Top Banner
FLUKS CO 2 DAN KEDALAMAN MUKA AIR TANAH PADA LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SERUYAN, KALIMANTAN TENGAH ETIKA AGRIANITA A14070036 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
47

Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

Mar 27, 2019

Download

Documents

lydang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

FLUKS CO2 DAN KEDALAMAN MUKA AIR TANAH

PADA LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

SERUYAN, KALIMANTAN TENGAH

ETIKA AGRIANITA

A14070036

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

RINGKASAN

ETIKA AGRIANITA. Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan

Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit Seruyan, Kalimantan Tengah. Di bawah

bimbingan SUPIANDI SABIHAM dan SURIA D. TARIGAN.

Pembuatan saluran drainase pada lahan gambut di perkebunan kelapa

sawit bertujuan untuk memperbaiki kondisi lahan tersebut sebagai media

pertumbuhan tanaman. Namun akibat lain yang ditimbulkannya adalah lahan

dapat menjadi bersifat oksidatif sebagai akibat dari penurunan kedalaman muka

air tanah yang dihasilkan. Kondisi lahan yang bersifat oksidatif tersebut dapat

mempercepat proses dekomposisi bahan organik dan juga meningkatkan emisi gas

CO2. Mekanisme proses keluarnya gas CO2 dari dalam tanah ke atmosfer sangat

kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kedalaman muka air

tanah terhadap fluks CO2 yang dihasilkan dari lahan gambut di perkebunan kelapa

sawit.

Fluks CO2 adalah besarnya aliran konsentrasi CO2 yang keluar dari suatu

luasan lahan tertentu pada periode tertentu, biasanya dinyatakan dalam

mg/m2/jam. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menguji

nilai korelasi antara kedalaman muka air tanah dan fluks CO2, serta melihat

pengaruh lokasi pengukuran, ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut

terhadap nilai fluks CO2.

Fluks CO2 yang dihasilkan pada lahan gambut dari beberapa kebun

menunjukkan hasil yang bervariasi. Berdasarkan lokasi pengukuran, nilai fluks

CO2 pada piringan di Kebun Sulin-1 dan Tanjung Paring lebih tinggi

dibandingkan di luar piringan yaitu masing-masing 626,49 mg/m2/jam dan

1046,34 mg/m2/jam. Berdasarkan kedalaman muka air tanah, nilai fluks CO2

tertinggi berada di Kebun Tanjung Paring pada kedalaman 30 cm sebesar 1334,00

mg/m2/jam, sedangkan yang terendah berada di Kebun Nahiyang-2 pada

kedalaman 45 cm sebesar 280,08 mg/m2/jam. Berdasarkan tingkat dekomposisi

dan ketebalan gambut, rata-rata fluks CO2 tertinggi terdapat di Kebun Tanjung

Paring dengan tingkat dekomposisi saprik dan ketebalan >330 cm. Secara umum,

kedalaman muka air tanah saat musim hujan pada lahan gambut di lokasi

penelitian tidak memberikan pengaruh yang jelas terhadap nilai fluks CO2.

Kata Kunci : Fluks CO2, Gambut, Kedalaman muka air tanah

Page 3: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

SUMMARY

ETIKA AGRIANITA. CO2 Flux and Depth of Ground Water on Peatlands in

Seruyan Oil Palm Plantations, Central Kalimantan. Under Supervision of

SUPIANDI SABIHAM and SURIA D. TARIGAN.

The aim to construct the drainage channels on peatlands was to improve

the lands for providing the condition of soil water content that can support plant

growth. However, this effort promotes the change of the land into an oxidative

condition due to decreasing ground water level that is generated. Oxidative

condition accelerates the decomposition of organic materials and increases

CO2 emissions from peatlands. The mechanism of CO2 release from peatlands

into the atmosphere is very complex. The objective of this study was to observe

the influence of ground water level on the flux of CO2 emitted from peatlands in

oil palm plantations.

Flux of CO2 can be expressed as the amount of CO2 concentration that is

release from a certain area in a specific period and usually expressed in

mg/m2/hour. The analysis was conducted to examine the correlation between the

depth of the groundwater and CO2 flux, as well as study the influence of location

in which the flux was measured, peat thickness and peat decomposition degree on

CO2 flux.

Flux of CO2 produced from peatlands showed varying results. Based on

the location, the CO2 flux from peat under canopy in Sulin-1 and Tanjung Paring

was higher than that outside canopy that were 626.49 mg/m2/hour and 1046.34

mg/m2/hour, respectively. However, based on the ground water level, the highest

CO2 flux was 1334.00 mg/m2/hour in Tanjung Paring at 30 cm depth, meanwhile

the lowest value was 280.08 mg/m2/hour in Nahiyang-2 at 45 cm depth. Based on

the decomposition rate and the thickness of peat, the average CO2 flux was the

highest in the peatland of Tanjung Paring having sapric decomposition degree

with the peat thickness higher than 330 cm. In general, the effect of ground water

level in peatlands at the study area was not significant on the CO2 flux during

rainy season.

Keywords: CO2 flux, Peatlands, Depth of Ground Water

Page 4: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

FLUKS CO2 DAN KEDALAMAN MUKA AIR TANAH

PADA LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

SERUYAN, KALIMANTAN TENGAH

ETIKA AGRIANITA

A14070036

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 5: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

Judul Skripsi : Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada

Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit

Seruyan, Kalimantan Tengah

Nama Mahasiswa : Etika Agrianita

NRP : A14070036

Departemen : Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr Dr. Ir. Suria D. Tarigan, M.Sc

NIP. 19490105 197403 1 001 NIP. 19620305 198703 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Dr.Ir. Syaiful Anwar, M.Sc

NIP. 19621113 198703 1 003

Tanggal Lulus:

Page 6: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 16 Agustus 1989

sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Sumarto (Ayah) dan

Aryani S.Pd (Ibu). Penulis memulai studinya di Taman Kanak-Kanak (TK)

Kartika II-27 Bandar Lampung tahun 1995. Kemudian melanjutkan sekolah dasar

di SD Kartika II-5 Bandar Lampung sampai tahun 2001. Tahun 2004 penulis

menyelesaikan pendidikan dari SMP Negeri 2 Bandar Lampung. Selanjutnya pada

tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 9 Bandar Lampung kemudian

berkesempatan masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB.

Selama perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa

Ilmu Tanah sebagai anggota Divisi Infokom (2008-2009) dan Rumah Kompos

sebagai sekretaris (2008-2009). Selain itu penulis juga pernah aktif dalam

berbagai kepanitian yang diselenggarakan BEM Fakultas Pertanian IPB seperti

Gebyar Pertanian 2008, Seminar Pertanian Nasional 2008 dan Seri-A 2009.

Selain itu juga sebagai Panitia Wisuda Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya

Lahan, Masa Perkenalan Departemen (MPD) 2008, Open House Departemen Ilmu

Tanah dan Sumberdaya Lahan 2008, Seminar Nasional Soil & Palm Oil 2009,

Portan 2009 dan Poelang Kandang Soiler 2009 yang diselenggarakan oleh

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB .

Page 7: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut di

Perkebunan Kelapa Sawit Seruyan, Kalimantan Tengah”. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat meraih gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu

Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima

kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr selaku Dosen Pembimbing Skripsi I

sekaligus Pembimbing Akademik penulis sejak masuk ke Departemen

Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan yang senantiasa memberikan

bimbingan, saran, arahan, nasehat serta motivasi selama kuliah dan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Suria D. Tarigan, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang

telah memberikan bimbingan, arahan, masukan serta saran dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Lilik Tri Indriyati, M.Sc selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan kritik, saran, dan masukan kepada penulis dalam

memperbaiki penulisan skrpisi ini.

4. Seluruh anggota Tim IPB serta Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan Pertanian (2011) yang telah membantu penulis dalam

penelitian.

5. Seluruh Dosen Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan yang telah

mendidik penulis selama kuliah.

6. Pegawai Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah serta seluruh staff dan

karyawan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.

7. Ibu, Ayah, Mbak Ema, Kak Eryk, Cicik, dan Ariyan Dwiyantara serta

seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan moril dan materil

serta semangat kepada penulis.

Page 8: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

8. Teman-teman semasa kuliah (Evi, Eni, Heni, Nindi) dan seluruh anggota

keluarga besar Soilscaper 44.

Kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dalam skripsi ini

sehingga bisa menjadi lebih baik. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Oktober 2011

Penulis

Page 9: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3

2.1 Gambut................................................................................................. 3

2.1.1 Pengertian Tanah Gambut ............................................................. 3

2.1.2 Gambut di Indonesia ..................................................................... 4

2.1.3 Sifat-Sifat Tanah Gambut ............................................................. 4

2.2 Emisi Gas Rumah Kaca ....................................................................... 7

2.3 Emisi Karbon Dioksida dari Lahan Gambut ......................................... 8

III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 11

3.1 Waktu Pengumpulan Data Penelitian ................................................... 11

3.2 Metode ................................................................................................ 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 14

4.1 Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut Kabupaten Seruyan ......... 14

4.2 Fluks CO2 di Dalam dan Luar Piringan pada Lahan Gambut ................ 15

4.3 Kedalaman Muka Air Tanah dan Fluks CO2 pada Lahan Gambut ........ 17

4.4 Tingkat Dekomposisi, Ketebalan dan Fluks CO2 pada Lahan Gambut .. 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 26

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 26

5.2 Saran ................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 27

LAMPIRAN .................................................................................................. 29

Page 10: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Jenis dan Metode Analisis Tanah ................................................................ 12

2. Perkebunan Kelapa Sawit pada Lahan Gambut di Kabupaten Seruyan ........ 14

3. Fluks CO2 dari Lahan Gambut pada Lokasi Penelitian Berdasarkan Jarak

dari Saluran Drainase dan Lokasi Pengukuran ............................................ 15

4. Fluks CO2 dari Lahan Gambut Berdasarkan Kedalaman Muka Air Tanah

pada Lokasi Penelitian ................................................................................ 18

5. Tingkat Dekomposisi, Ketebalan dan Fluks CO2 pada Lahan Gambut di

Lokasi Penelitian ........................................................................................ 22

Page 11: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Rata-Rata Fluks CO2 dari Lahan Gambut pada Setiap Kebun berdasarkan

Lokasi Pengukuran ..................................................................................... 17

