Makalah Seminar Matematika MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS PADA MATERI PELU ANG Oleh : DWI PUSPITA SARI NIM. 05.07.5045. 134 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2010
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 1/21
Makalah Seminar Matematika
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA SEKOLAH
MENENGAH ATAS PADA MATERI PELUANG
Oleh :
DWI PUSPITA SARI
NIM. 05.07.5045.134
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2010
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 2/21
i
HALAMAN JUDUL DAN PENGESAHAN
Judul : Model Pembelajaran Problem Solving
dalam Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa Sekolah
Menengah Atas pada Materi Peluang.
Diajukan pada mata kuliah : Seminar Pendidikan Matematika
Telah dikoreksi dan disetujui oleh :
Dra.Suriaty, M.Pd
NIP. 1957121.3198601.2001
Drs.Zainuddin Untu, M.Pd
NIP. 19651231.199203.1041
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 3/21
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
Makalah ini dapat disusun.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Pendidikan
Matematika dengan judul “Model Pembelajaran Problem Solving dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas pada Materi Peluang”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs.Zainuddin Untu, M.Pd dan Ibu Dra.Suriaty ,M.Pd selaku dosen mata kuliah Seminar
Pendidikan Matematika yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses
penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan penulis dalam penyusunannya. Oleh karena itu kritik sebagai
perbaikan sangat penulis harapkan.
Samarinda, Oktober 2010
Penulis
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 4/21
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Batasan Masalah....................................................................... 3
D. Tujuan ..................................................................................... 3
E. Manfaat .................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Belajar Matematika ................................................................. 5
B. Model Pembelajaran Problem solving...................................... 6
C. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving.................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 10
B. Saran........................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 5/21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan pada
setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD)
sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan merupakan
salah satu hal penting untuk menentukan maju mundurnya suatu bangsa,
maka untuk menghasilkan sumber daya manusia sebagai subyek dalam
pembangunan yang baik, diperlukan modal dari hasil pendidikan itusendiri. Khusus untuk mata pelajaran matematika, selain mempunyai sifat
yang abstrak, pemahaman konsep yang baik sangatlah penting karena
untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat pemahaman
konsep sebelumnya.
Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang
erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai
tugas untuk memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi
yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Sampai saat ini
masih banyak ditemukan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa di dalam
mempelajari matematika.
Materi dalam pelajaran matematika dikenal dengan hirarki yang
sangat ketat. Suatu topik akan menjadi sulit dipahami oleh siswa manakala
belum menguasai materi prasarat yang dibutuhkan. Dengan kata lain
bahwa kaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain, satu dalil
dengan dalil yang lain, satu topik dengan topik yang lain dan satu teori
dengan teori yang lain sangat erat. Pengertian tersebut menunjukkan
bahwa siswa harus diberi kesempatan sebanyak-banyaknya dalam melihat
atau mengkaji kaitan antara suatu topik dengan topik yang lain atau satu
konsep dengan konsep yang lain, yang dipelajarinya.
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 6/21
2
Perhatikan contoh berikut yang mengkaji kaitan antar hirarki dan
konsep dalam pembelajaran topik fungsi linier. Pada tingkat sekolah dasar
topik ini diperkenalkan melalui lambang yang sederhana yang anak-anak
sudah kenal, yaitu misalnya = 5 + 3. Pada Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP), pembelajaran topik ini, bukan lagi dengan simbol seperti
di atas, akan tetapi sudah dapat diajarkan dengan bentuk y = 5x + 3, di
mana x {…, -3, -2, -1, 0, , 2, 3, …}. Sedangkan pada tingkat Sekolah
Lanjutan Atas (SLTA), topik tersebut ditulis atau diajarkan dalam bentuk
f(x) = 5x + 3, x adalah bilangan nyata (real). Untuk mengajarkannya pada
tingkat Perguruan Tinggi (PT), tentu lebih mendalam lagi, yaitu
menggunakan istilah daerah definisi dan daerah hasil fungsi yang ditulis
dalam bentuk simbol yang lebih abstrak dan universal, yaitu f (x) = 5x + 3,
x R. adanya keterkaitan yang dikemukakan oleh Bruner erat kaitannya
dengan apa disebut mathematical connection dalam curriculum and
evaluation standard for school mathematics. Di dalam kurikulum tersebut,
ditekankan kepada siswa agar mampu mengkaji dan menerapkan kaitan
antara topik-topik matematika dan aplikasinya.
