-
ASAS ASAS ETIKA MEDIS TRADISIONAL
1. Asas Benifience
Kewajiban untuk melakukan yang baik terhadap manusiaSumpah
Hipokrates: Saya akan menerapkan aturan tentang makanan untuk
kebaikan orang sakit menurut kemampuan dan penilaian saya. Saya
akan menjauhkan mereka dari cedera dan ketidakadilanMenurut
Beuchamp dan Childress:
Kewajiban mencegah hal yang buruk atau cedera
Kewajiban menghilangkan hal yang buruk atau cedera
Kewajiban melakukan atau meningkatkan yang baik pada pasien
2. ASAS NON-MALEFICENCE (PRIMUM NON NOCERE)
Kewajiban untuk tidak melakukan hal yang buruk atau merugikan
terhadap manusiaSumpah Hipokrates: Saya akan menjaga mereka
terhadap bahaya dan ketidakadilan
Dua asas etika klasik ini adalah Kaidah Dasar dari Etika
Pelayanan Kesehatan (Basic Principles of Healthcare Ethics)
3. ASAS MENGHORMATI HIDUP MANUSIA Sumpah Hipokrates: Saya tidak
akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun sekalipun
diminta, saya juga tidak akan memberikan anjuran yang dapat
mengakibatkan itu. Demikian juga saya tidak akan memberikan kepada
seseorang perempuan obat yang dapat mengakibatkan keguguran
-
4. ASAS MENJAGA KERAHASIAAN
Sumpah Hipokrates: Apapun yang saya lihat atau dengar selama
melakukan pengobatan atau juga di luar itu tentang hidup orang,
yang seharusnya dengan alasan apapun tidak boleh diumumkan, akan
saya simpan untuk saya sendiri karena hal-hal semacam itu memalukan
untuk dibicarakan
Pasien berhak atas privasi yang menyangkut asuhan medis
terhadapnya. Diskusi tentang kasus dirinya, konsultasi,
pemeriksaan, dan pengobatan adalah confidential dan harus dilakukan
secara bijaksana dan hati-hati (discreetly)
Pasien berhak atas kerahasiaan komunikasi dan semua
catatan/rekaman ttg asuhan klinis terhadapnya
5. ASAS KEJUJURAN (VERACITY) Hubungan dokter-pasien harus
dilandasi kejujuran satu sama lain
6. ASAS TIDAK MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI Sumpah Hipokrates: Saya
tidak akan menggunakan pisau, juga tidak pada mereka yang menderita
karena batu, tetapi saya akan menarik diri dan menyerahkan
pekerjaan itu kepada orang-orang yang biasa terlibat dalam
pekerjaan itu
7. ASAS BUDI PEKERTI DAN TINGKAH LAKU LUHUR Sumpah Hipokrates:
Di rumah manapun saya berkunjung, saya akan datang demi kebaikan
orang sakit, membebaskan diri dari semua ketidakadilan yang
disengaja, dari semua tindakan buruk dan secara khusus dari
hubungan kelamin dengan orang-orang perempuan maupun laki-laki,
baik mereka adalah bebas ataupun budak
-
Etika Medis Kontemporer
Etika Budi Pekerti Luhur ( Virtue Ethics, Character Ethics,
Value-based Ethics).Teori ini mengatakan setiap orang harusnya
hidup secara luhur dalam kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan
kehidupan profesi. Keluhuran budi terungkap dalam sifat-sifat
(karakter) seseorang yang selalu hidup sesuai dengan norma-norma
moral, dan selalu menyeimbangkan niat-niat baik dengan
perbuatan-perbuatan adil.Selain hidup luhur harus pula: dapat
dipercaya, jujur, bijaksana, sabar, berhati-hati, berani dan
bertanggung jawab. Seorang dokter yang berbudi dan berkarakter
luhur akan selalu memberikan yang terbaik bagi pasiennya.Etika
Mengasuh (The Ethics of Caring, Relation based Theory)Teori ini
berwujud interaksi antara pemberi asuhan dengan manusia lain
sebagai penerima asuhan. Seorang pemberi asuhan disamping harus
berpekerti luhur juga bersifat hangat, dekat, mengasihi, bersimpati
dan ramah terhadap pasien yang diasuhnya. Disini tampak aspek
humaniora dalam pelayanan yang tidak terdapat dalam etika klasik
atau tradisional.
- Etika Penalaran Praktis
( Teori Etika Kasuistik, Casebased Theory)Dalam pemecahan masalah
etika ditekankan pendekatan dengan penalaran praktis di mana
tiap-tiap kasus klinis diperhitungkan hal-hal khusus yang relevan
dengan pasien seperti indikasi medis, manfaat medis, preferensi
pasien secara individual dari alternatif tindakan yang disarankan
dokter, mutu hidup pasien terkait dengan kelainan yang dihadapinya,
faktor-faktor kontekstual seperti keluarga, ekonomi keluarga,
sosial, budaya dan lain-lainnya. Juga memperhatikan
pengalaman-pengalaman dokter lain sebelumnya dengan kasus klinis
yang serupa, seperti halnya dengan doktrin yurisprudensi dalam ilmu
hukum.Pancasila sebagai Falsafah Moral dan Teori EtikaAsas Etika
Medis KontemporerAsas Menghormati Otonomi PasienAsas KeadilanAsas
Berkata Benar (Truth Telling)
-
ASAS ASAS ETIKA KONTEMPORER
1. ASAS MENGHORMATI OTONOMI PASIEN
Otonomi: hak untuk memutuskan sendiri dalam hal-hal yang menyangkut
diri sendiri.Hak otonomi pasien hak pasien untuk mengambil
keputusan dan menentukan sendiri tentang kesehatan, kehidupan,
bahkan kematiannyaKonsep dasar: martabat manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang paling tinggi martabatnyaFaktor yang memicu dan
mempengaruhi perkembangan hak-hak otonomi pasien:
Deklarasi Universal tentang HAM (PBB, 1948)
Keberhasilan perjuangan gol. Minoritas kulit hitam di AS
menuntut Hak-Hak Sipil yang sama dengan WN kulit putih
Pengakuan hukum atas Hak-Hak Konsumen di negara2 industri
Perkembangan sosek dan tingkat pendidikan masyarakat
Perkembangan demokrasi
Perkembangan media massa dan IT
Makin banyaknya tuntutan malpraktik
Gerakan reformasi yang menuntut demokratisasi dan
diberlakukannya HAM dalam kehidupan sehari2
-
2. ASAS KEADILAN (JUSTICE)
Perlakuan yang sama pada kasus yang sama, tanpa melihat latar
belakang seseorangLafal Sumpah Dokter Indonesia: Saya akan
berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh
oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik
kepartaian, atau kedudukan sosial dalam menunaikan kewajiban
terhadap penderitaDapat juga berarti keadilan distributif keadilan
dalam distribusi sumberdaya kesehatan (tenaga dokter, perawat,
obat, alat-alat medis, dll) antara satu daerah dan daerah
lain.Diadakannya sistem wajib kerja dan PTT bagi dokter salah satu
upaya negara untuk menjamin keadilan distributif
3. ASAS BERKATA BENAR (TRUTH TELLING, VERACITY)
Ciri hubungan dokter-pasien: hubungan ini adalah hubungan
kepercayaan yang harus terjadi timbal balikMasa lalu, dokter tidak
berkata jujur sepenuhnya dengan alasan untuk melindungi pasien dari
informasi yang mungkin membuat resah/panik (dusta
paternalistik)Zaman sekarang, hal ini tidak dapat dibenarkan karena
menyangkut hak pasien yaitu hak atas informasi tentang
dirinya.