2. Diagram Pencar Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lokasi

Penelitian ................................................................................................... 19

3. Diagram Pencar Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah di Dalam

Piringan pada Lokasi Penelitian .................................................................. 20

4. Diagram Pencar Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah di Luar

Piringan pada Lokasi Penelitian .................................................................. 22

5. Fluks CO2 dan Tingkat Dekomposisi Gambut pada Lokasi Penelitian......... 23

6. Fluks CO2 dan Tingkat Ketebalan Gambut pada Lokasi Penelitian ............. 24

Page 12: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Data Sifat Kimia dari Contoh Tanah Gambut pada Setiap Lokasi Penelitian

di Perkebunan Kelapa Sawit ....................................................................... 30

2. Data Sifat Tanah Gambut pada Setiap Lokasi Penelitian di Perkebunan

Kelapa Sawit .............................................................................................. 31

3. Hasil Perhitungan Fluks CO2 pada Lokasi Penelitian di Perkebunan Kelapa

Sawit .......................................................................................................... 32

4. Gambar Hubungan Kedalaman Muka Air Tanah dan Fluks CO2 pada

Lahan Gambut di Setiap Lokasi Penelitian ................................................. 34

Page 13: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah gambut merupakan tanah yang memiliki ciri utama berupa

kandungan bahan organik yang tinggi yang berasal dari sisa-sisa jaringan

tanaman. Menurut Radjagukguk (1997) gambut merupakan tanah yang terbentuk

dari bahan organik yang terdekomposisi secara anaerob di mana laju penambahan

bahan organik lebih cepat dari pada laju dekomposisinya. Keadaan yang demikian

terjadi pada tempat-tempat yang selalu tergenang air sehingga sirkulasi oksigen

sangat lambat. Hal tersebut akan memperlambat laju dekomposisi bahan organik,

sehingga bahan organik menjadi terakumulasi. Biomassa tanaman menyimpan

CO2 dari udara melalui proses fotosintesis mengakibatkan tanah gambut menjadi

salah satu carbon sink yang memiliki peran penting dalam mempengaruhi status

karbon di bumi dan atmosfer. Lahan gambut hanya meliputi 3% dari luas daratan

di seluruh dunia, namun menyimpan 550 Gigaton C atau setara dengan 30%

karbon tanah, 75% dari seluruh karbon atmosfer, setara dengan seluruh karbon

yang dikandung biomassa (massa total makhluk hidup) daratan dan setara dengan

dua kali simpanan karbon semua hutan di seluruh dunia (Joosten, 2007 dalam

Agus dan Subiksa, 2008)

Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis, yaitu

sekitar 21 juta ha, yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua (BB

Litbang SDLP, 2008 dalam Agus dan Subiksa, 2008). Peningkatan jumlah

penduduk setiap tahunnya mengakibatkan meningkatnya luas lahan yang

digunakan untuk berbagai kegiatan, termasuk lahan gambut. Saat ini lahan gambut

banyak digunakan untuk perkebunan kelapa sawit. Peningkatan jumlah luas lahan

gambut yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit berkembang seiring

dengan keinginan perusahaan baik swasta maupun milik pemerintah untuk

meningkatkan produksi minyak kelapa sawit. Selain itu adanya fakta keberhasilan

dalam penggunaan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit juga

mempengaruhi pengembangan sektor agribisnis kelapa sawit di lahan gambut.

Pengelolaan kebun kelapa sawit memerlukan lahan yang cukup air namun

tidak tergenang, sedangkan tanah gambut merupakan tanah yang memiliki kadar

Page 14: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

2

air yang sangat tinggi. Gambut yang masih mentah (gambut fibrik) dapat

menyimpan air sangat besar antara 500%-1000% bobot (Noor, 2001). Faktor

utama yang menyebabkan kadar air gambut tersebut tinggi dikarenakan adanya

pengaruh bentuk cekungan dari tanah mineral di bawahnya yang menyebabkan air

di dalam lahan tersebut tidak bisa keluar. Hal tersebut menyebabkan drainase

lahan gambut menjadi faktor utama yang diperhatikan dalam pengelolaannya

untuk perkebunan kelapa sawit. Drainase yang dilakukan pada lahan gambut akan

mempercepat proses dekomposisi bahan organik pada lahan tersebut, yang

akhirnya akan melepaskan gas CO2 ke atmosfer.

Emisi gas CO2 beberapa tahun terakhir menjadi topik utama beberapa

peneliti, termasuk emisi yang dihasilkan oleh lahan gambut. Dalam keadaan hutan

alami lahan gambut merupakan penyerap (sink) CO2. Dengan demikian, hutan

gambut alami tumbuh secara perlahan dan kandungan karbonnya bertambah

tinggi. Namun apabila hutan gambut diganggu, maka lahan gambut berubah

fungsi dari penyerap menjadi sumber emisi CO2 yang merupakan gas rumah kaca

terpenting. Konversi hutan gambut menyebabkan perubahan siklus karbon dan

mempengaruhi fluks CO2, yakni besarnya aliran konsentrasi CO2 yang keluar dari

suatu luasan lahan tertentu pada periode tertentu, biasanya dinyatakan dalam

mg/m2/jam. Fluks yang dihasilkan dari pengukuran dapat dikonversikan menjadi

emisi yang dilepaskan ke atmosfer. Besarnya peningkatan emisi CO2 dari lahan

gambut dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya proses perubahan fungsi

lahan gambut menjadi perkebunan. Mengingat pentingnya proses drainase dalam

pengelolaan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit, dan juga CO2 yang

perlu diperhatikan pengaruhnya pada lingkungan, maka diperlukan penelitian

mengenai fluks CO2 yang dihasilkan serta pengaruh kedalaman muka air dalam

sistem drainase pada kebun kelapa sawit di atas lahan gambut.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kedalaman

muka air tanah terhadap fluks CO2 yang dihasilkan dari lahan gambut di

perkebunan kelapa sawit.

Page 15: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambut

2.1.1 Pengertian Tanah Gambut

Gambut mempunyai banyak istilah padanan dalam bahasa asing, antara

lain peat, bog, moor, mire, atau fen. Gambut diartikan sebagai material atau bahan

organik yang tertimbun secara alami dalam keadaan basah berlebihan, bersifat

tidak mampat dan tidak atau hanya sedikit mengalami perombakan. Dalam

pengertian ini, tidak berarti bahwa setiap timbunan bahan organik yang basah

adalah gambut. Menurut Andriesse (1992) dalam Noor (2001), gambut adalah

tanah organik (organic soils), tetapi tidak berarti bahwa tanah organik adalah

tanah gambut. Sebagian petani menyebut tanah gambut dengan istilah tanah

hitam, karena warnanya hitam dan berbeda dengan jenis tanah lainnya. Tanah

gambut yang telah mengalami perombakan secara sempurna sehingga bagian

tumbuhan aslinya tidak dikenali lagi dan kandungan mineralnya tinggi disebut

tanah bergambut (muck, peatymuck, mucky).

Menurut Hardjowigeno (1986) gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa

tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum. Timbunan terus

bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob dan/atau

kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan

biota pengurai. Pembentukan tanah gambut merupakan proses geogenik yaitu

pembentukan tanah yang disebabkan oleh proses deposisi dan transportasi,

berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral yang pada umumnya

merupakan proses pedogenik.

Dalam kunci taksonomi tanah (Soil Survey Staff 1999) gambut dikelaskan

dalam Order Histosol. Gambut merupakan bahan tanaman atau organisme mati

yang terlapuk dengan fraksi mineral < ½ berat tanah dan memenuhi syarat-syarat

berikut :

1. Jenuh air < 30 hari (kumulatif) setiap tahun dalam tahun-tahun normal

dan mengandung 20% karbon organik, atau

2. Jenuh air selama > 30 hari (kumulatif) setiap tahun dalam tahun-tahun

normal dan tidak termasuk perakaran hidup, mempunyai karbon organik

Page 16: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

4

sebesar :

a. 18 % atau lebih, bila fraksi mineralnya mengandung liat 60 % atau

lebih, atau

b. 12 % atau lebih, bila fraksi mineralnya tidak mengandung liat, atau

c. 12 % atau lebih ditambah (% liat x 0,1)% bila fraksi mineralnya

mengandung < 60% liat.

2.1.2 Gambut di Indonesia

Di Indonesia gambut terbentuk dalam ekosistem lahan rawa. Proses

pembentukan gambut terjadi di daerah cekungan di bawah pengaruh

penggenangan yang cukup lama (Sabiham, 2006). Barchia (2006), menyebutkan

bahwa tanah gambut terjadi di bawah kondisi yang jenuh air seperti daerah

depresi, danau dan pantai yang banyak menghasilkan bahan organik yang

melimpah oleh vegetasi yang telah beradapatasi dengan kondisi setempat seperti

rumput-rumputan, mangrove atau hutan rawa.

Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis, yaitu

sekitar 21 juta ha, yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua (BB

Litbang SDLP, 2008 dalam Agus dan Subiksa, 2008). Perluasan pemanfaatan

lahan gambut meningkat pesat di beberapa provinsi yang memiliki areal gambut

luas, seperti Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Namun karena

variabilitas lahan ini sangat tinggi, baik dari segi ketebalan gambut, kematangan

maupun kesuburannya, tidak semua lahan gambut layak untuk dijadikan areal

pertanian. Faktor pembatas utama adalah kondisi media perakaran dan unsur hara

yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman. Dari 18,3 juta ha lahan gambut di

pulau-pulau utama Indonesia, hanya sekitar 6 juta ha yang layak untuk pertanian

(Agus dan Subiksa, 2008).

2.1.3 Sifat-Sifat Tanah Gambut

Berdasarkan tingkat dekomposisinya, gambut dibedakan menjadi tiga jenis

yaitu gambut fibrik, hemik dan saprik. Gambut fibrik adalah bahan tanah gambut

yang masih tergolong mentah yang dicirikan dengan tingginya kandungan bahan-

bahan jaringan tanaman atau sisa-sisa tanaman yang masih dapat dilihat keadaan

Page 17: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

5

aslinya dengan ukuran beragam dengan diameter antara 0,15 mm hingga 2,00 cm.

