FLUIDA RIIL MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mekanika Fluida yang dibina oleh Prihanto Trihutomo, S.T., M.T. oleh Achmad Romadin (140511601020) Ulwiyah Khasanah (140511604442) Wahyu Puspa Wijaya (140511602945)
FLUIDA RIIL
MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Mekanika Fluidayang dibina oleh Prihanto Trihutomo, S.T., M.T.
oleh Achmad Romadin (140511601020) Ulwiyah Khasanah (140511604442) Wahyu Puspa Wijaya (140511602945)
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESINPROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
Maret 2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, makalah Fluida Riil dapat disusun
dengan baik. Makalah ini disusun demi memenuhi tugas
struktural dari mata kuliah Mekanika Fluida dengan
dosen pengampu yaitu Bapak Prihanto Trihutomo, S.T.,
M.T.
Makalah ini disusun guna memudahkan
pembelajaran materi Mekanika Fluida pada pertengahan
semester genap. Makalah ini terdiri dari pembahasan
mengenai pengantar dasar atau definisi dari fluida
riil, konsep viskositas pada fluid riil, pengaruh
perubahan penampang pada fluida riil dan hubungannya
dengan konsep kontinuitas, serta konsep hukum Bernoulli
pada fluida riil. Setiap pembahasannya dilengkapi
dengan penjabaran setiap materi, baik dari segi
strukutural dan juga rumus-rumus pendukung, serta tidak
lupa disertai gambar-gambar menarik guna memudahkan
dalam pemahaman.
Makalah ini memang terlihat belum sempurna. Oleh
karena itu penulis sangat berharap akan adanya kritik
dan saran yang sifatnya membangun serta mampu mendorong
penulis untuk menulis lebih baik lagi dalam penyusunan-
penyusunan makalah berikutnya. Sekian dari penulis
semoga apa yang ada dalam makalah ini dapat membantu
dan menambah wawasan. Akhir kata.
Wassalamualaikum wr.wb
Malang, 14 Maret
2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
2 1.3 Tujuan
2
BAB II ISI PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Fluida Riil
3
2.2 Konsep Viskositas dalam Fluida Riil
3
2.3 Pengaruh Perubahan Penampang pada Fuida
Riil dan 10
Hubungannya dengan Konsep
Kontinuitas
2.4 Konsep Hukum Bernoulli dalam Fluida Riil
13
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
16
Daftar Rujukan 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kehidupan manusia di bumi tentu tidak terlepas
dari fluida. Secara umum diketahui bahwa fluida
dibedakan atas dua jenis yaitu cair dan gas. Ditinjau
dari zat gas kebutuhan manusia di bumi tidak terlepas
dari gas oksigen (sebagai zat utama untuk bernapas),
angin (udara yang bergerak dan berguna bagi banyak
kegiatan manusia, salah satunya adalah kegiatan
pelayaran kapal layar), dan sebagainya. Sedangkan
ditinjau dari zat cair, penyokong utama kehidupan
manusia berada pada golongan zat ini yaitu air. Hampir
seluruh kehidupan manusia tidak terlepas dari air,
mulai kegiatan bangun tidur hingga sebelum terlelap
tidur.
Berkaitan dengan mekanika fluida, jenis zat yang
lebih dibahas pada konsentrasi ilmu tersebut adalah
fluida zat cair, walaupun zat gas juga sedikit
disinggung di dalamnya. Namun, untuk pembahasan zat gas
lebih didalami pada ilmu termodinamika. Sasaran utama
yang sesungguhnya dibahas pada mekanika fluida adalah
konsep hidrolika yang merupakan ilmu terapan dari
konsep hidromekanik. Pembahasannya pun terkait dengan
aliran fluida dari segi internal problem (yaitu aliran
fluida terselubung baik itu terbuka ataupun tertutup.
Konsep ini dapat dilihat pada aliran sungai, aliran
pada pipa, dan sebagainya) dan external problem (yaitu
aliran fluida yang dijadikan media pada benda yang
tercelupkan. Konsep ini dapat dilihat pada benda padat
yang biasa bergerak pada aliran air ataupun udara).
