1 Ulasan Pasar Harga Surat Utang Negara kembali mengalami kenaikian di tengah berlanjutnya penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta masuknya aliran modal asing di Surat Berharga Negara. Perubahan harga yang terjadi mencapai 100 bps dimana perubahan harga yang cukup besar didapati pada tenor 5 tahun hingga 15 tahun yang berdampak terhadap perubahan tingkat imbal hasilnya hingga mencapai 21 bps. Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan hingga sebesar 50 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang berkisar antara 3 bps hingga 21 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan hingga sebesar 40 bps yang berdampak terhadap penurunan tingkat imbal hasil yang berkisar antara 3 bps hingga 11 bps. Sedangkan untuk tenor panjang, perubahan harga yang terjadi cenderung mengalami kenaikan berkisar antara 10 bps hingga 100 bps yang mendorong terjadinya hingga mencapai 13 bps meskipun beberapa seri Surat Utang Negara juga terlihat mengalami penurunan harga. Untuk seri acuan, keseluruhan seri mengalami kenaikan harga, dengan kenaikan harga yang cukup besar didapati pada tenor di atas 10 tahun. Harga seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 40 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 11 bps di level 7,853%. Sedangkan pada seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun mengalami kenaikan harga masing - masing sebesar 50 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 9 bps untuk tenor 10 tahun di level 8,058% dan tenor 15 tahun sebesar 7 bps di level 8,385%. Adapun untuk tenor 20 tahun, kenaikan harga sebesar 65 bps mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 8 bps. Dengan adanya kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin, maka telah mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil rata - rata sebesar 9 bps dengan tingkat imbal hasil rata - rata sebesar 8,15%. Kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin kembali didukung oleh menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika di tengah nilai tukar Dollar Amerika yang mengalami pelemahan terhadap mata uang utama dunia jelang disampaikannya hasil pemilu tengah waktu (midterm election) di Amerika Serikat. Kenaikan harga juga juga didukung oleh kembali masuknya investor asing untuk melakukan akumulasi pembelian Surat Berharga Negara dimana per tanggal 6 November 2018, investor asing mencatatkan pembelian bersih Surat Berharga Negara senilai Rp5,09 triliun di bulan November 2018 dan di sepanjang tahun 2018 tercatat akumulasi pembelian bersih senilai Rp33,26 triliun. Katalis positif yang mendukung kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin adalah adanya kenaikan angka cadangan devisa. Bank Indonesia menyampaikan bahwa pada bulan Oktober 2018 angka cadangan devisa mengalami peningkatan sebesar US$316 juta di posisi US$115,16 miliar. Peningkatan cadangan devisa pada Oktober 2018 terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas dan penarikan utang luar negeri (ULN) pemerintah yang lebih besar dari kebutuhan devisa untuk pembayaran ULN pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah. Hanya saja beberapa seri Surat Utang Negara mengalami penurunan harga dibandingkan dengan harga penutupan sebelumnya yang didorong oleh aksi ambil untung (profit taking) oleh investor setelah harga Surat Utang negara mengalami kenaikan harga yang cukup besar dalam beberapa hari perdagangan terakhir. Di saat harga Surat Utang Negara dengan mata uang Rupiah mengalami kenaikan, harga SUrta Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan kemarin justru bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan seiring dengan kenaikan imbal hasil dari US Treasury. Harga dari INDO23 dan INDO28 mengalami penurunan terbatas, kurang dari 5 bps sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 1 bps masing - masing di level 4,342% dan 4,775%. Sementara itu penurunan harga yang lebih besar didapati pada INDO43, yaitu sebesar ... I Made Adi Saputra [email protected](021) 2980 3111 ext. 52117 Page 1 Fixed Income Daily Notes MNC Sekuritas Research Division Kamis, 08 November 2018 Kurva Imbal Hasil Surat Utang Negara Perdagangan Surat Utang Negara Perdagangan Sukuk Negara www.mncsekuritas.id MNC Sekuritas 1-500-899 [email protected]Sumber : Bloomberg Sumber : IDX Sumber : IDX Seri High Low Last Vol Freq FR0078 102,40 100,05 101,74 3491,73 140 FR0077 101,25 91,75 100,90 3140,42 125 FR0075 93,10 88,00 88,50 1540,87 84 FR0073 103,00 100,75 103,00 1256,10 20 FR0065 94,50 84,00 85,50 1143,94 45 FR0064 90,75 83,56 87,50 1077,87 72 FR0072 99,60 94,90 99,10 980,29 81 FR0063 91,95 91,50 91,94 888,62 22 FR0059 93,90 91,65 93,90 594,77 34 FR0056 100,25 100,25 100,25 494,77 5 Seri High Low Last Vol Freq PBS016 98,00 98,00 98,00 250,00 2 PBS019 98,82 98,60 98,82 120,00 11 PBS012 98,35 98,07 98,13 24,00 6 SR008 100,69 99,70 100,00 11,18 10 SR009 99,50 97,75 98,70 5,89 8 SR010 95,55 94,75 94,75 1,09 5
7
Embed
Fixed Income Daily Notes - mncsekuritas.id · dengan harga penutupan sebelumnya yang didorong oleh aksi ambil untung (profit taking) oleh investor setelah harga Surat Utang negara
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Ulasan Pasar
Harga Surat Utang Negara kembali mengalami kenaikian di tengah berlanjutnya penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta masuknya aliran modal asing di Surat Berharga Negara.