-
BIOETIKA
Studi sistematik tentang prilaku manusia dalam lapangan ilmu-ilmu
tentang kehidupan dan pemeliharaan kesehatan, dikaji dari aspek
nilai-nilai dan asas moral (W.T Reich)Penyelidikan kritis tentang
dimensi moral dari pengambilan keputusan dalam konteks yang
melibatkan ilmu biologis (S.Gorovitch)Bioetika menyelidiki dimensi
etis dari masalah-masalah teknologi, ilmu kedokteran, biologi
sejauh diterapkan dalam kehidupan (Shannon)Studi interdisipliner
ttg problem yg ditimbulkan o/ perkembangan di bidang biologi dan
ilmu kedokteran (F.ABel)Bioetika bukan hanya berurusan dengan
hubungan dokter-pasien dari sudut pandang moral tapi juga ikut
peduli dengan profesi-profesi terkait seperti kesehatan mental
(F.J.E Basterra)Bioetika : studi tentang isu-isu etis, sosial,
hukum, dan isu lain yang timbul dalam pelayanan kesehatan dan ilmu
biologi (International association of bioethics)BIOETIKA : SUATU
STUDI ATAU KAJIAN KRITIS YANG BERSIFAT INTERDISIPLINER Yang dikaji
adalah perilaku manusia, dampak, masalah-masalah, isu-isu etis,
sosial, hukum, kependudukan, lingkungan hidup, dllHal yang dikaji
timbul sebagai akibat perkembangan dan kemajuan dalam ilmu biologi
dan ilmu serta teknologi kedokteran dan penerapan semua itu pada
kehidupan dan pelayanan kesehatan manusiaRuang lingkup : Kajian
tentang dimensi moral dari pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan kesehatan dan biologi (Samuel Garovitz, 1977)Definisi :
etika mengenai kehidupan hingga mencegah pengambilan keputusan yang
dapat menimbulkan dilema negatif.
-
Isu Terkait Pelayanan Kesehatan
Pemberian pelayanan kesehatanHak dan kewajiban pasienEtika-etika
profesi yang memberikan pelayanan kesehatan; profesi dokter, dokter
gigi,keperawatan, kefarmasian, dll)Penolakan dan penghentian
pelayanan kesehatanMutu hidupDefinisi kematianDefinis tentang
kesehatan dan penyakitPaternalisme dalam pelayanan
kesehatanInformed consentKonfidensialitas (kerahasiaan)Berkata
benar (trutrh telling)Konflik kepentinganKode etik
keprofesianAdvance directives dan living willEtika penelitianEtika
klinik
Isu-Isu Bioetika dalam Pelayanan Kesehatan
-
Isu-Isu Terkait Intervensi Medis
Awal hidup
Pengendalian pertumbuhan populasi dengan teknologi
kontrasepsi
Mengatasi masalah kemandulan dengan teknologi- teknologi
reproduksi dibantu, seperti inseminasi buatan, fertilisasi
invitro
Seleksi kelamin sebelum lahir
klonasi
Pertumbuhan dan perkembangan
Peningkatan mutu kehidupan dengan penapisan genetik, rekayasa
genetik
Eksperimen genetik
Operasi penggantian kelamin
Eugenics / upaya penyempurnaan ras manusia dg teknologi
genetik
Kesehatan dan penyakitTerapi genPenggunaan cara-cara fisik dan
kimia untuk mengendalikan perilaku manusia, obat-obat
psikotropikEksperimen pada manusia baik untuk tujuan terapi atau
bukan, a.l. Eksperimen dengan obat baruCara pengobatan baruAlat
medis baruMutu hidupMenyelamatkan jiwa (menunda proses kematian)
dengan transplantasi organ, dengan organ buatan, dengan alat bantu
fungsi vital seperti respiratoir, alat pacu jantung, mesin
hemodialisis, dsbMengakhiri hidup dengan aborsi, euthanasia atau
bunuh diri dibantu oleh dokterAkhir hidup atau proses kematian
manusia
-
isu Terkait Dengan Kelangkaan Sumber Daya Kesehatan
Semakin membaiknya pelayanan kesehatan jumlah penduduk meningkat
makin meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan + sumber daya
kesehatan tidak mencukupi kebutuhan kesehatan masalah keadilan
Ciri Ciri bioetika
1.Interdisiplinerilitas -melibatkan ilmu biomedis, hukum, ilmu
sosial, teologi, dll.
2.Internasionalisasi problem-problem etis yang ditimbulkan dalam
perkembangan ilmu-ilmu hayati bersifat internasional
3.Plularisme -banyak golongan dan pandangan diikutsertakan
-
BIOETIKA
PENDEKATAN PENGATURAN : (KODEFIKASI & PENGAWASAN)
OLEH :
Komite-2-etika Kodifikasi praktik pelayanan kesehatan & riset
Regulasi praktek oleh pemerintah
PENDEKATAN AKADEMIS
ORIENTASI EMPIRIS
ORIENTASI ASAS
isu-isu pada akhir hidup euthanasia eksperimen medis teknologi
reproduksi rekayasa genetik donasi & transplantasi organ
penggantian kelamin alokasi sumber daya
Otonomi
Beneficence
Non-maleficence
Keadilan
Asas derivatif
- PENDEKATAN AKADEMISPendekatan bertanya dan mencari jawaban atas
pertanyaan ituOrientasi emperis
Orientasi pada hal yang sudah terjadi, kemudian mencari jawaban
akademis atas isu-isu yang timbul
Contoh : transplantasi organ, rekayasa genetik, operasi
penggantian kelamin, dll
Orientasi asas
Jawaban atas pertanyaan di atas harus mendapat pembenaran
menurut asas etik, baik yang tradisional maupun yang
kontemporer
Contoh : otonomi, beneficence, non-maleficence, asas keadilan
dan asas derivatif
PENDEKATAN PENGATURANPendekatan pengaturan tentang isu-isu bioetika
dalam pelayanan kesehatan dan riset adalah pendekatan dengan
melakukan kodifikasi dan pengawasanFungsi pengaturan dilaksanakan
oleh komite etika (misalnya rumah sakit), asosiasi profesi,
lembaga-lembaga seperti Pusat Kajian Bioetika, Lembaga Ilmu
Pengetahuan, Komite Etika Penelitian dan badan-badan
pemerintah
-
Asas Asas Etika medis Traditional
Beneficence
Non maleficence (Primum non nocere)
Menghormati hidup manusia
Konfidensialitas
Kejujuran (veracity)
Tidak mementingkan diri
Budi Pekerti
Tingkah laku luhur
Asas-Asas Etika Medis KONTEMPORER
Menghormati otonomi pasien
Universal Human right UN,
HAM
Keadilan /justice
Berkata benar / truth telling / veracity
Prima Facie : dalam kondisi atau konteks tertentu, seorang dokter
harus melakukan pemilihan 1 kaidah dasar etik ter-absah sesuai
konteksnya berdasarkan data atau situasi konkrit terabsah (dalam
bahasa fiqh ilat yang sesuai)
-
Kaidah Dasar Bioetika
Aksioma yang mempermudah penalaran etik.Prinsip-prinsip itu harus
spesifik. Pada praktiknya, satu prinsip dapat dibersamakan dengan
prinsip yang lain. Tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi
berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan
dengan mengorbankan prinsip yang lain prima facieKonsil kedokteran
indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat,
menetapkan bahwa praktik kedokteran indonesia mengacu kepada 4
kaidah dasar moral (sering disebut kaidah dasar etika kedokteran
atau bioetika), juga prima facie dalam penerapan praktiknya secara
skematis dalam gambar berikut :
Beneficence
Non-maleficence
Autonomy
Justice
Prima Facie
Gambar. empat kaidah dasar etika dalam praktik kedokteran,
dengan prima facie sebagai judge; penentu kaidah dasar mana yang
dipilih ketika berada dalam konteks tertentu (ilat) yang
relevan.
