Top Banner
FOOO BORNE DISEASE ELLEN DEMI WINATA FOODBORNE DISEASE Apa itu foodborne disease? Foodborne disease adalah penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar. Foodborne disease disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme atau mikroba patogen yang mengkontaminasi makanan. Selain itu, zat kimia beracun, atau zat berbahaya lain dapat menyebabkan foodborne disease jika zat-zat tersebut terdapat dalam makanan. Makanan yang berasal baik dari hewan maupun tumbuhan dapat berperan sebagai media pembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya manusia membutuhkan makanan untuk hidup. Jika tidak memperhatikan kebersihan makanan dan lingkungan, makanan dapat merugikan bagi manusia. Makanan yang berasal baik dari hewan atau tumbuhan dapat berperan sebagai media pembawa mikroorganisma penyebab penyakit pada manusia. Mikroorganisma yang menimbulkan penyakit ini dapat berasal dari makanan asal hewan yang terinfeksi penyakit tersebut atau tanaman yang terkontaminasi. Makanan yang terkontaminasi selama prosesing atau pengolahan dapat berperan sebagai media
29

Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

Mar 26, 2018

Download

Documents

ngoquynh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

FOOO BORNE DISEASE

ELLEN DEMI WINATA

FOODBORNE DISEASEApa itu foodborne disease? Foodborne diseaseadalah penyakit yang disebabkan karena

mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar.

Foodborne disease disebabkan oleh berbagai macam

mikroorganisme atau mikroba patogen yang

mengkontaminasi makanan. Selain itu, zat kimia

beracun, atau zat berbahaya lain dapat menyebabkan

foodborne disease jika zat-zat tersebut terdapat dalam

makanan. Makanan yang berasal baik dari hewan

maupun tumbuhan dapat berperan sebagai media

pembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada

manusia.

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam

kehidupannya manusia membutuhkan makanan untuk hidup. Jika tidak memperhatikan

kebersihan makanan dan lingkungan, makanan dapat merugikan bagi manusia.

Makanan yang berasal baik dari hewan atau tumbuhan dapat berperan sebagai media

pembawa mikroorganisma penyebab penyakit pada manusia.

Mikroorganisma yang menimbulkan penyakit ini dapat berasal dari makanan asal

hewan yang terinfeksi penyakit tersebut atau tanaman yang terkontaminasi. Makanan

yang terkontaminasi selama prosesing atau pengolahan dapat berperan sebagai media

penularan juga.

Penularan foodborne disease oleh makanan dapat bersifat infeksi. Artinya suatu

penyakit yang disebabkan oleh adanya mikroorganisma yang hidup, biasanya

berkembangbiak pada tempat terjadinya peradangan. Pada kasus foodborne disease

mikro organisma masuk bersama makanan yang kemudian dicerna dan diserap oleh

tubuh manusia. Kasus foodborne desease dapat terjadi dari tingkat yang tidak parah

sampai tingkat kematian. Sebagai contoh foodborne desease yang disebabkan oleh

salmonella dapat menyebabkan kematian selain yang disebabkan oleh Vibrio Cholerae

dan Clostridium botulinum. Kejadian dan wabah paling sering disebabkan oleh

salmonella dibanding penyakit foodborne disease lainnya.

Gejala foodborne disease yang umumnya terlihat adalah perut mual diikuti

muntah - muntah, diare, demam, kejang - kejang dan lain - lain. Dalam artikel ini

Page 2: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

dibahas kejadian infeksi mikroorganisma yang berasal dari makanan yang hanya

berasal dari hewan. Antara lain E. coli, Salmonella, Campylobacter, Yersinia,

Clostridium dan Listeria, virus dan parasit.

Penyakit foodborne yang disebabkan oleh E. coliEscherichia coli merupakan bagian dari mikroflora yang secara normal ada

dalam saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Penularan dapat

terjadi melalui kontak dari pekerja yang terinfeksi selama makanan diproses

berlangsung. Air juga dapat terkontaminasi kotoran manusia yang terinfeksi. Makanan

yang berperan sebagai media penularan adalah ikan salmon, unggas, susu dan keju

camembert (keju perancis). Oleh karena itu pemanasan yang baik pada makanan

seperti daging dan susu mentah sangatlah penting. Gejala yang ditimbulkan pada

manusia jika terinfeksi E. coli adalah diare.

E. Coli O157: H7 merupakan bakteri patogen yang mempunyai reservoir pada

hewan ternak dan hewan lain yang sejenis, misalnya sapi. Manusia dapat terkena

bakteri ini jika mengkonsumsi makanan atau minuman yang telah tercemar oleh feses

dari ternak ini. Penyakit ini menyebabkan diare berdarah dan kesakitan karena keram

perut, tanpa disertai demam. Pada 3-5 % dari kasus yang terjadi, beberapa minggu

setelah gejala awal tampak, terdapat komplikasi yang yang disebut hemolytic uremic

syndrom (HUS). Kompilasi ini menyebabkan anemia, perdarahan dan gagal ginjal.

Pertengahan Maret 2011, wabah bakteri Escherichia coli melanda Jerman.

Bakteri yang pertama kali ditemukan oleh dokter hewan asal Jerman bernama

TheodorEscheric pada tahun 1885 ini telah menyebabkan 1.600 orang dirawat dan 18 orang

meninggal dunia di Jerman. Menurut para peneliti di Beijing Genomics Institute, wabah

E. coli yang melanda Jerman merupakan jenis E. coli strain baru. Dari penelitian awal,

bakteri E. coli yang menginfeksi timun-timun dari Spanyol itu merupakan hasil mutasi

dari dua jenis bakteri, yaitu jenis EAEC dan EHEC. Bakteri E. coli jenis EAEC

menyebabkan diare parah karena bakteri memproduksi toksin hemolisin yang

menyerang mukosa usus. Bakteri E. coli jenis EHEC bisa menyebabkan diare

berdarah,

kram perut, dan bahkan gagal ginjal. Dari hasil mutasi dua jenis bakteri E. coli ini

dihasilkan jenis strain baru, yaitu strain O104, yang sangat mematikan.