Mengingat bahwa sasaran utama adalah konsep
hidrolik, maka mekanika fluida lebih cenderung pada zat
cair. Pembahasan di dalamnya pun terkait pada fluida
statis dan fluida dinamis dari segi kacamata fluida
cair. Pada kehidupan manusia itu sendiri hal-hal yang
sering dijumpai adalah fenomena fluida dinamis.
Misalnya air mengalir, pergerakan air sepanjang pipa,
penyemprotan obat anti nyamuk pada alat semprot, dan
sebagainya. Di samping itu pula fenomena fluida statis
juga tidak terlepas pada kehidupan manusia, misalnya
kayu mengapung di sungai, telur melayang pada air
garam, dan sebagainya. Namun dari banyaknya fenomena
tersebut kehidupan manusia sesungguhnya lebih
didominasi oleh fluida riil. Fluida riil tersebut
adalah salah satu cabang dari fluida dinamis.
Sesungguhya fluida dinamis juga memiliki cabang yang
lain yaitu fluida ideal. Namun menurut pernyataan Sari
(2013) “fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam
kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang
digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis aliran
fluida.” Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengetahui konsep fluida riil yang sesungguhnya. Hal
ini tentunya sangat bermanfaat pada beberapa kalangan
terutama pelajar, mahasiswa, para peneliti fluida, dan
lainnya. Pembahasan fluida riil juga akan bermanfaat
bagi kaum masyrakat awam, karena hal tersebut dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan mereka akan fluida
itu sendiri.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah pengantar dasar dari konsep
aliran pada fluida riil?
2. Bagaimanakah konsep viskositas pada aliran
fluida riil?
3. Bagaimanakah pengaruh perubahan penampang pada
fluida riil dan
hubungannya dengan konsep kontinuitas?
4. Bagaimanakah konsep hukum Bernoulli pada
aliran fluida riil?
1.3 Tujuan
1. Mendiskripsikan pengantar dasar atau definisi
dari konsep aliran pada fluida riil.
2. Mendiskripsikan konsep vikositas pada aliran
fluida riil.
3. Mendiskripsikan pengaruh perubahan penampang
pada fluida riil dan
hubungannya dengan konsep kontinuitas.
4. Mendiskripsikan konsep hukum Bernoulli pada
aliran fluida riil.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Fluida Riil
Fluida riil atau biasa disebut sebagai fluida
nyata adalah bagian dari fluida dinamis. Pada dasarnya
sesuai dengan konsep fluida dinamis yang menyatakan
bahwa fluida itu bergerak, maka fluida riil pun
termasuk jenis fluida yang bergerak walaupun memiliki
perbedaan dengan fluida ideal. Hal yang membedakan
fluida riil dengan fluida ideal adalah kekentalan zat
cair yang dapat mengakibatkan kehilangan energi.
Menurut Selpan, “Kekentalan disebabkan karena adanya
sifat kohesi antara partikel zat cair. Karena adanya
kekentalan zat cair maka terjadi perbedaan
kecepatan partikel dalam medan aliran. Partikel zat
cair yang berdampingan dengan dinding batas akan diam
(kecepatan nol) sedang yang terletak pada suatu jarak
tertentu dari dinding akan bergerak.”. Pernyataan
tersebut sesuai dengan konsep aliran viskos yang
didasari oleh kekentalan zat cair, sehingga fluida riil
juga dapat disebut sebagai aliran viskos.
2.2 Konsep Viskositas pada Fluida Riil
Viskositas adalah pernyataan atas ungkapan
kemampuan menahan tegangan geser yang ditimbulkan
karena adanya tekanan. Biasanya hal ini terjadi karena
fluida tersebut memiliki kekentalan tertentu. Semakin
kental suatu fluida maka dibutuhkan tekanan semakin
besar untuk membuatnya dapat mengalir. Menurut Wiwit
(2013) besarnya gaya yang diperlukan untuk menggerakkan
lapisan fluida dengan kelajuan tetap terhadap suatu
luasan dapat dihitung dengan rumusan:
F=ηAKeterangan:
F = besar gaya yang diperlukan
A = luas permukaanη = koefisien viskositas
Kekentalan pada aliran viskositas menyebabkan
adanya tegangan geser yang kemudian menimbulkan
kehilangan energi. Gesekan yang dihasilkan itu
menyebabkan perubahan energi aliran (sebagian) ke
berbagai bentuk energi lain, seperti energi panas,
suara dan lainnya. Kehilangan energi yang ditimbulkan
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:1. Kehilangan energy akibat gesekan (major loss)
Kehilangan energy akibat gesekan disebut kehilangan
energy primer, terjadi akibat adanya kekentalan zat cair
dan turbulensi karena adanya kekasaran diding batas pipa.
