Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
Forensik serologi adalah studi dan pemeriksaan yang bertujuan untuk
menganalisis darah dan cairan tubuh dalam berbagai tindak pidana. Ilmu serologi
memungkinkan para ilmuwan forensik untuk membedakan cairan tubuh yang ditemui
di tempat kejadian dan kemudian melakukan berbagai tes untuk mengidentifikasi
darimana cairan ini berasal1. Meskipun analisis DNA dan sidik jari adalah lebih
akurat untuk mengidentifikasi seorang individu, namun pemeriksaan serologi dapat
dilakukan dengan cepat dan murah disamping memberikan data yang secara
saintifiknya masih valid.1
file:///C:/Users/rusunawa/Desktop/blood%20trace%20evidence%20ref/serology%20test%20in%20forensics.html
Terdapat banyak jenis cairan yang dihasilkan dalam tubuh badan manusia dan
tetap ada didalam tubuh pada setiap waktu. Cairan ini sangat berguna bagi membantu
ahli forensik dan ahli patologi dalam mengumpulkan bukti untuk menentukan
bagaimana kematian seseorang dapat terjadi dan dapat juga mengidentifikasi pelaku
tindak pidana2.
http://www.exploreforensics.co.uk/bodily-fluids-in-forensic-science.html
Darah merupakan bukti yang paling sering dijumpai dan mungkin bukti yang
paling penting dalam suatu tindak kriminal sekarang ini. Dalam dunia forensik, darah
selalu menjadi bukti penting, salah satu aspek penting dari serologi dalam bidang
forensik adalah menentukan apakah noda yang menyerupai darah yang ditemukan di
Tempat Kejadian Perkara (TKP) sebenarnya darah atau noda lain yang memiliki
kemiripan yang sama2. Selama bertahun-tahun para pelaku kriminal telah mencoba
banyak hal untuk menyembunyikan, membersihkan dan menghapus noda darah
sebagai barang bukti di tempat kejadian perkara. Keberadaan darah selalu
berhubungan erat dengan tersangka maupun korban pada saat kejadian. Suatu noda
1
Page 2
darah dapat memberitahukan banyak hal seperti posisi dan pergerakan pada saat
kejadian, siapa yang menyerang pertama kali, pada keadaan bagaimana, dan berapa
kali dilakukan. Hal ini dapat menepis setiap alibi dan pembenaran diri dari tersangka,
dan pada akhirnya memaksa tersangka untuk mengakui kebenaran yang terjadi3.
Ada atau tidaknya noda darah selalu memberikan informasi yang penting pada
investigasi kasus-kasus kriminal. Seorang forensik serologi biasanya diminta untuk
menentukan apakah noda merah yang ditemukan di tempat kejadian perkara
merupakan darah atau bukan darah. Apabila noda merah tersebut adalah darah maka
selanjutnya harus ditentukan darah tersebut berasal darimana4,5.
2
Page 3
BAB II
PEMBAHASAN
Rata-rata, jumlah darah adalah 8% dari total berat badan dimana 5 sampai 6
liter darah untuk pria dan 4 sampai 5 liter darah untuk wanita. Hilangnya volume
darah sebanyak 40% dari berat tubuh akan menyebabkan syok yang bersifat
ireversibel dan berujung pada kematian6.
Terdapat berbagai terminologi darah antara lain, golongan, rhesus (Rh),
antigen, antibodi, aglutinasi. Golongan darah A-B-O dikelompokkan berdasarkan
ada tidaknya antigen keduanya pada sel darah merah. Faktor resus (Rh) terdapat
pada sel darah merah; Rh positif jika ditemukan dan negatif jika tidak ada. Antigen
merupakan zat yang dapat merangsang tubuh untuk membuat antibodi. Antigen
(protein) yang ditemukan di plasma membran sel darah merah menunjukkan
golongan darah orang tersebut. Antibodi adalah zat yang bereaksi dengan antigen.
Aglutinasi atau penggumpalan sel darah merah; akan terjadi jika darah yang berbeda
antigennya dicampur6 .
