Kata / Kalimat Kunci : Frekuensi kejadian karies, penyakit periodontal dan penyakit jaringan lunak didalam mulut masih sangat tiggi di masyarakat. Plak. Interaksi faktor lokal dan sistemik. Profil saliva. Pathogenesis. Pertanyaan penting : 1. Jelaskan konsep terjadinya karies gigi, penyakit periodontal dan penyakit jaringan lunak! 2. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi, penyakit periodontal, dan jaringan lunak! 3. Bagaimana hubungan faktor lokal dan sistemik terhadap karies, penyakit periodontal dan penyakit jaringan lunak?
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Kata / Kalimat Kunci :
Frekuensi kejadian karies, penyakit periodontal dan penyakit jaringan lunak
didalam mulut masih sangat tiggi di masyarakat.
Plak.
Interaksi faktor lokal dan sistemik.
Profil saliva.
Pathogenesis.
Pertanyaan penting :
1. Jelaskan konsep terjadinya karies gigi, penyakit periodontal dan penyakit
jaringan lunak!
2. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi, penyakit
periodontal, dan jaringan lunak!
3. Bagaimana hubungan faktor lokal dan sistemik terhadap karies, penyakit
periodontal dan penyakit jaringan lunak?
4. Jelaskan mengenai plak dan profil saliva dan bagaimana hubungannya
dengan karies, penyakit periodontal, dan penyakit jaringan lunak!
5. Bagaimana peran screening dalam tingginya frekuensi karies gigi, penyakit
periodontal, dan jaringan lunak?
6. Bagaimana tingkat frekuensi karies gigi, penyakit periodontal, dan jaringan
lunak pada masyarakat Indonesia?
7. Mengapa frekuensi kejadian karies masih sangat tinggi pada masyarakat?
8. Jelaskan ukuran-ukuran frekuensi!
9. Bagaimana pengukuran kejadian suatu penyakit dalam masyarakat?
10. Bagaimana cara pengukuran pada survei kesehatan gigi dan mulut dalam hal
ini karies, penyakit perio, dan penyakit jaringan lunak?
11. Bagaimana ruang lingkup demografi dan ukuran dasar demografi?
12. Jelaskan komponen demografi dan hubungannya dengan kesehatan gigi dan
mulut!
13. Bagaimana pengukuran pada survei kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini
penyakit karies, periodontal, dan jaringan lunak?
Jawaban pertanyaan
1. Karies gigi
A. Konsep terjadinya karies
B. Pathogenesisi karies
Mekanisme terjadinya karies yaitu :
Bagan terjadinya karies
+ + =
Proses terjadinya karies disebabkan oleh adanya interaksi antara gigi
(tuan rumah), bakteri, karbohidrat serta waktu.
Tahapan-tahapan terjadinya karies pada gigi adalah sebagai berikut :
1) Gigi yang sehat
Email adalah lapisan luar yang keras seperti Kristal luar. Dentin
adalah lapisan yang lebih lembut dibawah email. Pulpa berisi nervus
dan pembuluh darah dan merupakan bagian hidup dari gigi.
2) Lesi putih
Bakteri yang tertarik pada gula dankarbohidrat akan membentuk
asam. Asam akan menyerang Kristal apatit. Proses ini dikenal dengan
proses demineralisasi. Tanda yang pertama ini ditandai dengan adnya
suatu noda putih atau lesi putih. Pada tahap ini proses terjadinya karies
dapat dikembalikan.
3) Karies email
Proses demineralisasi berlanjut, email mulai pecah. Sekali ketika
permukaan email rusak, gigi tidak bisa lagi memperbaiki dirinya
sendiri. Kavitas harus dibersihkan dan direstorasi oleh dokter gigi.
4) Karies dentin
Karies sudah mencapai ke dalam dentin, dimana karies ini dapat
menyebar dan mengikis email. Di dalam dentin terdapat tubulus
dentinalis yang dapat meneruskan rangsangan baik itu rangsangan
akan makanan yang dingin atau panas ke nervus yang ada di dalam
pulpa gigi, selanjutnya rangsangan tadi dibawa ke otak dan dapat
diterjemahkan sebagai rasa ngilu ataupun nyeri.