Gambut hemik adalah tanah gambut yang sudah mengalami perombakan dan

bersifat separuh matang. Gambut saprik adalah bahan tanah gambut yang sudah

mengalami perombakan lanjut dan bersifat matang hingga sangat matang (Noor,

2001). Bila dilihat volume seratnya, fibrik memiliki serat 2/3 volume, hemik 1/3-

2/3 volume dan saprik kurang dari 1/3 volume.

Tingkat dekomposisi gambut sangat mempengaruhi sifat fisik tanah

gambut. Kerapatan lindak adalah salah satu pengukuran yang penting untuk

menafsirkan data analisis tanah, terutama yang menunjukkan kesuburan

(Andriesse, 2003). Kerapatan lindak atau bulk density (BD) tanah gambut sangat

rendah jika dibandingkan dengan tanah mineral. Tanah gambut memiliki BD yang

beragam antara 0,01 g/cm3- 0,20 g/cm

3. Makin rendah kematangan gambut, maka

makin rendah nilai BD-nya. Nilai BD gambut fibrik < hemik < saprik. Kerapatan

lindak yang rendah dari gambut memberi konsekuensi rendahnya daya tumpu

tanah gambut (Noor, 2001).

Kadar air tanah gambut merupakan air yang ditahan oleh gambut terutama

sebagai air kapiler dan air terjerap. Air yang tertahan secara kapiler dipengaruhi

oleh porositas total dan tingkat dekomposisi, sedangkan air yang terjerap

dipengaruhi oleh sifat koloidal dan luas permukaan spesifik gambut. Namun

demikian, kapasitas air maksimum untuk gambut fibrik 850-3000 %, gambut

hemik 450-850 %, dan gambut saprik < 450 % (Andriesse, 2003). Di lapangan

kadar air yang bervariasi ini tidak hanya mempunyai keterkaitan dengan tingkat

kematangan atau tingkat dekomposisi gambut. Kadar air yang tinggi lebih banyak

disebabkan oleh bentuk permukaan tanah mineral yang cekung berada di bawah

gambut. Dengan kemampuan menampung air yang tinggi, maka daerah cekungan

dapat berfungsi sebagai penyimpan air yang cukup besar (Sabiham, 2006).

Sifat fisik yang penting dari tanah gambut yaitu sifat kering tidak balik

(irreversible drying). Kering tidak balik berkaitan dengan kemampuan gambut

dalam menyimpan, memegang, dan melepas air. Gambut yang mengalami

kekeringan hebat setelah reklamasi atau pembukaan lahan akan berkurang

kemampuannya dalam memegang air. Keadaan ini disebut dengan kering tak

balik. Gambut yang telah mengalami kering tak balik menjadi rawan terbakar.

Page 18: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

6

Gambut yang terbakar mempunyai kemampuan memegang air tinggal sebesar

50% (Rieley et al., 1996 dalam Noor, 2001). Menurut Noor (2001) kering tak

balik besar terjadi pada gambut tropik, khususnya gambut rawa. Sebagian pakar

berpendapat bahwa penurunan kemampuan gambut yang mengalami kekeringan

dalam menyerap air merupakan akibat terbentuknya selimut (coating) penahan air.

Coulter (1975) dalam Andriesse (2003) menyatakan bahwa sifat hidrofobik

gambut dari gambut kering adalah karena adanya lapisan seperti resin yang

terbentuk pada waktu pengeringan.

Sifat lain dari tanah gambut yang penting yaitu sifat kimianya. Sifat dan

ciri kimia tanah gambut yang utama antara lain kemasaman tanah, kapasitas tukar

kation, C-organik dan kadar abu. Kemasaman (pH) tanah-tanah organik berkaitan

dengan kehadiran senyawa-senyawa organik, alumunium dan hidrogen yang dapat

dipertukarkan, serta besi sulfida dan senyawa-senyawa sulfur lain yang dapat

dioksidasi. Gambut-gambut tropika yang bersifat ombrogen dan oligotrofik, yang

mencangkup sebagian tropika daratan rendah biasanya bersifat masam atau sangat

masam dengan kisaran pH sebesar 3-4,5 (Andriesse, 2003). Kemasaman tanah

gambut cenderung makin tinggi jika gambut tersebut makin tebal. Gambut

dangkal mempunyai pH antara 4,0-5,1, sedangkan gambut dalam mempunyai pH

antara 3,1-3,9.

Kapasitas tukar kation (KTK) tanah gambut memegang peranan penting

dalam pengelolaan tanah dan menjadi penciri kesuburan tanah. Nilai KTK gambut

berkisar dari < 50 sampai lebih dari 100 cmol (+) kg-1

bila dinyatakan atas dasar

bobot tetapi lebih rendah jika dinyatakan atas dasar volume (Radjagukguk, 1997).

Nilai KTK tanah gambut sangat bergantung pada pH. Andriesse (2003)

menyatakan KTK tanah gambut pada pH 7, tanah organik yang mengalami sedikit

perombakan mempunyai KTK 100 cmol (+) kg-1

, tetapi yang mempunyai tingkat

perombakan tinggi tergolong gambut saprik mempunyai KTK sekitar 200 cmol

(+) kg-1

.

Kandungan C-organik dalam tanah gambut tergantung tingkat

dekomposisinya. Proses dekomposisi menyebabkan berkurangnya kadar karbon

dalam tanah gambut. Umumnya pada tingkat dekomposisi lanjut seperti hemik

dan saprik akan menunjukkan kadar C-organik lebih rendah dibandingkan dengan

Page 19: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

7

fibrik. Kandungan C-organik gambut dapat bervariasi dari 12-60%. Kisaran

besaran ini menunjukkan jenis bahan organik, tahap dekomposisi dan

kemungkinan juga metode pengukurannya (Andriesse, 2003).

Kadar abu pada gambut alami yang belum terganggu tergolong rendah.

Kadar abu yang rendah menunjukkan bahwa tanah gambut tersebut miskin.

Semakin tinggi kadar abu, maka semakin tinggi mineral yang dikandungnya.

Radjagukguk (1997) di dalam penelitiannya menyatakan bahwa kadar abu gambut

Indonesia berkisar 2,4%-16,9%. Semakin dalam ketebalan gambut, makin rendah

kadar abunya. Kadar abu sangat dalam (>3m) sekitar 5%, gambut dalam dan

tengahan (1-3m) berkisar 11%-12% dan gambut dangkal sekitar 15% (Noor,

2001).

2.2 Emisi Gas Rumah Kaca

Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer saat ini terus menjadi

perhatian serius dari masyarakat global karena pengaruhnya terhadap lingkungan.

Pembakaran energi fosil karbon dan konversi hutan hujan tropis menjadi sorotan

utama penyebab pelepasan gas rumah kaca seperti CO2, CH4 dan N2O. Gas-gas

tersebut merupakan gas rumah kaca yang utama dari lahan gambut. Emisi CO2

jauh lebih tinggi dibandingkan dengan emisi CH4 (walaupun dikalikan dengan

global warming potensialnya setinggi 21 kali CO2). Dalam mempresentasikan

emisi dari lahan gambut, data emisi CO2 sudah cukup bisa digunakan jika

pengukuran gas lainnya sulit dilakukan (Hooijer et al., 2006). Barchia (2006)

menyatakan bahwa kebakaran lahan gambut pada tahun 1997 di Indonesia

menghasilkan emisi karbon sebesar 156,3 juta ton atau 75 % dari total emisi

karbon dan 5 juta ton partikel debu. Kemudian informasi ini diperbaharui di mana

tahun 2002 diketahui bahwa jumlah karbon yang dilepas selama terjadinya

kebakaran hutan dan lahan tahun 1997/1998 adalah sebesar 2,6 milyar ton.

Apabila lahan gambut yang merupakan tempat akumulasi karbon (carbon

reservoir) yang tersimpan selama ribuan tahun, kemudian dikelola dengan tidak

bijaksana, laju pelepasan CO2 dan CH4 dapat meningkat.

Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang paling besar kontribusinya

terhadap pemanasan global. Konsentrasi alaminya hanya 0,03 % persen di

Page 20: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

8

atmosfer, namun dapat dimanfaatkan tanaman untuk proses fotosintesis. Bila

tanaman dan hewan mati, kandungan karbon akan terlepas dalam bentuk karbon

dioksida, demikian pula dengan kegiatan membakar kayu dan bahan bakar fosil.

Tanah secara alami juga mengandung karbon sampai 50% dari berat keringnya

bisa berupa bahan organik yang membusuk sebagian. Bahan organik jika

terdekomposisi dapat menghasilkan karbon dioksida.

Gas CO2 memiliki waktu urai hingga 50-200 tahun dan memiliki daya

tangkap sinar matahari seperti efek rumah kaca. Dari jaman pra industri (tahun

1750-1800), konsentrasi CO2 telah bertambah dari 280 ppmv (part per million

volume) menjadi 353 ppmv pada tahun 1990. Saat ini laju penambahan CO2 di

atmosfer rata-rata berjumlah 1,8 ppmv. Kehadiran gas CO2 memberikan

kontribusi besar terhadap kenaikan suhu permukaan bumi dan IPCC menyarankan

agar emisi gas CO2 sekurang-kurangnya 60% dari emisi gas yang dikeluarkan saat

ini (Bapppenas, 2004).

2.3 Emisi Karbon Dioksida dari Lahan Gambut

Pengelolaan gambut mempunyai pengaruh yang besar terhadap

keseimbangan karbon pada ekosistem. Secara alami gambut berfungsi sebagai

penambat karbon, sehingga berperan dalam mengurangi gas rumah kaca di

atmosfer. Lahan gambut menyimpan sekitar 329-525 Gt C atau 13-35 % dari total

karbon terestris. Sekitar 86% (445 Gt) dari karbon lahan gambut tersebut

tersimpan di daerah temperate (Kanada dan Rusia) sedangkan sisanya sekitar 14

% (70 Gt) terdapat di daerah tropis. Jika diasumsikan bahwa kedalaman rata-rata

gambut di Indonesia adalah 5 m, bobot isi 114 kg/m3, kandungan karbon 50% dan

luasnya 16 juta ha, maka cadangan karbon di lahan gambut Indonesia sebesar 46

Gt (Murdiyarso et al., 2004). Oleh karena itu, pertukaran CO2 dari lahan gambut

ke atmosfer sangat mempengaruhi siklus karbon dan terhadap pemanasan global.

Fluks CO2 dari tanah merupakan komponen utama dari siklus karbon

global (Raich and Schlesinger, 1992; Houghton, 1995 dalam Melling et al., 2005).