Oleh karena itu, menyebapkan kehilangan energy
disepanjang pipa dengan diameter konstan pada aliran
seragam. Kehilangan energy sepanjang satu satuan akan
konstan selama kekasaran dan diameter tidak berubah sama
sekali.
2. Kehilangan energy akibat perubahan penampang (minor
loss)
Kehilangan energy akibat perubahan penampang disebut
juga kehilangan energy sekunder, misalnya terjadi belokan
penampang, pembesaran dan pengecilan penampang.
Kehilangan energi sekunder akan mengakibatkan tumbukan
antara partikel zat cair akan meningkatkan gesekan
karenaturbulensi serta tidak seragam pada penampang pipa.
Adanya lapisan batas terpisah dari dinding pipa maka akan
terjadi olakan atau pusaran air. Adanya olakan ini akan
mengganggu pola aliran laminer sehingga akan menaikan
tingkat turbulensi.
Kemudian, apabila ditinjau dari segi alirannya, aliran
viskositas itu sendiri dibedakan menjadi dua yaitu aliran
laminer dan aliran turbulen. Kedua aliran tersebut sangat
dipengaruhi oleh dasar dari percobaan Osborn Reynolds. Tahun
1884 Osborn Reynold melakukan percobaan untuk sifat-sifat
aliran laminer dan turbulen. Reynolds menggunakan suatu alat
yang terdiri dari pipa kaca yang dapat dilewati oleh
berbagai kecepatan air (Selpan hal.3). Bentuk alat tersebut
sebagai berikut:
Berdasarkan eksperimen yang Reynold lakukan, dia
menyatakan bahwa ada tiga faktor mempengaruhi keadaan aliran
antara lain kekentalan zat cair (μ¿,kerapatan (ρ¿, dan
diameter pipa (D). Hubungan ketiganya dapat ditulis sebagai
berikut:
Reynold menunjukan bahwa aliran dapat diklasifikasikan
berdasarkan angka. Angka tersebut diturunkan dengan membagi
kecepatan aliran di dalam pipa dengan nilai μρD, yang
disebut dengan angka Reynold. Angka reynold mempunyai bentuk
sebagai berikut :
ℜ=vμρD
=ρDVμ
Atauℜ=VDv
Ket :
V = kekentalan Kinematik
Eksperimen Reynold tersebut membuahkan kesimpulan bahwa
angka Reynold yang rendah memiliki gaya kental dominan
sehingga alirannya disebut sebagai aliran laminer. Sedangkan
angka Reynold yang tinggi menyebabkan aliran laminer tidak
stabil sehingga terjadi transisi menjadi aliran turbulen.
Berikut pembahasan aliran laminer dan turbulen.
1. Aliran Laminer
Aliran laminer adalah aliran yang terjadi apabila
suatu cat cair mengalami pergerakan yang saling sejajar
dan teratur antara partikel-partikel zat cair dengan
lintasan zat cair yang ada. Kekentalan akan zat cair
sangat berpengaruh terhadap aliran ini. Semakin tinggi
kekentalan zat cair, maka kecepatan aliran akan berkurang
dan daya redam gangguan akan meningkat. Daya redam yang
semakin tinggilah yang menyebabkan aliran laminar tetap
stabil. Hal ini sesuai pernyataan Djojodihardjo
(1983:225) bahwa “suatu aliran dikatakan stabil bila
gangguan-gangguan diredamkan”.
Sehubungan dengan percobaan Osborn Reynolds, suatu
aliran laminer akan tetap dalam keadaan stabil jika tidak
ada satupun gangguan yang diberikan. Bila gangguan
tersebut diberikan maka kestabilan aliran akan menurun.