5) Karies mencapai pulpa
Jika karies dibiarkan tidak dirawat, akan mencapai pulpa gigi. Di
sinilah dimana saraf gigi dan pembuluh darah dapat ditemukan. Pulpa
akan terinfeksi.
Penyakit periodontal
A. Konsep terjadinya penyakit periodontal
B. Pathogenesis penyakit periodontal
a) Gingivitis
Pathogenesis gingivitis
Sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan secara seksama
menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Dengan meningkatnya
kandungan mineral dari air liur, plak akan mengeras menjadi
karang gigi (kalkulus). Karang gigi dapat terletak di leher gigi
dan terlihat oleh mata sebagai garis kekuningan atau kecoklatan
yang keras dan tidak dapat dihilangkan hanya dengan menyikat
gigi. Kalkulus juga dapat terbentuk di bagian dalam gusi (saku
gusi/poket). Kalkulus adalah tempat pertumbuhan yang baik bagi
bakteri, dan dapat menyebabkan radang gusi sehingga gusi
mudah berdarah.
Konsep terjadinya gingivitis
b) Periodontitis
Pathogenesis periodontitis
Pada periodontitis akan terbentuk kantong diantara gigi dan
gusi dan meluas ke bawah diantara akar gigi dan tulang
dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu
lingkungan bebas oksigen, yang mempermudah pertumbuhan
bakteri. Jika keadaan ini terus berlanjut, pada akhirnya banyak
tulang rahang di dekat kantong yang dirusak sehingga gigi lepas.
Kecepatan tumbuhnya periodontitis berbeda pada orang-orang
yang memiliki jumlah tartar yang sama. Hal ini mungkin karena
plak dari masing-masing orang tersebut mengandung jenis dan
jumlah bakteri yang berbeda, dan karena respon yang berbeda
terhadap bakteri.
Konsep terjadinya periodontitis
Penyakit jaringan lunak
A. Konsep terjadinya penyakit jaringan lunak
B. Pathogenesis penyakit jaringan lunak
2. Faktor-faktor penyebab terjadinya :
A. Karies gigi
Karies gigi disebabkan oleh 4 faktor/komponen yang saling berinteraksi
yaitu:
a) Komponen dari gigi dan air ludah (saliva) yang meliputi :
Komposisi gigi, morphologi gigi, posisi gigi, Ph Saliva, Kuantitas
saliva, kekentalan saliva
b) Komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut yang mampu
menghasilkan asam melalui peragian yaitu ; Streptococcus,
Laktobasillus, Staphilococcus
c) Komponen makanan, yang sangat berperan adalah makanan yang
mengandung karbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat
diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam
d) Komponen waktu
Karies juga dapat disebabkan oleh faktor :
Oral hygiene
Oral hygiene juga dapat berpengaruh pada terbentuknya
karies. Dimana penilitian epidemilogis menunjukan terjadi prevelensi
karies sejalan dengan bertambahnya umur.anank-anak mempunyai
resiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi. Dan
hal yang paling urgent lagi ketika orang tua tidak pernah memberikan
pemahaman ataupun pengajaran tentang pentingnya kebersihan gigi
dan mulut. hal ini menyebabkan anak-anak sering terjadi karies.
Pengalaman karies
Penelitian epidemologis telah membuktikan adanya hubungan
antara pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa
mendatang. Sensivitas parameter ini hamper mencapai 60%.
Prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada
gigi permanennya.
Pola makan
Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih
bersifat local daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi
mengonsumsi mkanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan
dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri
penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam
sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit
setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja
menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi.
Umur
Penelitian epidemologis menunjukan terjadi peningkatan
prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang
paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini
meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi
sampai tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi
antagonisnya. Anak-anak mempunyi resiko karies paling tinggi
ketika gigi mereka baru erupsi.