Produksi CO2 oleh tanah adalah suatu proses yang dapat dipertukarkan yang

disebut sebagai fluks CO2 tanah atau respirasi tanah. Fluks CO2 tanah bervariasi

menurut ekosistem, waktu, kualitas dan kuantitas C-organik, faktor lingkungan

Page 21: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

9

terutama suhu dan kelembaban. Analisis kadar air, kadar abu, kandungan bahan

organik berkaitan dengan besarnya fluks CO2 dari lahan gambut, karena intensitas

proses-proses biologi seperti absorpsi oksigen dan emisi CO2 dalam tanah sama

halnya seperti proses-proses fisik pertukaran gas dari dalam tanah ke atmosfer

(Handayani, 2009).

Simpanan karbon dalam gambut dapat keluar dari bumi ke atmosfer

melalui dua cara yaitu :

1. Pembakaran dalam degradasi lahan gambut yang menghasilkan emisi gas CO2.

2. Drainase lahan gambut yang menyebabkan aerasi bahan gambut di samping

oksidasi (dekomposisi aerobik). Oksidasi bahan gambut (yang umumnya

mengandung 10% organ tanaman dan 90% air) menghasilkan emisi gas CO2

(Hooijer et al., 2006).

Kunci utama dari pengembangan pertanian di lahan gambut adalah

pengendalian atau pengelolaan air (Sarwani et al., 1994; Sumangat dan Rusdi

1979). Fungsi drainase adalah untuk membuang kelebihan air, menciptakan

keadaan tidak jenuh untuk pernapasan akar tanaman, dan mencuci sebagian asam-

asam organik. Tindakan utama yang perlu dilakukan yaitu mempertahankan tinggi

muka air. Akan tetapi sebaliknya yang terjadi kebanyakan lahan gambut adalah

terjadinya over drainage (pengurasan air). Salah satu komponen penting dalam

pengaturan tata air lahan gambut adalah bangunan pengendali berupa pintu air di

setiap saluran. Pintu air berfungsi untuk mengatur muka air tanah supaya tidak

terlalu dangkal dan tidak terlalu dalam (Agus dan Subiksa, 2008).

Drainase pada perkebunan kelapa sawit berfungsi untuk pertumbuhan akar

tanaman dan sebagai akses jalan. Tingginya muka air akibat proses drainase

berpengaruh terhadap keadaan oksidasi dan reduksi pada lahan gambut dan

berakibat pada laju dekomposisi serta emisi gas CO2. Drainase pada lahan gambut

menyebabkan penurunan muka air tanah sehingga mempercepat proses

dekomposisi bahan organik pada tanah gambut. Dekomposisi bahan gambut

dalam kondisi jenuh air berjalan sangat lambat, namun dengan adanya drainase,

proses dekomposisi berjalan cepat (Rinnan et al., 2003). Selain adanya proses

dekomposisi bahan gambut, respirasi akar tanaman juga mempengaruhi produksi

CO2 dari dalam tanah. Sejumlah penelitian tentang tingkat emisi CO2

Page 22: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

10

hubungannya dengan kedalaman drainase yang dibutuhkan dalam pengelolaan

untuk budidaya telah dilakukan, dari sejumlah penelitian yang menggunakan

metode penangkapan gas dengan sungkup tertutup (closed chamber) Hooijer et al.

(2006) membuat hubungan linear antara kedalaman drainase dengan emisi

tahunan. Dari review sejumlah literatur dikemukakan bahwa untuk kedalaman

drainase antara 30 sampai 120 cm, emisi akan meningkat setinggi 0,91 ton CO2

ha-1

tahun-1

untuk setiap penambahan kedalaman drainase sedalam 1 cm.

Page 23: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Pengumpulan Data Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan

Maret 2011. Data yang dikumpulkan berasal dari hasil penelitian yang dilakukan

oleh Tim IPB serta Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan

Pertanian (2011) di perkebunan kelapa sawit, Seruyan, Kalimantan Tengah.

3.2 Metode

Penelitian ini dilakukan dengan metode pengumpulan data hasil dari

pengukuran analisis sifat kimia tanah gambut, pengukuran kedalaman muka air

tanah dan pengukuran fluks CO2, dengan metode pengukuran sebagai berikut.

a. Analisis Sifat Tanah Gambut

Analisis sifat tanah yang dilakukan di lapang berupa penetapan tingkat

kematangan bahan organik pada tanah gambut dengan mengambil segenggam

bahan organik kemudian diremas dengan telapak tangan. Selanjutnya dilihat sisa

remasan yang tertinggal pada telapak tangan dan dikelompokkan berdasarkan

kriteria berikut (Sabiham, 2006):

1) Fibrik, yaitu apabila segenggam bahan organik diremas sehingga

menghasilkan kurang dari 1/3 bagian bahan teremas keluar, atau sisa

remasan lebih dari 2/3 bagian.

2) Hemik, yaitu apabila antara 1/3-2/3 bagian dari bahan yang teremas

keluar.

3) Saprik, yaitu apabila yang teremas lebih dari 2/3 bagian bahan keluar,

atau sisa remasan kurang dari 1/3 bagian.

Bahan tanah gambut pada perkebunan kelapa sawit yang diamati, diambil

contoh tanahnya pada kedalaman 10-20 cm, kemudian dibersihkan dari akar

tanaman dan bahan kasar. Bahan tanah tersebut digunakan untuk analisis sifat

kimia tanah meliputi pH, C-organik, N-total, P-total, K-total, dan kadar abu.

Metode yang akan digunakan untuk penetapan analisis tanah tersebut tertera pada

Tabel 1.

Page 24: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

12

Tabel 1. Jenis dan Metode Analisis Tanah

Sifat Tanah Metode

pH (1:5) (H2O dan KCl)

C-organik

N-total

P-total

K-total

Kadar Abu

pH- meter

Walkley & Black

Kjeldahl

Ekstraksi HCl 25 %

Ekstraksi HCl 25 %

Pengabuan Kering

b. Pengukuran Kedalaman Muka Air Tanah

Pada titik-titik lokasi pengukuran yang telah ditetapkan di lahan gambut,

masing-masing diukur kedalaman muka air tanahnya menggunakan Piezometer.

Piezometer adalah alat untuk mengukur kedalaman muka air tanah yang dibuat

dari pipa paralon dengan diameter berukuran 5 inchi yang dibenamkan ke tanah

dengan kedalaman ± 2 meter. Sebuah alat ukur (meteran) yang telah dirangkai

dengan pelampung (gabus) dimasukkan ke dalam pipa paralon tersebut.

Pengukuran kedalaman muka air diukur setiap akan dilakukan pengukuran contoh

gas di lokasi tersebut.

c. Pengukuran Fluks CO2

Kegiatan pengukuran fluks CO2 di lapang diawali dengan penentuan lokasi

pada kebun kelapa sawit, pembuatan transek dan titik-titik pengukuran. Pada

setiap lokasi pengukuran (di dalam dan di luar kanopi) pada transek yang dibuat

ditentukan 3 titik pengamatan berdasarkan jarak dari saluran drainase yaitu pada

pada jarak antara 5-10 m, 25-30 m dan 100-150 m. Pada titik-titik pengamatan

dipasang sungkup tertutup yang terbuat dari mika dengan ukuran 50 cm x 50 cm x

30 cm, sungkup ini untuk menangkap emisi gas yang dikeluarkan oleh gambut.

Contoh gas dari titik pengukuran diambil dengan jarum suntik 10 ml dengan

interval tiga menit selama 24 menit. Konsentrasi CO2 bagian dari contoh gas

tersebut dianalisis menggunakan portable gas chromatography (GC) yang dapat

secara langsung dioperasikan di lapang. Perhitungan konsentrasi gas CO2

menggunakan persamaan USEPA (1990) yang banyak digunakan oleh Balai

Page 25: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

13

Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan), Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), yaitu :

E = dc / dt x mW / mV x t x [273,2 / (273,2 + T)]

Keterangan :

E = fluks CO2 (mg m-2

jam-1

)

dc / dt = perubahan konsentrasi CO2 per waktu (ppm menit-1

)

t = tinggi sungkup (cm)

mW = berat molekul CO2 (g)

mV = volume molekul CO2 (22,41 liter) *

T = suhu dalam sungkup (oC).

Catatan: * 22,41 liter adalah volume 1 mol gas pada suhu dan tekanan standar.

d. Analisis Data Pengukuran

Hasil pengukuran dari penelitian seperti yang telah diuraikan di atas

selanjutnya diuji nilai korelasinya menggunakan Software Microsoft Office Excel.

Pengujian korelasi yang dihitung yaitu antara kedalaman muka air tanah dan fluks

CO2, serta melihat pengaruh lokasi pengukuran, ketebalan gambut dan tingkat

dekomposisi gambut terhadap nilai fluks CO2.

Page 26: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut Kabupaten Seruyan

Kabupaten Seruyan adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi

Kalimantan Tengah. Keadaan geografi Kabupaten Seruyan terletak di daerah

khatulistiwa yaitu antara 111'15o 00 Bujur Timur dan 045

o00 Lintang Utara,

330o Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Seruyan termasuk daerah yang beriklim

tropis dengan suhu udara rata-rata 29o C dan temperatur tertinggi 34

o C. Tipe

iklim adalah tropis lembab dan panas, curah hujan rata-rata per tahun 3.479,8 mm

dengan rata-rata hujan per tahun 13,8 hari. Musim penghujan akan terjadi antara

bulan Desember-Maret, sedangkan musim kemarau antara bulan Juli-September

(Kabupaten Seryuan, 2011).

Kelapa sawit merupakan aset perkebunan utama Kabupaten Seruyan

selama ini. Dengan luas lahan lebih kurang 78.871 hektar, potensi itu hendak

dikembangkan dengan membuka lahan-lahan baru. Sentra tanaman kelapa sawit

berada di tiga dari lima kecamatan, yaitu Danau Sembuluh, Hanau, dan Seruyan

Tengah. Banyak kebun yang terletak di atas lahan gambut, di antaranya Kebun

Sulin, Nahiyang dan Tanjung Paring dengan luas seperti yang tertera pada Tabel

2. Usaha pertanian yang dilakukan di atas lahan gambut mendapat banyak

perhatian terutama mengenai masalah lingkungan yang dihasilkannya yaitu emisi

gas rumah kaca terutama CO2. Area terluas dimiliki oleh Kebun Nahiyang yaitu

1420 ha, selanjutnya Kebun Sulin yang memiliki luas 1042 ha, namun tidak

seluruh area kebun tersebut ditanami. Kebun Tanjung Paring memiliki luas area

yang terendah dibandingkan kedua kebun lain yaitu 856 ha dan seluruhnya

ditanami kelapa sawit.