-
Menghormati Martabat Manusia (respect for person/autonomy)
Setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang
memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri)Setiap
manusia yang otonominya berkurang / hilang perlu mendapatkan
perlindunganPandangan Kant Otonomi kehendak = otonomi moral, yakni
kebebasan bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri
sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang
ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak
luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip
rasional atau self-legislation dari manusiaPandangan J. Stuart Mill
Otonomi tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni kemampuan
melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan
kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang
pribadi.Menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela,
membiarkan pasien demi dirinya sendiri = otonom (sebagai mahluk
bermartabat).Didewa-dewakan di Anglo-American yang
individualismenya tinggi.Kaidah ikutannya ialah : Tell the truth,
hormatilah hak privasi, lindungi informasi konfidensial, mintalah
consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah
membuat keputusan penting.Erat terkait dengan doktrin
informed-consent, kompetensi (termasuk untuk kepentingan
peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak yang dimaksudkan
(intended) atau dampak tak laik-bayang (foreseen effects), letting
die.
- Kriteria autonomy1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri,
menghargai martabat pasien2. Tidak mengintervensi pasien dalam
membuat keputusan (kondisi elektif)3. Berterus terang4. Menghargai
privasi5. Menjaga rahasia pasien6. Menghargai rasionalitas pasien7.
Melaksanakan informed consent8. Membiarkan pasien dewasa dan
kompeten mengambil keputusan sendiri9. Tidak mengintervensi atau
menghalangi otonomi pasien10. Mencegah pihak lain mengintervensi
pasien dalam mengambil keputusan termasuk keluarga pasien
sendiri11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada
kasus non emergensi12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi
kebaikan pasien13. Menjaga hubungan (kontrak)
-
BENEFICENCE (berbuat baik)
Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan
agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient
welfare).Pengertian berbuat baik diartikan bersikap ramah atau
menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban.Beneficence membawa
arti menyediakan kemudahan & kesenangan kepada pasien seperti
mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik
daripada akibat burukGeneral beneficence:
Melindungi & mempertahankan hak yang lain
Mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
Menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,
Specific beneficence:
Menolong orang cacat,
Menyelamatkan orang dari bahaya.
- Kriteria Beneficence1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa
pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)2. Menjamin
nilai pokok harkat dan martabat manusia3. Memandang pasien/keluarga
sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter4. Mengusahakan
agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya5. Paternalisme
bertanggungjawab/berkasih sayang6. Menjamin kehidupan baik minimal
manusia7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)8.
Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien9. Minimalisasi
akibat buruk10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat11.
Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan12. Tidak menarik
honorarium di luar kewajaran13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi
secara keseluruhan14. Mengembangkan profesi secara terus menerus15.
Memberikan obat berkhasiat namun murah16. Menerapkan golden rule
principle
-
Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence)
Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling kecil
risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno: First, do
no harm, tetap berlaku dan harus diikuti.Sisi komplementer
beneficence dari sudut pandang pasien, seperti :
Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm)
pasien
Minimalisasi akibat buruk
Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal:
Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya
sesuatu yang penting
Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko
minimal).
Norma tunggal, isinya larangan.
- Kriteria Non-maleficence1. Menolong pasien emergensi : Dengan
gambaran sbb : - pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) /
berisiko kehilangan sesuatu yang penting (gawat) - dokter sanggup
mencegah bahaya/kehilangan tersebut - tindakan kedokteran tadi
terbukti efektif - manfaat bagi pasien > kerugian dokter2.
Mengobati pasien yang luka3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )4.
Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien5. Tidak memandang
pasien hanya sebagai objek6. Mengobati secara proporsional7.
Mencegah pasien dari bahaya8. Menghindari misrepresentasi dari
pasien9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian10. Memberikan
semangat hidup11. Melindungi pasien dari serangan12. Tidak
melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
-
Keadilan (justice)
Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik,
agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status
perkawinan, serta perbedaan gender tidak boleh dan tidak dapat
mengubah sikap dokter terhadap pasiennya.Tidak ada pertimbangan
lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama
dokter.Treat similar cases in a similar way = justice within
moralityMemberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai
fairness) yakni :
Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari
kebutuhan mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang
memerlukan atau membahagiakannya)
Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan
mereka (kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien)
Tujuan Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai mahluk
bermartabat khususnya : hak-haknya
- Kriteria Justice1. Memberlakukan sesuatu secara universal2.
Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia
lakukan3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam
posisi yang sama4. Menghargai hak sehat pasien5. Menghargai hak
hukum pasien6. Menghargai hak orang lain7. Menjaga kelompok yang
rentan8. Tidak melakukan penyalahgunaan9. Bijak dalam makro
alokasi10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan
kebutuhan pasien11. Meminta partisipasi pasien sesuai
kemampuannya12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian
(biaya, beban, sanksi) secara adil13. Mengembalikan hak kepada
pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten14. Tidak memberi beban
berat secara tidak merata tanpa alasan tepat/sah15. Menghormati hak
populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan16. Tidak
membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social,
dsb
- Selain 4 prinsip atau kaidah dasar moral tersebut, dikenal
prinsip "turunan"nya dengan nilai-nilai seperti :
Berani berkata benar/kejujuran (veracity) : truth telling
Kesetiaan (fidelity) : keep promise
Privacy (dari otonomi dan beneficence)
Konfidensialitas.
Menghormati kontrak (perjanjian)
Ketulusan (honesty) : tidak menyesatkan informasi kepada pasien
atau pihak ketiga seperti perusahaan asuransi, pemerintah, dll.
Menghindari membunuh
TOPIK-TOPIK DALAM PENERAPAN ETIKA KLINIK
INDIKASI MEDIK.
PREFERENSI (PILIHAN) PASIEN
MUTU HIDUP (QUALITY of LIFE) PASIEN.
FAKTOR KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL FEATURES).