Darah memiliki karakteristik yaitu plasma yang merupakan bagian cairan
darah (55%), sel (45%), eritrosit atau sel darah merah yang bertanggung jawab untuk
distribusi oksigen., leukosit atau sel darah putih yang bertanggung jawab untuk
melawan atau pertahanan terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh,
trombosit atau platelet bertanggung jawab untuk penggumpalan darah dan serum
adalah cairan yang memisahkan dari darah ketika bekuan terbentuk6.
Ketika darah meninggalkan tubuh, mulai berkumpul dan menggumpal. Waktu
pembekuan darah normal yaitu 3-15 menit yang bervariasi pada tiap individu. Ketika
darah pertama mulai menggumpal, berwarna gelap mengkilap, membentuk seperti
massa jelly. Seiring berjalannya waktu, gumpalan mulai berkontraksi dan berpisah
dari serum yang berwarna kekuningan6.
3
Page 4
Penyidik menggunakan pembekuan darah sebagai panduan kasar untuk
memperkirakan waktu terjadinya kejadian. Jika darah masih cair, pendarahan terjadi
hanya beberapa menit sebelumnya, jika yang didapatkan darah telah menyatu,
mengkilap dan seperti agar-agar maka pendarahan terjadi kurang dari satu jam. Jika
darah sudah terpisah dari serum menjadi gumpalan maka kejadian mungkin terjadi
beberapa jam yang lalu. Noda darah yang terpercik atau mengalir pasti terjadi
sesaat sebelum kematian. Hal ini dapat ditemukan pada saat setelah kematian apabila
penyidik TKP bertindak tidak hati-hati6.
Darah segar mempunyai nilai yang lebih penting daripada darah kering,
karena uji darah segar dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Darah akan
mengering setelak kontak dengan udara luar dalam waktu 3-5 menit. Begitu darah
mengering maka darah akan berubah warna dari merah menjadai coklat kehitaman.
Darah pada kasus kriminal dapat berbentuk genangan darah, tetesan, usapan atau
bentuk kerak. 6.
Forensik serologi adalah ilmu yang digunakan untuk menjawab sejumlah
pertanyaan yang berbeda ketika darah ditemukan di TKP. Tes pertama yang
dilakukan adalah untuk menentukan apakah sesuatu benar-benar darah, dan kemudian
untuk menentukan apakah itu darah manusia. Tes juga dilakukan untuk menentukan
golongan darah dan faktor Rh, dan untuk mencari tahu yang antigen dan antibodi
yang hadir5.
Karakteristik utama dari darah ialah hemoglobin, tes-tes yang dilakukan
dalam forensik untuk darah berdasarkan keberadaan hemoglobin atau komponen-
komponen yang ada di dalamnya. Hemoglobin merupakan protein yang berfungsi
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan seluruh tubuh. Hemoglobin terdiri
atas heme yang mengangkut oksigen dan globin komponen protein. Tes yang
dilakukan di forensik untuk identifikasi darah sebenarnya mendeteksi keberadaan dari
heme. Digunakan beberapa substansi berwarna tertentu yang bila dicampur dengan
peroksida akan merubah warna dasarnya yang disebut oksidasi. Kebanyakan enzim
4
Page 5
umumnya akan mempercepat reaksi. Enzim adalah katalis yang mempercepat reaksi
dan heme berfungsi sebagai katalis7,8
Terdapat dua jenis metode pemeriksaan yaitu secara kimiawi dan biologis,
dimana metode biologis umumnya lebih lambat yaitu seperti reaksi antigen-antibodi
namun lebih spesifik daripada metode kimia . Salah satu persyaratan dari forensik
adalah metode yang dapat digunakan di lapangan, dan kimia merupakan metode
memiliki kecepatan dan cocok untuk ini4.
Investigasi serologi untuk darah dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
1. Tes Presumtif
- Tes Katalitik
o Tes Kastel Meyer
o Tes Luminol
2. Tes Konfirmasi
- Tes Kristal
- Tes RSID-Darah
- Tes ABAcard
1. Tes Presumtif
Tes ini memberikan dua hasil pemeriksaan yang berbeda yaitu mengeliminasi
substansi yang didapat (bukan darah), memberikan kemungkinan (positif presumtif)
dari sampel yang diteskan (mungkin darah) 5,9. Salah satu adalah dengan
menggunakan senyawa yang dapat memberikan efek ketika bersentuhan dengan
darah. Hasil ini adalah cara sederhana dan cepat untuk membuktikan bahwa
sebenarnya sampel tersebut adalah darah5.
