemanfaatan jamu di berbagai daerah dan/atau
suku bangsa di Indonesia, selain Jawa, belum tercatat dengan baik. Pada tahun 2007,
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
2
3
memprakarsai isian kuesioner riskesdas 2007 tentang pemanfaatan jamu oleh
masyarakat Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa 35,7% masyarakat
menggunakan jamu dan lebih dari 85% di antaranya mengakui bahwa jamu
bermanfaat bagi kesehatan. Riskesdas 2010 ternyata menunjukkan peningkatan hasil
yaitu 59,12% dari 35,7% dan 95,6% dari 85%.
2.3 Infusa
Infusa adalah sari-sari dalam air yang dibuat dari baha-bahan alam pada suhu
90-98 derajat yang dipanaskan selama 15 menit.
2.4 Pelayanan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Apoteker mampu berkomunikasi dengan baik untuk memberikan informasi
tentang produk obat. Konseling pasien merupakan bagian dari KIE. Kriteria pasien
yang memerlukan pelayanan konseling di ataranya penderita penyakit
kronis.Konseling hendaknya dilakukan diruangan tersendiri yang dapat terhindar dari
macam interupsi. Pelayanan konseling dapat dipermudah dengan menyediakan leaflet
atau booklet yang isinya meliputi patofisiologi dan mekanisme kerja obat (Purwanti
et al, 2004)
2.5 Daun Ungu (Grapthopyllum pictum)
2.5.1 Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Ordo : Lamiales
Famili : Acanthaceae
Genus : Graptophyllum
Spesies :Graptophyllum pictum
2.5.2 Deskripsi
Daun ungu adalah tumbuhan perduyang tegak. Tingginya adalah 1,5-8m.
Batangnya termasuk batang berkayu, beruas, permukaannya licin dengan warna ungu
Campuran timbangan pertama bungkus, lakukan juga pada Campuran
timbangan kedua sampai timbangan ke 6.
3.4 Cara Pembuatan
Menimbang daun wungu sebanyak 15 gram, dimasukkan kedalam panci infus
Menambahkan air sebanyak 210 ml, lalu panci ditutup
Panaskan selama 15 menit diatas penangas air (water bath) hingga suhu cairan mencapai 90o C
Menimbang herba pegagan sebanyak 15 gram, dimasukkan kedalam panci infus
Menimbang rimpang temulawak sebanyak 6 gram, dimasukkan kedalam panci infus
Menyiapkan simplisia yang dibutuhkan (daun wungu, herba pegagan, rimpang temulawak, rimpang kunyit dan herba meniran)
Menimbang rimpang kunyit sebanyak 6 gram, dimasukkan kedalam panci infus
Menimbang rimpang kunyit sebanyak 4.5gram, dimasukkan kedalam panci infus
Angkat panci infus dan diamkan hingga suhu cairan mendekati suhu kamar
Serkai infus kedalam botol yang telah dikalibrasi, kemudian dengan bantuan kain kasa dan bantuan corong gelas.Tambah air masak hingga volume infusa 210 ml.
Botol ditutup kemudian infusa diminum 3x sehari @70ml
14
Gambar. Panci infusa
3.4 Dosis dan penyiapan sesuai literatur.
a. Penyiapan dan Dosis Daun ungu (Grapthopyllum pictum)
Dosis yang pasti belum diketahui
b. Penyiapan dan Dosis Pegagan (Centella asiatica)
Dosis harian: 0,6 g serbuk kering atau infusa 3 kali sehari. Dosis tunggal
normal adalah 0,33 sampai 0,68 g. Sebanyak 15 g serbuk daun diseduh dengan ½
gelas air matang panas, kemudian disaring. Air saringan diminum.Herba pegagan
kering 0,6 g ataupun seduhannya diberikan seharitiga kali (Koh et.al., 2009).
c. Penyiapan dan Dosis Temulawak
Dosis yang disarankan adalah 2 gram rimpang kering temulawak, dibuat dalam
bentuk infus, diminum 2-3 kali sehari (Retno; Ambarwati, 2015).
d. Penyiapan dan Dosis Kunyit
Dosis ekstrak untuk orang dewasa sebanyak 250-500 mg/hari dan dosis untuk
anak anak adalah 330 mg/hari (Retno; Ambarwati, 2015).
e. Penyiapan dan Dosis Meniran (Phyllantii nirurii)
BPOM RI. 2010. Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat : Pegagan Centella asiatica. Jakarta: BPOM.
BPOM RI. 2005. Gerakan Nasional Minum Temulawak. InfoPOM. 6(6).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Permenkes no. 3 tahun 2010 tentang Saintifikasi Jamu.
Duke, James A., 2002. Handbookof Medicinal Herb. Second Edition. Florida: CRC Press..566-567.
Kemenkes RI, 2012 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional.
Koh, H.L., Chua, T.K., Tan, C.H., 2009.A Guide To Medicinal Plants. An Illustrated. Scientific and Medicinal Approach. World Scientific Publishing. Singapore. 44-46
Purba, LR. 2013. Perbandingan Kadar dan Komponen Minyak Atsiri Rimpang Cabang dan Rimpang Induk Kunyit (Curcuma longa L.) Segar dan Kering secara GC-MS. Medan:Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Marni dan Ambarwati R., 2015. Khasiat Jamu Cekok Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat. KEMAS. 11: 102-111.
Mitchell, Kumar, Abbas, Fausto. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Edisi 7. Jakarta: EGC.
18
19
Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Bermawie, dkk. 2008: Keragaan Sifat Morfologi, Hasil dan Mutu Plasma Nutfah Pegagan ( Centella asiatica (L.) Urban.). Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
Purwanti, dkk. 2004. Gambaran Pelaksanaan Standar Pelayanan Farmasi Di Apotek DKI Jakarta Tahun 2003. Majalah Ilmu Kefarmasian.
Putra, DP.2010. Isolasi Senyawa Filantin dari Daun Meniran (Phyllanthus niruri Linn). [Skripsi]. Surakarta : Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Srivita, E. 2012. Isolasi dan Analisis Kimia Minyak Atsiri dari Temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb) dengan Gas Kromatografi-Spektrofotometer Massa (GC–MS) dan Uji Aktivitas Anti Bakteri. [Skripsi]. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
Suprijono, M.A.2009. Hemorrhoid. Sultan Agung vol.XLIV
Wahyuningtyas, E. 2008. Pengaruh Ekstrak Graptophyllum Pictum terhadap Pertumbuhan Candida Albicans pada Plat Gigi Tiruan Resin Akrilik. [Skripsi]. Jakarta: FKG UI.