Ketentuan akan pengaruh gangguan terhadap aliran dapat
diketahui berdasarkan bilangan Reynolds tersebut. Menurut
Djojodihardjo (1983:225) kestabilan aliran laminar bisa
diperoleh dengan ketentuan tertentu bilangan Reynolds ke
bawah. Misalnya, dalam eksperimen Reynolds yang dilakukan
dengan teliti dan hati-hati kestabilan aliran laminer
mampu tetap terjaga apabila besar bilangan Re berkisar
pada … Re < 2000. Oleh karena itu, bilangan dapat
diketahui dan dihitung secara matematis menggunakan rumus
berikut.
ℜ=VDv
Ket :
V = Kecepatan rata-rata
D = Diameter Pipa
v = Kekentalan kinematic
Kehilangan energi yang terjadi pada aliran laminer pun
dapat diketahui dengan persamaan kehilangan energy
sepanjang pipa L yang ditinjau dari grafik berikut.
Gambar Kehilangan energi Triatmojo (dalam Selpan:
hal.7)
Penelaahan grafik berlanjut pada penyususnan beberapa
persamaan hingga ditemukan kesimpulan persamaan menurut
Hagenpoiseuille, tertulis sebagai nberikut :
hl=32vgD2 VL
Ket:
h = Tinggi kehilangan energ
ν = viskositas zat cair
g = Percepatan grafitasi
D = Diameter pipa
V = Kecepatan aliran
L = Panjang pipa
Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk:
hl=64vVD
LDV2
2g=64vℜ
LDV2
2g
Persamaan tersebut juga dapat ditulis dalam bentuk
persaman Carcy – Weisbach,
Dengan f=64ℜ
hl=fLDV2
2gKet :
f = Faktor gesek
Re = Angka Reynold
2. Aliran Turbulen
Aliran turbulen adalah aliran yang terjadi akibat
transisi pergerakan yang dialami aliran laminer. Hal ini
dapat diketahui berdasarkan percobaan Reynolds. Ketika
bilangan Re diperbesar secara otomatis kestabilan pada
aliran laminer akan menururn. Peningkatan bilngan Re ini
menyebabkan daya redam gangguan menurun. Gangguan –
gangguan tersebut tumbuh dan saling berinteraksi satu
sama lain menyebabkan adanya fluktuasi yang sebarang
(Djojodihardjo, 1983:225). Inilah yang menjadi ciri khas
aliran turbulen yaitu gerakan aliran yang diarahkan
secara aksial timbul gerak-gerak sampingyang tidak
beraturan dan dapat berubah-ubah sehingga berbagai
jalur aliran akan saling mempengaruhi satu sama lain
(gerakan aliran yang sebarang). Selanjutnya, Aliran bisa
dikatakan sebagai aliran turbulen tergantung pada :
a. Kecepatan aliran v dari zat cair ( atau
kecepatan rata-rata vm )
b. Diameter d dari pipa-pipa dan saluran-saluran
c. Viskositas-kinematik, v dari zat cair
Antara ketiga besaran ini terdapat hubungan yang
telah dikenal :
Vm d/v = Re ( bilangan reynolds )
Jika diberikan dalam m, vm dalam m/s dan v dalam
m2/s.
Jika bukan viskositas-kinematik v yang diberikan,
melainkan viskositas-dinamik ƞ, maka bilangan
Reynolds akan kikta peroleh sebagai berikut :
Re = vm . d . ρ /ƞKarena ƞ=v.ρ atau v=ƞ.ρDi sini vm dinyatakan dalam m/s, d dalam , dan ƞ dalam Pa . s dan ρ dalam kg/dm3.
Sehubungan dengan hal tersebut, faktor kekentalan zat
cair juga dijadikan faktor utama. Pasalnya kekentalan zat
cair yang menurun menyebabkan kecepatan zat cair semakin
meningkat dan membuat daya redam gangguan menurun. Sama
halnya dengan aliran laminer ketentuan batas angka
Reynolds pun juga dimiliki oleh aliran turbulen yaitu …
>4000. Namun untuk mengetahui kehilangan energi aliran
turbulen berbeda dengan aliran laminer. Hal ini
dikarenakan analisis teoritis persamaannya sulit untuk
diketahui. Penyebab utamanya adalah pergerakan aliran
turbulen yang tidak teratur dan ke segala arah.