Ke 4 topik tersebut harus selalu menjadi pertimbangan dalam
menangani setiap pasien.
-
Etika Klinis (Jonsen, siegler & winslade, 2002)
Medical Indication : ( terkait prosedur diagnostik dan terapi
yang sesuai dari sisi etik kaidah yang digunakan adalah beneficence
dan nonmaleficence )
Patient Preferrence : (terkait nilai dan penilaian pasien
tentang manfaat dan beban yang akan diterimanya cerminan kaidah
otonomi)
Quality of Life : (aktualisasi salah satu tujuan kedokteran
:memperbaiki, menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insani
terkait dengan beneficence, nonmaleficence & otonomi)
Contextual Features : (menyangkut aspek non medis yang
mempengaruhi pembuatan keputusan, spt faktor keluarga, ekonomi,
budaya kaidah terkait justice )
INDIKASI MEDIK derajat kesehatan & mencegah penyakitMeringankan
gejala, rasa nyeri /sakit dan penderitaan.Menyembuhkan
penyakit.Mencegah kematian yg belum
saatnya.Mningkatkan/mempertahankan/mengganti fungsi organ/ sistem
tubuh agar # mundurMperthankan / mningktkan mutu hidupMencegah
mudharat pada pasienSetiap intervensi medik seharusnya didasarkan
atas adanya indiksi medik (Evidence based medicine)PREFERENSI
PASIEN Pasien menolak intervensi medik karena :
a. Kepercayaan atau agama.
b. Tidak mampu membayar biaya.
c. Alasan yang tak rasional (takut).
d. Tidak percaya pada kemampuan dokter.
e. Keluarga tak setuju.
f. # mmpu menerima / mmahami penjelasan Dr.
g. Sudah membuat advance directives, misalnya do not resuscitate
(DNR)
- MUTU HIDUP PASIEN Penilaian hidup pasien sifatnya bisa:
A. Subjektif (sebab didasarkan pada puas tidaknya menurut
penilaian seseorang), yaitu:
menurut pasien sendiri.menurut keluarga, teman, dokter atau
perawat.
B. Objektif berdasarkan kriteria atau skala tertentu, misalnya
Activities Daily Living (ADL).
Penilaian tersebut meliputi kondisi fisik, mental dan sosial
pasien. Mutu hidup yang sudah sangat rendah dapat dijadikan dasar
menghentikan pengobatanFAKTOR KONTEKSTUAL
1. Peran keluarga, teman, majikan dsbnya.
2. Biaya pengobatan.
3. Alokasi dan distribusi sumber daya kesehatan oleh
pemerintah.
4. Peran dan perkembangan asuransi kesehatan / JPKM.
5. Perkembangan teknologi kedokteran.
6. Peraturan hukum.
7. Pendidikan dan penelitian.
8. Tingkat kesejahteraan masyarakat.
9. Keamanan dan ketertiban dalam masyarakat.
*
-
Rekam Medis
Ketrangan baik yang tertulis / terekam tentang identitas ,
anamnesa, penentuan fisik , laboratorium, diagnosa segala pelayanan
dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik
yang dirawat inap/ jalan / pelayanan gawat daruratRekam medis
mempunyai pengertian yang sangat luas , tidak hanya sekedar
kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu
sistem penyelenggaraan rekam medis
Pencatatan selama pasien mendapatkan pelayanan medik
Penanganan berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan ,
penyimpanan, serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk
melayani permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk
keperluan lainnya
Setiap dokter/dokter gigi dalam menjalankan praktik wajib membuat
rekam medis (Pasal 46 ayat 1)Rekam medis harus segera dilengkapi
setelah pasien menerima pelayanan kesehatan (Pasal 46 ayat 2)Setiap
rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas
yang memberikan pelayanan atau tindakan (Pasal 46 ayat 3)Dokumen
rekam medis merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana
pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik
pasien (Pasal 47 ayat 1).Rekam pasien harus disimpan dan dijaga
kerahasiannya oleh dokter/dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan
kesehatan (Pasal 47 ayat 2).
- Rekam medis mempunyai 2 bagian yang perlu diperhatikan:INDIVIDU
: Suatu informasi tentang kondisi kesehatan dan penyakit pasien
yang bersangkutan dan sering disebut PATIENT RECORD.MANAJEMEN :
Suatu informasi tentang pertanggungjawaban apakah dari segi
manajemen maupun keuangan dari kondisi kesehatan dan penyakit
pasien yang bersangkutanRekam medis juga merupakan kompilasi fakta
tentang kondisi kesehatan dan penyakit seorang pasien:Data
terdokumentasi tentang keadaan sakit sekarang dan waktu
lampau.Pengobatan yang telah dan akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan profesional secara tertulis.Informasi yang tercantum
dalam rekam medis seorang pasien harus meliputi :Siapa (Who) pasien
tersebut dan Siapa (Who) yang memberikan pelayanan
kesehatan/medis.Apa (What), Kapan (When) , Kenapa (Why) dan
Bagaimana (How) pelayanan kesehatan/medis diberikan.Hasil akhir
atau dampak (Outcome) dari pelayanan kesehatan dan
pengobatan.Tujuan Rekam MedisUntuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan .
Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan
benar , maka tertib administrasi tidak akan berhasil.
-
MANFAAT REKAM MEDIS
Pengobatan Pasien : Sebagai dasar dan petunjuk untuk
merencanakan dan menganalisis penyakit serta merencanakan
pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan
kepada pasien.
Peningkatan Kualitas Pelayanan : Meningkatkan kualitas pelayanan
untuk melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan
masyarakat yang optimal.
Pendidikan dan Penelitian : Informasi perkembangan kronologis
penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis,
bermanfaat untuk bahan informasi bagi perkembangan pengajaran dan
penelitian di bidang profesi kedokteran dan kedokteran gigi
Pembiayaan : Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan
bahan untuk menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada
sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti
pembiayaan kepada pasien.
Statistik Kesehatan : Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan
statistik kesehatan, khususnya untuk mempelajari perkembangan
kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita pada
penyakit-penyakit tertentu.
Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik : Rekam medis
merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam
penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.
*
-
Kegunaan Rekam Medis
Aspek Administrasi Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai
administrasi , karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan
wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan perawat dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatanAspek Medis Catatan tersebut
dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan
yang harus diberikan kepada pasienAspek Hukum Menyangkut masalah
adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan , dalam rangka
usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk
menegakkan keadilan.Aspek Keuangan Isi Rekam Medis dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan. Tanpa
adanya bukti catatan tindakan /pelayanan , maka pembayaran tidak
dapat dipertanggungjawabkan.Aspek Penelitian Berkas Rekam medis
mempunyai nilai penelitian , karena isinya menyangkut
data/informasi yang dapat digunakan sebagai aspek penelitian .Aspek
Pendidikan Berkas Rekam Medis mempunyai nilai pendidikan , karena
isinya menyangkut data/informasi tentang kronologis dari pelayanan
medik yang diberikan pada pasienAspek Dokumentasi Isi Rekam medis
menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai
sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan sarana kesehatan.