Oleh karenanya, O104:H4 dimasukkan sebagai salah satu EnterohaemorrhagicE. coli (EHEC), atau E. coli yang bisa menyebabkan pengidapnya mengalami diare

berdarah. Bahkan seringkali kasus ini berkembang menjadi haemolytic uraemic

Page 3: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

syndrome (HUS); penyakit yang bisa menyebabkan kegagalan fungsi ginjal dan

berbagai komplikasi infeksi lain.

SalmonellaSalmonella juga merupakan bakteri yang terdapat pada usus unggas, reptilia dan

mamalia. Bakteri ini dapat menyebar ke manusia melalui berbagai macam pangan asal

hewan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini disebut salmonellosis, menyebabkan

demam, diare dan keram perut. Pada orang yang kondisi kesehatannya buruk atau

sistem kekebalan tubuhnya lemah, bakteri ini dapat menembus sistem peredaran darah

dan menyebabkan infeksi yang serius terhadap tubuh.

Penyakit yang disebabkan oleh Campylobacter jejuniCampylobacter adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan demam, diare

dan keram perut. Merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan sakit diare di

dunia. Bakteri ini hidup di usus ayam sehat dan pada permukaan karkas unggas.

Sumber infeksi sebagian besar karena memakan daging ayam yang masih mentah,

atau belum matang atau makanan lain yang telah bersentuhan dengan karkas ayam

selama dalam proses pengolahan sehingga tercemar oleh bakteri ini.

Kuman ini umumnya ada dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas dan sering

ada pada makanan yang berasal dari hewan karena terkontaminasi dengan kotoran

hewan selama prosesing (pengolahan). Kuman ini menyebabkan gastroenteritis akut

(infeksi pada saluran pencernaan) pada manusia. Gejala yang ditimbulkan antara lain

diare, nyeri perut, demam, mual dan muntah.

Sapi, babi, domba, kambing, ayam , kalkun, bebek, kucing dan anjing dianggap

sebagai pembawa kuman ini, tetapi yang paling sering adalah unggas. Kejadian infeksi

yang paling sering terjadi karena mengonsumsi makanan yang tidak dimasak, termasuk

minum susu mentah yang tidak dipasteurisasi.

Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara makanan asal unggas

sebaiknya dimasak dengan baik dan menghindari kontaminasi silang. Misalkan pisau

bekas memotong daging mentah sebaiknya dicuci bersih dahulu sebelum digunakan

untuk memotong makanan yang matang.

Penyakit disebabkan oleh Yersinia enteroliticaGejala yang ditimbulkan adalah nyeri perut, demam, diare pusing dan muntahmuntah.

Gejala yang lebih parah dapat terjadi pada anak-anak. Sumber utama kuman

ini terdapat pada babi yang terinfeksi (kuman ini hidup di daerah mulut dan saluran

pencernaan babi). Biasanya anak-anak dan remaja peka terhadap penyakit ini. Kuman

ini dapat berkembang biak pada suhu 0 derajat Celcius sampai 44 °C.

Page 4: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

Penyakit yang disebabkan oleh Clostridium perfringensGejala yang ditimbulkan adalah diare dan nyeri perut. Bakteri ini terdapat di

saluran pencernaan carnivora (serigala, anjing), herbivora (tikus, gajah, kalkun) dan

babi.Media penularan adalah daging babi dan kalkun. Makanan yang berasal dari

hewan terkontaminasi oleh kuman ini karena daging terkontaminasi oleh kotoran atau

isi saluran pencernaan di rumah potong hewan. Makanan yang sudah dimasak

dibiarkan dalam beberapa jam pada suhu kamar, disimpan didalam oven hangat atau

disimpan dalam freezer dalam jumlah besar sehingga temperatur tidak terlalu dingin

atau tidak cukup untuk mencegah pertumbuhan bakteri ini. Sehingga kasus penyakit ini

dapat terjadi jika manusia mengonsumsi makanan masak yang sudah mengandung

kuman.

Tindakan pencegahan dapat dilakukan sebagai berikut. Makanan matang segera

disimpan dan didinginkan dengan suhu dibawah 7 ° C. Jika ingin dimakan kembali

harus dipanaskan dahulu pada suhu 71 - 100 ° C. Jika mungkin makanan segera

dimakan setelah dimasak. Makanan sebaiknya dipanaskan diatas 60 ° C atau suhu

yang lebih tinggi.

Penyakit yang disebabkan oleh Listeria monocytogenesMakanan sebagai media penularan kuman ini adalah sayuran coleslaw

(semacam salat yang diberi mayonaise), susu yang dipasteurisasi, keju lunak, daging

mentah, seafood, sayuran dan buah-buahan (makanan mentah). Gejala yang

ditimbulkan sepsis (infeksi yang meluas ke dalam saluran darah), meningoencephalitis

(infeksi di selaput otak dan di bagian otak), focal infeksius (infeksi lokal, misalnya di kulit

yg terkena,di sal.pencernaan yg dilewati makanan tsb), pregnancy infectious (infeksi

kehamilan), granuloma infantiseptica ( sepsis pada infant yg berbentuk granuloma).

Penyakit yang disebabkan oleh virusBiasanya penularan terjadi karena manusia mengkonsumsi makanan yang

berasal dari hewan seperti daging sapi, domba, ayam, kalkun dan susu, dimana hewan

sudah terinfeksi oleh virus tertentu. Virus yang dapat menyebabkan Foodborne

desease ini dikenal virus yang tahan panas yang dapat ditularkan melalui susu

sehingga tidakan pencegahannya adalah susu dipanaskan dengan dipasteurisasi

dalam waktu yang lama.

Penyakit yang disebabkan oleh parasitBeberapa parasit ada dalam feses (kotoran) hewan dan dapat menyebabkan

infeksi jika makanan yang tercemar oleh kotoran yang mengandung parasit termakan ,

dicerna dan diserap oleh tubuh. Sementara beberapa jenis yang lain terdapat dalam

Page 5: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

otot/daging hewan. Parasit terbagi dua yaitu protozoa dan cacing.