Selain itu, pengaruh gaya geser dalam aliran turbulen
sangat besar. Berkaitan dengan pergerakannya yang
sebarang dan ke segala arah, gaya geser aliran turbulen
dapat dihasilkan. Pergerakan momentum oleh gerak termal
dari molekul-molekulnya yang menyebabkan gaya geser dapat
dihasilkan. Hal ini memiliki kesamaan dengan konsep gaya-
gaya viskos dalam gas sempurna, tetapi dalam gejala
aliran turbulen konsep tersebut ternilai dalam skala
besar. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa persoalan aliran turbulen jauh lebih kompleks
daripada aliran laminer. Harga koefisien gesek pun
bersifat empirik, sehingga untuk lebih mempermudah
pembahasan akan lebih diperjelas dengan pembahasan
terkait pipa halus dan pipa kasar. Namun sebelumnya perlu
diketahui pula bahwa untuk pipa kasar dan halus ketahanan
universalnya dapat diturunkan dari rumus berikut
( Gilles dalam Triatmojo dalam Selpan hal. 8)
Dengan: f = faktor gesek
τ0 = tegangan geser pada dinding pipa
ρ = densitas
V2 = kecepatan aliran
2.1 Pipa halus
Koefisien gesekan pipa tergantung pada parameter
aliran , apabila pipa adalah hidrolis halus parameter
tersebut adalah kecepatan aliran diameter pipa dan
kekentalan zat cair dalam bentuk angka reynolds.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Blasius,
Blaisius mengemukakan rumus gesekan f untuk pipa halus
dalam bentuk
f=0.316ℜ0.25 Berlaku untuk 4000 < Re < 105
Dari persamaan empiris koefisien gesekan tersebut
diatas akan dapat di hitung
kehilangan energi disepanjang pipa berdasar persamaan
Darcy-Weisbach :
1√f
=2log ℜ√f2,51
2.2 Pipa kasar
Tahanan pada pipa kasar lebih besar dari pada pipa
halus, untuk pipa halus nilai f hanya tergantung pada
angka Reynolds, tetapi pada pipa kasar sifat-sifat
dinding pipa juga ikut berpengaruh. Nikuradse
melakukan percobaan tentang pengaruh kekasaran pipa,
sehingga mendapatkan persamaan sebagai berikut :
1√f
=2log 3.7Dk
Selain melakukan eksperimen yang terkait dengan aliran
laminer dan turbulen, Reynold juga melakukan ekperimen
mengenai pengukuran kehilangan energi di beberapa jenis
panjang pipa yang berbeda dengan ukuran debit yang berbeda
pula. Hasil eksperimen tersebut menghasilkan Hukum Tekanan
Gesek yang mana hukum tersebut menunjukkan hubungan antara
dua variable tersebut. Hubungan keduanya dapat dilihat pada
grafik berikut:
Bagian bawah dari grafik merupakan garis lurus, dengan
kemiringan 45o, maka fh sebanding dengan V, yang merupakan
sifat laminer. Sedangkan bagian atas merupakan garis lurus
dengan kemiringan n, dengan n antara 1,75 dan 2,0 yang
tergantung pada nilai Re dan kekasaran. Dari grafik ini
terlihat bahwa kehilangan energy pada aliran turbulen lebih
besar dari aliran laminer. Hal ini disebabkan karena
adanya turbulensi yang dapat memperbesar kehilangan
energi .
2.3 Pengaruh Perubahan Penampang terhadap Fluida Riil
dan Hubungannya dengan Konsep KontinuitasPerubahan penampang merupakan salah satu penyebap
kehilangan energi, pada pipa panjang kehilangan energy
akibat gesekan jauh lebih besar dari pada akibat perubahan
penampang. Berbeda halanya pipa yang panjang, untuk pipa
yang pendek kehilangan akibat berupbahan penampang
diperhitungkan.
