Page 1
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 IDENTIFIKASI
Nama : Novia
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 2 tahun
Alamat : Dalam Kota
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
MRS : 25 September 2010
1.2 ANAMNESIS (alloanamnesa)
Keluhan Utama
Nyeri dan sulit menggerakkan tungkai kiri setelah terjatuh
Riwayat Perjalanan Penyakit
± 9 hari SMRS, penderita terjatuh saat berjalan. Penderita terjatuh dengan
kaki kiri membentur benda keras.
Penderita sering mengalami patah tulang setelah trauma ringan sejak lahir.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 112 x/menit
Pernapasan : 26 x/menit
1
Page 2
Suhu : 36,3o C
Pupil : Isokor, Refleks cahaya (+/+)
Kepala : Konjuctiva pucat -/-
Kulit : Tidak ada kelainan
KGB : Tidak ada pembesaran
Leher : Tidak ada kelainan
Paru-paru : Tidak ada kelainan
Jantung : Tidak ada kelainan
Abdomen : Tidak ada kelainan
Genitalia Eksterna : Tidak ada kelainan
Ekstremitas Superior : Tidak ada kelainan
Ekstremitas Inferior : Lihat Status Lokalis
Status Lokalis
Sklera : Berwarna biru gelap
Regio Femur Sinistra
I : Deformitas (+)
P : NVD baik
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hematologi (Tanggal 28 September 2010)
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Hemoglobin 13,1 g/dL 14 – 18 g/dL
2 Hematokrit 39 vol% 40 – 48 vol%
3 Leukosit 12.100/mm3 5.000-10.000/mm3
4 Trombosit 255.000/mm3 200.000 - 500.000/mm3
5 Hitung jenis
Basofil 0 0-1 %
2
Page 3
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
3
1
55
39
2
1-3 %
2-6 %
50-70 %
20-40 %
2-8 %
Pemeriksaan Kimia Klinik (Tanggal 28 September 2010)
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Na 142 mmol/l 135-155 mmol/L
2 K 5,2 mmol/l 3,5-5,5 mmol/L
Pemeriksaan Radiologis
Rontgen Regio Femur Sinistra AP / Lateral :
Kesan : Fraktur femur sinistra 1/3 proximal transverse displaced
3
Page 4
1.5 DIAGNOSIS KERJA
Fraktur os Femur Sinistra 1/3 Proximal Transverse Displaced Tertutup +
Osteogenesis Imperfekta
1.6 PENATALAKSANAAN
Terapi konservatif
IVFD
Analgetik
Reduksi dan Imobilisasi
Biphosphonat
Rehabilitasi dan edukasi
1.7 PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : bonam
4
Page 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 FRAKTUR PATOLOGIS
2.1.1. Definisi
Fraktur patologis adalah fraktur akibat lemahnya struktur tulang
oleh proses patologik, seperti neoplasia, osteomalasia, osteomielitis, dan
penyakit lainnya. Disebut juga secondary fracture dan spontaneous
fracture.
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh.
Ruang di tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik,
yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat
primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.
Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup
luas untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis
adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini akan
menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis yang letaknya dekat
sendi tulang panjang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan
memanjang tulang terhenti.
Hampir semua tulang berongga di bagian tengahnya. Struktur
demikian memaksimalkan kekuatan struktural tulang dengan bahan yang
relatif kecil atau ringan. Kekuatan tambahan diperoleh dari susunan
kolagen dan mineral dalam jaringan tulang. Jaringan tulang dapat
berbentuk anyaman atau lamelar. Tulang yang berbentuk anyaman
terlihat saat pertumbuhan cepat. Seperti sewaktu perkembangan janin
5
Page 6
atau sesudah terjadinya patah tulang, selanjutnya keadaan ini akan
diganti oleh tulang yang lebih dewasa yang berbentuk lamelar.
Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum,
yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam
proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang
panjang mempunyai arteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh
darah inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses
penyembuhan suatu tulang yang patah.
Pada anak, terdapat lempeng epifisis yang merupakan tulang rawan
pertumbuhan. Periosteum sangat tebal dan kuat dan menghasilkan kalus
yang cepat dan lebih besar daripada orang dewasa.
Perbedaan di atas menjelaskan perbedaan biomekanik tulang anak-
anak dibandingkan orang dewasa, yaitu :
Biomekanik tulang
Tulang anak-anak sangat poros, korteks berlubang-lubang
dan sangat mudah dipotong oleh karena kanalis Haversian
menduduki sebagian besar tulang. Faktor ini menyebabkan tulang
anak-anak dapat menerima toleransi yang besar terhadap deformasi
tulang dibandingkan orang dewasa. Tulang orang dewasa sangat
kompak dan mudah mengalami tegangan dan tekanan sehingga
tidak dapat menahan kompresi.
Biomekanik lempeng pertumbuhan
Lempeng pertumbuhan merupakan tulang rawan yang
melekat pada metafisis yang bagian luarnya diliputi oleh
periosteum sedang bagian dalamnya oleh procesus mamilaris.
Untuk memisahkan metafisis dan epifisis diperlukan kekuatan
yang besar. Tulang rawan lempeng epifisis mempunyai konsistensi
seperti karet yang besar.
Biomekanik periosteum
Periosteum pada anak-anak sangat kuat dan tebal dan tidak
mudah mengalami robekan dibandingkan orang dewasa.
6
Page 7
Pada keadaan normal tulang mengalami pembentukan dan
absorpsi pada suatu tingkat yang konstan, lemah pada masa
pertumbuhan anak-anak dimana lebih banyak terjadi pembentukan
daripada absorpsi tulang. Proses-proses ini penting untuk fungsi
normal tulang. Keadaan ini membuat tulang dapat berespon
terhadap tekanan yang meningkat dan untuk mencegah terjadi
patah tulang.
Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya
remodelling yang lebih besar dibandingkan pada orang dewasa,
sehingga tulang pada anak-anak mempunyai perbedaan fisiologi,
yaitu :
Pertumbuhan berlebihan
Pertumbuhan diafisis tulang panjang akan memberikan
stimulasi pada pertumbuhan panjang, karena tulang rawan
lempeng epifisis mengalami hiperemi pada waktu penyambungan.