Toxoplasmosis yang disebabkan oleh Toxoplasma gondiiKejadian toxoplasmosis pada manusia ini termasuk tinggi. Sumber utama

penularan berasal dari kucing. Awalnya kucing memakan tikus atau burung yang

mengandung Toxoplasma. Dalam tubuh kucing mikroorganisma ini hidup dan

berkembangbiak menjadi bentuk yang infeksius bagi tubuh mannusia. Bentuk infeksius

ini biasanya terdapat dalam kotoran kucing.

Daging domba, babi dan mungkin sapi dapat terinfeksi oleh spesies ini dan

menghasilkan kista (bersifat infeksius) yang dapat menginfeksi tubuh manusia.

Pada kucing yang menderita toxoplasmosis biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi

pada manusia tampak. Terutama berbahaya pada wanita hamil. Jika wanita hamil

terserang toxoplasmosis dapat berakibat keguguran, melahirkan bayi yang sudah

meninggal, juga cacat bentuk dan kegagalan fungsi dari organ tubuh terutama yang

melibatkan sistem syaraf pusat.

Penularan melalui daging dapat dicegah dengan makan daging yang benarbenar

matang. Jika berkebun harus mencuci tangan dengan baik (menggunakan

sabun) setelah berkebun. Pada wanita hamil sebaiknya menghindari tempat kotoran

kucing . Bagi pemelihara kucing sebaiknya tempat kotoran kucing dibersihkan setiap

hari.

Trichinellosis yang disebabkan oleh Trichinella spiralisParasit ini berkembang biak dalam tubuh babi. Infeksi terjadi jika makan daging

babi mentah atau setengah masak. Larva yang infeksius biasanya terdapat pada otot /

daging babi.

Pada daerah yang penduduknya tidak makan daging atau tidak memperbolehkan

makan daging babi, kejadian Trichinellosis sangat rendah. Gejala trichinellosis pada

manusia adalah udema (pembengkakan) pada periorbital (bagian mata), demam dan

sakit pada otot dan sendi.

Foodborne desease oleh Taenia saginataCacing ini hidup dan berkembang biak dalam tubuh sapi. Kejadian infeksi oleh

cacing ini jarang tetapi sering terjadi di daerah dimana penduduknya sering makan

daging sapi mentah. Tindakan pencegahan adalah pengontrolan yang ketat di rumah

potong hewan, pembuangan kotoran manusia yang aman (tidak di sembarang tempat).

Pemasakan daging yang baik atau jika daging dibekukan sebaiknya selama 5 hari pada

suhu -10°C.

Cystiserkosis oleh Taenia solium

Page 6: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

Cacing ini hidup dan berkembang biak didalam tubuh babi. Infeksi dapat terjadi jika

orang makan daging babi mentah atau yang dimasak setengah matang. Cacing ini

dalam bentuk cysticerci dapat menyerang organ mata, jantung, otak , sumsum tulang

belakang selain saluran pencernaan pada babi dan manusia.

Cara Pencegahan Terhadap Terjadinya Foodborne Disease

Kebersihan

Sesudah ke WC, mengganti popok, sebelum makan atau menyiapkan makanan,

cucilah tangan dengan teliti memakai sabun dan kucuran air setidaknya 15 detik,

lalu keringkanlah dengan handuk bersih. Orang yang mendapat gejala penyakit

ini tidak patut menyiapkan makanan bagi orang lain.

Pemantauan suhu

Menyimpan makanan pada suhu yang keliru bisa berakibat membiaknya kuman

yang menyebabkan racun makanan, yang tumbuh di antara suhu 5° C dan 60° C.

Untuk berjaga-jaga:

• suhu lemari es jangan lebih tinggi dari 5° C dan ada aliran udara di seputar

makanannya agar pembagian suhunya merata,

• makanan panas patut disimpan di atas suhu 60° C,

• makanan yang harus dipanaskan lagi ya cepat-cepat dipanaskan sampai

semua bagiannya mencapai suhu 75° C,

• makanan beku sebaiknya dicairkan di dalam lemari es atau microwave,

sebab makin lama makanan mentah dibiarkan pada suhu ruangan, makin

cepat pulalah kuman berbiak dan racun bisa terbentuk,

• agar kuman di dalamnya mampus, makanan harus dimasak matang benar.

Cara Menyimpan

Daging, ikan, unggas dan sayur yang mentah bisa mengandung banyak kuman,

dan juga mencemari makanan yang sudah siap jika tidak disimpan atau ditangani

dengan cermat. Untuk berjaga-jaga:

• makanan mentah patut disimpan tertutup atau dalam tempat bertutup di

bawah makanan lain yang sudah siap agar bagian makanan atau cairan

daging tidak menumpahi atau menetesinya,

• makanan sebaiknya ditutupi sebelum disimpan di dalam lemari es bawah

maupun atas atau di lemari agar terhindar dari pencemaran,

• tangan harus segera dicuci sesudah menangani makanan mentah dan

sebelum menangani makanan yang sudah matang atau siap,

• patut menggunakan talenan, sendok garpu dan piring lain untuk makanan

Page 7: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

mentah dan yang sudah siap, dan jika talenan mesti dipakai lagi basuhlah

dulu baik-baik dengan air panas bersabun,

• teliti mencuci sayur mentah sebelum menyiapkannya untuk dimakan,

• bahan makanan harus disimpan baik-baik, jauh dari bahan beracun,

semprot serangga, bahan pembersih dll,

• tidak memakai serbet pengering piring untuk menyeka tangan atau meja,

lagipula serbetnya harus sering dicuci dan dikeringkan,

• serbet harus sering disucihamakan dan diganti.

• Kalau meragukan mutu atau keamanan suatu makanan tertentu, omongan lama

berlaku, “Kalau ragu-ragu, jangan!”