Perubahan harga yang terjadi mencapai 100 bps dimana perubahan harga yang
cukup besar didapati pada tenor 5 tahun hingga 15 tahun yang berdampak
terhadap perubahan tingkat imbal hasilnya hingga mencapai 21 bps. Harga Surat
Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan hingga sebesar 50 bps
sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang berkisar antara 3 bps
hingga 21 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor menengah
mengalami kenaikan hingga sebesar 40 bps yang berdampak terhadap penurunan
tingkat imbal hasil yang berkisar antara 3 bps hingga 11 bps. Sedangkan untuk
tenor panjang, perubahan harga yang terjadi cenderung mengalami kenaikan
berkisar antara 10 bps hingga 100 bps yang mendorong terjadinya hingga
mencapai 13 bps meskipun beberapa seri Surat Utang Negara juga terlihat
mengalami penurunan harga. Untuk seri acuan, keseluruhan seri mengalami
kenaikan harga, dengan kenaikan harga yang cukup besar didapati pada tenor di
atas 10 tahun. Harga seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami kenaikan
sebesar 40 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 11 bps
di level 7,853%. Sedangkan pada seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun
mengalami kenaikan harga masing - masing sebesar 50 bps yang mendorong
terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 9 bps untuk tenor 10 tahun di level
8,058% dan tenor 15 tahun sebesar 7 bps di level 8,385%. Adapun untuk tenor
20 tahun, kenaikan harga sebesar 65 bps mendorong terjadinya penurunan imbal
hasil sebesar 8 bps. Dengan adanya kenaikan harga yang terjadi pada
perdagangan kemarin, maka telah mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal
hasil rata - rata sebesar 9 bps dengan tingkat imbal hasil rata - rata sebesar
8,15%.
Kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin kembali didukung
oleh menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika di tengah nilai tukar
Dollar Amerika yang mengalami pelemahan terhadap mata uang utama dunia
jelang disampaikannya hasil pemilu tengah waktu (midterm election) di Amerika
Serikat. Kenaikan harga juga juga didukung oleh kembali masuknya investor asing
untuk melakukan akumulasi pembelian Surat Berharga Negara dimana per tanggal
6 November 2018, investor asing mencatatkan pembelian bersih Surat Berharga
Negara senilai Rp5,09 triliun di bulan November 2018 dan di sepanjang tahun
• PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat
"idAAA" terhadap PT BCA Finance.
Peringkat yang sama juga diberikan terhadap Obligasi Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2016 yang diterbitkan oleh perseroan. Peringkat tersebut mencerminkan posisi yang sangat kuat dan dukungan dari pemegang saham perseroan yaitu PT Bank Central Asia Tbk, posisi pasar yang sangat kuat di bisnis pembiayaan mobil serta struktur permodalan yang sangat kuat. Hanya saja, peringkat tersebut dibatasi oleh ketatnya persaiangan di industri pembiayaan yang berdampak terhadap strategi perseroan untuk menetapkan strategi marjin rendah.
Peringkat tersebut akan mendapatkan tekanan apabila Pefindo melihat adanya penurunan dukungan dari PT Bank Central Asia Tbk selaku pemegang saham pengendali dimana kondisi tersebut dapat terjadi apabila kontribusi dari perseroan terhadap induk perusahaan mengalami penurunan secara signifikan dan berkelanjutan. Per 30 September 2018, PT BCA Finance dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk (99,6%) dan sisanya dimiliki oleh BCA Finance Limited (0,4%). Perseroan fokus pada pembiayaan mobil dengan beragam merek dan memili9ki 66 kantor cabang yang tersebar di kota - kota besar di Indonesia serta melalui jaringan dari PT Bank Central Asia Tbk.
Page 3
Fixed Income Daily Notes | Kamis, 08 November 2018 | MNC Sekuritas Research Division
This research report has been issued by PT MNC Sekuritas, It may not be reproduced or further distributed or published, in whole or in part, for any purpose. PT MNC
Sekuritas has based this document on information obtained from sources it believes to be reliable but which it has not independently verified; PT MNC Sekuritas makes
no guarantee, representation or warranty and accepts no responsibility to liability as to its accuracy or completeness. Expression of opinion herein are those of the
research department only and are subject to change without notice. This document is not and should not be construed as an offer or the solicitation of an offer to
purchase or subscribe or sell any investment. PT MNC Sekuritas and its affiliates and/or their offices, director and employees may own or have positions in any investment
mentioned herein or any investment related thereto and may from time to time add to or dispose of any such investment. PT MNC Sekuritas and its affiliates may act as
market maker or have assumed an underwriting position in the securities of companies discusses herein (or investment related thereto) and may sell them to or buy them
from customers on a principal basis and may also perform or seek to perform investment banking or underwriting services for or relating to those companies.