Tabel 2. Perkebunan Kelapa Sawit pada Lahan Gambut di Kabupaten

Seruyan

Nama

Perkebunan

Luas Area Gambut (ha)

Ditanami

<3 M

Ditanami

>3 M

Total

Ditanami

Tidak

Ditanami Total

Sulin 461 248 709 333 1042

Nahiyang 434 163 597 823 1420

Tanjung

Paring 405 451 856 - 856

Sumber : Peta Distribusi Gambut, PT SMART 2010

Page 27: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

15

4.2 Fluks CO2 di Dalam dan Luar Piringan pada Lahan Gambut

Pengukuran Fluks CO2 merupakan pengukuran dasar dan sering digunakan

dalam penentuan emisi gas. Fluks CO2 dapat dinyatakan sebagai besarnya aliran

konsentrasi CO2 yang keluar dari suatu luasan tertentu dan periode tertentu,

biasanya dinyatakan dalam mg/m2/jam. Pengukuran fluks CO2 ini berdasarkan

pada pengukuran contoh gas dari sungkup tertutup. Pengambilan contoh gas

dilakukan dengan tiga kali pengulangan pada setiap kebun kecuali Tanjung

Paring, dengan selang waktu satu jam. Dalam satu ulangan terdiri dari 3 contoh.

Pada setiap contoh dilakukan pengukuran gas dengan selang waktu 30 menit.

Nilai fluks CO2 tanah bervariasi dipengaruhi oleh berbagai faktor di

ekosistem, waktu, kualitas dan kuantitas C-organik, dan faktor lingkungan.

Kedalaman muka air tanah yang dipengaruhi oleh jarak dari saluran drainase

merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi proses dekomposisi

bahan organik pada gambut. Faktor lain yaitu daerah piringan yang merupakan

tempat terkonsentrasinya rambut-rambut akar yang memberikan pengaruh dalam

pengukuran fluks CO2 di lahan gambut. Hasil pengukuran fluks CO2 masing-

masing transek pada lokasi penelitian disajikan dalam Tabel 3 dan diilustrasikan

pada Gambar 1.

Tabel 3. Fluks CO2 dari Lahan Gambut pada Lokasi Penelitian

Berdasarkan Jarak dari Saluran Drainase dan Lokasi Pengukuran

Kebun Lokasi

Pengukuran

Jarak dari Saluran (m) Rata-Rata

Fluks

(mg/m2/jam)

Rata-Rata

Emisi

(ton/ha/tahun) 10 75 150

Sulin 1 Piringan 564,85 583,50 731,11 626,49 54,88

Luar Piringan 690,78 481,47 523,21 565,15 49,51

Sulin 2 Piringan 629,69 810,50 706,89 715,69 62,69

Luar Piringan 436,42 815,27 1046 765,90 67,09

Nahiyang

1

Piringan 452,01 395,49 717,15 521,55 45,69

Luar Piringan 768,14 714,43 863,90 782,16 68,52

Nahiyang 2

Piringan 708,27 454,41 404.3 522,33 45,76

Luar Piringan 571,21 280,08 790,10 547,13 47,93

Tanjung

Paring

Piringan 1258,89 546,14 1334 1046,34 91,66

Luar Piringan 516,40 997,68 510,88 674,99 59,13

Page 28: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

16

Berdasarkan Tabel 3, rata-rata nilai fluks CO2 berkisar antara 521-1047

mg/m2/jam di dalam piringan dan 547-766 mg/m

2/jam di luar piringan. Pada

Kebun Sulin-1 dan Tanjung Paring menunjukkan nilai fluks CO2 yang dihasilkan

di dalam piringan lebih besar dari pada di luar piringan, yaitu 626,46 mg/m2/jam

dan 1046,34 mg/m2/jam di dalam piringan, sedangkan di luar piringan 565,15

mg/m2/jam dan 674,99 mg/m

2/jam. Tingginya fluks CO2 di rhizosfer ini sangat

berkaitan erat dengan pengaruh kualitas media akar yang mampu mengubah sifat

fisik, kimia dan biologi tanah di sekitar akar (Darrah, 1993; Gregory dan

Hinsinger, 1999 dalam Handayani, 2009). Tanah yang dipengaruhi oleh aktivitas

akar merupakan tanah yang memiliki populasi mikrob lebih banyak dibandingkan

dengan yang tidak. Selain merupakan daerah terkonsentrasinya akar tanaman,

piringan di sekitar tanaman kelapa sawit juga merupakan daerah pemupukan. Oleh

karena itu, disamping meningkatnya populasi mikrob, aktivitas mikrob di sekitar

daerah perakaran juga meningkat akibat tingginya konsentrasi nutrisi dari hasil

pemupukan yang diberikan dan juga pengaruh eksudat akar. Meningkatnya

populasi dan aktivitas mikrob menyebabkan respirasi mikrob juga semakin

meningkat. Dengan demikian, produksi CO2 yang merupakan resultan dari

respirasi mikroorganisme dan respirasi akar di rhizosfer lebih tinggi daripada non

rhizosfer (Handayani, 2009).

Namun mekanisme proses keluarnya gas CO2 dari dalam tanah ke

atmosfer sangatlah kompleks dan juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Satu faktor

tidak dapat langsung menghasilkan dampak yang nyata terhadap nilai fluks CO2,

beberapa faktor dapat saling mempengaruhi. Dari banyak hasil penelitian

menunjukkan bahwa banyak faktor mempunyai pengaruh yang beragam terhadap

nilai fluks CO2. Hal ini berkaitan erat dengan beragamnya karakteristik inhern

tanah gambut dari masing-masing titik pengamatan seperti ketebalan gambut dan

pengelolaan kebun yang sangat berbeda (Handayani, 2009).

Pada Gambar 1 dapat dilihat bawa Kebun Sulin-2, Nahiyang-1 dan

Nahiyang-2 diperoleh hasil pengukuran fluks CO2 yang lebih tinggi di luar

piringan dibandingkan dengan yang berada di piringan. Hal tersebut dapat

disebabkan oleh faktor suhu yang lebih tinggi di luar piringan, sehingga proses

dekomposisi gambut pun menjadi lebih tinggi. Barchia (2006) menyebutkan,

Page 29: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

17

degradasi bahan gambut semakin cepat dengan semakin meningkatnya suhu tanah

dan akan mencapai maksimum pada sekitar suhu 35 oC dan 37

oC. Selain itu

Chimner (2004) di dalam hasil penelitiannya juga menyebutkan nilai respirasi

tanah tahunan pada lahan gambut berkorelasi dengan rata-rata suhu tahunan.

Berdasarkan data pengukuran seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 3, rata-rata

suhu di luar piringan dari ketiga kebun tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata

suhu di dalam piringan.

Gambar 1. Rata-Rata Fluks CO2 dari Lahan Gambut pada Setiap Kebun

berdasarkan Lokasi Pengukuran

4.3 Kedalaman Muka Air Tanah dan Fluks CO2 pada Lahan Gambut

Kedalaman muka air tanah dipengaruhi oleh adanya proses drainase lahan

gambut yang diperlukan untuk pengelolaan kebun kelapa sawit, baik untuk

pertumbuhan akar tanaman kelapa sawit juga untuk digunakan sebagai akses

jalan. Perubahan kedalaman muka air tanah pada lahan gambut ini mempengaruhi

proses keluarnya CO2 ke atmosfer melalui suasana oksidasi dan reduksi yang

terbentuk. Handayani (2009) menyebutkan bahwa dari hasil pengukuran

kedalaman muka air tanah di lapang menunjukkan bahwa dalam transek yang

sama, titik pengamatan yang dekat dengan saluran drainase memiliki muka air

tanah lebih dalam, dan semakin jauh dengan saluran drainase utama, maka

kedalaman muka air tanah semakin berkurang (muka air tanah lebih dangkal).

Pengukuran kedalaman muka air ini dilakukan pada musim hujan,

sehingga perubahan kedalaman muka airnya kurang terlihat jelas. Data hasil

0

200

400

600

800

1000

1200

Fluks CO2 (mg/m2/jam)

Piringan

Luar

Piringan

Page 30: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

18

pengukuran dari setiap kebun seperti yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan

kedalaman muka air tanah cenderung menurun mulai dari jarak 5-10 m, 75 m

sampai 150 m. Kedalaman muka air tanah dapat mempengaruhi terciptanya

suasana oksidasi, di mana pada kondisi tersebut proses dekomposisi menjadi lebih

cepat. Hal berbeda terjadi pada Kebun Sulin-1 di mana kedalaman muka air tanah

pada setiap jarak sama yakni 35 cm. Hal ini diduga karena pengukuran yang

dilakukan pada musim hujan sehingga menyebabkan muka air pada saluran

drainase yang dangkal mempengaruhi kedalaman muka air tanah pada transek

tersebut. Kedalaman muka air tanah pada musim hujan kurang dapat

menunjukkan dengan jelas perubahan kedalaman muka air tanah yang terjadi.

Kedalaman muka air tanah pada setiap kebun berbeda-beda, berkisar antara 30-59

cm.