B. Penyakit periodontal
a) Faktor penyebab terjadinya gingivitis :
Kebersihan mulut yang buruk
penumpukan karang gigi (kalkulus/tartar)
efek samping dari obat-obatan tertentu.
b) periodontitis
C. Penyakit jaringan lunak
3. Hubungan faktor lokal dan sistemik terhadap karies, penyakit periodontal dan
penyakit jaringan lunak :
a. Hubungan faktor lokal dan sistemik terhadap karies
b. Hubungan faktor lokal dan sistemik terhadap penyakit periodontal
Penyakit periodontal juga berhubungan dengan Diabetes melitus (DM) dan penyakit sistemik lainnya. Insiden DM dilaporkan cukup tinggi di beberapa negara yang artinya berdampak negatif bagi kesehatan rongga mulut. Penderita DM lebih rentan terhadap infeksi terutama pada penderita diabetes yang tidak terkontrol. Bila dilakukan skeling pada penderita diabetes tanpa tindakan profilaksis dapat menyebabkan timbulnya abses periodontal
c. Hubungan faktor lokal dan sistemik terhadap penyakit jaringan lunak
4. Plak dan profil saliva dan bagaimana hubungannya dengan karies, penyakit
periodontal, dan penyakit jaringan lunak
Plak merupakan bakteri ataupun mikroorganisme yang menempel pada
permukaan gigi yang bersifat aerob dan anerob yang lama kelamaan akan
menyebabkan kalkulus dan merupakan penyebab periodontitis Hal lain yang
juga mempunyai konstribusi dalam hubungan antara plak dan profil saliva
adalah penyakit sistemik, keeadaan ini pun mempengaruhi salah satu
contohnya adalah penyakit Diabetes Melitus ataupun DM pada penderita
DM terjadi hiposalivasi pada rongga mulut hal ini akan memperparah
terjadinya proses karies dan periodontitis.
Plak juga memiliki hubungan yang erat dengan proses terjadinya karies gigi, yang
dimulai dengan adanya plak pada permukaan gigi. Gula dari sisa makanan dan
bakteri akan menempel dan pada waktu tertentu akan berubah menjadi asam
laknat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (sekitar pH 5,5 ) sehingga
menyebabkan demineralisasi email,yang akan berlanjut menjadi karies gigi
Perbandingan antara nomerator dan denominator pada suatu waktu, atau
perbandingan 2 bilangan yang tidak saling tergantung dan digunakan untuk
menyatakan besarnya kejadian.
Besarnya rasio = X
Y
c. Proporsi
Perbandingan antara pembilang (Numerator) dengan penyebut (denominator)
dimana Numerator termasuk/bagian dari denominator, dengan satuan %.
Proporsi = X x 100
( X+Y)
d. Rata-rata
Yaitu ukuran nilai tengah yang diperoleh dengan cara menjumlahkan semua
nilai pengamatan yang didapat kemudian dibagi banyaknya pengamatan yang
ada.
e. Frekuensi
Yaitu ukuran yang menyatakan berapa kali aktivitas/suatu kegiatan
dilaksanakan pada periode waktu tertentu.
f. Cakupan
Ukuran untuk menilai pencapaian hasil pelaksanaan dari suatu terget kegiatan
yang ditentukan pada periode tertentu.
9. Bagaimana pengukuran kejadian suatu penyakit dalam masyarakat?
10. Bagaimana cara pengukuran pada survei kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini
karies, penyakit perio, dan penyakit jaringan lunak?
11. Ruang lingkup demografi :
a. Kuantitatif dan kualitatif
b. Unsur-unsur demografi
c. Teknik menghitung data kependudukan
d. Data demografi pengukuran, tekhnik dan analisa serta konsekuensi
e. Interdisciplinary science ( ekonomi,geografi, psychologi, politik, dsb )
Ukuran dasar demografi
a. Fertilitas :
Yaitu Kemampuan riil seseorang wanita untuk melahirkan, yang dicerminkan
dalam jumlah bayi yang dilahirkan.
Ukuran fertilitas yaitu :
Crude Birth Rate = (Jumlah lahir hidup setahun : Populasi 1 Juli) x
100
Age Spesific Fertility Rate = (Jumlah lahir hidup wanita usia ttt :
Jumlah wanita dengan usia ttt) x 1000
General Fertility Rate = Jumlah lahir hidup setahun : Jumlah wanita
dalam “masa mampu hamil”) x 100
Masa mampu lahir = 15 – 44 th
b. Mortalitas / angka kematian
a. Crude Brith Rate
Jumlah kelahiran hidup/tahun x 1000
Jumlah penduduk pertengahan th (1 Juli)
b. Age Spesific Death Rate (angka kematian usia tertentu)
Jumlah kematian oleh golongan usia ttt per th x 1000
Jumlah pddk gol usia yg bersangkutan pd pertengahan th (1 Juli)
12. Jelaskan komponen demografi dan hubungannya dengan kesehatan gigi dan
mulut!