Deformitas yang progresif
Kerusakan permanen lempeng epifisis menyebabkan
kependekan atau deformitas anguler pada epifisis.
Fraktur total
Pada anak-anak fraktur total jarang bersifat komunitif
karena tulangnya sangat fleksibel dibandingkan orang dewasa.
2.1.3. Etiologi
Suatu fraktur yang terjadi pada tulang yang abnormal. Ini bisa :
- Kongenital : misalnya osteogenesis imperfekta, displasia fibrosa.
- Peradangan : misalnya osteomielitis.
7
Page 8
- Neoplastik :
· benigna : misalnya enkhondroma
· maligna : primer, misalnya osteosarkoma, mieloma
sekunder, misalnya paru-paru, payudara, tiroid, ginjal, prostat
- Metabolik : misalnya osteomalasia, osteoporosis, panyakit Paget.
2.1.4. Diagnosa
a. Osteogenesis Imperfekta
1. Golongan ini terdapat pada bayi yang lahir telah mati dengan tulang-
tulang diseluruh kerangka mengandung fraktura-fraktura banyak
sekali. Mayat bayi tadi seakan-akan merupakan suatu kantongan
kulit yang berisikan pecahan-pecahan tulang.
2. Osteogenesis Imperfekta Infantilis : Pada jenis ini bayi masih lahir
hidup, akan tetapi mengandung kelainan-kelainan berat diantaranya
pada bayi ini juga terdapat beberapa fraktura. Bentuk kepala besar
sedang tulang-tulangnya tidak kuat. Setiap kali tumbuh fraktura-
fraktura baru, akhirnya anak tadi meninggal sesudah hidup 1 atau 2
tahun.
3. Osteogenesis Imperfekta Tarda : Pada jenis ini anak pada waktu lahir
belum menunjukkan gejala-gejala yang menonjol. Setelah bayi
tumbuh menjadi anak, misalnya pada umur 4, 5, 6 tahun, maka
semakin jelas adanya gejala-gejala, berupa :
- Tulang tumbuhnya terbelakang
- Selaput mata tidak putih tetapi biru
8
Page 9
- Mudah timbul fraktura walaupun hanya dengan trauma yang
sangat kecil
- Tulang kepala lebar pada kening kepala. Pada jenis ini anak
mungkin dapat mencapai umur belasan tahun, akan tetapi
kebanyakan dari mereka tidak akan hidup lama.
Osteogenesis Imperfekta jenis 1 tampak multiple fractures pada tulang-tulang panjang pada bayi yang lahir dalam keadaan meninggal.
b. Displasia Fibrosa
Merupakan kelainan kongenital yang tak diketahui etiologinya.
Bisa poliostotik atau monostatik. Terdapat proliferasi osteoklast dengan
destruksi tulang dan diganti dengan jaringan fibrosa. Tak ada perubahan
biokimia selain dari peningkatan fosfatase alkali. Bentuk monostatik
lebih lazim mengenai femur, iga-iga, tibia dan tulang wajah. Sindroma
Albright merupakan displasia fibrosa dengan lesi kulit berpigmentasi
dan pubertas prekok atau perubahan endokrin lain oleh terkenanya regio
sella.
c. Osteomielitis
Osteomielitis primer dapat dibagi menjadi osteomielitis akut dan
kronik. Fase akut ialah fase sejak terjadinya infeksi sampai 10-15 hari.
Pada fase ini anak tampak sangat sakit, panas tinggi, pembengkakan
dan gangguan fungsi anggota gerak yang terkena. Pada pemeriksaan
9
Page 10
laboratorium ditemukan laju endap darah yang meninggi dan
leukositosis, sedang gambaran radiologik tidak menunjukkan kelainan.
Pada osteomielitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu berat,
anggota yang terkena merah dan bengkak atau disertai terjadinya fistel.
d. Enkhondroma
Merupakan tumor benigna sejati, terdiri dari sel-sel kartilago
yang timbul pada tulang walau asalnya kartilago epifisis. Paling sering
pada tulang panjang yang berukuran pendek pada tangan yang cenderung
memasuki medulla dan dikenal sebagai enkhondroma. Kadang-kadang
timbul pada tulang yang datar seperti pada ileum, yang menonjol kea rah
luar membentuk suatu enkhondroma.
Secara klinis enkhondroma pada tulang tangan sering terlewatkan
kecuali korteks yang menipis menyebabkan fraktura. Enkhondroma pada
tulang panjang utama bisa menjadi khondrosarkoma bila mengalami
perubahan menjadi ganas. Ini sebaiknya diduga tumor jika kartilago pada
orang dewasa mulai membesar.
Massa kartilago multipel pada tulang panjang utama akibat kegagalan
barisan kartilago epifisis menjadi tulang.
10
Page 11
Tampak bayangan radiolusen pada falangs proksimal dan tengah jari IV, falangs
proksimal jari V serta metacarpal IV dan V. Tulang-tulang tersebut sangat melebar karena
ekspansi dan korteks menipis. Batas lesi tegas.
e. Osteosarkoma
Gejala yang ditampilkan berupa nyeri yang bersifat tumpul dan
menetap dan ini sebaliknya bisa menarik perhatian ke pembengkakkan
tulang. Kemudian karena pertumbuhan progresif dan destruksi tulang yang
normal meningkat, bisa terjadi fraktura patologik. Penyebaran metastatik
paru-paru tetapi kadang-kadang menyebar ke tulang yang lain. Prognosa
jelek, hanya kira-kira seperlima pasien dapat bertahan hidup untuk lima
tahun.
Osteosarkoma pada tibia proksimal.
f. Mieloma Multipel
Pasien biasanya orang dewasa usia pertengahan dan nyeri
merupakan gejala yang lazim. Bisa berupa nyeri yang tersebar karena
deposit tulang yang multipel atau timbul mendadak pada satu tempat,
11
Page 12
karena fraktura patologik terutama pada pinggang sebagai akibat
kolapsnya korpus vertebrae. Kemudian destruksi sumsum tulang merah
menyebabkan anemia berat.