-
Berdasarkan aspek-aspek tersebut , maka rekam medis mempunyai
kegunaan yang sangat luas :
Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga kesehatan
lainnya yang ikut ambil bagian dalam memberikan pelayanan
kesehatan.Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan
yang harus diberikan kepada seorang pasien.Sebagai bukti tertulis
atas segala tindakan pelayanan , perkembangan penyakit dan
pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakitSebagai
bahan yang berguna untuk analisa , penelitian dan evaluasi terhadap
program pelayanan serta kualitas pelayanan.Melindungi kepentingan
hukum bagi pasien, sarana kesehatan maupun tenaga kesehatan yang
terlibat.Menyediakan data dan informasi yang diperlukan untuk
keperluan pengembangan program , pendidikan dan penelitian.Sebagai
dasar dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan
kesehatan.Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta
bahan pertanggungjawaban dan laporan.
-
Pengisian Rekam Medis
Pengisian format informasi identitas pasien, dan format ini
biasanya diletakkan pada halaman terdepan dari dokumen rekam medis
dan merupakan bagian dari PATIENT RECORD.Pengisian format PATIENT
RECORD :AnamnesisPhysical diagnosisLaboratory examination atau
pemeriksaan lainSeluruh format dalam rekam medis harus diisi sesuai
kebutuhannya dan setiap tenaga kesehatan yang melakukan
pemeriksaan, pelayanan medis, konsultasi dan sebagainya harus
mencantumkan nama jelas dan tanda tangannya.Rekapitulasi dari semua
variable yang dibutuhkan bagian dari MANAJEMEN :Berapa banyak
pasien yang datang ke sarana kesehatan tersebut ?Jenis-jenis
penyakit apa sajakah yang ditangani di sarana kesehatan tersebut (
penyakit infeksi dan tidak infeksi ) ?Berapa & mengapa terjadi
kasus kematian di sarana kesehatan tsb?Bila terjadi kasus gawat
darurat, berapakah response time nya ?Siapakah yang membayar
pelayanan kesehatan yang diberikan ? Berapa banyak dan jenis obat
yang habis setiap hari, setiap bulan dan setiap tahun?
-
ISI REKAM MEDIS
A. Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
Isi rekam medis sekurang-kurangnya memuat catatan/dokumen tentang:
- identitas pasien;
- pemeriksaan fisik;
- diagnosis/masalah;
- tindakan/pengobatan;
- pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
B. Rekam Medis Pasien Rawat Inap
Rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat:
- identitas pasien;
- pemeriksaan;
- diagnosis/masalah;
- persetujuan tindakan medis (bila ada);
- tindakan/pengobatan;
- pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
C. Pendelegasian Membuat Rekam Medis
Selain dokter dan dokter gigi yang membuat/mengisi rekam medis,
tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung kepada
pasien dapat membuat/mengisi rekam medis atas perintah/
pendelegasian secara tertulis dari dokter dan dokter gigi yang
menjalankan praktik kedokteran.
*
-
KEPEMILIKAN REKAM MEDIS
1. Milik rumah sakit atau tenaga kesehatan:
a. Sebagai penanggungjawab integritas dan kesinambungan
pelayanan.
b. Sebagai tanda bukti rumah sakit terhadap segala upaya dalam
penyembuhan pasien
c. Rumah sakit memegang berkas rekam medis asli.
Direktur RS bertanggungjawab atas:
a. Hilangnya, rusak, atau pemalsuan rekam medis
b. Penggunaan oleh badan atau orang yang tidak berhak .
2. Milik pasien, pasien memiliki hak legal maupun moral atas isi
rekam medis. Rekam medis adalah milik pasien yang harus dijaga
kerahasiaannya.
3. Milik umum, pihak ketiga boleh memiliki (asuransi,
pengadilan, dsb) .
YANG BERKEWAJIBAN MEMBUAT RM
1. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.
2. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
3. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan
asisten apoteker.
4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan,
entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan,
administrator kesehatan dan sanitarian.
5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
6. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis
dan terapis wicara.
7. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis,
teknisi gigi, teknisi elektromedis, analisi kesehatan, refraksionis
optisien, othotik prostetik, teknisi tranfusi dan perekam
medis.
*
-
DASAR HUKUM
Peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan
Rahasia Kedokteran.
Peraturan pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenga
Kesehatan.
Keputusan menteri kesehatan No. 034 / Birhub / 1972 tentang
Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah Sakit di mana rumah sakit
diwajibkan:
Mempunyai dan merawat statistik yang up to date.
Membina rekam medis yang berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Peraturan menteri kesehatan No. 749a / Menkes / Per / xii / 89
tentang Rekam Medis
PENYIMPANAN REKAM MEDIS Berdasarkan peraturan Menkes RI No.269
/Menkes /Per/III/2008 tetang rekam medis
Pasal 8 : Rekam medis pasien rawat inap dirumah sakit wajib
disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun, terhitung
dari tgl terakhir pasien berobat atau dipulangkanPasal 9 : Rekam
medis pada sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit wajib
disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka 2 tahun, terhitung dari
tgl terakhir pasien berobat
*
-
hukum, disiplin, etik dan kerahasiaan rm
Rekam medis sebagai alat bukti Dpt digunakan sbg salah satu alat
bukti tertulis di pengadilan
Kerahasiaan rekam medis Rahasia kedokteran tsb dpt dibuka hanya
utk kepentingan ps u/ memenuhi permintaan aparat penegak hukum (
hakim majelis), permintaan ps sendiri atau berdasarkan ketentuan
undang2 yg berlaku
Sanksi hukum
Psl 79 UU Praktik Kedokteran mengatur bahwa setiap dokter atau
dokter gigi dng sengaja tdk membuat rekam medis dpt dipidana dng
pidana kurungan plg lama 1 tahun / denda plg byk 50 juta
Juga dpt dikenakan sanksi secara perdata
Sanksi disiplin dan etik
Dokter dan dokter gigi yg tidak membuat rekam medis selain mendapat
sanksi hukum jg dpt dikenakan sanksi disiplin dan etik sesuai dng
UU Praktik Kedokteran, Peraturan KKI, KODEKI, KODEKGIDalam
peraturan KKI Nomor 16/KKI/PER/VIII/2006 tntg Tata Cara Penanganan
Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin MKDKI dan MKDKIP, ada 3
alternatif sanksi disiplin:
Pemberian peringatan tertulis
Rekomendasi pencabutan STR atau surat izin praktik
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi
pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi
*
-
JENIS RM & kelemahannya
Rekam Medis Elektronik
Kepercayaan terhadap komputer: keterandalan, privasi,
keamananPemanfaatan untuk keperluan klinik sehari-hari (perlu waktu
untuk analisis)Technophobia: sikap negatif atau gagap teknologi
terhadap komputer di tempat kerja
*
Rekam Medis Konvensional
Isi: sulit menemukan dataFragmentasi: jika masing-masing unit atau
instalasi menyimpan rekam medik berbeda untuk orang yang samaUntuk
mengirimkan informasi: data perlu disalinTidak bisa
mengintegrasikan sistem pendukung keputusan klinik dengan
informasi pasien yang telah dikumpulkan
*
-
Permenkes RI No 269/Menkes/Per/III/2008Tentang Rekam Medis
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,Menimbang : bahwa sebagai
pelaksanaan Pasal 47 ayat (3) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, perlu mengatur kernbali penyelenggaraan
Rekam Medis dengan Peraturan Menteri Kesehatan,Mengingat
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
{Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Penganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4548);
-
4. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan
Rahasia Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2803);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986
tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta Di Bidang Medik;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/ll/1988
tentang Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XII/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG REKAM
MEDIS.