Pengobatan foodborne diseaseAda berbagai macam jenis foodborne disease dan tiap penyakit membutuhkan

pengobatan yang berbeda-beda tergantung pada gejala yang ditimbulkannya. Gejala

yang sering muncul terutama diare dan muntah sehingga dapat menyebabkan dehidrasi

jika orang tersebut banyak kehilangan banyak cairan tubuh terutama elektrolit. Oleh

karena itu sangat penting untuk mengganti cairan tubuh dan elektrolit yang hilang

dengan meminum larutan oralit untuk menjaga asupan cairan tubuh dan mencegah

terjadinya dehidrasi. Jika diare dan kram perut terjadi tanpa disertai dengan demam

dapat minum obat anti diare untuk mengurangi diare. Namun sebaiknya obat ini tidak

diberikan jika diare disertai dengan demam tinggi ataupun diare berdarah. Segera

konsultasikan dengan dokter terdekat. (drh.Asyhari)Daftar Pustaka

http://www.deptan.go.id/news/detail.php?id=96&awal=&page=&kunci=

http://ryaniehealth.blogspot.com/2007/03/mengenal-foodborne-disease.html

www.mhcs.health.nsw.gov.au/publication_pdfs/7120/DOH-7120-IND.pdf

Mengenal Foodborne Disease

Foodborne disease adalah suatu penyakit yang merupakan hasil dari pencernaan dan penyerapan

makanan yang mengandung mikroba oleh tubuh manusia.

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya manusia

membutuhkan makanan untuk hidup. Jika tidak memperhatikan kebersihan makanan dan

lingkungan, makanan dapat merugikan bagi manusia. Makanan yang berasal baik dari hewan

Page 8: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

atau tumbuhan dapat berperan sebagai media pembawa mikroorganisma penyebab penyakit pada

manusia.

Mikroorganisma yang menimbulkan penyakit ini dapat berasal dari makanan asal hewan yang

terinfeksi penyakit tersebut atau tanaman yang terkontaminasi. Makanan yang terkontaminasi

selama prosesing atau pengolahan dapat berperan sebagai media penularan juga.

Penularan foodborne disease oleh makanan dapat bersifat infeksi. Artinya suatu penyakit yang

disebabkan oleh adanya mikroorganisma yang hidup, biasanya berkembangbiak pada tempat

terjadinya peradangan. Pada kasus foodborne disease mikro organisma masuk bersama makanan

yang kemudian dicerna dan diserap oleh tubuh manusia. Kasus foodborne desease dapat terjadi

dari tingkat yang tidak parah sampai tingkat kematian. Sebagai contoh foodborne desease yang

disebabkan oleh salmonella dapat menyebabkan kematian selain yang disebabkan oleh Vibrio

Cholerae dan Clostridium botulinum. Kejadian dan wabah paling sering disebabkan oleh

salmonella dibanding penyakit foodborne disease lainnya.

Gejala foodborne disease yang umumnya terlihat adalah perut mual diikuti muntah - muntah,

diare, demam, kejang - kejang dan lain - lain. Dalam artikel ini dibahas kejadian infeksi

mikroorganisma yang berasal dari makanan yang hanya berasal dari hewan. Antara lain E. coli,

Campylobacter, Yersinia, Clostridium dan Listeria, virus dan parasit.

Penyakit foodborne yang disebabkan oleh E. coli

Escherichia coli merupakan bagian dari mikroflora yang secara normal ada dalam saluran

pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Penularan dapat terjadi melalui kontak dari

pekerja yang terinfeksi selama makanan diproses berlangsung. Air juga dapat terkontaminasi

kotoran manusia yang terinfeksi. Makanan yang berperan sebagai media penularan adalah ikan

salmon, unggas, susu dan keju camembert (keju perancis). Oleh karena itu pemanasan yang baik

pada makanan seperti daging dan susu mentah sangatlah penting. Gejala yang ditimbulkan pada

manusia jika terinfeksi E. coli adalah diare.

Penyakit yang disebabkan oleh Campylobacter jejuni

Kuman ini umumnya ada dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas dan sering ada pada

makanan yang berasal dari hewan karena terkontaminasi dengan kotoran hewan selama

prosesing (pengolahan). Kuman ini menyebabkan gastroenteritis akut (infeksi pada saluran

pencernaan) pada manusia. Gejala yang ditimbulkan antara lain diare, nyeri perut, demam, mual

dan muntah.

Sapi, babi, domba, kambing, ayam , kalkun, bebek, kucing dan anjing dianggap sebagai

pembawa kuman ini, tetapi yang paling sering adalah unggas. Kejadian infeksi yang paling

sering terjadi karena mengonsumsi makanan yang tidak dimasak, termasuk minum susu mentah

yang tidak dipasteurisasi.

Page 9: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara makanan asal unggas sebaiknya dimasak

dengan baik dan menghindari kontaminasi silang. Misalkan pisau bekas memotong daging

mentah sebaiknya dicuci bersih dahulu sebelum digunakan untuk memotong makanan yang

matang.

Penyakit disebabkan oleh Yersinia enterolitica

Gejala yang ditimbulkan adalah nyeri perut, demam, diare pusing dan muntah-muntah. Gejala

yang lebih parah dapat terjadi pada anak-anak.

Sumber utama kuman ini terdapat pada babi yang terinfeksi (kuman ini hidup di daerah mulut

dan saluran pencernaan babi). Biasanya anak-anak dan remaja peka terhadap penyakit ini.

Kuman ini dapat berkembang biak pada suhu 0 derajat Celcius sampai 44 °C.

Penyakit yang disebabkan oleh Clostridium perfringens

Gejala yang ditimbulkan adalah diare dan nyeri perut. Bakteri ini terdapat di saluran pencernaan

carnivora (serigala, anjing), herbivora (tikus, gajah, kalkun) dan babi.