Radiograph of the skull showing multiple punched-out lesions in a patient with multiple myeloma
g. Rickets
Rickets atau Rachitis adalah suatu penyakit kerangka yang telah
lama dikenal, terutama di negeri Inggris.
Pada waktu ini semua penyakit kerangka yang disebabkan karena
kurangnya zat anorganik terutama yang perlu dalam pertumbuhan tulang,
digolongkan di dalam penyakit Rickets. Zat anorganik terutama terdiri
dari Ca dan P. Metabolisme kedua zat ini di dalam pertumbuhan tulang
sangat dipengaruhi oleh sinar ultraviolet. Dengan demikian kekurangan
vitamin D menimbulkan kekurangan Ca dan P dan terjadi penyakit
Rachitis. Malahan dalam bentuk klasik kekurangan vitamin inilah yang
menjadi sebab penyakit Rickets. Di samping itu gangguan metabolisme
Ca dan P juga disebabkan karena penyakit ginjal, sehingga demikian juga
dapat timbul penyakit Rickets. Juga penyakit-penyakit pada usus dapat
menimbulkan terganggunya pengambilan zat Ca dan P ke dalam darah
sehingga dapat pula menimbulkan penyakit Rickets.
12
Page 13
Umumnya secara klinis, penyakit Rickets digolongkan dalam 2 golongan, ialah :
Infantil Rickets, ialah yang terdapat pada anak-anak di bawah umur 5 tahun.
Late Rickets, yang terdapat pada orang-orang dewasa. Penyakit ini dinamakan juga Osteomalacia, yang berarti bahwa kerangka menjadi lunak.
Rickets disease yang telah lanjut
Pada infantile rickets acuta terdapat gejala-gejala sebagai berikut :
- Banyak keringat
- Tidak ada ketenangan pada waktu anak tidur
- Kelemahan pada anggota gerak
- Peradangan Catarrh
Pada anak yang menderita Rickets yang telah tenang terdapat gejala-gejala sebagai berikut :
- Kepala besar
- Perut membesar
13
Page 14
- Dada sempit
- Pada tulang-tulang rusuk ada pembengkakan pada epifisis, sehingga
menimbulkan gejala-gejala klinik yang klasik yang kita kenal sebagai
Tasbeh Rickets (Rickets Rosary)
- Pada tulang-tulang panjang juga ada pembengkakan pada epifise
- Pembengkakan dalam bentuk vara atau valga di dekat sendi
- Terlambatnya pembentukan gigi
- Terganggunya kekuatan otot-otot dan terlambat jalannya
- Pembesaran hati dan limpa
h. Osteomalasia
Nama osteomalasia dan “rickets” termasuk sekelompok penyakit.
Gambaran pusatnya berupa terdapatnya perlambatan mineralisasi tulang
baru karena proses ini menurun. Rickets timbul pada anak-anak dan
secara klinis terdapat selama masa pertumbuhan serta mempengaruhi
epifisis. Osteomalasia timbul pada orang dewasa setelah fusi epifisis.
Diagnosa biokimia dibuat atas pengukuran kalsium, fosfat dan
fosfatase alkali. Biopsi tulang mungkin diperlukan dalam usaha
menegakkan diagnosa.
Agar tulang dimineralisasi, harus terdapat vitamin D untuk
mengabsorpsi kalsium. Kekurangan sinar matahari mencegah sintesa
vitamin D dan malabsorpsi mencegah absorpsi dan metabolisme vitamin
D.
Pada anak-anak, defisiensi menimbulkan retardasi pertumbuhan
serta pembesaran tulang membranosa tengkorak dan epifisis, dengan
14
Page 15
berkembangnya iga menimbulkan “rickety rosary”. Pada orang dewasa,
tulang cenderung melengkung atau fraktura.
i. Osteoporosis
Gejala klinis yang paling umum adalah nyeri dan kelainan bentuk
yaitu fraktur, bagaimanapun banyak pasien yang terkejut bahwa tingginya
badan berkurang karena fraktur tulang belakang yang asimptomatis.
Fraktur yang paling sering terjadi di ruas tulang belakang bagian dada dan
pinggang. Fraktur pada umumnya mendadak dan mungkin dipercepat oleh
pergerakan yang mendadak, mengangkat berat, lompat, atau bahkan oleh
trauma biasa. Nyeri biasanya khas di lokasi fraktur, tetapi dapat menyebar
ke abdomen atau panggul. Faktor yang tidak nyaman meliputi mengejan,
batuk, membungkuk, atau duduk. Faktor yang mengurangi sakit meliputi
berbaring dengan kaki dibengkokkan ke atas.
15
Page 16
Fraktur Kompresi (codfish vertebrae)
j. Penyakit Paget
Penyakit ini dinamakan juga osteitis deformans dan walaupun
gejala-gejalanya jelas, tetapi sebabnya belum diketahui. Penyakit ini dapat
bersifat monostotic atau poliostotic. Monostotic ialah jika gejala-gejala
terdapat pada satu tulang tertentu dan poliostotic jika gejala-gejala terdapat
pada beberapa tulang dari tubuh. Pada tulang yang terkena penyakit ini
terdapat tempat-tempat di mana ada perlunakan dan deformitas, di
samping perluasan dan pertumbuhan tulang-tulang baru. Histopatologis
pada tulang-tulang tadi terdapat jaringan granulasi dan sel osteoklast.
Tulang-tulang terutama tulang panjang, dapat membengkok dan dengan
demikian menyukarkan fungsi tubuh. Gejala-gejala tadi disertai rasa nyeri
sehingga penderita pada umumnya terpaksa tinggal di tempat tidur.
Penyakit ini hanya terdapat pada orang dewasa.
16
Page 17
Penyakit Paget pada femur.
k. Tumor Tulang Sekunder
Merupakan jenis tumor tulang ganas yang sering didapat.
Kemungkinan tumor tulang merupakan tumor metastatik harus selalu
difikirkan, pada penderita yang berusia lanjut. Pada usia dewasa/lanjut
jenis keganasan yang sering bermetastase ke tulang ialah karsinoma
payudara, paru-paru, lambung, ginjal, usus, prostat dan tiroid.