Tes presumtif merupakan tes dugaan karena adanya memberikan
kemungkinan hasil yang false-positive (pemutih yang bereaksi dengan luminol) atau
hasilnya yang terlalu meluas (sampel adalah darah tetapi belum tentu berasal dari
5
Page 6
manusia). Tes presumtif yang umum dilakukan untuk darah antara lain
Phenolphthalein, Luminol, Hemastix, and Leuco-crystal Violet (blood)9,10
Tes Katalitik
Tes ini didasarkan bahwa heme dapat mengkatalisis hidrogen peroksida.
Cairan H2O2 direaksikan dengan sampel dan akan terjadi reaksi teroksidasi yang
menghasilkan perubahan warna. Penting untuk dicatat bahwa hasil tes yang positif
tidak berarti bahwa noda tersebut atau sampel adalah darah, apalagi untuk
menentukan dengan pasti sampel adalah darah manusia, karena berbagai enzim dan
logam tertentu juga bisa memberikan hasil positif4.
Metode ini didasarkan bahwa heme dari hemoglobin memiliki sifat seperti
peroksida yang mengkatalis pemecahan hidrogen peroksida. Zat yang teroksidasi ini
dapat bereaksi dengan substrat lainnya yang akan menghasilkan perubahan warna.
Substrat yang umum digunakan adalah benzidin dan bahan lainnya seperti
tetramethyl-benzidines, orto-tolidine, leukomalachite hijau, leucocrystal ungu dan
fenolftalein - yang terakhir ini dikenal sebagai tes Kastle-Meyer. Reaksi dengan 3-
aminophthalhydrazide (Luminol) yang menghasilkan cahaya4.
Gambar 1. Tetramethyl-benzidines, Orto-tolidine, Leukomalachite green,
Leucocrystal violet5
6
Page 7
Tes katalitik sangat sensitif (darah dapat dideteksi dengan pengenceran
sekitar 1 di 100.000), tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat memberikan
interpretasi hasil yang salah sehingga tes ini tidak spesifik untuk darah. Zat yang
dapat mengganggu hasil yang diinginkan pada tes katalitik termasuk enzim seperti
katalase dan peroksidase (dapat ditemukan pada tanaman dan hewan), bahan kimia
dan logam yang teroksidasi khususnya tembaga dan besi4.
Ketika hasil diinterpretasikan harus lebih teliti, terutama ketika pengujian
dilakukan luar ruangan, di mana banyak jenis bahan tanaman yang dapat ditemukan,
atau pengujian di kendaraan, di mana permukaan logam dapat mengganggu4.
Prinsip umum adalah bahwa jika tes adalah negatif, darah tidak ada, tapi jika
tes ini positif maka sampel kemungkinan adalah darah tetapi tidak pasti. Untuk
alasan ini tes sering digambarkan sebagai tes "dugaan"4.
a. Konfirmasi Noda Terlihat
Konfirmasi noda terlihat sebagian besar dilakukan dengan menggunakan
"Sangur" stick, atau menggunakan Kastle-Meyer tes. Sangur stick, di mana reagen
mendeteksi berada dalam bergerak bentuk cara melakukannya yaitu dengan
menggosok lembut pada noda dan basah. Hasilnya langsung terlihat dari perubahan
warna, dari kuning pucat ke biru kehijauan yang intens menunjukkan kemungkinan
adanya darah. Tes ini sangat sensitif tetapi karena cara itu sudah diatur tidak mudah
dimodifikasi untuk memeriksa untuk gangguan mungkin4.
Gambar 9. Reaksi pada tes Kastel Meyer
7
Page 8
Gambar 2. A. Warna pink menunjukkan aktivitas dari hemolisis dan fenolftalin,
menunjukkan hasil positif. B. tidak terdapat darah pada sampel, tidak tampak hemolisis
peroksida dan perubahan warna, hasil tes negatif11.
Pada uji Kastle-Meyer yang fenolftalein disimpan dalam larutan basa yang
didalamnya terdapat seng, larutan ini tidak berwarna. Oksidasi dengan hemoglobin
dan peroksida menyebabkan perubahan warna yang cepat menjadi merah muda
terang, Gambar 2 menunjukkan reaksi tersebut. Awalnya tes dilakukan dalam satu
langkah, tapi banyaknya gangguan potensial dapat dihilangkan dengan melakukan
tes dalam dua langkah4.