Media penularan adalah daging babi dan kalkun. Makanan yang berasal dari hewan

terkontaminasi oleh kuman ini karena daging terkontaminasi oleh kotoran atau isi saluran

pencernaan di rumah potong hewan. Makanan yang sudah dimasak dibiarkan dalam beberapa

jam pada suhu kamar, disimpan didalam oven hangat atau disimpan dalam freezer dalam jumlah

besar sehingga temperatur tidak terlalu dingin atau tidak cukup untuk mencegah pertumbuhan

bakteri ini. Sehingga kasus penyakit ini dapat terjadi jika manusia mengonsumsi makanan masak

yang sudah mengandung kuman.

Tindakan pencegahan dapat dilakukan sebagai berikut. Makanan matang segera disimpan dan

didinginkan dengan suhu dibawah 7 ° C. Jika ingin dimakan kembali harus dipanaskan dahulu

pada suhu 71 - 100 ° C. Jika mungkin makanan segera dimakan setelah dimasak. Makanan

sebaiknya dipanaskan diatas 60 ° C atau suhu yang lebih tinggi.

Penyakit yang disebabkan oleh _-Listeria monocytogenes__

Makanan sebagai media penularan kuman ini adalah sayuran coleslaw (semacam salat yang

diberi mayonaise), susu yang dipasteurisasi, keju lunak, daging mentah, seafood, sayuran dan

buah-buahan (makanan mentah).

Gejala yang ditimbulkan sepsis (infeksi yang meluas ke dalam saluran darah),

meningoencephalitis (infeksi di selaput otak dan di bagian otak), focal infeksius (infeksi lokal,

misalnya di kulit yg terkena,di sal.pencernaan yg dilewati makanan tsb), pregnancy infectious

(infeksi kehamilan), granuloma infantiseptica ( sepsis pada infant yg berbentuk granuloma).

Penyakit yang disebabkan oleh virus

Biasanya penularan terjadi karena manusia mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewan

seperti daging sapi, domba, ayam, kalkun dan susu, dimana hewan sudah terinfeksi oleh virus

Page 10: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

tertentu. Virus yang dapat menyebabkan Foodborne desease ini dikenal virus yang tahan panas

yang dapat ditularkan melalui susu sehingga tidakan pencegahannya adalah susu dipanaskan

dengan dipasteurisasi dalam waktu yang lama.

Penyakit yang disebabkan oleh parasit

Beberapa parasit ada dalam feses (kotoran) hewan dan dapat menyebabkan infeksi jika makanan

yang tercemar oleh kotoran yang mengandung parasit termakan , dicerna dan diserap oleh tubuh.

Sementara beberapa jenis yang lain terdapat dalam otot/daging hewan. Parasit terbagi dua yaitu

protozoa dan cacing.

Toxoplasmosis yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii

Kejadian toxoplasmosis pada manusia ini termasuk tinggi. Sumber utama penularan berasal dari

kucing. Awalnya kucing memakan tikus atau burung yang mengandung Toxoplasma. Dalam

tubuh kucing mikroorganisma ini hidup dan berkembangbiak menjadi bentuk yang infeksius bagi

tubuh mannusia. Bentuk infeksius ini biasanya terdapat dalam kotoran kucing.

Daging domba, babi dan mungkin sapi dapat terinfeksi oleh spesies ini dan menghasilkan kista

(bersifat infeksius) yang dapat menginfeksi tubuh manusia.

Pada kucing yang menderita toxoplasmosis biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi pada

manusia tampak. Terutama berbahaya pada wanita hamil. Jika wanita hamil terserang

toxoplasmosis dapat berakibat keguguran, melahirkan bayi yang sudah meninggal, juga cacat

bentuk dan kegagalan fungsi dari organ tubuh terutama yang melibatkan sistem syaraf pusat.

Penularan melalui daging dapat dicegah dengan makan daging yang benar- benar matang. Jika

berkebun harus mencuci tangan dengan baik (menggunakan sabun) setelah berkebun. Pada

wanita hamil sebaiknya menghindari tempat kotoran kucing . Bagi pemelihara kucing sebaiknya

tempat kotoran kucing dibersihkan setiap hari.

Trichinellosis yang disebabkan oleh Trichinella spiralis

Parasit ini berkembang biak dalam tubuh babi. Infeksi terjadi jika makan daging babi mentah

atau setengah masak. Larva yang infeksius biasanya terdapat pada otot / daging babi.

Pada daerah yang penduduknya tidak makan daging atau tidak memperbolehkan makan daging

babi, kejadian Trichinellosis sangat rendah. Gejala trichinellosis pada manusia adalah udema

(pembengkakan) pada periorbital (bagian mata), demam dan sakit pada otot dan sendi.

Foodborne desease oleh _-Taenia saginata__

Cacing ini hidup dan berkembang biak dalam tubuh sapi. Kejadian infeksi oleh cacing ini jarang

tetapi sering terjadi di daerah dimana penduduknya sering makan daging sapi mentah. Tindakan

pencegahan adalah pengontrolan yang ketat di rumah potong hewan, pembuangan kotoran

manusia yang aman (tidak di sembarang tempat). Pemasakan daging yang baik atau jika daging

dibekukan sebaiknya selama 5 hari pada suhu -10°C.

Page 11: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

Cystiserkosis oleh Taenia solium

Cacing ini hidup dan berkembang biak didalam tubuh babi. Infeksi dapat terjadi jika orang

makan daging babi mentah atau yang dimasak setengah matang. Cacing ini dalam bentuk

cysticerci dapat menyerang organ mata, jantung, otak , sumsum tulang belakang selain saluran

pencernaan pada babi dan manusia.

Sumber : Cliver O. Dean. 1990. Foodborne Disease. Food Research Institute, Department of

Bacteriology and WHO collaboratoring on Food Virology and WHO , University of Wisconsin,

Madison, Wisconsin, USA.