Sedang pada anak-anak ialah neuroblastoma. Penderita-penderita yang
meninggal akibat karsinoma, pada pemeriksaan bedah mayat ternyata
paling sedikit seperempatnya menunjukkan tanda-tanda metastase ke
tulang. Sel-sel anak sebar mencapai tulang dengan melalui jalan darah,
saluran limfe atau dengan cara ekstensi langsung. Sumsum tulang
merupakan tempat yang subur untuk pertumbuhan sel-sel anak sebar,
dengan demikian tulang vertebra, pelvis, iga dan bagian proksimal tulang-
tulang panjang merupakan tempat yang paling sering dihinggapi oleh sel-
sel anak sebar. Pada penderita dengan kemungkinan keganasan tulang
metastatik, maka harus dilakukan pemeriksaan pada semua tulang
misalnya dengan bone survey atau bone scan. Keluhan penderita yang
paling menonjol ialah rasa sakit. Rasa sakit dapat diakibatkan oleh fraktur
patologis. Dalam beberapa keadaan justru lesi metastatik di tulang yang
terlebih dulu ditemukan dan didiagnosis, dimana hasil pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan suatu jenis neoplasma tulang metastatik yang
17
Page 18
kadang-kadang jaringan asalnya sulit ditentukan, sehingga harus dicari
dengan cermat lokasi daripada tumor primernya.
Pada umumnya tumor metastatik akan mengakibatkan gambaran
osteolitik, sedang pada metastase Ca prostat nampak gambaran
osteoblastik/osteoklerosis. Kadar Ca meninggi karena terjadi pelepasan
kalsium ke dalam darah akibat proses resorbsi osteoblastik pada tulang.
Adanya pembentukan tulang reaktif ditandai oleh kadar fosfatase alkali
yang meningkat. Pada metastase Ca prostat, kadar fosfatase asam
meninggi.
2.2. OSTEOGENESIS IMPERFEKTA
2.2.1. Definisi
Osteogenesis Imperfekta adalah suatu keadaan dimana tulang-
tulang menjadi rapuh secara abnormal. Penyakit ini merupakan suatu
penyakit keturunan yang terjadi akibat adanya kelainan pada jumlah atau
struktur kolagen tipe I, yang merupakan bagian penting dari tulang. Secara
klasik sindrom ini ditandai oleh tulang yang rapuh, sklera biru, ligamen
yang kendur, hilangnya pendengaran, dentinogenesis imperfekta, atau
kombinasi dari gambaran-gambaran ini. Beberapa penderita mempunyai
tulang yang sangat rapuh dengan banyak fraktur dan mengalami kematian
selama periode perinatal. Ada pula beberapa tulang yang nampak rapuh
dan hidup dalam usia pendek.
Osteogenesis imperfekta dikelompokkan menjadi empat tipe. Dua
tipe merupakan autosomal dominan yang diturunkan dalam bentuk
autosomal resesif turunan dan campuran autosomal dominan dan resesif.
Adanya banyak fraktur pada awal kehidupan dengan
dentinogenesis imperfekta atau sklera biru atau keduanya, cukup untuk
pegangan dalam menegakkan diagnosis. Hilangnya pendengaran pada usia
18
Page 19
dini atau riwayat tulang rapuh pada sejumlah anggota keluarga merupakan
suatu tanda yang patut dicurigai akan adanya penyakit ini.
2.2.2. Proses Osifikasi
Proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7
minggu dan berlangsung sampai dewasa. Proses terbentuknya tulang
terjadi dengan 2 cara yaitu melalui osifikasi intra membran dan osifikasi
endokondral :
a. Osifikasi intra membran
Proses pembentukan tulang dari jaringan mesenkim menjadi
jaringan tulang, contohnya pada proses pembentukan tulang pipih. Pada
proses perkembangan hewan vertebrata terdapat tiga lapisan lembaga
yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Mesenkim merupakan
bagian dari lapisan mesoderm, yang kemudian berkembang menjadi
jaringan ikat dan darah. Tulang tengkorak berasal langsung dari sel-sel
mesenkim melalui proses osifikasi intramembran.
b. Osifikasi endokondral
Proses pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-sel
mesenkim berdiferensiasi lebih dulu menjadi kartilago (jaringan rawan)
lalu berubah menjadi jaringan tulang, misal proses pembentukan tulang
panjang, ruas tulang belakang, dan pelvis. Proses osifikasi ini
bertanggung jawab pada pembentukkan sebagian besar tulang manusia.
Pada proses ini sel-sel tulang (osteoblas) aktif membelah dan muncul
dibagian tengah dari tulang rawan yang disebut center osifikasi.
Osteoblas selanjutnya berubah menjadi osteosit, sel-sel tulang dewasa
ini tertanam dengan kuat pada matriks tulang.
Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk
tulang rawan (kartilago). Mula-mula pembuluh darah menembus
perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan, merangsang sel-
sel perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan
19
Page 20
membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah
menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam
tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer,
sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi
kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan, dengan
demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan
menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan
fungsi) dan pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur)
bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga
terbentuklah rongga untuk sumsum tulang. Pada tahap selanjutnya
pembuluh darah akan memasuki daerah epifise sehingga terjadi pusat
osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian
masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting
dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara epifise dan
diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise
terus-menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti
dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian tebal cakram epifise
tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan
diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan
oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat yang
bersamaan osteoblas di periosteum
2.2.3. Etiologi
Ostogenesis imperfekta mungkin merupakan penyakit tulang
turunan yang paling sering ditemukan. Ostogenesis imperfekta tipe I
merupakan yang paling sering insidennya, yaitu 1 dalam 30.000 kelahiran
hidup. Tipe ini bisa berupa derajat ringan sampai sedang dengan
20
Page 21
autosomal dominan turunan. Tipe II merupakan bentuk yang paling berat.
Insidennya dalam 100.00 kelahiran. Merupakan autosomal resesif
meskipun dapat pula bukan merupakan kasus turunan. Tipe III merupakan
campuran autosomal dominan dan resesif turunan. Tipe IV merupakan
autosomal dominan dan derajatnya sedang.