Tabel 4. Fluks CO2 dari Lahan Gambut Berdasarkan Kedalaman Muka Air

Tanah pada Lokasi Penelitian

Kebun Jarak

(m)

Kedalaman

Muka Air

(cm)

Fluks CO2 (mg/m2/jam)

Piringan Luar piringan

Sulin 1

5-10 35 564,85 690,78

75 35 583,50 481,47

150 35 731,11 523,21

Sulin 2

5-10 38 629,69 436,42

75 35 810,50 815,27

150 36 706,89 1046,00

Nahiyang 1

5-10 50 452,01 768,14

75 50 395,49 714,43

150 40 717,15 863,90

Nahiyang 2

5-10 50 708,27 571,21

75 45 454,41 280,08

150 45 404,30 790,10

Tanjung

Paring

5-10 59 1258,89 516,40

75 36 546,14 997,68

150 30 1334,00 510,88

Fluks CO2 yang dihasilkan dari setiap kebun beragam. Apabila seluruh

nilai fluks yang diamati dikelompokan akan diperoleh diagram pencar seperti

Gambar 2. Fluks yang terukur pada kedalaman muka air tanah yang berbeda-beda,

Page 31: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

19

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

Flu

ks

CO

2(m

g/m

2/j

am

)

Kedalaman Muka Air Tanah (cm)

Fluks CO2 di Dalam dan di Luar Piringan

Piringan Luar piringan

serta lokasi yang berada baik di piringan maupun di luar pringan tidak membentuk

pola yang dapat menunjukkan adanya hubungan diantara fluks CO2, kedalaman

muka air, maupun lokasi pengukuran. Rata-rata kedalaman muka air tanah dari

semua kebun berkisar antara 35-60 cm, sedangkan fluks yang dihasilkan berkisar

antara 200-1300 mg/m2/jam.

Gambar 2. Diagram Pencar Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah

pada Lokasi Penelitian

Analisis sulit dilakukan jika nilai fluks CO2 digabung secara keseluruhan.

Oleh karena itu, fluks CO2 yang dihasilkan dari pengukuran dibedakan

berdasarkan lokasinya dari tanaman, yaitu di piringan dan di luar piringan

(Gambar 3 dan Gambar 4). Gambar 3 menunjukkan nilai fluks CO2 yang

dihasilkan di luar piringan. Fluks CO2 yang terukur paling tinggi terdapat pada

Kebun Tanjung Paring yaitu mencapai 1334 mg/m2/jam, meskipun kedalaman

muka airnya lebih dangkal yaitu 30 cm. Sedangkan pada kedalaman muka air 59

cm di titik yang lebih dekat dengan saluran drainase fluks yang dihasilkan sebesar

1258,89 mg/m2/jam. Fluks yang dihasilkan menurun pada kedalaman muka air

setinggi 36 cm, yaitu menjadi 546,14 mg/m2/jam. Kedalaman muka air yang

tinggi menyebakan proses dekomposisi yang lebih lanjut dari tanah gambut,

sehingga fluks yang dihasilkan pada titik yang lebih dekat dengan saluran lebih

tinggi. Namun fluks yang lebih tinggi (1334 mg/m2/jam) justru terdapat pada titik

yang lebih jauh dari saluran drainase, meskipun kedalaman muka airnya lebih

dangkal yaitu 30 cm. Hal ini dapat disebabkan adanya pengaruh faktor biologi

Page 32: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

20

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

Flu

ks

CO

2(m

g/m

2/j

am

)

Kedalaman Muka Air Tanah (cm)

Fluks CO2 di Dalam Piringan

yaitu dari akar tanaman serta aktifitas organisme di daerah rizhosfer. Seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 4 dimana fluks tertinggi terdapat pada piringan.

Fluks CO2 terendah yang didapatkan dari hasil pengukuran berada di

Kebun Nahiyang-1 yaitu 395,49 mg/m2/jam dengan kedalaman muka airnya

sebesar 50 cm, sedangkan pada kedalaman muka air yang lebih dangkal (40 cm)

fluks CO2 justru meningkat menjadi 717,15 mg/m2/jam. Pola yang sama dengan

hasil pengukuran di Kebun Tanjung Paring dimana fluks CO2 yang dihasilkan

pada kedalaman muka air tanah 30 cm lebih besar dibandingkan pada kedalaman

36 cm dan juga 59 cm. Peningkatan fluks CO2 dengan meningkatnya kedalaman

muka air tanah ternyata kurang konsisten pada hasil penelitian ini (Lampiran 4).

Pada Kebun Sulin-1 terjadi peningkatan fluks CO2 meskipun kedalaman muka air

tanahnya konstan. Kebun Sulin-2 justru menunjukkan fluks CO2 pada kedalaman

muka air tanah yang lebih dangkal menghasilkan fluks CO2 yang lebih tinggi.

Gambar 3. Diagram Pencar Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah di

Dalam Piringan pada Lokasi Penelitian

Hal berbeda terjadi pada kebun Nahiyang-2. Di kedalaman muka air tanah

50 cm, fluks CO2 yang dihasilkan 708,27 mg/m2/jam, selanjutnya fluks CO2 turun

menjadi 454,41 mg/m2/jam pada kedalaman muka air tanah setinggi 45 cm.

Penurunan nilai fluks CO2 tersebut menunjukkan kedalaman muka air tanah yang

semakin dangkal dengan semakin jauh jaraknya dari saluran drainase

menghasilkan nilai fluks CO2 yang juga semakin menurun. Selanjutnya fluks CO2

semakin menurun menjadi 404,30 mg/m2/jam meskipun kedalaman muka airnya

Page 33: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

21

tetap sama. Penurunan nilai fluks CO2 pada kedalaman yang sama namun jarak

yang berbeda dari saluran drainase tidak sebesar dengan penurunan fluks CO2 saat

kedalaman muka air tanahnya berubah dari 50 cm menjadi 45 cm. Hal tersebut

menunjukkan adanya pengaruh kedalaman muka air tanah dengan fluks CO2 yang

dihasilkan, di mana muka air tanah yang lebih dalam akan menciptakan kondisi

aerob yang mempercepat proses dekomposisi.

Gambar 4 menunjukkan nilai fluks CO2 yang dihasilkan di luar piringan.

Fluks CO2 yang dihasilkan di luar piringan dominan lebih tinggi dibandingkan

fluks CO2 yang dihasilkan di dalam piringan. Fluks CO2 di piringan yang

dihasilkan lebih menyebar dibandingkan fluks CO2 di luar piringan. Fluks

tertinggi terdapat di Kebun Sulin-2 yaitu 1046 mg/m2/jam, sedangkan fluks

terendah terdapat di Kebun Nahiyang-2 yaitu 280,08 mg/m2/jam.

Pola pada Gambar 4 menunjukkan nilai fluks CO2 dari seluruh kebun

cenderung menurun dengan semakin meningkatnya kedalaman muka air tanah,

begitu pula jika dilihat pada masing-masing kebun. Hal tersebut menunjukkan

kedalaman muka air tanah kurang memberikan pengaruh yang nyata. Hasil yang

sama dari penelitian Watannabe et al. (2009), di mana disebutkan kedalaman

muka air tanah tidak memberikan pengaruh yang nyata pada fluks CO2.

Jauhiainen et al. (2005) dalam Watannabe et al. (2009) juga menyebutkan adanya

kepekaan yang rendah dari fluks CO2 dengan kedalaman muka air tanah yang

ditemukan di hutan rawa gambut di Kalimantan.

Selain faktor suhu, banyak faktor lain yang menyebabkan terjadinya pola

seperti Gambar 4. Handayani (2009) di dalam penelitiannya juga mengalami

dinamika seperti yang terjadi pada hasil penelitian ini, namun dalam skala emisi

(ton/ha/tahun). Tingkat kematangan dan kedalaman gambut serta sistem

pengelolaan pada kebun diduga menjadi faktor yang mempengaruhi fluks CO2

yang dihasilkan. Purwanto et al. (2005) dalam Watannabe et al. (2009)

menyebutkan bahwa akumulasi bahan gambut yang lebih bersifat aromatik pada

gambut tropis lebih banyak dibandingkan gambut sub tropis, yang kemungkinan

diperoleh dari vegetasi yang berbeda-beda dan tingkat dekomposisi dari campuran

bahan organik yang masih labil, menjadi penyebab dari variasi yang rendah dari

nilai fluks CO2.

Page 34: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

22

0

200

400

600

800

1000

1200

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

Flu

ks

CO

2 (m

g/m

2/j

am

)

Kedalaman Muka Air Tanah (cm)

Fluks CO2 di Luar Piringan

Gambar 4. Diagram Pencar Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah di

Luar Piringan pada Lokasi Penelitian

4.4 Tingkat Dekomposisi, Ketebalan dan Fluks CO2 pada Lahan Gambut

Tingkat dekomposisi dan ketebalan dari gambut diperkirakan dapat

menjadi faktor yang mempengaruhi nilai fluks CO2. Ketersediaan bahan gambut

baik kuantitas maupun kualitas karbon merupakan kunci pengendali dinamika gas

(Sylvia et al., 1998 dalam Handayani, 2009), ketersediaan bahan tersebut

dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi dan ketebalan gambut. Hasil pengukuran

disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Tingkat Dekomposisi, Ketebalan dan Fluks CO2 pada Lahan

Gambut di Lokasi Penelitian

No Kebun

(Estate) Contoh Blok

Tingkat

Dekomposisi

(0-50 cm)

Ketebalan

(cm)

Rata-Rata

(mg/m2/jam)

Piringan Luar

Piringan

1 Sulin 1 UG-09 J-60 Saprik S.1 150-300

cm S.1 626,49 565,15

2 Sulin 2 SK-1 N-81 Hemik S.2 < 150 cm

S.2 715,69 765,90

3 Nahiyang

1 Hi-3 A-79 Saprik N.1

> 300 cm

N.1 521,55 782,16

4 Nahiyang

2 Hi-2 D-85

Saprik/Hemik

N.2

150-300

N.2 522,33 547,13

5 Tanjung Paring

UG-14 R-36 Saprik/Hemik

TP > 330 cm

TP 1046,34 674,99

Page 35: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

23

Berdasarkan ketebalan gambut, lahan gambut dapat dibedakan menjadi 5

kelompok (Najiyati et al., 2005), yaitu lahan bergambut (0-50 cm), dangkal (50-

100 cm), sedang (100-200 cm), dalam (200-300 cm) dan sangat dalam (> 300

cm). Tingkat kematangan gambut pada kelima kebun bervariasi seperti yang

tertera pada Tabel 5. Tingkat kedalaman mulai dari sedang sampai sangat dalam,

sedangkan untuk tingkat dekomposisi pada kedalaman 0-50 cm, rata-rata berada

pada tingkat kematangan saprik. Tingkat dekomposisi gambut berpengaruh

terhadap kandungan C-organik di dalamnya. Kehilangan C-organik melalui proses

dekomposisi bahan gambut akan menghasilkan CO2. Umumnya pada tingkat

dekomposisi lanjut seperti hemik dan saprik akan memperlihatkan kadar C-

organik lebih rendah dibanding dengan fibrik.