Gambar 3 - Oksidasi fenolftalein berkurang oleh hemoglobin dan peroksida5
8
Page 9
Dalam bentuk asli, sejumlah kecil reagen Kastle-Meyer yang telah
dipersiapkan dicampur dengan etanol 95% (volume sama) dan 10% larutan hidrogen
peroksida. Noda yang dicuragai darah kemudian digosok dengan sepotong kecil
kertas filter dan ditambahkan setetes campuran pereaksi ke kertas. Perubahan warna
menjadi merah muda merupakan indikasi dari adanya hemoglobin, yang telah
dikatalisis pemecahan hidrogen peroksida. Namun, yang digunakan dalam formulir
ini, tes akan memberikan hasil yang tampaknya positif dengan bahan pengoksidasi
lainnya. Dalam versi pengujian dua langkah, reagen Kastle-Meyer hanya dicampur
dengan etanol 95% (volume sama). Larutan ditambahkan ke noda pada kertas filter.
Jika warna pink atau warna merah langsung berubah, yaitu tanpa penambahan
hidrogen peroksida4.
Sampel yang memberikan hasil positif baik pada tes Sangur dan tes Kastle-
Meyer akan dilaporkan sebagai kemungkinan darah. Kecuali hasil positif kemudian
diperoleh dengan uji biologis dikenal spesifikasi manusia-, adanya darah tidak bisa
dikonfirmasi. Tes yang dapat digunakan untuk konfirmasi akan termasuk reaksi
antigen-antibodi yang disebut sebagai difusi ganda Ouchterlony dimana keberadaan
enzim seperti alpha-2-HS-glikoprotein dikenal untuk lebih spesifik manusia, atau
adanya urutan DNA spesifik bagi manusia4.
9
Page 10
Gambar 4. Alogaritma pemeriksaan
10
Noda merah
Mungkin darah Bukan darah
Manusia
Tes Presumtif
DNA
Golongan darah (A,B,O) dan resus
Hewan
Tes Konfirmasi
Page 11
b. Deteksi Noda Yang Tidak Terlihat
Hal ini secara tradisional telah dilakukan dengan menggunakan luminol.
Aplikasi luminol adalah pada daerah dimana mungkin ada darah tapi sulit untuk
dilihat, misalnya di antara vegetasi, atau dimana ada upaya yang telah dilakukan
tersangka untuk membersihkan darah dan jejak masih ada. Sebuah reaksi positif juga
kadang-kadang dapat ditemukan pada pakaian yang berlumuran darah yang telah
dicuci4. Luminol, 3-aminophthalhydrazide, merupakan salah satu dari tes presumti
yang paling dikenal luas khususnya pada penggunaannya di tempat kejadian10.
Luminol berbentuk bubuk yang dicampur dengan sodium karbonat (Na2CO3)
and hidrogen peroksida (H2O2) dan air. Campuran ini menghasilkan suatu larutan
basa (pH 10,4-10,8) atau campuran luminal dasar. Cahaya emisi akan dihasilkan bila
liminol teroksidasi oleh oksidan dalam luminal tetapi reaksi ini tidak dapat terjadi bila
tidak terdapat katalis. Katalis merupakan substansi yang mempercepat laju reaksi
tetapi tidak mempengaruhi hasil reaksi tersebut. Katalis pada luminal biasanya logam,
dan oksidannya adalah hidrogen peroksida. Bila luminal digunakan untuk mendeteksi
darah maka hemoglobin berfungsi sebagai katalis dalam reaksi ini. Hemoglobin
merupakan molekul yang terdiri atas besi yang terdapat dalam sel darah merah4,8
Reaksi: Luminol + hydrogen peroxide oxidised luminol + LIGHT
haemoglobin catalyst
Gambar 5. Reaksi kimia Luminol8
Larutan luminal biasanya dikemas dalam semprotan dan adanya darah
menghasilkan pendaran kebiruan yang berlangsung selama sekitar 45 detik. Pendaran
dapat dilihat kembali dengan penyemprotan tambahan tetapi ini perlu dilakukan hati-
11
Page 12
hati karena noda akan hilangan jika terlalu banyak cairan yang ditambahkan ke
dalamnya. Pendaran cahaya bisa difoto dalam hitam-putih atau dengan warna tetapi
membutuhkan teknik khusus4.