Penemuan biokimiawi menyatakan bahwa sindrom osteogenesis
imperfekta merupakan hasil kesalahan metabolisme kolagen kongenital.
Sebagian besar bentuk penyakit ini disebabkan oleh mutasi struktur gen
pada protein kolagen. Kerusakkan sel yang spesifik pada sebagian
penderita tidak dapat diidentifikasi dan fenotipik yang heterogen
disebabkan oleh mutasi pada gen yang diperlukan untuk mempertahankan
jaringan tualng dan jaringan ikat.
2.2.4. Patofisiologi
Serat kolagen tipe I ditemukan di tulang, kapsul organ, fasia,
kornea, sklera, tendon, meninges, dan dermis. Tipe I kolagen, yang
merupakan sekitar 30% dari tubuh manusia dengan berat, adalah protein
cacat osteogenesis imperfekta.
Secara struktural, serat kolagen tipe I terdiri dari heliks kidal
dibentuk oleh jalinan pro-alpha 1 dan pro-alpha 2 rantai. Mutasi pada
lokus yang menyandikan rantai ini menyebabkan osteogenesis imperfekta
(yaitu, COL1A1 pada 17q21 band dan COL1A2 pada band 7q22.1,
masing-masing). mutasi lainnya dapat menyebabkan kerapuhan tulang
bawaan terkait dengan fitur klinis atau histologis yang khas (misalnya,
pembentukan kalus berlebihan, pseudoglioma, mineralisasi cacat tulang).
Kondisi ini telah dikelompokkan sebagai sindrom yang menyerupai
osteogenesis imperfekta.
Cartilage-associated protein (CRTAP) adalah protein yang
diperlukan untuk prolyl 3-hidroksilasi. Kehilangan CRTAP pada tikus
menyebabkan osteochondrodysplasia ditandai dengan osteoporosis parah
dan penurunan produksi osteoid. Pada manusia, mutasi CRTAP
21
Page 22
menyebabkan modifikasi posttranslational kelebihan kolagen, dan
mungkin terkait dengan sindrom menyerupai osteogenesis imperfekta,
termasuk bentuk resesif dari sindrom mematikan menyerupai OI dan
sindrom menyerupai OI dengan pembentukan kalus berlebihan.
Tulang rapuh bawaan dengan rhizomelia
Mutasi pada salah satu dari dua komponen dari kompleks kolagen
3-hidroksilasi prolyl (Cartilage-associated protein [CRTAP] dan prolyl 3-
hidroksilase 1 [P3H1]) menyebabkan sindrom ini resesif autosomal
menyerupai osteogenesis imperfekta dengan lipat kolagen tertunda.
Tingkat keparahan dalam hal patah tulang dan cacat adalah moderat
sampai parah. Fraktur dapat hadir pada saat lahir. Dalam studi hubungan,
cacat genetik telah dipetakan ke dalam lengan pendek kromosom 3, di
mana tidak ada gen mengkodifikasi tipe I procollagen.
Tulang rapuh bawaan dengan pembentukan kalus berlebihan
Pasien tersebut mengembangkan kapalan hiperplastik dalam tulang
panjang setelah patah tulang atau bedah ortopedi yang melibatkan
osteotomies. Mutasi pada jenis gen procollagen belum ditemukan pada
pasien ini. Bentuk menyerupai sindrom osteogenesis imperfekta
merupakan hasil mutasi gen CRTAP. Warisan tampaknya autosomal
dominan.
Pada radiografi, sebuah kalus berlebihan dapat diamati sekitar
beberapa patah tulang. Ukuran dan bentuk dari kalus dapat tetap stabil
selama bertahun-tahun setelah periode pertumbuhan yang cepat.
Histomorphometric penelitian mengungkapkan bahwa lamella tulang
tersebut diatur dalam mode meshlike, yang bertentangan dengan susunan
paralel khas pada pasien dengan osteogenesis imperfekta. Sindrom ini
disebut penyakit tulang aspirin yang meluas.
22
Page 23
Tulang rapuh bawaan dengan kontraktur sendi (Bruck sindrom)
Pasien dengan sindrom Bruck memiliki tulang rapuh bawaan yang
mengarah ke patah tulang berulang-ulang, serta kontraktur sendi dan
pterygia (arthrogryposis multipleks congenital). Warisan tampaknya
resesif. Tidak ada mutasi pada gen COL1A1 atau COL1A2 ditemukan
pada 3 pasien dengan sindrom Bruck yang menjalani tes procollagen
mutasi. Cacat dasar yang dipetakan ke lokus 17p12 (18-cM interval),
dimana hidroksilase telopeptidyl tulang berada.
Tulang rapuh bawaan dengan cacat mineralisasi
Secara klinis tidak dapat dibedakan dari osteogenesis imperfekta
sedang sampai parah. Diagnosa hanya mungkin dengan cara temuan biopsi
tulang, dimana cacat mineralisasi mempengaruhi pertumbuhan tulang
matriks tulang rawan dan hemat jelas. Pasien memiliki gigi yang normal,
dan mereka tidak memiliki tulang wormian. Mereka tidak ada tanda-tanda
radiologis keterlibatan pertumbuhan-piring walaupun cacat mineralisasi
terlihat pada biopsi tulang. Bentuk ini merupakan beberapa karakteristik
dengan ossium fibrogenesis imperfecta, dan bentuk ringan dapat diamati.
Pola warisan tidak jelas, tetapi kasus-kasus dalam 2 saudara dari
orang tua kerabat sehat menyarankan mosaicism gonad atau sifat resesif
somatik. Struktur molekul kolagen tampaknya normal, dan tidak ada
mutasi gen COL1A1 dan COL1A2 telah ditemukan.
Sindrom resesif lain yang menyerupai osteogenesis imperfekta
Studi genetik sindrom resesif menyerupai osteogenesis imperfekta
dilaporkan dalam kulit hitam Afrika Selatan menunjukkan mutasi yang
melibatkan kedua gen CRTAP dan proteoglycan prolin-diperkaya gen
leusin 1 (LEPRE1), yang keduanya terlibat dalam prolin kolagen-3
hidroksilasi. Kasus ini telah ditemukan disebabkan oleh mutasi pada gen
CRTAP.