Penulis: drh. Rochmiyati Setiadi. Editor: Dian Supraptohttp://www.kharisma.de/?q=node/175

Page 12: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)

Oleh : Ellen Demi Winata / 105100401111018Sumber : http://www.who.int/immunization/topics/typhoid/en/

Pengertian Food Borne DiseaseFood and water borne disease berarti penyakit yang menular lewat makanan dan

minuman. Prevalensinya merupakan urutan kedua setelah air borne disease, disebabkan karena

penularannya yang mudah, yaitu melalui materi yang dibutuhkan orang setiap hari. Sumber

penularan umumnya kotoran penderita, dan masuk ke saluran pencernaan melalui mulut,

sehingga disebut juga fecal-oral transmission route. Penularan food and water borne disease ini

sangat dipengaruhi oleh sanitasi dan kebersihan. Beberapa penyakit juga bersumber dari hewan.

Definisi Typhoid

Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi, basil tifus. Hal ini ditandai dengan

timbulnya tiba-tiba demam berkelanjutan, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, sembelit

atau kadang-kadang diare. Bentuk yang parah telah dijelaskan dengan kebodohan mental dan

meningitis. Fatalitas kasus tingkat 10% dapat dikurangi hingga kurang dari 1% dengan terapi

antibiotik yang sesuai. Namun, strain resisten terhadap antibiotik yang direkomendasikan

kloramfenikol dan lainnya (ampisilin, kotrimoksazol dan bahkan ciprofloxacin) telah menjadi

lazim di beberapa wilayah di dunia. Paratifoid demam dapat disebabkan oleh salah satu dari tiga

serotipe S. paratyphi A, B dan C. Hal ini mirip dengan gejala demam tifoid untuk, tetapi

cenderung ringan, dengan tingkat kematian lebih rendah.

Demam tifoid disebabkan oleh S. typhi, basil Tifoid. Untuk tujuan studi epidemiologis

maka prosedur pemeriksaan laboratorium “phage typing” dan “pulsed field gel electrophoresis”

dari S. typhi mempunyai nilai yang tinggi untuk melakukan identifikasi terhadap isolat. Untuk

demam paratifoid dikenal ada 3 serovarians S. enterica yaitu : S. paratyphi A, S. paratyphi B, S.

paratyphi C. Dikenal beberapa macam “phage types”.

Distribusi Penyakit

Penyakit ini tersebar merata diseluruh dunia. Insidensi penyakit demam tifoid diseluruh

dunia mencapai 17 juta setahun dengan jumlah kematian sebanyak 600.000 orang. Di Amerika

Serikat demam tifoid muncul sporadis dan relatif konstan berkisar antara 500 kasus setahun

selama bertahun-tahun (bandingkan dengan demam tifoid yang dilaporkan sebanyak 2484 pada

tahun 1950).Dengan memasyarakatnya perilaku hidup bersih dan sehat, memasyarakatnya

pemakaian jamban yang saniter maka telah terjadi penurunan kasus demam Tifoid, dan yang

terjadi di Amerika Serikat adalah kasus import dari daerah endemis. Sekarang sering ditemukan

Page 13: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

strain yang resisten terhadap kloramfenikol dan terhadap antibiotika lain yang umum digunakan

untuk demam tifoid. 558 Kebanyakan isolat yang dikumpulkan pada tahun 90an dari Asia

Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah dan Afrika Timur Laut adalah strain yang membawa

plasmid dengan faktor R yang membawa kode resistens terhadap berbagai jenis antibiotika yang

dulu umum dipakai untuk mengobati demam tifoid seperti kloramfenikol, amoksisilin,

trimetroprim/sulfametoksasol. Demam paratifoid muncul secara sporadis atau muncul sebagai

KLB terbatas, mungkin juga kejadiannya lebih banyak daripada yang dilaporkan. DI AS dan

Kanada demam paratifoid jarang teridentifikasi. Dari ketiga jenis demam paratifoid, paratifoid B

adalah yang paling sering ditemukan, paratifoid A lebih jarang dan yang paling jarang adalah

paratifoid C. Reservoir

Manusia merupakan reservoir bagi tifoid maupun paratifoid; walapun jarang binatang

peliharaan dapat berperan sebagai reservoir bagi paratifoid. Kontak dalam lingkungan keluarga

dapat berupa carrier yang permanen atau carrier sementara. Status carrier dapat terjadi setelah

serangan akut atau pada penderita subklinis. Sedangkan carrier kronis sering terjadi pada mereka

yang kena infeksi pada usia pertengahan terutama pada wanita; carrier biasanya mempunyai

kelainan pada saluran empedu termasuk adanya batu empedu. Status carrier kronis pada saluran

kemih terjadi pada penderita schitosomiasis. Pernah terjadi KLB demam paratifoid di Inggris,

sapi perah yang mengeluarkan mikroorganisme Paratyphi B didalam susu dan kotoran mereka

diketahui sebagai penyebab terjadinya KLB.

Cara-cara Penularan

Penularan terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh tinja dan urin

dari penderita atau carrier. Dibeberapa negara penularan terjadi karena mengkonsumsi kerang-

kerangan yang berasal dari air yang tercemar, buah-buahan, sayur-sayuran mentah yang dipupuk

dengan kotoran manusia, susu dan produk susu yang terkontaminasi oleh carrier atau penderita

yang tidak teridentifikasi. Lalat dapat juga berperan sebagai perantara penularan memindahkan

mikroorganisme dari tinja ke makanan. Di dalam makanan mikroorganisme berkembang biak

memperbanyak diri mencapai dosis infektif, dimana dosisnya lebih rendah pada tifoid

dibandingkan dengan paratifoid.

Masa Inkubasi

Masa inkubasi tergantung pada besarnya jumlah bekteri yang menginfeksi; masa inkubasi

berlangsung dari 3 hari sampai dengan 1 bulan dengan rata-rata antara 8 – 14 hri. Untuk

gastroenteris yang disebabkan oleh paratifoid masa inkubasi berkisar antara 1 – 10 hari.