Gambar 6. A. noda pada karpet tidak terlihat,
B menunjukkan tes luminol yang positif13
Gambar 7.A Noda darah pada perkaks tanaman tidak terlihat oleh mata telanjang,B menunjukkan tes luminol yang positif8.
Gambar 8. A. Noda pada pintu kayu tidak terlihat, B. menunjukkan adanya bekas darah melalui pendaran biru14
12
Page 13
Luminol tidak spesifik untuk darah dan juga dapat memberikan reaksi positif
dengan beberapa enzim tanaman, oksidasi dan logam. Pengguna yang berpengalaman
dari luminol dapat membedakan reaksi yang diberikan oleh darah dengan warna
pendaran, berlangsung berapa lama, dan derajat "kilauan" dari luminescent. Darah
cenderung tidak berkilau, tapi menghasilkan pendaran yang stabil, sedangkan
beberapa logam cenderung memberikan pendaran yang pasti berkilau4.
Tabel 1. Hasil Tes Presumtif menggunankan Phenoftalin dan Tetrametilbenzedin.
13
Page 14
Seperti tes presumtif-phenoftalin dan tetrametilbenzidin, reaksi luminol juga
didasarkan pada reaksi peroksida pada heme (tabel 1). Heme pada darah mengkatalis
proses oksidasi pada luminol dalam larutan basa. Reaksi luminal yang positif
memberikan warna pendaran biru yang terlihat bila lampu dimatikan, dan phenoftalin
menghasilkan wana pink sedangkan tetrametilbenzidin memberikan warna hijau-biru
bila hasil sampel positif.
2. Tes Konfirmasi:
Ini adalah suatu tes yang dilakukan dengan menggunakan sampel yang
diyakini sebagai darah dan mencampurkan dengan senyawa kimia yang akan bereaksi
dengan hemoglobin, faktor yang dihasilkan menjadi produksi kristal yang dapat
diidentifikasi di bawah mikroskop sebagai darah5. Banyak tes yang digunakan untuk
tes Konfirmasi antara lain yaitu :
A. Tes Kristal :
Tes yang tertua adalah mengkonfirmasi keberadaan hemoglobin dan
turunannya dengan terbentuknya Kristal spesifik, misalnya Tes Takayama atau
hemokromogen, dimana ferrous dari hemoglobin bereaksi dengan piridin
menghasilkan kristal merah. Heme membentuk kristal ketika bereaksi dengan reagen
tertentu. Reagen yang biasa digunakan adalah piridin yang hasilnya akan membentuk
kristal merah muda yang khas6.
Bila larutan basa piridin ditambahkan ke noda dan jika terdapat darah, maka
akan terbentuk kompleks antara piridin dan heme yaitu kristal merah muda.
Sekarang ini, tes kristal jarang digunakan. Semua didasarkan pada
pembentukan turunan kristal hemoglobin seperti haematin, haemin dan
haemokromogen. Tes ini dilakukan pada slide mikroskop, dengan reagen diteteskan
14
Page 15
pada noda di bawah kaca penutup, dan pembentukan kristal diamati secara
mikroskopis4.
Sejumlah basa nitrogen lainnya, termasuk nikotin, metilamin, histidin dan
glisin telah digunakan dalam variasi dari tes ini4.
Gambar 10. Tes Takayama positif membentuk Kristal yang dapat dilihat
dibawah mikroskop
Gambar 11. Struktur Kristal merah-pink pada tes Takayama5
15
Page 16
Pada umumnya tes kristal dengan yang hasil positif menegaskan kehadiran
darah. Sensitivitas adalah sekitar 0,001 mL darah atau 0,1 mg hemoglobin. Sebuah
hasil negative tidak selalu menunjukkan bahwa darah tidak ada dapat saja diakibatkan
teknik yang salah dan kontrol positif harus selalu dijalankan perbandingan. Selama
20 tahun tes Kristal digunakan untuk memberikan petunjuk yang benar mengenai
adanya darah4.