23
Page 24
2.2.5. Klasifikasi
Hampir 30.000 individu di Amerika menderita osteogenesis
imperfekta dengan gambaran klinis yang bevariasi. Pada kasus ringan, ada
yang tetapi tidak terdiagnosis.
Tipe I
Ditandai oleh osteoporosis, kerapuhan tulang, sklera biru, dan
hilangnya pendengaran pada remaja dan dewasa. Sklera jelas dan tampak
berwarna biru hitam. Fraktur dapat terjadi pada 10% penderita atau tampak
selama masa bayi atau anak-anak. Usia penderita bervariasi, sering terjadi
fraktur dan deformitas skeletal. Umunya, berat badan dan tinggi lahir
normal. Deformitas tulang panjang cenderung ringan dengan manifestasi
bungkuk dan deformitas angulasi pada tempat yang sebelumnya parah
mengalami fraktur.
Kiphoskoliosis yang progresif terlihat pada 20% penderita dewasa
dan dapat parah. Kelemahan yang sangat dari otot tangan, kaki, dan lutu
umum terjadi pada anak. Gangguan pendengaran umumnya dimulai pada
dekade kedua, terjadi pada 35% penderita dewasa. Dentinogenesis
imperfekta juga dapat terjadi pada beberapa tipe I ini.
Tipe II
Merupakan sindrom yang mematikan dan separuh dari penderita
tetap lahir. Insidenya ditemukan sebanyak 1 dari 100.000 kelahiran.
Merupakan autosomal resesif meskipun dapat pula terjadi secara spontan.
Pada bayi ditandai dengan berat lahir yang rendah, tinggi lahir yang
pendek, dan paha yang lebar meluas sampai tegak lurus tubuh, kaki
pendek, melengkung, dan deformasi. Kulit tipis, lemah dan dapat terluka
pada saat cedera, osifikasi kranium kurang hipotelorisme. Hidung yang
kecil dan bengkok berbentuk segitiga. Gangguan osifikasi tulang
menyebabkan tulang sangat rapuh dan sering fraktur, bahkan selama
kelahiran.
24
Page 25
Kelainan gigi ditemukan berupa dentin yang atubular dengan
struktur fiber yang argirofilik seperti renda, tidak adanyan predentin, dan
bundel fiber argiofilik dalam pulpa gigi.
Tipe III
Campuran autosomal resesif dan dominan. Jarang terjadi, ditandai
oleh cacat pada saat lahir berupa sangat rapuhnya tulang, fraktur multipel,
dan deformitas tulang yang progresif. Sklera biru pada saat lahir, tetapi
kemudian warnanya akan berkurang sehingga pada remaja dan dewasa
warna sklera menjadi normal. Kematian pada masa kanak-kanak tinggi
sebagai akibat komplikasi kardiopulmonal dan prognosis buruk karena
kiphoskoliosis berat. Penderita tipe II ini tampak paling pendek diantara
semua penderita osteogenesiss imperfekta. Dentinogenesis imperfekta
terlihat pada tipe ini. Gangguan pendengaran dapat juga terjadi pada anak-
anak.
Tipe IV
Merupakan osteopenia dominan ynag diturunkan dan cenderung
merapuhkan tulang, tanpa gambaran klasik lain yang berhubungan dengan
sindrom osteogenesis imperfekta. Sklera kebiruan hanya pada saat lahir.
Serangan fraktur bervariasi dari lahir sampai dewasa dan
deformitas tulang juga sangat bervariasi. Bengkoknya anggota badan pada
saat lahir dapat merupakan gambaran satu-satunya pada sindrom tipe ini,
sementara deformitas progresif tulang panjang dan tulang belakang dapat
terjadi tanpa fraktur. Kemajuan yang spontan dapat terjadi pada masa
pubertas. Dentinogenesis imperfekta dapat terlihat pada tipe ini. Frekuensi
gangguan pendengaran pada dewasa jarang ditemukan.
2.2.6. Diagnosis
a. Anamnesis
Umumnya pasien dengan osteogenesis imperfekta ini mengeluh
mudahnya patah tulang setelah trauma ringan, dan mudah sekali
mengalami lebam. Selain itu pada pasien dengan kelainan
25
Page 26
kongenital seperti ini juga penting untuk diketahui bagaimana
riwayat kehamilan dan kelahirannya, serta riwayat penyakit yang
sama di keluarga.
b. Pemeriksaan fisik
Manifestasi klinis pada pasien ini berbeda berdasarkan tipenya. Trias
osteogenesis imperfekta terdiri dari:
- Tulang yang rapuh
- Gangguan pendengaran
- Sklera kebiruan
Gejala lainnya yang biasa ditemukan pada osteogenesis imperfekta:
- Patah tulang
- Pada suatu waktu terjadi lebih dari 1 patah tulang (patah tulang
multipel)
- Patah tulang bisa terjadi setelah cedera ringan maupun sudah
ada ketika bayi lahir
- Kelainan bentuk pada anggota gerak
- Tuli (gangguan pendengaran konduktif bisa terjadi pada remaja
dan dewasa)
- Kifosis
- Kifoskoliosis
- Postur tubuh yang pendek
- Kelainan gigi
- Pektus karinatum
- Pektus ekskavatum (kaki cekung, punggung kaki melengkung
sehingga bagian depan punggung kaki menyentuh lantai)
- Pes planus (kaki datar, seluruh telapaknya menyentuh lantai)
- Persendian yang lemah
- Hipermobilitas
- Mudah memar
- Tungkai melengkung
26
Page 27
c. Laboratorium
Tes diagnostik untuk bentuk dominan dan resesif dari OI termasuk:
- Uji molekul kolagen-DNA dengan analisa gen COL1A1 dan
COL1A2 dari sampel darah atau air liur
- Uji biokimia kolagen yaitu analisa protein berbasis kultur
fibroblas dari sampel kulit
- Biopsi kulit dan pengurutan gen untuk cartilage associated
protein (CRTAP) dan prolyl 3-hidroksilase (LEPRE1) untuk
menguji bentuk OI yang resesif.