- BAB I KETENTUAN UMUMPasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud
dengan :
1. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang dentitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telan diberikan kepada pasien.
2. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis,
dokter gigi dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran
atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang
diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3. Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan
upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik
kedokteran atau kedokteran gigi.
4. Tenaga kesehatan tertentu adalah tenaga kesehatan yang ikut
memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien selain
dokter dan dokter gigi.
5. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau
dokter gigi.
6. Catatan adalah tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter
gigi tentang segala tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam
rangka pemberian pelayanan kesehatan.
7. Dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga
kesehatan tertentu, laporan hasil pemeriksaan penunjang, catatan
observasi dan pengobatan harian dan semua rekaman, baik berupa foto
radiologi, gambar pencitraan (imaging), dan rekaman elektro
diagnostik.
8. Organisasi Protesi adalah Ikatan Dokter Indonesia untuk
dokter dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia untuk dokter gigi.
- BAB II JENIS DAN ISI REKAM MEDISPasal 2
(1) Rekam meds harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas
atau secara elektronik.
(2) Penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi
informasi elektronik diatur lebih lanjut dengan peraturan
tersendiri
Pasal 3
(1) isi rekam meds untuk pasien rawat jalan pada sarana
pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya memua! :
a. identitas pasien;
b. tanggal dan waktu;
c. hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwaya penyakjt;
d. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e. diagnosis;
f. rencana penatalaksanaan;
g. pengobatan dan/atau tindakan;
h. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;
i. untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik;
dan
j. persetujuantindakan bila diperlukan.
(2) Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu
nari sekurang-kurangnya memuat :
a. identitas pasien;
b. tanggal dan waktu;
c. hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit;
d. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e. diagnosis;
f. rencana penatalaksanaan,
g. pengobatan dan/atau tindakan;
h. persetujuan tindakan bila diperlukan;
i. catatan observasi klinis dan hasil pengobatan;
j. ringkasan pulang (discharge summary),
k.nama dan tanda tangn dokter, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
I. pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu;
dan
m. untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram
klinik.
-
(3) Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat,
sekurang-kurangnya memuat :
a. identitas pasien;
b. kondsi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan;
c. identitas pengantar pasien;
d. tanggal dan waktu;
e. hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit;
f. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
g. diagnosis;
h. pengobatan dan/atau tindakan;
i. ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit
gawat darurat dan rencana tindak lanjut;
j. ama dan tanda tangn dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
k. sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan
dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain; dan
I. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
(4) Isi rekam meds pasien dalam keadaan bencana. selain memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditambah dengan
:
a. jenis bencana dan lokasi dimana pasien dtemukan;
b. kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal; dan
c identitas yang menemukan pasien;
-
(5) Isi rekam meds untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter
gigi spesialis dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
(6) Pelayanan yang dberikan dalam ambulans atau pengobatan masal
dicatat dalam rekam meds sesuai ketentuan sebagaimana diatur pada
ayat (3) dan disimpan pada sarana pelayanan kesehatan yang
merawatnya.
Pasal 4
(1) Ringkasan pulang sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (2)
harus dibuat oleh dokter atau dokter gigi yang melakukan perawatan
pasien.
(2) Isi rngkasan pulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya memuat :
a. identitas pasien;
b. diagnosis masuk dan ndikasi pasien dirawat;
C. ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis
akhir. pengobatan dan tindak lanjut; dan
d. ama dan tanda tangn dokter atau dokter gigi yang memberikan
pelayanan kesehatan.
- BAB III TATA CARA PENYELENGGARAANPasal 5
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran wajib rnembuat rekam medis.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat
segera dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan.
(3) Pembuatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah
dberikan kepada pasien.
(4) Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi ama,
waktu dan tanda tangn dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan secara langsung,
(5) Dalam hai terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada
rekam medis dapat dilakukan pembetulan.
(6) Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya dapat
dilakukan dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang
dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi atau tenaga
kesehatan tertentu yang bersangkutan.
Pasal 6 Dokter, dokter gigi dan/atau tenaga kesehatan tertentu
bertanggungjawab atas catatan dan/atau dokumen yang dibuat pada
rekam medis.Pasal 7 Sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan
fasilitas yang diperlukan dafam rangka penyelenggaraan rekam
medis.
- BAB IV PENYIMPANAN, PENIUSNAHAN, DAN KERAHASIAANPasal 8
(1) Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan
sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari
tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan.
(2) Setelah batas waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali
ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik.
(3) Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus disimpan untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan
tersebut.
(4) Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dan, ayat (3), dilaksanakan oleh petugas
yang ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 9
(1) Rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit
wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 2 (dua) tahun
terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat.
(2) Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan.
- Pasal 10
(1) Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit,
riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga
kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu,
petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
(2) Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit,
riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hai
:
a. untuk kepentingan kesehatan pasien;
b. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum atas perintah pengadilan;
c. permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
d permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan
perundang-undangan; dan
e. untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis,
sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien.
(3) Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan
sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 11
(1) Penjelasan tentang si rekam medis hanya boleh dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi yang merawat pasien
(2) Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi
rekam medis secara tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa izin
pasien berdasarkan peraturan perundang-undangan.
- BAB V KEPEMILIKAN, PEMANFAATAN DAN TANGGUNG JAWABPasal 12
(1) Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan
(2) Isi rekam medis merupakan milik pasien
(3) Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam
bentuk ringkasan rekam medis.
(4) Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang
diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga
pasien yang berhak untuk itu.
Pasal 13
(1) Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai:
a. pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;
b. alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan
kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika
kedokteran gigi;
c. keperluan pendidikan dan penelitian;
d dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan; dan
e. data Statistik kesehatan
(2) Pemanfaatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c yang menyebutkan identitas pasien harus mendapat
persetujuan secara tertulis dari pasien atau ahli warisnya dan
harus dijaga kerahasiaannya.
(3) Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pendidikan dan
penelitian tidak diperlukan persetujuan pasien, bila dilakukan
untuk kepentingan negara.
Pasal 14 Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas
hilang, rusak, pemalsuan,
dan/atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak
terhadap rekam medis.
- BAB VI PENGORGANISASIANPasal 15 Pengelolaan rekam medis
dilaksanakan sesuai dengan organisasi dan tata kerja sarana
pelayanan kesehatan.BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASANPasal 16
(1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dan organisasi protesi terkait melakukan pembinaan
dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Pasal 17
(1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat
mengambil tindakan administratif sesuai dengan kewenangannya
masing-masing.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan
pencabutan izin.