Tes Kristal lainnya adalah Teichman yang terdiri atas larutan potassium
bromide, potassium klorida dan potassium iodide dalam alam asetat yang dipanaskan
agar dapat bereaksi dengan hemoglobin. Pertama-tama hemoglobin diubah menjadi
hemin dan kemudian halides bereaksi dengan hemin membentuk Kristal rhomboid
berwarna kuning kecoklatan9.
B. Tes Presipitasi :
Darah dapat diidentifikasi berasal dari manusia melalui reaksi dengan
antiserum tertentu untuk komponen darah manusia. Biasanya ini merupakan serum
anti-human serum yaitu, suatu antiserum untuk serum manusia. Hal ini bertujuan
untuk melihat apakah sampel berasal dari manusia. Pada dasarnya tes presipitasi
dilakukan dengan menempatkan larutan antibodi pada bagian atas dari ekstrak noda
dalam tabung reaksi, kemudian dibiarkan beberapa saat untuk melihat apakah ada
pita/ garis presipitasi yang terbentuk9.
C. RSID-Blood
Rapid Stain Identification of Human Blood (RSID™-Blood) menggunakan
dua antibodi monoklonal anti-human glycophorin A pada lateral flow format untuk
mendeteksi keberadaan glycophorin A yang khas pada manusia. Glycophorin A
terdapat dalam jumlah yang banyak dan terutama pada membran sel darah merah
dimana berfungsi untuk mencegah agregasi selular. Tes konfirmasi RSID™-Blood
memiliki beberapa keuntungan lebih disbanding metode lainnya untuk mendeteksi
darah, termasuk tingkat sensitivitas yang tinggi, spesifitas dan kecepatannya13.
16
Page 17
Keterangan :C: garis kontrolT: garis tesS: jendela sampel
Gambar 11. Interpretasi Tes RSID-Darah
Prinsip dari tes ini adalah immunochromatographic assay yang menggunakan
antibodi monoklonal yang spesifik untuk glycophorin A manusia. Dimana salah satu
dari monoklonal tersebut dikonjugasikan dengan koloid emas yang diletakkan pada
wadah konjugasi yang terletak dibawah jendela sampel (S). Antibodi lainnya
diletakkan pada membran “Test line” yang dilekatkan pada wadah konjugasi,
sedangkan membrane untuk “Control line” terdiri atas antibodi anti-mouse IgG yang
digunakan sebagai kontrol fungsiona14.
Bila glycophorin A manusia terdapat dalam sampel maka kompleks antigen
antibodi yang berwarna emas akan muncul. Kompleks ini kemudian akan dibaca oleh
antibodi anti-glycophorin A pada test line (T) yang menghasilkan garis merah. Bila
tidak terdapat glycophorin A dalam sampel, maka tidak terbentuk kompleks emas
yang tidak dapat berakumulasi pada test line. Anti-mouse IgG pada garis kontrol (C)
membaca adanya antibodi tikus yang melalui test line yang kemudian menghasilkan
garis merah pada garis kontrol, ini membuktikan bahwa tes yang dilakukan sudah
benar dilakukan14.
17
Page 18
D. Tes ABAcard® HemaTrace
Prinsip tes ini adalah, ekstrak warna diletakkan pada bagian bawah dari tes
strip, dimana terdapat juga hemoglobin manusia yang akan bereaksi dengan antibodi
monoklonal hemoglobin anti-human. Antibodi tersebut diberi tanda dengan pewarna
khusus, sehingga bila terbentuk antibodi-antigen yang melalui membrane tes maka
immobilized polyclonal antihuman hemoglobin akan membentuk kompleks Ag-Ab-
Ag yang diinterpretasikan dengan garis pink14.
Gambar 12. Alat Tes ABAcard15
Gambar 13. Hasil Tes ABAcard8
Kontrol terdiri atas human hemoglobin antibody, pewarna yang terkonjugasi
tidak dapat terikat pada antibodi pada area tes tetapi terbaca pada area kontrol.
Pengujian yang benar dengan hasil yang positif akan menunjukkan dua garis pink,
18
Page 19
satu pada area tes dan satunya pada area kontrol, sedangkan pengujian yang benar
dengan hasil negative akan menunjukkan satu garis pink pada area control saja. Tes
ini diketahui memiliki validitas yang baik dan sensitif, spesifik dan cepat9.