13. Pengukuran pada survei kesehatan gigi dan mulut
Karies
A. Indeks DMF
Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson
JW pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap
karies gigi. Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT)
dan permukaan gigi (DMFS). Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar
tiga karena gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau
tidak berfungsi. Indeks ini tidak menggunakan skor; pada kolom yang
tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang hilang)
dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian dijumlahkan sesuai kode.
Untuk gigi permanen dan gigi susu hanya dibedakan dengan
pemberian kode DMFT (decayed missing filled tooth) atau DMFS
(decayed missing filled surface) sedangkan deft (decayed extracted
filled tooth) dan defs (decayed extracted filled surface) digunakan
untuk gigi susu. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi
atas jumlah orang yang diperiksa.
a. DMFT
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam
kategori D.
2) Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan
permanen dimasukkan dalam kategori D.
3) Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori
D
4) Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies
dimasukkan dalam kategori M
5) Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk
kebutuhan perawatan ortodonti tidak dimasukkan dalam
kategori M.
6) Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam
kategori F.
7) Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan
dalam kategori F.
8) Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak
dimasukkan dalam kategori M.
b. DMFS
1) Permukaan gigi yang diperiksa adalah gigi anterior dengan
empat permukaan, fasial, lingual, distal dan mesial sedangkan
gigi posterior dengan lima permukaan yaitu fasial, lingual,
distal, mesial dan oklusal.
2) Kriteria untuk D sama dengan DMFT
3) Bila gigi sudah dicabut karena karies, maka pada waktu
menghitung permukaan yang hilang dikurangi satu
permukaan sehingga untuk gigi posterior dihitung 4
permukaan dan 3 permukaan untuk gigi anterior.
4) Kriteria untuk F sama dengan DMFT
c. deft, defs
Pengukuran ini digunakan untuk gigi susu. E dihitung bila gigi
susu dicabut karena karies.
B. Indeks Tooth Caries-WHO
Indeks DMFT yang dikeluarkan oleh WHO bertujuan untuk
menggambarkan pengalaman karies seseorang atau dalam suatu
populasi. Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena biasanya
gigi tersebut sudah dicabut dan kadang-kadang tidak berfungsi. Indeks
ini dibedakan atas indeks DMFT (decayed missing filled teeth) yang
digunakan untuk gigi permanen pada orang dewasa dan deft (decayed
extracted filled tooth) untuk gigi susu pada anak-anak. Pemeriksaan
harus dilakukan dengan menggunakan kaca mulut datar. Indeks ini
tidak memerlukan gambaran radiografi untuk mendeteksi karies
aproksimal. Kriteria pemeriksaan seperti terlihat pada Tabel 1.5. Cara
perhitungannya adalah dengan menjumlahkan semua DMF atau def.
Komponen D meliputi penjumlahan kode 1 dan 2, komponen M untuk
kode 4 pada subjek <30 tahun, dan kode 4 dan 5 untuk subjek >30
tahun misalnya hilang karena karies atau sebab lain. Komponen F
hanya untuk kode 3. Untuk kode 6 (fisur silen) dan 7 (jembatan,
mahkota khusus atau viner/implan) tidak dimasukkan dalam
penghitungan DMFT.
Umur indeks dan kelompok umur
WHO merekomendasikan kelompok umur tertentu untuk
diperiksa yaitu kelompok umur 5 tahun untuk gigi susu dan 12, 15,
35-44 dan 65-74 tahun untuk gigi permanen. Jumlah subjek yang
diperiksa untuk setiap kelompok umur minimal 25-50 orang untuk
setiap kelompok.
5 tahun. Anak-anak seharusnya diperiksa di antara ulangtahun
mereka yang ke 5 dan 6. Umur ini menjadi umur indeks untuk
gigi susu karena tingkat karies pada kelompok umur ini lebih
cepat berubah daripada gigi permanen sekaligus umur 5 tahun
merupakan umur anak mulai sekolah. Namun, di negara yang
usia masuk sekolahnya lebih lambat, dapat digunakan umur 6
atau 7 tahun sebagai umur indeksnya. Pada kelompok umur
ini, sebaiknya gigi susu yang hilang tidak dimasukkan ke
dalam skor m (missing) karena kesulitan membedakan
penyebab kehilangan gigi, apakah karena sudah waktunya
tanggal atau dicabut karena karies.