BAB VIII KETENTUAN PERALIHANPasal 18 Dokter, dokter gigi, dan
sarana pelayanan kesehatan harus menyesuaikan dengan ketentuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan ini paling lambat 1 (satu) tahun
terhitung sejak tanggal ditetapkanBAB IX KETENTUAN PENUTUPPasal 19
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.Pasal 20 Peraturan ini
mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia,
- PERNYATAAN IDI TENTANG REKAM MEDIS (Lampiran SK PB IDI
No.315/PB/A.4/88)
1. Rekam medis / kesehatan : rekaman dalam bentuk tulisan/
gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan
medis / kesehatan kepada seorang pasien.
2. Rekam medis / kesehatan meliputi identitas lengkap pasien,
catatan tentang penyakit ( diagnosis, terapi dan pengamatan
perjalanan penyakit ), catatan dari pihak ketiga, hasil pemeriksaan
laboratorium, foto rontgen, pemeriksaan USG, dan lain lainnya serta
resume.
3. Rekam medis / kesehatan harus dibuat segera dan dilengkapi
seluruhnya paling lambat 48 jam setelah pasien pulang atau
meninggal.
4. Perintah dokter melalui telepon untuk suatu tindakan medis,
harus diterima oleh perawat senior. Perawat senior yang
bersangkutan harus membaca ulang catatannya tentang perintah
tersebut dan dokter yang bersangkutan mendengarkan pembacaan ulang
itu dengan seksama serta mengoreksi bila ada kesalahan.
Dalam waktu paling lambat 24 jam, dokter yang memberi perintah
harus menandatangani catatan perintah itu.
5. Perubahan terhadap rekam medis / kesehatan harus dilakukan
dalam lembaran khusus yang harus dijadikan satu dengan dokumen
rekam medis kesehatan lainnya.
6. Rekam medis / kesehatan harus ada untuk mempertahankan
kualitas pelayanan profesional yang tinggi, untuk melengkapi
kebutuhan informasi locum tennens, untuk kepentingan dokter
pengganti yang meneruskan perawatan pasien, untuk referensi masa
datang, serta diperlukan karena adanya hak untuk melihat dari
pasien.
7. Berdasarkan butir 6 diatas, rekam medis / kesehatan wajib ada
di RS, Puskesmas atau balai kesehatan dan praktik dokter pribadi
atau praktik berkelompok.
-
8. Berkas rekam medis / kesehatan adalah milik RS, fasilitas
kesehatan lainnya atau dokter praktik pribadi / praktik
berkelompok.
Oleh karena itu, rekam medis / kesehatan hanya boleh disimpan oleh
RS, fasilitas kesehatan lainnya dan praktik pribadi / praktik
berkelompok.
9 Pasien adalah pemilik kandungan isi rekam medis / kesehatan
yang bersangkutan, maka dalam hal pasien tersebut menginginkannya,
dokter yang merawatnya harus mengutarakannya, baik secara lisan
maupun secara tertulis.
10 Pemaparan isi kandungan rekam medis / kesehatan hanya boleh
dilakukan oleh dokter yang bertanggung jawab dalam perawatan pasien
yang bersangkutan. Dan hal ini hanya boleh dilakukan untuk:
( 1 ) Pasien yang bersangkutan.
( 2 ) Atau kepada konsulen.
( 3 ) Atau untuk kepentingan pengadilan.
Untuk RS permintaan pemaparan ini untuk kepentingan pengadilan
harus ditujukan kepada Kepala RS.
11. Lama penyimpanan berkas rekam medis / kesehatan adalah lima
tahun dari tanggal terakhir pasien berobat atau dirawat, dan selama
lima tahun itu pasien yang bersangkutan tidak berkunjung lagi untuk
berobat. Lama penyimpanan berkas rekam medis / kesehatan yang
berkaitan dengan hal hal yang bersifat khusus dapat ditetapkan
lain.
12. Setelah batas waktu tersebut pada butir 11, berkas rekam
medis / kesehatan dapat dimusnahkan
13. Rekam medis / kesehatan adalah berkas yang perlu
dirahasiakan. Oleh karena itu, sifat kerahasiaan ini perlu selalu
dijaga oleh setiap petugas yang ikut menangani rekam medis /
kesehatan.
-
PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR)
POMR disebut rekam medis yang berorientasi kepada masalah POMR
merupakan suatu sistem yang memberikan cara dokumentasi menurut
sistem untuk merefleksikan pikiran logis dokter yang memimpin
perawatan pasien, dalam hal ini dokter menentukan dan mengikuti
setiap masalah klinis dan mengorganisasikannya untuk pemecaha
masalahDatabases (basis data)Database / basis data adalah kumpulan
segala informasi pasien yang berobat ke institusi pelayanan
kesehatan. Informasi atau data mengenai pasien tersebut dapat
dikategorikan menjadi 2, yaitu:
Data Sosial Terutama terdiri atas identitas soaial pasien
seperti nama, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
status perkawinan, dll.
Data Medis Terutama terdiri dari riwayat medis pasien, catatan
pemeriksaan fisik, hasil lab, dll
-
Problem list (daftar masalah)
Problem list (daftar masalah)Problem list / daftar masalah adalah
dasar acuan dari rekam medis yang berorientasi pada masalah.
Problem list bukan merupakan komposisi yang bersifat statis atau
tetap melainkan suatu table of contents yang dinamis dari grafik
pasien yang dapat di-update setiap saat. Ketelitian mengenai jenis
masalah, catatan kemajuan yang berorientasi masalah dan
kesimpulannya secara langsung berhubungan dengan ketelitian dan
integritas dimana masalah pertamakali diidentifikasikan. Tidak
pernah ada kata benar atau salah dalam keputusan sepihak mengenai
kasus yang sulit, yang ada hanyalah keputusan yang ilmiah dan logis
atau tidak ilmiah dan tidak logis yang dikeluarkan dengan hati-hati
atau tidak hati-hati (Weed, 1968).
Problem List antara lain mengacu pada masalah:
medical (biological) psychiatric social demographic diagnosis
physiologic finding symptom physical finding lab abnormality social
issue demographic issue
- Plans (perencanaan) dibuat saat pertama kali pasien yang
bersangkutan berobat ke institusi pelayanan kesehatan terkait.Dari
data pasien dan daftar masalah yang sudah diidentifikasi dapat
dibuat suatu perencanaan, pada umumnya perencanaan ini terdiri
dari:
Diagnostic : Perencanaan mengenai studi lebih mendalam tentang
diagnosis.
Therapeutic : Perencanaan mengenai tindakan/pengobatan yang akan
diberikan.
Patient education :Perencanaan mengenai penyampaian informasi
medis kepada pasien
Progress note (catatan kemajuan) berisi data tentang perkembangan
kondisi pasien selama proses perawatan
Subjective (the patients observations)
Objective (the Doctors observations and tests)
Assessment (the Doctors understanding of the problem)
Plans (Goals, action, advice etc.)
Kelebihan POMR:
Pasien ditangani berdasarkan prioritas masalah.
Data tersusun terklasifikasi berdasarkan masalah.
Memudahkan evaluasi rekam medis.
Memudahkan penelitian terhadap masalah tertentu.
Kelemahan POMR:
Perlu penyesuaian yang lama jika baru pertama kali menerapkan
sistem tersebut.