Setelah semuanya itu, maka pengujian sampel dilanjutkan untuk menentukan
golongan darah dan kemudian menentukan jenis kelamin dari orang yang memiliki
darah tersebut.
Gambar 14. Menunjukkan tes Aglutinasi baik untuk penentuan golongan darah ,maupun Rh17.
Sel darah merah memiliki antigen tertentu pada permukaan selnya yaitu A dan
B yang merupakan dasar penggolongan darah. Orang yang sel darah merahnya
memiliki anrigen-A memiliki golongan darah A, begitu juga dengan golongan darah
19
Page 20
B, individu dengan antigen-AB pada sel darah merahnya memiliki golongan darah
AB sedangkan mereka yang tidak memiliki antigen digolongkan kedalam golongan
darah O17.
Untuk menentukan golongan darah, digunakan beberapa tes, yang paling
mudah dan sering dipakai sampai sekarang adalah tes aglutinasi. Prinsip tes ini
adalah bila antigen pada sampel bereaksi dengan antibody reagen maka akan
terbentuk gumpalan atau aglutinasi dari antigen16.
Antigen permukaan yang juga penting adalah factor Rhesus (Rh). Bila faktor
ini terdapat pada sel darah merah maka golongan darahnya adalah Rh positif dan bila
tidak ada, maka golongan darahnya adalah Rh negatif16,17.
Bila telah didapatkan golongan darah secara spesifik, maka tes selanjutnya
yang harus dilakukan adalah tes DNA untuk mempersempit bidang pencarian. 9
20
Page 21
BAB III
KESIMPULAN
Ketika noda merah ditemukan pada tempat kejadian perkara, maka noda
tersebut dapat dicurigai sebagai darah dan barang bukti. Untuk membuktikan apakah
sampel tersebut adalah darah, maka dapat dilakukan beberapa tes4. Tes-tes yang
dilakukan dalam forensik untuk darah berdasarkan keberadaan hemoglobin atau
komponen-komponen yang ada di dalamnya. Hemoglobin terdiri atas heme yang
mengangkut oksigen dan globin komponen protein. Tes yang dilakukan di forensik
untuk identifikasi darah sebenarnya mendeteksi keberadaan dari heme. Digunakan
beberapa substansi berwarna tertentu yang bila dicampur dengan peroksida akan
merubah warna dasarnya yang disebut oksidasi. Kebanyakan enzim umumnya akan
mempercepat reaksi. Enzim adalah katalis yang mempercepat reaksi dan heme
berfungsi sebagai katalis7,8
Tes pertama adalah tes presumtif yang bertujuan menyingkirkan substansi lain
selain darah, namun tes ini tidak dapat memastikan keberadaan darah. Tes Kastel
Meyer merupakan tes presumtif yang paling banyak dilakukan dimana bila hasilnya
positif maka akan menghasilkan warna pink. Luminol juga merupakan tes presumtif
yang sering digunakan. Terlebih luminol digunakan untuk mendeteksi keberadaan
noda darah yang sudah dihapus atau dicuci. Luminisens atau pendaran biru yang akan
dihasilkan bila luminol bereaksi dengan hemoglobin dan dapat dilihat bila cahaya
lampu dimatikan (ruangan gelap).
Bila telah ditetapkan bahwa sampel tersebut mungkin adalah darah, maka
pengujian dilanjutkan untuk mengkonfirmasi, apakah darah tersebut berasal dari
manusi atau hewan4. Untuk itu dilakukan tes konfirmasi antara lain : tes presipitasi
dimana darah dapat diidentifikasi berasal dari manusia melalui reaksi dengan
antiserum tertentu untuk komponen darah manusia9, RSID-darah yang mendeteksi
keberadaan glycophorin A yang khas pada manusia13 ataupun ABAcard yang
21
Page 22
prinsipnya dimana hemoglobin manusia yang akan bereaksi dengan antibodi
monoklonal hemoglobin anti-human14.
Penentuan golongan darah dan rhesus dari sampel darah yang telah
dikonfirmasi berasal dari manusia, merupakan langkah selanjutnya yang dilakukan
untuk mempersempit pencarian.
Bila semua tes diatas telah dilakukan, maka uji DNA merupakan tahap akhir
yang lebih spesifik untuk menentukan kepemilikan dari noda darah tersebut.
22