Diperkirakan bahwa lebih dari 90 persen mutasi yang
menyebabkan bentuk OI yang dominan terdeteksi dengan analisis
DNA.
d. d. Dual Energy X-ray absorptiometri (DXA)
DXA yaitu uji yang menyediakan informasi mengenai kuantitas
tulang, bukan kualitas. Uji ini berguna juga untuk mengetahui
kecenderungan fraktur dan kepadatan tulang.
2.2.7. Diagnosis Banding
- Penyakit dengan gejala yang sama seperti juvenile paget’s disease,
rakhitis, osteoporosis idiopatik pada remaja, beberapa cacat warisan
pada metabolisme vitamin D, Cushing’s disease, dan kekurangan dan
malabsorpsi kalsium.
- Bayi prematur yang berisiko osteopenia selama tahun pertama
kehidupan.
- Ehlers-Danlos syndrome tipe VIIA dan VIIB, dengan ciri ligamen
dan sendi longgar, yang mempengaruhi patah tulang pada seseorang.
3. Tatalaksana
Penderita dengan OI memerlukan penanganan tim medis multidisiplin
ilmu. Pada beberapa kasus, penanganan perlu dimulai sejak lahir. Namun
karena penyakit ini didasari oleh kelainan genetik maka tidak didapatkan
pengobatan yang efektif .
27
Page 28
1. Tujuan utama pengobatan OI adalah mengurangi angka kejadian
fraktur, mencegah deformitas tulang panjang dan skoliosis serta
meningkatkan luaran fungsional. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa bisfosfonat intravena (pamidronat) memberikan perbaikan
bagi anak dengan OI. Bisfosfonat adalah analog sintetis dari
pirofosfat, penghambat alami resorpsi tulang osteoklastik sehingga
meningkatkan mineralisasi tulang dan memperkuat tulang.
Mekanisme kerjanya adalah dengan menekan aktivitas dan juga
memperpendek usia hidup osteoklas. Salah satu penelitian oleh
Glorieux dkk pada 30 anak OI tipe III dan IV, berusia 3-16 tahun
yang diterapi dengan pamidronat dosis 1,5-3 mg/kg berat badan/hari
selama 3 hari berturut-turut, diulang tiap 4-6 bulan selama 1,5 tahun.
Penelitian ini melaporkan pemakaian pamidronat menyebabkan
densitas mineral tulang dan penebalan korteks metakarpal
meningkat, penurunan insiden fraktur yang dikonfirmasi dengan
pemeriksaan radiologis, mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan
kualitas hidup. Penggunaan bisfosfonat oral (alendronat) pada anak
OI masih terus diteliti. Laporan kasus di Turki setelah pemakaian
alendronat 5 mg tiap hari selama 36 bulan pada anak laki-laki
berusia 8 tahun menunjukkan peningkatan densitas mineral tulang
dan menurunkan insiden fraktur secara signifikan. Penelitian yang
membandingkan pemakaian bisfosfonat intravena dan oral oleh
Dimeglio dkk menunjukkan bahwa keduanya sama-sama
meningkatkan densitas mineral tulang, menurunkan petanda
biokimia dari pertumbuhan (turnover) tulang, dan mempercepat
pertumbuhan linear. Mereka juga menyimpulkan bahwa pemakaian
bisfosfonat intravena dan oral pada anak OI sama efektifnya
terutama pada tipe OI ringan. Selain itu pemakaian secara oral lebih
diterima oleh anak-anak dan praktis dibandingkan dengan pemakaian
intravena. Penderita OI yang rentan terhadap trauma dan
memerlukan imobilisasi jangka lama akibat frakturnya sering
28
Page 29
menyebabkan defisiensi vitamin D dan kalsium pada anak. Karena
itu diperlukan suplementasi vitamin D 400-800 IU dan kalsium 500-
1000 mg sebagai profilaktik walau tidak memperbaiki penyakit OI
sendiri. Terapi potensial lain yang sampai saat ini masih dalam taraf
penelitian adalah terapi sel dan gen. Ada dua alternatif pendekatan
yang sedang diteliti, pertama mengganti gen mutan dengan sel
normal melalui transplantasi sumsum tulang, dan kedua
memasukkan ribozym ke dalam sel untuk memecah gen mutan.
2. Bedah ortopedi. Tatalaksana ortopedi ditujukan untuk perawatan
fraktur dan koreksi deformitas. Fraktur harus dipasang splint atau
cast. Pada OI fraktur akan sembuh dengan baik, sedangkan cast
diperlukan untuk meminimalkan osteoporosis akibat imobilisasi
jangka lama. Koreksi pada deformitas tulang panjang memerlukan
prosedur osteotomi dan pemasangan intramedullary rod.
Intramedullary rod placement
- Pada pasien dengan tulang panjang yang membengkek,
penempatan batang intramedulla dapat memungkinkan anak untuk
berjalan pada usia lebih dini atau sebaliknya.
- Pada anak yang diberikan terapi bifosfonat, teknik perkutan
osteotomy dengan fiksasi intramedulla aman dan efektif.
- Paskaoperasi sebaiknya cepat dilakukan immobilisasi singkat.
Imobilisasi yang lama setelah patah tulang harus dihindari.
Pembedahan untuk basilar: Prosedur ini disediakan untuk kasus
dengan kekurangan neurologis, terutama yang disebabkan oleh
kompresi batang otak dan medula cervical yang tinggi. Diperlukan
sebuah tim ahli bedah ortopedi dan bedah saraf.
Koreksi scoliosis: Koreksi scoliosis mungkin sulit karena kerapuhan
tulang. Spinal fusion dapat membantu. Pretreatment dengan
pamidronate muncul untuk meningkatkan hasil bedah.