1. Pembesaran penampang
p1A1+p' (A2−A1)−p2A2=pθ(V2−V1)
Kedua ruas dari pesamaan tersebut dibagi dengan
A2y, sehingga :
p2y =
A1A2
P1y +
(A2−A1)A2
p'y +
V2g (V1−V2)
Untuk persamaan Bernoulli dari kedua penampang,
diperoleh :
he= (A2−A1)A2 (P1−P'
y )+¿¿
Persamaan Kontinuitas A1 V1 = A2 V2
V2=A1A2
V1
Jika P1 = P’ dari persamaan kontinuitas maka
persaaan menjadi :
he=(V2−V1)2g
=¿
Kehilangan energi pada perbesaran penampang akan berkurang apabila perbesaran dibuat secara berangsur-angsur seperti gambar 2.12. Kehilangan energi diberikanoleh persamaan berikut :
he=K' V12−V21
2g
Dengan K’ tergantung pada sudut α dan diberikan oleh table 2.3.
2. Penyempitan Penampang
Pada penyempitan penampang yang mendadak garis aliran pada bagian hulu darisambungan akan mengecil pada vena kontrakta. Percobaan-percobaan yang telah dilakukan menunjukan bahwa luas Penampang pada vena kontrakta sekitar 0.6 A2. Berdasarkan nilai ini
maka kehilangan energi dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
h=¿
dengan Ac dan Vc adalah luas tampang dan kecepatanpada vena kontrakta. Mengingat Ac = 0.6 A2 dan berdasarkan persamaan kontinuitas di daerah vena kontrakta, AcVc = A2V2 atau:
Vc=A2
AcV2=
A2
0.6
Maka :
hc=¿
Atau :
hc=KcV2
2
2g
Ket:c h = kehilangan enegi akibat penyempitan2 V = kecepatan aliran pada pipa 2c K = koefisien kehilangan energi akibat
penyempitang = percepatan grafitasi
Dengan nilai Kc untuk berbagai nilai D2 / D1
tercantum pada tebel berikut :
2.4 Konsep Hukum Bernoulli pada Fluida Riil
Energi fluida bervariasi antara penampang satu
terhadap yang lainnya sehingga hal yang ditinjau
pertama kali adalah Daya-Elementer yakni daya daripada
satuan Stream Tube yang sangat kecil dimensinya. Daya
tersebut menyatakan sebagai energy spesifik total
fluida pada satuan titik dengan debit diferensial.
dN=H.γ.dQ=(z+pγ
+v2
2g)γ.v.dS
Untuk seluruh arus, daya, dapat dihitung dengan integral persamaan tersebut untuk seluruh luasan penampang (S) :
N= γ∫s(z+pγ+
v22g ¿v.dS
Berdasarkan asumsi diatas maka :
N = γ(z pγ )∫sv.dS+γ2g
∫sv3.dS
Untuk rata-rata energy spesifik total pada suatui penampang, dihitung dengan membagi daya – total-arus dengan debitnya.
Hm=N
Q.γ=z+
pγ
+1
2g.Q∫sv3.dS
Apabila pada suku terakhir kita modifikasi dengan (v2mv2m
)
maka :
Hm=z+pγ
+∫sv
3.dSv3
m.sv2
m
2.g=z+
pγ
+∝v2m2g ……………………………(x)
Ket.
∝ : koefisien tanpa satuan untuk memperhitungkan disteribusi kecepatanyang Non Uniform
∝ = ∫sv
3.dSv3
m.S
Interpertasi : apabila pembilang dan penyebut kita
kalikan dengan (ρ2 ), maka (∝¿ dapat diinterprestasikan
sebagai pembanding antara energy kinetic sebenarnya dalam arus fluida pada suatu penampang terhadap energy kinetic apabila distribusi kecepatan dianggap berlangsung uniform (merata).
Karena profil distribusi kecepatan umumnya berupa parabola maka ∝≥1
∝=1apabila profil tersebut berupa garis lurus.
∝>1 maka :
∝=∫sv
3.dSv3m.S
=∫s¿¿
Apabila persamaan tersebut di selesikan maka untukpembilangya terdapat 4 suku yang selalu lebih besar dari pembilangya ((v3
m.S).
Pengaruh II
Untuk 2 penampang lintang dimana masing-masing mempunyai head total rata-rata Hm1danHm2 maka :
Hm1=Hm2+¿ H∑
Ket :
H : seluruh kerugian energy (Head Losses) sepanjang∑
arus antara penampang-penampang.