Pada Gambar 5 ditunjukkan gambut pada tingkat kematangan hemik di

Kebun Sulin-2 rata-rata fluks CO2 yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan

kebun-kebun yang lain. Gambut pada tingkat dekomposisi hemik memiliki

stabilitas rendah dan kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan

saprik. Oleh karena itu, pada saat terdrainase bahan organik akan teroksidasi

menghasilkan gas CO2. Kehilangan C pada gambut ini lebih tinggi daripada

gambut lebih matang (saprik).

Gambar 5. Fluks CO2 dan Tingkat Dekomposisi Gambut pada Lokasi

Penelitian

0

200

400

600

800

1000

1200

Flu

ks

CO

2(m

g/m

2/j

am

)

Tingkat Dekomposisi (0-50 cm)

Fluks CO2 Pada Tingkat Kematangan Gambut

Piringan

Luar Piringan

Page 36: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

24

0

200

400

600

800

1000

1200

150-300 cm

S.1

< 150 cm

S.2

> 300 cm

N.1

150-300

N.2

> 330 cm

TP

Flu

ks

CO

2(m

g/m

2/j

am

)

Tingkat Ketebalan (cm)

Fluks CO2 Pada Tingkat Ketebalan Gambut

Piringan

Luar Piringan

Pada Kebun Tanjung Paring didapatkan nilai fluks CO2 yang lebih tinggi

dibandingkan dengan Kebun Sulin-2, sedangkan gambut pada Kebun Tanjung

Paring sebagian besar termasuk dalam gambut saprik. Hal tersebut diduga karena

masih adanya pengaruh kedalaman muka air tanah, di mana Kebun Tanjung

Paring memiliki kedalaman muka air tanah tertinggi yaitu 59 cm. Selain itu

faktor-faktor lain seperti suhu dan respirasi akar yang juga dapat mempengaruhi

fluks CO2 yang dihasilkan dari lahan gambut.

Sylvia et al. (1998) dalam Handayani (2009) menyatakan bahwa

ketersediaan bahan gambut baik kuantitas maupun kualitas karbon merupakan

pengendali dinamika gas. Ketebalan gambut mempengaruhi nilai fluks CO2 yang

dihasilkan, baik pada proses keluarnya gas CO2 maupun proses dekomposisi yang

menghasikan gas CO2. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa Kebun Sulin-2

memiliki tingkat ketebalan yang paling rendah dibanding keempat kebun lain.

Handayani (2009) menyebutkan gambut dalam memiliki tingkat kesuburan lebih

rendah dibandingkan gambut dangkal, sehingga pada gambut dangkal

dekomposisi akan berjalan lebih cepat dibandingkan dengan dekomposisi gambut

dalam. Selain itu seperti yang tertera pada Tabel 5, bahwa Kebun Sulin-2

merupakan gambut dengan tingkat dekomposisi hemik di mana bahan organik

yang dimiliki masih cukup banyak, sehingga memungkinkan dekomposisi lebih

besar dan nilai rata-rata fluks CO2 yang dihasilkan lebih tinggi.

Gambar 6. Fluks CO2 dan Tingkat Ketebalan Gambut pada Lokasi

Penelitian

Page 37: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

25

Pada Kebun Tanjung Paring rata-rata fluks CO2 lebih tinggi dibandingkan

Kebun Sulin-2, sedangkan ketebalan gambut sangat dalam yaitu > 330 cm. Hal ini

diduga karena Kebun Tanjung Paring memiliki kedalaman muka air yang paling

tinggi di dekat saluran drainase dibandingkan keempat kebun yang lain, seperti

yang ditunjukkan pada Tabel 4. Nilai fluks CO2 yang tertinggi juga diperoleh pada

lokasi piringan, sehingga dimungkinkan peran aktivitas dari perakaran dan

mikroorganisme yang mempengaruhi nilai fluks CO2 pada kebun ini menjadi

lebih tinggi.

Page 38: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Fluks CO2 yang dihasilkan pada lahan gambut dari beberapa kebun

menunjukkan hasil yang bervariasi. Berdasarkan lokasinya pada tanaman nilai

fluks CO2 di Kebun Sulin-1 dan Tanjung Paring, fluks CO2 di dalam piringan

lebih tinggi dibandingkan di luar piringan yaitu masing-masing 626,49 mg/m2/jam

dan 1046,34 mg/m2/jam. Namun di Kebun Sulin-2, Nahiyang-1 dan Nahiyang-2,

fluks CO2 di luar piringan lebih besar dibandingkan di dalam piringan yaitu

masing-masing 765,90 mg/m2/jam, 782,16 mg/m

2/jam, dan 547,13 mg/m

2/jam.

Berdasarkan kedalaman muka air tanah, nilai fluks CO2 terbesar yaitu 1334,00

mg/m2/jam berada di Kebun Tanjung Paring pada kedalaman 30 cm, sedangkan

yang terendah yaitu 280,08 mg/m2/jam, berada di Kebun Nahiyang-2 pada

kedalaman 45 cm. Berdasarkan tingkat dekomposisi dan ketebalan gambut, rata-

rata fluks CO2 tertinggi terdapat di Kebun Tanjung Paring dengan tingkat

dekomposisi saprik dan ketebalan > 330 cm.

Berdasarkan uji korelasi, kedalaman muka air tanah pada lahan gambut di

perkebunan kelapa sawit yang diukur pada musim hujan tidak memberikan

pengaruh yang jelas terhadap nilai fluks CO2 yang dihasilkan. Fluks CO2 pada

lahan gambut dapat dipengaruhi oleh karakteristik inhern tanah gambut serta

faktor biotik maupun abiotik yang dapat saling mempengaruhi satu sama lain.

5.2 Saran

Perlu dilakukan pengukuran fluks CO2 dalam jangka waktu yang panjang

(termasuk musim kemarau) dan pada area yang lebih luas agar data yang

diperoleh lebih dapat mewakili nilai fluks CO2 yang dihasilkan dari lahan gambut

di perkebunan kelapa sawit.

Page 39: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. dan I. G. M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan

Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre

(ICRAF), Bogor, Indonesia.

Andriesse J. P. 2003. Ekologi dan Pengelolaaan Tanah Gambut Tropika. Cahyo

Wibowo dan Istomo [penerjemah]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut

Pertanian Bogor.

Bappenas. 2004. Sumberdaya alam dan lingkungan hidup Indonesia. Antara Krisis

dan Peluang. Jakarta.

Barchia, Muhammad Faiz. 2006. Gambut. Agroekosistem dan Transformasi

Karbon. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Chimner, R. A. 2004. Soil respiration rate of tropical peatlands in Micronesia and

Hawaii. WETLANDS, Vol. 24, No. 1, March 2004, pp. 51–56.

Handayani, E. P. 2009. Emisi Karbon Dioksida (CO2) dan Metan (CH4) pada

Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut yang Memiliki Keragaman

dalam Ketebalan Gambut dan Umur Tanaman. [Disertasi]. Bogor;

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kabupaten Seruyan. 2011. http://www.seruyankab.go.id/main/index.php?option

=com_content&task=view&id=22. [3 Agustus 2011]

Hardjowigeno, S. 1986. Sumber daya fisik wilayah dan tata guna lahan: Histosol.

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hal. 86-94.

Hooijer, A., Silvius, M., Wösten, H. and Page, S. 2006. PEAT-CO2, Assessment

of CO2 emissions from drained peatlands in SE Asia. Delft Hydraulics

report Q3943.

Melling, L., R. Hatano, and K. J. Goh. 2005. Soil CO2 flux from three ecosystems

in tropic peatland of Sarawak, Malaysia. Tellus 57 B, 1-11.

Murdiyarso, D., U. Rosalina., K. Hairiah., L. Muslihat., I.N.N. Suryadiputra, dan

A. Jaya. 2004. Petunjuk Lapang. Pendugaan Cadangan Karbon pada Lahan

Gambut. Wetland International-Indonesia Programme.

Najiyati S, Muslihat L, Suryadiputra INN. 2005. Panduan Pengelolaan Lahan

Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Bogor: Wetlands International-

Indonesia Programme.

Noor, Muhammad. 2001. Pertanian Lahan Gambut. Potensi dan Kendala. Penerbit

Kanisius : Yogyakarta.

Page 40: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

28

Radjagukguk, B. 1997. Pertanian berkelanjutan di lahan gambut berwawasan

lingkungan. Dalam Alami vol. 2. No. 1, pp, 17-20. Pengelolaan Gambut

Berwawasan Lingkungan. BPP Teknologi. Jakarta.

Rinnan R, Silvola J, Martikainen PJ. 2003. Carbon dioxide and methane fluxes in

boreal peatland microcosms with different vegetation cover-effects of

ozone or ultraviolet-B exposure. Occologia. 137:475-483.

Sabiham, S. 2006. Pengelolaan lahan gambut Indonesia berbasis keunikan

ekosistem. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Pengelolaan Tanah. Fakultas

Pertanian IPB. Bogor.

Sarwani, M dan Adhi WIPG. 1994. Penyusutan lahan gambut dan dampaknya

terhadap produktivitas lahan pertanian di sekitar Kasus Delta Pulau Petak,

Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Nasional 25 Tahun Pemanfaatan

Lahan Gambut dan Pengawasan Kawasan Pasang Surut. Jakarta, 14-15

Desember 1994.

Sumangat, Rusdi M. 1979. Pengaturan tata air mikro dan masalah penyediaan

tenaga kerja dalam hubungannya dengan usaha intensifikasi tanah dua kali

setahun di persawahan pasang surut. Proceeding Simposium Nasional III

Pengembangan Pasang Surut di Indonesia. Buku III. IPB.

Soil Survey Staff. 1999. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua. Pusat Penenlitian

Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Bogor.

Watanabe, A. Benito H. Purwanto, Ho Ando, Ken-ichi Kakuda, Foh-Shoon Jong.

2009. Methane and CO2 fluxes from an Indonesian peatland used for sago

palm (Metroxylon sagu Rottb.) cultivation: Effects of fertilizer and

groundwater level management. Agriculture, Ecosystems and

Environment 134 (2009)14-18.