Perlu pelatihan intensif & komitmen seluruh staf u/
melaksanakan POMR secara terpadu
Kekurangtelitian merugikan pelayanan
-
PELAKSANAAN
Tindakan Medis
Asuhan Keparawatan, dll
SKEMA PENULISAN POMR
BASIS DATA
Anamnesis
Umum
Khusus
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Lab Rutin
Penyebab Masalah
DAFTAR MASALAH
RENCANA PENGELOLAAN (PEMECAHAN MASALAH)
Rencana pemeriksaan penunjang
Rencana tindakan dan pengobatan
Rencana rehabilitasi
Rencana edukasi
FOLLOW UP CATATAN KEMAJUAN SOAP
RENCANA LANJUTAN
MASALAH BARU
-
Etika Berkomunikasi
Dalam hubungan dokter pasien, komunikasi memegang peranan yang
teramat penting, bahkan dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan
awal dan bagian dari proses pengobatan.Berbagai tindakan dokter
yang tidak memuaskan pasien, dan kemudian menyebabkan pasien
menuntun dokter atas dugaan malpraktik, pada umumnya adalah karena
masalah komunikasi ini.Dalam proses penanganan pasien, tidak
mustahil diagnosa menjadi keliru karena komunikasi yang tidak
bagus.Komunikasi yang minimal diperlukanMulai dengan sikap
memperlihatkan ketulusan dan empati kepada pasien.Dilanjutkan
dengan komunikasi verbal, mulai dari aktif bertanya sampai dengan
penuh empati, mendengarkan keluhan pasien
- Dapat dikatakan bahwa salah satu etika berkomunikasi adalah
keramahan yang wajar dan tidak dibuat-buat.Dalam kode etik
kedokteran pasal 10 : Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan segala ilmu keterampilannya untuk kepentingan
pasien.Etika berkomunikasi yang seharusnya dilakukan:Mendengarkan
keluhan, menggali informasi, dan menghargai apa yang disampaikan
oleh pasien.Menjawab atau memberikan informasi yang diharapkan oleh
pasien tentang segala sesuatu mengenai penyakitnya dan rencana
pengobatan yang akan dilakukanPedoman Good Medical Practice
Hubungan antara pasien dan dokter didasari pada kepercayaan. Untuk
menciptakan kepercayaan tersebut, dokter harus mendengarkan pasien,
mengindahkan pandangan mereka, dan memperlakukan secara hormat.
Para pasien dan teman sejawat harus dapat mempercayai kejujuran
dokternya dan diperlakukan secara wajar dan penuh
perhatianKomunikasi yang Etis dan Baik : Bila berlangsung dalam
kedudukan yang setara (tidak superior inferior).
- Pasal 7aSeorang dokter harus, dlm setiap praktik medisnya,
mberikan pelayanan medis yg kompeten dengan kebebasan teknis dan
moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan
penghormatan atas martabat manusiaBeneficenceNon-maleficencePasal
7bSeorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan
pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya
yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau
kompetensi, atau yang melakukan penipuan / penggelapan, dlm
menangani pasienBeneficenceNon-maleficencePasal 7cSeorang dokter
harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan
pasienOtonomPasal 7dSetiap dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajiban melindungi hidup makhluk
insani.BeneficenceNon-maleficencePasal 8Dalam melakukan
pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang
menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik
fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat yang
sebenar-benarnya.BeneficenceNon-maleficenceJusticePasal 9Setiap
dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan
dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
*
- Pasal 10Setiap dokteR wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan
pasien. Dlm hal ini ia tdak mmpu mlakukan suatu pemeriksaan /
pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib merujuk pasien
kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit
tersebut.BeneficenceNon-maleficenceOtonomPasal 11Setiap dokter
harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat
dan/dalam masalah lainnya.OtonomPasal 12Setiap dokter wajib
merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal
duniaBeneficenceNon-maleficenceOtonomPasal 13Setiap dokter wajib
melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.BeneficenceNon-maleficencePasal 14Stiap dokter
mmperlakukan tman seawatnya sbgmn ia sendiri ingin
diperlakukan.Pasal 15Setiap dokter tidak boleh mengambil alih
pasien dan teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau
berdasarkan prosedur yang etis.Pasal 16Setiap dokter harus
memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.Pasal
17Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan.
*
-
KESIMPULAN
Dokter PBIOETIKAKODEKIUU RI No 29 thn 2004Memeriksa dgn
telitiBeneficence, Menghormati otonomi manusiaPasal 2, 3Pasal
51aMemberi pertolongan dgn persetujuan pasienMenghormati otonomi
manusiaPasal 2Pasal 45 ayat 1, pasal 51 aMenulis rekam medis
sendiriMenghormati otonomi manusiaPasal 46 ayat 1Memberikan
konsultasi ttg penyakit pasienMenghormati otonomi manusiaPasal 51
a, pasal 52 aMerujuknon-maleficencePasal 12Pasal 51 b Tdk memungut
bayaranBeneficence, justice
-
Standar Kompetensi yang Tidak Dicapai Dokter Q
Komunikasi efektif
Bersambung rasa dengan pasien dan keluarganya
Mengumpulkan informasi
Memahami perspektif pasien
Memberi penjelasan dan informasi
Keterampilan klinis
Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting
tentang pasien dan keluarganya
Melakukan prosedur klinik dan laboratorium
Landasan ilmiah ilmu kedokteranPengelolaan masalah kesehatan Etika,
moral, medikolegal dan profesionalisme serta keselamatan
pasien
- No.Perilaku kasus yg sesuai / tidak dgn KODEKIKODEKI1Pada larut
malam, saat akan menutup praktiknya, ia kedatangan pasien umur 40
tahun dan kemudian mempersilahkannya masukPasal 1, 2, 7a,
7d2Setelah memeriksa dgn teliti, dr.P mencurigai adanya kolik batu
saluran kemih kiri, maka ia memutuskan untuk memberi pertolongan
pertama.Pasal 1, 2, 7a, 7d, 8, 133Untuk pertolongan pertama &
atas persetujuan pasien, dokter P memberikan sebuah tablet anti
spasmolitik dan kompres hangat pada perut pasiennya.Pasal 1, 2, 5,
7a, 7c, 7d, 84Akhirnya, atas persetujuan pasien,dr.P merujuk bapak
tsb untuk konsultasi ke dr.Q, spesialis urolog, yg prakteknya masih
buka RS terdekat.Pasal 1, 7c, 105Dr.P tidak menarik biaya dari
Bapak ini, begitu juga dgn pasien-pasiennya yg lain yg juga dirujuk
ke dr. spesialis.Pasal 1, 7a6Dr.Q memeriksa pasien tsb sekedarnya
tanpa berkata apa-apa dan segera menyiapkan suntikan dan menyuntik
bapak yg sedang kesakitan itu.(bertentangan) Pasal 2, 5, 7a, 7c, 8,
137Dr.Q juga tidak memberi kesempatan kepada pasiennya untuk
bertanya tentang penyakitnya karena banyak pasien yg mengantri
untuk diperiksa.(bertentangan) Pasal 2, 7a, 7c, 8