Dengan menerapkan rumus (x) maka kita bisa menyetakan rumus Bernoulli dalam fluida riil :
z1+p1γ
+∝1
v2m1
2g=z2+
p2
γ+∝2
v2m2
2g+−∑h
Kerugian Head
h = ξv2m2g
Kerugian tekanan
Pl = γh=ξv2
m
2gγ
Ket :
.ξ:Koefisien kerugian
Untuk kerugian local dapat ditentukan dari rumus “weisbach” :
Pl ¿ξlv2
2g atau Pl=ξlv2
2g γ
Ket
V = kecepatan rata-rata pada penampang pipa yang
dihitung kerugian lokal. Index (m) hanya digunakan
apabila kecepatan hilang
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Fluida riil adalah bagian dari fluida dinamis yang
dipengaruhi oleh kekentalan zat cair, sehingga fluida
riil juga bisa disebut sebagai aliran viskos. Sesuai
konsep viskositas, kekentalan zat cair dapat
menyebabkan adanya tegangan geser yang kemudian
berlanjut pada hilangnya energi. Fenomena kehilangan
energi tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
major loss (kehilangan energi akibat gesekan) dan minor
loss (kehilangan energi karena perubahan penampang).
Selain itu, aliran fluida riil juga dapat
dibedakan menjadi dua yaitu aliran laminer dan aliran
turbulen. Kedua jenis aliran ini dipengaruhi oleh
percobaan Reynold yang akhirnya mampu menciptakan
ketetapan bilangan Reynold. Ketetapan ini digunakan
sebagai penentu jenis aliran fluida rill yang mana
untuk rentang ..< 2000 maka alirannya disebut aliran
laminer yang bergerak sejajar pada arah lintasan dan
untuk rentang ..> 4000 maka disebut sebagai aliran
turbulen. Aliran turbulen merupakan hasil transisi
perpindahan aliran laminer ke turbulen yang disebabkan
karena banyaknya gangguan yang terjadi pada aliran
laminer yang tidak mampu diredam. Banyaknya gangguan
inilah yang menyebabkan aliran laminer tidak stabil dan
mengalami fase transisi menuju aliran turbulen. Kedua
aliran ini juga dapat menimbulkan kehilangan energi,
tetapi untuk aliran turbulen persamaan pada fase
kehilangan energi tidak dapat dianalisis secara
teoritis. Namun, untuk mempermudah analisis lanjut
dapat dibantu dengan pembagian pembahasan berdasar
jenis pipa.
Di samping hasil peneletian yang membuahkan hasil
bilangan Re, Reynold juga melakukan penelitian mengenai
pengukuran kehilangan energi di beberapa jenis panjang
pipa yang berbeda dengan ukuran debit yang berbeda
pula. Hasil penelitian ini melahirkan hukum baru yaitu
Hukum Tekanan Gesek. Selain itu, pembahasan fluida riil
juga memiliki pengaruh terhadap perubahan penampang
yang berujung pada konsep kontinuitas. Namun, jika
dirujuk kembali pada kekentalan jenis zat dan
kehilangan energi maka bagi persamaan Bernoulli-nya pun
mengikuti dan disesuaikan dengan dua karakter tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Djojodihardjo, Harijono. 1983. Mekanika Fluida. Jakarta:
Erlangga.
Krist, Thomas (alih Bahasa Dines Ginting). 1989.
Hidraulika. Jakarta: Erlangga.
M, M. Selpan. 2011. Aliran pada Saluran Tertutup (Pipa),
(Online),
(https://muhfari.files.wordpress.com/2011/11/aliran-
fluida-pada-aluran-tertutup-pipa.pdf, diakses10
Maret 2015).
Sari, Maya Dwi Wulan. 2013. VISKOSITAS, (Online),
(https://mayadwi83.wordpress.com/2013/10/31/makalah-
viskositas/, diakses 17 maret 2015).
Trihutomo, Prihanto. 2012. Mekanika Fluida. Malang:
Fakultas Teknik, Jurusan Teknk Mesin, Universitas
Negeri Malang.
Widya, Wiwit. 2013. Contoh Makalah Fisika “Viskositas”,
(Online),
(http://wiwitwidya27p.blogspot.com/2013/05/contoh-
makalah-fisika-viskositas-teknik.html, diakses 17
Maret 2015).