Page 41: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

L A M P I R A N

Page 42: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

30

Lampiran 1. Data Sifat Kimia dari Contoh Tanah Gambut pada Setiap

Lokasi Penelitian di Perkebunan Kelapa Sawit

Lokasi Sender

Batas

Horison Nilai pH (1:5) Bahan Organik HCl 25 %

Kadar

Abu Top-sub

soil (cm) H2O KCl

Walkley &

Black Kjeldahl C/

N P2O5 K2O

C N

%

mg/100g %

Sulin UG-9

0-40 3,5 2,8 50,71 1,09 47 17 10

0,5 40-70 3,6 2,7 50,50 0,89 57 4 9

70-160 3,3 2,8 47,84 0,83 58 4 16

160-200 4,1 3,6 4,10 0,31 13 2 2

Sulin SK-1

0-28 4,0 3,7 55,89 1,14 49 6 29

3,51 28-75 4,2 3,8 43,60 0,78 56 7 6

75-135 4,1 3,7 40,67 1,15 35 16 6

>135 4,1 3,8 38,05 0,88 43 7 6

Nahiyang Hi-3 0-70 3,6 3,1 50,62 1,42 36 8 9

0,62 70-100

43,33 0,89 49 4 25

Nahiyang Hi-2

0-18 3,9 3,4 60,27 1,59 38 44 15 1,26

18-33 3,8 3,4 56,16 1,06 53 10 7

1,67

33-74 3,7 3,4 49,98 1,36 37 18 14

74-263 4,1 3,7 46,02 1,46 32 4 13

263-294 4,0 3,7 37,34 0,76 49 1 6

>294 3,8 3,4 3,38 0,30 11 1 6

Tanjung

Paring

UG-

14

0-30 3,7 2,8 56,55 1,04 54 15 6

1,44 30-90 3,6 3,0 53,79 1,00 54 2 4

90-330 3,4 3,1 41,40 0,77 54 7 28

>330 4,1 3,6 4,23 0,09 47 35 33

Page 43: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

31

Lampiran 2. Data Sifat Tanah Gambut pada Setiap Lokasi Penelitian di

Perkebunan Kelapa Sawit

No Kebun No

Observasi Blok Taksonomi Tanah

Tingkat Dekomposisi Soil

Minerals

Content

Ketebalan

Gambut

(cm)

Kedalaman

Muka Air

Tanah Lapisan Atas Lapisan Bawah

1 Sulin

UG 01 H-59 Typic Haplosaprists Sapric Sapric - 255 35

UG 02 H-59 Sapric Haplohemists Sapric Hemic - 210 45

UG 03 H-59 Typic Haplohemist Sapric Hemic - 140 43

UG 04 H-59 Hydric Haplohemist Sapric Hemic - 390 30

UG 05 H-59 Hydric Haplohemist Sapric Hemic - 400 35

UG 05 G-59 Hydric Haplohemist Sapric Hemic - 400 35

Kesimpulan Hydric Haplohemist Sapric Hemic

140-400 30-45

2 Sulin

UG 07 J-60 Typic Haplohemist Sapric Hemic - 480 10

UG 08 J-60 Fluvaquentic Haplosaprists Sapric Sapric Minor 470 20

UG 07 J-60 Sapric Haplohemists Sapric/Pc Hemic Medium 205 70

UG 07 J-60 Sapric Haplohemists Sapric Hemic

195 40

UG 07 J-60 Fluvaquentic Haplosaprists Sapric/Pc Sapric Medium 170 30

Kesimpulan Haplohemists Sapric Sapric Medium 100-200 30-70

3

Tanjung

Paring

HH-1 S-37 Typic Haplosaprists Sapric Sapric - >500 45

HH-2 S-37 Sapric Haplohemists Sapric Hemic - 600 30

HH-2 S-37 Sapric Haplohemists Sapric Hemic - 400 20

HH-3 S-37 Sapric Haplohemists Sapric Hemic - >600 38

HH-4 S-37 Sapric Haplohemists Sapric Hemic - 300 64

Kesimpulan Sapric Haplohemists Sapric Hemic

>300 20-64

Page 44: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

32

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Fluks CO2 pada Lokasi Penelitian di Perkebunan Kelapa Sawit

Kebun Ulangan

Tanggal

pengambilan

sampel gas

Waktu

pengambilan

sampel gas

Tanggal

pengukuran

sampel gas

Waktu

pengukuran

sampel gas

Ketebalan

gambut

(cm)

Jarak

(m)

Rata-rata suhu (oC)

Fluks CO2

(mg/m2/jam)

Piringan Luar

piringan Piringan

Luar

Piringan

Sulin I 30-Jan-11 14.43 30-Jan-11 21.30 230 10 26,5 26,6 638,15 513,95

30-Jan-11 14.43 30-Jan-11 22.00

75 24,8 26,2 431,44 608,39

30-Jan-11 14.43 30-Jan-11 22.30

150 24,7 27,1 319,49 862,79

II 30-Jan-11 15.33 30-Jan-11 23.00

10 24,5 25,6 637,02 957,94

30-Jan-11 15.33 30-Jan-11 23.30

75 23,8 23,8 501,15 304,62

30-Jan-11 15.33 30-Jan-11 24.00

150 24,8 26,1 1071,17 307,35

III 30-Jan-11 16.21 30-Jan-11 00.30

10 24,0 26,0 419,37 600,45

30-Jan-11 16.21 30-Jan-11 01.00

75 23,2 23,3 817,91 531,39

30-Jan-11 16.21 30-Jan-11 01.30

150 23,1 24,0 802,67 399,49

Sulin I 31-Jan-11 8.36 31-Jan-11 11.00 70 10 29,6 29,6 947,17 337,40

31-Jan-11 8.36 31-Jan-11 11.30

75 29,4 32,8 697,84 543,10

31-Jan-11 8.36 31-Jan-11 12.00

150 28,2 33,3 544,05 923,68

II 31-Jan-11 9.23 31-Jan-11 12.30

10 31,9 29,6 312,21 535,45

31-Jan-11 9.23 31-Jan-11 13.30

75 28,2 35,3 923,16 1087,45

31-Jan-11 9.23 31-Jan-11 14.00

150 28,5 37,4 869,74 1168,32

Nahiyang I 1-Feb-11 9.13 1-Feb-11 14.00 330 10 30,8 31,4 538,80 783,42

1-Feb-11 9.13 1-Feb-11 14.30

75 29,0 31,0 241,81 843,44

1-Feb-11 9.13 1-Feb-11 15.00

150 32,0 31,3 646,46 730,21

Page 45: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

33

Lampiran 3. (Lanjutan)

Kebun Ulangan

Tanggal

pengambilan

sampel gas

Waktu

pengambilan

sampel gas

Tanggal

pengukuran

sampel gas

Waktu

pengukuran

sampel gas

Ketebalan

gambut

(cm)

Jarak

(m)

Rata-rata suhu (oC)

Fluks CO2

(mg/m2/jam)

Piringan Luar

piringan Piringan

Luar

Piringan

Nahiyang II 1-Feb-11 10.00 1-Feb-11 15.30

10 33,4 31,4 422,68 695,90

1-Feb-11 10.00 1-Feb-11 16.00

75 31,4 31,9 212,09 682,97

1-Feb-11 10.00 1-Feb-11 16.30

150 34,3 36,3 941,32 868,74

III 1-Feb-11 10.44 1-Feb-11 17.00

10 36,6 36,8 394,55 825,10

1-Feb-11 10.44 1-Feb-11 17.30

75 36,1 32,8 732,58 616,88

1-Feb-11 10.44 1-Feb-11 18.00

150 38,1 37,1 563,69 992,74

Nahiyang I 31-Jan-11 11.20 31-Jan-11 15.30 270 10 28,0 32,3 676,32 642,49

31-Jan-11 11.20 31-Jan-11 16.00

75 31,3 33,1 347,68 239,46

31-Jan-11 11.20 31-Jan-11 16.30

150 29,3 33,7 468,59 1275,72

II 31-Jan-11 12.18 31-Jan-11 17.00

10 29,6 32,4 949,38 267,68

31-Jan-11 12.18 31-Jan-11 17.30

75 31,4 31,1 756,36 204,35

31-Jan-11 12.18 31-Jan-11 18.00

150 31,6 32,1 376,12 385,01

III 31-Jan-11 13.26 31-Jan-11 18.30

10 29,1 31,4 499,11 803,46

31-Jan-11 13.26 31-Jan-11 19.00

75 30,6 32,8 259,20 396,44

31-Jan-11 13.26 31-Jan-11 19.30

150 31,1 33,8 368,19 709,58

Tanjung

Paring I 1-Feb-11 15.52 1-Feb-11 19.30 350 10 28,0 28,0 1258,89 516,40

1-Feb-11 15.52 1-Feb-11 20.00

75 27,0 28,9 546,14 997,68

1-Feb-11 15.52 1-Feb-11 20.30

150 25,0 27,0 1334,00 510,88

Page 46: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

34

Lampiran 4. Gambar Hubungan Kedalaman Muka Air Tanah dan Fluks

CO2 pada Lahan Gambut di Setiap Lokasi Penelitian

a. Kebun Sulin 1

b. Kebun Sulin 2

c. Kebun Nahiyang 1

0

100

200

300

400

500

600

700

800

0 10 20 30 40

Flu

ks

CO

2(m

g/m

2/j

am

)

Kedalaman Muka Air Tanah (cm)

Sulin 1

Piringan

Luar

piringan

0

200

400

600

800

1000

1200

34 35 36 37 38 39

Flu

ks

CO

2(m

g/m

2/j

am

)

Kedalaman Muka Air Tanah (cm)

Sulin 2

Piringan

Luar

piringan

0

200

400

600

800

1000

0 20 40 60

Flu

ks

CO

2(m

g/m

2/j

am

)

Kedalaman Muka Air Tanah (cm)

Nahiyang 1

Piringan

Luar

piringan

Page 47: Fluks CO2 dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan Gambut ... · dan Kedalaman Muka Air Tanah pada Lahan ... ketebalan gambut dan tingkat dekomposisi gambut ... 2.1.1 Pengertian Tanah

35

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

0 20 40 60 80

Flu

ks

CO

2(m

g/m

2/j

am

)

Kedalaman Muka Air Tanah (cm)

Tanjung Paring

Piringan

Luar

piringan

d. Kebun Nahiyang 2

e. Kebun Tanjung Paring

0

200

400

600

800

1000

44 46 48 50 52

Flu

ks

CO

2(m

g/m

2/j

am

)

Kedalaman Muka Air Tanah (cm)

Nahiyang 2

Piringan

Luar

piringan