Implikasi dari pernyataan tersebut adalah agar siswa dapat:
(1) memahami representasi keekivalenan konsep yang sama,
(2) menghubungkan prosedur satu representasi ke representasi yang
ekivalen,
(3) menggunakan dan menghargai kaitan antara topik matematika, dan
(4) menggunakan dan menghargai kaitan matematika dengan disiplin
lain (NCTM, 1989).
Kaitan antara teori belajar Bruner dengan pendekatan pengajuan
masalah matematika dapat dilakukan dengan cara melibatkan siswa secara
aktif untuk mengkonstruksi dan mengajukan masalah, soal, atau
pertanyaan matematika sesuai dengan situasi yang diberikan. Misalnya,
siswa menyusun dan mengaitkan ide-ide yang disediakan dengan skemata
yang dimiliki oleh siswa. Pengajuan masalah dapat dilakukan oleh siswa
baik secara individu, berpasangan atau berkelompok. Ketiga cara tersebut
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 7/21
3
dapat menjadi penghubung antara topik yang diajarkan oleh guru dengan
skemata yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, menurut Silver dan Cai
(1996) bahwa hubungan tersebut penting artinya dalam meningkatkan
kemampuan siswa mengajukan dan memecahkan masalah.
Materi peluang sering kali tidak dapat dipahami dengan baik oleh
siswa dikarenakan dianggap memusingkan dan rumit, padahal tanpa
disadari mereka sering menghadapi masalah sehari-hari yang berkaitan
dangan peluang. Karena peluang tercipta dari apa yang dilakukan oleh
masyarakat dalam melaksanakan aktivitas kehidupannya sehari-hari, tetapi
ketika dihadapkan pada pembalajaran matematika materi peluang akan
mengalami kesulitan.
Model Pembelajaran Problem Solving adalah suatu model
pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan ketrampilan
pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan menarik
kesimpulan. Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan
dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi siswa dalam
mempelajari matematika, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang
maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba
mengambil judul Model Pembelajaran Problem Solving dalam
Pembelajaran Matematika Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas pada
Materi Peluang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan
rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana penerapan materi peluang
dengan menggunakan model pembelajaran problem solving ?”.
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan nantinya tidak meluas, maka penulis hanya akan
mengungkapkan tentang penerapan Model Pembelajaran Problem Solving
dalam Pembelajaran Matematika Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas
pada Materi Peluang.
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 8/21
4
D. Tujuan Penulisan.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dalam Pembelajaran
Matematika Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas pada Materi Peluang
E. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan:
1. Bagi guru dapat menjadi bahan referensi dalam mengelola
pembelajaran matemtika dikelas.
2. Bagi siswa menambah keaktifan dan menciptakan cara belajar yang
baik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dalam belajar matematika.
3. Bagi sekolah sebagai bahan sumbangan kepada pihak sekolah dalam
rangka perbaikan proses pembelajaran matematika.
5/17/2018 FKIP.SMR-134 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fkipsmr-134 9/21
BAB II
PEMBAHASAN
A. Belajar Matematika
Belajar adalah menambah atau mengumpulkan sejumlah
pengetahuan. Peserta didik diibaratkan sebagai botol kosong yang siap
diisi hingga penuh dengan berbagai pengetahuan. Selain itu, peserta didik
diberikan bermacam-macam materi pelajaran dalam rangka memperoleh
pengetahuan baru atau menambah pengetahuan yang telah dimilikinya
(Sihotang, 1997). Pendapat yang lebih modern menganggap bahwa belajar
merupakan kegiatan mental seseorang sehingga terjadi perubahan tingkahlaku. Perubahan tersebut dapat dilihat ketika siswa memperlihatkan
tingkah laku baru, yang berbeda dari tingkah laku sebelumnya. Selain itu,
perubahan tingkah laku tersebut dapat dilihat ketika seseorang memberi
respons yang baru pada situasi yang baru (Gledler, 1986) Hudoyo (1998)
menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan yang berlangsung dalam
mental seseorang, sehingga terjadi perubahan tingkah laku, di mana
perubahan tingkah laku tersebut bergantung kepada pengalaman
seseorang.
Beberapa alasan mengapa matematika perlu diajarkan disekolah.
Pertama, Matematika menyiapkan siswa menjadi pemikir dan penemu.
Kedua, matematika menyiapkan siswa menjadi warga negara yang hemat,
cermat dan efisien, selain itu matematika membantu siswa untuk
mengembangkan karakternya.
Orientasi pengajaran matematika cenderung sangat prosedural, secara
gamblang seorang guru menyatakan bahwa selama ini mereka (para guru