Page 14: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

Masa Penularan

Selama basil ditemukan didalam tinja selama itu dapat terjadi penularan, biasanya terjadi

penularan pada minggu pertama sakit dan selama periode konvalesens; waktu ini dapat bervariasi

(untuk paratifoid biasanya masa penularan berlangsung antara 1 – 2 minggu) sekitar 10% dari

penderita demam tifoid yang tidak diobati selama tiga bulan akan terus menerus mengeluarkan

basil setelah munculnya gejala awal dan 2 – 5% penderita akan menjadi carrier kronis; sebagian

kecil penderita yang terinfeksi oleh paratifoid dapat menjadi carrier permanen pada kandung

empedu.

Kerentanan dan Kekebalan

Setiap orang rentan terhadap infeksi, kerentanan ini meningkat pada orang yang

menderita akhlorhidria atau pada orang yang menderita infeksi HIV. Imunitas spesifik relatif

dapat timbul setelah seseorang mengalami infeksi baik yang menunjukkan gejala klinis maupun

pada mereka yang tapa gejala. Imunitas dapat juga muncul setelah pemberian imunisasi.

Didaerah endemis demam tifoid sering ditemukan pada anak prasekolah dan anak-anak berusia 5

– 19 tahun.

Cara-cara Pencegahan

1. Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya mencuci tangan setelah buang air

besar dan sebelum memegang makanan dan minuman, sediakan fasilitas untuk mencuci tangan

secukupnya. Hal ini terutama penting bagi mereka yang pekerjaannya sebagai penjamah

makanan dan bagi mereka yang pekerjaannya merawat penderita dan mengasuh anak-anak.

2. Buanglah kotoran pada jamban yang saniter dan yang tidak terjangkau oleh lalat. Pemakaian

kertas toilet yang cukup untuk mencegah kontaminasi jari. Ditempat yang tidak ada jamban, tinja

ditanam jauh dari sumber air dihilir.

3. Lindungi sumber air masyarakat dari kemungkinan terkontaminasi. Lakukan pemurnian dan

pemberian klorin terhadap air yang akan didistribusikan kepada masyarakat. Sediakan air yang

aman bagi perorangan dan rumah tangga. Hindari kemungkinan terjadinya pencemaran

(backflow) antara sistem pembuangan kotoran (sewer system) dengan sistem distribusi air. Jika

bepergian untuk tujuan pikinik atau berkemah air yang akan diminum sebaiknya direbus atau

diberi bahan kimia.

4. Berantas lalat dengan menghilangkan tempat berkembang biak mereka dengan sistem

pengumpulan dan pembuangan sampah yang baik. Lalat dapat juga diberantas dengan

Page 15: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

menggunakn insektisida, perangkap lalat dengan menggunakan umpan, pemasangan kasa.

Jamban konstruksinya dibuat sedemikian rupa agar tidak dapat dimasuki lalat.

5. Terapkan standar kebersihan pada waktu menyiapkan dan menangani makanan; simpan makanan

dalam lemari es pada suhu yang tepat. Perhatian khusus harus diberikan pada salad dan makanan

lain yang dihidangkan dalam keadaan dingin. Standar kebersihan ini berlaku untuk makanan

yang disiapkan dirumah tangga maupun yang akan disajikan untuk umum. Jika kita kurang yakin

akan standar kebersihan ditempat kita makan, pilihlah makanan yang panas dan buah-buahan

sebaiknya dikupas sendiri.

6. Lakukan pasteurisasi terhadap susu dan produk susu. Lakukan pengawasan yang ketat terhadap

sanitasi dan aspek kesehatan lainnya terhadap produksi, penyimpanan dan distribusi produk susu.

7. Terapkan peraturan yang ketat tentang prosedur jaga mutu terhadap industri yang memproduksi

makanan dan minuman. Gunakan air yang sudah diklorinasi untuk proses pendinginan pada

waktu dilakukan pengalengan makanan.

8. Batasi pengumpulan dan penjualan kerang-kerangan dari sumber yang jelas yang tidak tercemar.

Rebuslah kerang sebelum dihidangkan.

9. Beri penjelasan yang cukup kepada penderita, penderita yang sudah sembuh dan kepada carrier

tentang cara-cara menjaga kebersihan perorangan. Budayakan kebiasaan mencuci tangan dengan

sabun setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan.

10. Promosikan pemberian air susu ibu kepada bayi yang sedang menyusui. Rebuslah susu dan air

yang akan dipakai untuk makanan bayi.Carrier dilarang untuk menangani/menjamah makanan

dan dilarang merawat penderita. Lakukan identifikasi terhadap carrier dan lakukan pengawasan

terhadap mereka. Pembuatan kultur dari sampel limbah dapat membantu untuk menentukan

lokasi carrier. Carrier kronis harus diawasi dengan ketat dan dilarang melakukan pekerjaan yang

dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Yang bersangkutan dapat dibebaskan dari

larangan ini apabila sudah memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu

tiga kali berturut-turut sampel tinja yang diperiksa menunjukkan hasil negatif, khusus untuk

daerah endemis schistosomiasis sampel yang diambil adalah sampel urin. Sampel diambil

dengan interval satu bulan dan 48 jam setelah pemberian antibiotika terakhir. Sampel yang baik

adalah tinja segar. Dan dari tiga sampel yang berturut-turut diambil dengan hasil negatif minimal

satu sampel harus diambil dengan cara melakukan lavemen/klisma. Penelitian yang dilakukan

akhir-akhir ini menemukan bahwa penggunaan derivat quinolone yang baru yang diberikan

secara oral memberikan hasil yang baik untuk mengobati carrier walaupun ada kelainan empedu;

untuk mengetahui apakah telah terjadi penyembuhan perlu dilakukan pemeriksaan kultur.

11. Untuk demam tifoid pemberian imunisasi tidak dianjurkan di AS. Saat ini imunisasi hanya

diberikan kepada mereka dengan risiko tinggi seperti petugas laboratorium mikrobiologis,

Page 16: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

mereka yang bepergian kedaerah endemis, mereka yang tinggal didaerah endemis, anggota

keluarga dengan carrier. Vaksin yang tersedia adalah vaksin oral hidup yang mengandung S.