12 tahun. Kelompok umur ini penting untuk diperiksa karena
umumnya anak-anak meninggalkan bangku sekolah pada umur
12 tahun. Selain itu, semua gigi permanen diperkirakan sudah
erupsi pada kelompok umur ini kecuali gigi molar tiga.
Beradasarkan ini, umur 12 tahun ditetapkan sebagai umur
pemantauan global (global monitoring age) untuk karies.
15 tahun. Pada kelompok umur ini dianggap bahwa gigi
permanen sudah terekspos dengan lingkungan mulut selama 3-
9 tahun, sehingga pengukuran prevalensi karies dianggap lebih
bermakna dibandingkan usia 12 tahun. Umur ini juga
merupakan usia kritis untuk pengukuran indikator penyakit
periodontal pada remaja.
35-44 tahun (rerata = 40 tahun). Kelompok umur ini
merupakan kelompok umur standar untuk memonitor
kesehatan orang dewasa dalam hal efek karies, tingkat
keparahan penyakit periodontal, dan efek pelayanan kesehatan
gigi yang diberikan.
65-74 tahun. (rerata = 70 tahun). Kelompok umur ini lebih
penting sehubungan dengan adanya perubahan distribusi umur
dan bertambahnya umur harapan hidup yang terjadi di semua
negara. Data dari kelompok umur ini diperlukan untuk
membuat perencanaan pelayanan keseahatan bagi manula dan
memantau semua efek pelayanan rongga mulut yang diberikan
C. Indeks Significant Caries (SiC Index)
Indeks SiC baru diperkenalkan sekitar tahun 2000. Brathall
mengusulkan indeks SiC digunakan sebagai standar pengukuran
statistik epidemiologis yang lebih ditekankan pada individu yang
mempunyai angka karies yang tinggi pada suatu populasi. Indeks SiC
mudah dihitung, skor SiC diperoleh dari rerata DMFT pada sepertiga
populasi yang mempunyai skor karies paling tinggi. Untuk menghitung
indeks ini, yang harus dilakukan adalah 1) mengurutkan individu sesuai
dengan skor DMFTnya, 2) memilih sepertiga dari populasi dengan skor
karies paling tinggi dan 3) menghitung DMFT untuk kelompok studi.
Penyakit periodontal
Indeks yang biasa digunakan dalam pengukuran pada survey penyakit
periodontal antara lain seperti indeks gingiva oleh Loe dan Silness, indeks
plak O’Leary, indeks plak oleh Loe dan Silness, indeks OHI dan OHIS,
indeks PFRI, ORI, CPITN dan indeks keparahan penyakit periodontal oleh
Russel dan Ramfjord. Indeks yang baik adalah indeks yang dapat
dipercaya, sederhana dan mudah digunakan serta mudah dipahami dan
dijelaskan.
Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN)
dikembangkan oleh Ainamo dkk, yang merupakan anggota komite ahli
WHO. Prinsip kerja CPITN adalah penilaian berdasarkan skor status
periodontal dan selanjutnya ditentukan kebutuhan perawatan penyakit
periodontal. CPITN memungkinkan melakukan pemeriksaan yang cepat
dalam suatu populasi untuk menentukan kebutuhan perawatannya.
Selain itu indeks ini juga sangat berguna bila digunakan untuk survey
epidemiologis.
Prinsip kerja CPITN yaitu :
1) Menggunakan probe khusus (probe WHO). Probe ini memiliki
ujung yang merupakan bola kecil berdiameter 0,5 mm. Probe ini
digunakan untuk melihat adanya perdarahan dan mengukur
kedalaman saku. Pada sonde terdapat daerah yang diberi warna
hitam. Bilamana kedalaman poket kurang dari 3,5 mm maka
seluruh warna hitam masih terlihat. Bila kedalaman poket 4-5
mm, maka hanya sebagian saja warna hitam yang masih tampak
sedangkan untuk poket kedalaman 6mm atau lebih maka seluruh
bagian sonde yang berwarna hitam tidak tampak lagi.