29
Page 30
3. Rehabilitasi medic. Rehabilitasi fisik dimulai pada usia awal penderita
sehingga penderita dapat mencapai tingkat fungsional yang lebih
tinggi, antara lain berupa penguatan otot isotonik, stabilisasi sendi,
dan latihan aerobik. Penderita tipe I dan beberapa kasus tipe IV dapat
mobilisasi spontan. Penderita tipe III kebanyakan memerlukan kursi
roda namun tetap tak mencegah terjadinya fraktur berulang.
Kebanyakan penderita tipe IV dan beberapa tipe III dapat mobilisasi/
berjalan dengan kombinasi terapi fisik penguatan otot sendi panggul,
peningkatan stamina, pemakaian bracing, dan koreksi ortopedi.
4. Konseling genetik. Penderita dan keluarga sebaiknya dijelaskan
mengenai kemungkinan diturunkannya penyakit ini pada
keturunannya. Osteogenesis imperfecta adalah penyakit autosomal
dominan, sehingga penderita mempunyai resiko 50% untuk
menurunkan pada turunannya. Selain itu juga perlu didiskusikan
mengenai kemungkinan adanya mutasi baru seperti somatik
asimtomatik dan germline mosaicsm.
2.2.8. Komplikasi
- Penekanan basilar disebabkan oleh kepala besar. Kompresi batang
otak adalah komplikasi utama neurologis. Hal ini paling sering
diamati pada anak dengan osteogenesis imperfekta sangat berat.
- Perdarahan serebral disebabkan oleh trauma lahir atau komplikasi
lain.
Pasien dengan osteogenesis imperfekta harus dianggap berisiko
tinggi untuk komplikasi anestesi, meskipun mereka tidak terlalu mudah
untuk memiliki hipertermia, pasien dengan penyakit ini memiliki
metabolisme basal tinggi yang dapat menyebabkan hipertermia selama
anestesi.
30
Page 31
2.2.9. Prognosis
Harapan hidup penderita osteogenesis imperfekta sama dengan
orang sehat lainnya, kecuali penderita osteogenesis berat dengan
komplikasi pada saluran nafas atau neurologis. Penderita dengan
osteogenesis imperfekta lethal dapat meninggal pada periode perinatal,
sedangkan penderita dengan osteogenesis imperfekta berat dapat bertahan
sampai usia dewasa.
BAB III
ANALISIS KASUS
31
Page 32
Pada anamnesis didapatkan data bahwa penderita berusia 2 tahun
beralamat di Palembang datang ke RSMH dengan keluhan nyeri dan sulit
menggerakkan kaki kiri setelah kecelakaan terjatuh. Dari anamnesis lebih lanjut
diketahui bahwa 9 hari SMRS terjatuh pada saat berjalan. Penderita terjatuh
dengan kaki kiri penderita membentur keras, lalu penderita dibawa ke dokter
bedah ortopedi, dikatakan bahwa tulang femur kiri penderita mengalami fraktur.
Selain itu, penderita juga sering mengalami fraktur setelah trauma ringan sejak
lahir. Penderita dianjurkan untuk rawat inap di RSMH. Dari anamnesis,
didapatkan bahwa penderita sering mengalami fraktur patologis setelah trauma
ringan sejak lahir sehingga diagnosis banding untuk fraktur patologis seperti ini
adalah osteogenesis imperfekta, osteomielitis, rickets, dan osteoporosis.
Pada pemeriksaan fisik, status generalis didapatkan pernafasan, nadi,
tekanan darah dan suhu dalam batas normal. Dari pemeriksaan fisik, pada skelra
penderita didapatkan sklera berwarna biru gelap dan pada status lokalis
didapatkan pada regio femur sinistra tampak adanya deformitas, NVD baik.
Adanya skelra biru disini menguatkan diagnosis fraktur patologis pada penderita
ini adalah osteogenesis imperfekta.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa pemeriksaan radiologis
dengan hasil rontgen regio femur sinistra AP/Lateral menunjukkan adanya
gambaran fraktur femur 1/3 proximal transverse displaced tertutup.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pasien ini didiagnosis dengan
fraktur patologis femur sinistra 1/3 proximal transverse displaced tertutup dan
osteogenesis imperfekta. Untuk penatalaksanaanya fraktur femur pasien cukup
dilakukan reduksi dengan skin traksi dan imobilisasi dengan pemasangan gips
pada bagian femur. Sedangkan untuk osteogenesis imperfektanya tidak ada terapi
pastinya, diberikan biphosphonat intravena dengan dosis 1,5-3 mg/KgBB/hari
selama 3 hari berturut-turut, diulang tiap 4-6bbulan selama 1,5 tahun. Penderita
dengan kelainan pembentukkan tulang seperti ini diberikan edukasi kepada orang
tua penderita untuk mencegah terjadinya trauma ringan, memberikan asupan
makanan yang kaya vitamin D dan kalsium, serta kontrol ke dokter anak dan ahli
32
Page 33
ortopedi. Prognosis pasien ini adalah Quo ad vitam dubia karena masih tingginya
mortalitas akibat fraktur setelah trauma ringan. Sedangkan quo ad fungtionam
bonam. Hal ini dikarenakan fraktur ini biasa terjadi pada anak-anak yang masih
ada pertumbuhan tulang dan tidak menggangu kecerdasan anak itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
33
Page 34
1. Apley AG, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta: Widya Medika. 1995.
2. Arvin, Benheman Kliegma. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol. 3. Jakarta: EGC. 1996.
3. Bergman, Ronald, Ph.D. Anatomy of First Aid: A Case Study Approach. Available from: http://www.anatomyatlases.org/firstaid/ThighInjury.shtml
4. Doherty M. Gerard. Current Diagnosis and Treatment Surgery.13th Edition. New York: Mc Grow Hill. 2009
5. Keany E. James. Femur Fracture. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/824856-treatment
6. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ketiga. Jakarta: Media Aesculapius. 2000.
7. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang Lamumpatue. 2003.
8. Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fakultas Kedoktran Universitas Indonesia. Jakarta: Binarupa Aksara. 1995
9. Ruedi. P. Thomas. AO Principles of Fractures Management. New York: AO Publishing. 2000
10. Snell, Anatomi Klinik. Bagian 2. Edisi ketiga. Jakarta: EGC. 1998
11. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 2004.
34