Typhi strain Ty21a (diperlukan 3 – 4 dosis dengan interval 2 hari), dan vaksin parenteral yang

beredar adalah vaksin dosis tunggal yang berisi Vi antigen polisakarida. Vaksin oral yang berisi

Ty21a jangan diberikan kepada penderita yang sedang mendapatkan pengobatan antibiotika atau

pengobatan anti malaria, mefloquine. Oleh karena sering menimbulkan efek samping yang berat

maka vaksin “whole cell” yang diinaktivasi dianjurkan untuk tidak digunakan. Vaksin dosis

tunggal yang mengandung Vi antigen polisakarida adalah vaksin pilihan, karena kurang

reaktogenik. Dosis booster perlu diberikan kepada mereka yang secara terus menerus

mempunyai risiko tertular. Booster diberikan dengan interval antara 2 – 5 thun tergantung jenis

vaksinnya. Demam paratifoid: ujicoba dilapangan dengan menggunakan vaksin oral tifoid

(Ty21a) memberikan perlindungan parsial terhadap paratifoid, namun perlindungan yang

diberikan tidak sebaik terhadap tifoid.

Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya

1. Laporan kepada institusi kesehatan setempat; Tifoid wajib dilaporkan disebagian besar negara

bagian dan negara didunia, kelas 2A (Lihat tentang pelaporan penyakit menular).

2. Isolasi: Pada waktu sakit, lakukan kewaspadaan enterik; sebaiknya perawatan dilakukan dirumah

sakit pada fase akut. Supervisi terhadap penderita dihentikan apabila sampel yang diambil 3 kali

berturut-turut dengan interval 24 jam dan 48 jam setelah pemberian antibiotika terakhir

memberikan hasil negatif. Pengambilan sampel tidak boleh kurang dari satu bulan setelah onset.

Sampel yang diambil adalah tinja dan urin untuk penderita di daerah endemis schistosomiasis.

Jika salah satu sampel memberi hasil positif maka ulangi pembuatan kultur dengan interval satu

bulan selama 12 bulan setelah onset, sampai 3 kali beturu-turut sampel yang diambil hasilnya

negatif.

3. Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan terhadap tinja, urin dan alat-alat yang tercemar. Di

negara maju dengan fasilitas sistem pembuangan kotoran yang baik, tinja dapat dibuang

langsung kedalam sistem tanpa perlu dilakukan disinfeksi terebih dulu. Dilakukan pembersihan

menyeluruh.

4. Imunisasi terhadap kontak: Pemberian imunisasi rutin terhadap anggota keluarga, petugas

kesehatan dengan vaksin tifoid kurang begitu bermanfaat walaupun mereka terpajan dengan

penderita tifoid. Namun vaksinasi masih bermanfaat diberikan kepada mereka yang terpajan

dengan carrier. Tidak ada vaksin yang efektif untuk demam paratifoid A.

5. Lakukan investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi: Sumber infeksi yang sebenarnya dan

sumber infeksi yang potensial harus diidentifikasi dengan cara melakukan pelacakan penderita

yang tidak dilaporkan, carrier dan melacak makanan, susu, air, kerang-kerangan yang

Page 17: Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)blog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/FOOO-BORNE-DISEASE.docx · Web viewpembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia.

terkontaminsai. Seluruh anggota grup pelancong yang salah satu anggotanya adalah penderita

tifoid harus diamati. Titer antibodi terhadap purified Vi polysaccharide mengidentifikasikan yang

bersangkutan adalah carrier. Jika ditemukan tipe phage yang sama pada organisme yang diisolasi

dari penderita dan carrier menunjukan telah terjadi penularan.

6. Pengobatan spesifik: Meningkatnya resistensi terhadap berbagai macam strain menentukan jenis

obat yang dipakai untuk terapi secara umum, untuk orang dewasa ciprofloxacin oral dianggap

sebagai obat pilihan terutama untuk penderita tifoid di Asia. Belakangan ini dilaporkan bahwa

telah terjadi penurunan sensitivitas pada penelitian in vivo terhadap berbagai strain Asia. Untuk

strain lokal yang masih sensitf terhadap pengobatan maka obat-obatan oral seperti kloramfenikol,

amoksisilin atau TMP-SMX (untuk anak-anak) masih cukup efektif untuk mengobati penderita

akut. Sedangkan ceftriaxone obat parenteral yang diberikan sekali sehari sangat bermanfaat

diberikan kepada penderita obtunded atau kepada penderita dengan komplikasi dimana tidak bisa

diberikan pengobatan antibiotika oral. Pemberian kartikosteroid dosis tinggi dalam jagka pendek

dikombinasikan dengan pemberian antibiotika serta terapi suportif membantu menurunkan angka

kematian pada penderita berat. Untuk pengobatan kepada carrier lihat uraian pada bagian 9A11

diatas. Penderita schistosomiasis yang menderita tifoid selain pemberian terapi untuk tifoidnya

maka diberikan juga praziquantel untuk menghilangkan kemungkinan cacing schistosoma

membawa basil S. Typhi.

Penanggulangan wabah

1. Lakukan pelacakan secara intensif terhadap penderita dan carrier yang berperan sebagai smber

peularan. Cari dan temukan media (air, makanan) yang tercemar yang menjadi sumber

penularan.

2. Lakukan pemusnahan terhadap makanan yang diduga sebagai sumber penularan.

3. Lakukan pasteurisasi atau rebuslah susu yang akan dikonsumsi. Singkirkan seluruh suplai susu

dan makanan yang diduga tercemar untuk tidak dikonsumsi pada saat sampai diketahui bahwa

susu dan makanan tersebut aman untuk dikonsumsi.

4. Terhadap sumber air yang diduga tercemar dilakukan klorinasi sebelum digunakan dengan

supervisi yang ketat. Apabila tindakan klorinasi tidak dapat dilakukan, air dari sumber yang

diduga tercemar tersebut jangan digunakan, semua air minum harus diklorinasi, diberi iodine

atau direbus sebelum diminum.

5. Pemberian imunisasi secara rutin tidak dianjurkan.