2) Menggunakan 6 buah sektan
3) Menggunakan gigi indeks
4) Menggunakan skor untuk menilai tingkatan kondisi jaringan
periodontal
5) Menentukan relasi skor tertinggi dengan KKP (Kategori
Kebutuhan Perawatan), tenaga dan tipe palayanan.
A. INDEKS KARIES
Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongan / kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu.
Indeks DMF( Klein H, Palmer CE, Knutson JW 1938)
Digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi .pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi (DMFS).
DMFT, yang harus diperhatikan adalah:
1. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan kedalam kategori D
2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori D
3. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D4. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan
dalam kategori M5. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal , dicabut untuk
kebutuhan perawatan ortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M
6. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F
7. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam kategori F
8. Pencabutan normal selama asa pergantian gigi geligi tidak di masukkan dalam kategori M
DMFS
1. Permukaan gigi yang diperiksa adalah gigi anterior dengan empat permukaan, fasial,lingual, distal dan mesial sedangkan gigi posterior dengan lima permukaan yaitu fasial,lingual, distal, mesialdan oklusal.
2. Kriteria untuk D sama dengan DMFT3. Bila gigi sudah dicabut karena karies, maka pada waktu
menghitung permukaan yang hilang dikurangi satu permukaan sehingga untuk gigi posterior dihitung 4 permukaan dan 3 permukaan untuk gigi anterior.
4. Kriteria untuk Fsama dengan DMFT
deft, defs
pengukuran ini digunakan untuk gigi susu. E dihitung bila gigi susu dicabut karena karies.
Indeks tooth caries – WHO
Cara perhitungannya adalah dengan menjumlahkan semua DMF atau def. Komponen D meliputi penjumlahan kode 1 dan 2, komponen M untuk kode 4 pada subjek < 30 tahun, dank ode 4 dan 5 untuk subjek > 30 tahun misalnya hilang karena karies atau sebab lain.komponen F hanya untuk kode 3. Untuk kode 6 ( fisur silen)dan 7 ( jembatan , mahkota khusus atau viner/ implant)tidak dimasukkan dalam penghitungan DMFT.
Umur indeks dan kelompok umur
WHO merekomendasikan kelompok umur tertentu untuk diperiksa yaitu kelompok umur 5 tahun untuk gigi susu dan 12,15,35-44 dan 65-74 tahun untuk gigi permanen .jumlah subjek yang diperiksa untuk setiap kelompok umur minimal 25-50 orang untuk setiap kelompok.
Indeks significant (SIC index)
Indedex ini baru diperkenalkan tahun 2000 oleh Brathall, digunakan sebagai standard pengukuran statistic epidemiologi yang ditekankan pada individu yang mempunyai karies yang tinggi pada suatau popolasi . cara perhitungan index SIC :
Buat distribusinDMFT yang berisin1) skor DMFT individu (mempunyai DMFT = o, individu 2 mempunyai DMFT = 0, individu 3 mempunyai DMFT = 2 dst dan 2) skor yang sudah dikelompokkan , missal : 10orang mempunyai DMFT =0, 11 orang mempunyai DMFT = 1 dst.
Jumlah semua skor DMFT dan dibagi dengan jumlah individu total untuk memperoleh rerata DMFT.
Hitung berapa banyak individu yang termasuk dalam 1/3 populasi. Bulatkan bila hasilnya dalam pecahan
Urutkan data DMFTnya dan diambil empat data yang paling tinggi skornya.misal; empat skor DMFT yang tertinggi adalah 2,3,5,14 berarti 2+3+5+14= 24/4= 6 jadi hasil index SIC untuk populasi adalah 6.0
B. INDEKS PENYAKIT PERIODONTAL
Oral hygiene index- simplified ( OHI-S) dan community periodontal index of treatment needs(CPITN) merupakan index yang digunakan untuk kepentingan survey epidemiologi pada suatu kelompok atau populasi.sedangkan CPITN untuk menilai tingkat kebutuhan penyakit periodontal.kriteria CPITN :
Skor periodontal: 0= periodonsium sehat
Kebutuhan perawt: 0=tdk dlakukan perawatan.
Skor 1: perdarahan setelah probing
Perawatan 1: perawatan oral hygiene
Skor 2: kalkulus supra/sub gingival dan poket< 3mm